239. MAZMUR 23
_______________________________
Sudah
lama sekali Mazmur 23 menjadi pujian penutupku setelah aku berdoa setiap malam
menjelang tidur. Setiap malam, bertahun-tahun lamanya. Alkitab memang tidak
mengajar kita untuk menghafalkan doa, karena doa harus datang dari dalam hati
masing-masing, bukan doa yang diulang-ulang karena kebiasaan. Tapi karena aku
merasa bahwa doa pujian Nabi Daud ini begitu mirip dengan isi hatiku, dan sudah
disusunnya dengan begitu indah, maka aku mengadopsinya sebagai doa pujianku
sendiri, yang datang dari hatiku.
Sesungguhnya
Mazmur 23, bersama Mazmur 22 dan 24 adalah mazmur Mesianik. Maksudnya ada
bagian-bagian di dalam ketiga Mazmur tersebut yang adalah nubuatan tentang Sang
Mesias. Tetapi kali ini aku tidak bicara tentang hal itu. Aku bicara Mazmur 23
sebagai doa pujian Daud.
Ketika
aku masih muda, bagiku Mazmur 23 adalah bacaan yang biasanya dipakai di upacara
perkabungan dan saking seringnya mendengar itu, jadi hafal dengan sendirinya,
karena ini Mazmur yang singkat, hanya 6 ayat. Namun pada waktu itu aku belum
benar-benar menghayati maknanya maupun implikasinya. Setelah tidak muda lagi,
aku sangat menghayati Mazmur 23 ini, kata demi kata. Mungkin banyak dari sesama orang Kristen yang
seperti aku dulu. Karena itu terpikirkan olehku sekarang untuk membagikan apa
sesungguhnya makna Mazmur 23 bagiku.
Di
sini ayat-ayat yang aku pakai itu dari terjemahan KJV, dan bahasa Indonesianya diterjemahkan
dari KJV, bukan terjemahan LAI.
Kita
lihat ayat per ayat.
1
The
LORD is my shepherd…
TUHAN adalah gembalaku…
Ini
adalah suatu pengakuan Daud, bahwa Tuhan yang berkuasa atas hidupnya. Bagi domba, gembalanya
adalah segalanya. Domba bergantung 100% pada
gembalanya. Ke mana gembalanya membawanya merumput, domba itu akan
ikut. Domba mengenal suara gembalanya. Domba tidak mengikuti gembala yang lain,
dia hanya mengikuti gembalanya sendiri. Domba mempercayai gembalanya.
Domba yakin bahwa gembalanya memelihara dia dengan baik. Maka pengakuan Daud
bahwa Tuhan itu gembalanya, itu sama dengan berkata, hidupku adalah milik Tuhan,
aku mau menurut apa pun yang dikehendaki Tuhan.
Jika
kita berkata “TUHAN
adalah gembalaku” maka itu adalah pengakuan kita, bahwa kita berserah sepenuhnya kepada Tuhan, bahwa kita mau patuh
pada semua kehendak Tuhan. Sayangnya walaupun kita sering berkata
demikian, dalam kehidupan nyata kita tidak benar-benar mengizinkan Tuhan yang
berkuasa atas hidup kita. Kita tidak benar-benar berserah kepada kehendak
Tuhan. Kita hidup sesuka hati kita.
…I shall not want.
…aku
tidak akan kekurangan.
Gembala menyediakan semua kebutuhan dombanya. Domba tidak
bisa keluar sendiri dari kandangnya lalu pergi mencari makannya sendiri.
Gembala-lah yang harus membawanya ke tempat di mana dia bisa merumput. Karena
Daud mengakui Tuhan itu Gembalanya, dia yakin dia tidak kekurangan apa pun.
Artinya segala yang dia butuhkan, pasti disediakan oleh Tuhan sebagaimana
gembala menyediakan kebutuhan dombanya. Ini tidak berarti bahwa segala
keinginan kita akan diberikan oleh Tuhan. Tuhan menyediakan semua
kebutuhan kita supaya kita bisa hidup aman dan bahagia jasmani dan rohani. Yang
tidak diberikan Tuhan kepada kita, berarti itu tidak baik bagi kehidupan
jasmani dan rohani kita. Seperti gembala tidak akan memberikan ayam
goreng untuk makanan dombanya, walaupun mungkin domba itu ingin, demikian pula
Tuhan tidak akan memberi dombaNya apa yang tidak baik baginya jasmani atau
rohani.
Kita sering merasa masih kekurangan bila kita merasa Tuhan
tidak mengabulkan permintaan kita. Padahal, jika Tuhan tidak mengabulkan, itu
karena Tuhan punya alasan yang tepat, Tuhan tahu apa yang kita tidak tahu, dan
Tuhan memberi kita hanya yang terbaik bagi kita.
2
He
maketh me to lie down in green pastures…
Ia
membuat aku berbaring
di padang rumput hijau…
Kata yang menarik di sini ialah “He
maketh me” artinya “Ia membuat aku”. Jadi
Tuhan atau Sang Gembala yang menentukan di mana dombanya
berbaring. Dan Dia tidak membiarkan dombaNya berbaring di sembarang tempat,
tetapi di “padang
rumput hijau” di mana si domba bisa makan dengan tenang sampai
kenyang. Domba itu tadinya mungkin belum ingin berbaring, belum lapar, mungkin
dia masih ingin main, lari-lari, tapi gembalanya membuat dia berbaring. Ada
autoritas di sini. Gembala yang memimpin, dombanya patuh, karena gembalanya lebih tahu daripada si domba apa yang ada di
depan. Mungkin setelah padang rumput yang hijau ini di depannya sudah tidak ada
lagi padang rumput hijau, maka gembala yang tahu itu, membuat dombanya
berbaring dan makan dulu, supaya jika nanti mereka melewati tempat yang tidak
ada rumput hijaunya, dombanya tidak kelaparan.
Kita perlu percaya pada kebijakan Tuhan.
Tuhan tahu apa yang ada di depan. Karena itu kalau Tuhan menyuruh kita “berbaring”,
ya kita berbaring, mematuhi Tuhan itu selalu lebih baik daripada mengikuti
keinginan kita sendiri.
…He leadeth me beside the still waters.
…Ia
membimbing aku di samping air yang tenang.
Dengan sadar, Daud berkata bahwa Tuhan yang menuntunnya
berjalan di samping sungai yang airnya tenang. Lagi-lagi Daud mengakui autoritas dan kebaikan Tuhan. Air yang tenang itu
tempat yang aman, tidak ada binatang buas di sana. Sebagai Gembala, Tuhan mengamankan dombaNya. Sebelumnya Tuhan membuatnya
makan, sekarang Tuhan menyediakan minumnya. Semua kebutuhan
vitalnya dipenuhi, dan dipenuhi dengan yang terbaik, makanan yang
terbaik: rumput hijau; dan minuman yang terbaik: air yang jernih. Air yang
tenang itu pasti jernih, karena tidak ada yang ngobok-ngobok di sana, airnya
ada di bagian atas, yang lain semuanya mengendap di dasar sungai.
Apakah kita menyadari bahwa Tuhan telah menyediakan
kebutuhan vital kita dengan yang terbaik? Banyak dari kita tidak sadar betapa
Tuhan setiap hari sudah memelihara kita. Lebih buruk lagi, sering kita
menganggap semua kebaikan itu adalah hasil pencapaian kita sendiri.
Daud menyadari bahwa segala yang baik itu datang dari Tuhan,
Gembalanya.
3
He
restoreth my soul…
Ia
menyegarkan jiwaku…
Daud berkata, Tuhan bukan hanya memenuhi kebutuhan fisiknya,
Dia juga menyegarkan jiwanya. Dengan kata lain, Tuhan perduli baik
pada jasmani maupun rohani dombaNya.
Jadi siapa yang bisa menyegarkan jiwa kita?
Hanya Tuhan. Tapi banyak manusia yang mencoba menyegarkan jiwanya
sendiri dengan segala macam hal yang disangkanya bisa menolongnya ~ dengan
minum sampai mabuk, dengan memakai narkoba sampai teler, dengan kegiatan yang
menantang maut, dengan hidup bebas sesuka hati mengabaikan segala norma susila,
dengan segala macam perbuatan yang akhirnya merusak kesehatannya. Lalu ketika
jiwanya tidak disegarkan, manusianya putus asa dan marah pada Tuhan. Jadi datanglah kepada Tuhan, turuti petunjukNya, maka jiwa kita
akan disegarkan.
…He leadeth me in the paths of righteousness
for his name's sake.
…Ia
menuntun aku di jalan-jalan kebenaran, demi nama-Nya.
Perhatikan di sini Daud berkata bahwa Tuhan menuntunnya di “jalan-jalan kebenaran”
berarti bukan hanya satu kali Tuhan menuntunnya, tapi berkali-kali (“jalan-jalan”
= jamak), dan semuanya di jalan-jalan yang benar, tidak ada satu pun
jalan yang tidak benar jika Tuhan yang menuntun. Mengapa? “demi nama-Nya”. Inilah jaminannya.
Nama Tuhan itu karakter Tuhan, nama Tuhan itu kemuliaanNya, nama Tuhan itu jaminan
agung. Apa yang dilakukan Tuhan “demi nama-Nya”,
maka sudah pasti itu digenapiNya. Tuhan tidak akan ingkar janji.
Jadi maulah kita dituntun. Semua domba juga dituntun
gembalanya. Masalahnya kita sering tidak mengakui Tuhan itu Gembala kita, dan
kita ini dombaNya. Kita menganggap diri kita sama pintarnya seperti Tuhan, atau
mungkin lebih pintar lagi, karena kita lebih memilih mengikuti
suara hati kita daripada tuntunan Tuhan yang kita rasakan tidak
sejalan dengan kehendak kita. Jika kita mau aman, ikutilah tuntunan Tuhan yang
pasti menuntun kita di jalan-jalan kebenaran.
4
Yea,
though I walk through the valley of the shadow of death…
Ya, sekalipun aku berjalan melalui lembah bayang-bayang
maut…
Perhatikan di sini dikatakan “berjalan melalui”
berarti tidak berhenti di sana, tidak menginap, tidak membuat rumah dan tinggal
di sana. “berjalan
melalui” itu artinya dijalani terus sampai keluar dari sana, bukan masuk ke sana
lalu tidak keluar lagi.
Nah, ada kalanya kita, karena satu dan lain alasan, masuk ke
lembah bayang-bayang maut. “Lembah” itu tempat yang di bawah, dengan kata
lain kita sudah jatuh ke bawah, kondisi yang tidak menyenangkan, kondisi yang
sulit. Di sini malah disebutkan “lembah bayang-bayang
maut” jadi sudah mengerikan. Kata “maut” di Alkitab itu biasanya
diartikan kematian kekal, kematian yang dialami mereka yang menolak Tuhan. “lembah bayang-bayang maut” berarti posisi kita sudah dibayangi ancaman kematian kekal, posisi kita
sudah di ujung tanduk, salah melangkah sedikit lagi, kita sudah habis. Tetapi
Daud di sini berkata, bahwa dia bukan “berjalan ke dalam”, melainkan “berjalan
melalui”, atau berjalan melewati, tembus,
memang sempat masuk tapi dia berjalan terus hingga keluar dari sana.
Itu artinya “melalui”.
Daud tidak bermaksud tinggal di lembah bayang-bayang maut. Di sini kita melihat
tekad Daud. Walaupun dia sempat masuk ke
lembah bayang-bayang maut, tapi dia tidak berniat diam di sana. Dia akan
berjalan terus hingga dia keluar dari sana. Itu tekad. Kita juga harus punya
tekad seperti itu. Bila suatu saat kita mendapati diri kita sudah terlanjur
masuk ke lembah bayang-bayang maut (atau lembah apa pun), jangan putus asa lalu
tinggal di sana. Teruslah berjalan hingga kita keluar dari sana.
…I will fear no evil: for Thou art with me…
…aku
tidak akan takut pada yang jahat, sebab Engkau besertaku…
Daud berkata, selagi berjalan melalui lembah bayang-bayang
maut itu, dia tidak takut pada kejahatan apa pun. Mengapa? Karena dia yakin Tuhan menyertainya. Gembalanya akan berjalan
bersamanya. Itulah sebabnya dia akan bisa keluar dari sana, karena Gembalanya yang kenal jalan itu, berjalan bersamanya, memastikan bahwa
dia akan keluar dari lembah itu dengan selamat. Jadi apa yang harus
kita lakukan bila kita terlanjur masuk ke lembah bayang-bayang maut? Datang
kepada Tuhan, mencari Tuhan, kembali kepada Tuhan, dan Tuhan Sang Gembala yang
baik, akan berjalan bersama kita, dan membawa kita keluar dari lembah itu. Jangan mengandalkan kemampuan kita sendiri. Kita sudah salah
jalan, kita tidak tahu jalan, kita tidak kenal kawasan itu, kita kesasar, kita
tersesat masuk ke lembah bayang-bayang maut. Akuilah kesalahan kita, kembali
kepada Tuhan, dan Tuhan yang akan menolong kita keluar dari sana.
…Thy rod and Thy staff they comfort me.
…gada-Mu
dan tongkat-Mu, mereka yang menghibur aku.
Nah, biasanya orang Kristen mengatakan “gada” dan “tongkat”
itu artinya perlindungan penuh dari Tuhan. Tidak salah, tapi ada pengertian
yang lebih khusus.
“Rod”
atau bahasa Indonesianya diterjemahkan “gada” itu adalah sebatang kayu yang kuat yang
dipakai si gembala untuk memukul mundur binatang-binatang buas yang mau
menerkam dombanya.
“Staff”
atau bahasa Indonesianya diterjemahkan “tongkat” adalah sebuah tongkat yang ujungnya
berbentuk seperti kait yang dipakai si gembala untuk menarik domba yang keluar
dari kawanannya agar kembali ke barisan yang seharusnya.
Jadi “gada” itu dipakai gembala untuk melindungi
domba dari serangan binatang buas, dan “tongkat” itu dipakai gembala untuk
mendisiplin domba supaya tetap ada di dalam kawanannya. Bagaimana ini
diaplikasikan kepada kita, domba-domba simbolis? “Gada” dan
“tongkat” adalah sarana yang dipakai Tuhan untuk menjaga agar anak-anakNya
tetap selamat, apa saja itu? Dalam bentuk tulisan itu adalah Alkitab. Dan dalam bentuk hidup itulah Roh Kudus
yang menginspirasi penulisan Alkitab. Dengan Alkitab dan Roh Kudus, Tuhan
menjaga agar anak-anakNya tidak diterkam Setan (binatang buas) dan anak-anakNya
tetap tinggal di dalam kandangnya yang aman.
Daud berkata bahwa “gada dan tongkat” itu menghibur dia. Nah,
kalau “gada”
itu menghiburnya, itu bisa kita pahami, karena gada itu untuk menggebuki
binatang-binatang buas yang mau menyerang domba. Tapi bagaimana “tongkat”
kok dianggapnya juga menghibur dia? Domba yang lehernya ditarik tongkat gembala
supaya kembali ke kawanannya tentu merasa tidak enak, mungkin lehernya sakit
juga. Tapi mengapa Daud berkata bahwa itu menghibur dia? Karena Daud mengerti jika Tuhan sampai
perlu mengambil tindakan untuk menarik dia kembali karena dia sudah melenceng
keluar barisan, maka itu adalah demi kebaikan dia sendiri, bukan
karena Tuhan tanpa alasan suka menarik lehernya untuk menyakitinya. Andai dia
tidak melenceng keluar barisan, Tuhan juga tidak perlu menarik lehernya untuk
kembali. Maka jika Gembala memakai tongkatNya untuk menariknya kembali, itu
berarti Gembalanya sayang padanya dan tidak ingin kehilangan dia. Andai
Gembalanya tidak perduli, ya dibiarkan saja domba itu berjalan sesukanya mau ke
mana, hilang ya sudah tidak apa-apa. Itulah mengapa Daud berkata “gada-Mu dan
tongkat-Mu, mereka yang menghibur aku”. Justru
karena adanya “gada”
dan “tongkat”
itulah Daud merasa terhibur, artinya jika dia melenceng, Gembalanya pasti akan
menariknya kembali, dia tidak akan dibiarkan hilang begitu saja.
5
Thou
preparest a table before me in the presence of mine enemies…
Engkau
menyediakan sebuah meja hidangan di depanku, di hadapan lawan-lawanku…
Kapan Tuhan menyediakan meja hidangan di depan Daud? Ketika
peperangan sudah selesai? Ketika Daud sudah menang? Ketika semua lawannya sudah
dikalahkan? Ternyata tidak. Daud berkata bahwa meja hidangan itu
sudah disediakan ketika lawan-lawannya masih ada, ketika mereka
masih belum dikalahkan. Ketika peperangan masih sedang berlangsung. Apa artinya?
Artinya Daud yakin bahwa Tuhan sudah menganggapnya menang
walaupun peperangan belum selesai. Tuhan memberinya
jaminan bahwa Tuhan tahu dia akan menang, karena itu meja
hidangannya sudah disiapkan. Ini juga cara Tuhan untuk menyampaikan kepada
lawan-lawannya bahwa mereka pasti kalah, Daud yang akan menang. Dari mana Tuhan
tahu Daud akan menang? Karena Tuhan mahatahu, Dia sudah tahu akhirnya dari
awal.
…Thou anointest my head with oil…
…Engkau
mengurapi kepalaku dengan minyak…
Domba-domba sering diganggu serangga-serangga yang masuk ke
telinga mereka dan menimbulkan penyakit yang bisa mematikan. Karena itu
gembalanya mengoleskan minyak di kepala domba-domba itu, dengan demikian
serangga-serangga itu tidak mendekat.
Tetapi ini secara simbolis juga merupakan
tanda pengurapan. Mereka yang melayani Tuhan sebelum mereka bertugas,
mereka lebih dulu diurapi, baik raja, baik imam. Nah, tapi kita bukan raja dan
bukan imam. Ya, secara duniawi kita bukan raja dan bukan imam, tetapi di mata Tuhan
kita adalah imamat yang kudus, imamat yang rajani.
1 Petrus 2:5, 9
5 Kamu juga sebagai batu yang hidup, sedang disusun untuk membangun sebuah
rumah rohani, imamat yang kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang berkenan kepada Allah melalui Yesus Kristus
9 Tetapi kamu
adalah angkatan yang terpilih, suatu imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaanNya sendiri yang unik, agar kamu boleh
memberitakan puji-pujian tentang Dia
yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang mengagumkan.
…my cup runneth over.
…cawanku isinya
meluber keluar.
Sebegitu banyak isi yang dikaruniakan Tuhan, sampai Daud
mengatakan bahwa cawannya sudah meluber keluar. Kekurangan tidak? Ya jelas
tidak. Malah kebanyakan sampai tidak bisa menampung semuanya. Karena apa? Karena
“TUHAN
adalah gembalaku, aku tidak akan kekurangan.”
6
Surely
goodness and mercy shall follow me all the days of my life…
Sudah pasti kebaikan
dan kemurahan akan mengikuti aku seumur hidupku…
Daud memakai kata “sudah pasti”, jadi tidak ada keraguan, bukan
harapan, bukan “semoga”, tapi keyakinan, bahwa “kebaikan dan kemurahan akan mengikuti” dia. Wah, luar
biasa. Ke mana pun dia pergi, di mana pun dia berada, kebaikan dan kemurahan Tuhan
ada di belakangnya. Dia tidak berjalan sendiri. Apa yang dimaksud dengan “kebaikan dan
kemurahan akan mengikuti aku”? Mengapa kok “mengikuti”, mengapa
bukan “mendahului”? Kita perlu jeli menangkap maknanya.
Kalau “mendahului” maka kebaikan dan kemurahan Tuhan ada di
depan, lalu Daud yang mengikuti di belakang mereka, iya kan? Berarti Daud yang
merasakan kebaikan dan kemurahan yang ditinggalkan Tuhan untuknya. Tapi di ayat
sebelumnya sudah dikatakan bahwa cawan Daud sampai meluber isinya, ibaratnya sampai
tidak bisa menampung semua yang dikaruniakan Tuhan, saking banyaknya. Berarti
di ayat 5 Daud sudah berkata bahwa dia sudah mendapat banyak sekali karunia Tuhan,
sampai cawannya meluber. Maka di ayat 6 ini dia tidak bicara tentang hal itu
lagi.
Di ayat 6 Daud berkata bahwa kebaikan dan kemurahan Tuhan
itu mengikuti dia. Kalau “mengikuti” itu berarti Daud berjalan dulu,
lalu di belakangnya ada kebaikan dan kemurahan Tuhan, begitu, betul? Dengan
demikian, Daud yang meninggalkan kebaikan dan kemurahan Tuhan di
tempat yang sudah dilewatinya. Maka kebaikan dan kemurahan Tuhan itu
untuk siapa? Untuk mereka yang bertemu dengan Daud,
benar? Berarti seumur hidupnya Daud akan menjadi penyalur kebaikan dan
kemurahan Tuhan kepada mereka yang bertemu dengannya.
Nah, kata “mercy”
yang diterjemahkan “kemurahan”, juga berarti “pengampunan” ~ maka ayat ini
bisa juga dimengerti bahwa Daud memperkenalkan kebaikan dan pengampunan Tuhan
kepada orang-orang yang berinteraksi dengannya, supaya mereka mengenal kebaikan
dan pengampunan Tuhan.
…and I will dwell in the house of the LORD for
ever.
…dan aku akan diam dalam rumah TUHAN selamanya.
Dan akhirnya,
Daud berkata dia akan tinggal di rumah Tuhan selamanya. Tentu saja ini bicara tentang sesudah kedatangan kedua Yesus Kristus untuk
menjemput umatNya ke Surga. Sang Gembala akan datang sendiri dan membawa
domba-dombaNya ke Surga untuk tinggal bersamaNya.
Inilah doa pujian Daud yang disampaikan dengan penuh
keyakinan, bahwa dia mengakui Tuhan yang menguasai hidupnya, dan Tuhan yang
sudah menyediakan segala kebutuhannya, Tuhan yang menuntunnya keluar dari
lembah bayang-bayang maut, Tuhan yang menjaga dan mendisiplinnya, dan Tuhan
yang menjamin kemenangannya, dan akhirnya dia akan bertemu dengan Tuhannya dan
hidup bersamaNya.
Daud bukan manusia yang tidak pernah berbuat dosa. Semua
manusia pernah berbuat dosa, tetapi Daud tidak tinggal di lembah bayang-bayang
maut, dia mengikuti Gembalanya dan berjalan keluar dari sana. Itulah mengapa Mazmur
23 menjadi doa pujianku setiap malam. Melalui mazmur ini aku memperbarui
pengakuanku, penyerahanku, rasa syukurku, dan keyakinanku dalam Tuhanku yang
adalah Gembalaku.
03 06 25