Selasa, 03 Juni 2025

239. MAZMUR 23

 

239.  MAZMUR 23

_______________________________

 

Sudah lama sekali Mazmur 23 menjadi pujian penutupku setelah aku berdoa setiap malam menjelang tidur. Setiap malam, bertahun-tahun lamanya. Alkitab memang tidak mengajar kita untuk menghafalkan doa, karena doa harus datang dari dalam hati masing-masing, bukan doa yang diulang-ulang karena kebiasaan. Tapi karena aku merasa bahwa doa pujian Nabi Daud ini begitu mirip dengan isi hatiku, dan sudah disusunnya dengan begitu indah, maka aku mengadopsinya sebagai doa pujianku sendiri, yang datang dari hatiku.

Sesungguhnya Mazmur 23, bersama Mazmur 22 dan 24 adalah mazmur Mesianik. Maksudnya ada bagian-bagian di dalam ketiga Mazmur tersebut yang adalah nubuatan tentang Sang Mesias. Tetapi kali ini aku tidak bicara tentang hal itu. Aku bicara Mazmur 23 sebagai doa pujian Daud.

 

Ketika aku masih muda, bagiku Mazmur 23 adalah bacaan yang biasanya dipakai di upacara perkabungan dan saking seringnya mendengar itu, jadi hafal dengan sendirinya, karena ini Mazmur yang singkat, hanya 6 ayat. Namun pada waktu itu aku belum benar-benar menghayati maknanya maupun implikasinya. Setelah tidak muda lagi, aku sangat menghayati Mazmur 23 ini, kata demi kata.  Mungkin banyak dari sesama orang Kristen yang seperti aku dulu. Karena itu terpikirkan olehku sekarang untuk membagikan apa sesungguhnya makna Mazmur 23 bagiku.

 

Di sini ayat-ayat yang aku pakai itu dari terjemahan KJV, dan bahasa Indonesianya diterjemahkan dari KJV, bukan terjemahan LAI.

Kita lihat ayat per ayat.

 

1       The LORD is my shepherd

         TUHAN adalah gembalaku…

Ini adalah suatu pengakuan Daud, bahwa Tuhan yang berkuasa atas hidupnya. Bagi domba, gembalanya adalah segalanya. Domba bergantung 100% pada gembalanya. Ke mana gembalanya membawanya merumput, domba itu akan ikut. Domba mengenal suara gembalanya. Domba tidak mengikuti gembala yang lain, dia hanya mengikuti gembalanya sendiri. Domba mempercayai gembalanya. Domba yakin bahwa gembalanya memelihara dia dengan baik. Maka pengakuan Daud bahwa Tuhan itu gembalanya, itu sama dengan berkata, hidupku adalah milik Tuhan, aku mau menurut apa pun yang dikehendaki Tuhan.

Jika kita berkata TUHAN adalah gembalaku” maka itu adalah pengakuan kita, bahwa kita berserah sepenuhnya kepada Tuhan, bahwa kita mau patuh pada semua kehendak Tuhan. Sayangnya walaupun kita sering berkata demikian, dalam kehidupan nyata kita tidak benar-benar mengizinkan Tuhan yang berkuasa atas hidup kita. Kita tidak benar-benar berserah kepada kehendak Tuhan. Kita hidup sesuka hati kita.

 

 

…I shall not want.

…aku tidak akan kekurangan.

Gembala menyediakan semua kebutuhan dombanya. Domba tidak bisa keluar sendiri dari kandangnya lalu pergi mencari makannya sendiri. Gembala-lah yang harus membawanya ke tempat di mana dia bisa merumput. Karena Daud mengakui Tuhan itu Gembalanya, dia yakin dia tidak kekurangan apa pun. Artinya segala yang dia butuhkan, pasti disediakan oleh Tuhan sebagaimana gembala menyediakan kebutuhan dombanya. Ini tidak berarti bahwa segala keinginan kita akan diberikan oleh Tuhan. Tuhan menyediakan semua kebutuhan kita supaya kita bisa hidup aman dan bahagia jasmani dan rohani. Yang tidak diberikan Tuhan kepada kita, berarti itu tidak baik bagi kehidupan jasmani dan rohani kita. Seperti gembala tidak akan memberikan ayam goreng untuk makanan dombanya, walaupun mungkin domba itu ingin, demikian pula Tuhan tidak akan memberi dombaNya apa yang tidak baik baginya jasmani atau rohani.

Kita sering merasa masih kekurangan bila kita merasa Tuhan tidak mengabulkan permintaan kita. Padahal, jika Tuhan tidak mengabulkan, itu karena Tuhan punya alasan yang tepat, Tuhan tahu apa yang kita tidak tahu, dan Tuhan memberi kita hanya yang terbaik bagi kita.

 

 

 

2        He maketh me to lie down in green pastures…

Ia membuat aku berbaring di padang rumput hijau…

Kata yang menarik di sini ialah He maketh me” artinya “Ia membuat aku”. Jadi Tuhan atau Sang Gembala yang menentukan di mana dombanya berbaring. Dan Dia tidak membiarkan dombaNya berbaring di sembarang tempat, tetapi di “padang rumput hijau” di mana si domba bisa makan dengan tenang sampai kenyang. Domba itu tadinya mungkin belum ingin berbaring, belum lapar, mungkin dia masih ingin main, lari-lari, tapi gembalanya membuat dia berbaring. Ada autoritas di sini. Gembala yang memimpin, dombanya patuh, karena gembalanya lebih tahu daripada si domba apa yang ada di depan. Mungkin setelah padang rumput yang hijau ini di depannya sudah tidak ada lagi padang rumput hijau, maka gembala yang tahu itu, membuat dombanya berbaring dan makan dulu, supaya jika nanti mereka melewati tempat yang tidak ada rumput hijaunya, dombanya tidak kelaparan.

Kita perlu percaya pada kebijakan Tuhan. Tuhan tahu apa yang ada di depan. Karena itu kalau Tuhan menyuruh kita “berbaring”, ya kita berbaring, mematuhi Tuhan itu selalu lebih baik daripada mengikuti keinginan kita sendiri.

 

 

…He leadeth me beside the still waters.

…Ia membimbing aku di samping air yang tenang.

Dengan sadar, Daud berkata bahwa Tuhan yang menuntunnya berjalan di samping sungai yang airnya tenang. Lagi-lagi Daud mengakui autoritas dan kebaikan Tuhan. Air yang tenang itu tempat yang aman, tidak ada binatang buas di sana. Sebagai Gembala, Tuhan mengamankan dombaNya. Sebelumnya Tuhan membuatnya makan, sekarang Tuhan menyediakan minumnya. Semua kebutuhan vitalnya dipenuhi, dan dipenuhi dengan yang terbaik, makanan yang terbaik: rumput hijau; dan minuman yang terbaik: air yang jernih. Air yang tenang itu pasti jernih, karena tidak ada yang ngobok-ngobok di sana, airnya ada di bagian atas, yang lain semuanya mengendap di dasar sungai.

Apakah kita menyadari bahwa Tuhan telah menyediakan kebutuhan vital kita dengan yang terbaik? Banyak dari kita tidak sadar betapa Tuhan setiap hari sudah memelihara kita. Lebih buruk lagi, sering kita menganggap semua kebaikan itu adalah hasil pencapaian kita sendiri.

Daud menyadari bahwa segala yang baik itu datang dari Tuhan, Gembalanya.

 

 

 

3        He restoreth my soul…

Ia menyegarkan jiwaku…

Daud berkata, Tuhan bukan hanya memenuhi kebutuhan fisiknya, Dia juga menyegarkan jiwanya. Dengan kata lain, Tuhan perduli baik pada jasmani maupun rohani dombaNya.

Jadi siapa yang bisa menyegarkan jiwa kita? Hanya Tuhan. Tapi banyak manusia yang mencoba menyegarkan jiwanya sendiri dengan segala macam hal yang disangkanya bisa menolongnya ~ dengan minum sampai mabuk, dengan memakai narkoba sampai teler, dengan kegiatan yang menantang maut, dengan hidup bebas sesuka hati mengabaikan segala norma susila, dengan segala macam perbuatan yang akhirnya merusak kesehatannya. Lalu ketika jiwanya tidak disegarkan, manusianya putus asa dan marah pada Tuhan. Jadi datanglah kepada Tuhan, turuti petunjukNya, maka jiwa kita akan disegarkan.

 

 

…He leadeth me in the paths of righteousness for his name's sake.

…Ia menuntun aku di jalan-jalan kebenaran, demi nama-Nya.

Perhatikan di sini Daud berkata bahwa Tuhan menuntunnya di “jalan-jalan kebenaran” berarti bukan hanya satu kali Tuhan menuntunnya, tapi berkali-kali (“jalan-jalan” = jamak), dan semuanya di jalan-jalan yang benar, tidak ada satu pun jalan yang tidak benar jika Tuhan yang menuntun. Mengapa? demi nama-Nya”. Inilah jaminannya. Nama Tuhan itu karakter Tuhan, nama Tuhan itu kemuliaanNya, nama Tuhan itu jaminan agung. Apa yang dilakukan Tuhan demi nama-Nya”, maka sudah pasti itu digenapiNya. Tuhan tidak akan ingkar janji.

Jadi maulah kita dituntun. Semua domba juga dituntun gembalanya. Masalahnya kita sering tidak mengakui Tuhan itu Gembala kita, dan kita ini dombaNya. Kita menganggap diri kita sama pintarnya seperti Tuhan, atau mungkin lebih pintar lagi, karena kita lebih memilih mengikuti suara hati kita daripada tuntunan Tuhan yang kita rasakan tidak sejalan dengan kehendak kita. Jika kita mau aman, ikutilah tuntunan Tuhan yang pasti menuntun kita di jalan-jalan kebenaran.

 

 

 

4        Yea, though I walk through the valley of the shadow of death…

Ya, sekalipun aku berjalan melalui lembah bayang-bayang maut…

Perhatikan di sini dikatakan “berjalan melalui” berarti tidak berhenti di sana, tidak menginap, tidak membuat rumah dan tinggal di sana. “berjalan melalui” itu artinya dijalani terus sampai keluar dari sana, bukan masuk ke sana lalu tidak keluar lagi.

Nah, ada kalanya kita, karena satu dan lain alasan, masuk ke lembah bayang-bayang maut. “Lembah” itu tempat yang di bawah, dengan kata lain kita sudah jatuh ke bawah, kondisi yang tidak menyenangkan, kondisi yang sulit. Di sini malah disebutkan “lembah bayang-bayang maut” jadi sudah mengerikan. Kata “maut” di Alkitab itu biasanya diartikan kematian kekal, kematian yang dialami mereka yang menolak Tuhan. “lembah bayang-bayang maut” berarti posisi kita sudah dibayangi ancaman kematian kekal, posisi kita sudah di ujung tanduk, salah melangkah sedikit lagi, kita sudah habis. Tetapi Daud di sini berkata, bahwa dia bukan “berjalan ke dalam”, melainkan “berjalan melalui”, atau berjalan melewati, tembus, memang sempat masuk tapi dia berjalan terus hingga keluar dari sana. Itu artinya “melalui”. Daud tidak bermaksud tinggal di lembah bayang-bayang maut. Di sini kita melihat tekad Daud. Walaupun dia sempat masuk ke lembah bayang-bayang maut, tapi dia tidak berniat diam di sana. Dia akan berjalan terus hingga dia keluar dari sana. Itu tekad. Kita juga harus punya tekad seperti itu. Bila suatu saat kita mendapati diri kita sudah terlanjur masuk ke lembah bayang-bayang maut (atau lembah apa pun), jangan putus asa lalu tinggal di sana. Teruslah berjalan hingga kita keluar dari sana.

 

 

…I will fear no evil: for Thou art with me…

…aku tidak akan takut pada yang jahat, sebab Engkau besertaku…

Daud berkata, selagi berjalan melalui lembah bayang-bayang maut itu, dia tidak takut pada kejahatan apa pun. Mengapa? Karena dia yakin Tuhan menyertainya. Gembalanya akan berjalan bersamanya. Itulah sebabnya dia akan bisa keluar dari sana, karena Gembalanya yang kenal jalan itu, berjalan bersamanya, memastikan bahwa dia akan keluar dari lembah itu dengan selamat. Jadi apa yang harus kita lakukan bila kita terlanjur masuk ke lembah bayang-bayang maut? Datang kepada Tuhan, mencari Tuhan, kembali kepada Tuhan, dan Tuhan Sang Gembala yang baik, akan berjalan bersama kita, dan membawa kita keluar dari lembah itu. Jangan mengandalkan kemampuan kita sendiri. Kita sudah salah jalan, kita tidak tahu jalan, kita tidak kenal kawasan itu, kita kesasar, kita tersesat masuk ke lembah bayang-bayang maut. Akuilah kesalahan kita, kembali kepada Tuhan, dan Tuhan yang akan menolong kita keluar dari sana.

 

 

Thy rod and Thy staff they comfort me.

…gada-Mu dan tongkat-Mu, mereka yang menghibur aku.

Nah, biasanya orang Kristen mengatakan “gada” dan “tongkat” itu artinya perlindungan penuh dari Tuhan. Tidak salah, tapi ada pengertian yang lebih khusus.

“Rod” atau bahasa Indonesianya diterjemahkan “gada” itu adalah sebatang kayu yang kuat yang dipakai si gembala untuk memukul mundur binatang-binatang buas yang mau menerkam dombanya.

“Staff” atau bahasa Indonesianya diterjemahkan “tongkat” adalah sebuah tongkat yang ujungnya berbentuk seperti kait yang dipakai si gembala untuk menarik domba yang keluar dari kawanannya agar kembali ke barisan yang seharusnya.

Jadi “gada” itu dipakai gembala untuk melindungi domba dari serangan binatang buas, dan “tongkat” itu dipakai gembala untuk mendisiplin domba supaya tetap ada di dalam kawanannya. Bagaimana ini diaplikasikan kepada kita, domba-domba simbolis? “Gada” dan “tongkat” adalah sarana yang dipakai Tuhan untuk menjaga agar anak-anakNya tetap selamat, apa saja itu? Dalam bentuk tulisan itu adalah Alkitab. Dan dalam bentuk hidup itulah Roh Kudus yang menginspirasi penulisan Alkitab. Dengan Alkitab dan Roh Kudus, Tuhan menjaga agar anak-anakNya tidak diterkam Setan (binatang buas) dan anak-anakNya tetap tinggal di dalam kandangnya yang aman.

Daud berkata bahwa “gada dan tongkat” itu menghibur dia. Nah, kalau “gada” itu menghiburnya, itu bisa kita pahami, karena gada itu untuk menggebuki binatang-binatang buas yang mau menyerang domba. Tapi bagaimana “tongkat” kok dianggapnya juga menghibur dia? Domba yang lehernya ditarik tongkat gembala supaya kembali ke kawanannya tentu merasa tidak enak, mungkin lehernya sakit juga. Tapi mengapa Daud berkata bahwa itu menghibur dia?  Karena Daud mengerti jika Tuhan sampai perlu mengambil tindakan untuk menarik dia kembali karena dia sudah melenceng keluar barisan, maka itu adalah demi kebaikan dia sendiri, bukan karena Tuhan tanpa alasan suka menarik lehernya untuk menyakitinya. Andai dia tidak melenceng keluar barisan, Tuhan juga tidak perlu menarik lehernya untuk kembali. Maka jika Gembala memakai tongkatNya untuk menariknya kembali, itu berarti Gembalanya sayang padanya dan tidak ingin kehilangan dia. Andai Gembalanya tidak perduli, ya dibiarkan saja domba itu berjalan sesukanya mau ke mana, hilang ya sudah tidak apa-apa. Itulah mengapa Daud berkata “gada-Mu dan tongkat-Mu, mereka yang menghibur aku”. Justru karena adanya “gada” dan “tongkat” itulah Daud merasa terhibur, artinya jika dia melenceng, Gembalanya pasti akan menariknya kembali, dia tidak akan dibiarkan hilang begitu saja.

 

 

 

5        Thou preparest a table before me in the presence of mine enemies…

Engkau menyediakan sebuah meja hidangan di depanku, di hadapan lawan-lawanku…

Kapan Tuhan menyediakan meja hidangan di depan Daud? Ketika peperangan sudah selesai? Ketika Daud sudah menang? Ketika semua lawannya sudah dikalahkan? Ternyata tidak. Daud berkata bahwa meja hidangan itu sudah disediakan ketika lawan-lawannya masih ada, ketika mereka masih belum dikalahkan. Ketika peperangan masih sedang berlangsung. Apa artinya? Artinya Daud yakin bahwa Tuhan sudah menganggapnya menang walaupun peperangan belum selesai. Tuhan memberinya jaminan bahwa Tuhan tahu dia akan menang, karena itu meja hidangannya sudah disiapkan. Ini juga cara Tuhan untuk menyampaikan kepada lawan-lawannya bahwa mereka pasti kalah, Daud yang akan menang. Dari mana Tuhan tahu Daud akan menang? Karena Tuhan mahatahu, Dia sudah tahu akhirnya dari awal.

 

 

…Thou anointest my head with oil…

…Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak…

Domba-domba sering diganggu serangga-serangga yang masuk ke telinga mereka dan menimbulkan penyakit yang bisa mematikan. Karena itu gembalanya mengoleskan minyak di kepala domba-domba itu, dengan demikian serangga-serangga itu tidak mendekat.

Tetapi ini secara simbolis juga merupakan tanda pengurapan. Mereka yang melayani Tuhan sebelum mereka bertugas, mereka lebih dulu diurapi, baik raja, baik imam. Nah, tapi kita bukan raja dan bukan imam. Ya, secara duniawi kita bukan raja dan bukan imam, tetapi di mata Tuhan kita adalah imamat yang kudus, imamat yang rajani.

1 Petrus 2:5, 9

5 Kamu juga sebagai batu yang hidup, sedang disusun untuk membangun sebuah rumah rohani, imamat yang kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang berkenan kepada Allah melalui Yesus Kristus

9 Tetapi kamu adalah angkatan yang terpilih, suatu imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaanNya sendiri yang unik, agar kamu boleh memberitakan puji-pujian tentang Dia yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang mengagumkan.

 

 

…my cup runneth over.

…cawanku isinya meluber keluar.

Sebegitu banyak isi yang dikaruniakan Tuhan, sampai Daud mengatakan bahwa cawannya sudah meluber keluar. Kekurangan tidak? Ya jelas tidak. Malah kebanyakan sampai tidak bisa menampung semuanya. Karena apa? Karena “TUHAN adalah gembalaku, aku tidak akan kekurangan.”

 

 

 

6        Surely goodness and mercy shall follow me all the days of my life…

Sudah pasti kebaikan dan kemurahan akan mengikuti aku seumur hidupku…

Daud memakai kata “sudah pasti”, jadi tidak ada keraguan, bukan harapan, bukan “semoga”, tapi keyakinan, bahwa “kebaikan dan kemurahan akan mengikuti” dia. Wah, luar biasa. Ke mana pun dia pergi, di mana pun dia berada, kebaikan dan kemurahan Tuhan ada di belakangnya. Dia tidak berjalan sendiri. Apa yang dimaksud dengan “kebaikan dan kemurahan akan mengikuti aku”? Mengapa kok “mengikuti”, mengapa bukan “mendahului”? Kita perlu jeli menangkap maknanya.

Kalau “mendahului” maka kebaikan dan kemurahan Tuhan ada di depan, lalu Daud yang mengikuti di belakang mereka, iya kan? Berarti Daud yang merasakan kebaikan dan kemurahan yang ditinggalkan Tuhan untuknya. Tapi di ayat sebelumnya sudah dikatakan bahwa cawan Daud sampai meluber isinya, ibaratnya sampai tidak bisa menampung semua yang dikaruniakan Tuhan, saking banyaknya. Berarti di ayat 5 Daud sudah berkata bahwa dia sudah mendapat banyak sekali karunia Tuhan, sampai cawannya meluber. Maka di ayat 6 ini dia tidak bicara tentang hal itu lagi.

Di ayat 6 Daud berkata bahwa kebaikan dan kemurahan Tuhan itu mengikuti dia. Kalau “mengikuti” itu berarti Daud berjalan dulu, lalu di belakangnya ada kebaikan dan kemurahan Tuhan, begitu, betul? Dengan demikian, Daud yang meninggalkan kebaikan dan kemurahan Tuhan di tempat yang sudah dilewatinya. Maka kebaikan dan kemurahan Tuhan itu untuk siapa? Untuk mereka yang bertemu dengan Daud, benar? Berarti seumur hidupnya Daud akan menjadi penyalur kebaikan dan kemurahan Tuhan kepada mereka yang bertemu dengannya.

Nah, kata “mercy” yang diterjemahkan “kemurahan”, juga berarti “pengampunan” ~ maka ayat ini bisa juga dimengerti bahwa Daud memperkenalkan kebaikan dan pengampunan Tuhan kepada orang-orang yang berinteraksi dengannya, supaya mereka mengenal kebaikan dan pengampunan Tuhan.

 

 

…and I will dwell in the house of the LORD for ever.

…dan aku akan diam dalam rumah TUHAN selamanya.

Dan akhirnya, Daud berkata dia akan tinggal di rumah Tuhan selamanya. Tentu saja ini bicara tentang sesudah kedatangan kedua Yesus Kristus untuk menjemput umatNya ke Surga. Sang Gembala akan datang sendiri dan membawa domba-dombaNya ke Surga untuk tinggal bersamaNya.

 

 

Inilah doa pujian Daud yang disampaikan dengan penuh keyakinan, bahwa dia mengakui Tuhan yang menguasai hidupnya, dan Tuhan yang sudah menyediakan segala kebutuhannya, Tuhan yang menuntunnya keluar dari lembah bayang-bayang maut, Tuhan yang menjaga dan mendisiplinnya, dan Tuhan yang menjamin kemenangannya, dan akhirnya dia akan bertemu dengan Tuhannya dan hidup bersamaNya.

 

Daud bukan manusia yang tidak pernah berbuat dosa. Semua manusia pernah berbuat dosa, tetapi Daud tidak tinggal di lembah bayang-bayang maut, dia mengikuti Gembalanya dan berjalan keluar dari sana. Itulah mengapa Mazmur 23 menjadi doa pujianku setiap malam. Melalui mazmur ini aku memperbarui pengakuanku, penyerahanku, rasa syukurku, dan keyakinanku dalam Tuhanku yang adalah Gembalaku.

 

 

 

03 06 25

 

 


Senin, 19 Mei 2025

 

238. MENGAPA PERAYAAN MINGGU PASKAH

BUKAN UNTUK ORANG KRISTEN

_______________________________

 

 

Karena ada teman2 yg heran mengapa di gerejaku tidak ada perayaan Paskah, maka aku mencoba menjelaskan di sini.

 

Paskah sebetulnya diterjemahkan dari kata "passover", dan itu adalah hari penyelamatan bangsa Israel dari tulah (plague) ke 10 yg jatuh atas bangsa Mesir.

Kita tentunya tahu kisah bagaimana karena adanya kelaparan di Kana’an, maka orang-orang Israel, tepatnya Yakub dan keturunannya, hijrah ke Mesir di zaman Yusuf menjadi perdana menteri di sana.

Untuk konteksnya mari kita baca.

Kejadian 46:2-6, 26

2 Lalu Allah berbicara kepada Israel dalam penglihatan waktu malam, ‘Yakub, Yakub!’ Dan dia berkata,Aku di sini.3 Lalu Dia berkata, ‘Akulah Allah, Allah ayahmu, janganlah takut pergi ke Mesir, sebab Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar di sana. 4 Aku akan pergi bersamamu ke Mesir dan Aku pasti juga akan membawa engkau kembali; dan Yusuf yang akan meletakkan tangannya di matamu.’ 5 Lalu berangkatlah Yakub dari Bersyeba, dan anak-anak Israel membawa Yakub, ayah mereka, anak-anak mereka dan isteri-istri mereka, ke dalam kereta-kereta yang telah dikirim Firaun untuk menjemputnya. 26 Semua orang yang pergi ke Mesir bersama-sama dengan Yakub, yang berasal dari tubuhnya (= anak-cucunya) selain istri-istri anak-anaknya, seluruhnya berjumlah enam puluh enam jiwa.

 

Jadi Yakub dan seluruh keluarga besarnya, semuanya berjumlah 66 orang, pindah ke Mesir. Di Mesir mereka diperlakukan dengan baik, mendapat tanah yang terbaik di Gosyen, semua  karena Yusuf, anak Yakub, saat itu adalah perdana menteri Firaun Mesir. Tetapi kondisi berubah setelah Yusuf mati.

 

Keluaran 1:6-8

6 Kemudian matilah Yusuf, semua saudaranya, dan semua orang yang seangkatan dengan dia. 7 Tetapi orang-orang Israel itu subur dan bertambah sangat banyak, berlipat ganda dan berkembang menjadi sangat kuat; dan negeri itu dipenuhi mereka. 8 Kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf.

 

Singkat cerita selama 71 tahun yang pertama di masa Yusuf masih hidup, bangsa Israel hidup nyaman di tanah Gosyen, mereka dianggap tamu yang dihormati. Tapi setelah kematian Yusuf, bangsa Israel mengalami penindasan di Mesir, sekarang mereka dijadikan budak oleh Firaun-firaun yang baru.

Dan selama kurang-lebih 140 tahun mereka hidup sengsara sebagai budak bangsa Mesir.

Untuk penghitungan ini bisa dilihat di pembahasan tersendiri di:

https://smaragd842.blogspot.com/2016/11/how-long-were-israelites-in-egypt.html

 

Nah, Tuhan berjanji kepada Yakub akan mengembalikan bangsa Israel ke tanah perjanjian,

4 Aku akan pergi bersamamu ke Mesir dan Aku pasti juga akan membawa engkau kembali…” (Kejadian 46:4), maka ketika tiba saatnya menurut waktu Tuhan, Tuhan pun membangkitkan Musa untuk membawa semua orang Israel keluar dari Mesir kembali ke tanah perjanjian.

 

Nah, kita sudah tahu bahwa Firaun yang berkuasa pada waktu itu, Tutmoses III, tidak mengizinkan bangsa Israel meninggalkan Mesir, maka Tuhan melalui Musa menurunkan 10 tulah kepada Mesir.

Nah, lolosnya bangsa Israel dari tulah yg ke10 itulah yg diperingati sebagai "passover" atau paskah oleh bangsa Israel.

Tulah yang ke-10 ialah kematian semua anak sulung di Mesir. Untuk memisahkan antara keluarga orang Israel dan orang Mesir, maka pada kusen pintu rumah orang-orang Israel disuruh memberi tanda. Cerita lengkapnya ada di Keluaran pasal 12 dan seterusnya.

 

1.    Jadi pada saat itu, dimulai pada tgl 10 Nisan (kalender Israel),

setiap keluarga Israel harus membawa pulang seekor domba yg mulus tidak ada cacatnya, untuk dipiara sendiri di rumah mereka. Ini melambangkan Yesus selama 3½ tahun hidup melayani manusia sebelum Dia dikurbankan di salib.

2.    Pada hari ke14 bulan Nisan, pada siang harinya

masing-masing keluarga orang Israel harus menyembelih domba itu. Ini melambangkan penyaliban Yesus.

3.    Darah domba itu lalu dioleskan di kusen-kusen pintu,

supaya malaikat yang akan melaksanakan tulah ke10, yang akan membunuh semua anak sulung orang Mesir, tidak membunuh anak sulung di rumah orang Israel yg pintunya ditandai olesan darah domba paskah itu. Malaikat itu "passover", atau melewati rumah itu. Dengan demikian darah domba itu (yang melambangkan darah Kristus) yang melindungi keluarga tersebut dari kematian.

4.    Domba kurban yang sudah disembelih itu lalu dipanggang utuh,

dan ketika matahari terbenam (berarti sudah masuk ke hari ke-15 Nisan) domba itu harus dimakan oleh masing-masing keluarga Israel dengan sayuran pahit dan roti tidak beragi. Mereka harus memakannya dengan sudah berpakaian lengkap, siap untuk berangkat, dengan pinggang terikat, bersepatu, dan tongkat di tangan.

5.    Semua harus berada di dalam rumah, di balik pintu yang kusen-kusennya bertenda darah, menunggu perintah Tuhan kapan mereka berangkat.

6.    Jika ada sisa yang tidak habis dimakan, itu harus mereka bakar habis, tidak boleh ditinggalkan, (melambangkan itu khusus hanya buat orang Israel, bangsa lain tidak punya bagian).

7.    Lalu malam itu ketika Tuhan memberikan perintah,

orang Israel berangkat Eksodus dipimpin Musa sementara orang-orang Mesir bingung karena kematian semua anak sulung mereka.

 

Nah, ini menjadi perayaan khusus bagi bangsa Israel (orang Yahudi) turun-temurun untuk mengingat bagaimana Tuhan telah memimpin mereka keluar dari Mesir.

Jadi Paskah atau “Passover” itu selalu berkaitan dengan domba yang dikurbankan yang darahnya dipakai untuk menandai kusen-kusen pintu.

 

 

Sekitar 1480 tahun kemudian, di tahun 31 AD, Yesus mati sebagai kurban Domba Allah pada tanggal 14 Nisan juga, sama seperti domba passover yg pertama dulu, dan hari itu (14 Nisan) tahun itu jatuh pada hari Jumat, yang kalian sebut “Good Friday”. Tuhan tidak memberinya nama Good Friday. Bangsa Israel menyebut hari dengan nomor kronologinya sesuai siklus satu minggu, "hari pertama (hari Minggu), hari kedua (Senin), hari ketiga (Selasa)" dst. Satu-satunya hari yang diberi nama oleh Tuhan ialah hari ketujuh, Tuhan menyebutnya "hari Sabat".

 

 

Yesus menyuruh murid-muridNya untuk memperingati kematianNya dengan upacara Perjamuan Kudus bukan dengan upacara Paskah.

Lukas 22:15, 19-20

15 Lalu Ia berkata kepada mereka, ‘Dengan kerinduan Aku telah merindukan makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita.’ 19 Dan Ia mengambil roti, mengucap syukur, dan memecah-mecahnya dan memberikannya kepada mereka, dengan berkata, ‘Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.20 Demikian juga Dia juga mengambil cawan sesudah makan; dengan berkata, ‘Cawan ini adalah perjanjian baru dalam darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.

 

Sangat jelas di sini bahwa upacara Paskah telah diganti dengan Perjamuan Kudus. Kematian Yesus tidak disuruh memperingati setiap tgl. 14 Nisan atau setiap Good Friday setahun sekali, melainkan setiap kali jemaat mengadakan upacara Perjamuan Kudus.

Dengan demikian, sangat tidak alkitabiah mengaitkan kematian dan kebangkitan Kristus dengan Paskah.

 

 

Orang Kristen menyebut hari kebangkitan Yesus itu “Easter Sunday”, padahal perkataan “Easter” itu justru berasal dari nama seorang dewi pagan: “Ishtar”. Cari saja di Google, banyak keterangannya. Perayaan Easter itu diciptakan jauh kemudian. Yang paling awal itu di abad ke2 Masehi, berarti lebih dari 100 tahun setelah kebangkitan Yesus.

 

Selain itu, Kebangkitan Yesus pada 16 Nisan di tahun 31, itu TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN PASSOVER bangsa Israel.  

v   Pertama karena “Passover” Eksodus itu khusus untuk bangsa Yahudi,

karena yang keluar dari perbudakan Mesir hanya bangsa Yahudi, bangsa-bangsa lain tidak. Sebaliknya Yesus mati dan bangkit untuk menebus dan menyelamatkan barangsiapa yg mau dari semua bangsa, semua manusia yg pernah hidup di dunia ini.

v   Dan kedua karena saat kematian Yesus di salib, tirai Bait Suci tercabik dua

Lukas 23:45

45 Lalu matahari pun menjadi gelap dan tabir Bait Suci terbelah dua.

 

menandakan berakhir sudah semua upacara Bait Suci Yahudi, karena Domba Allah Sendiri sudah menggenapi semua upacara yg merupakan simbol dari proses penyelamatan manusia.

Setelah kematian Kristus, semua manusia bisa datang dalam doa langsung kepada Tuhan untuk mendapatkan pengampunan dosa, tidak usah lagi menyembelih hewan kurban di Bait Suci.

 

 

Kematian dan kebangkitan Yesus itu diperingati umatNya dalam upacara baptisan, bukan dengan Paskah, karena upacara baptisan merupakan tanda seseorang yg mau ditebus dan diselamatkan oleh darah Yesus.

Karena itu baptisan yang alkitabiah harus dengan cara diselamkan, melambangkan mati dikuburkan bersama Yesus (masuk air, tidak bernafas = mati), lalu bangkit bersama Yesus (keluar dari air, bernafas lagi = hidup baru).

Kolose 2:12

12 dikuburkan bersama Dia dalam baptisan, di mana kamu juga dibangkitkan bersama Dia melalui iman karena perbuatan Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati.

 

 

KESIMPULAN:

Maka Kristen yang alkitabiah itu merayakan kebangkitan Kristus dalam upacara baptisan, bukan setahun sekali pada hari Easter Sunday atau hari Minggu setelah Good Friday. Karena kalender Yahudi itu lunar, bukan solar, jadi setiap tahun tgl. 14 Nisan (penyaliban Yesus) tidak selalu jatuh pada hari Jumat, dan 16 Nisan (kebangkitan Yesus) tidak selalu jatuh pada hari Minggu.

Selain itu makna "passover" itu tidak berlaku bagi non-Yahudi karena mereka tidak ikut dibebaskan dari perbudakan Mesir. “Passover” atau Paskah itu hanya dialami oleh bangsa Israel.

Juga karena “Passover” selalu berkaitan dengan domba yang dikurbankan dan darahnya yang dioleskan pada kusen pintu, maka peringatan upacara itu sudah berakhir ketika Yesus mati di salib dan tirai Bait Suci robek dari atas ke bawah, menandakan bahwa tidak perlu ada persembahan kurban lagi, karena Domba Allah yang sejati sudah menggenapi simbol tersebut.

 

 

Sebagai orang Kristen, hendaknya kita tetap berpegang pada Alkitab, apa yang diajarkan di Alkitab, karena Alkitab itu penulisannya diilhami oleh Tuhan yang infinit.  Kita perlu mempelajari dengan teliti apa isinya, dan mengikuti segala yang diajarkan Alkitab, tidak menambahi atau mengurangi dengan ajaran-ajaran manusia yang fana. Apa yang disuruh Tuhan untuk kita lakukan, ya kita lakukan. Itu saja sudah cukup banyak, tidak perlu kita tambahi dengan ciptaan kita sendiri. Dan apa yang dilarang Tuhan untuk dilakukan, jangan kita lakukan. Bukan terbalik.

 

 

 

 

 

20 05 25