236. TUJUH PENYEBAB
BUTA MATA HATI
_______________________________
Ini diambil dari
khotbah Pdt. Susilo Mundriharto hari Sabat lalu. Ini topik yang bagus sekali, dan
sangat bermanfaat bagi kita semua supaya jangan sampai kita terjerumus ke dalam
kondisi itu, jadi sekarang mau aku bagikan.
Semua ayat di
sini adalah terjemahan dari KJV atau NKJV supaya lebih jelas.
Bagi para
pelajar Alkitab terutama yang fokus kepada kondisi akhir zaman, tentunya kita
sangat kenal ayat-ayat di bawah ini:
Wahyu 3:14-17
14 Dan kepada malaikat jemaat di Laodikia
tuliskanlah, ‘Inilah yang dikatakan Sang Amin, Saksi yang Setia dan Benar, Pemula dari ciptaan Allah; 15 ‘Aku
tahu segala pekerjaanmu, bahwa engkau tidak
dingin maupun panas. Andai saja engkau dingin atau panas! 16 Jadi karena engkau
suam-suam kuku, dan tidak dingin maupun
panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku. 17 Karena engkau
berkata, ‘Aku kaya, dan berkelimpahan dalam harta,
dan tidak kekurangan apa-apa’, dan tidak tahu bahwa engkau
malang, mengenaskan, miskin, buta dan
telanjang,
Ini adalah teguran Yesus Kristus, Sang
Amin, Saksi yang Setia dan Benar, dan Pemula
dari ciptaan Allah (artinya Dialah
Yang Memulai, atau Sumber dari semua ciptaan Allah, semua ciptaan Allah berasal
dari DiriNya) kepada jemaat
Laodekia. Jemaat Laodekia adalah jemaat akhir
zaman, jemaat yang terakhir, setelah itu sudah tidak ada jemaat
lain, karena Yesus Kristus akan kembali menjemput umatNya di bagian akhir masa
jemaat Laodekia, jemaat di masa penghakiman, dan yang ternyata
“malang, mengenaskan, miskin, buta dan
telanjang”.
Karena ini bicara tentang aspek
spiritual, sudah tentu ini tidak bicara tentang kondisi fisik yang literal. Ini
bicara tentang kondisi spiritual kita. Jemaat Laodekia, yaitu kita-kita yang
mengaku umat Allah ini, ternyata menurut Kristus, kondisi spiritualnya “malang, mengenaskan, miskin, buta dan telanjang”.
Kalau membahas semuanya jadi terlalu panjang.
Jadi sekarang yang dibahas hanya kondisi buta
mata rohani umat Allah, penyakit yang juga dimiliki oleh jemaat
Laodekia. Dan karena ini salah satu alasan mengapa Tuhan akan memuntahkan
jemaat Ladokedia yang buta mata rohani atau mata hati ini, maka sebaiknya kita
mempelajari bagaimana kita bisa tidak buta mata hati supaya kita tidak
dimuntahkan Tuhan.
Dari mempelajari Yohanes pasal 9, Pdt.
Susilo menyimpulkan ada 7 penyebab yang membuat orang buta mata rohani atau
mata hatinya.
1. Buta mata hati karena menghakimi orang lain.
2. Buta mata hati karena ragu-ragu.
3. Buta mata hati karena salah memahami Kitab Suci, gara-gara
sudah punya prakonsep yang salah tentang kebenaran.
4. Buta mata hati karena tidak percaya.
5. Buta mata hati karena tekanan sesama manusia.
6. Buta mata hati karena kesombongan rohani
7. Buta mata hati karena kedegilan hati.
Sekarang mari kita ke Yohanes pasal 9,
di sini ada kisah Yesus menyembuhkan mata seorang yang buta sejak lahir. Kita
mulai dari ayat 1 dan 2.
Buta
mata hati karena menghakimi orang lain
Yohanes 9:1-2
1 Dan ketika Yesus
lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. 2 Dan murid-muridNya bertanya kepada-Nya, ‘Rabi, siapakah
yang berbuat dosa, orang ini atau orangtuanya, sehingga ia
dilahirkan buta?’
Siapa yang salah? Murid-murid Yesus ingin tahu siapa yang
salah sehingga orang itu lahir buta. Untuk apa mereka bertanya begitu? Mengapa
penting bagi mereka untuk mencari tahu siapa yang salah sehingga orang itu
lahir buta? Apakah dengan mengetahui itu kesalahan siapa, bisa membuat mereka
mencelikkan mata orang buta itu? Sebenarnya mereka bertanya
karena mereka ingin menghakimi. Mereka ingin bisa mengatakan, “Oh,
yang salah orangtuanya” atau “Yang salah orang itu sendiri, pantas dia lahir
buta” maka mereka merasa puas bisa menuding seseorang. Tapi apa jawab Yesus?
Yohanes 9:3
3 Jawab Yesus, ‘Bukan
orang ini yang berbuat dosa maupun
orangtuanya, melainkan agar
pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.’
Apakah murid-murid Yesus pada saat itu
buta mata hatinya? Ya, mereka tidak mengerti misi Yesus sebagai
Mesias. Mereka tidak memikirkan mengapa Yesus menyembuhkan orang buta ini, tapi
mereka lebih tertarik menghakimi kondisi kemalangan orang
lain daripada fokus kepada ajaran-ajaran yang diberikan Yesus. Dengan
sibuk mencari kesalahan orang lain, mereka tidak menyadari kekurangan mereka
sendiri. Menghakimi membuat kita buta mata hati.
Buta
mata hati karena ragu-ragu
Yonanes 9:8-11
8 Maka para
tetangganya dan mereka yang sebelumnya pernah
melihat dia bahwa dia buta, berkata, ‘Bukankah dia ini, yang duduk dan
mengemis?’ 9 Ada yang berkata, ‘Benar, ini dia.’ Yang lain berkata, ‘Ini
mirip dia.; tetapi orang itu sendiri
berkata, ‘Akulah dia.’ 10 Maka
mereka berkata kepadanya, ’Bagaimana matamu bisa melihat?’ 11 Orang itu menjawab dan berkata, ‘Orang yang
disebut Yesus itu membuat tanah liat dan mengoleskannya pada mataku dan berkata
kepadaku, Pergilah ke kolam Siloam dan
basuhlah; dan aku pergi dan membasuh diriku,
dan aku dapat melihat.’
Meragukan kebenaran. Kalau meragukan kesalahan itu
bijaksana. Tapi meragukan kebenaran itu rugi sendiri. Jadi
sebagai anak-anak Tuhan, kita harus tahu, kebenaran itu apa?
Yohanes 17:17
17 Kuduskanlah mereka melalui kebenaranMu; Firman-Mu adalah kebenaran.
Yohanes
14:6
Kata Yesus kepadanya, ‘Akulah jalan, dan kebenaran, dan hidup. Tidak seorang pun yang sampai
kepada Bapa, selain melalui Aku.’
Kalau orang meragukan Yesus, yang adalah kebenaran; atau meragukan Firman Allah, yang juga kebenaran, maka orang itu sudah
tersesat. Kebenaran itu mutlak, Firman Tuhan itu pasti benar, Yesus
pasti benar. Maka apa yang berlawanan atau berbeda dengan isi Firman
Tuhan dan semua ajaran Yesus di dalam Firman Allah, itu yang salah. Meragukan Firman Tuhan sebagai kebenaran, meragukan Yesus itu
kebenaran, itu membuat kebutaan mata hati.
Yang diragukan
juga bisa tentang mana gereja yang benar. Bila sudah bertemu dengan gereja yang
mengikuti semua ajaran yang alkitabiah, gereja yang mengajarkan untuk mematuhi
semua Perintah dan Hukum Tuhan, gereja yang ajarannya tidak menyimpang dari
ajaran yang ada di alkitab, jangan ragu, itu adalah gereja
yang benar, gereja milik Tuhan. Tapi jika gereja itu mengajarkan dan
mempraktekkan yang berbeda dari ajaran Alkitab, maka itu bukan gereja yang
benar.
Buta
mata hati karena salah memahami Kitab Suci, gara-gara sudah punya prakonsep
yang salah tentang kebenaran
Yohanes
9:14-16
14 Dan hari itu
hari Sabat ketika Yesus membuat tanah liat, dan mencelikkan
mata orang itu. 15 Karena itu kembali
orang-orang Farisi juga bertanya kepadanya,
bagaimana dia mendapatkan penglihatannya. Dia
berkata kepada mereka, ‘Ia menempelkan
tanah liat di mataku, dan aku membasuh diriku, dan dapat melihat. 16 Maka kata sebagian
orang-orang Farisi itu, ‘Orang ini tidak berasal
dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat.’
Yang lain berkata, ‘Mana mungkin seorang yang berdosa
membuat mujizat yang demikian?’ Dan timbullah
perpecahan di antara mereka.
Orang-orang Farisi
sudah punya banyak prakonsep mereka sendiri. Di antaranya, mereka menganggap Mesias harus
datang sebagai Raja untuk merebut tanah Israel kembali dari bangsa Roma
dan menjadikan Israel bangsa nomor satu di dunia. Ketika Sang Mesias datang
tidak sebagai Raja duniawi seperti prakonsep mereka, mereka tidak mau
menerimaNya.
Begitu juga misalnya prakonsep mereka tentang bagaimana
memelihara hari Sabat. Konsep mereka ini berbeda dengan konsep yang
diajarkan Tuhan. Mereka menambah-nambahi sendiri banyak larangan dan peraturan
kepada ketentuan yang diajarkan Tuhan. Mereka lebih mementingkan menuruti
tradisi mereka, ajaran-ajaran manusia, kitab-kitab
Talmud dan Misnah mereka, peraturan-peraturan yang dibuat rabi-rabi manusia, daripada mematuhi
ajaran-ajaran Tuhan sebagaimana yang tertulis di Firman Tuhan. Sedemikian
kerasnya mereka memegang ajaran manusia mereka sendiri, sehingga walaupun
Yesus yang Anak Allah itu sendiri mengatakan,
Markus
2:27-28
27 Dan Yesus berkata kepada mereka, ‘Hari Sabat diadakan
untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, 28 jadi Anak
Manusia adalah juga Tuan atas hari Sabat.’
bahwa Dialah Tuhan
atas hari Sabat, Dialah yang menciptakan hari Sabat, Dialah yang paling tahu
bagaimana hari Sabat itu harus dikuduskan dan dipelihara, tapi orang-orang Farisi tetap tidak mau menerimaNya apalagi menerima ajaranNya.
Hal yang sama bisa
terjadi pada kita. Banyak orang Kristen yang berpegang pada
doktrin yang telah ditambahi atau dikurangi, atau bahkan telah diubah oleh peraturan-peraturan gereja buatan manusia, sehingga berbeda dari doktrin yang asli yang diajarkan Tuhan. Itu membuat orang menjadi buta mata hatinya
sehingga banyak yang tetap bersikeras memegang doktrinnya
sendiri yang salah
walaupun jelas itu tidak alkitabiah. Mata hatinya sudah buta.
Banyak orang Kristen maupun non-Kristen punya prakonsep yang
salah tentang kebenaran, misalnya:
ü
menganggap
orang mati
tidak benar-benar mati, tapi tetap hidup tanpa tubuh fisik
entah di Surga, di Neraka, atau di Api
Pencucian, atau bahkan di “dunia orang mati”, terjemahan mereka dari bahasa
Greeka kata ᾅδης [hadēs] atau dari bahasa Ibrani kata שְׁאֹל שְׁאוֹל [she'ôl] yang arti
sesungguhnya adalah “kubur”.
ü Atau bahwa kelahiran Yesus
harus dirayakan pada tanggal 25 Desember, padahal itu tanggal
kelahiran dewa-dewa pagan di antaranya dewa Tamus.
ü
Atau
tentang apa yang mereka sebut “bahasa roh”,
padahal itu terjemahan yang salah. Kata
yang asli itu dari bahasa Greeka itu γλῶσσα [glōssa],
yang dalam bahasa Inggris itu diterjemahkan
“tongue” (lidah) atau “language” (bahasa), tidak ada kaitannya dengan roh. Jadi terjemahan yang benar kata γλῶσσα [glōssa] dalam bahasa
Indonesia seharusnya ialah “berbicara” atau “berbahasa” artinya berbicara dalam bahasa-bahasa manusia yang dikenal, bukan
bahasa makhluk halus (roh) yang tidak dimengerti manusia.
ü Dan masih ada banyak
lagi yang lain.
Karena adanya banyak prakonsep yang berdasarkan pemikiran
manusia yang keliru inilah, pengertian orang Kristen tentang ajaran Alkitab
menjadi salah. Dan banyak orang tidak mau menerima apa yang benar, karena
mengukuhi prakonsep mereka yang salah. Mata hati mereka menjadi buta.
Buta
mata hati karena tidak mau percaya
Yohanes 9:17-18
17 Mereka berkata
lagi kepada orang buta itu, ‘Apa katamu tentang Dia, karena Ia telah mencelikkan matamu?' Dia berkata, ‘Ia seorang nabi.’ 18 Tetapi orang-orang
Yahudi itu tidak percaya tentang dia, bahwa tadinya ia buta dan dapat melihat, sampai mereka
memanggil orang tua dari orang yang telah bisa
melihat itu.
Penyebab buta hati juga ialah karena tidak mau percaya. Kalau sudah tidak mau percaya, biar pun buktinya jelas tidak bisa
dibantah, masih tetap tidak mau percaya. Mayoritas orang Yahudi
terutama para pemuka agama, tetap tidak mau percaya Yesus itu Mesias walaupun
sudah begitu banyak mujizat yang dibuat Yesus. Pokoknya tidak mau percaya,
dengan atau tanpa alasan mereka menolak Yesus, itu sudah harga mati mereka.
Yohanes 10:24-28
24
Lalu datanglah orang-orang Yahudi
mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya, ‘Berapa lama lagi Engkau membuat kami bimbang?
Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami.’ 25
Yesus menjawab mereka, ‘Aku telah mengatakannya kepada kamu, dan kamu tidak percaya.
Pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan
kesaksian tentang Aku, 26 tetapi kamu tidak percaya,
karena kamu bukan dari domba-domba-Ku, seperti yang Kukatakan kepadamu. 27
Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku, dan Aku mengenal mereka, dan mereka
mengikuti Aku. 28 Dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka
dan mereka tidak akan pernah binasa, maupun ada yang mencabut mereka dari tangan-Ku.
Hanya
Allah yang berani menjanjikan memberi hidup kekal kepada manusia. Tapi kalau
sudah tidak mau percaya, bahkan itu pun tidak bisa mengubah pandangan mereka.
Tidak mau percaya membuat orang buta mata hatinya, tidak bisa melihat apa yang
tidak mau dipercayainya.
Buta mata hati karena
tekanan sesama manusia
Yohanes 9:19-22
19 dan mereka bertanya
kepada keduanya, mengatakan, ‘Inikah anakmu, yang kamu katakan lahir buta? Kalau
begitu bagaimanakah ia sekarang dapat melihat?’ 20 Orangtuanya menjawab mereka dan berkata, ‘Yang kami tahu
dia ini anak kami dan bahwa ia lahir buta, 21 tetapi dengan cara apa ia sekarang dapat melihat, kami
tidak tahu, atau siapa yang mencelikkan
matanya, kami tidak tahu. Ia sudah dewasa, tanyalah dia, ia akan bicara untuk dirinya
sendiri.’ 22 Orangtuanya berkata demikian, karena mereka takut
kepada orang-orang Yahudi, sebab orang-orang Yahudi itu telah sepakat
bahwa jika ada yang mengaku Dia itu Mesias, orang
itu akan dikeluarkan dari sinagog.
Orangtuanya takut dimusuhi oleh sesamanya. Istilahnya dalam
bahasa Inggris adalah takut “peer pressure” (tekanan dari sesama), karena itu mereka
berusaha menghindar dari mengakui bahwa Yesus-lah yang berjasa menyembuhkan
kebutaan mata anak mereka. Mereka berusaha menghindar dari mengakui
kebenaran yang berbeda dari apa yang diyakini masyarakat, takut peer pressure, takut dibedakan oleh
sesamanya di lingkungannya, takut dianggap antik dan tidak diterima oleh
masyarakat, karena masyarakat memang suka menjauhi, bahkan memusuhi mereka yang
berani punya pandangan yang berbeda dari pandangan mayoritas.
Yohanes 12:42-43
42 Namun begitu, di antara pemimpin-pemimpin
kepala juga banyak yang percaya kepada-Nya, tetapi oleh karena orang-orang
Farisi, mereka tidak mengakuiNya supaya mereka jangan dikeluarkan dari rumah ibadah.
43 Sebab mereka lebih menyukai pujian
manusia daripada pujian Allah.
Tapi Wahyu 21:8 mengatakan bahwa para penakut termasuk mereka
yang tidak bisa masuk kerajaan Allah, yang akan dibakar habis dalam api neraka.
Ini khusus bicara tentang mereka yang menolak kebenaran karena takut kepada
tekanan dari sesama manusia.
Wahyu 21:8
8
Tetapi, orang-orang penakut,
dan yang tidak percaya, dan yang keji, dan para pembunuh, dan orang-orang amoral
secara seksual, dan tukang-tukang sihir,
dan penyembah-penyembah berhala, dan semua
pendusta, akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang
menyala-nyala oleh api dan belerang; yang adalah kematian yang kedua.
Buta mata hati karena
kesombongan rohani
Yohanes 9:24-34
24 Lalu kembali mereka
memanggil orang yang tadinya buta itu dan berkata kepadanya, ‘Katakanlah yang benar di hadapan Allah; kami tahu bahwa
Orang ini adalah seorang pendosa.’ 25
Jawabnya, ‘Apakah Orang itu berdosa atau tidak,
aku tidak tahu. Satu hal yang aku tahu,
yaitu aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat.’ 26 Lalu kata mereka kepadanya lagi, ‘Apa yang diperbuat-Nya padamu? Bagaimana Ia mencelikkan matamu?’ 27 Dia menjawab mereka, ‘Telah kukatakan kepadamu,
dan kamu tidak mendengarkannya; untuk apa
kamu mau mendengarnya lagi? Apa kamu juga mau
menjadi muridNya?’
28
Lalu mereka
mencelanya dan berkata, ‘Engkau muridNya, tetapi kami
murid-murid Musa. 29 Kami tahu, bahwa Allah telah
berfirman kepada Musa, tetapi tentang Orang ini,
kami tidak tahu dari mana Ia datang.’ 30 Orang itu menjawab dan berkata kepada mereka, ‘Nah di sini ada hal yang luar biasa, bahwa kamu
tidak tahu dari mana Ia datang, namun Ia
telah mencelikkan mataku. 31 Nah kita tahu bahwa Allah tidak mendengarkan
orang-orang berdosa, tetapi apabila ada
orang yang beribadah pada Allah dan melakukan kehendak-Nya, orang itu didengarNya. 32 Sejak
dunia jadi tidak pernah terdengar ada orang yang mencelikkan mata orang yang lahir buta. 33 Andai Orang ini tidak datang dari Allah, Ia
tidak akan dapat berbuat apa-apa.’ 34
Mereka menjawab dan berkata kepadanya,
‘Engkau ini seluruhnya lahir dalam dosa dan engkau
mengajar kami?’. Lalu mereka mengusir dia ke luar.
Orang
Yahudi menyombongkan fakta bahwa mereka adalah bangsa pilihan,
mereka punya Musa, nabi besar yang dipanggil Allah untuk
menyelamatkan mereka dari Mesir. Maka mereka merasa lebih rohani,
lebih suci daripada orang lain. Tapi mantan orang buta itu berkata,
Yesus yang mereka bilang pendosa, justru Dia yang mencelikkan matanya,
sementara orang-orang Yahudi sendiri yang mengaku paling suci paling benar dan
punya Musa, tidak ada yang bisa membuat mujizat. Tetapi perkataan ini pun tidak
menyadarkan orang Yahudi. Justru kesombongan rohani mereka semakin memuncak,
“kamu yang buta, yang lahir dalam dosa, kok mau mengajar kami!”
Banyak
orang Kristen seperti mereka, menganggap status
rohani mereka sudah pasti benar, sudah pasti masuk Surga, tanpa mau
membandingkan apa yang mereka yakini dengan ajaran Alkitab, apakah memang betul
mereka sudah mempercayai dan mempraktekkan doktrin yang benar, yang alkitabiah.
Kesombongan rohani membuat orang buta mata hatinya, hanya menganggap dirinya
yang benar tanpa mau membandingkan dengan Firman Tuhan.
Buta mata hati karena
kedegilan hati.
Yohanes 9:35-38
35 Yesus mendengar bahwa ia telah diusir keluar
oleh mereka; dan ketika Dia menemukan orang itu,
Dia berkata kepadanya, ‘Percayakah
engkau kepada Anak Manusia?’ 36 Dia
menjawab dan berkata, ‘Siapakah Dia, Tuan, supaya aku boleh percaya pada-Nya?’
37 Dan Yesus berkata kepadanya, ‘Engkau sudah
melihat Dia dan Dia-lah yang sedang
berkata-kata dengan engkau.’ 38 Dan
dia berkata, ‘Tuhan, aku percaya!’ Dan ia sujud menyembah-Nya.
Sampai akhir kisah ini pun orang-orang Farisi tetap tidak
mau menerima Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang datang dari Surga untuk
menyelamatkan manusia. Mereka degil, keras kepala, keras hati, tidak mau
berubah, salah benar harga mati, tidak mau menyelidiki, tidak mau mengakui
bahwa mereka sudah salah. Mereka tidak buta fisik tapi buta rohani.
Sebaliknya orang yang tadinya buta fisik, sekarang bisa
melihat, dan bukan hanya bisa melihat secara fisik tetapi juga melihat secara rohani. Dia tidak degil,
dia tidak menolak, dia berusaha mencari
tahu, ‘Siapakah Dia, Tuan, supaya aku boleh percaya
pada-Nya?’ Dan ketika Yesus menyatakan DiriNya, orang itu berkata,
“…‘Tuhan, aku percaya!’ Dan ia sujud menyembah-Nya.” Dia tidak degil, dia mau berubah, dia tidak bebal. Dan
karena itu dia tidak buta rohani, dia selamat. Sementara
yang buta mata rohaninya, punya hati yang degil, yang keras hatinya, tidak mau
berubah, dan akhirnya mereka mati dalam dosa.
Kesimpulannya:
Yohanes 9:39-41
39 Dan kata Yesus: ‘Aku datang ke dalam dunia untuk
menghakimi, supaya mereka
yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya mereka yang dapat melihat, menjadi buta.’
40 Dan beberapa
orang Farisi yang bersamaNya mendengar kata-kata
ini, dan berkata kepada-Nya, ‘Apakah kami
juga buta?’ 41 Yesus berkata kepada
mereka, ‘Andaikan kamu buta, kamu tidak punya dosa, tetapi sekarang kamu berkata, Kami melihat, maka dosamu
tetap ada.’
Mereka yang tadinya buta rohani, tidak melihat kebenaran, tapi mereka
yang mau melihat, mata mereka dicelikkan dan mereka akan
melihat kebenaran,
mata rohani mereka dibuka.
Tapi mereka yang tidak
mau melihat kebenaran, tidak akan bisa melihat kebenaran, alias buta
rohani seterusnya. Dan karena mereka mengaku mereka sudah tahu kebenaran,
mereka tidak mau bertobat, maka dosa mereka tetap ada, dosa mereka tidak
dihapuskan.
Kita semua bisa mengalami kebutaan
rohani tanpa kita sadari.
Hidup itu dinamis. Kalau kita terpancang hanya di satu titik dan tidak
bertumbuh secara rohani, kita mengalami kebutaan rohani. Kita adalah jemaat
Laodekia yang sudah ditegur Tuhan karena kita “malang, mengenaskan,
miskin, BUTA dan telanjang”. Berarti kita sering:
ü sibuk menghakimi
orang lain, yang seharusnya kita fokus memandang Yesus,
ü meragukan janji dan
kasih Tuhan, iman kita tidak teguh, kita bisa jatuh,
ü tidak mengerti atau
salah memahami Kitab Suci karena malas belajar, kita berpegang pada pikiran dan
pendapat kita sendiri yang banyak salahnya,
ü tidak mau percaya
pada kebenaran yang dinyatakan Firman Allah, terutama bila kebenaran itu
merepotkan atau menyulitkan hidup kita,
ü takut peer pressure, takut dibully, takut kehilangan keluarga, teman,
status sosial, penghasilan gara-gara mengikuti kebenaran yang tidak populer,
ü kejangkitan
kesombongan rohani, merasa sudah tahu semuanya, merasa tidak perlu belajar dari
Firman Allah lagi, merasa sudah sempurna, merasa sudah kebal dosa, merasa sudah
lebih baik daripada orang lain. Kesombongan rohani menyebabkan manusia tidak bertumbuh
secara rohani,
ü degil, keras kepala,
keras hati, walaupun merasa salah tetap tidak mau mengakui salah, tidak mau
berubah, tetap mempertahankan dosa kesayangan.
Hendaknya kita semua
menyadari bahwa kita mudah sekali jatuh, mudah sekali makan umpan yang
dilemparkan Setan. Meleng sedikit saja, kita masuk jeratnya. Kita harus
senantiasa berhati-hati, setiap saat setiap hari memohon tuntunan Roh Kudus
supaya kita jangan mengalami kebutaan rohani. Kalau buta jasmani saja tidak
mengakibatkan kematian kekal, tapi buta rohani bisa mengakibatkan kematian
kekal. Jangan sampai itu menjadi akhir kita.
27 02 25