Minggu, 28 Mei 2023

227. HARI MINGGU TIDAK PERNAH SABAT

 

227. HARI MINGGU TIDAK PERNAH SABAT

_______________________________

 

Hari Minggu sudah identik dengan hari orang Kristen dan agama Kristen, sebagaimana halnya hari Natal. Tapi sesungguhnya kedua-duanya bukanlah praktek yang dilakukan oleh orang-orang Kristen yang asli. Di seluruh Alkitab dari Kejadian hingga Wahyu, tidak ada satu ayat pun yang menyatakan bahwa hari Minggu itu hari yang istimewa untuk agama Kristen atau orang Kristen, atau bahkan untuk Tuhan. Malah sebaliknya hari Minggu itu di zaman purba adalah hari untuk menyembah Dewa Matahari, oleh karena itu namanya sampai hari ini masih “Sun-day”, “sun” artinya matahari.

 

Hari Minggu atau hari Ahad adalah hari yang pertama dalam satu minggu (week). Dewa Matahari, kata para penyembahnya, adalah dewa nomor 1 dalam urutan hierarki dewa-dewa. Jadi hari yang pertama dalam satu minggu dialokasikan kepada dewa yang pertama, itu cocok. Karena itu hari yang pertama (hari Ahad atau hari Minggu) menjadi hari milik dewa matahari bagi para penyembahnya.

 

Lalu ketika kaisar Roma, Constantine Agung yang aslinya adalah penyembah berhala, masuk Kristen, dia menetapkan hari pertama itu sebagai ganti hari Sabat ajaran Kristen. Melalui edictnya tahun 321 AD, tanggal 7 Maret, keluarlah apa yang disebut “Sunday Law” yang pertama.

On the venerable Day of the Sun let the magistrates and people residing in cities rest, and let all workshops be closed. In the country, however, persons engaged in agriculture may freely and lawfully continue their pursuits; because it often happens that another day is not so suitable for grain-sowing or for vine-planting; lest by neglecting the proper moment for such operations the bounty of heaven should be lost.” (Given the 7th day of March, Crispus and Constantine being consuls each of them for the second time [A.D. 321].)” Source: Codex Justinianus, lib. 3, tit. 12, 3; trans. in Philip Schaff, History of the Christian Church, Vol.3 (5th ed.; New York: Scribner, 1902), p.380, note 1.

 

Terjemahannya

“Pada hari Matahari yang dihormati  semua pejabat dan rakyat yang tinggal di kota-kota, harus berhenti bekerja, dan semua tempat kerja ditutup. Namun, di pedesaan mereka yang mengerjakan agraria, boleh dengan bebas dan sah melanjutkan pekerjaan mereka; karena sering terjadi hari yang lain tidak cocok untuk menabur benih atau untuk menanam; sehingga dengan mengabaikan saat yang tepat untuk tindakan-tindakan tersebut, kemakmuran yang diberikan surga bisa hilang.”

 

Jadi lihat, dalam edict Constantine dia masih menyebut hari Minggu itu “hari matahari yang dihormati”, jadi tidak ada kaitannya dengan agama Kristen, atu dengan Tuhan agama Kristen, atau dengan ibadah orang Kristen.

 

Pada tahun 325AD, Constantine ikut mengepalai Konsili Gereja Katolik yang pertama di Nicea. Pada tahun 330AD, Constantine memindahkan ibukotanya dari Roma ke Constantinople [Istambul], meninggalkan takhta di Roma, yang kemudian diserahkan keturunannya kepada Paus Roma sebagai penerusnya. Dengan semakin kuatnya posisi Kepausan, maka pada tahun 336AD, Konsili di Laodecea mengesahkan perpindahan kesucian hari yang ketujuh ke hari yang pertama. Pada tahun 336AD itulah gereja Katolik mengeluarkan 59 Canon Laws. Dan no. XXIX  mengatakan:

 

Christians must not judaize by resting on the Sabbath, but must work on that day, rather honouring the Lord's Day; and, if they can, resting then as Christians. But if any shall be found to be judaizers, let them be anathema from Christ. (Percival Translation).

 

“Orang-orang Kristen tidak boleh mempraktekkan yudaisme dengan berhenti bekerja pada hari sabat, tetapi harus bekerja pada hari itu, sebaliknya menghormati hari Minggu; dan apabila mereka bisa, berhenti pada hari itu sebagai orang-orang Kristen. Tetapi siapa pun yang didapati mempraktekkan yudaisme, biarlah mereka dikucilkan (diekskomunikasi) dari Kristus.”

 

Nah, kita tahu sejak penciptaan dunia ini, Tuhan telah menetapkan hari ketujuh sebagai hari Sabat. Arti “Sabat” adalah “rest” atau “berhenti bekerja”, jadi hari Sabat adalah hari perhentian. Itu ditetapkan Tuhan begitu Dia selesai menciptakan langit dan bumi dan semua isinya.

Kita tahu bahwa perhitungan satu hari yang diajarkan Tuhan sejak penciptaan adalah petang dulu baru pagi. Jadi satu hari itu dimulai dari matahari terbenam. Jika matahari terbenam itu sekitar pukul 18:00, maka menurut hitungan Tuhan, seharusnya pukul 18:00 kita sekarang itu adalah pukul 00:00 Tuhan.  Jadi setiap hari menurut hitungan Tuhan itu dimulai saat matahari terbenam.

 

Maka pada hari keenam (hari Jumat kita) ketika Tuhan sudah menyelesaikan semua pekerjaanNya mencipta, Adam dan Hawa yang adalah ciptaanNya yang terakhir sudah ada, dan semua hewan sudah diberi nama oleh Adam, maka Tuhan menantikan saatnya matahari terbenam. Dan begitu pancaran sinar matahari yang terakhir bersembunyi di balik cakrawala, hari ketujuh pun dimulai, dan Tuhan masuk ke perhentianNya. Artinya pada hari ketujuh itu Tuhan sudah tidak mencipta lagi.

Kejadian 2:2

Dan pada hari ketujuh Allah telah mengakhiri pekerjaanNya yang telah dibuatNya, dan  Ia berhenti pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu.

 

Sampai kapan Tuhan berada dalam perhentianNya? Sepanjang malam hari ketujuh itu, sampai besok fajar dan matahari muncul kembali, besok siang, hingga senja, matahari turun lagi, dan matahari terbenam kembali. Jadi 24 jam. Lalu, apa yang dilakukan Tuhan? Lalu Tuhan memberkati hari yang ketujuh dan Tuhan menjadikan hari ketujuh itu kudus karena pada hari itu Tuhan telah berhenti dari pekerjaanNya mencipta.

Kejadian 2:3

Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena di hari itu Ia telah berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.

 

Jadi kapan Allah memberkati dan menjadikan hari ketujuh itu kudus? Setelah Dia berhenti dari segala pekerjaanNya mencipta.

Berarti hari yang ketujuh ini sangat istimewa, inilah satu-satunya hari yang diberkati Allah, dan yang dikuduskanNya.

Artinya hari ketujuh itu mengandung berkat Allah di dalamnya. Berkat itu untuk siapa? Ya untuk kita, untuk manusia yang tahu bahwa hari tersebut mengandung berkat. Berkat Sabat itu beda dengan berkat yang lain. Hanya mereka yang memelihara kekudusan Sabat Hari Ketujuh yang mendapatkan berkat tersebut. Berkat Sabat ini menguatkan berkat-berkat lain yang kita terima dari Tuhan. Mengapa? Karena memelihara Sabat Hari Ketujuh itu adalah tanda bahwa kita ini milik Tuhan, kita umat Tuhan, dan Tuhan itu Allah kita.

Yehezkiel 20:20

Kuduskanlah hari-hari Sabat-Ku, dan itu menjadi tanda di antara Aku dan kamu, supaya kamu boleh tahu, bahwa Akulah TUHAN, Allahmu

Sudah pasti Tuhan akan memperlakukan milikNya Sendiri lebih daripada yang tidak mau menjadi milikNya.

 

 

Nah, HARI SABAT ITU ARTINYA HARI PERHENTIAN, HARI BERHENTI BEKERJA, HARI ISTIRAHAT DARI SEGALA URUSAN DUNIAWI.

Lalu manusia mengubah hari Minggu menjadi hari Sabat!  Validkah itu?

Apa alasan yang dipakai manusia untuk menjadikan hari Minggu sebagai hari Sabat?

1.    Hari pertama penciptaan, Tuhan menciptakan terang, jadi itu hari yang istimewa sebab tanpa terang tidak ada kehidupan.

2.    Hari pertama Yesus bangkit, jadi itu hari kemenangan.

3.    Hari pertama itu Yesus bertemu murid-muridNya setelah bangkit, jadi itu hari ibadah.

4.    Hari Pentakosta jatuh di hari pertama.1.    

 

 

Apakah ada satu alasan pun yang mengatakan hari pertama (hari Minggu) itu hari perhentian? Sama sekali tidak! Justru sebaliknya!

1.    Kalau Tuhan pada hari pertama menciptakan terang,

itu Tuhan memulai pekerjaanNya. Jadi ini bukan hari perhentian, tapi hari bekerja!

 

2.    Kalau Yesus bangkit hari pertama,

itu Yesus bukan berhenti bekerja, justru Yesus mulai bekerja kembali. Yesus berhenti bekerja ketika Dia tidur dalam kubur pada hari ketujuh.

 

3.    Yesus bertemu murid-muridNya itu hari bekerja,

karena pada hari Sabat sebelumnya Yesus masih dalam keadaan mati (istirahat, berhenti dari bekerja) di dalam kubur. Lagi pula kalau mau tepat, itu sudah bukan hari pertama, karena ketika Yesus bertemu murid-muridNya di ruang atas itu, itu sudah malam, berarti matahari sudah terbenam, secara teknis itu sudah masuk hari kedua (hari Senin), bukan hari pertama (hari Minggu) lagi.

Yohanes 20:19

Lalu di hari yang sama saat malam, itu adalah hari pertama minggu itu, ketika pintu-pintu terkunci di mana murid-murid berkumpul karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah dan berkata kepada mereka, ‘Damai sejahtera bagi kamu!’

 

4.    Hari Pentakosta di dunia, itu sesungguhnya merayakan inaugurasi Yesus di Surga sebagai Imam Besar kita.

Jadi itu hari pertama Yesus mulai bekerja sebagai Imam Besar kita di Bait Suci surgawi. Jadi ini bukan hari libur, bukan hari istirahat, bukan hari perhentian, itu justru hari pertama Yesus bekerja sebagai Imam Besar di Surga.

Ibrani 4:14

Oleh karena kita sekarang mempunyai satu Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.

 

Ibrani 5:10

Dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut tata sistem Melkisedek.

 

Jadi tidak ada satu pun alasan yang diajukan bisa menjadikan hari Minggu (hari Ahad, hari pertama) itu sebagai hari Sabat! Karena semua peristiwa yang terjadi pada hari Minggu yang ditulis di Alkitab, semuanya menunjukkan sedang melakukan suatu pekerjaan, bukan perhentian, bukan istirahat sesuai makna kata “Sabat”.

 

Di 10 Hukum Allah, atau 10 Perintah Allah, perintah yang keempat itu jelas berkata:

Keluaran 20

20:8         Ingatlah hari Sabat, peliharalah kekudusannya

20:9         enam hari lamanya engkau harus bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, 

20:10       tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka pada hari itu jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.

20:11       Sebab dalam enam hari TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan telah berhenti bekerja pada hari ketujuh. Itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.”

 

Yang pertama:

1.    Manusia harus bekerja enam hari dulu. Setelah bekerja enam hari, barulah

2.    Pada hari ketujuhnya manusia berhenti bekerja, tidak melakukan pekerjaan duniawi. Manusia BERSABAT.

 

Ini meniru teladan yang diberikan Tuhan. Tuhan bekerja dulu menciptakan langit dan bumi dan semua isinya selama enam hari, dan pada hari ketujuh Tuhan tidak bekerja lagi, Tuhan berhenti dari pekerjaanNya mencipta. Tuhan BERSABAT.

 

Jadi BERSABAT itu BERHENTI MELAKUKAN PEKERJAAN DUNIAWI, BUKAN MALAH MULAI BEKERJA! Semua alasan yang diajukan manusia untuk menjadikan hari Minggu sebagai hari Sabat itu tidak alkitabiah, tidak ada dasarnya di Alkitab, baik dari apa yang dilakukan Tuhan, atau apa yang dilakukan Kristus ketika Dia hidup di dunia, atau apa yang dilakukan murid-muridNya. Malah dari arti kata “Sabat” itu saja sendiri sudah tidak klop. “Sabat” artinya berhenti bekerja, istirahat, bukan malah mulai bekerja.

 

Usaha menjadikan hari Minggu ini sebagai hari Sabat atau hari perhentian itu sudah dipaksakan sejak lama dan semakin hari semakin mendesak. Kita sudah mendengar bahwa akan keluar Sunday Law lagi di mana semua industri, semua usaha, semua perkantoran, semua kegiatan sekuler harus berhenti pada hari Minggu, dengan alasan:

1.    Demi menanggulangi “climate change” atau yang dulu kita kenal dengan “global warming”.

Jadi dengan menutup semua kegiatan sekuler setiap hari Minggu secara total, itu akan mengurangi emisi karbon yang merusak lingkungan hidup, dengan demikian iklim akan kembali seperti sediakala ~ katanya.

 

2.    Demi memperbaiki hubungan keluarga.

Mencegah perceraian dan broken home, katanya. Dengan meliburkan semua kegiatan pada hari Minggu, semua karyawan punya waktu untuk menikmati hari Minggu bersama keluarganya, supaya keluarga tetap harmonis, tidak terjadi lagi perceraian ~ katanya.

 

3.    Demi mengajak manusia kembali kepada Tuhan.

Menjadikan hari Minggu hari wajib ibadah sesuai 10 Perintah Allah, untuk memperbaiki akhlak manusia, dan menyenangkan hati Tuhan sehingga Tuhan tidak menurunkan bencana-bencana ke dunia karena kesal dengan manusia yang melupakanNya ~ katanya.

 

Gerakan ini sudah lama digodok dan semakin lama semakin jelas persiapannya untuk dieksekusikan. Bagi mereka yang mempelajari nubuatan Wahyu, inilah Tanda Binatang Wahyu pasal 13. Jadi suatu hari pasti dijalankan.

 

 

Nah, kita perlu melihat alasan-alasan yang dijadikan dasar dikeluarkannya Sunday Law itu nanti. Semuanya adalah alasan yang kelihatannya bagus, dan pasti semua orang setuju bahwa itu alasan-alasan yang baik.

Tapi walaupun semua alasan itu sepertinya baik, namun tidak benar!

Apa yang salah?

1.    “Climate change” atau “global warming” itu tidak bisa diselesaikan dengan Sunday Law.

Itu adalah akibat dosa yang sudah menumpuk-numpuk selama 6’000 tahun, yang merusak segala yang baik di dunia ini. Segala racun yang diciptakan manusia yang dibuang ke udara, ke tanah, dan ke laut selama berabad-abad sudah merusak dunia ini sedemikian rupa, satu hari libur dalam seminggu tidak akan memperbaiki apa yang sudah rusak.

 

2.    Hubungan keluarga tidak bisa diperbaiki Sunday Law.

Sunday Law tidak bisa menambal hilangnya kasih dalam hati manusia. Keegoisan dan kejahatan manusia semakin lama semakin menonjol. Hubungan seksual yang tidak wajar, nafsu liar manusia yang melanggar kodratnya, manusia mau enaknya sendiri, manusia merugikan orang lain demi keuntungannya sendiri, semua itu yang mendasari rusaknya hubungan manusia dengan manusia. Walaupun tiap hari punya waktu bersama-sama keluarga tapi jika hati yang egois dan jahat tidak diganti, hubungan keluarga tetap rusak.

 

3.    Bagaimana Sunday Law sendiri yang sudah melanggar Hukum Tuhan diharapkan mengajak manusia kembali kepada Tuhan?

Ini sudah penipuan total.

Hukum Tuhan mengatakan hari yang harus diingat dan dikuduskan, hari untuk ibadah kepada Tuhan, itu adalah hari yang ketujuh, bukan hari Minggu. Bagaimana ibadah pada hari Minggu bisa memenuhi Perintah Tuhan itu? Harinya saja salah. Apakah Tuhan suka hari yang ditetapkanNya diganti dengan hari yang dialokasikan untuk menyembah dewa matahari? Jika memang mau mengajak manusia kembali kepada Tuhan seharusnya mengajak manusia semua bersabat pada hari ketujuh sesuai yang ditetapkan Tuhan. Jadi alasan ini bohong besar.

 

Pertanyaan:

MENGAPA MANUSIA TIDAK MENETAPKAN HARI KETUJUH SAJA YANG MEMANG SUDAH DITETAPKAN TUHAN SEBAGAI HARI PERHENTIAN UNIVERSAL UNTUK MENGATASI PROBLEM-PROBLEM YANG ADA?

Andai ide “Sunday Law” ini datang dari Tuhan, pasti itu bukan Sunday Law tapi “Sabbath Law”. Jadi sudah terbukti, ide “Sunday Law” ini tidak datang dari Tuhan walaupun yang mencetuskannya mengangkat dirinya sebagai wakil Tuhan di dunia! Ini ide siapa? Ini ide Antikristus, yang selalu ingin mendongkel autoritas Tuhan. Sunday Law dimunculkan untuk menantang Sabat Hari Ketujuh yang ditetapkan Tuhan. Pahamkah kita?

Maka, kalau kita memilih berdiri di pihak Sunday Law, itu sama dengan kita ikut menantang autoritas Tuhan. Ngeri loh itu!

 

Bohong yang kedua di sini, alasan beribadah kepada Tuhan supaya Tuhan tidak menjatuhkan bencana, itu sudah salah. Tuhan bukan seperti dewa-dewa ciptaan manusia yang harus diberi sesajen supaya tidak marah. Selama ini yang mendatangkan bencana adalah Setan, karena Setan yang suka membunuh manusia.

Yohanes 8:44

Kamu berasal dari bapakmu, si Iblis, dan keinginan bapakmulah yang kamu mau lakukan.  Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, itu bersumber dari dirinya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapak segala dusta.

 

Siapa saja yang mau dibunuh Setan?

a)    Mereka yang belum selamat

Dibunuh supaya mereka tidak punya kesempatan untuk selamat.

b)    Mereka yang sudah selamat

Dibunuh karena Setan membenci mereka.

 

Jadi Setan itu berusaha membunuh semua orang kalau bisa. Maka bencana-bencana yang makan korban banyak itu hasil karyanya.

 

Sebaliknya Tuhan itu ingin semua orang selamat. Selama pintu kemurahan Tuhan masih terbuka, Tuhan ingin semua manusia selamat. Bahkan manusia yang sudah menjual dirinya kepada Setan pun, apabila mereka minta, mereka ditebus oleh Tuhan, supaya mereka bisa terbebas dari jerat Setan.

 

Nah, jika kita sudah mengerti bahwa ada banyak kebohongan di dunia, ada banyak pemalsuan, doktrin-doktrin yang tidak sesuai dengan Alkitab, sebagai orang Kristen kita harus memastikan kita tidak ikut ajaran yang palsu, ajaran yang salah. Ajaran-ajaran yang palsu itu sering tampaknya asli, tampaknya bagus, tapi perlu kita selidiki dan bandingkan dengan apa kata Alkitab. Barang imitasi itu kalau terlalu beda dari yang asli, cepat ketahuan. Karena itu Setan tidak bodoh. Dia menyodorkan yang palsu yang dibuat semirip yang asli. Tapi bila kita mencari dengan sungguh-sungguh, Tuhan pasti akan menunjukkan, dengan 1001 cara Tuhan akan membantu kita menemukan yang asli.

 

 

28 05 23