Sabtu, 14 Januari 2023

225. PANTHEISME, POSTMODERNISME, FREETHINKERS

 

225. PANTHEISME,

POSTMODERNISME,

FREETHINKERS

_________________________________________________________________

 

Kebanyakan kita tidak tertarik bila melihat kata-kata seperti di atas, segala “isme” segala faham yang tidak ada kaitannya dengan kita. Biar itu jadi urusan para cendekiawan yang suka membelah sehelai rambut menjadi tujuh bagian saja.

Tapi kita perlu mengetahui bahayanya.

Faham ini lebih dikenal di agama atau ajaran timur seperti New Age, Zen, Tao.  Tapi  hari ini semua ajaran ini telah menyelinap masuk menyusup bahkan sampai di dalam agama Kristen.

Bahkan juga ada dalam kehidupan nyata kita sehari-hari, ada di sekeliling kita, bisa ada pada pemikiran teman-teman dan kerabat kita, dan bahkan mungkin juga ada pada pemikiran kita sendiri tanpa kita menyadarinya. Ini adalah faham yang berbahaya, yang pertama diciptakan oleh Lucifer ketika dia masih di Surga.

 

Kita sedikit banyak tahu arti kata Pantheisme, yaitu faham yang mengatakan Allah ada dalam segala sesuatu, atau segala sesuatu itu Allah. Jadi misalnya di dalam batu ada Allah, di angin ada Allah, di air ada Allah, di kelinci ada Allah, di pohon ada Allah, dan bahkan di manusia ada Allah. Ada yang menyebut matahari “Brother sun” (abang matahari) dan bulan disebut “sister moon” (mbak bulan), karena mereka mengidentifikasi diri mereka sesama saudara dengan matahari dan bulan dalam hal sesama Allah. Jadi, Allah ada di mana-mana, menyatu dengan seisi alam. Dan banyak orang Kristen manggut-manggut setuju bahwa Allah benar ada di mana-mana. Aku ingat ketika aku masih di SD Katolik, di pelajaran Katekismus dikatakan bahwa “Allah ada di mana-mana”. Betulkah demikian?

TIDAK. Itu ajaran yang salah dimengerti.

 

YANG BETUL BAGAIMANA?

 

Yang betul Allah tidak hadir di mana-mana. Allah Mahatahu, karena kemahatahuanNya itulah, Allah tahu segala sesuatu yang terjadi di mana-mana kapan saja, pada waktu yang sama, masa lalu, masa sekarang, masa depan semua terbentang di depan Allah. Bahkan Allah bukan hanya tahu apa yang terjadi, yang ada di dalam hati manusia pun Allah tahu. Allah tahu segala yang sudah terjadi di mana-mana tidak peduli sudah lewat berapa lama, Allah tahu yang sekarang sedang terjadi di mana-mana, dan pada waktu yang sama Allah tahu segala yang akan terjadi di mana-mana tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Lho, kok bisa begitu? BISA KARENA DIA ALLAH. Jadi Allah tidak perlu hadir secara pribadi dalam batu, dalam air, dalam hewan, dalam bunga, dalam gunung, dalam manusia untuk tahu apa yang telah, sedang, dan bakal terjadi. Allah yang mahatahu, sudah tahu tanpa perlu hadir.

 

Menyimpang sejenak, “Allah tahu” tidak berarti Allah yang menentukan ya. Karena ada denominasi Kristen yang mengajarkan “predestination” bahwa takdir semua manusia sudah ditentukan oleh Allah. Jadi menurut doktrin “predestination” ada manusia-manusia yang sudah ditentukan selamat, ada yang ditentukan tidak selamat. TIDAK. Doktrin ini juga tidak Alkitabiah. Allah menginginkan semua orang selamat (darah Kristus laku untuk menebus semua manusia yang pernah hidup, asal manusianya mau ditebus) tapi Allah memberi kebebasan setiap orang untuk menentukan pilihannya sendiri. Allah tidak menentukan si A selamat, si B tidak selamat. ALLAH TIDAK MENENTUKAN. MANUSIANYA YANG MENENTUKAN SENDIRI.  Allah memberi manusia kebebasan untuk menentukan takdirnya sendiri. Tapi Allah sudah tahu apa yang akan mereka pilih. Itulah sebabnya sebelum manusia membuat keputusan yang pasti, sebelum manusia benar-benar menolak ajaran Allah, Roh Allah masih terus berusaha “bergumul” dengan manusia, berusaha menyadarkan manusia untuk membuat pilihan yang benar.  Hingga manusia itu benar-benar menutup hatinya terhadap suara Roh Allah, menolak segala upaya Roh Allah, dengan demikian mendukakan Roh Allah yang berusaha menyelamatkannya, barulah manusia ini dibiarkan Allah dengan pilihannya sendiri.

Kembali ke domisili Allah. Yesus Kristus dengan sangat jelas selalu mengatakan “BapakKu/Bapamu yang di Surga”, tidak pernah “BapakKu/Bapamu yang ada di mana-mana.” Jadi Allah selalu ada di Surga.

 

Matius 5:16

Hendaknya terangmu bercahaya sedemikian di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.

 

Matius 5:48

Jadilah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga itu sempurna.

 

Matius 6:9

Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu…

 

Matius 7:11

Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga memberi yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.

 

Matius 10:32

Karena itu barangsiapa yang akan mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga.

 

Matius 12:50

Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dan saudara-Ku perempuan, dan ibu-Ku."

 

Matius 18:14

Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki seorang pun dari anak-anak ini binasa"

 

Matius 23:9

Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapamu di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yang ada di sorga.

 

Lukas 11:13

Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya."

 

Markus 11:25

Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah sekiranya ada ganjalan dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu."

 

Dan masih banyak ayat yang lain, tapi 10 ayat di atas (kan angka 10 mewakili keseluruhannya?) seharusnya sudah cukup meyakinkan kita bahwa Allah ada di Surga, Allah tidak keluyuran masuk ke batu, ke gunung, ke tikus, dll. Allah sebagaimana layaknya Raja yang Mahatinggi, duduk dengan anggun di atas takhta kemuliaanNya di Surga, dikelilingi oleh para malaikat yang kudus.

 

Jadi kita yang Kristen, harus tahu bahwa Allah ada di Surga.

Artinya apa?

Faham Pantheisme dan anak-cucunya yang mengajarkan Allah ada di mana-mana, dalam seluruh ciptaan alam semesta, bertentangan dengan ajaran Alkitab.

Kita perlu yakin bahwa ajaran Alkitab itu benar. Bukan hanya baik, tapi BENAR. Karena seringkali apa yang dianggap baik di mata manusia, ternyata itu tidak benar di mata Allah. Jadi kita perlu menetapkan dulu bahwa kita meyakini ajaran Alkitab itu benar dan baik. Jika kita tidak meyakini Alkitab itu kebenaran, kita tidak punya dasar berpijak yang kokoh, kita bisa diombang-ambingkan segala ajaran salah yang lewat di depan mata.

Jadi sebagai orang Kristen, kita harus meyakini:

 

Alkitab itu Firman Allah,

dan itu kebenaran yang mutlak.

 

 

Jangan pernah meragukan kebenaran Alkitab. Meragukan Firman Allah, perkataan Allah, ajaran Allah, itu membuat kita celaka. Lihat apa yang terjadi pada Hawa, karena dia meragukan Firman Allah yang melarangnya makan buah pohon pengetahuan baik dan jahat, dia celaka, dan kita jadi ikut celaka karena perbuatannya.

 

Mazmur 119:160

Firman-Mu dari permulaan itu benar, dan setiap penghakimanMu yang adil, bertahan selama-lamanya.

 

Yohanes 17:17

Kuduskanlah mereka dengan kebenaran-MU; firman-Mu adalah kebenaran.

 

 

Jadi Alkitab itu kebenaran. Mengapa? Karena itu datang dari Allah, disuruh tulis oleh Allah, di bawah inspirasi/ilham dari Roh Allah.  Selama beberapa ribu tahun Allah telah menjaga keberadaan FirmanNya ini supaya tidak lenyap walaupun Setan berulang-ulang dari zaman ke zaman berusaha melenyapkan Firman Allah. Alkitab tetap merupakan buku yang paling banyak dicetak dan paling banyak diterjemahkan di dunia, semua ini karena Allah mau manusia mengetahui ajaranNya yang benar.

Nah, salah penerjemahan bisa terjadi, tetapi itu bisa ditelusuri, karena tidak ada suatu kebenaran di Alkitab yang hanya ditulis satu kali. Roh Kudus yang menginspirasi para nabi dan rasul yang menulis Firman Allah itu selalu mengulang-ulangi kebenaran yang sama, sehingga bila terjadi salah penerjemahan di satu ayat, kita bisa mencari ayat-ayat lain tentang tema yang sama, sehingga kita akan mendapatkan terjemahan yang benar. Selain itu baiklah jika kita bisa mengeceknya dengan keterangan tulisannya yang asli di Strong Concordance. Jadi ada banyak sarana untuk mendapatkan terjemahan yang benar dari tulisan di Alkitab, asal kita memang mau mencarinya.

 

 

Nah, kalau kita sudah yakin Alkitab itu kebenaran, maka kesimpulan yang logis dari itu ialah,

semua faham/teori/pandangan/ajaran

yang bertentangan dengan ajaran Alkitab,

itu bukan berasal dari Allah,

dan BUKAN KEBENARAN.

 

 

Berarti faham Pantheisme dan anak-cucunya yang sangat bertentangan dengan ajaran Alkitab ini, suatu kesalahan, dan sesungguhnya adalah penyesatan. Jangan kita ikuti.

 

 

Jadi dari mana asalnya faham Pantheisme ini?

Kita semua tentunya bisa menjawab ini. Segala yang bertentangan dengan ajaran yang benar, itu pasti berasal dari yang menentang Allah. Siapa? Lucifer.

 

 

Faham Pantheisme ini beranak-cucu menjadi faham postmodernisme dan freethinkers.

Kita sudah tahu bahwa faham Pantheisme itu Allah ada dalam segala sesuatu, baik benda mati maupun benda hidup, termasuk dalam manusia.

Oh, itu kan zaman purba dulu, sekarang mana ada orang percaya Pantheisme?

Wah, banyak, hanya saja kita tidak menyadarinya.

Ingat lagu Sabda Alam?              

Diciptakan alam pria dan wanita

Dua makhluk dalam asuhan dewata… dst.

Siapa yang mencipta? Alam. Bukan Allah.

Siapa yang mengasuh? Dewata. Bukan Allah.

Ketika manusia menyanyikan lagu ini, dia mengakui Pantheisme, tapi tidak merasa.

Ah, itu cuma bahasa personifikasi.

Bukan, itu Setan yang sedang menanamkan faham Pantheisme secara halus ke dalam pikiran tidak sadar kita.

 

 

Jadi faham Patheisme ini pertama muncul di hati Lucifer ketika dia masih kerub penudung takhta Allah di Surga. Tiba-tiba muncul ide cemerlang di otak Lucifer bahwa dia itu setara dengan Allah, dia juga Allah. Dia tidak usah menyembah Allah yang menciptakannya. Dia mau duduk di takhta yang sama tinggi atau bahkan bisa melebihi ketinggian takhta Allah.

Yesaya 14:12-14

14:12       Betapa engkau sudah jatuh dari Surga, hai Lucifer (Bintang Fajar), putera fajar! Engkau sudah ditebang dan jatuh ke tanah, engkau yang melemahkan bangsa-bangsa!

14:13       Karena  engkau telah berkata dalam hatimu: ‘Aku akan naik ke Surga, aku akan meninggikan takhtaku di atas bintang-bintang Allah, dan aku juga akan duduk di bukit pertemuan, di sebelah utara yang paling jauh.

14:14       Aku akan naik mengatasi ketinggian awan-awan, aku akan menjadi seperti Yang Mahatinggi!’ 

 

Lalu apa akibatnya nanti? Apakah Lucifer benar-benar bisa menjadi Allah? Tidak.

 

14:15       Sebaliknya engkau akan dibawa turun ke Sheol (kubur), ke tempat yang paling dalam di liang kubur.

 

Apa akibat yang paling menonjol dari faham ini?

Karena segala sesuatu mengandung Allah, maka segala sesuatu itu Allah.

Seharusnya orang Pantheisme itu tidak bisa makan apa-apa, karena semua tanaman itu Allah, semua hewan itu Allah, masa Allah makan Allah? Atau masa Allah mau dimakan oleh Allah? Jadi seharusnya semua yang memeluk Pantheisme sudah langsung mati karena mereka tidak bisa makan dan minum, karena air pun Allah. Tapi mereka tidak berpikir sejauh itu. Itulah kelicikan Setan, membuat orang pandai menjadi bodoh.

 

 

Mari kita lihat apa lagi akibat dari menganut faham ini.

·       Karena aku Allah, aku tidak perlu menyembah Allah lagi, karena aku sendiri sudah Allah.

Ini yang paling disukai Setan, yaitu manusia tidak menyembah Allah.

·       Karena aku Allah, segala pencapaianku itu atas kemampuanku sendiri,

aku tidak berutang apa pun kepada Allah yang benar, aku tidak usah bersyukur kepadaNya. Ini juga sangat disukai Setan, Allah dianggap bukan sumber segala berkat. Manusia menganggap dirinya bisa hidup tanpa Allah.

·       Karena aku Allah, aku bebas berbuat sesuka hatiku,

aku tidak perlu mempertanggungjawabkan perbuatanku kepada Allah lagi. Ini juga penipuan Setan, padahal Setan tahu bahwa setiap manusia akan dihakimi perbuatannya oleh pengadilan surgawi.

·       Karena aku Allah, tidak ada yang menghakimi aku,

aku hakimku sendiri, aku aman, aku sudah Allah kok. Bayangkan betapa kagetnya manusia ketika Allah menjatuhkan hukuman mati kekal kepadanya.

·       Karena aku Allah, aku hanya tunduk pada peraturanku sendiri.

Betul atau salah, aku sendiri yang menentukan. Nah, inilah anak faham Pantheisme, yaitu Postmodernisme. Apa yang aku bilang benar, itu benar bagiku, persetan kata orang lain. Kamu boleh punya kebenaranmu sendiri, aku punya kebenaranku sendiri. Yang benar bagiku tidak perlu benar bagimu. Kebenaran itu relatif tergantung siapa yang mengatakannya.

·       Karena aku Allah, aku tidak berdosa,

jadi aku tidak butuh penebusan, aku tidak butuh diselamatkan, aku tidak butuh Yesus Kristus. Inilah tujuan utama Setan, agar manusia menolak diselamatkan oleh penebusan Yesus Kristus dan akhirnya binasa bersama dirinya.

·       Karena aku Allah, aku tidak diciptakan oleh Allah ~

maka banyak orang Pantheisme yang juga memeluk teori Evolusi. Mereka tidak mengakui diciptakan Allah, tapi lebih memilih status sebagai procotan dari monyet. Sangat kasihan, mereka menolak fakta bahwa mereka diciptakan dalam keserupaan Allah Khalik mereka, tapi mereka merendahkan diri mereka sedemikian sampai mereka memilih sebagai produk “kebetulan” monyet. Mengapa produk “kebetulan”? Karena setelah tiba-tiba secara “kebetulan” monyet menghasilkan manusia, setelah masa “kebetulan” itu lewat, monyet kembali hanya bisa melahirkan monyet. Hari ini dengan segala teknologi canggih yang dibuat manusia, kita tidak pernah melihat ada satu monyet pun yang melahirkan manusia. Kalau manusia yang bodohnya seperti monyet, banyak.

 

Maka faham ini terus-menerus melahirkan konsep-konsep yang membawa manusia semakin jauh dari kebenaran, semakin jauh dari Allah yang telah menciptakan dia.


Tadi sudah disinggung bahwa faham ini juga melahirkan faham Postmodernisme. Apa itu? Karena ada kata “modern” tidak berarti bahwa faham ini baru muncul di zaman kita, zaman modern, zaman setelah abad ke-19. Tidak. Faham ini sudah lama ada. Faham ini mengajarkan bahwa standar moral itu relatif, menurut masing-masing manusia. Kalau aku mengatakan hubungan seksual sejenis itu benar, itu benar bagiku. Orang lain tidak boleh menyalahkan aku. Kalau orang lain mengatakan itu salah, itu hak dia, aku tidak akan mengganggunya. Maka setiap orang boleh berbuat apa pun yang benar menurut pemikirannya sendiri. Tidak ada satu standar yang berlaku objektif, semuanya bersifat subjektif.

Ingat lagu My Way yang dinyanyikan Frank Sinatra?

To think I did all that
And may I say, not in a shy way
Oh, no, oh, no, not me
I did it
MY WAY

 

Wah, bukankah ini kata-kata orang yang macho, orang yang jantan, orang yang punya karakter, orang yang punya tulang punggung, bukan orang lemah yang selalu bergantung pada sesuatu? Ini benar-benar laki-laki, berani berbuat berani bertanggung jawab sendiri. Benar? SALAH!

Bisa dibayangkan kekacauan yang terjadi apabila setiap orang menerapkan standar moralnya sendiri? Kamu punya barang, menurut aku, aku yang layak memilikinya, aku ambil barangmu. Walaupun kamu bilang itu mencuri tapi menurut aku itu bukan mencuri. Aku berbuat apa yang menurut aku benar. Tidak ada hukum. Hukum rimba yang berlaku. Yang kuat yang menang. Yang lemah tersingkir.

 

Alkitab mengajarkan bahwa Allahlah yang menentukan apa yang benar apa yang salah. Hukum moral Allah ialah Kesepuluh PerintahNya, yang ditulis oleh jari Allah sendiri pada dua loh batu yang diberikannya kepada Musa untuk disampaikan kepada manusia. Hukum Allah itu objektif, mutlak, dan berlaku selama-lamanya di seluruh alam semesta.

Manusia tidak boleh berbuat sesuka hatinya sendiri, bukan untuk “do it My Way” seperti lirik lagu di atas, tapi harus “do it YaH Way”. Bukan mengikuti kehendak sendiri, tetapi mengikuti kehendak Allah.

Lucifer-lah yang mengajarkan supaya kita selalu “do it My Way”. Itu yang telah dilakukannya, dan kita tahu apa akibat baginya nanti.

 

 

Dari Postmodernisme ini muncul banyak pemberontakan, baik secara spiritual maupun secara sosial. Manusia berbuat sesuka hatinya, menuruti kehendaknya sendiri. Masalahnya, manusia yang tidak menyerahkan dirinya kepada Allah, kehendaknya sesungguhnya sudah dikuasai oleh Setan sehingga segala pertimbangan dan pemikirannya salah dan menuju kebinasaan.

Ingat kelompok hippy yang mulai muncul 40-50an tahun yang silam? Mereka penganut Postmodernisme semua.

Aku tidak mau mandi satu tahun itu urusanku, kalau ada yang tidak tahan bau badanku, itu urusan mereka, ya menyingkirlah dariku.

Aku mau pakai pakaian compang camping ke mana-mana (walaupun punya pakaian yang utuh), itu urusanku. Kamu tidak suka melihatnya, ya tutuplah matamu.

Rambutku aku biarkan tidak pernah disisir tidak pernah dikeramasi sampai berkutu pun itu urusanku. Kamu takut tertular ya jangan dekat-dekat aku.

Perkataan “Itu urusan gue” inilah motto mereka. Tidak ada peraturan yang standar, tidak ada hukum yang dihormati selain kehendak dirinya sendiri.

 

Umumnya anak-anak kecil memiliki sifat demikian. Mereka mau sesuatu, kalau tidak diberi, mereka menangis, tantrum, memaksa supaya keinginannya dituruti. Ketika mereka bisa lebih mengerti, ada yang bisa menerima penjelasan orangtuanya mengapa keinginan mereka tidak dituruti, tetapi ada yang tidak bisa, yang tetap memaksakan kehendak. Jadi faham Postmodernisme ini bukan makanan asing yang tidak kita kenal, ini sudah ada dalam kehidupan kita dari usia manusia yang paling dini.

 

 

Pernahkah kita bertemu dengan orang-orang dewasa yang punya sifat demikian? Banyak. Kita memberi mereka label “sak karepe dewe”. Ya itu postmodernisme.

Pernahkan kita sendiri berperilaku demikian? Jangan-jangan sering juga. Semoga setelah ini kita lebih sadar, bahwa setiap kali kita bersikap “semau gue”, itu kita sudah ikut faham Postmodernisme ciptaan Lucifer.

 

 

Nah, dari Postmodernisme lahirlah para “free-thinkers. Apa pula ini?

Free-thinkers adalah mereka yang mengakui ada standar yang objektif, tetapi mereka bebas berpikir di luar kerangka standar objektif tersebut. Jadi mereka tidak mau dibatasi oleh standar yang ada, mereka menganggap mereka boleh bebas berpikir, bebas berpendapat, bahkan kalaupun itu bertentangan dengan standar atau kaidah yang ada.

Free-thinkers terdapat dalam banyak aspek, tetapi yang sekarang kita bahas di sini adalah aspek agama, khususnya agama Kristen.

 

Jadi free-thinkers dalam agama (Kristen) sesugguhnya menganggap diri mereka lebih tahu daripada Allah, lebih baik daripada Allah, karena itu mereka punya pendapat yang berbeda dari ajaran Allah.

Apa dasar faham ini? Kesombongan tingkat dewa.

Menganggap diri sendiri melebihi kebaikan dan kebenaran Allah, itu kesombongan tingkat dewa. Mengapa mereka bisa merasa sombong begini? Karena merasa mereka Allah (lihat, akibat sudah terpolusi faham Pantheisme).

 

Misalkan, Alkitab mengatakan hubungan seksual sesama jenis itu kekejian di mata Allah. Bukan sekadar dosa, tapi sudah sampai menjadi kekejian.

Apa kata Free-thinkers? Oh, itu penyakit, justru orang-orang gay yang berani mengakui kondisi mereka itu orang-orang hebat. Dan orangtua yang secara terbuka mengakui dan mendukung anaknya yang gay, itu orangtua yang hebat. 

Sadarkah mereka bahwa para orangtua yang demikian justru mengantarkan anaknya ke nerakaTapi bagi mereka neraka itu tidak ada, Tuhan juga tidak ada.

Jadi dengan kata lain, si free-thinker ini berkata, “Allah itu cupet pikiranNya dengan mengkategorikan hubungan gay sebagai dosa. Allah itu kaku. Allah itu sok suci. Allah itu salah. Katanya Allah itu kasih, tapi ternyata Allah tidak mengasihi yang gay. Aku lebih baik daripada Allah, karena aku bisa menerima hubungan sesama jenis sebagai hal yang wajar.” Maka jadilah si free-thinker ini lebih allah daripada Allah sendiri.

Lalu bagaimana tentang ayat bahwa orang gay tidak bisa masuk Surga? Que sera sera.  Ada yang memang tidak percaya ada Surga, ada (biasanya mereka ini masih mengaku Kristen nih) yang mengatakan Tuhan mengasihi semua manusia.

Jangan heran, ada banyak lho orang yang bersikap demikian. Apa yang dikatakan Allah sebagai dosa, free-thinkers berkata itu tidak apa-apa, ada penjelasan sainsnya, ada penjelasan medisnya, dll. Pokoknya apa yang dikatakan Allah dosa, bagi mereka bukan dosa. Jadi mereka merasa lebih baik, lebih mengasihi, lebih pengertian daripada Allah yang kejam dan hanya mau menghukum saja.

Jika kita mengaku Kristen, maka apa yang Allah kategorikan sebagai dosa, kita harus memandangnya sebagai dosa,

ü  jangan menyentuhnya,

ü  jangan melakukannya,

ü  jangan memfasilitasinya,

ü  jangan mendukungnya,

ü  jangan berusaha membenarkannya (menjustifynya).

Allah Khalik Pencipta alam semesta yang berhak menentukan mana yang dosa mana tidak tidak. Bukan kita, yang hanya makhluk ciptaan. Kita tinggal patuh kepada ketentuan Allah.


Siapa free-thinker yang pertama?

Lucifer.

Dia menganggap dirinya bisa menjadi Allah yang lebih baik daripada Allah yang telah menciptakannya, karena itu dia mau mengkudeta takhta Allah. Dia mau menggantikan Allah karena dia merasa dia lebih kompeten daripada Allah.

 

Yehezkiel 28:2

Hai anak manusia, katakanlah kepada pangeran Tirus: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena engkau menjadi tinggi hati, dan engkau berkata: Aku adalah Allah! Aku duduk di takhta Allah di tengah-tengah lautan. Padahal engkau adalah manusia, bukan Allah, walau engkau menempatkan hatimu seperti hati Allah.

 

Di sini Allah menyebut Lucifer sebagai “Pangeran Tirus”.

Kalau raja Tirus, itu raja negeri Tirus yang asli. Tetapi sebutan “Pangeran Tirus” diberikan kepada Lucifer.

Lihat, Lucifer “menjadi tinggi hati, dan engkau berkata: Aku adalah Allah!” Karena itu jangan tinggi hati, jangan sombong, karena keangkuhan itu mendahului kejatuhan, kata

Amsal 16:18

Kecongkakan itu mendahului kehancuran, dan tinggi hati itu mendahului kejatuhan.

 

Kita kembali ke Yehezkiel 28:2. Jadi Lucifer ingin menjadi Allah dan duduk di takhta Allah, di mana? “di tengah-tengah lautan”. Kok takhta Allah ada di tengah-tengah lautan?

Istilah “lautan” atau “banyak air” itu selalu melambangkan bangsa-bangsa, suku-suku, kaum-kaum dan bahasa-bahasa.” Alkitab yang berkata begitu.

Wahyu 17:15

Lalu ia berkata kepadaku: Semua air yang telah kaulihat, di mana wanita pelacur itu duduk, adalah kaum-kaum, dan orang banyak, dan bangsa-bangsa dan bahasa-bahasa.

Jadi yang dimaksud Lucifer ialah ia ingin duduk di takhta Allah yang berkuasa atas semua bangsa, bahasa, kaum, dan suku.

Di ayat ini juga disebutkan bahwa “engkau adalah manusia, bukan Allah”, lalu ada yang berkata, kok Lucifer disebut “manusia”? Ya, ini ungkapan untuk membedakan antara makhluk ciptaan dengan Allah Sang Pencipta. Di Alkitab sering dikatakan “seorang malaikat” (Kel. 23:20, 33:2, 1 Raja 13:18, Zakharia 2:3, Matius 28:2, Kisah 5:19, dll.). Jadi malaikat disetarakan dengan manusia dalam hal sama-sama makhluk ciptaan. Manusia diciptakan sedikit lebih rendah dari malaikat, tapi sama-sama makhluk yang diciptakan bisa berpikir, bisa bertindak, sama-sama diberi kebebasan memilih, sama-sama punya hati nurani, sama-sama tahu bahwa dirinya bukan Allah.

 Mazmur 8:4-5

4 apalah manusia, sehingga Engkau mempedulikannya?  Dan anak manusia, sehingga Engkau mendatanginya?  5  Karena Engkau telah membuatnya  sedikit lebih rendah daripada malaikat, dan Engkau telah  memahkotainya dengan kemuliaan dan kehormatan.

 

Kembali ke Lucifer, yang tiba-tiba merasa dirinya begitu hebat sehingga layak menandingi Allah yang menciptakannya. Dia punya kebebasan berpikir, dan dia memakai kebebasan itu di luar kerangka kebenaran yang telah diberikan Allah kepada semua makhlukNya. Dia mau menjadi free-thinker.

 

 

Siapa free-thinker pertama di bumi?

Hawa.

Nah, Hawa mengira dirinya seorang free-thinker murni, tetapi sesungguhnya tidak ada manusia yang free-thinker murni, karena semua manusia mendapatkan masukan data dari sumber yang lain.

ü    Manusia yang mau setia kepada Allah, memegang teguh masukan data dari Allah, dari ajaran Allah.

Semua data lain yang lewat di depannya, akan diukurnya menurut standar Allah. Segala apa yang tidak sama dengan ajaran Allah, dia tahu itu salah, dan tidak akan diikutinya.

ü    Manusia yang tidak terlalu setia pada Allah, menerima masukan data dari mana-mana.

Dia tidak memegang teguh masukan data dari Allah, dan dia terbuka menerima segala data lain yang lewat di depannya, tanpa mengujinya dengan ajaran Allah. Dia tidak tahu mana yang salah, dan dia mengikuti mana yang dia suka. Ini para free-thinker.

 

Jadi Hawa adalah free-thinker pertama di bumi.

Allah berkata kepadanya, “Jangan makan buah pohon pengetahuan baik dan jahat. Yang makan pasti akan mati.”

Ular yang kesurupan Setan berkata kepadanya, “Makan saja, kamu pasti tidak akan mati.”

Dua data yang bertentangan masuk ke kepala Hawa.

Lalu ular itu menambahkan, “Kamu malah akan jadi seperti Allah, tahu mana yang baik dan jahat.”

Hawa free-thinking. Dan dia memilih untuk mempercayai kata-kata ular.

Mengapa?

Karena lebih menarik! Bisa menjadi seperti Allah lho! Jadi di dalam hatinya Hawa juga ingin menjadi Allah. Ini namanya benar-benar tidak tahu diri.

Hawa berani makan buah itu. Mengapa? Karena dia tidak percaya kata-kata Allah. Allah bilang orang yang makan buah itu pasti akan mati. Jelas Hawa tidak mau mati. Tapi dia berani makan buah itu, berarti itu sama dengan dia berkata, “aku tidak percaya, Allah pasti bohong.”

Jadi para free-thinkers ini menyangkal ajaran Allah, dan sesungguhnya mereka berkata Allah itu bohong.

Padahal Allah tidak berbohong. Justru ular yang disurupi Setan itu yang berbohong. Tapi Hawa salah pilih. Mengapa? Karena kebohongan yang ditawarkan Setan itu selalu lebih sedap lebih menarik daripada kebenaran yang dikatakan Allah.

Apakah Hawa merasa dirinya lebih pintar dari Allah? Oh, iya, dia merasa dia tidak bisa dibohongi Allah. Allah bilang yang makan buah itu pasti mati, tapi dia tahu, itu cuma bohong. Jadi Hawa merasa dia lebih pintar daripada Allah, dia tidak bisa dibohongi Allah. Tapi malah dia kena dibohongi Setan.

 

Apa yang terjadi ketika Hawa ber-free-thinking?

Dia memakai logikanya untuk menimbang Firman Allah.

v    Kenapa makan buah pohon ini pasti mati? Buahnya bagus kok. Apa yang menyebabkan makan buah ini bisa mati?

v    Kenapa kalau buahnya tidak boleh dimakan kok pohon ini ditanam di sini?

Jadi berdasarkan free-thinking Hawa, dia menyimpulkan peringatan Allah bahwa makan buah pohon itu pasti mati, itu tidak benar. Hawa punya pendapat sendiri berdasarkan apa yang dipikirnya sendiri. Hawa mengira itu hasil pemikirannya sendiri. Dia tidak tahu bahwa sebetulnya pikirannya sudah kemasukan data dari Setan, dan Setan sudah mengendalikan pikirannya.

Jadi sebetulnya tidak ada free-thinking yang murni itu. Kita tidak mau dikendalikan oleh ajaran Allah, kita menganggap kita punya otak yang bisa berpikir sendiri, tapi sebetulnya jika kita tidak dikendalikan oleh ajaran Allah, ya kita dikendalikan oleh penipuan Setan. Pada akhirnya hanya dua sumber itu yang ada, yang satu benar, yang satu salah; yang satu baik, yang satu jahat. Allah mengajar kita supaya selamat. Setan mengajar kita supaya binasa. Mengapa? Karena dari semula Setan itu adalah penipu dan pembunuh.

Ini perkataan Yesus sendiri ketika Dia bicara kepada orang-orang Farisi.

 

Yohanes 8:44

Kamu berasal dari bapakmu, si Iblis, dan keinginan bapakmulah yang kamu mau lakukan. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, itu bersumber dari dirinya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapak segala dusta.

  

Lihat, jadi Iblis/Setan/dulu namanya Lucifer, itu:

ü  pembunuh manusia sejak semula dan

ü  tidak hidup dalam kebenaran,

ü  di dalam dia tidak ada kebenaran.

ü  pendusta dan bapak segala dusta.

Tapi manusia tidak tahu bahwa Iblis/Setan ini sudah mempengaruhi pikirannya sehingga manusia menganggap percaya kepada Allah itu sudah kuno, terbelakang, tidak canggih, tidak modern, tidak smart, tidak saintifik. Percaya pada Allah itu hanya untuk orang-orang bodoh yang otaknya disetir oleh agama. Memang benar ada banyak agama yang salah, tapi kita di sini bicara tentang agama yang benar, yang Alkitabiah, yang diajarkan Allah. 

Bagi mereka yang menganggap diri mereka adalah manusia yang modern, yang terpelajar, yang saintifik, Alkitab itu hanya buku dongeng yang tidak masuk akal. Mana ada seluruh dunia bersama isinya bisa diciptakan dari nol dalam 6 hari, 6 x matahari terbenam dan 6 x matahari terbit? Mana ada Allah bersabda, lalu semua terjadi?

Bahkan seorang Paus saja mengatakan kok di kitab Kejadian, Allah seperti tukang sulap menciptakan segala sesuatu dengan tongkat wasiatNya. (Paus Francis berkata kepada Papal Academy of the Sciences  pada 14 Oktober 2014 ~  When we read about creation in Genesis, we run the risk of imagining God was a magician with a magic wand able to do everything, but that is not so.” ).

Seorang Paus saja tidak percaya bahwa tulisan di Kitab Kejadian itu benar-benar Firman Allah yang diilhami. Maka tidak heran jika banyak manusia yang menjadi free-thinkers dan menganggap Firman Allah itu kitab dongeng.

 

Apa mereka benar? Atau Alkitab yang benar?

Kalau kita mengaku Kristen, sampai kapan pun kita harus meyakini Alkitab itu benar.  Itu Firman Allah, “firman-Mu adalah kebenaran” sudah kita baca tadi di Yohanes 17:17.

 

Lha mereka mengukur dengan kemampuan mereka sendiri. Mereka menciptakan sebuah mobil dari nol saja tidak bisa dalam waktu satu hari. Mereka “bersabda” anak-anak mereka saja tidak ada yang menurut. Jadi mereka menurunkan derajat Allah ke derajat mereka. Mereka membuat Allah setara dengan mereka. Itu dasarnya faham apa? Faham Pantheisme! Mereka ini menganggap mereka setara dengan Allah, jadi kalau mereka tidak bisa naik menyamai Allah, ya Allah yang dibawa turun ke level mereka. Maka kalau mereka tidak bisa mencipta, Allah juga tidak bisa karena mereka itu juga Allah. Lihat? Apa dasar teori Evolusi? Pantheisme!

Orang-orang yang mengatakan Firman Allah itu kitab dongeng, itu karena mereka tidak bisa membuktikan Allah mencipta langit dan bumi dan segala isinya ini dalam enam hari literal. Lha jelas mereka tidak bisa membuktikan karena itu karya Allah. Pikiran manusia mana bisa mencapai pikiran Allah?

Tapi mereka mengatakan teori Evolusi itu kebenaran, padahal mereka juga tidak bisa membuktikan semua teori Evolusi, di antaranya mulai titik mana monyet bisa berubah menjadi manusia, lalu setelah itu tidak bisa lagi, dan tetap menjadi monyet? Darwin sendiri mengakui dia tidak bisa menemukan “missing link”nya, mata rantainya yang hilang. Tapi manusia modern yang “pintar-pintar” para ilmuwan yang mahasaintifik, bisa mempercayai data yang tidak klop karena ada mata rantainya yang hilang.

Dan mereka lebih memilih menjadi anak monyet ketimbang anak Allah yang diciptakan secara supranatural dalam keserupaan dengan Allah.

Segala yang diajarkan Setan itu kebalikan dari yang sebenarnya.

Alkitab mengajarkan bahwa Adam, ciptaan yang keluar dari tangan Allah sendiri, itu makhluk yang mulia, Engkau telah memahkotainya dengan kemuliaan dan kehormatan.” (Maz. 8:5). Adam hidup hingga 930 tahun.

Alkitab mencatat semua manusia pra-air bah itu usianya mendekati 10 abad.

Berapa usia manusia sekarang? Bisa mencapai 1/10 usia Adam saja sudah bagus.

Jadi menurut Alkitab manusia semakin lama semakin merosot, baik dalam fisik maupun mentalnya. Orang dulu lebih hebat daripada orang sekarang.

ü     Nuh tanpa teknologi bisa membangun bahtera yang muat semua hewan berpasang-pasang plus seluruh keluarganya, plus semua makanan untuk jatah satu tahun lebih bagi semua hewan itu dan keluarganya. Bayangkan seberapa besarnya bahtera itu.

ü     Nimrod dan anak buahnya bisa membangun menara Babel yang diruntuhkan Allah.

ü     Orang Mesir bisa membangun piramida.

ü     Nebukadnezar bisa membangun taman gantung Babilon. Semua tanpa teknologi.

Tetapi teori Evolusi yang adalah ajaran Setan, mengatakan justru kebalikannya. Manusia tambah lama tambah maju, yang tadinya berasal dari monyet, tangan menggelantung, berjalan membungkuk, melompat-lompat dari pohon, cuma garuk-garuk dan cari kutu, semakin lama semakin tegak, dan hari ini bisa pakai dasi dan menciptakan roket.

Alkitab mengatakan Allah menciptakan semua makhluk dengan tujuan, sesuai rencanaNya, sempurna dari awal diciptakan.

Teori Evolusi mengatakan semua makhluk ciptaan terjadi secara kebetulan. Pada suatu hari ada amuba (asalnya dari mana?) yang satu menjadi burung yang bisa terbang, yang satu menjadi ikan yang harus hidup di air, yang satu menjadi sapi yang memamah biak, yang satu menjadi monyet yang lompat-lompat, dan tiba-tiba dari antara monyet ada yang menjadi manusia yang bisa memanah burung, menangkap ikan, menyembelih sapi dan membuat monyet sebagai tontonan tandak bedes.  

Sedangkan di antara burung saja jenisnya ada begitu banyak, yang burung pagi, yang burung malam, yang kecil sekali, yang gede sekali, yang tidak bisa terbang, yang berdiri dengan satu kaki, dll. Bagaimana ada amuba yang sama bisa berubah menjadi macam-macam makhluk ini? Organ-organnya saja berbeda semuanya. Secara kebetulan?

Dan yang lebih ajaib lagi, proses evolusi (perubahan) ini terjadi selama berjuta-juta-juta tahun dan tidak langsung jadi makhluk yang sempurna. Maksudnya kalau burung tidak langsung jadi burung, mungkin perutnya dulu, lalu sayapnya, lalu kepalanya. Lha selagi baru ada perut belum ada kepala bagaimana makhluk ajaib ini bisa hidup dan melanjutkan evolusinya?

Banyak pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh teori Evolusi, tapi manusia yang menganggap dirinya lebih pintar dari Allah, manusia yang ngaku saintifik, bersikokoh mempercayai teori buatan manusia yang Darwin sendiri pun belum pernah menyaksikan langsung transformasi dari amuba menjadi burung itu. Dan mereka mengatakan Firman Allah itu yang dongeng tapi asumsi Darwin itu saintifik.

Yang lebih lucu lagi, manusia yang mengaku saintifik ini lebih suka mengakui monyet yang tidak saintifik sebagai sumber eksistensinya daripada mengakui Allah yang supersaintifik sebagai Penciptanya.

Apa tidak lebih masuk akal ada Sosok Ilahi yang mahakuasa yang menciptakan segala sesuatu langsung jadi dalam segala bentuk dan aneka rupa secara supranatural karena kemahakuasaanNya?


Sebagai orang Kristen kita tidak anti-sains. Tapi kita hanya menerima sains yang tidak bertentangan dengan Firman Allah. Segala sesuatu yang tidak sesuai dengan Firman Allah, itu bukan kebenaran, itu penyesatan Setan.

 

Jadi baiklah kita yang mengaku Kristen ini tidak membuat malu Allah kita, dan berpegang teguh pada ajaran Alkitab. Jangan tertipu oleh segala macam faham dan teori ciptaan manusia. Jangan menjadi Pantheistis, jangan menjadi Postmodernis, jangan menjadi Free-thinker, jangan menoleh ke teori Evolusi, dan ke teori Big Bang. Yakinlah bahwa Allah kita itu Allah yang mahakuasa yang menciptakan semesta alam dan seluruh isinya dengan kemahakuasaanNya. Allah tidak perlu menggunakan teori Evolusi untuk mencipta. Allah bersabda, langsung jadi. Allah memberi nafas hidup, maka makhluk itu hidup.

Semua makhluk hidup hanya bisa hidup selama diberi suplai nafas hidup oleh Allah Sang Pencipta. Begitu suplainya distop oleh Allah, makhluk itu mati.

Sampai sekarang sains belum bisa menciptakan nafas hidup. Sains tidak bisa membangkitkan orang mati. Tapi Allah bisa. Jadi sampai kapan pun Allah itu lebih besar daripada sains, Allah itu mahakuasa.

 

 

 

13 01 23