169. HARUSKAH KITA
HIDUP SALEH?
__________________________________________________________
Haruskah?
Memangnya ada
orang yang saleh? Di zaman ini? Yaaaa, kalau bicara nabi-nabi dan rasul-rasul
okelah, tapi kita? Apa mungkin kita bisa saleh? Apa itu tidak ge-er? Kalau ada
yang bilang dia orang saleh, sudah pasti itu menipu. Tidak mungkin ada manusia
yang bisa saleh sekarang. Alkitab itu ditulis ribuan tahun yang lalu, kitab
Wahyu yang terakhir saja ditulis sekitar tahun 100 Masehi, berarti hampir 2000
tahun yang lalu. Kondisi dunia sudah berubah.
Kondisi dunia
sudah berubah tapi sebenarnya tidak sebanyak yang kita sangka.
Inilah yang
selalu dikatakan orang Kristen mayoritas.
Coba, apa
bedanya manusia purba dengan kita sekarang? Mereka bodoh dan kita canggih? Sama
sekali tidak. Manusia-manusia purba itu canggih-canggih, tidak kalah dengan
teknologi modern kita.
· Nuh
dengan tiga orang anaknya tanpa peralatan berat, tanpa peralatan modern, bisa
membangun bahtera
yang ukurannya tidak bisa kita bayangkan besarnya,
karena bisa muat semua binatang yang ada pada masa itu, yang halal 7 pasang,
yang haram 1 pasang. Belum lagi binatang purba itu besar-besar ukurannya. Itu belum
semuanya lho, lha makanan yang harus dibawa Nuh untuk semua binatang itu dan
keluarganya? Mereka terkurung dalam bahtera itu selama 1 tahun + 10 hari (lihat
Kejadian 7:11, 8:14), masa disuruh puasa tidak makan semua? Lha air minum? Kan
tidak bisa minum air laut? Mau nadah air hujan dari langit? Hujannya hanya 40
hari. Lha setelah itu? Apalagi jendelanya hanya satu di atas, kalau itu dibuka,
air hujan masuk semua ke dalam bahtera, malah celaka. Jadi semua makanan dan
air minum, air untuk masak harus sudah tersedia di dalam bahtera.
· Lalu
jangan lupa menara Babel.
Mereka bisa membangun menara Babel yang direncanakan
mencapai ke langit! Tanpa mesin derek lo.
· Kita
mengenal piramida-piramida Mesir, patung Sphinx yang besar-besar, candi
Borobudur,
bagaimana
caranya manusia memindahkan batu-batu besar itu dan menaikkannya ke
tingkat-tingkat yang di atas? Bayangkan hebatnya teknologi zaman purba! Bayangkan pintarnya otak mereka. Ahli
matematika tidak usah pakai komputer ngitungnya, dan bangunannya tidak ambruk
selama berabad-abad. Kita aja bikin jembatan baru diresmikan sudah ambrol.
Okelah, tapi
manusia sekarang kan jahat-jahat, beda dengan orang-orang dulu. Tambah lama
tambah tinggi angka kejahatan, kan? Jadi tuntutan Tuhan manusia harus saleh
sekarang itu sudah tidak sesuai dengan kondisi zaman.
Oh iya ta?
Siapa bilang
manusia purba tidak jahat-jahat? Kain itu membunuh adiknya hanya gara-gara
persembahan kurbannya ditolak Tuhan sedangkan persembahan adiknya diterima. Begitu
jahatnya manusia (Kejadian 6:5) sampai di zaman Nuh Tuhan harus membinasakan
seluruh dunia! Tuhan yang Mahatahu sudah tahu bahwa mereka tidak bakal
bertobat, tidak mau diselamatkan. Maka seluruh dunia sekaligus disapu habis,
hanya Nuh sekeluarga yang selamat. Sejahat-jahatnya manusia sekarang, sampai detik
ini masih belum dibinasakan Tuhan sekaligus.
Jadi, kita tidak
punya alasan untuk mengatakan bahwa tuntutan Tuhan agar umatNya hidup saleh itu
tidak lagi relevan di zaman ini karena manusia sudah bertambah jahat atau
karena kondisi sekarang beda dengan kondisi dulu. Tuhan tidak pernah berubah. Apa yang diminta Tuhan dari umatNya di zaman purba, di
zaman nabi-nabi, di zaman apostolik, di zaman kita, sama, yaitu umat Tuhan harus meninggalkan dosa.
Maka muncul
pertanyaan yang sering menjadi pertentangan banyak orang Kristen, dan ini
dibahas juga dalam kelas Pendalaman Alkitab kami hari Sabat yang lalu:
· Bukankah
kita diselamatkan oleh kasih karunia?
Kan sudah cukup hanya dengan percaya saja bahwa Yesus
adalah Juruselamat dan Tuhan? Mengapa ada tuntutan harus hidup saleh lagi?
· atau
kita diselamatkan oleh kasih karunia + UPAYA kita
(menjadi saleh itu tadi) sehingga kita diharuskan hidup saleh?
Satu-satunya
agama di dunia yang menyodorkan konsep
keselamatan HANYA melalui iman kepada JURUSELAMAT adalah agama Kristen.
Agama-agama yang lain semuanya mengajarkan konsep selamat melalui perbuatan/upaya
manusia itu sendiri, amal ibadahnya sendiri, kebajikannya sendiri yang
mendatangkan pahala, yang bisa membawa manusia ke Surga.
Karena
itu bagi orang Kristen seharusnya TIDAK PERLU MUNCUL PERTANYAAN keselamatan itu
diperoleh dari mana. Sudah benar konsepnya bahwa KESELAMATAN ITU KITA PEROLEH 100% DARI TUHAN, KARENA KASIH KARUNIANYA.
Titik.
Kristus
sudah mati bagi kita sebelum kita mengenal Dia. Tidak ada usaha apa pun (baik
amal maupun ibadah) dari kita yang bisa mewujudkan keselamatan kita.
Keselamatan itu SUDAH DISEDIAKAN TUHAN
bagi semua manusia bahkan sebelum Adam berdosa.
Efesus 1:4
Oleh karena Dia (Allah Bapa) telah memilih kita dalam Dia (Yesus) sebelum dunia dijadikan,
supaya kita harus kudus
dan tanpa salah di hadapan-Nya dalam kasih.
Tuhan
sudah membuat rancangan untuk menyelamatkan kita sebelum dunia dijadikan. Tuhan
mahatahu, dan Tuhan tahu manusia akan butuh penyelamatan. Karena itu sebelum
dunia ini dijadikan, Allah Bapa sudah pro kita, sudah memilih untuk
menyelamatkan kita dalam Kristus Yesus.
Kurang
yakin? Alkitab berkata bahwa Domba Allah itu sudah disembelih sebelum dunia
dijadikan.
1 Petrus 1:18-20
18 Sebab sebagaimana kamu tahu, bahwa kamu tidak ditebus dengan benda-benda yang fana seperti
perak atau emas, dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari tradisi
nenek moyangmu, 19 melainkan dengan darah Kristus yang mahal, sebagai seekor domba yang tanpa cela dan tanpa cacat. 20 yang sungguh-sungguh sudah ditentukan sebelum dunia dijadikan, namun dinyatakan pada
akhir masa ini untuk kamu.
Jadi
kapan Kristus disembelih sebagai domba kurban? Perjanjiannya sudah
ditandatangani sebelum dunia dijadikan. Realisasinya di tahun 31AD.
Karena
itu begitu Adam dan Hawa berbuat dosa, Tuhan langsung memberitahu tentang
adanya perjanjian tersebut. Perjanjian itu sudah dibuat sebelum dunia
dijadikan, jadi bukan setelah Adam berdosa baru Tuhan cepat-cepat membuat plan
B.
Janji
keselamatan yang pertama disampaikan Allah kepada Adam dan Hawa lewat
kata-kataNya kepada ular, itu tercantum di Kejadian 3:15
Dan Aku akan menempatkan
permusuhan antara engkau dan perempuan, dan
antara benihmu dan Benihnya. Benihnya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan melukai
tumitNya.
Ini adalah perjanjian antara Allah Bapa dengan Allah
Anak.
Ini bukan perjanjian Tuhan dengan ular
atau dengan manusia. Tetapi ini Allah Bapa berjanji akan melepaskan Allah Anak untuk
menjadi penebus manusia, dan Allah Anak berjanji akan menanggung hukuman dosa
manusia yang percaya padaNya.
Tuhan
yang berjanji untuk menyelamatkan manusia, dan membasmi Setan.
Manusia
dan Setan tidak bisa membatalkan janji ini karena mereka bukan pihak yang berjanji.
Mereka hanya yang menerima akibat dari perjanjian tersebut. Manusia menerima
manfaatnya (Efesus 1:4 mengatakan “Allah sudah memilih kita”, Tuhan memilih
untuk membela kita, menyelamatkan kita), dan Setan yang menerima hukumannya.
APA ISI PERJANJIAN TUHAN ITU?
1.
Tuhan berjanji bahwa Dia akan menempatkan permusuhan antara
manusia dengan Setan. Berarti sudah
jelas Tuhan menyatakan Setan sebagai musuhNya. Status Setan tidak akan berubah.
Terjemahan LAI menulis “Aku akan mengadakan
permusuhan antara engkau dan perempuan”, kata yang diterjemahkan “mengadakan”
oleh LAI adalah kata שִׁית [shı̂yth]
yang berarti “meletakkan”, “menempatkan”,
“menyusun”, KJV menerjemahkannya “I
will put
enmity between thee and the woman”, sehingga
ayat ini lebih tepat diterjemahkan “Aku akan menempatkan
permusuhan antara engkau dan perempuan...” Berarti “permusuhan” itu “sesuatu” yang ditempatkan Tuhan antara manusia dengan
Setan, semacam pelindung atau perisai agar manusia tidak membaur bebas dengan
Setan. Dengan demikian
Tuhan sudah menyediakan sarana untuk membantu manusia menangkal Setan. Apa
bantuan yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk melindungi manusia dari
jangkauan Setan? Roh Kudus!
2.
Tuhan berjanji akan ada Benih dari manusia yang akan meremukkan
kepala Setan.
Terjemahan
LAI menyebutnya “keturunan”.
Jelas “Benih” ini seorang manusia karena berasal dari si perempuan
(Hawa). Kalau Dia akan meremukkan kepala Setan, masih ada kemungkinan setelah
itu Setan masih hidup atau tidak? Jelas tidak. Berarti “Benih” ini akan
mengeliminasi Setan. Setan bakal tamat riwayatnya.
3.
dan dalam proses itu, Setan sempat melukai
tumit Benih itu.
Berarti Benih ini juga harus menderita. Permusuhan
tersebut tidak dapat diselesaikan tanpa Benih itu menderita dilukai tumitNya
oleh Setan. Tetapi kalau hanya tumit saja yang luka, fatal tidak? Masih ada
kemungkinan hidup tidak? Jelas tidak fatal. Menderita iya, tapi tidak
mematikan.
Hanya
membaca ayat ini tidak jelas siapa “Benih” itu. Tetapi jika kita membaca
seluruh Alkitab, jelas sekali yang dimaksud dengan “Benih” di sini adalah Yesus Kristus. Dan
ini sudah diketahui semua orang Kristen, tidak perlu dibahas lagi di sini.
Ketika
Tuhan membuat janji itu, apakah karena Adam lebih dulu berkata kepada Tuhan,
“Tuhan, maafkan aku, mulai sekarang aku akan menuruti semua perintahMu, tolong
selamatkan aku, aku tidak mau mati.” Lalu Tuhan berkata, “Baik, kalau begitu
Aku akan mengirim Benih untuk mengeliminasi Setan.”? TIDAK. Tidak ada dialog demikian.
Apakah
Tuhan berunding dulu dengan Adam? Apakah Tuhan bertanya, “Adam, apa kamu mau
berbuat ini-ini-ini, maka Aku akan mengirim Benih untuk mengeliminasi Setan.”? TIDAK.
Tuhan tidak minta apa-apa dari Adam.
TUHAN
YANG MENENTUKAN SEMUA, bahkan sebelum Adam diciptakan, sebelum Adam berbuat
dosa.
Jadi,
siapa yang punya inisiatif untuk menyelamatkan manusia berdosa
dan mengeliminasi Setan? TUHAN.
Apa
peranan manusia dalam hal ini? NOL. Tidak ada.
Adam dan Hawa sedang gemetaran, ketakutan. Tidak kontribusi apa-apa. Tidak
punya andil apa-apa.
Jadi, KESELAMATAN ITU DATANG DARI
MANA? 100% DARI TUHAN.
Karena apa?
Karena KASIH KARUNIA TUHAN.
Yohanes 3:16
mencatat:
Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia
telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal itu
supaya
setiap orang yang percaya dalam Dia tidak binasa,
melainkan
beroleh hidup yang kekal.
Sampai
di sini tentu semua orang Kristen setuju.
NAH,
SEKARANG KITA DATANG KE TEMA KONTROVERSI KITA.
Jika kita diselamatkan oleh kasih karunia Tuhan,
lalu mengapa di Alkitab ada banyak ayat yang mengatakan kita harus begini,
harus begitu, tidak boleh begini, tidak boleh begitu? Banyak peraturan Tuhan yang
harus kita patuhi.
Jika kita
sudah diselamatkan bukan karena perbuatan kita, mengapa setelah itu kita masih
punya kewajiban berbuat macam-macam? Kita kan sudah
diselamatkan! Berarti apa pun perbuatan kita, itu tidak mempengaruhi
keselamatan kita, bukan? Kita toh tidak diselamatkan karena perbuatan kita? Di
sinilah telah terjadi salah pengertian.
Orang paling benci dengan kewajiban. Kalau bicara hak,
semua orang memperjuangkan untuk mendapatkan haknya, jangan sampai haknya tidak
diperoleh. Tapi kalau bicara kewajiban, banyak orang alergi. Kalau bisa itu
tidak usah disinggung saja.
Dan sifat tidak menyukai kewajiban inilah yang
membuat banyak orang Kristen memilih konsep “SEKALI SELAMAT SELAMANYA SELAMAT”,
maksudnya memilih konsep bahwa perbuatan kita tidak mempengaruhi keselamatan
kita. Penebusan Tuhan Yesus telah membebaskan kita dari segalanya. Perbuatan kita tidak akan
menghapus keselamatan kita karena keselamatan itu tadinya tidak diberikan
berdasarkan perbuatan kita. Ini konsep favorit orang Kristen. Dan
bagi sebagian besar masyarakat Kristen, ini harga mati. Gereja-gereja yang
mengajarkan konsep “sekali selamat selamanya selamat” itu sangat populer dan
memiliki jumlah jemaat yang besar. “Bersukacitalah, karena sudah diselamatkan,
Surga itu kepastian. Semua orang yang sudah mengakui Yesus Kristus sebagai
Juruselamat dan Tuhan, sudah pasti selamat, otomatis masuk Surga.” Itu motto
mereka.
INILAH
PENIPUAN TERBESAR SETAN UNTUK MENYESATKAN ORANG KRISTEN.
Tidak
ada konsep “sekali selamat selamanya selamat” itu di Alkitab.
Bagi orang-orang Kristen ini ayat-ayat tentang
penghakiman tiba-tiba lenyap dari Alkitab mereka atau dari ingatan mereka.
Mari kita lihat beberapa ayat di Alkitab, apakah
orang Kristen itu perbuatannya akan dihakimi atau tidak oleh Tuhan:
1 Petrus 4:17-18
17 Karena telah tiba saatnya penghakiman harus dimulai, di
rumah Allah; dan jika penghakiman itu dimulai dari kita, bagaimanakah akhirnya mereka yang tidak mematuhi Injil Allah? 18 Dan jika orang benar nyaris tidak
terselamatkan, di manakah orang
fasik dan orang berdosa akan muncul?
Sangat jelas ayat ini berkata apa? “PENGHAKIMAN ITU DIMULAI DARI
KITA”. Siapa “KITA” di
sini?
Siapa yang menulis ayat ini? Petrus.
Siapa Petrus? Orang atheis? Penyembah berhala? Bukan. Petrus adalah murid
Yesus, orang Kristen, seorang rasul, murid Yesus angkatan pertama. Jadi bila
Petrus berkata “KITA”
siapa yang dimaksud olehnya? Orang atheis? Orang-orang beragama lain? Bukan! “KITA” adalah orang-orang Kristen yang sama dengan
Petrus, orang-orang yang mengaku Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamat!
Jadi apakah orang-orang Kristen MASIH
PERLU DIHAKIMI? Jelas ayat ini berkata, justru
penghakiman itu dimulai dari orang-orang Kristen!
Wahyu 20:12-13
12 Dan aku melihat
orang-orang mati, kecil dan besar, berdiri di hadapan
Allah, dan kitab-kitab dibuka. Dan sebuah kitab lain dibuka juga, yaitu Kitab
Kehidupan. Dan orang-orang mati
dihakimi dari hal-hal yang tertulis di dalam kitab-kitab itu, menurut perbuatan-perbuatan mereka. 13 Dan laut
menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kubur menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalam mereka, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatan-perbuatan
mereka.
Sekarang,
bagaimana kita dihakimi? Apa kita yang dihakimi?
Apakah
hanya posisi kita sudah atau belum menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat
dan Tuhan kita, begitu?
Ayat ini
jelas sekali mengatakan, “mereka dihakimi
masing-masing menurut PERBUATANNYA.” Perbuatan kita yang dihakimi.
Jadi
apakah perbuatan kita bisa menyebabkan
kita gagal dibawa ke Surga?
B I S
A S E K A L I !!! Walaupun kita sudah
Kristen, sudah dibaptis, sudah terdaftar sebagai anggota gereja, sudah rajin ke
gereja, sudah aktif pelayanan. Tapi tetapi Tuhan akan menghakimi perbuatan
kita, dan motif-motif semua perbuatan kita.
Perbuatan
kita yang menentukan apakah kita lulus penghakiman dan akan dibawa ke Surga
atau apakah kita akan ditinggalkan mati di dunia.
Jadi, bila ada yang mengatakan “sekali selamat
selamanya selamat”, sadarilah, itu bukan ajaran Tuhan, itu ajaran musuh Tuhan
yang sengaja menjebak manusia supaya mereka nantinya gagal selamat
semua. Banyak orang Kristen menganggap karena mereka sudah Kristen berarti
pasti selamat, ternyata tidak begitu ketentuan Tuhan, mereka telah tertipu.
Selama ini mereka sudah tidak hidup sesuai
perintah Tuhan karena menganggap mereka sudah diselamatkan dan mereka
tidak dihakimi, pada akhir zaman banyak orang Kristen baru sadar
mereka sudah tertipu, bahwa
mereka gagal dibawa ke Surga bukan karena mereka membunuh
atau berzinah, tetapi karena mereka sudah salah makan, salah minum,
salah beribadah, mereka sudah melanggar Hukum Tuhan dengan
ketidakpedulian mereka terhadap semua ketentuan yang ada di Firman Tuhan.
Mereka menganggap mereka boleh hidup sesuka hati mereka asalkan mereka tidak
berbuat kejahatan, mereka tidak usah menaati Hukum Tuhan, tidak usah menuruti
Firman Tuhan. Pada saat itu sudah terlambat untuk mau mematuhi perintah Tuhan. Pintu
rahmat Allah sudah ditutup.
Tuhan sudah terus-menerus mengingatkan, bahwa kepatuhan kepada perintah-perintah Tuhan itu adalah suatu keharusan
bagi umat Tuhan. Alkitab banyak sekali berisikan perintah Tuhan.
Ketahuilah, justru orang yang sudah diselamatkan itu yang punya kewajiban tunduk kepada
Tuhan. Sebelumnya coba renungkan dulu
ilustrasi ini:
Ø Umpama kita ini domba-domba ya.
Orang
Kristen kan sering dilambangkan sebagai domba. Kita ini tadinya domba-domba
liar, hidup liar, tersebar di mana-mana, pemilik domba-domba itu (yaitu Setan)
memberi kebebasan semua dombanya untuk hidup sesuka hati. Setan tidak punya
hukum, tidak punya peraturan, ikut Setan tidak ada larangan apa pun. Bebas
semaunya boleh. Mau makan apa saja boleh. Mau hidup liar terus juga boleh. Enak,
kan?
Ø Domba-domba yang dibiarkan liar sesukanya
ini tentu saja tidak tahu bahwa sebenarnya mereka sedang digiring ke jurang
kebinasaan.
Ø Seorang Gembala yang baik melihat
domba-domba yang bakal binasa itu,
lalu mau
menyelamatkan mereka. Dia beli semua domba itu dari pemiliknya. Dia bayar dengan
harga yang sangat mahal. Dan semua domba itu pun menjadi milikNya.
Ø Domba-domba itu tersebar di mana-mana.
Maka
Gembala ini memanggil domba-domba itu untuk datang kepadaNya, supaya masuk ke
kandangNya.
Ø Tapi tidak semua domba mau datang kepada
Gembala yang telah membeli mereka.
Banyak
yang memilih tetap hidup bebas dan liar karena sudah terbiasa hidup demikian.
Ø Gembala ini tidak memaksa supaya semua
domba yang sudah dibelinya harus mau mengikutinya.
Hanya
domba-domba yang datang kepadaNya yang dihampiriNya, yang diterimaNya.
Ø Kepada domba-domba yang datang
kepadanya, Gembala itu membungkuk mengulurkan tanganNya.
Jika
domba itu diam, tidak lari, atau bahkan mendekat, maka berikutnya Gembala itu
mengangkat domba ini, dipeluknya, dan dibawanya pulang. Jadi domba itu modalnya
hanya mau saja diangkat Sang Gembala. Tidak punya modal lain, kan?
Ø Lalu sepanjang perjalanan, domba itu dibawa
pulang Sang Gembala.
Domba
itu tidak berbuat apa-apa, dia enak saja dalam gendongan Sang Gembala. Yang
menempuh perjalanan pulang ya Gembalanya, dombanya tidak usah berjalan, dia
enak dalam gendongan si Gembala, tidak ada kontribusi apa-apa.
Ø Hingga tiba di tempat Gembala.
Jadi domba itu bisa tiba di tempat
Gembala 100% adalah jasa Sang Gembala. Domba itu tidak berbuat apa-apa sama sekali.
Ø Sekarang, setiba di tempat, Gembala
memasukkan domba ini ke dalam kandang.
Ø Nah, sekarang! Setelah masuk ke dalam kandang,
domba
ini tidak digendong lagi, kan? Domba
itu harus mulai menjalani hidup yang baru sebagai domba yang
dipelihara oleh Gembala itu. Dan sekarang domba itu haru menjalani hidup yang
baru, hidup di bawah pemeliharaan Sang
Gembala. Dia harus makan makanan yang ditentukan Sang Gembala,
tidak boleh lagi keluyuran liar sesuka hatinya, dia hanya berkumpul dengan
domba-domba lain di dalam kandang yang sama, dia harus tunduk pada semua
peraturan Sang Gembala yang membawanya ke padang yang hijau dan ke air yang
jernih. Hidupnya diatur oleh Gembalanya.
Pertanyaan: Sama tidak pola hidup si domba yang di dalam kandang ini sekarang dengan pola
hidupnya sewaktu bebas liar ada di mana-mana?
Ya jelas tidak sama. Kalau tadinya dia bisa berbuat
apa saja sesukanya, tidak ada yang melarang, tapi sekarang di dalam kandang, dia harus hidup menurut
peraturan Gembala. Gembala yang menyediakan makanan dan
minumannya, Gembala yang merawat dia, Gembala yang melindungi dia dari serangan
binatang buas, Gembala yang bertanggung jawab penuh atas hidupnya; tapi
sebaliknya domba itu harus patuh kepada perintah Sang
Gembala, kan? Domba itu harus tetap tinggal di dalam batasan
pagar kandangnya. Kalau dulu dia bebas makan apa saja sesukanya, sekarang dia hanya
bisa makan apa yang disediakan Gembala baginya. Kalau dulu dia bisa lepas
sesukanya, sekarang dia hanya lepas bila Sang Gembala yang mengajaknya keluar
kandang. Berarti, setelah ikut Sang Gembala, domba ini punya kewajiban tidak? Justru setelah menjadi milik
Sang Gembala, domba itu punya kewajiban patuh kepada Sang Gembala! Domba
itu tidak bebas lagi semaunya. Dia hidup terlindung, dipagari kandang; dia
makan terjamin, apa yang disajikan Sang Gembala; dia tergantung 100% kepada
Sang Gembala.
Jadi kapan
domba ini memiliki kewajiban patuh kepada Gembalanya? Ketika dia SUDAH dibawa
masuk ke kandang milik Gembala. Sebelum itu dia tidak punya
kewajiban untuk patuh, karena Gembala itu bukan tuannya. Tapi sekarang, Gembala itu menjadi tuannya, maka domba itu harus
patuh kepada tuannya.
Bisa ditangkap ilustrasi ini? Domba ini
menggambarkan kita.
Jadi sebelum kita diselamatkan, tidak ada kewajiban kita patuh
kepada semua perintah Tuhan. Tapi justru
SETELAH KITA DISELAMATKAN, kita baru punya kewajiban patuh kepada semua
perintah Tuhan. Mengapa? Karena
kita sudah ditebus dengan darah Kristus, kita sudah menjadi milik Kristus, maka
layak kita harus patuh kepadaNya.
Hukum-hukum Tuhan menjadi pagar kandang kita.
Sebagaimana domba itu hidup di dalam kandang, begitu pula kita harus hidup di
dalam pagar-pagar Hukum Tuhan.
Sekarang, susah tidak buat domba yang tadinya liar, yang
biasa hidup sesukanya untuk berubah dan hidup menurut perintah Gembalanya?
Susah, pada awalnya. Semua perubahan itu susah.
Begitu juga kita. Yang tadinya hidup sesuka hati, makan sesuka hati, berbuat
sesuka hati, sekarang harus belajar tunduk pada perintah Tuhan. Susah.
Tetapi, sebagaimana Gembala itu mengajar dan melatih
dombaNya untuk tinggal di dalam kandang, begitu pula Tuhan memampukan kita untuk mengubah pola
hidup kita. Yang penting kita mau. Pepatah berkata, “Where there is
a will, there is a way”, di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Jadi modalnya adalah KEMAUAN dari
pihak kita. Selanjutnya Tuhan yang berkarya di dalam kita. Bahkan,
ini rahasia sebetulnya, kemauan kita itu pun aslinya berasal dari Tuhan! Jika
kita membuka hati kita mengizinkan Tuhan untuk memberikan kita kemauan yang
sinkron dengan kehendakNya, perubahan kita akan lebih mudah.
Seperti domba liar itu sudah mau dibawa pulang, kita
juga sudah mau diselamatkan, maka langkah selanjutnya, kita perlu mau dididik
dan dilatih oleh Gembala kita untuk mematuhi perintah-perintahNya. Supaya apa?
Supaya kita diidentifikasi sebagai milikNya.
Jadi, semoga kita sekarang sudah paham, bahwa JUSTRU SETELAH KITA DISELAMATKAN, KITA WAJIB HIDUP SESUAI
KEHENDAK SANG GEMBALA, KEHENDAK TUHAN.
Banyak orang Kristen yang tidak berpikir tentang
pertumbuhan kerohaniannya. Bertahun-tahun menjadi orang Kristen, tapi tidak
maju-maju. Tetap saja jalan di tempat. Untung-untung tidak mundur ke belakang.
Tetapi ternyata menurut Tuhan, anak-anak Tuhan itu
harus bertumbuh dan berbuah, dan bukan cuma
bertumbuh asal-asalan, tetapi bahkan harus menjadi sempurna. Bukan aku
yang ngomong lho, Tuhan Yesus sendiri yang ngomong. Mari kita lihat beberapa
ayat.
Matius 5:48
Jadilah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga itu sempurna.
“sempurna” lho, bukan asal-asalan, tapi
“sempurna”. Artinya, jika SEHARUSNYA kita bisa, tetapi kita TIDAK melakukannya,
maka itu TIDAK SEMPURNA namanya. Kita tidak bisa menipu Tuhan.
Dulu sewaktu aku masih bekerja di
kantor, ada seorang teman yang kalau ditanya bos, “Kamu bisa ngerjakan ini?”
“Kamu bisa ngerjakan itu?” Selalu dijawab tidak bisa. Dia bilang kalau bilang
bisa, nanti disuruh ngerjain. Biar bos nyuruh orang lain saja. Tapi kita tidak
bisa menipu Tuhan yang tahu segalanya. Maksudnya kita tidak bisa pura-pura
mengaku tidak bisa ini, tidak bisa itu. Tuhan tahu sampai di mana kemampuan
kita. Jangan khawatir, Tuhan itu baik dan adil. Jadi, Tuhan tahu apakah kita
memang belum bisa atau sebenarnya kita sudah bisa hanya tidak mau melakukannya.
Kalau sebenarnya kita bisa tapi kita tidak mau melakukannya,
maka kita masuk kategori “tidak sempurna” di mata Tuhan.
Matius 13:23
Tetapi dia yang menerima
benih ke tanah yang baik, ialah orang yang mendengar
firman, dan mengertinya, yang juga berbuah, dan menghasilkan ada yang
seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali
lipat.
Banyak orang Kristen menganggap
“berbuah” ini hanya terbatas pada mengajak orang lain masuk gereja. Itu juga,
tapi itu bukan satu-satunya buah yang dikehendaki Tuhan. Lebih daripada
mengajak orang lain, diri
kita sendiri harus mimiliki buah Roh. Apa itu?
Galatia 5:22-23
Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, panjang sabar, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, penguasaan diri. Terhadap semua
ini tidak Hukumnya.
Jadi memang benar kita diberi tugas
istimewa untuk menyampaikan kebenaran kepada orang lain, tetapi jangan lupa
diri kita sendiri juga harus bertumbuh. Harus ada buah Roh, yang disebutkan di
atas. Nah, supaya tahu, buah Roh itu sesungguhnya adalah hasil karya Roh Kudus,
bukan karya kita. Tapi Roh Kudus hanya bisa berkarya di dalam kita jika kita
bekerjasama dengan Dia. Kalau kita menuruti petunjukNya, kalau kita tidak
melawanNya. Bagaimana kita bisa mendengar Roh Kudus? Baca Firman Tuhan yang
rajin. Firman Tuhan itu ditulis di bawah inspirasi Roh Kudus, itu produk Roh
Kudus.
1
Yohanes 2:6
Dia yang mengatakan bahwa ia tinggal
di dalam Dia, ia sendiri wajib hidup sedemikian rupa, yang sama seperti Kristus telah hidup.
Ini adalah suatu syarat, ini bukan
suatu opsi yang boleh diterima atau ditolak. Ini jelas adalah suatu syarat.
Lihat, ada kata “WAJIB” berarti ini syarat yang
tidak bisa ditawar. Wajib! Sesuatu
yang wajib itu namanya persyaratan.
Lalu intinya, BAGAIMANA KRISTUS HIDUP
ketika berada di dunia? KRISTUS
HIDUP TANPA BERBUAT DOSA! Sedikit pun! Sekali pun! Dari mana
kita tahu?
2 Korintus 5:21
Karena Dia (Allah Bapa) telah
menjadikan Dia
(Yesus) yang tidak mengenal dosa menjadi dosa demi kita, supaya kita boleh dijadikan
kebenaran Allah di dalam Dia.
Jadi, Kristus itu tidak mengenal dosa,
Dia tidak pernah berbuat dosa. Selama Dia hidup di dunia ini, Kristus tidak
pernah berbuat dosa. Berarti, kita yang “WAJIB hidup sama
seperti Kristus telah hidup” juga jangan lagi “mengenal dosa” setelah kita
diselamatkan oleh Kristus. Itulah makna ayat-ayat ini.
Berarti sebagai
orang Kristen yang telah diselamatkan, kita WAJIB apa? WAJIB hidup seperti Kristus, dengan kata
lain, juga tidak boleh berbuat dosa lagi. Dosa-dosa
kita yang lama sudah diampuni ketika kita menerima Kristus sebagai Juruselamat.
Setelah itu seperti domba yang dibawa pulang ke kandang Sang Gembala, kita
harus belajar hidup sesuai perintah Sang Gembala, kita bukan lagi domba liar yang
lepas di mana-mana yang hidup suka-suka sendiri, kita sudah menjadi domba peliharaan
milik Sang Gembala. Sejak saat kita
menjadi domba milik Sang Gembala, kita WAJIB HIDUP SESUAI STANDAR YANG
DITENTUKAN SANG GEMBALA.
Jadi jangan
beranggapan, menjadi orang Kristen itu tidak perlu berbuah. Coba apa kata Yesus
tentang pohon yang tidak berbuah?
Matius
3:10
Dan sekarang juga kapak sudah diletakkan di
akar pohon-pohon. Oleh karena itu, setiap
pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, harus ditebang dan dibuang ke dalam api.
Jadi urusan “berbuah” ini urusan
serius, bukan hal sepele. Jika pada kita tidak ditemukan ada “buah yang baik”,
artinya kita tidak mengizinkan Roh Kudus berkarya dalam diri kita, kita ditebang dan dibuang ke dalam api!
Tamatlah riwayat kita.
Sekarang
pertanyaan: Mengapa pada banyak orang Kristen tidak ditemukan buah Roh?
Matius 13:22
Juga dia yang menerima benih di
antara semak duri ialah dia yang mendengar firman itu, dan
kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan mencekik
firman itu dan dia menjadi tidak berbuah.
Yesus
menjelaskan bahwa kekuatiran dunia, maksudnya kekuatiran hidup sehari-hari, dan
tipu daya kekayaan telah mencekik benih-benih Firman Tuhan, sehingga
benih-benih itu mati dan tidak bisa bertumbuh apalagi menghasilkan buah. Benar
tidak?
Sangat
benar! Kita selalu lebih mendahulukan segala kepentingan duniawi, kepentingan
hari ini di atas kewajiban kita terhadap Tuhan. Tuhan itu kebagian nomor yang
terakhir, kita selesaikan semua kepentingan duniawi dan kepentingan sehari-hari
kita dulu. Jika masih tersisa waktu baru kita datang pada Tuhan.
Begitu
juga dengan tipu daya kekayaan. Demi uang, kita sering mengorbankan
prinsip-prinsip yang diajarkan Tuhan kepada kita. Demi uang, kita bahkan sering
meninggalkan Tuhan sendiri.
Itulah
sebabnya kita tidak menghasilkan buah. Bagaimana mau punya buah, jika bertumbuh saja kita belum?
Pohon itu bisa berbuah bila dia sudah tumbuh cukup besar. Jika pohon itu tetap
kecil saja, sakit-sakitan, mana bisa menghasilkan buah?
Sekarang, kita tiba pada hal yang sangat penting
supaya setiap kita yang Kristen ini bisa menghasilkan buah. Ini adalah SATU-SATUNYA cara
supaya kita bisa memiliki buah Roh. Tidak ada jalan lain. Tidak
mungkin dengan cara lain.
Yohanes 15:4-6
15:4 Tinggallah di
dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat menghasilkan buah
dari dirinya sendiri, kecuali ia tinggal
pada pokok anggur, kamu pun tidak bisa kecuali kamu tinggal di dalam
Aku.
15:5 Akulah pokok
anggur dan kamulah cabang-cabangnya. Dia yang tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam
dia, ia menghasilkan banyak buah, sebab tanpa Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa…
15:6 Jika orang
tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi
kering, dan orang-orang mengumpulkan mereka
dan mencampakkan mereka ke dalam api, dan mereka dibakar.
Jadi, bagaimana supaya kita bisa menghasilkan buah
yang baik? Kita harus tinggal
di dalam Yesus, maka Yesus akan tinggal di dalam kita. Tidak ada
jalan lain.
Apa artinya “tinggal di dalam Yesus”? Artinya:
Ø
Meninggalkan
ego sendiri = mengosongkan diri bagi Roh Kudus
Ø
Mengizinkan
Roh Kudus (yang mewakili Yesus) untuk berkarya dalam hidup kita
Ø
100%
berserah kepada Tuhan.
Harus
sadar bahwa kita “tidak dapat menghasilkan
buah dari dirinya sendiri” kita hanya bisa berbuah bila kita melekat
pada Yesus dan membiarkan Yesus dan Roh Kudus yang bekerja dalam diri kita.
Sekarang, bertumbuh itu ada tahapnya. Dan Petrus
sudah mencatatkan urut-urutannya bagi kita.
2 Petrus 1:3-11
1:3 Sesuai dengan kuasa ilahi-Nya, telah
menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berkenaan
dengan hidup dan kesalehan, melalui
pengetahuan kita akan Dia, yang telah
memanggil kita ke kemuliaan dan kesalehan.
Dalam satu ayat ini kita mendapatkan
banyak informasi:
v
Kita
telah dianugerahi apa?
“segala sesuatu yang berkenaan
dengan hidup dan kesalehan”. Maka kita tidak punya alasan untuk berkata kita tidak bisa
hidup saleh, karena kita sudah
dianugerahi segala sesuatu yang berkenaan dengan hidup dan kesalehan.
v
Siapa
yang mengaruniakan itu kepada kita?
Tuhan! Dikatakan di ayat itu, “kuasa Ilahi”
yang mengaruniakan kepada kita.
v
Anugerah
itu diberikan lewat apa?
“melalui pengenalan kita akan
Dia”, yaitu Kristus. Semakin akrab kita mengenal Kristus, semakin banyak
informasi dan pelajaran tentang hidup dan kesalehan yang akan kita peroleh.
Berarti, rajin-rajinlah mempelajari Alkitab, karena Alkitab itu berbicara
tentang Kristus. Bila kita mengenal Kristus dengan baik, semakin banyak yang
kita tahu tentang kehidupan Kristen yang dikehendaki Tuhan dan tentang
kesalehan umat Tuhan.
v
Siapa
Kristus itu?
“Dia, yang telah
memanggil kita ke kemuliaan dan kesalehan:.
1:4 Untuk inilah telah dianugerahkan kepada kita
janji-janji yang yang sangat besar dan berharga, supaya melalui janji-janji itu kamu boleh mengambil bagian dari kodrat ilahi, setelah meloloskan diri dari kerusakan yang ada di dunia, oleh karena hawa
nafsu.
v
“Untuk inilah” maksudnya untuk apa?
Untuk mengaruniakan segala sesuatu yang
berkenaan dengan hidup dan kesalehan, iya kan? Jadi, untuk itu, apa yang
dilakukan Kristus? “telah
dianugerahkan kepada kita janji-janji.”
v
Janji-janji apa itu?
Bahwa “kamu boleh mengambil bagian dari kodrat ilahi”, maksudnya
supaya karakter kita bisa sama dengan kodrat Ilahi.
v
Kapan
itu terjadinya?
“setelah meloloskan diri dari kerusakan yang ada di dunia, oleh karena hawa
nafsu”. Berarti, kita harus meloloskan diri
dulu dari kerusakan dunia, meninggalkan segala yang rusak di dunia. Ingat kan
ayat yang mengatakan “persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Karena itu barangsiapa hendak menjadi sahabat
dunia ini, adalah musuh Allah.” (Yakobus
4:4)
1:5 Dan di samping ini, dengan segala ketekunan, tambahkanlah kepada imanmu kebajikan; dan kepada
kebajikan, pengetahuan,
1:6 dan kepada
pengetahuan, penguasaan diri; dan kepada
penguasaan diri, kesabaran; dan kepada kesabaran, kesalehan,
Sekarang diberikan caranya, atau
tahapannya bagaimana kita “boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi” (ayat 4 di atas), inilah step by step-nya:
v Iman ~ ini merupakan langkah awal kita,
karena bisanya kita diselamatkan oleh
kasih karunia Tuhan itu harus melalui iman kita, seperti kata Efesus 2:8. Jadi
iman ini adalah yang pertama harus
kita miliki. Tapi jangan hanya berhenti di situ. Sudah benar
kita punya iman dan itu yang membuat kita menerima keselamatan yang diberikan
Tuhan, tetapi setelah selamat, kita harus
melanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu menambahkan:
v Kebajikan ~ apa itu kebajikan?
Kebajikan itu sifat-sifat yang baik,
sifat-sifat yang luhur, yang mulia. Jadi
setelah menerima keselamatan
melalui iman, sifat-sifat kita perlu berubah dari sifat-sifat
yang tidak baik, yang egois, menjadi
sifat-sifat yang baik, yang luhur, yang mulia. Tahap berikutnya
perlu menambahkan:
v Pengetahuan ~ pengetahuan tentang apa ini?
Tentu saja pengetahuan tentang Firman
Tuhan, tentang hal-hal yang rohani,
tentang kerajaan Allah, tentang semua ajaran/doktrin Tuhan, karena dengan memiliki pengetahuan kita tidak akan disesatkan oleh
ajaran-ajaran yang salah, kita tahu mana yang benar, kita tahu apa
kehendak Tuhan, dan kita tahu tanda-tanda akhir zaman, kita tahu urut-urutan
apa yang akan terjadi menjelang kedatangan Kristus yang kedua, kita tahu
bagaimana caranya kita bisa setia sampai Kristus datang. Jadi pengetahuan ini
penting sekali. Jika kita tidak tahu apa-apa, kita bisa kena tipu segala nabi
dan guru palsu yang akan menjamur semakin dekat kedatangan Kristus. Berikutnya yang perlu ditambahkan adalah:
v Penguasaan diri ~ self
control, temperance ~ artinya harus punya rem dalam segala hal.
Rem
itu harus disetting supaya sejalan dengan ajaran Tuhan. Patuhi Firman Tuhan. Kalau Tuhan
bilang jangan, ya berhenti, jangan diteruskan. Sebaliknya kalau Tuhan bilang
maju, ya jangan mogok. Memiliki rem saja tidak berguna jika kita tidak tahu
kapan harus menginjak rem itu. Itulah sebabnya kita perlu pengetahuan tentang
Firman Tuhan supaya kita tahu kapan harus ngerem pada
waktunya. Setelah itu tambahkan:
v Kesabaran ~ itu artinya tahan uji, kuat
menanggung, sabar dalam penderitaan, kuat tidak jatuh begitu angin bertiup, kuat menanggung penderitaan.
Sebagai murid-murid Kristus sudah pasti
kita ini sasaran Setan, dan semakin menjelang kedatangan Kristus yang kedua,
Setan bekerja semakin keras untuk menjerat kita. Kehidupan
murid-murid Kristus lebih banyak susahnya ketimbang enaknya. Setan
akan berusaha menjauhkan kita dari Kristus dengan segala cara. Karena itu kita
harus sabar. Dalam segala kesukaran kita harus ingat bahwa tempat kita memang
bukan di dunia yang sekarang ini. Tempat kita di dunia yang baru. Kehilangan segalanya di dunia
ini tidak terlalu berarti. Yang penting jangan sampai kita kehilangan hidup
kekal di dunia yang baru. Dan jika kita sudah memiliki semua
yang di atas, berikutnya target yang perlu kita raih adalah:
v Kesalehan ~ apa itu kesalehan?
Artinya tidak berbuat dosa, tidak
melanggar perintah Allah. Lho, jadi
orang Kristen harus saleh, tidak? Ternyata ditulis di sini kalau
itu termasuk salah satu tahap yang harus dicapai, supaya
kita bisa tiba di pencapaian terakhir.
1:7 dan kepada
kesalehan, keperdulian kepada saudara; dan
kepada keperdulian kepada saudara, kasih.
Ternyata kesalehan itu masih belum
tahap yang terakhir, karena masih ada dua tahap lagi, yaitu:
v Keperdulian kepada saudara ~
kata aslinya φιλαδελφία [Philadelphia]
biasanya kata ini dipakai untuk kepedulian terhadap saudara seiman,
sesama golongan. Dan bila ini sudah tercapai, maka tibalah kita pada tingkat
yang tertinggi, yaitu:
v Kasih ~ kata aslinya ἀγάπη [agapē].
Ini sudah bentuk kasih yang tertinggi,
kasih tanpa pamrih, unconditional love bagi
Tuhan dan bagi sesama manusia. Inilah buah Roh yang tertinggi.
1:8 Sebab apabila
hal-hal ini ada padamu, dan berlimpah, mereka itu akan
menjadikan kamu tidak mandul maupun tidak
berbuah dalam pengetahuanmu akan Yesus
Kristus, Tuhan kita.
1:9 Tetapi dia yang kurang dalam hal-hal ini,
ia rabun, dan tidak bisa melihat jauh, dan telah lupa bahwa dia
telah dibersihkan dari dosa-dosanya yang lama.
Nah, dikatakan di sini bahwa jika kita
sudah memiliki semua itu dalam jumlah yang berlimpah, berarti kita sudah
berbuah. Sebaliknya jika kita tidak memiliki hal-hal itu, kita ini rabun dan
kita sudah lupa bahwa dosa-dosa kita yang lama sudah diampuni. Apa artinya?
Artinya kita tidak sadar bahwa kita sudah diselamatkan. Dosa-dosa sudah
diampuni kan berarti sudah selamat? Nah, jika kita lupa bahwa dosa-dosa kita sudah diampuni, itu
sama artinya dengan kita lupa bahwa kita sudah diselamatkan. Mengapa?
Karena orang yang sadar dia sudah diselamatkan,
sadar bahwa dia harus berbuah, dan tidak lagi hidup seperti hidupnya yang lama,
melainkan hidup sebagai ciptaan baru, bukan diam-diam saja tidak perlu bertumbuh dan
berbuah.
1:10 Karena itu, adalah lebih baik, Saudara-saudara, bertekun menjadikan panggilanmu dan terpilihnya
kamu suatu kepastian; Karena jikalau kamu melakukan hal-hal ini, kamu tidak akan pernah jatuh.
1:11 Karena dengan demikianlah, jalan masuk ke
Kerajaan kekal milik Tuhan dan Juruselamat
kita, Yesus Kristus, akan disediakan bagimu
dengan limpah.
v Sekarang Petrus
memberikan alasannya, “karena itu” ~ karena apa?
Karena
kita sudah diselamatkan itu, karena dosa-dosa kita yang lama sudah diampuni
itu, maka kita harus “bertekun menjadikan
panggilanmu dan terpilihnya kamu suatu
kepastian”. Lihat, di sini kita HARUS BERBUAT sesuatu atau tidak? HARUS!
Ada dua kata penekanan di sini: “bertekun” dan “kepastian”. Jadi kita harus
bertekun untuk memastikan panggilan kita dan terpilihnya kita. Berarti kita ikut berkontribusi atau tidak
pada kesuksesan panggilan dan terpilihnya kita? Iya! Kita sendiri ikut
menentukan! Kita disuruh “bertekun” dan “memastikan”.
Maka
jelaslah dari ayat-ayat ini bahwa
ü sebelum kita diselamatkan, itu
seluruhnya karya Tuhan,
Tuhan yang bekerja, Tuhan yang berbuat, Tuhan yang
menyelamatkan, kita hanya menerimanya dengan iman.
ü Tetapi setelah kita diselamatkan,
maka kita harus “bertekun” dan “memastikan” keselamatan kita. Kita harus bekerjasama dengan Tuhan.
v Dan apa yang
akan disediakan Tuhan bagi kita jika kita melakukan apa yang harus kita
lakukan?
“jalan masuk ke Kerajaan kekal milik Tuhan
dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.” Bukankah itu
hebat sekali?
Maka bila kita
belum melakukan apa yang seharusnya kita lakukan, sudah waktunya kita
memberikan perhatian dan pemikiran kepada kewajiban kita yang selama ini telah
kita lalaikan.
Jadi sekali
lagi, sebelum domba itu dibawa pulang ke kandang Gembala, dia tidak usah
berbuat apa-apa, cukup asal dia mau saja, dia sudah digendong Sang Gembala
dibawa pulang. Semuanya dilakukan oleh Sang Gembala.
Begitu juga
kita. Sebelum kita diselamatkan, kita
tidak usah berbuat apa-apa. Semuanya sudah dilakukan oleh Tuhan bagi kita. Kita
tinggal mau menerimanya saja.
Tetapi setelah
domba itu dibawa ke kandang Sang Gembala, maka domba itu harus berbuat sesuatu
untuk kelangsungan hidupnya di sana. Domba itu harus menurut Gembalanya.
Begitu juga
kita. Setelah kita masuk ke kandang
Yesus Kristus, kita harus “bertekun” dan “memastikan” kita tetap ada di sana, kita
harus “bertekun” dan
“memastikan” bahwa panggilan kita dan
terpilihnya kita itu tidak berakhir cuma-cuma, melainkan akan bertahan terus
hingga kita tiba di “Kerajaan kekal milik Tuhan
dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.”
Marilah kita bersama-sama “bertekun” dan “memastikan” kita akan tiba di “Kerajaan kekal milik Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus
Kristus.”
Amin.
06 07 16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar