Selasa, 16 April 2024

234. DIBAPTIS OLEH API

 

234. DIBAPTIS OLEH API

_______________________________

 

 Lukas 3:16

16 Yohanes menjawab, berkata kepada mereka semua, ‘Aku memang membaptis kamu dengan air, tetapi Satu yang lebih berkuasa daripadaku  datang yang tali sandal-Nya pun aku tidak layak melepaskan. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.

 

Kita tentunya sudah sering membaca ayat ini, ayat yang serupa terdapat juga di Matius 3:11. Aku merasa aku sudah mengerti ayat ini, dan tidak pernah berpikir lebih mendalam tentang isinya. Ini adalah kata-kata Yohanes Pembaptis yang mau memperkenalkan Sang Mesias kepada masyarakat Yahudi. Yohanes memang mengemban tugas untuk membuka jalan atau meratakan jalan bagi Sang Juruselamat sebelum kemunculanNya di publik.

 

Siapa Yohanes Pembaptis ini, kita tentunya sudah tahu. Ratusan tahun sebelum kelahirannya, kehadirannya dan tugasnya sudah dinubuatkan oleh nabi Yesaya. Mari kita lihat beberapa ayat sebelumnya.

Lukas 3:3-6

3 Dan ia (Yohanes) datang ke seluruh daerah sekitar Yordan, berkhotbah tentang pembaptisan hasil pertobatan demi pengampunan dosa-dosa. 4 Seperti ada tertulis dalam kitab kata-kata Yesaya, nabi, yang mengatakan, ‘Suara seorang yang berseru di padang gurun: Kalian persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalur bagi-Nya.  5 Setiap lembah akan diisi dan setiap gunung dan bukit akan dibuat datar, dan yang berliku-liku akan dibuat lurus, dan jalan-jalan yang bergeronjal akan dibuat halus, 6 dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.

 

Jadi Yohanes punya tugas mulia: meluruskan jalur yang berliku, meratakan lembah dan bukit, menghaluskan jalan yang berbatu, semua ini artinya membuat persiapan lengkap sebelum kedatangan Yesus supaya ketika Yesus datang, tinggal meluncur dengan lancar, masyarakat sudah tahu bahwa inilah Sang Mesias yang datang untuk menyelamatkan manusia. Itulah tugas yang diemban Yohanes. Bukan tugas yang mudah, seperti pekerjaan membabat alas (hutan), supaya tempat tersebut bisa dibangun. Jadi Yohanes Pembaptis punya tugas memudahkan tugas yang diemban Yesus.

 

Dan sekarang Yohanes berkata, bahwa Yesus nanti akan membaptis dengan Roh dan dengan api.

 

Nah, kita semua tentunya tahu apa artinya dibaptis dengan Roh.

Yohanes 3:5

5Jawab Yesus,  Sungguh-sungguh Aku berkata kepadamu, kecuali seorang manusia dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk Kerajaan Allah.

 

Jadi menurut Yesus untuk bisa masuk Kerajaan Allah, manusia harus  “dilahirkan dari air dan Roh.”

Ø   “dilahirkan dari air”

Itu jelas bicara tentang baptisan literal, dengan cara dibenamkan ke dalam air (yang melambangkan kematian orang lama yang berdosa), lalu diangkat kembali keluar dari air (yang melambangkan kebangktan kepada hidup yang baru yang tidak lagi berdosa). Ini adalah tanda pertobatan manusia itu secara lahiriah.

 

Ø   “dilahirkan dari Roh”

Ini adalah perubahan dalam hidup seorang pengikut Kristus yang sudah dibaptis dalam air. Setelah menerima Kristus sebagai Juruselamat dan dibaptis dalam air sebagai tanda lahiriahnya, maka harus ada suatu pengalaman hidup yang baru dalam Kristus. Ini adalah awal proses pengudusan seorang. Melalui baptisan air, dia sudah menyatakan mau meninggalkan kehidupannya yang lama, yang berteman dengan dosa, dan sekarang dia mulai menapak kehidupan rohani yang baru dengan tuntunan Roh Kudus, dia berjalan dalam kepatuhan kepada Hukum Tuhan, belajar mengasihi Tuhan dengan segenap esensinya, dan berserah penuh kepada Tuhan.

 

 

“dilahirkan dari air” jika tidak diikuti oleh “dilahirkan dari Roh”, tidak ada gunanya. Kata Yesus  “tidak dapat masuk Kerajaan Allah”. Berarti baptisan literalnya percuma, baptisan air saja tidak menyelamatkan. Dia tetap tidak bisa masuk Kerajaan Allah. Jadi harus ada kedua-duanya: “dilahirkan dari air dan dari Roh”, tidak bisa hanya baptisan dari air saja.

 

Hal ini tentunya kita yang Kristen sudah paham, walaupun banyak dari kita yang mengabaikan persyaratan  “dilahirkan dari Roh”.  Kita masih tetap terus berbuat dosa setelah kita dibaptis, dan kita tidak sungguh-sungguh “membunuh orang lama” kita. Segala kegemaran kita yang tidak diperkenan Allah, pola hidup kita, pola makan kita yang lama yang bertentangan dengan ajaran dan ketentuan Allah, tetap kita lakukan dengan dalih “tidak apa-apa”, tidak ada manusia yang sempurna, Tuhan pasti mengerti. Kan kita tidak berbuat dosa besar, tidak membunuh, tidak berzinah, tidak mencuri; kalau dosa-dosa kecil berbohong kecil-kecil, makan sesuka hati kita, melanjutkan hobi yang tidak diperkenan Allah, itu tidak apa-apa. Ini bisikan Setan. Setan tidak akan membisiki kita untuk membunuh orang, itu perbuatan yang terlalu mengerikan dan kita sendiri belum tentu punya nyali untuk berbuat itu, jadi Setan menanamkan dalam pikiran kita bahwa kalau berbohong itu tidak apa-apa, itu dosa kecil. Makan apa yang dilarang Tuhan itu tidak apa-apa, itu malah sering dianggap bukan dosa, melakukan aktivitas yang tidak serasi dengan kehidupan anak Tuhan itu juga tidak apa-apa. Padahal kita tahu, dalam kamus Tuhan, di Alkitab, tidak ada yang dikategorikan dosa kecil atau dosa besar. Semua yang melanggar Hukum, Perintah, peraturan, ketentuan Tuhan, itu namanya DOSA.

1 Yohanes 3:4

Siapa yang berbuat dosa, juga melanggar hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran Hukum Allah.

 

Bahkan bukan hanya bila berbuat yang salah itu dosa, ternyata tidak berbuat yang baik pun itu sudah dosa!

Yakobus 4:17

Jadi, bagi dia yang tahu bagaimana berbuat baik, dan tidak melakukannya, baginya itu dosa.

 

Tuhan mengajar anak-anakNya untuk bertanggung jawab. Jika kita sudah memilih untuk ikut Kristus, dan itu kita nyatakan dengan menjalani upacara baptisan di hadapan manusia, maka kita harus bertanggungjawab memegang komitmen untuk melakukan bagian kita. Janji yang kita ucapkan pada waktu baptisan itu sama dengan sebuah kontrak, sebuah perjanjian yang sah antara Tuhan dengan kita:

Ø   Tuhan berjanji menjadi Allah kita, menjadi Bapa kita yang di Surga.

Tuhan Allah Bapa yang mengasihi kita dan telah menebus kita dari kematian kekal akan menyediakan semua kebutuhan kita sesuai hikmatNya, selalu melindungi dan memelihara kita sampai akhir masa. Itu komitmen Tuhan.

Ø   Kita berjanji menjadi anak-anakNya.

Jangan lupa yang namanya anak ya harus patuh kepada peraturan ayahnya, bukan sebaliknya. Jadi kalau kita mengaku anak Tuhan, kita harus patuh pada Tuhan. Karena kita sudah ditebus dan diselamatkan, kita adalah milik Tuhan, maka kita harus patuh kepada Pemilik kita. Itu bagian komitmen kita. Jadi kalau kita masih melanggar Hukum, Perintah, ketentuan, peraturan Tuhan, kita tidak melakukan komitmen kita. Dan tahukah apa akibatnya? Bila salah satu pihak yang terikat dalam kontrak tidak melakukan komitmennya, istilah populernya itu “wanprestasi”, maka itu bisa membuat pihak yang dirugikan membatalkan atau mengakhiri perjanjian kontrak yang ada.

 

Jadi menurut Yesus, jika kita mau dibaptis dalam air, itu diikuti oleh kewajiban dibaptis dalam Roh. Karena hanya dengan tuntunan Roh Kudus kita bisa hidup patuh pada semua Hukum, Perintah, ketentuan dan peraturan Tuhan. Dari diri kita sendiri kita tidak mungkin melakukan itu karena kita punya kodrat yang condong kepada segala yang dosa. Kalau kita mengikuti suara hati kita sendiri, kemauan kita sendiri, kita pasti tidak bisa patuh pada Tuhan. Karena itu “dilahirkan dari air dan Roh” itu satu paket, istilahnya sekarang “bundling”, harus diambil kedua-duanya.

 

Tapi di Lukas 3:16 dan juga Matius 3:11, disebutkan satu lagi baptisan yang lain di luar baptisan air dan Roh, yaitu BAPTISAN API.

Lukas 3:16

16 Yohanes menjawab, berkata kepada mereka semua, ‘Aku memang membaptis kamu dengan air, tetapi Satu yang lebih berkuasa daripadaku  datang yang tali sandal-Nya pun aku tidak layak melepaskan. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.

 

Jadi ayat ini menyebut 3 macam baptisan:

1.   Baptisan air

Dibaptiskan oleh manusia (Yohanes Pembaptis kan manusia?) ~ di zaman kita ini dilakukan oleh pendeta yang sudah diurapi. Ini untuk menyatakan kepada dunia bahwa kita secara resmi telah memilih menjadi pengikut Kristus, mau meninggalkan kehidupan lama yang berdosa, dan menjadi manusia baru yang mengikuti teladan Juruselamat kita.

 

2.   Baptisan Roh

Dibaptiskan oleh Tuhan (Roh Kudus yang mewakili Yesus) ~ ini sampai kapan pun dilakukan oleh Roh Kudus, bukan dilakukan manusia. Baptisan Roh ini tidak hanya terjadi satu kali, tapi berulang-ulang sepanjang sisa hidup kita, mulai kita dibaptis hingga kita mati. Ini proses pengudusan kita. Roh Kudus menuntun kita untuk meninggalkan semua perbuatan, pikiran, dan perkataan kita yang tidak berkenan kepada Tuhan. Ini proses transformasi kita dari yang tadinya pengikut Setan menjadi anak Tuhan yang diperkenan Tuhan. Jika kita sungguh-sungguh mengikuti tuntunan Roh Kudus, proses transformasi bisa lebih cepat. Jika kita manja, tentu saja proses itu lebih lamban. Jika kita bebal dan alot dan terus memberontak dengan sengaja terhadap tuntunan Roh Kudus, ya proses ini tidak akan pernah selesai, dan kita akan mati tanpa pernah menyelesaikan baptisan Roh ini, berarti kita akan tergolong mereka yang “tidak dapat masuk Kerajaan Allah”.

 

3.   Baptisan api

Nah, ini yang baru buat aku.

Selama ini aku menganggap baptisan api itu kesukaran-kesukaran, gemblengan-gemblengan yang dialami anak-anak Tuhan untuk mematangkan kerohaniannya, seperti emas yang harus dimurnikan dalam api. Ternyata bukan.

Terima kasih kepada Pdt. Kristiyono Sarjono yang menjelaskannya. Baptisan api ternyata adalah PENGHUKUMAN OLEH API atas mereka yang tidak selamat pada akhirnya.

Dan kita lihat bahwa baptisan api ini dilakukan oleh Yesus sendiri.

 

Dan ini menjadi jelas bila kita melihat ke ayat selanjutnya.

Lukas 3:17

yang alat penampiNya ada di tangan-Nya, dan Ia akan membersihkan secara menyeluruh tempat pengirikan-Nya, dan akan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung-Nya, tetapi sekamnya Ia akan bakar dengan api yang tidak bisa dipadamkan.

 

Ini ada gambar alat penampi, yang di KJV disebut “winnowing fan” (kipas penampi). Jelas ayat 17 ini bicara tentang Yesus yang akan memisahkan antara gandum dan sekam dengan kipas penampi itu.

 


Karena Lukas 3:17 ini segera mengikuti ayat 16 yang kata terakhirnya adalah tentang baptisan api, maka pasti ayat 17 ini merupakan kelanjutan ayat 16.

 

Konsep ini juga dicatat oleh Matius. Dan bisa kita lihat di:  

Matius 3:11-12

11Aku memang membaptis kamu dengan air untuk pertobatan, tetapi Ia yang datang setelah aku itu lebih berkuasa daripada aku, yang sandalnya saja tidak layak aku bawa. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. 12 Yang alat penampi ada di tangan-Nya dan Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya secara menyeluruh dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi Ia akan membakar habis sekamnya dengan api yang tidak bisa dipadamkan.

 

Ini ada kutipan tulisan E.J. Waggoner di Bible Echo no. 14 25 terbitan 24 Juni 1899.

Baptism in water is for the remission of sins, and so it is sometimes referred to as washing away sin. See Acts 22:16. Consistently with this idea, the baptisms of fire for the purpose of washing away sin; but there is this difference; the baptism by water is for the remission of sin and the salvation of the individual; but the baptism by fire is for the destruction of the sin and of the individual upon whom it is found. It is this that is brought to view in Isaiah 4:3, 4:- BEST June 24, 1899, par. 8

 

Baptisan air itu untuk pengampunan dosa, itulah mengapa terkadang ini disebut sebagai pembasuhan dosa sampai hilang. Lihat Kisah 22:16. Konsisten dengan konsep ini, baptisan api ialah untuk tujuan pembersihan dosa, tetapi ada perbedaan ini: baptisan air itu untuk pengampunan dosa dan keselamatan si individu; tetapi baptisan api itu untuk pemusnahan dosa dan si individu, di mana dosa tersebut ditemukan. Inilah yang dikemukakan di Yesaya 4:3, 4. BEST June 24, 1899, par. 8

 

 

This is the time when “whomsoever was not found written in the book of life [“written among the living in Jerusalem”] was cast into the lake of fire” (Revelation 20:15); the time of the melting of the elements with fervent heat, in the day of judgment and perdition of ungodly men (2 Peter 3:7, 10), when “the inhabitants of the earth are burned, and few men left.” Isaiah 24:6. BEST June 24, 1899, par. 10

 

Inilah saatnya ketika  barangsiapa yang namanya tidak ditemukan tertulis di dalam Kitab Kehidupan itu [“tertulis di antara yang hidup di Yerusalem”],  dilemparkan ke dalam lautan api itu.” (Wahyu 20:15), saat ketika unsur-unsur mencair oleh panas tinggi, pada hari penghakiman dan kebinasaan manusia-manusia yang tidak baik (2 Petrus 3:7-10), ketika  “penduduk bumi akan terbakar dan sedikit manusia yang tersisa.(Yesaya 24:6) BEST June 24, 1899, par. 10

 

 

At that time the filth of the daughters of Zion shall be washed away, and the blood of Jerusalem purged with fire. The earth will be cleansed from the curse of sin. Before that time all will be given a chance to wash themselves from sin in the blood of the Lamb; on such the second death-the lake of fire-will have no power. But those who refuse the gracious offer will have to be baptized when the time comes for this to be done, those who have fully identified themselves with sin, and who are permeated with it, will necessarily be destroyed by the same fire which removes it from the earth. BEST June 24, 1899, par. 11

 

Pada waktu itu seperlima dari putri-putri Sion akan tersapu pergi dan darah Yerusalem dimurnikan dengan api. Bumi akan dibersihkan dari kutukan dosa. Sebelum waktu itu semua akan diberi kesempatan untuk membersihkan diri sendiri dari dosa dalam darah Sang Domba, pada mereka ini kematian kedua ~ lautan api ~ tidak punya kuasa. Tetapi mereka yang menolak tawaran kemurahan itu akan harus dibaptis ketika waktunya datang untuk melakukan itu, mereka yang telah mengidentifikasi diri mereka sendiri dengan dosa dan yang dirinya telah dipenuhi oleh dosa, haruslah dibinasakan oleh api yang sama yang melenyapkan dosa dari bumi. BEST June 24, 1899, par. 11

Jadi kalau baptisan air itu dan baptisan Roh itu bersifat positif bagi yang dibaptis, yang melayakkan dia menjadi ahliwaris kerajaan Surga; baptisan api itu mengeliminasi dia selamanya dari kerajaan Surga.

 

Semoga kita semua tidak terkena baptisan api. Untuk itu, kita harus memanfaatkan baptisan Roh sebaik-baiknya untuk menyempurnakan kerohanian kita supaya kita lulus dalam penampian Tuhan, ketika dengan kipas penampiNya Tuhan memisahkan gandum dan sekam. Jangan lupa penampian itu terjadi sebelum kedatangan kedua Yesus, sebelum pintu rahmat Allah untuk pertobatan ditutup. Penampian itu sedang terjadi sekarang.

 

 

 

 

 

 

16 04 24

Minggu, 25 Februari 2024

233. LEAD US NOT INTO TEMPTATION

 

233. LEAD US NOT INTO TEMPTATION

_______________________________

 

Seorang pendeta senior berkhotbah bahwa kalau kita minta kepada Tuhan untuk tidak kena pencobaan, itu sesuatu yang mustahil, karena hanya orang mati yang tidak kena pencobaan. Semua orang harus kena pencobaan sebab katanya, melalui pencobaan itu kita naik kelas. Wah, aku agak kaget mendengar ini, karena ini bertolakbelakang dengan ajaran Tuhan Yesus.

Bahkan, kata pendeta ini, kena pencobaan adalah berkat, lalu dia mengutip apa yang tertulis di Yakobus 1:12.

 

Filsafat dunia juga mengajarkan yang intinya serupa. Mark Twain seorang sastrawan dan filsuf yang tidak pernah menerima Tuhan (katakanlah pro-atheisme) menulis dalam kumpulan ceritanya The Mysterious Stranger, sebuah kisah tentang kalimat “Lead us not into temptation” (jangan menuntun kami ke dalam pencobaan) yang diubahnya menjadi “Lead us into temptation” (tuntunlah kami ke dalam pencobaan). Singkatnya filsafat yang diajukannya demikian, jika Tuhan yang menuntun kita masuk ke dalam pencobaan, maka Tuhan pasti menuntun kita keluar dari pencobaan itu. Jadi kita aman. Tapi konsep ini bukan konsep alkitabiah. Mengapa? Karena Tuhan tidak akan menuntun manusia masuk pencobaan. Tuhan tidak mau mencobai manusia. Yakobus 1:13 berkata, Allah sendiri tidak mencobai siapa pun”. Jadi kita harus berhati-hati, sebagus-bagusnya filsafat manusia, jika itu bertentangan dengan ajaran Tuhan, jangan kita dengarkan, karena kita bisa tersesat dalamnya.

 

Kita kembali kepada khotbah pendeta yang mengatakan bahwa setiap manusia harus dicobai supaya naik kelas, dan dia mengutip Yakobus 1:12.

Yakobus 1:12

Diberkatilah orang yang tahan dalam pencobaan; sebab apabila ia sudah teruji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang telah dijanjikan Allah kepada mereka yang mengasihi Dia.

 

Pertama, pendeta ini kurang teliti dalam membaca ayat ini. Ayat ini tidak berkata bahwa orang yang masuk dalam pencobaan itu diberkati, tetapi orangYANG TAHAN dalam pencobaan” yang diberkati. Jadi beda.

Kalau kita lihat tulisan Greekanya yang asli, kata yang diterjemahkan “tahan” atau “endureth” di KJV, itu adalah ὑπομένω [hupomenō], yang artinya bersabar dalam, bertahan dalam, tetap teguh, tidak goyah, ulet. Jadi ayat ini mengatakan, orang yang kena pencobaan, tetapi tidak jatuh, tidak murtad, tidak meninggalkan imannya, tidak menyangkal Tuhannya, dia itulah yang diberkati. Dia diberkati bukan karena masuk  pencobaan, tetapi karena dia tidak goyah saat dia kena pencobaan. Bisa dipahami bedanya ya?

 

Nah, memang benar bahwa setiap manusia pasti pernah masuk ke dalam pencobaan, sama seperti setiap manusia pasti pernah berbuat dosa. Tapi itu tidak berarti bahwa kita tidak harus belajar menghindari pencobaan maupun belajar menghindari dosa dengan bantuan Tuhan. Kalau bisa lebih baik kita tidak masuk ke dalam pencobaan.

Kena pencobaan sesungguhnya bukanlah kondisi yang ideal, karena di ayat berikutnya diterangkan mengapa kita bisa kena pencobaan. Mari kita teruskan membaca.

Yakobus 1:13-15

13            Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: ‘Saya dicobai Allah!’ Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun.

14            Tetapi setiap orang dicobai, saat ia diseret oleh hawa nafsunya sendiri, dan terpikat.

15            Lalu ketika hawa nafsu itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan dosa, bila itu sudah selesai (dilakukan), ia melahirkan maut.

 

Lho, mengerikan!

Poin yang pertama yang harus kita ingat ialah, Allah sendiri tidak mencobai siapa pun.” Ini penting, karena manusia cenderung menimpakan segala musibah kepada Tuhan, “O, itu sudah kehendak Tuhan”, “itu sudah ditakdirkan Tuhan”, “itu sudah suratannya”, gunung meletus itu kehendak Tuhan, pesawat jatuh itu kehendak Tuhan, gempa bumi itu kehendak Tuhan, tsunami itu kehendak Tuhan, kapal karam itu kehendak Tuhan, tertabrak di jalan itu kehendak Tuhan, kena penyakit itu kehendak Tuhan ~~ semua yang negatif itu salah Tuhan. TIDAK!

Memang ada bencana yang didatangkan Tuhan sebagai hukuman, tetapi sebelum bencana itu diturunkan, Tuhan selalu memberi peringatan lebih dulu, Tuhan selalu memberikan kesempatan terakhir bagi manusia untuk bertobat. Jika tidak mau bertobat, baru hukuman diturunkan. Ini bisa kita lihat:

ü   saat air bah di zaman Nuh.

Tuhan  sudah memberitahu akan ada air bah 120 tahun sebelumnya. Tuhan memberi waktu 120 tahun bagi manusia untuk bertobat. 120 x 365 hari = 43’800 hari bagi manusia untuk bertobat. Ketika manusia mengabaikan tawaran Tuhan, air bah datang.

ü   Dihancurkannya Sodom dan Gomora.

Tuhan memberitahu Abraham bahwa kedua kota maksiat itu akan dihancurkan. Bahkan Abraham sempat tawar-menawar dengan Tuhan. Abraham menawar hingga angka terendah yaitu 10, dan Tuhan setuju, jika ada 10 orang Sodom-Gomora yang tidak jahat, Dia tidak akan menghancurkan kedua kota itu. Tapi ternyata tidak ada 10 orang, hanya 4 orang yang dikeluarkan dari kota itu, tapi bahkan dari yang 4 orang ini, yang akhirnya selamat hanya 1.

ü   Peringatan penghancuran kota Niniwe di zaman nabi Yunus.

Niniwe itu ibukota Asyur, tempat bangsa penyembah berhala yang terkenal kejam, yang juga musuh Israel. Tapi sebelum Tuhan menghancurkannya, Tuhan mengirim Yunus untuk memberi peringatan kepada mereka bahwa dalam 40 hari mereka akan disapu habis. Tapi yang luar biasa, orang-orang kafir yang bengis dan tidak mengenal Tuhan ini, bertobat! Mulai rajanya sampai binatang-binatangnya semua berpuasa dan berkabung minta pengampunan Tuhan. Dan Tuhan menyelamatkan mereka.

ü   Penawanan Israel ke Babilon.

Lebih dari seratusan tahun sebelum Israel ditaklukkan Babilon, Tuhan sudah mengirim nabi-nabiNya untuk mengingatkan agar Israel bertobat, kalau tidak, Tuhan akan mengizinkan Babilon yang kafir dan bengis untuk menaklukkan dan menawan mereka 70 tahun lamanya. Israel tidak ambil perduli dengan peringatan Tuhan, menganggap diri mereka bangsa pilihan, tidak mungkin Tuhan akan menyerahkan mereka kepada bangsa kafir. Karena Israel tidak bertobat, Babilon datang 3 x menyapu habis semua kebanggaan Israel, termasuk melucuti Bait Allah megah yang dibangun Salomo.

ü   Tujuh Malapetaka Terakhir di akhir zaman ini.

Yesus sendiri sudah memberikan peringatanNya sebelum kematianNya di salib, yang dicatat di kitab Matius; dan melalui kitab Wahyu yang ditulis Yohanes pada abad 1 Masehi, manusia sudah diberitahu bahwa akan terjadi bencana-bencana besar yang mendahului kedatangan kedua Yesus Kristus. Itu sudah 2000an tahun yang lalu. Tetapi banyak manusia sampai hari ini yang tidak perduli. Memang Tuhan tidak memberitahu kita kapan persisNya bencana-bencana itu akan terjadi, tetapi percayalah, itu pasti akan terjadi. Melihat tanda-tanda nubuatan yang sudah digenapi, pelajar-pelajar nubuatan pasti tahu bahwa penggenapannya hampir selesai, berarti waktu yang tersisa tidak banyak. Jika kita panjang umur, itu akan terjadi di masa kehidupan kita. Namun kita semua tahu, bahwa bencana-bencana yang datang dari Tuhan adalah bentuk hukuman bagi mereka yang memberontak kepada Tuhan. Begitu juga malapetaka-malapetaka terakhir yang akan dijatuhkan Tuhan ke atas dunia ini, itu adalah bentuk hukuman bagi mereka yang memberontak kepada Tuhan. Berarti bila bencana-bencana itu jatuh, pintu rahmat pengampunan Tuhan sudah tutup, hukuman sudah dijatuhkan, tidak ada lagi manusia yang bisa bertobat. Sekarang inilah waktunya untuk bertobat. Jangan terlambat. Jangan menunggu datangnya bencana, karena pada waktu itu Tuhan sudah menutup pintu rahmatNya.

 

Jadi, poin pertama, semua bencana atau pencobaan yang dialami manusia, yang tanpa didahului oleh peringatan atau panggilan Tuhan untuk bertobat, itu tidak datang dari Tuhan. Dari mana? Kita lanjut ke ayat berikutnya.

 

Poin kedua,  “setiap orang dicobai oleh hawa nafsunya sendiri”.  Jadi salah kita sendiri kenapa kita menuruti hawa nafsu, menuruti ketertarikan kepada hal-hal yang mendatangkan pencobaan dalam hidup kita. Misalnya?

ü   Tidak lulus ujian karena tidak tekun belajar.

Akibatnya tertinggal yang lain dan kalah bersaing dalam prestasi.

ü   Bergaul dengan orang-orang yang tidak baik akhlaknya.

Akibatnya tertular kebiasaan buruk mereka, yang sulit ditinggalkan.

ü   Mengendarai kendaraan dengan kecepatan tinggi, ugal-ugalan dan tidak bertanggung jawab.

Akibatnya mencelakakan diri sendiri dan orang lain.

ü   Malas dan tidak tekun bekerja sehingga tidak dihargai atasan.

Akibatnya kalau ada apa-apa, yang pertama kena PHK, dan susah mendapatkan nafkah.

ü   Tergiur konsumtif, asal membeli tanpa perhitungan.

Akibatnya terlibat banyak utang yang membuat stress dan putus asa.

ü   Tidak membuat perhitungan fnansial dan kesiapan emosional sebelum punya anak.

Akibatnya kalang kabut ketika punya anak dan tidak bisa memberi pendidikan yang baik, yang formal maupun informal kepada anak, dengan demikian menempatkan anak pada posisi yang kelak tidak bisa bersaing dengan angkatannya.

ü   Sudah tahu makanan yang tidak sehat, tetap dikonsumsi demi selera.

Akibatnya setelah sekian tahun muncul segala macam penyakit menggerogoti tubuh dan kantong.

ü   Sudah tahu hidup patuh kepada Hukum Allah itu yang terbaik, tapi memilih jalannya sendiri.

Akibatnya jatuh dalam segala macam masalah dan bahkan resiko kehilangan keselamatan dan hidup kekal.

 

Jadi sebagian besar masalah yang kita alami adalah konsekuensi dari pilihan-pilihan yang salah yang terakumulasi selama tahun-tahun sebelumnya. Biasanya satu konsep yang salah akan melahirkan konsep-konsep yang salah lainnya, sehingga akhirnya kita terjerat jaring konsep-konsep yang salah yang kita buat sendiri. Singkatnya, kita yang menciptakan pencobaan bagi diri kita sendiri.

 

Apa kata ayat berikutnya? Kalau hawa nafsu itu telah dibuahi”  artinya hawa hafsu itu kita turuti, kita wujudkan, maka ia melahirkan dosa”, segala yang melanggar Hukum Allah itu dosa. Dan menuruti nafsu yang buruk, mengikuti obsesi yang buruk itu tidak pernah akan menghasilkan sesuatu yang baik, itu pasti menghasilkan dosa, menghasilkan pelanggaran Hukum Allah, menghasilkan keserakahan, kemarahan, iri hati, kebencian, kelicikan, dendam, pembalasan, bahkan pembunuhan.

Memangnya dari mana terjadi pembunuhan? Dari akumulasi nafsu-nafsu buruk yang dibuahi.

Jadi, kalau sadar kita sedang memiliki hawa nafsu yang buruk, cepat-cepat berlutut minta Tuhan menghapuskan itu dari pikiran kita. Lupakan itu. Jangan dibuahi. Ketika hawa nafsu itu belum dibuahi, masih keburu dihapus. Tapi satu kali itu sudah dibuahi, kita sudah terjerat dalam jaring Setan. Selanjutnya jalan yang ada hanya jalan yang menurun.

 

Dan akibat yang tidak terelakkan dari dosa itu apa?  dosa, bila itu sudah selesai (dilakukan), ia melahirkan maut.” Mengerikan, bukan? “Upah dosa ialah maut” (Roma 6:23), tidak ada opsi yang lain. Upah dosa hanya maut. Maut itu artinya kematian kekal, tidak ada pengampunan, tidak ada kebangkitan, tidak ada kelanjutan, hanya eliminasi kekal.

 

Jadi, langkah yang paling baik adaah: JANGAN MASUK PENCOBAAN.

Cara yang paling mudah adalah jangan mengambil langkah yang pertama yang membawa kita masuk pencobaan, selalu prevention is better than cure, mencegah itu lebih mudah daripada mengobati.

 

Bagaimana supaya kita tidak masuk pencobaan? Ya, BERDOA MINTA KEPADA TUHAN! Kita punya Tuhan, Juruselamat kita, Penebus kita, Hakim kita, Pembela kita, Raja kita, yang mahakuasa. Kenapa kita tidak minta bantuanNya? Justru Yesus mengajarkan kita di doa Bapa Kami untuk selalu minta supaya kita tidak masuk pencobaan.

Matius 6:13

dan janganlah menuntun kami ke dalam pencobaan, tetapi selamatkanlah kami dari yang jahat. Karena milikMulah kerajaan, dan kuasa, dan kemuliaan selama-lamanya. Amin.

 

Nah, Yesus justru mengajar murid-muridNya untuk berdoa agar Tuhan tidak menuntun mereka ke dalam pencobaan! Karena itu kalau kita tahu isi Alkitab kita, kita tahu apa pesan Tuhan yang sebenarnya, sehingga bila ada pendeta yang mengkhotbahkan yang berbeda, kita tidak ikut salah memahami. Seharusnya memang pendeta tidak boleh salah, apalagi dalam hal mengajarkan doktrin Alkitab, tapi pendeta juga manusia, bisa bikin kesalahan. Yang penting jangan sampai kita ikut punya pemahaman yang salah.

 

Jadi pencobaan itu selalu melambai-lambaikan tangannya memanggil kita untuk masuk ke dalamnya. Kita sudah membaca tadi bahwa itu adalah hawa nafsu kita yang dibuahi. Jadi itu berasal dari diri kita sendiri. Dan siapa yang ada di belakang kita mendorong supaya kita membuahi atau menuruti hawa nafsu kita? Setan.

Kita memang sudah punya kecenderungan tertarik kepada segala yang buruk, itu warisan yang kita peroleh dari Adam, kecenderungan untuk menyukai dosa. Dosa itu manis menurut kita. Ditambah lagi Setan selalu berbisik supaya kita menuruti hawa nafsu tersebut. Kita sendiri jelas bukan tandingan Setan. Setan sudah hidup lamaaaaa sebelum dunia ini diciptakan, pengalamannya sudah banyak, dan dia sangat cerdik, dia tahu kelemahan kita, dan dia memanfaatkan itu supaya kita terbujuk kata-katanya. Karena itu KITA HARUS MINTA BANTUAN TUHAN! Seperti yang diajarkan Tuhan Yesus. Kita harus berdoa minta SUPAYA TUHAN YANG MENUNTUN KITA, MEMBELOKKAN KAKI KITA MENJAUHI PENCOBAAN yang sedang melambai-lambai di depan kita. Hanya dengan cara itu kita bisa selamat dari yang jahat, seperti kata Yesus, “janganlah menuntun kami ke dalam pencobaan, tetapi selamatkanlah kami dari yang jahat.”

Kita perlu setiap hari berdoa begini, karena hanya Tuhan yang bisa menghindarkan kita dari masuk ke dalam pencobaan. Tidak ada jalan lain.

 

 

 

 

 

25 02 24