147. TUHAN BUKAN IKAN
KITA BUKAN IKAN
_____________________________________________________
PERSEPULUHAN VERSUS
TEORI KEMAKMURAN
Sabat
depan adalah Sabat persepuluhan, artinya waktunya umat Advent mengumpulkan
persepuluhan pada sabat pertama setiap bulannya.
Akhir-akhir
ini persepuluhan banyak dikaitkan dengan teori kemakmuran, sehingga menjadikan
persepuluhan itu semacam umpan untuk mendapatkan kemakmuran. Teman-teman
Kristen, TUHAN BUKAN IKAN! Jangan menjadikan Tuhan
ikan yang perlu dipancing dengan umpan. Tuhan itu mahamurah, mengasihi semua
manusia, baik yang mengenal Dia maupun yang tidak mengenal Dia, baik yang
mengembalikan persepuluhan maupun yang tidak/belum mengembalikan persepuluhan.
Ingat Matius 5:45:
Agar kamu boleh menjadi anak-anak
Bapamu yang di sorga, karena Dia membuat matahariNya
terbit bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi
orang yang benar dan orang yang tidak benar.
Bapa
yang di Surga itu membuat matahari terbit bagi orang yang jahat dan orang yang
baik, dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan yang tidak benar. Di sini
tidak hanya bicara tentang Tuhan memberikan penerangan dan air, tapi jangan
lupa masyarakat di masa lampau itu kehidupannya sangat bergantung kepada
matahari dan hujan, segala tanaman dan ternak mereka bisa hidup karena ada
matahari dan hujan. Tanpa matahari dan hujan, mereka akan mengalami paceklik,
kelaparan, manusianya tidak punya makanan, hewannya juga tidak punya makanan.
Berarti dengan mengucapkan kata-kata di ayat itu, Yesus menegaskan bahwa TUHAN TETAP MEMBERIKAN
PENGHIDUPAN KEPADA ORANG YANG JAHAT DAN ORANG YANG TIDAK BENAR, bukan hanya kepada
orang yang baik dan benar, karena
Tuhan Pemurah dan Pengasih.
Jadi,
bagi mereka yang tidak setuju dengan praktek mengembalikan persepuluhan kepada
Tuhan, jangan khawatir tidak bisa hidup di dunia ini. Tetap bisa. Tuhan tetap
akan memberikan matahari dan hujan kepada kalian. Bahkan bagi mereka yang
mengolok-olok Tuhan pun, matahari tetap bersinar bagi mereka, dan hujan juga
tetap turun bagi mereka.
Lalu
bagi mereka yang mengembalikan persepuluhan dengan motivasi untuk
“memancing” berkat yang lebih melimpah dari Tuhan, itu sangat
memalukan. Berarti kita menganggap Tuhan itu seperti ikan. Teori para pemancing ikan adalah, kalau mau
mendapatkan ikan yang besar, umpannya harus besar. Mengapa kita menjadikan
Tuhan sama dengan ikan? Teori Kemakmuran adalah konsep yang salah.
Jadi,
teman-teman, KITA MENGEMBALIKAN PERSEPULUHAN BUKAN KARENA
MENGHARAPKAN BERKAT YANG LIMPAH DARI
TUHAN! Lebih tepat lagi
kalimatnya JANGAN KARENA MENGHARAPKAN BERKAT YANG LIMPAH DARI TUHAN!
Kita
mengembalikan persepuluhan kepada Tuhan karena itu milik Tuhan, dan karena kita
sudah mendapatkan segala macam berkat dari Tuhan.
Kita mengembalikan
persepuluhan kepada Tuhan karena:
1.
itu milik Tuhan,
2.
kita tidak berhak memakainya,
3.
dan karena kita sudah mendapatkan
segala macam berkat dari Tuhan.
Jika
kita mengembalikan persepuluhan karena mengharapkan berkat yang limpah dari
Tuhan, itu berarti kita sudah terseret TEORI
KEMAKMURAN! Itu berarti KITA PAMRIH!
Kita mengharapkan balasan! Memberi pamrih itu lebih jelek daripada orang yang
tidak memberi.
Hendaknya
persepuluhan yang kita kembalikan itu, kita kembalikan dengan sukakcita, KARENA KITA
MENGETAHUI BAHWA ITU
ADALAH MILIK TUHAN, itu bukan milik kita, kita tidak berhak memakainya.
Karena
itu, istilah yang tepat adalah “MENGEMBALIKAN
persepuluhan” bukan “membayar persepuluhan” (karena kita tidak
membeli apa-apa dari Tuhan) atau “memberikan
persepuluhan”. (karena dari awal itu memang bukan milik kita, sehingga bukan
kita yang “memberikan”kannya kepada Tuhan). Bahkan segala yang kita punya itu
pemberian Tuhan kepada kita. Jadi kita hanya bisa “mengembalikan” apa yang
memang adalah milik Tuhan.
Lalu
bagaimana dengan Maleakhi 3:10 yang selalu
dipertentangkan antara orang Kristen yang pro persepuluhan dan orang Kristen
yang kontra persepuluhan?
Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah
perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan UJILAH AKU, firman TUHAN semesta alam, apakah
Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan suatu berkat kepadamu sedemikian besarnya hingga tak ada lagi tempat untuk menerimanya.
Kata
kuncinya di sini adalah “UJILAH AKU”.
Teman-teman,
PERLUKAH
KITA MENGUJI TUHAN? Coba renungkan pertanyaan ini. Menguji itu
artinya TIDAK YAKIN. Seorang guru merasa perlu menguji muridnya
karena tidak yakin murid tersebut sudah menguasai pelajarannya. Seseorang
merasa perlu menguji ketulusan kekasihnya karena tidak yakin dengan
motivasinya. Tetapi jika dia sudah yakin bahwa kekasihnya sungguh-sungguh
mengasihinya, apakah dia masih perlu mengujinya lagi?
Apa tidak
kebangeten sampai Tuhan harus berkata “UJILAH AKU”? Dengan kata lain Tuhan
berkata, “Kamu tidak percaya kepadaKu, sekarang buktikan, Aku akan memberimu
berkat yang berlimpah-limpah!” Apa
kita masih perlu membuktikan kemurahan Tuhan? Apa selama ini
kita tidak merasa sudah menerima segala macam berkat dari Tuhan?
- Kita bisa bernafas tanpa kesulitan, itu saja sudah suatu berkat, banyak orang yang untuk bernapas saja susah, harus dibantu alat pernapasan.
- Kita bisa berdiri dan berjalan dengan kedua kaki sendiri, apakah itu bukan berkat? Banyak orang yang mau berjalan saja susah sampai harus duduk di kursi roda.
- Kita setiap hari berada di jalanan bisa pulang dengan utuh dan selamat tanpa musibah, apa itu bukan berkat? Berapa orang yang mengalami kecelakaan di jalan?
- Kita bisa makan setiap hari, punya bantal untuk tidur, punya atap di atas kepala, apa itu bukan berkat? Yesus saja tidak punya atap, tidak punya bantal.
Kita sudah terus-menerus menerima berkat Tuhan walaupun setiap hari kita masih berbuat kesalahan, masih berbuat dosa yang menyedihkan hati Tuhan.
Teman-teman,
kalau Tuhan sampai merasa perlu berkata kepadaku, “Ujilah Aku!”, aku akan sangat malu, aku akan sangat sedih.
Mengapa aku masih perlu menguji Tuhan? Mengapa TUHAN MENGANGGAP AKU MASIH PERLU MENGUJI DIA? Berarti Tuhan menganggap aku
tidak percaya kepadaNya!
Tuhan
sampai berkata “UJILAH AKU” di Maleakhi 3:10 karena bangsa Israel saat itu
sudah tidak kenal lagi siapa Tuhan mereka, mereka sudah murtad. Apakah aku juga
sudah murtad, sehingga Tuhan harus menantang dan berkata kepadaku, “Ujilah
Aku”?
Maleakhi
3:10 ini bukan merupakan barter (tukar-menukar) antara mengembalikan
persepuluhan dengan kelimpahan berkat dari Tuhan, tapi itu merupakan suatu tamparan pedas, bahwa Tuhan sampai perlu menantang umatNya
yang sudah melupakan Dia, untuk menguji Dia!
Teman-teman,
mengembalikan persepuluhan itu adalah suatu perintah yang sudah dibuat oleh
Tuhan sejak zaman purba. Abraham saja sudah tahu bahwa dia harus mengembalikan
sepersepuluh dari hartanya kepada imam Tuhan dari Salem, Melkhizedek. (Kejadian
14:20) Siapa yang mengajari Abraham? Tuhan!
Kemudian
di zaman Musa, Tuhan mengulangi lagi perintahNya ini karena Israel telah hidup
di Mesir 200an tahun dan sudah banyak melupakan ajaran Tuhan. (Imamat 27:31,
Ulangan 12:11, 26:12). Jadi ini bukan perintah baru. Tetapi ini juga bukan
perintah lama yang dibatalkan Yesus! Ingat Yesus berkata apa di Matius 5:17-18
17Janganlah kamu menyangka,
bahwa Aku datang untuk meniadakan kitab hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku
datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. 18
Karena sesungguhnya Aku berkata kepadamu, ‘Sesungguhnya sampai lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun
tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sampai semuanya
digenapi.’
Jadi
tidak ada
yang dibatalkan oleh Yesus! Jangan
menciptakan sendiri ayat yang tidak ada di Alkitab. Ini ayatnya jelas dan
tegas. “Satu
iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari Hukum Taurat” sampai
kapan? “Sampai
lenyap langit dan bumi ini.” Apa langit dan bumi ini sudah lenyap?
Berarti Hukum Taurat itu masih berlaku!
Dan
ada orang Kristen yang bilang, “Yesus tidak mengembalikan persepuluhan! Kita
mengikuti teladan Yesus.”
Persepuluhan
itu dikenakan atas pertambahan/keuntungan/penghasilan yang kita peroleh, atau
dari hasil kerja kita.
Alkitab
tidak mencatat kegiatan Yesus sebelum Dia memulai pelayananNya sebagai “Yang
Diurapi”. Ketika Yesus belum memulai penginjilan, dia
bekerja sebagai tukang kayu melanjutkan pekerjaan Yusuf, Dia mendapat nafkah. Maka
pasti pada waktu itu Dia mengembalikan persepuluhan,
karena Alkitab berkata Yesus tidak pernah berbuat dosa. Jika Yesus
mendapat nafkah tapi tidak mengembalikan persepuluhan, Dia sudah berbuat dosa.
Tapi Alkitab berkata Yesus tidak pernah berbuat dosa. Berarti Yesus pasti
mengembalikan persepuluhan.
2 Korintus 5:21
Karena Dia (Allah Bapa) telah menjadikan Dia (Yesus) yang tidak mengenal dosa menjadi dosa demi kita, supaya kita boleh dijadikan kebenaran Allah di dalam Dia.
Setelah
Yesus memulai pelayananNya menyampaikan kabar selamat,
Yesus tidak mencari nafkah. Selama 3½ tahun terakhir dari hidupNya
yang dicatat oleh Alkitab, tidak ada catatan bahwa Yesus
pernah bekerja mencari nafkah, karena itu tidak ada catatan Yesus
mengembalikan persepuluhan. Tetapi dapat dipastikan bahwa sebelum
Yesus meninggalkan rumahNya untuk menginjil, pada waktu Dia masih hidup di
Nazaret dan Dia bekerja mencari nafkah untuk menghidupi keluargaNya, Dia mengembalikan persepuluhan.
Dosa itu apa? Lihat definisi Alkitab
tentang dosa: 1 Yohanes 3:4
Siapa yang berbuat dosa, juga melanggar
Hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran Hukum Allah.
Kalau
Yesus tidak pernah berbuat dosa, berarti Yesus tidak pernah melanggar Hukum
Allah! SEMUA HUKUM ALLAH! Termasuk mengembalikan persepuluhan. Jadi pada saat Yesus
punya nafkah, Dia pasti mengembalikan persepuluhan.
Lalu ada yang mengatakan, persepuluhan itu hanya membuat
kaya gereja, atau pendetanya. Pendetanya bisa punya mobil mewah, rumah mewah,
menyekolahkan anak-anaknya keluar negeri, punya deposito bertumpuk-tumpuk di
bank. Itu semua karena dia memakai uang persepuluhan!
Oke, memang ada pendeta-pendeta yang makmur karena salah
menggunakan uang persepuluhan. TAPI ITU URUSAN DIA DENGAN TUHAN! Percayalah, dia nanti yang harus mempertanggungjawabkan
perbuatannya kepada Tuhan.
Tetapi kalau kita yang tidak mengembalikan persepuluhan,
karena alasan apa pun, KITA JUGA HARUS MEMPERTANGGUNGJAWABKANNYA KEPADA TUHAN.
Maka jika kita melihat ada yang tidak beres dengan
penggunaan uang persepuluhan, tidak sulit sebenarnya bagi kita. Berarti Tuhan
sudah menunjukkan bahwa kita perlu mencari gembala yang lain, gereja yang lain,
yang lebih benar, yang lebih mencerminkan ajaran Kristus, yang lebih
alkitabiah. Itu tugas kita. Memilih pilihan yang benar itu
tanggung jawab kita.
Teman-teman,
mengembalikan
apa yang milik Tuhan itu BUKAN BERBUAT SUATU
KEBAIKAN! Jangan salah! Itu adalah KEWAJIBAN!
Jika
kita melakukannya, itu adalah keharusan, kita tidak layak mendapat hadiah/bonus
ekstra karena melakukan apa yang memang seharusnya kita lakukan. Namanya itu
memang bukan hak kita, itu hak Tuhan, jadi kita wajib mengembalikannya. Itulah
sebabnya di Maleakhi dikatakan, karena orang Israel tidak mengembalikan
persepuluhan, Tuhan menganggap mereka telah menipu, karena mereka memakai apa
yang adalah hak Tuhan.
Jika kita tidak
mengembalikan persepuluhan, apa
akibatnya? Kita berbuat dosa, karena kita telah
melanggar Hukum Tuhan. Dan upah dosa itu apa? Upah dosa itu maut! (Roma
6:23). Maut
artinya mati kekal.
Jangan
sampai pada saat akhir zaman nanti, kita baru tahu kita tidak dibawa Tuhan
menjadi tamu Surga karena kita telah terus bersikokoh tidak mau mengembalikan
persepuluhan!
Jangan
menganggap enteng pelanggaran terhadap Hukum Tuhan. Hukum Tuhan yang
mana pun, tidak boleh dilanggar. Melanggar berarti dosa. Dosa berarti mati
kekal. Jangan kita menganggap persepuluhan ini hal yang sepele. “Yang
penting kasih”, itu yang sering dijadikan alasan dan bumper banyak orang
Kristen. Asal ada KASIH, yang lain-lain tidak usah, kata orang Kristen. Tidak
ada ayat Alkitab yang berkata demikian. Setiap Hukum Tuhan itu kudus, dan itu
harus dipatuhi. Tuhan tidak membuat peraturan untuk
dilanggar. Lihat saja Adam.
Hukum Tuhan kepada Adam hanya “Jangan makan buah terlarang.” Sederhana. Adam
melanggar. Akibatnya kehilangan hidup kekal, bahkan sampai ke semua
anak-cucunya. Apakah masalahnya karena Tuhan kehilangan satu buah dari
pohonNya? Tidak. Masa pohon itu tidak bisa menghasilkan lagi satu buah untuk
menggantikan yang dimakan Adam? Bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah Adam tidak
patuh kepada Hukum Tuhan. Dan itu namanya dosa. Dan dosa itulah
yang menyebabkan Adam dan semua keturunannya kehilangan hidup kekal.
Mengembalikan
persepuluhan pun demikian. Tuhan itu yang empunya seluruh alam semesta. Apa Dia
kekurangan uang? Apa Tuhan perlu minta uang kita? Tidak! Kalau Tuhan mau dia
bisa menciptakan gunung emas tanpa bantuan kita. Yang Tuhan
minta dari kita adalah pengakuan kita atas autoritas Tuhan, bahwa
kita mengakui Tuhan itu Allah kita.
Dengan
cara apa kita mengakui Tuhan itu Allah kita? Dengan mengakui apa yang adalah
milik Tuhan dan mengembalikannya.
Teman-teman,
mengembalikan persepuluhan itu mirip dengan memelihara kekudusan hari yang
ketujuh sebagai hari Sabat Tuhan Allah kita.
Sebetulnya
SEMUA yang kita peroleh, itu kita peroleh dari Tuhan, Tuhan yang
mengaruniakannya kepada kita. Jadi SEMUA
PENGHASILAN KITA itu berasal dari Tuhan, dan SEMUA HARI DALAM HIDUP KITA itu
juga berasal dari Tuhan!
Kalau Tuhan ambil kembali, habislah kita.
Supaya kita tidak
lupa bahwa semua
penghasilan dan semua hari-hari kita itu pemberian dari Tuhan, maka Tuhan minta kita mengembalikan sepersepuluh
dari setiap penghasilan kita kepadaNya, dan setiap hari yang ketujuh dari satu
minggu kepadaNya. Dengan mengembalikan:
Ø sepersepuluh dari penghasilan kita,
Ø dan
hari ketujuh dari setiap minggu kepada Tuhan,
kita
mengakui bahwa Tuhanlah Pemilik segalanya, Tuhanlah yang punya segalanya.
Dengan
kita mematuhi semua HUKUM TUHAN, PERINTAH TUHAN, PERATURAN TUHAN itu
menunjukkan sampai di mana kita mengasihi Tuhan, sampai di mana kita ikut
Tuhan, sampai di mana komitmen kita pada janji setia kita kepada Tuhan.
Semua
orang Kristen mengatakan mereka mengasihi Tuhan. Tapi omong doang tidak ada
nilainya. Kita harus buktikan bahwa apa yang kita katakan itu benar. Dan apa
buktinya kita benar-benar mengasihi Tuhan? Lihat nih definisi Alkitab, di Yohanes 14:15, ini terjemahan kata-kata Yesus sendiri, ad verbatim,
Jikalau kamu mengasihi
Aku, turuti Perintah-perintah-Ku.
Bukan hanya
pencuri, perampok dan pembunuh yang tidak mengasihi Tuhan.
- Tapi, kalau kita tidak mengembalikan persepuluhan, kita tidak mengasihi Tuhan.
- Kalau kita makan daging yang diharamkan Tuhan, kita tidak mengasihi Tuhan.
- Kalau kita menajiskan tubuh kita dengan zinah atau mengisinya dengan racun, kita tidak mengasihi Tuhan.
- Kalau kita memakai
hari yang ketujuh yang adalah Sabat Tuhan Allah kita untuk keperluan kita
sendiri, kita tidak mengasihi Tuhan.
Tuhan
begitu mengasihi kita. Mengapa kita tidak mau mengasihi Tuhan? Kita mau
mengasihi Tuhan. Kita cuma mau “mengasihi” Tuhan dengan cara kita sendiri. Kita harus
mengasihi Tuhan dengan cara Tuhan, bukan dengan cara kita sendiri. Dan mengasihi dengan cara Tuhan ya itu tadi,
Yesus jelas mengatakan “Jikalau kamu mengasihi
Aku, turuti Perintah-perintah-Ku.”
Suatu
renungan.
25
07 15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar