Selasa, 03 Juni 2025

239. MAZMUR 23

 

239.  MAZMUR 23

_______________________________

 

Sudah lama sekali Mazmur 23 menjadi pujian penutupku setelah aku berdoa setiap malam menjelang tidur. Setiap malam, bertahun-tahun lamanya. Alkitab memang tidak mengajar kita untuk menghafalkan doa, karena doa harus datang dari dalam hati masing-masing, bukan doa yang diulang-ulang karena kebiasaan. Tapi karena aku merasa bahwa doa pujian Nabi Daud ini begitu mirip dengan isi hatiku, dan sudah disusunnya dengan begitu indah, maka aku mengadopsinya sebagai doa pujianku sendiri, yang datang dari hatiku.

Sesungguhnya Mazmur 23, bersama Mazmur 22 dan 24 adalah mazmur Mesianik. Maksudnya ada bagian-bagian di dalam ketiga Mazmur tersebut yang adalah nubuatan tentang Sang Mesias. Tetapi kali ini aku tidak bicara tentang hal itu. Aku bicara Mazmur 23 sebagai doa pujian Daud.

 

Ketika aku masih muda, bagiku Mazmur 23 adalah bacaan yang biasanya dipakai di upacara perkabungan dan saking seringnya mendengar itu, jadi hafal dengan sendirinya, karena ini Mazmur yang singkat, hanya 6 ayat. Namun pada waktu itu aku belum benar-benar menghayati maknanya maupun implikasinya. Setelah tidak muda lagi, aku sangat menghayati Mazmur 23 ini, kata demi kata.  Mungkin banyak dari sesama orang Kristen yang seperti aku dulu. Karena itu terpikirkan olehku sekarang untuk membagikan apa sesungguhnya makna Mazmur 23 bagiku.

 

Di sini ayat-ayat yang aku pakai itu dari terjemahan KJV, dan bahasa Indonesianya diterjemahkan dari KJV, bukan terjemahan LAI.

Kita lihat ayat per ayat.

 

1       The LORD is my shepherd

         TUHAN adalah gembalaku…

Ini adalah suatu pengakuan Daud, bahwa Tuhan yang berkuasa atas hidupnya. Bagi domba, gembalanya adalah segalanya. Domba bergantung 100% pada gembalanya. Ke mana gembalanya membawanya merumput, domba itu akan ikut. Domba mengenal suara gembalanya. Domba tidak mengikuti gembala yang lain, dia hanya mengikuti gembalanya sendiri. Domba mempercayai gembalanya. Domba yakin bahwa gembalanya memelihara dia dengan baik. Maka pengakuan Daud bahwa Tuhan itu gembalanya, itu sama dengan berkata, hidupku adalah milik Tuhan, aku mau menurut apa pun yang dikehendaki Tuhan.

Jika kita berkata TUHAN adalah gembalaku” maka itu adalah pengakuan kita, bahwa kita berserah sepenuhnya kepada Tuhan, bahwa kita mau patuh pada semua kehendak Tuhan. Sayangnya walaupun kita sering berkata demikian, dalam kehidupan nyata kita tidak benar-benar mengizinkan Tuhan yang berkuasa atas hidup kita. Kita tidak benar-benar berserah kepada kehendak Tuhan. Kita hidup sesuka hati kita.

 

 

…I shall not want.

…aku tidak akan kekurangan.

Gembala menyediakan semua kebutuhan dombanya. Domba tidak bisa keluar sendiri dari kandangnya lalu pergi mencari makannya sendiri. Gembala-lah yang harus membawanya ke tempat di mana dia bisa merumput. Karena Daud mengakui Tuhan itu Gembalanya, dia yakin dia tidak kekurangan apa pun. Artinya segala yang dia butuhkan, pasti disediakan oleh Tuhan sebagaimana gembala menyediakan kebutuhan dombanya. Ini tidak berarti bahwa segala keinginan kita akan diberikan oleh Tuhan. Tuhan menyediakan semua kebutuhan kita supaya kita bisa hidup aman dan bahagia jasmani dan rohani. Yang tidak diberikan Tuhan kepada kita, berarti itu tidak baik bagi kehidupan jasmani dan rohani kita. Seperti gembala tidak akan memberikan ayam goreng untuk makanan dombanya, walaupun mungkin domba itu ingin, demikian pula Tuhan tidak akan memberi dombaNya apa yang tidak baik baginya jasmani atau rohani.

Kita sering merasa masih kekurangan bila kita merasa Tuhan tidak mengabulkan permintaan kita. Padahal, jika Tuhan tidak mengabulkan, itu karena Tuhan punya alasan yang tepat, Tuhan tahu apa yang kita tidak tahu, dan Tuhan memberi kita hanya yang terbaik bagi kita.

 

 

 

2        He maketh me to lie down in green pastures…

Ia membuat aku berbaring di padang rumput hijau…

Kata yang menarik di sini ialah He maketh me” artinya “Ia membuat aku”. Jadi Tuhan atau Sang Gembala yang menentukan di mana dombanya berbaring. Dan Dia tidak membiarkan dombaNya berbaring di sembarang tempat, tetapi di “padang rumput hijau” di mana si domba bisa makan dengan tenang sampai kenyang. Domba itu tadinya mungkin belum ingin berbaring, belum lapar, mungkin dia masih ingin main, lari-lari, tapi gembalanya membuat dia berbaring. Ada autoritas di sini. Gembala yang memimpin, dombanya patuh, karena gembalanya lebih tahu daripada si domba apa yang ada di depan. Mungkin setelah padang rumput yang hijau ini di depannya sudah tidak ada lagi padang rumput hijau, maka gembala yang tahu itu, membuat dombanya berbaring dan makan dulu, supaya jika nanti mereka melewati tempat yang tidak ada rumput hijaunya, dombanya tidak kelaparan.

Kita perlu percaya pada kebijakan Tuhan. Tuhan tahu apa yang ada di depan. Karena itu kalau Tuhan menyuruh kita “berbaring”, ya kita berbaring, mematuhi Tuhan itu selalu lebih baik daripada mengikuti keinginan kita sendiri.

 

 

…He leadeth me beside the still waters.

…Ia membimbing aku di samping air yang tenang.

Dengan sadar, Daud berkata bahwa Tuhan yang menuntunnya berjalan di samping sungai yang airnya tenang. Lagi-lagi Daud mengakui autoritas dan kebaikan Tuhan. Air yang tenang itu tempat yang aman, tidak ada binatang buas di sana. Sebagai Gembala, Tuhan mengamankan dombaNya. Sebelumnya Tuhan membuatnya makan, sekarang Tuhan menyediakan minumnya. Semua kebutuhan vitalnya dipenuhi, dan dipenuhi dengan yang terbaik, makanan yang terbaik: rumput hijau; dan minuman yang terbaik: air yang jernih. Air yang tenang itu pasti jernih, karena tidak ada yang ngobok-ngobok di sana, airnya ada di bagian atas, yang lain semuanya mengendap di dasar sungai.

Apakah kita menyadari bahwa Tuhan telah menyediakan kebutuhan vital kita dengan yang terbaik? Banyak dari kita tidak sadar betapa Tuhan setiap hari sudah memelihara kita. Lebih buruk lagi, sering kita menganggap semua kebaikan itu adalah hasil pencapaian kita sendiri.

Daud menyadari bahwa segala yang baik itu datang dari Tuhan, Gembalanya.

 

 

 

3        He restoreth my soul…

Ia menyegarkan jiwaku…

Daud berkata, Tuhan bukan hanya memenuhi kebutuhan fisiknya, Dia juga menyegarkan jiwanya. Dengan kata lain, Tuhan perduli baik pada jasmani maupun rohani dombaNya.

Jadi siapa yang bisa menyegarkan jiwa kita? Hanya Tuhan. Tapi banyak manusia yang mencoba menyegarkan jiwanya sendiri dengan segala macam hal yang disangkanya bisa menolongnya ~ dengan minum sampai mabuk, dengan memakai narkoba sampai teler, dengan kegiatan yang menantang maut, dengan hidup bebas sesuka hati mengabaikan segala norma susila, dengan segala macam perbuatan yang akhirnya merusak kesehatannya. Lalu ketika jiwanya tidak disegarkan, manusianya putus asa dan marah pada Tuhan. Jadi datanglah kepada Tuhan, turuti petunjukNya, maka jiwa kita akan disegarkan.

 

 

…He leadeth me in the paths of righteousness for his name's sake.

…Ia menuntun aku di jalan-jalan kebenaran, demi nama-Nya.

Perhatikan di sini Daud berkata bahwa Tuhan menuntunnya di “jalan-jalan kebenaran” berarti bukan hanya satu kali Tuhan menuntunnya, tapi berkali-kali (“jalan-jalan” = jamak), dan semuanya di jalan-jalan yang benar, tidak ada satu pun jalan yang tidak benar jika Tuhan yang menuntun. Mengapa? demi nama-Nya”. Inilah jaminannya. Nama Tuhan itu karakter Tuhan, nama Tuhan itu kemuliaanNya, nama Tuhan itu jaminan agung. Apa yang dilakukan Tuhan demi nama-Nya”, maka sudah pasti itu digenapiNya. Tuhan tidak akan ingkar janji.

Jadi maulah kita dituntun. Semua domba juga dituntun gembalanya. Masalahnya kita sering tidak mengakui Tuhan itu Gembala kita, dan kita ini dombaNya. Kita menganggap diri kita sama pintarnya seperti Tuhan, atau mungkin lebih pintar lagi, karena kita lebih memilih mengikuti suara hati kita daripada tuntunan Tuhan yang kita rasakan tidak sejalan dengan kehendak kita. Jika kita mau aman, ikutilah tuntunan Tuhan yang pasti menuntun kita di jalan-jalan kebenaran.

 

 

 

4        Yea, though I walk through the valley of the shadow of death…

Ya, sekalipun aku berjalan melalui lembah bayang-bayang maut…

Perhatikan di sini dikatakan “berjalan melalui” berarti tidak berhenti di sana, tidak menginap, tidak membuat rumah dan tinggal di sana. “berjalan melalui” itu artinya dijalani terus sampai keluar dari sana, bukan masuk ke sana lalu tidak keluar lagi.

Nah, ada kalanya kita, karena satu dan lain alasan, masuk ke lembah bayang-bayang maut. “Lembah” itu tempat yang di bawah, dengan kata lain kita sudah jatuh ke bawah, kondisi yang tidak menyenangkan, kondisi yang sulit. Di sini malah disebutkan “lembah bayang-bayang maut” jadi sudah mengerikan. Kata “maut” di Alkitab itu biasanya diartikan kematian kekal, kematian yang dialami mereka yang menolak Tuhan. “lembah bayang-bayang maut” berarti posisi kita sudah dibayangi ancaman kematian kekal, posisi kita sudah di ujung tanduk, salah melangkah sedikit lagi, kita sudah habis. Tetapi Daud di sini berkata, bahwa dia bukan “berjalan ke dalam”, melainkan “berjalan melalui”, atau berjalan melewati, tembus, memang sempat masuk tapi dia berjalan terus hingga keluar dari sana. Itu artinya “melalui”. Daud tidak bermaksud tinggal di lembah bayang-bayang maut. Di sini kita melihat tekad Daud. Walaupun dia sempat masuk ke lembah bayang-bayang maut, tapi dia tidak berniat diam di sana. Dia akan berjalan terus hingga dia keluar dari sana. Itu tekad. Kita juga harus punya tekad seperti itu. Bila suatu saat kita mendapati diri kita sudah terlanjur masuk ke lembah bayang-bayang maut (atau lembah apa pun), jangan putus asa lalu tinggal di sana. Teruslah berjalan hingga kita keluar dari sana.

 

 

…I will fear no evil: for Thou art with me…

…aku tidak akan takut pada yang jahat, sebab Engkau besertaku…

Daud berkata, selagi berjalan melalui lembah bayang-bayang maut itu, dia tidak takut pada kejahatan apa pun. Mengapa? Karena dia yakin Tuhan menyertainya. Gembalanya akan berjalan bersamanya. Itulah sebabnya dia akan bisa keluar dari sana, karena Gembalanya yang kenal jalan itu, berjalan bersamanya, memastikan bahwa dia akan keluar dari lembah itu dengan selamat. Jadi apa yang harus kita lakukan bila kita terlanjur masuk ke lembah bayang-bayang maut? Datang kepada Tuhan, mencari Tuhan, kembali kepada Tuhan, dan Tuhan Sang Gembala yang baik, akan berjalan bersama kita, dan membawa kita keluar dari lembah itu. Jangan mengandalkan kemampuan kita sendiri. Kita sudah salah jalan, kita tidak tahu jalan, kita tidak kenal kawasan itu, kita kesasar, kita tersesat masuk ke lembah bayang-bayang maut. Akuilah kesalahan kita, kembali kepada Tuhan, dan Tuhan yang akan menolong kita keluar dari sana.

 

 

Thy rod and Thy staff they comfort me.

…gada-Mu dan tongkat-Mu, mereka yang menghibur aku.

Nah, biasanya orang Kristen mengatakan “gada” dan “tongkat” itu artinya perlindungan penuh dari Tuhan. Tidak salah, tapi ada pengertian yang lebih khusus.

“Rod” atau bahasa Indonesianya diterjemahkan “gada” itu adalah sebatang kayu yang kuat yang dipakai si gembala untuk memukul mundur binatang-binatang buas yang mau menerkam dombanya.

“Staff” atau bahasa Indonesianya diterjemahkan “tongkat” adalah sebuah tongkat yang ujungnya berbentuk seperti kait yang dipakai si gembala untuk menarik domba yang keluar dari kawanannya agar kembali ke barisan yang seharusnya.

Jadi “gada” itu dipakai gembala untuk melindungi domba dari serangan binatang buas, dan “tongkat” itu dipakai gembala untuk mendisiplin domba supaya tetap ada di dalam kawanannya. Bagaimana ini diaplikasikan kepada kita, domba-domba simbolis? “Gada” dan “tongkat” adalah sarana yang dipakai Tuhan untuk menjaga agar anak-anakNya tetap selamat, apa saja itu? Dalam bentuk tulisan itu adalah Alkitab. Dan dalam bentuk hidup itulah Roh Kudus yang menginspirasi penulisan Alkitab. Dengan Alkitab dan Roh Kudus, Tuhan menjaga agar anak-anakNya tidak diterkam Setan (binatang buas) dan anak-anakNya tetap tinggal di dalam kandangnya yang aman.

Daud berkata bahwa “gada dan tongkat” itu menghibur dia. Nah, kalau “gada” itu menghiburnya, itu bisa kita pahami, karena gada itu untuk menggebuki binatang-binatang buas yang mau menyerang domba. Tapi bagaimana “tongkat” kok dianggapnya juga menghibur dia? Domba yang lehernya ditarik tongkat gembala supaya kembali ke kawanannya tentu merasa tidak enak, mungkin lehernya sakit juga. Tapi mengapa Daud berkata bahwa itu menghibur dia?  Karena Daud mengerti jika Tuhan sampai perlu mengambil tindakan untuk menarik dia kembali karena dia sudah melenceng keluar barisan, maka itu adalah demi kebaikan dia sendiri, bukan karena Tuhan tanpa alasan suka menarik lehernya untuk menyakitinya. Andai dia tidak melenceng keluar barisan, Tuhan juga tidak perlu menarik lehernya untuk kembali. Maka jika Gembala memakai tongkatNya untuk menariknya kembali, itu berarti Gembalanya sayang padanya dan tidak ingin kehilangan dia. Andai Gembalanya tidak perduli, ya dibiarkan saja domba itu berjalan sesukanya mau ke mana, hilang ya sudah tidak apa-apa. Itulah mengapa Daud berkata “gada-Mu dan tongkat-Mu, mereka yang menghibur aku”. Justru karena adanya “gada” dan “tongkat” itulah Daud merasa terhibur, artinya jika dia melenceng, Gembalanya pasti akan menariknya kembali, dia tidak akan dibiarkan hilang begitu saja.

 

 

 

5        Thou preparest a table before me in the presence of mine enemies…

Engkau menyediakan sebuah meja hidangan di depanku, di hadapan lawan-lawanku…

Kapan Tuhan menyediakan meja hidangan di depan Daud? Ketika peperangan sudah selesai? Ketika Daud sudah menang? Ketika semua lawannya sudah dikalahkan? Ternyata tidak. Daud berkata bahwa meja hidangan itu sudah disediakan ketika lawan-lawannya masih ada, ketika mereka masih belum dikalahkan. Ketika peperangan masih sedang berlangsung. Apa artinya? Artinya Daud yakin bahwa Tuhan sudah menganggapnya menang walaupun peperangan belum selesai. Tuhan memberinya jaminan bahwa Tuhan tahu dia akan menang, karena itu meja hidangannya sudah disiapkan. Ini juga cara Tuhan untuk menyampaikan kepada lawan-lawannya bahwa mereka pasti kalah, Daud yang akan menang. Dari mana Tuhan tahu Daud akan menang? Karena Tuhan mahatahu, Dia sudah tahu akhirnya dari awal.

 

 

…Thou anointest my head with oil…

…Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak…

Domba-domba sering diganggu serangga-serangga yang masuk ke telinga mereka dan menimbulkan penyakit yang bisa mematikan. Karena itu gembalanya mengoleskan minyak di kepala domba-domba itu, dengan demikian serangga-serangga itu tidak mendekat.

Tetapi ini secara simbolis juga merupakan tanda pengurapan. Mereka yang melayani Tuhan sebelum mereka bertugas, mereka lebih dulu diurapi, baik raja, baik imam. Nah, tapi kita bukan raja dan bukan imam. Ya, secara duniawi kita bukan raja dan bukan imam, tetapi di mata Tuhan kita adalah imamat yang kudus, imamat yang rajani.

1 Petrus 2:5, 9

5 Kamu juga sebagai batu yang hidup, sedang disusun untuk membangun sebuah rumah rohani, imamat yang kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang berkenan kepada Allah melalui Yesus Kristus

9 Tetapi kamu adalah angkatan yang terpilih, suatu imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaanNya sendiri yang unik, agar kamu boleh memberitakan puji-pujian tentang Dia yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang mengagumkan.

 

 

…my cup runneth over.

…cawanku isinya meluber keluar.

Sebegitu banyak isi yang dikaruniakan Tuhan, sampai Daud mengatakan bahwa cawannya sudah meluber keluar. Kekurangan tidak? Ya jelas tidak. Malah kebanyakan sampai tidak bisa menampung semuanya. Karena apa? Karena “TUHAN adalah gembalaku, aku tidak akan kekurangan.”

 

 

 

6        Surely goodness and mercy shall follow me all the days of my life…

Sudah pasti kebaikan dan kemurahan akan mengikuti aku seumur hidupku…

Daud memakai kata “sudah pasti”, jadi tidak ada keraguan, bukan harapan, bukan “semoga”, tapi keyakinan, bahwa “kebaikan dan kemurahan akan mengikuti” dia. Wah, luar biasa. Ke mana pun dia pergi, di mana pun dia berada, kebaikan dan kemurahan Tuhan ada di belakangnya. Dia tidak berjalan sendiri. Apa yang dimaksud dengan “kebaikan dan kemurahan akan mengikuti aku”? Mengapa kok “mengikuti”, mengapa bukan “mendahului”? Kita perlu jeli menangkap maknanya.

Kalau “mendahului” maka kebaikan dan kemurahan Tuhan ada di depan, lalu Daud yang mengikuti di belakang mereka, iya kan? Berarti Daud yang merasakan kebaikan dan kemurahan yang ditinggalkan Tuhan untuknya. Tapi di ayat sebelumnya sudah dikatakan bahwa cawan Daud sampai meluber isinya, ibaratnya sampai tidak bisa menampung semua yang dikaruniakan Tuhan, saking banyaknya. Berarti di ayat 5 Daud sudah berkata bahwa dia sudah mendapat banyak sekali karunia Tuhan, sampai cawannya meluber. Maka di ayat 6 ini dia tidak bicara tentang hal itu lagi.

Di ayat 6 Daud berkata bahwa kebaikan dan kemurahan Tuhan itu mengikuti dia. Kalau “mengikuti” itu berarti Daud berjalan dulu, lalu di belakangnya ada kebaikan dan kemurahan Tuhan, begitu, betul? Dengan demikian, Daud yang meninggalkan kebaikan dan kemurahan Tuhan di tempat yang sudah dilewatinya. Maka kebaikan dan kemurahan Tuhan itu untuk siapa? Untuk mereka yang bertemu dengan Daud, benar? Berarti seumur hidupnya Daud akan menjadi penyalur kebaikan dan kemurahan Tuhan kepada mereka yang bertemu dengannya.

Nah, kata “mercy” yang diterjemahkan “kemurahan”, juga berarti “pengampunan” ~ maka ayat ini bisa juga dimengerti bahwa Daud memperkenalkan kebaikan dan pengampunan Tuhan kepada orang-orang yang berinteraksi dengannya, supaya mereka mengenal kebaikan dan pengampunan Tuhan.

 

 

…and I will dwell in the house of the LORD for ever.

…dan aku akan diam dalam rumah TUHAN selamanya.

Dan akhirnya, Daud berkata dia akan tinggal di rumah Tuhan selamanya. Tentu saja ini bicara tentang sesudah kedatangan kedua Yesus Kristus untuk menjemput umatNya ke Surga. Sang Gembala akan datang sendiri dan membawa domba-dombaNya ke Surga untuk tinggal bersamaNya.

 

 

Inilah doa pujian Daud yang disampaikan dengan penuh keyakinan, bahwa dia mengakui Tuhan yang menguasai hidupnya, dan Tuhan yang sudah menyediakan segala kebutuhannya, Tuhan yang menuntunnya keluar dari lembah bayang-bayang maut, Tuhan yang menjaga dan mendisiplinnya, dan Tuhan yang menjamin kemenangannya, dan akhirnya dia akan bertemu dengan Tuhannya dan hidup bersamaNya.

 

Daud bukan manusia yang tidak pernah berbuat dosa. Semua manusia pernah berbuat dosa, tetapi Daud tidak tinggal di lembah bayang-bayang maut, dia mengikuti Gembalanya dan berjalan keluar dari sana. Itulah mengapa Mazmur 23 menjadi doa pujianku setiap malam. Melalui mazmur ini aku memperbarui pengakuanku, penyerahanku, rasa syukurku, dan keyakinanku dalam Tuhanku yang adalah Gembalaku.

 

 

 

03 06 25

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar