150. KELUARLAH DARI BABILON
_____________________________________________________
Khotbah
Pdt. Kristyono Sarjono Sabat siang lalu merupakan khotbah yang terakhir di
gedung gereja MAHK Jalan Anjasmoro yang harus dirobohkan untuk dibangun kembali
dengan fasilitas sekolah yang lebih baik. Khotbah tersebut yang diawali acara
baptisan dan diakhiri dengan acara perjamuan kudus yang terakhir kalinya di
gedung tersebut, mengingatkan kita betapa besarnya kasih Tuhan kepada manusia,
yang tidak membiarkan manusia binasa karena dosanya sendiri, tetapi
berulang-ulang Tuhan memanggil kita agar keluar dari nasib mengerikan yang
menantikan kita. Sekarang aku bagikan kalian.
Setelah
Adam dan Hawa jatuh dalam dosa dan diusir keluar dari taman Eden, Tuhan tidak
henti-hentinya menunjukkan kasih karuniaNya untuk menyelamatkan manusia. Janji
yang pertama akan adanya penebusan atas hukuman dosa mereka segera diberikan
Tuhan kepada mereka sebelum mereka dikeluarkan dari taman Eden. Pada saat itu
Tuhan telah menyatakan bahwa pangkal dosa itu ada pada Iblis yang pada waktu
itu sedang merasuki seekor ular untuk mempedayai Hawa.
Kita
lihat janji yang pertama ini di
Kejadian 3:14-15
14 Lalu berfirmanlah TUHAN
Allah kepada ular itu, ’Karena engkau
berbuat demikian, engkau terkutuk lebih dari segala ternak, dan lebih dari
setiap binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan melata dan engkau akan makan debu tanah seumur hidupmu.’ 15
Dan Aku akan menempatkan permusuhan antara engkau dan
perempuan ini, antara benihmu dan Benihnya. Benihnya akan meremukkan kepalamu,
dan engkau akan mememarkan tumitNya.’
Jadi
Tuhan sudah berjanji bahwa Keturunan Hawa akan meremukkan kepala Iblis. Untuk
itu Tuhan harus mempersiapkan suatu garis keturunan keluarga
dari mana “Benih Hawa” ini akan lahir. Tentunya garis keturunan itu
haruslah dari manusia yang setia dan mengasihi Tuhan, karena untuk bisa menebus manusia dari hukuman dosa, “Sang Benih” ini sendiri
harus tidak berdosa, tidak bercacat.
Sepuluh
generasi yang pertama setelah Adam ternyata mengecewakan. Manusia menjadi
begitu jahat hingga tidak ada pilihan lain bagi Tuhan kecuali membinasakan
mereka, mereka sama sekali mengabaikan
kasih karunia yang diberikan Tuhan kepada mereka yang selama 120 tahun
memanggil mereka agar bertobat. Karena Tuhan harus menjaga kemurnian garis
keturunan keluarga dari mana kelak “Sang Benih” itu harus lahir, dan karena
saat itu hanya Nuh dan keluarganya yang didapati setia kepada Tuhan, maka semua
manusia lainnya harus dibinasakan.
Tapi
walaupun Alkitab mengatakan Nuh itu mendapat kasih karunia Tuhan, karena ia
adalah seorang yang benar, tidak bercela, dan Nuh hidup bersama Tuhan (Kejadian
6:8-9), keturunannya ternyata tidak semuanya mempertahankan kemurnian Nuh. Dari
tiga anaknya, yang satu ternyata menghasilkan keturunan yang menjadi
pemberontak terhadap Tuhan.
Dari
anaknya yang bernama Ham, lahirlah Kush, dan dari Kush lahirlah Nimrod. Berarti
Nimrod ini adalah cicit Nuh, hubungan yang masih sangat dekat dengan Nuh yang
orang benar, tidak bercela, yang hidup bersama Tuhan dan mendapatkan kasih
karunia Tuhan. Tetapi Nimrod tidak seperti kakek buyutnya. Nimrod adalah
seorang pemberontak. Dialah yang pertama mendirikan kerajaan.
Ketika Tuhan menciptakan Adam dan
Hawa, demikianlah perintahNya yang tercatat di Kejadian 1:28
Dan Allah memberkati mereka, dan
Allah berfirman kepada mereka, ‘Berkembangbiaklah
dan bertambah-tambahlah, dan penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, dan berkuasalah atas ikan-ikan di laut, dan atas burung-burung di udara, dan atas segala makhluk hidup yang bergerak di bumi.’
Jadi perintah
Tuhan kepada manusia adalah untuk memenuhi bumi, dengan kata lain menyebar ke seluruh bumi.
Tetapi Nimrod mendirikan menara Babel (Kejadian 10:10, 11:4), dengan membangun
menara Babel, Nimrod justru mengumpulkan semua orang di menara itu, sehingga
manusia tidak menyebar seperti yang diperintahkan Allah.
Kata
“Babel” itu ternyata terdapat dalam dua bahasa.
ü Dari bahasa Akkadian (Sumeria)
yaitu bahasa di Mesopotamia tempat di
mana Babel itu berada, kata aslinya adalah “BABILU”
yang artinya “pintu gerbang Tuhan” atau “jalan menuju Tuhan”.
Maka manusia mengira mereka bisa
mencapai Tuhan dengan usahanya sendiri, naik
menara Babel.
ü
Tetapi dalam bahasa Ibrani, בּבל [bâbel
baw-bel']
“Babel” berarti “kekacauan” karena Tuhan
mengacaukan rencana mereka dengan
mengacaukan bahasa mereka.
Jadi pada waktu cicit Nuh membangun menara Babel, yang dimaksudnya adalah membangun menara yang merupakan pintu gerbang menuju Tuhan/Surga. Hebat kan niatnya, dia dan rakyatnya berambisi bisa mencapai Tuhan dengan naik menara yang dibangunnya.
Tetapi
segala upaya, cara, ajaran manusia untuk selamat, ke
Surga, mencapai Tuhan dengan kekuatannya sendiri, ditolak, digagalkan dan dihancurkan Tuhan. Mengapa? Karena manusia
hanya bisa selamat oleh kasih karunia Tuhan, bukan karena usaha atau
perbuatannya sendiri. (Efesus 2:8) Hanya ada satu jalan yang bisa membawa kita kepada Tuhan
yaitu melalui Yesus, bukan dengan
menaiki menara Babel buatan tangan manusia, seperti yang dikatakan Yesus
sendiri di:
Yohanes 14:6
Kata Yesus kepadanya, ‘Akulah
jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak seorang pun yang sampai kepada Bapa, selain melalui
Aku.’
Selain
itu, ada tujuan lain Nimrod membuat menara Babel tersebut. Tercatat di:
Kejadian 11:4
Dan mereka berkata, ‘Mari kita
dirikan bagi kita sebuah kota dan sebuah
menara yang puncaknya sampai ke langit;
marilah kita menciptakan nama bagi diri kita sendiri, supaya jangan kita terserak keluar ke seluruh permukaan bumi.’
Lihat,
Tuhan memerintahkan kepada Adam dan Hawa untuk memenuhi bumi. Apakah Nimrod
tahu tentang Perintah Tuhan ini? Jelas tahu, karena Kejadian 11:4 berkata, “supaya jangan kita terserak keluar ke seluruh permukaan bumi.” Jadi Nimrod berniat untuk sengaja melawan
Perintah Tuhan.
Nimrod
mau memusatkan pemerintahannya di Babel, jadi semua orang mau dikumpulkannya di
menara yang dibangunnya itu. Niatnya ialah mencapai langit dengan caranya
sendiri, yang jelas-jelas melawan Perintah Tuhan.
Berapa
banyak dari kita yang seperti Nimrod, berusaha mencapai Tuhan dan Surga dengan
upaya kita sendiri? Tuhan tidak berkenan pada upaya manusia di zaman Nimrod,
Tuhan juga tidak berkenan pada upaya manusia sekarang di zaman kita.
Karena
itu Alkitab mencatat di Kejadian 11:7-9
7 Mari, sebaiknya Kita (TUHAN) turun
dan mengacaukan bahasa mereka di sana, sehingga mereka tidak mengerti lagi
perkataan satu sama lain.’ 8 Maka TUHAN menyerakkan mereka keluar, dari situ
ke seluruh muka bumi, dan mereka berhenti
mendirikan kota itu. 9 Itulah sebabnya nama kota itu disebut Babel,
karena di situlah TUHAN mengacaukan bahasa
seluruh bumi dan dari situlah TUHAN menyerakkan mereka
ke seluruh muka bumi.
Jadi Babel itu sudah merupakan lambang pembrontakan
kepada autoritas Tuhan sejak semula.
Babel merupakan lambang yang dipakai Setan untuk menantang Tuhan.
Karena
itu bila di Alkitab kita bertemu dengan kata “Babel” atau “Babilon” maka itu
sudah jelas adalah musuh Tuhan.
Dengan
demikian, bolak-balik Tuhan
memanggil umatNya untuk keluar dari Babel.
Panggilan
yang pertama yang dicatat Alkitab adalah kepada Abraham. Tetapi anehnya, Terah,
ayah Abraham, tercatat di Alkitab meninggalkan Ur-Kasdim (yaitu di Babel)
dengan membawa Abraham dan istrinya Sarai, serta Lot cucunya dari anaknya yang
sudah mati lebih dulu. Tujuan mereka adalah ke Kanaan. Mengapa tiba-tiba Terah
membawa keluarganya meninggalkan kampung halamannya? Apakah Tuhan yang menggerakkan hati Terah untuk keluar
dari Babel? Dan mengapa
tujuannya adalah Kanaan, yang justru adalah tanah perjanjian
yang kemudian dijanjikan Tuhan kepada Abraham?
Nah,
yang tercatat di Alkitab adalah, Terah membawa keluarganya meninggalkan Ur
Kasdim menuju Kanaan. Tetapi ketika mereka tiba di Haran (walaupun sudah cukup
jauh dari Ur, tetapi masih termasuk wilayah Babel), mereka berhenti. Mungkin
Terah sudah terlalu tua dan tidak sanggup melanjutkan perjalanan ke Kanaan, dan
Terah mati di Haran pada usia 205. [Kejadian 11:31-32]
Karena
mereka belum mencapai Kanaan, maka kemudian Tuhan memanggil Abraham dan menyuruhnya benar-benar
meninggalkan Babel, keluar dari Haran dengan tujuan ke tanah
perjanjian yang dijanjikan Tuhan kepadanya dan kepada keturunannya. Tanah
perjanjian itu adalah Kanaan, tempat yang sama yang tadinya dituju oleh Terah,
ayahnya. Di Kanaan sanalah letak ירוּשׁלים ירוּשׁלם yerûshâlaim yerûshâlayim
yang
artinya “didapati damai”.
Untuk
apa? Untuk dijauhkan dari Babel yang merupakan tempat pemujaan berhala yang
terang-terangan menentang Tuhan. Supaya
Tuhan bisa menjadikan Abraham dan keturunannya sebagai umat pilihanNya di tanah
perjanjian yang damai, dari mana nanti “Benih Hawa” akan lahir.
Ketika
Yakub, cucu Abraham, berbuat dosa [Kejadian pasal 27], ibunya menyuruh dia
melarikan diri ke Haran, kembali ke daerah Babel, untuk menghindari pembalasan
dendam kakaknya Esau. Ternyata satu dosa membuat kita mendekat kepada dosa-dosa yang
lain. Yakub pun menurut. Dia meninggalkan Bersyeba di Kanaan dan
berangkat ke Haran. Tetapi belum lagi
keluar dari tanah Kanaan, di Betel, Tuhan mengingatkan Yakub akan janjiNya,
janji yang telah diberikanNya kepada Abraham kakeknya dan Ishak ayahnya. Sekitar
20 tahun kemudian, setelah Yakub berkeluarga, Tuhan memanggil Yakub keluar dari Babel
supaya kembali ke Kanaan.
Maka kembalilah Yakub beserta
keluarganya ke Kanaan.
Tuhan
bukan hanya memanggil satu individu atau satu keluarga atau satu keturunan
untuk keluar dari Babel, tetapi Tuhan juga memanggil satu bangsa keluar dari
Babel. Karena ketidakpatuhan mereka kepada Tuhan, maka umat pilihan Tuhan,
orang-orang Yahudi, ditawan oleh kaisar Babilon, Nebukadnezar di Babel. Setelah
70 tahun, Tuhan memanggil umatNya keluar
dari Babilon dan kembali ke Yerusalem.
Dan
pada akhir zaman ini untuk
terakhir kalinya Tuhan juga memanggil umatNya keluar dari Babilon.
Kita jumpai seruan ini di kitab Wahyu, kitab yang terakhir.
Wahyu
18:4
Lalu aku mendengar suara lain dari sorga berkata: ‘Keluarlah darinya, hai umat-Ku, supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan
supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya.
Tuhan
memanggil umatNya untuk keluar dari Babel/Babilon. Dan ini merupakan seruan yang terakhir sebelum Babel/Babilon
dihancurkan.
Teman-teman,
negara Babel/Babilon purba sekarang sudah tidak ada. Maka perlu kita pahami
bahwa yang dimaksud Tuhan bukanlah Babel kuno tempat asal usul Abraham, tempat
istana Nebukadnezar. Ini adalah istilah kiasan. Ini bukan suatu lokasi
geografis, ini adalah Babel yang abstrak. Tuhan tidak berbicara mengenai satu
negara atau satu kerajaan, atau satu bangsa, tetapi Tuhan memakai kata “Babel” karena itulah kata
yang melambangkan segala yang memberontak terhadap autoritas dan Hukum Tuhan.
Marilah kita
simak apa yang tertulis di Wahyu pasal 18:
18:1 Dan
setelah hal-hal itu, aku melihat seorang malaikat lain turun dari sorga,
mempunyai kekuasaan besar dan bumi diterangi
oleh kemuliaannya.
18:2 Dan ia berseru keras-keras dengan suara yang kuat,
katanya, ‘Babel yang besar sudah roboh, sudah roboh,
dan telah menjadi tempat kediaman roh-roh jahat, dan tempat penahanan setiap roh
najis dan sebuah
sangkar untuk setiap burung yang najis dan yang dibenci,
18:3 karena semua bangsa telah
minum anggur murka zinahnya, dan raja-raja di bumi telah berbuat zinah dengan dia, dan pedagang-pedagang di bumi telah menjadi kaya
oleh kelimpahan barang-barang mewahnya.’
18:4 Dan
aku mendengar Suara lain dari sorga berkata, ‘Keluarlah darinya, hai umat-Ku, supaya kamu jangan ikut mengambil bagian dalam dosa-dosanya, sehingga kamu tidak
ditimpa malapetaka-malapetakanya.
18:5 Sebab dosa-dosanya telah mencapai ke langit, dan Allah telah mengingat
segala kejahatannya’
18:6 Berikanlah ganjaran yang sama seperti yang telah dia berikan
kepadamu, dan gandakanlah kepadanya dua
kali lipat sesuai perbuatannya, di dalam cawan yang telah diisinya, isikan baginya
dua kali lipat;
18:7 Seberapa banyak dia telah memuliakan dirinya sendiri,
dan hidup dalam kenikmatan, berikan kepadanya
sebanyak itulah siksaan dan kesedihan.
Sebab ia berkata di dalam hatinya: ‘Aku bertakhta seperti ratu, dan aku bukan janda, dan tidak akan mengalami kesedihan.’
18:8 Sebab itu
segala malapetakanya akan datang dalam satu hari ἡμέρα [hēmera], yaitu kematian, dan perkabungan dan kelaparan; dan ia
akan dibakar sampai habis dengan api, karena
Tuhan Allah, yang menghakimi dia, itu perkasa.
Perhatikan deskripsi tentang Babel ini di ayat 2:
1. Babel
kali ini diberi predikat sebagai “yang besar”,
dalam terjemahan
bahasa Inggrisnya disebut “Babylon the great”, tulisan aslinya
μέγας [meg'-as] yang artinya “yang sangat
besar” atau “yang sangat kuat” dalam bentuk jamak.
Berarti Babilon ini bukan hanya satu
entitas tunggal, tetapi jamak/lebih dari satu, dan dia sangat kuat, sangat
besar. Jadi ini adalah satu
kelompok pemberontak yang sangat kuat dan sangat besar, yang terdiri atas
lebih dari satu unit, karena kata
ini bentuknya jamak.
2. Tuhan dengan sangat
gamblang menyatakan bahwa itu adalah tempat kediaman roh-roh jahat, dan penjara
atau sangkar semua roh najis dan kandang segala burung najis yang dibenci.
Tentunya ini sudah tidak perlu dijelaskan
lagi karena sudah sedemikian jelasnya Tuhan menyatakan bahwa yang disebutnya Babel yang besar ini adalah
tempat di mana Iblis dan pengikut-pengikutnya berkuasa.
3. Di ayat 3 Tuhan
menjelaskan bahwa Babel ini punya anggur yang diminum oleh semua bangsa.
Anggurnya itu bukan sembarang anggur, tapi
anggur zinahnya. Kita tahu di dalam Alkitab Tuhan selalu menyatakan dirinya
sebagai suami umatNya. Maka bila Alkitab berbicara mengenai perzinahan, yang dimaksud adalah pengkhianatan
umat Tuhan terhadap Tuhan. Bilamana umat Tuhan tidak setia
kepada Tuhan dan menyembah allah
yang lain, maka Tuhan menganggap itu sebagai perselingkuhan atau
perzinahan umatNya. Jadi Babilon
yang Besar ini tadinya adalah umat Tuhan, sekarang sudah murtad, dan telah
berselingkuh dengan raja-raja di bumi dan semua bangsa.
Bagaimana cara Babilon yang Besar ini berselingkuh dengan semua bangsa dan
raja-raja di bumi? Dengan memberi mereka minum anggurnya. Anggur melambangkan
ajaran. Berarti Babilon yang Besar
ini telah memberikan ajarannya kepada semua bangsa dan penguasa di bumi.
Jelas di sini ajaran-ajarannya itu bukanlah ajaran-ajaran yang benar karena
dianggap dosa oleh Tuhan dan layak menerima murka dari Tuhan.
4. Di ayat
5 Tuhan berkata bahwa dosa
Babel yang Besar ini sudah tertimbun sampai ke langit, bayangkan
betapa banyaknya! Sampai mentok.
5. Selanjutnya
dapat kita lihat bahwa Babilon
yang Besar ini akan dihancurkan dan dibakar habis dengan api.
Itulah sebabnya Tuhan memanggil
umatNya sekarang untuk keluar dari Babel/Babilon yang Besar ini supaya jangan mereka
ikut kena hukumannya, kena malapetakanya ~ dan yang dimaksud ini adalah Tujuh
Malapetaka yang Terakhir yang akan dicurahkan Tuhan ke atas dunia ini ~ dan
juga agar kita tidak ikut kena hukumannya, yaitu dibakar sampai habis tidak
tersisa.
Pertanyaan: Apakah dosa
Babel yang Besar ini?
Dosanya banyak sampai Tuhan
menyebutnya bertumpuk-tumpuk hingga ke langit,
tapi satu dosanya yang paling menyolok dari Babilon adalah penyembahan
dewa matahari pada hari pertama setiap minggu. Oleh karena itu hingga zaman sekarang
hari pertama setiap minggu dalam banyak bahasa, tetap disebut “SUN-DAY” atau hari milik dewa
matahari.
Tuhan
berkata, “AKULAH TUHAN, Allahmu, yang telah
membawa engkau keluar dari tanah Mesir, keluar
dari tempat perbudakan.3 Jangan engkau punya allah
lain di hadapanKu.” (Kel. 20:2-3)
Tetapi
Babilon mengajarkan penyembahan kepada dewa matahari.
Pasti banyak
yang mengatakan, “Mana ada yang masih menyembah dewa matahari zaman sekarang?”
Memang
tidak ada yang secara fisik sujud di lapangan menghadap matahari, tetapi mayoritas orang Kristen
mengadakan penyembahan atau ibadah pada hari milik dewa matahari!
Pada hari SUN-day, atau hari Minggu. Mereka mengatakan menyembah Tuhan, tetapi memakai hari milik dewa matahari
untuk menyembah Tuhan! Padahal Tuhan sudah menentukan sendiri
hari milikNya. Silakan buktikan di kitab Keluaran 20:8-11
8Ingatlah hari Sabat, peliharalah kekudusannya, 9 enam
hari lamanya engkau harus bekerja dan
melakukan segala pekerjaanmu, 10 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka pada hari itu jangan
melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu
perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau
orang asing yang di tempat kediamanmu. 11 Sebab dalam enam hari TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala
isinya, dan
telah berhenti bekerja pada hari ketujuh. Itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
Jelas
sekali, bukan, kata-kata yang dipakai Tuhan? Dan kata-kata ini bukan ditulis
oleh tangan manusia seperti ayat-ayat yang lain, melainkan diucapkan dari atas
G. Sinai dan ditulis oleh jari Tuhan.
Tuhan telah menyisihkan HARI YANG
KETUJUH ~ BUKAN HARI YANG PERTAMA ~ sebagai milikNya, hari SabatNya. Sabat artinya
perhentian, berhenti bekerja, berhenti mengurusi segala kepentingan pribadi
kita. Dan dikatakan bahwa hari
Sabat itu (hari yang ketujuh setiap minggu) sudah diberkati oleh Tuhan, dan sudah diKUDUSkan olehNya.
Jelas karena
hari itu kudus, maka tidak boleh kita pakai untuk urusan rutin sehari-hari kita
yang tidak masuk kategori kudus.
Yang kudus itu hanya Tuhan. Berarti hari yang ketujuh itu hanya untuk Tuhan.
Dan mayoritas orang Kristen selama ini telah menginjak-injak
hari yang telah dikuduskan oleh Tuhan dan memakainya untuk segala urusan mereka
sendiri yang sama sekali tidak kudus.
Celakanya,
banyak dari mereka TIDAK TAHU apa yang mereka lakukan itu adalah
menginjak-injak apa yang sudah dikuduskan oleh Tuhan!
Mengapa sampai mereka tidak tahu?
Karena
Babel yang Besar telah memberi mereka (semua bangsa) minum anggur atau ajaran
palsunya. Sejak abad ke-4, hari yang ketujuh
sebagai Sabat Tuhan Allah, telah dipendam dalam-dalam dan tempatnya digantikan
oleh Hari Minggu/hari dewa matahari/Sun-day. Karena orang awam pada waktu itu
dilarang membaca Alkitab sendiri dan hanya
boleh mendengarkan apa yang dikatakan para imam tentang Firman Tuhan,
maka jika imam-imam itu salah memberikan pelajaran, seluruh jemaat pun ikut
salah menerima pelajaran. Untuk jangka waktu yang panjang, Alkitab itu tidak
bisa diakses oleh manusia, bahkan para imam sendiri tidak mudah bisa mengakses
Alkitab. Pelajaran tentang Firman Tuhan hanya ditularkan dari mulut ke mulut,
tanpa ada yang bisa membuktikan benar-salahnya pelajaran tersebut karena tidak
disediakan dokumentasinya untuk bisa dijadikan perbandingan.
Siapa
yang menyebabkan situasi ini? Babel! Yang memang adalah musuh Tuhan sejak zaman
bahuela.
Sebaliknya,
Babel menjadikan hari yang
biasa, hari yang tidak kudus, menjadi hari bagi Tuhan. Manusia
digiring untuk beribadah kepada Tuhan pada hari dewa matahari. Dan karena tidak
tahu, manusia pun menurut saja. Inilah salah satu ajaran palsunya, anggur perzinahannya
yang telah diminumkan kepada semua bangsa! Masih banyak lagi yang lain, kalau
mau dikupas satu per satu, tulisan ini bisa lebih tebal dari novel!
Tetapi
menjelang akhir zaman, Tuhan
kembali berseru, memanggil manusia untuk keluar dari Babel/Babilon. Kita baca lagi kitab
Wahyu
18:4
Dan
aku mendengar suara lain dari sorga berkata, ‘Keluarlah darinya, hai umat-Ku, supaya kamu
jangan ikut mengambil bagian dalam
dosa-dosanya, sehingga kamu tidak ditimpa malapetaka-malapetakanya
Baca ulang lagi
ayat ini, teman-teman. Jelas sekali siapa yang tidak mau keluar dari Babel yang
Besar berarti ikut ambil bagian dalam dosa-dosanya, dan sebagai akibatnya, akan
turut ditimpa malapetaka-malapetakanya!
Jadi,
jangan menganggap itu tidak
apa-apa kita tidak memelihara kekudusan hari Sabat Tuhan dan
beribadah pada hari Minggu. Banyak yang berkata, “Semua orang Kristen toh beribadah pada hari
Minggu. Masa Tuhan akan menghukum semua orang Kristen? Jangan fanatiklah, semua hari itu baik, semua
hari itu diciptakan Tuhan, gapapa beribadah pada hari Minggu.”
Pada
saat kita dihakimi, kita baru tahu bahwa ITU
APA-APA! Dan itu apa-apa BANGET! Itu
adalah anggur perzinahan Babel yang akan kena murka Tuhan! Babel akan ditimpa
malapetaka-malapetaka, dan jika kita baca kitab Wahyu kita akan menjumpai 7
malapetaka terakhir yang akan mengenai Babel yang Besar. Jadi, jika kita
menjadi bagian dari Babel yang Besar dengan mengikuti ajaran-ajarannya yang
salah, Tuhan dengan sangat jelas mengatakan kita akan turut ditimpa
malapetaka-malapetakanya itu.
Lihat
apa kata Tuhan di ayat selanjutnya:
Wahyu 18:6
Berikanlah
ganjaran yang sama seperti yang telah dia berikan
kepadamu, dan gandakanlah kepadanya dua
kali lipat sesuai perbuatannya, di dalam cawan yang telah diisinya, isikan baginya
dua kali lipat.
Babel yang
Besar akan mendapatkan balasan dua kali lipat! Sekali saja sudah merupakan
penderitaan yang sangat besar, apalagi dua kali lipat!
Perhatikan,
Tuhan memanggil umatNya keluar
dari Babel. Berarti DI
BABEL ITU ADA UMAT TUHAN!
Menurut
definisi Alkitab, yang disebut umat Tuhan itu siapa? Menurut definisi Alkitab, yang disebut umat Tuhan adalah
gereja. Jadi
Tuhan memanggil umatNya keluar dari Babel, berarti BABEL ITU ADALAH GEREJA! Babel bukan mall, bukan grup artis, bukan
grup perusahaan, bukan angkatan bersenjata, bukan grup ilmuwan. BABEL ITU
GEREJA, di mana umat Tuhan berada! Tapi gereja yang sudah murtad.
Pertanyaannya
sekarang: GEREJA YANG MANA?
Di
ayat-ayat di atas dikatakan bahwa Babel sudah roboh, sudah berbuat zinah,
dosanya sudah bertumpuk-tumpuk sampai ke langit, berarti Babel yang adalah gereja Tuhan tadinya,
sekarang sudah berkhianat, ibarat
seorang istri yang berkhianat kepada suaminya, sudah murtad, sudah jatuh, sudah
melanggar Perintah-perintah Tuhan karena dosanya sudah bertumpuk-tumpuk sampai
ke langit.
Maka
untuk mengetahui gereja yang mana, dan lebih penting lagi untuk mengetahui apakah gereja saya itu Babel,
kita perlu memeriksa di mana? Di Firman Tuhan! Jangan pakai fondasi yang lain.
Gereja itu urusan Tuhan. Ajaran agama itu urusan Tuhan. Jadi kalau orang
Kristen mau memeriksa, ya bandingkan dengan Firman Tuhan, jangan bandingkan
dengan omongan manusia walaupun manusia itu mengaku orang yang paling suci di
dunia.
Untuk
itu kita harus memahami dulu bahwa menurut Firman Tuhan, tertulis di
1 Yohanes 3:4
Siapa yang berbuat dosa, juga melanggar
Hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran Hukum Allah.
Maka
jika Tuhan berkata bahwa dosa Babel itu sudah bertumpuk-tumpuk sampai ke
langit, berarti pelanggaran Babel
terhadap Hukum Allah itu sudah bertumpuk-tumpuk sampai ke
langit.
Nah,
tidak terlalu sulit, bukan, untuk membuat perbandingannya sendiri? Apakah gereja
saya mengajar saya untuk melanggar Hukum Allah?
Di
dalam Alkitab ada banyak ketentuan yang dibuat Allah bagi umatNya. Tetapi yang
biasanya disebut Hukum Allah itu adalah ke-10 Perintah Tuhan, yaitu Hukum yang
dikumandangkan dan ditulis oleh Allah sendiri di atas loh batu. Ini mudah
sekali pengecekannya, karena hanya ada 10. Ini saja dulu yang kita bandingkan, apakah gereja saya sudah mematuhi semua ke-10 Hukum Allah
ini?
Ternyata
Perintah yang paling menonjol dilanggar oleh mayoritas gereja Kristen adalah
hukum yang ke-4. Mari kita lihat apa
bunyi hukum yang ke-4 itu, kita kembali ke kitab
Keluaran
20:8-11
8Ingatlah hari Sabat, peliharalah kekudusannya, 9 enam
hari lamanya engkau harus bekerja dan
melakukan segala pekerjaanmu, 10 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka pada hari itu jangan
melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu
perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau
orang asing yang di tempat kediamanmu. 11 Sebab dalam enam hari TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala
isinya, dan
telah berhenti bekerja pada hari ketujuh. Itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
Isu
tentang hari ibadah yang ditentukan Tuhan versus hari ibadah ciptaan Babel akan
menjadi pertentangan terakhir umat Tuhan dengan dunia, yang mayoritas menjadi
pengikut Babel yang Besar. Lihat saja
sekarang, di Alkitab, Tuhan berkata bahwa “…tetapi HARI
KETUJUH ADALAH HARI SABAT TUHAN, ALLAHMU; maka pada hari itu jangan melakukan sesuatu pekerjaan…” tetapi sekarang ini seluruh dunia berhenti
bekerja pada hari Minggu, hari yang pertama! Semua orang, apa pun agamanya, secara
internasional, semua kantor baik swasta maupun pemerintah, BERHENTI BEKERJA pada hari Minggu. Tuhan
bilang “hari ketujuh”, seluruh dunia justru mengaplikasikannya pada “hari
pertama/hari Minggu/hari dewa matahari (Sun-day)”. Apakah ini bukan pelanggaran?
Jelas ini pelanggaran!
Mereka
yang tidak beragama Kristen, bisa mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui
tentang perintah istimewa ini yang dikumandangkan dan ditulis oleh jari Tuhan
di atas loh batu, barangkali mereka tidak disalahkan Tuhan, karena mereka tidak
tahu. Tetapi bagi ORANG-ORANG
KRISTEN ZAMAN SEKARANG, yang setiap orang punya Alkitab dan bisa
membacanya sendiri, maka mereka tidak
punya alasan untuk mengatakan tidak tahu, dan mereka harus
memberikan pertanggungjawaban kepada Tuhan mengapa mereka SENGAJA MELANGGAR
PERINTAH TUHAN INI. Apalagi sejak tahun 1844 kesalahan tentang ibadah hari
Minggu ini sudah terus-menerus disampaikan kepada orang-orang Kristen, yang
secara denominasi masih tetap menolaknya hingga kini. Bisakah orang-orang Kristen ini lalu berkata
kepada Tuhan, “Saya mengikuti apa kata gereja saya, apa kata pendeta saya, apa
kata romo saya,” lalu oleh Tuhan dibebaskan dari kesalahannya?
Siapakah
yang seharusnya diikuti oleh manusia? Tuhan atau gereja atau pendeta atau romo?
Tidak
ada gereja yang bisa menyelamatkan manusia. Tidak ada pendeta atau romo yang
bisa menebus dosa manusia. Hanya Tuhan yang menyelamatkan.
Karena itu Tuhan memanggil umatNya
untuk KELUAR DARI BABEL/BABILON! Karena Babel/Babilon akan dihukum, Tuhan mau
kita selamat semuanya,
tetapi kalau kita tetap di Babel/Babilon kita tidak akan selamat, karena Babel
yang Besar itu sudah roboh dan dosanya sudah bertumpuk-tumpuk sampai ke langit.
Meninggalkan
suatu tempat di mana kita sudah berakar itu tidak mudah. Sesuatu yang berharga
itu tidak pernah murah. Pepatah dunia berkata, “Ada harga, ada barang.” Barang
yang bermutu, harganya mahal. Ada pengorbanan. Ada kesukaran. Ada komitmen. Hengkang berarti kita harus mencabut akar-akar
kita, dan dalam proses pencabutan itu pasti ada akar-akar yang terputus. Sangat
sulit. Membutuhkan keteguhan iman, membutuhkan daya tahan, dan dari diri kita
sendiri, kita tidak akan mampu. Kita butuh bimbingan Roh Kudus.
Sebenarnya banyak orang
Kristen yang sudah tahu bahwa ajaran gereja mereka itu salah, tapi tidak berani
mengambil keputusan untuk keluar dari Babel karena tidak bersedia menghadapi
kesulitan yang terkait dengan proses keluarnya itu. Karena keluarganya ada di sana, karena teman-temannya di
sana, karena punya jabatan di sana, karena pekerjaannya di sana, dll. Jika kita tidak
mau keluar, kita akan menemukan 1001 alasan untuk tidak keluar. Tetapi harus kita ingat, bila kita memutuskan
untuk tidak keluar dari Babel, maka kita akan ikut menanggung malapetaka-malapetakanya,
dan kita akan binasa dibakar habis oleh Tuhan yang menghakimi kita.
Hari
ini masih ada waktu bagi kita untuk menunda membuat keputusan untuk keluar atau
tidak keluar dari Babel. Tapi waktunya sudah tidak lama lagi. Kita bisa mati
setiap saat. Dan kematian kita akan mengakhiri kesempatan kita untuk keluar
dari Babel.
Tuhan
memanggil.
14
09 15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar