170. APA ITU BAHASA ROH
MENURUT ALKITAB
__________________________________________________________
Kita semua
pernah mendengar istilah “bahasa roh”, yang dalam Alkitab berbahasa Inggris
disebut “speak with tongues” atau
terkadang hanya “tongues” saja, tetapi mungkin pemahaman kita tentang istilah
itu tidak tepat.
Ada beberapa
ayat di dalam Alkitab yang menyebut tentang “bahasa Roh” ini atau “speak with
tongues”.
Sebelumnya mari
kita lihat tulisan aslinya:
λαλούντων [ lalountōn] = speaking - berbicara
γλώσσαις [glōssais] = (with) tongues – menurut kamus Strong, kata ini
terdaftar sebagai #G1100, dan memiliki arti demikian: “the tongue; by
implication a language
(specifically one naturally unacquired): - tongue.”
Kalau diterjemahkan artinya “organ lidah, implikasi
dari suatu bahasa (khususnya yang diperoleh secara alami
= bahasa ibu): - lidah.”
Jadi sama sekali tidak ada kata “roh” dalam tulisan aslinya,
begitu juga dalam terjemahan bahasa Inggrisnya.
Dalam terjemahan
LAI, karena menambahkan kata “roh”, bisa memberikan kesan yang meragukan. Roh siapa?
Jadi “speak with tongues” itu terjemahannya
sederhana yaitu, “berbicara/berkata-kata dalam bahasa-bahasa”. Jadi ini
adalah kemampuan berbicara dalam
beberapa bahasa.
Kisah
10:44 Sementara Petrus sedang mengucapkan kata-kata itu, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang
yang mendengarkan Firman itu.
10:45 Dan semua
orang bersunat yang percaya,
tercengang-cengang, seberapa banyak yang datang
bersama Petrus, karena kepada bangsa-bangsa lain juga dicurahkan
karunia Roh Kudus.
10:46 sebab mereka
[= orang-orang bersunat itu] mendengar orang-orang itu [=bangsa-bangsa lain] berkata-kata dalam bahasa-bahasa [bahasa-bahasa asing] dan memuliakan Allah.
Lalu Petrus menjawab,
Mari kita
simak bacaan di atas.
Pertama
sebagai informasi, Petrus pada saat itu ada di mana? Ayat 25 mengatakan dia ada
di Kaisarea, Petrus dan rombongannya pergi ke rumah Cornelius, seorang panglima
tentara Romawi. Itu latar belakangnya. Di sana, Petrus berkhotbah. Lalu,
Ø
Roh
Kudus turun ke atas siapa?
Ke atas orang-orang yang sedang
mendengarkan khotbah Petrus, benar?
Ø
Siapa
orang-orang yang mendengarkan Petrus ini?
Ada dua kelompok, yang pertama yaitu (1) bangsa-bangsa
lain, dalam bahasa Inggris mereka disebut “the Gentiles”, artinya segala bangsa
lain di luar bangsa Yahudi; dan (2) kelompok yang kedua adalah orang-orang Yahudi,
yang diidentifikasi sebagai orang-orang bersunat, mereka ini datang bersama
Petrus. Jadi Roh
Kudus turun ke atas semua yang ada di situ, baik ke atas orang-orang Yahudi
maupun ke orang-orang non-Yahudi.
Ø
Mengapa
Roh Kudus
turun ke atas orang-orang non-Yahudi juga?
Apakah mereka sudah menyatakan percaya
kepada Yesus, sudah menerima Yesus sebagai Juruselamat? Belum. Ini Petrus masih
sedang berkhotbah. Jadi mengapa Roh Kudus turun ke atas mereka jika mereka
belum menerima Yesus? Justru Roh Kudus mau membawa mereka kepada pertobatan.
Ø
Petrus
itu orang mana? Orang Galilea. Nelayan.
Apa Petrus pernah belajar bahasa asing
bangsa-bangsa yang lain? Belum tentu Petrus pernah bersekolah, atau sekolah pun
hanya minimal sekali karena Petrus hanya nelayan. Lalu, di sini Petrus
berkhotbah dalam bahasa apa? Bisakah Petrus berkhotbah dalam bahasa
bangsa-bangsa lain? Sangat diragukan. Maka jika Petrus berkhotbah dalam bahasa
Galilea, bagaimana bangsa-bangsa lain itu bisa mengerti? Nah, untuk itulah ROH KUDUS BEKERJA, MEMBERIKAN KARUNIA KEPADA BANGSA-BANGSA ASING ITU
UNTUK MEMAHAMI KHOTBAH PETRUS! Karunia inilah namanya karunia
bahasa. Walaupun Petrus berbicara dalam bahasanya sendiri
(bahasa Galilea), orang-orang non-Yahudi itu tetap bisa menangkap dalam bahasa
mereka masing-masing. Supaya mereka bisa mengerti. Supaya mereka bisa bertobat.
Ø
Sebaliknya,
coba lihat orang-orang Yahudi yang datang bersama Petrus ke Kaisarea,
mereka ini orang-orang Yahudi tapi ternyata
bisa mengerti ketika bangsa-bangsa non-Yahudi itu berbicara dan memuliakan
Allah. Artinya, bangsa-bangsa
non-Yahudi itu berbicara dan memuliakan Allah dalam bahasa mereka sendiri,
tetapi orang-orang Yahudi bisa mengerti karena mereka mendengarnya dalam bahasa
mereka sendiri, karena Roh Kudus juga menurunkan karunia bahasa kepada mereka.
Jadi itulah yang namanya karunia bahasa.
Roh Kudus yang mengaruniakan kemampuan mengerti dan berbicara bahasa-bahasa
lain demi memudahkan dan mempercepat penyebaran Injil. Jika harus menunggu
Petrus dan murid-murid lain yang rata-rata adalah rakyat jelata untuk sekolah
bahasa asing dulu, Injil tidak bisa disampaikan dengan cepat ke bangsa-bangsa
lain. Jadi, yang dimaksud di sini adalah karunia bahasa (yang salah disebutkan
dengan istilah “bahasa roh” oleh banyak orang Kristen), ini adalah
bahasa-bahasa manusia yang memang ada. Bukan ngomong wala-wala-wala
yang tidak bisa dimengerti siapa pun.
Apa ini karanganku sendiri? Bukan, teman-teman, ini
adalah apa yang tertulis di Alkitab. Mari kita lihat di Kisah pasal 2, yang
menceritakan tentang apa yang terjadi di Yerusalem setelah rasul-rasul mendapat
curahan Roh Kudus pada hari Pentakosta.
Kisah
2:5 Waktu itu di
Yerusalem diam orang-orang Yahudi, orang-orang
saleh, dari segala bangsa di bawah kolong langit.
2:6 Ketika berita ini tersiar keluar
Yerusalem, berkerumunlah orang banyak dan
menjadi bingung, karena setiap orang mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasanya sendiri.
2:7 Dan mereka semua tercengang-cengang dan heran, berkata satu
sama lain, ‘Lihat, bukankah mereka semua
yang berkata-kata itu orang Galilea?’
2:8 Dan mana mungkin kita mendengar setiap orang dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa kelahiran kita?
2:9 Orang Partia, dan Media, dan Elam, dan penduduk
Mesopotamia, dan di Yudea, dan Kapadokia di Pontus, dan Asia,
2:10 Frigia dan Pamfilia, di Mesir
dan di daerah-daerah Libia dekat dengan
Kirene, dan pendatang-pendatang dari Roma, orang-orang Yahudi, dan bangsa lain yang menjadi
penganut agama Yahudi,
2:11 Kreta dan
orang-orang Arab, kita betul-betul mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa
kita, tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah
Itulah yang dimaksud dengan karunia bahasa. Roh Kudus memampukan orang-orang yang
tidak mengerti bahasa yang mereka dengar, menjadi mengerti.
Kalau sekarang ada alat translator langsung dalam
rapat-rapat multi bangsa, sehingga delegasi-delegasi negara apa pun bisa
mendengar apa yang dikatakan dalam bahasa mereka sendiri. Dulu belum ada alat
translator ini, maka Roh Kudus yang memberi kemampuan itu kepada manusia karena
Roh Kudus-lah yang bertugas membawa manusia kepada pertobatan.
Seandainya tidak begitu, bagaimana murid-murid Tuhan
bisa menyebarkan Injil ke seluruh bumi? Andai mereka harus belajar
bahasa-bahasa asing dulu, maka kapan majunya pekabaran Injilnya?
Jadi, karunia
bahasa ini membuat manusia bisa mengerti atau tidak bisa
mengerti? Ya jelas tujuannya membuat manusia yang sebetulnya tidak mengerti,
menjadi bisa mengerti dengan bantuan Roh Kudus supaya manusia bisa bertobat dan
menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Jadi, karunia
bahasa ini bukan berbicara dalam bahasa yang aneh-aneh, yang bukan bahasa
manusia yang tidak bisa dimengerti manusia dari negara mana pun.
Alkitab sendiri yang berkata demikian!
Kisah
19:5 Ketika mereka
mendengar itu, mereka dibaptiskan dalam nama
Tuhan Yesus.
19:6 Dan ketika
Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka,
dan mereka berkata-kata dalam bahasa-bahasa dan bernubuat.
Kasus di atas
ini terjadi di mana? Di Efesus. Jauh sekali dari Yerusalem. Efesus
dulu terkenal sebagai gerbang masuk ke Asia, dan di zaman itu merupakan kota
perdagangan yang ramai, yang dikunjungi segala macam bangsa. Jadi perlu karunia
bahasa, bukan? Perlu, supaya ketika mereka bernubuat, mereka bisa
saling mengerti satu sama lain.
1
Korintus
12:28 Dan Allah telah
menetapkan di antaranya dalam Jemaat:
pertama rasul-rasul, kedua nabi-nabi, ketiga pengajar-pengajar. Setelah itu mujizat-mujizat, lalu karunia menyembuhkan,
melayani, mengatur, berbagai macam bahasa.
12:29 Apakah semua rasul? Apakah semua nabi, apakah semua pengajar?
Apakah semua pembuat mujizat?
12:30 Apakah semua memiliki karunia menyembuhkan? Apakah semua berbicara dalam bahasa? Apakah semua
menerjemahkan?
Ini adalah
jabatan-jabatan yang ditetapkan Tuhan agar ada di dalam jemaat, semuanya bekerjasama untuk kebaikan jemaat dan
pekabaran Injil supaya nama Allah yang dimuliakan.
Karunia bahasa merupakan salah satu karunia yang
perlu ada di dalam jemaat Korintus saat itu, karena Korintus juga salah satu kota pelabuhan di daerah
Yunani yang sangat ramai, sekitar 50 mil dari Athena, suatu kota yang banyak
memiliki pemujaan dewa-dewa. Pelaut dan pedagang dari pelbagai bangsa turun di
sana dan mereka merupakan jiwa-jiwa yang ditarget oleh pekabaran Paulus. Orang-orang ini tentunya tidak tinggal lama
di sana, karena itu mereka perlu secepat mungkin mengerti tentang Injil, supaya
bila mereka kembali ke negara masing-masing, mereka juga membawa pekabaran
Injil yang telah mereka terima kepada saudara-saudara mereka di negara mereka
sendiri.
1
Korintus 13:8
Kasih tidak pernah kadaluwarsa;
tetapi nubuatan-nubuatan, mereka akan kadaluwarsa;
bahasa-bahasa
akan kadaluwarsa; pengetahuan akan lenyap.
Apa maksud
ayat ini? Banyak orang Kristen memakai ayat ini sebagai alasan untuk tidak
mempelajari nubuatan, karena di ayat ini ditulis, “nubuatan-nubuatan akan berakhir” (terjm. LAI).
Kata yang
diterjemahkan “berakhir”
oleh LAI, aslinya adalah καταργέω [katargeō] yang artinya “tidak bisa dipakai”, “tidak berguna lagi”, “dihapus”, “kadaluwarsa”. Maka dalam konteks ini “kadaluwarsa” adalah terjemahan yang lebih
tepat.
Apa artinya
nubuatan sudah kadaluwarsa, atau tidak bisa dipakai lagi? Kapan nubuatan itu kadaluwarsa? Bila
sudah digenapi, bukan? Nubuatan itu diberikan supaya kita tahu
apa yang akan terjadi di masa depan. Tetapi bila nubuatan itu sudah digenapi,
apa masih ada gunanya lagi? Tentu tidak, karena sudah lewat. Sudah kadaluwarsa.
Sekarang masih
ada nubuatan-nubuatan yang tetap perlu
kita ketahui dan pelajari karena
masih ada nubuatan yang belum digenapi, dan nubuatan-nubuatan yang sudah
digenapi itu banyak yang menjadi simbol/tipe dari nubuatan-nubuatan yang masih
belum digenapi. Tetapi nanti, bila nubuatan yang terakhir sudah digenapi, bila
Kristus sudah datang kembali menjemput umatNya, maka semua nubuatan di Alkitab
sudah kadaluwarsa.
Begitu juga karunia bahasa. Di tempat-tempat
yang sudah tidak memerlukan lagi, akankah Tuhan masih memberikan karunia
bahasa? TIDAK.
Sekarang ini Alkitab sudah diterjemahkan dalam nyaris semua bahasa dan
dialek di dunia, juga orang bisa mencari terjemahan dari internet dan pelbagai
aplikasi. Hanya mereka yang masih tinggal di tempat-tempat pedalaman yang
terpencil yang masih membutuhkan karunia bahasa ini. Dan di sana karunia itu
masih tetap diberikan Tuhan bila diperlukann. Para pengabar Injil yang masuk ke
tempat-tempat yang tidak mereka kenal bahasanya, ternyata bisa memberikan
khotbah dan pelajaran-pelajaran kepada penduduk di sana yang menangkap semuanya
itu melalui karunia bahasa.
1 Korintus
14:21 Dalam Hukum
Taurat ada tertulis: ‘Melalui orang-orang
yang mempunyai bahasa lain dan melalui mulut
orang-orang asing Aku akan berbicara kepada bangsa ini, namun demikian itu pun mereka tidak akan mendengarkan Aku,’
firman Tuhan.
14:22 Karena itu karunia bahasa-bahasa adalah
untuk tanda, bukan bagi orang yang beriman, tetapi bagi orang yang tidak beriman; sedangkan karunia nubuat
bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman.
14:23 Jadi, kalau
seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan semua
berkata-kata dalam bahasa-bahasa, lalu
masuklah orang-orang yang tidak pernah belajar,
atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu
gila?
14:24 Tetapi kalau
semua bernubuat, lalu masuk seorang yang
tidak beriman atau orang yang belum pernah mendapatkan
pelajaran, ia akan diyakinkan oleh semua dan dihakimi
oleh semua;
14:25 dengan demikian, segala rahasia yang terkandung
di dalam hatinya akan dinyatakan, sehingga
ia akan sujud menyembah Allah dan mengatakan
bahwa sungguh Allah ada di dalam kamu.
14:39 Karena itu,
saudara-saudaraku, dambakanlah nubuat dan
janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa-bahasa.
14:40 Biarlah segala sesuatu dilakukan dengan sopan dan teratur.
Perhatikan ayat 22. Ini ayat yang
penting.
Kita lihat
bagian pertamanya dulu “…karunia bahasa-bahasa
adalah untuk tanda, bukan bagi orang yang beriman, tetapi bagi orang yang tidak beriman…”
Apa
maksudnya? Maksudnya, karunia
bisa berbahasa lain itu diberikan sebagai suatu tanda mujizat.
Siapa yang bisa membuat orang mengerti bahasa bangsa lain dalam bahasanya
sendiri tanpa lebih dulu pernah mempelajarinya? Hanya Tuhan, bukan? Jadi
karunia bahasa-bahasa itu adalah suatu tanda mujizat.
Lanjut, “…bukan bagi orang yang beriman, tetapi bagi orang yang tidak beriman…” apa
maksudnya? Dari apa yang sudah kita pelajari di atas tentunya kita sudah paham
ini. Mujizat karunia bahasa-bahasa itu diberikan kepada orang-orang yang belum
beriman supaya mereka bisa mendengar pekabaran
Allah, supaya mereka mengerti pekabaran Allah dan mereka mau
menjadi orang-orang beriman. Mereka perlu memahami Injil secepatnya karena
mereka tidak lama berada di Korintus, karena itu kepada mereka diberikan
karunia berbahasa lain-lain, selain sebagai tanda mujizat dari Allah juga
supaya mereka bisa mengerti apa yang dikatakan para rasul, mereka bisa percaya
dan menjadi orang beriman, dan mereka bisa membawa pekabaran yang sama pulang
ke tempat asal mereka dan menyampaikannya kepada saudara-saudara mereka di
rumah.
Bagian
keduanya, lebih menarik lagi: “… karunia nubuat
bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman” Apa maksudnya?
Yang dimaksud
dengan “orang beriman” di sini adalah orang yang sudah percaya dalam Yesus.
Maka mereka tidak lagi membutuhkan karunia bahasa sebagai tanda mujizat, karena
mereka sudah percaya. Tanda mujizat tadinya diberikan supaya orang percaya.
Nah, sekarang bagi orang yang sudah percaya, dia butuh sesuatu yang lain, apa
dibutuhkannya? Karunia nubuat.
Supaya dia bisa memahami nubuat dan supaya dia juga bisa bernubuat,
supaya dia tahu apa yang ada di masa depan yang berkaitan dengan pekabaran
Injil dan rencana Tuhan atas dunia ini.
Jadi apakah
kita yang sudah percaya ini perlu memahami nubuat? Perlu. Ellen G. White telah
dipakai oleh Tuhan untuk menyampaikan banyak sekali kebenaran masa kini kepada
umat Tuhan. Semua itu harus kita pelajari dan kita pahami, sehingga kita tahu
apa yang ada di depan kita, bahaya-bahaya yang mengancam keselamatan kita,
jerat-jerat yang ditebarkan Setan untuk menyesatkan kita, dan cara-cara yang
diberikan Tuhan supaya kita jangan sampai tertipu jebakan Setan, supaya kita
boleh selamat hingga Maranatha.
Teman-teman,
kita perlu paham tentang nubuat, karena seperti yang dikatakan di ayat 24-25,
orang-orang yang belum percaya, bila dia mendengar penjelasan tentang nubuat
yang kita sampaikan, dia akan kagum, dan dia akan sujud kepada Allah dan
mengakui bahwa memang Allah ada dalam kita, karena hanya Allah saja yang bisa
memberikan penjelasan nubuat itu.
Ayat 39 kita
disuruh mendambakan nubuat. Jangan anggap sepele nubuat yang
sudah diberikan kepada kita. Itu sangat berharga. Denominasi yang lain tidak
memilikinya. Kita memilikinya, jadi harus kita nikmati, harus kita
pelajari, harus kita ketahui, supaya bisa kita pakai untuk membawa orang lain
kepada pertobatan.
Sekarang, mari kita lihat 1 Korintus
14:1-19, ini pembahasan yang panjang:
1 Korintus
14:1 Kejarlah kasih
itu dan dambakan karunia-karunia Roh, namun lebih baik jika kamu boleh bernubuat.
Jadi mulai ayat 1, sudah dikatakan
bahwa karunia
Roh yang paling baik adalah karunia nubuat.
Sekarang disebutkan alasannya mengapa:
14:2 Karena siapa yang berkata-kata dalam bahasa yang tidak dikenal, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah, karena tidak ada seorang pun yang mengerti dia; tetapi
dalam roh ia berbicara yang rahasia.
Nah, di ayat ini kita mendapat
informasi yang jelas, bahwa yang dibicarakan di perikop ini adalah tentang “bahasa yang tidak dikenal.” Sama
tidak dengan ayat-ayat yang kita bahas
sebelumnya? TIDAK SAMA!
Di ayat-ayat sebelumnya yang dibicarakan apa? Berbicara dalam bahasanya sendiri
tetapi bisa dipahami bangsa lain dalam bahasa mereka masing-masing. Berarti itu bahasa yang
dikenal, bahasa yang memang ada di dunia ini, kan?
Sedangkan di perikop ini, dijelaskan di ayat 2 dan
4, bahwa ini adalah bahasa yang TIDAK DIKENAL, artinya bahasa yang tidak ada di dunia ini.
Jadi walaupun sama-sama berbicara
tentang bahasa, tetapi bukan bahasa yang sama. Yang pertama tadi adalah bahasa
yang bisa dimengerti manusia, bahasa bangsa-bangsa lain, bahasa yang dikenal di
dunia ini.
Yang sekarang berbicara tentang bahasa
yang tidak dikenal di dunia ini, yang tidak dimengerti manusia.
14:3 Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, untuk meningkatkan kerohanian, memberikan dorongan dan penghiburan.
Nah, ditekankan lagi tentang pentingnya
nubuat untuk meningkatkan kerohanian, memberikan dorongan dan penghiburan
kepada jemaat.
14:4 Siapa yang
berkata-kata dalam bahasa yang tidak dikenal, ia meningkatkan kerohanian dirinya sendiri, tetapi siapa yang
bernubuat, ia meningkatkan kerohaian Jemaat.
Ditekankan lagi bahasa yang tidak
dikenal manusia, itu tidak bermanfaat bagi jemaat.
14:5 Adalah baik kamu semua berkata-kata dengan
bahasa, tetapi lebih baik lagi
kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga
daripada orang yang berkata-kata dengan bahasa, kecuali kalau orang itu juga
menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat ditingkatkan
kerohaniannya.
Bukankah ini sangat jelas? Jika kita
berbicara dalam bahasa yang tidak dikenal, itu tidak ada manfaatnya buat
jemaat, karena tidak ada yang mengerti.
Kecuali itu diterjemahkan.
14:6 Nah, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu
dan berkata-kata dengan bahasa (yang tidak dikenal), manfaat apa yang aku berikan padamu, terkecuali
jika aku berbicara kepadamu tentang penyataan
Allah, atau pengetahuan, atau nubuat atau doktrin?
Paulus berkata, jika dia berbicara
dengan bahasa yang tidak dikenal, apa manfaatnya itu bagi jemaat? Baru
bermanfaat jika dia berbicara tentang pernyataan Allah, pengetahuan, nubuat
atau doktrin dengan bahasa yang bisa dimengerti jemaat, bukan?
Lalu dia memberikan ilustrasi:
14:7 Sama halnya
dengan benda-benda mati yang berbunyi, apakah itu seruling
atau kecapi, terkecuali
jika mereka mengeluarkan bunyi yang bisa dibedakan, bagaimanakah orang
dapat mengetahui apakah yang dimainkan itu
seruling atau kecapi?
14:8 Karena jika nafiri mengeluarkan bunyi yang tidak
jelas, siapakah yang akan menyiapkan
diri untuk berperang?
14:9 Demikianlah
juga kamu, terkecuali jika kamu mengucapkan
kata-kata dengan bahasa yang mudah
dimengerti, bagaimanakah orang dapat mengerti apa yang dikatakan? Karena kamu berbicara
kepada angin.
Sampai di sini, apakah sepertinya
Paulus mendukung praktek berbicara dalam bahasa yang tidak dikenal manusia?
Tidak. Perhatikan kata-kata Paulus, dia mengatakan bahwa berbicara dalam bahasa
yang tidak dikenal itu:
Ø
Hanya
meningkatkan kerohanian diri sendiri (egois)
Ø
Tidak
meningkatkan kerohanian jemaat
Ø
Tidak
bermanfaat bagi jemaat
Ø
Seperti
berbicara kepada angin (sia-sia)
14:10 Ada entah begitu banyak
macam bunyi di dunia, dan tak satu pun di antaranya yang tanpa arti.
14:11 Oleh karena itu, jika aku tidak mengetahui arti
bunyi itu, aku menjadi orang asing bagi dia
yang berbicara, dan dia yang berbicara juga
menjadi orang asing bagiku.
14:12 Demikian pula
dengan kamu, karena kamu antusias dengan karunia
roh, berusahalah agar kamu unggul dalam hal
meningkatkan kerohanian Jemaat.
14:13 Karena itu hendaknya siapa yang berkata-kata dalam bahasa yang tidak dikenal, berdoa, supaya
dia boleh menafsirkannya.
14:14 Sebab jika aku
berdoa dalam bahasa yang tidak dikenal,
rohku yang berdoa, tetapi akal budiku kosong.
14:15. Jadi bagaimana? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi
aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dengan rohku, dan aku akan menyanyi juga dengan akal budiku.
14:16 Supaya jangan saat engkau memberkati dengan roh, bagaimanakah orang yang ada di ruang mereka yang belum mengerti dapat mengatakan
"amin" atas pengucapan syukurmu, karena
ia tidak tahu apa yang engkau katakan?
14:17 Sebab sekali
pun pengucapan syukurmu itu baik, tetapi orang lain tidak ditingkatkan kerohaniannya.
14:18 Aku mengucap
syukur kepada Allah, aku berkata-kata dengan bahasa lebih daripada kamu semua.
14:19 Tetapi dalam
Jemaat aku lebih baik mengucapkan lima kata dengan akal budiku, agar suaraku dapat mengajar
orang lain juga, daripada sepuluh ribu kata dalam bahasa yang tidak dikenal.
Jadi apakah
Paulus mendorong kita untuk berbicara dalam bahasa yang tidak dikenal manusia?
Tidak. Bahkan Paulus berkata, jika sampai itu terjadi, hendaknya yang berbicara
dalam bahasa yang tidak dikenal manusia itu berdoa, supaya dia boleh
menafsirkannya. Karena jika tidak ada yang mengerti, itu sama sekali tidak ada
manfaatnya buat jemaat, tidak meningkatkan kerohanian jemaat.
Apa yang
dilakukan Paulus?
Kalaupun
sampai dia berdoa atau menyanyi dalam bahasa yang tidak dikenal
manusia, itu adalah komunikasi pribadinya kepada Allah, karena hanya Allah yang
mengerti, itu sifatnya rahasia. Jadi bukan saat bersama
jemaat atau orang lain.
Bahkan Paulus
berkata, lebih baik dia mengucapkan lima kata yang bisa dimengerti jemaat
daripada sepuluh ribu kata dalam bahasa yang tidak dikenal.
Jadi, teman-teman MAHK, kita tidak perlu bingung karena tidak ada
di gereja kita yang tiba-tiba mengoceh dalam bahasa yang tidak dikenal manusia.
Mengapa tidak ada? Karena itu tidak bisa
meningkatkan kerohanian jemaat, jadi untuk apa Tuhan memberikan sesuatu yang
sia-sia?
Sebaliknya kita bersyukur memiliki Roh Nubuat, itu yang harus kita
pentingkan, jangan kita sia-siakan, itu yang harus kita hargai, harus kita
pelajari karena itulah pernyataan-pernyataan
dan nasihat-nasihat dari Tuhan kepada jemaat akhir zaman ini.
Lihat di ayat-ayat yang kita pelajari hari ini, berulang-ulang penekanan
diberikan pada karunia nubuat, bukan pada praktek bicara dalam bahasa yang
tidak dikenal manusia yang tidak ada manfaatnya.
Inilah ajaran
Firman Tuhan.
26 07 16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar