114. MATA GANTI MATA
APAKAH TUHAN
MENGAJARKAN BALAS DENDAM?
_______________________________________________
Beberapa
waktu yang lalu muncul posting mengenai Hukum “mata
ganti mata”, disertai komentar M. Gandhi bahwa jika Hukum itu
dijalankan, maka seluruh dunia akan buta. Yang menyedihkan adalah posting itu
dibuat oleh seorang “Katolik”, yang mengesankan bahwa dia sependapat dengan
komentar Mahatma Gandhi.
Bisa
dimaklumi jika Mahatma Gandhi membuat komentar tersebut, karena M. Gandhi bukan
orang Kristen jadi bolehlah dia tidak menghormati Tuhan Alkitab dan menganggap
dirinya lebih baik atau lebih bijaksana daripada Yang Mahakuasa yang membuat
perintah tersebut. Tetapi bagi seorang Katolik/Nasrani untuk berbagi pendapat
yang sama itu, menandakan bahwa dia juga tidak respek kepada Tuhannya.
Nah,
supaya teman-teman yang Kristen tidak mengadop paham yang sama, marilah kita
bahas sedikit tentang ayat ini.
Ada
beberapa ayat mengenai topik “mata ganti mata” dan sejenisnya ini, yaitu di:
Keluaran 21:24
mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti
tangan, kaki ganti kaki,
Imamat 24:20
kerusakan ganti kerusakan, mata ganti
mata, gigi ganti gigi; seperti cacat yang
diakibatkannya pada orang lain, begitulah harus dibuat kepadanya lagi.
Ulangan 19:21
Dan
janganlah matamu
iba, tetapi nyawa harus ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti
gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki
Ayat-ayat
ini sering membuat banyak orang Kristen yang kurang rajin mempelajari Alkitab,
menganggap DI ZAMAN PERJANJIAN LAMA, TUHAN ITU KEJAM,
DAN MENGAJARKAN BALAS DENDAM. Kalau ada yang nyolok mata kita, kita
boleh nyolok mata orang itu sebagai balasan.
Sebaliknya,
di zaman Perjanjian Baru, Yesus mengajarkan pengampunan dan kasih sayang,
seperti di:
Matius 5:39
Tetapi Aku berkata kepadamu, janganlah melawan orang yang jahat. Tetapi siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga yang lainnya kepadanya
Matius 18:21-22.
21 Kemudian datanglah Petrus kepadaNya,
dan berkata, ‘Tuhan, seberapa seringkah saudaraku
yang berbuat dosa terhadap aku, dan aku mengampuni dia? Sampai tujuh kalikah?’ 22
Yesus berkata kepadanya, ‘Aku tidak berkata kepadamu sampai tujuh kali. Sampai tujuh puluh kali
tujuh.
Padahal
Tuhannya sama, yang memberi peraturan “mata
ganti mata” dan yang mengatakan “berilah
pipi kirimu juga” itu Tuhan yang sama.
Pertanyaan:
Ø Apakah Tuhan berubah?
Di
Perjanjian Lama Tuhan itu kejam dan di Perjanjian Baru Tuhan berubah menjadi
kasih sayang? Mengapa Tuhan berubah? Apakah Tuhan itu bisa berubah-ubah
karakternya? Jika Tuhan itu sempurna dari kekal hingga kekal, mana bisa
berubah?
Ø Apakah Tuhan Perjanjian
Lama dan Tuhan Perjanjian Baru itu Sosok yang beda?
Siapakah
Tuhan yang mengajarkan mata ganti mata, nyawa ganti nyawa di Perjanjian Lama?
Ø Apakah Tuhan
menyadari Hukum-hukum yang diberikanNya di Perjanjian Lama itu salah, sehingga
Yesus datang untuk merevisi Hukum-hukum itu?
Berarti
Tuhan sendiri tidak
sempurna sehingga produk yang dihasilkanNya (hukum) itu juga tidak sempurna dan
harus diperbaiki?
Ø Atau
manusianya yang salah paham?
Pertama-tama
harus dimengerti bahwa ketika Tuhan menurunkan Hukum itu kepada Musa untuk
disampaikan kepada bangsa Israel, Israel ada di bawah pemerintahan theokratis,
artinya langsung di bawah pimpinan Tuhan. Musa dan Harun yang menjadi juru
bicara Tuhan. Bila ada masalah antara sesama bangsa Israel, maka Musa dan Harun
yang memutuskan. Jadi siapa yang menentukan apakah orang yang bersalah itu
harus mengganti kerugian seberapa? Musa dan Harun. Berdasarkan apa? Berdasarkan pedoman yang
diberikan Tuhan ini. Setelah Harun dan Musa meninggal, kepemimpinannya
diteruskan oleh Yoshua dan secara suksesif oleh hakim-hakim yang lain. Itulah
sebabnya zaman itu disebut zaman Hakim-Hakim, karena hakim-hakim lah yang
memerintah, belum ada raja.
Jadi
peraturan “mata ganti mata, gigi ganti gigi” dan
sejenisnya ini diberikan kepada siapa? Kepada hakim-hakim yang
harus memutuskan perkara. Supaya hakim-hakim ini tidak seenaknya
menentukan retribusi, supaya hakim-hakim ini selalu adil. Kalau kerusakannya
hanya “gigi” janganlah hakim-hakim itu menyuruh tergugat mengganti dengan
“mata”.
Jadi
itu BUKAN peraturan yang
diberikan kepada bangsa ISRAEL AWAM untuk menjadi hakim sendiri!
Tidak boleh. Perkara apa pun, harus mereka bawa kepada Hakim yang berkuasa di
zaman itu untuk diputuskan oleh Hakimnya.
Istilah
“mata ganti mata dan gigi ganti gigi” itu istilah saja, tidak berbicara tentang
mata sungguh dan gigi sungguh. Itu adalah suatu perbandingan, bahwa kerusakan/kerugian
senilai “mata” ya harus diganti dengan retribusi senilai “mata” bukan
retribusi senilai “gigi”, dan sebaliknya. Jelas tidak berbicara tentang mata literal dan gigi literal, tetapi yang dijadikan
patokan adalah NILAI
KERUSAKAN/KERUGIAN ITU.
Jadi
Tuhan menghendaki keadilan yang benar-benar adil, baik bagi yang dirugikan,
maupun bagi yang harus membayar retribusinya. Pada zaman Musa dan Harun, semua
bangsa Israel mengerti tentang konsep retribusi yang adil ini. Tidak ada yang
mempermasalahkan. Di kitab-kitab Perjanjian Lama tidak ada kasus di mana
peraturan mata ganti mata ini diterapkan secara literal oleh warga. Yang ada
ialah, bila bangsa Israel berbuat yang merugikan sesamanya, Hakim yang sedang
berkuasa yang menentukan hukumannya.
Tetapi
bertambah tua dunia ini, manusia lebih cenderung kepada hal-hal yang negatif.
Karena
kecenderungan inilah, pada waktu manusia menemukan perintah Tuhan “mata ganti
mata” ini dan sejenisnya, yang muncul di benak manusia (termasuk M. Gandhi dan teman Katolik yang memposting
tulisan tersebut) adalah pemahaman yang negatif: Oh, berarti Tuhan sudah memberi
izin kita balas dendam! Kalau ada
yang menyolok mata kita, kita berhak menyolok mata orang itu kembali sebagai
balasannya. Jadi manusia sudah salah paham. Itu adalah pedoman yang
diberikan Tuhan kepada Hakim-hakim yang harus memutuskan perkara
rakyat dan menakar retribusi yang sesuai.
“Mata ganti mata (dan sejenisnya)”
ini
sebenarnya adalah pedoman
retribusinya.
Hukumnya sendiri adalah
“Jangan melukai mata (atau apa pun)
milik orang lain,
sebab
kamu harus membayar yang setimpal.”
TUHAN
MEMBERIKAN HUKUM ITU SEBAGAI RAMBU-RAMBU supaya
manusia tahu apa resikonya jika dia melanggar.
Marilah
kita perhatikan peraturan sejenis yang diberikan Tuhan:
Keluaran 21:28-29
28 Apabila seekor sapi jantan
menanduk seorang laki-laki atau perempuan, sehingga mati, maka sapi jantan itu harus
dilempari batu sampai mati, dan
dagingnya tidak boleh dimakan, tetapi pemilik lembu itu bebas dari hukuman. 29
Tetapi jika sapi jantan itu sudah biasa menyeruduk
dengan tanduknya di masa lampau, dan pemiliknya telah diperingatkan, dan dia tidak mengandangnya
di dalam, melainkan sapi jantan itu membunuh seorang laki-laki atau
perempuan, maka sapi jantan itu harus
dilempari batu, dan pemiliknya juga harus dihukum mati.
Di
sini lebih jelas, bahwa peraturan yang diberikan Tuhan
ini adalah untuk mencegah manusia bersikap tidak acuh. Kalau sudah
tahu sapinya suka menyeruduk, tapi dia tidak berbuat apa-apa untuk mengamankan
sapi itu, maka dia dihukum mati karena sapinya telah menyebabkan kematian orang
lain.
Tetapi
simak, apakah keluarga korban boleh membalas dendam sendiri dengan menyuruh
sapi mereka ganti menyeruduk pemilik sapi yang telah mengakibatkan kematian
kerabatnya? Tidak! Padahal kalau mengikuti peraturan “mata ganti mata” secara
literal, seharusnya keluarga korban boleh menyuruh sapinya untuk menanduk mati
si pemilik sapi yang telah menanduk kerabatnya.
Jadi
walaupun ada peraturan “mata ganti mata” tapi ini tidak memberi izin bagi keluarga
korban yang mati ditanduk sapi jantan untuk melakukan yang sama kepada pemilik
sapi jantan itu.
Peraturan “mata ganti mata” itu hanya menempatkan seorang
pemilik sapi sebagai penanggung jawab perbuatan sapi-sapinya, karena itu dia
harus menjaga bagaimana supaya sapi-sapinya tidak mencelakai orang lain.
Jadi
hukum itu tidak diberikan
Tuhan sebagai pembenaran/justifikasi
untuk balas dendam pribadi, melainkan sebagai peringatan dari Tuhan supaya kita tidak
mencelakakan orang lain, karena jika kita berbuat begitu,
sanksinya kita harus membayar yang sama. Inti pesanNya adalah:
JANGAN MENCEDERAI
(mata/tangan/kaki/gigi/nyawa) orang lain
karena kalau kamu mencelakakan orang lain,
kamu harus mengganti dengan nilai yang sama.
Jadi
sebetulnya Hukum ini sama dengan yang ditulis di:
Matius 7:12
Oleh
sebab itu, apa pun yang kamu mau orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian
juga kepada mereka; karena Inilah isi
seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.
Ini adalah
kata-kata Yesus sendiri. Simak, Yesus mengacu kepada seluruh kitab Hukum
(yaitu kelima kitab tulisan Musa: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan,
Ulangan), dan kitab-kitab tulisan nabi-nabi ~ berarti semua kitab Perjanjian Lama.
Kalau dulu, Hakim-hakim yang memutuskan
perkara retribusi atau ganti rugi ini, tetapi di zaman Yesus, Yesus meletakkan TANGGUNG JAWAB ITU DI
ATAS BAHU MASING-MASING PENGIKUTNYA. Yesus menyuruh kita menjadi hakim atas
diri kita sendiri ~ ini BUKAN MENGHAKIMI ORANG
LAIN, tetapi KITA MENGHAKIMI DIRI KITA SENDIRI,
kita harus introspeksi apakah perbuatan kita itu sudah benar, tidak merugikan
orang lain, tidak mencelakakan orang lain, apakah perbuatan kita itu sudah sama
seperti yang kita inginkan orang lain berbuat kepada kita. Jika kita sampai
merugikan orang lain, atas kesadaran kita sendiri kita harus menggantinya.
Mengapa ada pergeseran tanggung jawab? Karena di zaman
Yesus umat Allah (orang Yahudi) sudah tidak di bawah pemerintahan theokratis
lagi. Sudah tidak ada lagi
Hakim-hakim yang menjadi juru bicara Allah. Israel sudah menjadi jajahan Roma.
Yang memutuskan perkara bukan lagi hakim-hakim Israel, melainkan
pejabat-pejabat Roma berdasarkan Hukum-hukum Roma, yang tentu saja tidak
semuanya selaras dengan Hukum Tuhan.
Karena itu setiap pengikut
Kristus hingga akhir zaman mempunyai tanggung jawab sendiri untuk menilai
perbuatannya sendiri, berpedoman pada perintah Yesus agar kita berbuat yang
sama kepada orang lain sebagaimana kita ingin orang lain berbuat yang sama
kepada kita.
Apakah ini masih konsep “mata
ganti mata dan gigi ganti gigi”? Masih
sama. Cuma sekarang bukan lagi Hakim-hakim yang menentukan retribusinya,
tetapi kita
sendiri.
Jadi
Hukum yang diajarkan Yesus: “apa pun yang kamu
mau orang perbuat kepadamu, perbuatlah
demikian juga kepada mereka” bukan Hukum yang baru! Yesus sendiri berkata bahwa itu adalah
Hukum Taurat tulisan Musa dan tulisan nabi-nabi yang lain, hanya manusia saja yang salah mengerti.
Jadi pada dasarnya Hukum “mata ganti mata” ini dan
sejenisnya, DIBERIKAN SEBAGAI RAMBU-RAMBU supaya
jangan dilanggar, BUKAN SEBAGAI IZIN
UNTUK BOLEH BALAS DENDAM.
Jika kita tahu, bahwa kalau kita merugikan orang lain, kita harus
menanggung kerugian yang sama, maka itu akan membuat kita berpikir
berulang-ulang sebelum kita merugikan orang lain. Jadi Tuhan memberikan
perintahNya dalam bentuk sanksi. SANKSI ITU DIBERIKAN UNTUK MENCEGAH MANUSIA
MERUGIKAN ORANG LAIN.
Dan
inilah alasannya mengapa tidak ada perubahan Hukum Tuhan. Yesus tidak datang
untuk mengubah Hukum:
1. “Karena Allah itu satu” (1
Timotius 2:5).
Jadi tidak ada Dua jenis Allah, tidak ada Allah yang jahat yang
mengajar manusia untuk balas dendam (kalau matamu dicolok kamu boleh mencolok
mata orang itu), dan Allah yang baik yang mengajarkan kalau kamu ditampar pipi
kanan, berikan pipi kirimu). Allah itu satu. Allah yang
memberikan Hukum “mata ganti mata” adalah Allah yang sama yang berkata “berikan
juga pipi kirimu.” Allah yang sama tidak akan memberikan dua Hukum
yang bertolak belakang. Maka dengan begitu Hukum “mata ganti mata”
tujuannya harus sama dengan Hukum “berikan pipi kirimu”, yaitu intinya “Engkau
harus mengasihi sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri.” (Matius 22:39). Jika kita menganggap ada Hukum Allah
yang bertolak belakang, maka pemahaman kita yang salah.
2. Tuhan
tidak plin-plan, hari ini berkata orang boleh balas dendam, besok berkata orang
harus mengampuni.
SEMUA
HUKUM YANG DICIPTAKAN TUHAN TIDAK BERUBAH.
1 Petrus 1:25
tetapi Firman Tuhan tetap untuk
selamanya. Dan Inilah Firman
yang disampaikan kepada kamu melalui Injil.
Pengkhotbah
3:14-15
14 Aku tahu bahwa apa
pun yang dilakukan Allah itu akan tetap untuk selamanya; tidak ada yang bisa ditambahkan padanya,
maupun ada yang diambil darinya; dan Allah
berbuat itu supaya manusia takut akan Dia. 15
Yang sekarang ada sudah pernah ada, dan yang
akan ada sudah ada; dan Allah memanggil dari
yang lampau.
Mazmur
148:6
Dia juga telah menetapkan mereka (benda-benda langit) untuk selama-nya; Dia telah membuat sebuah
perintah yang tidak akan berlalu.
Karena
Tuhan sendiri tidak pernah berubah!
Ibrani 13:8
Yesus Kristus tetap sama, kemarin dan hari ini, dan selama-lamanya.
Yakobus
1:17
Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah
yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; yang pada-Nya
tidak ada perubahan maupun bayangan dari pertukaran.
Yang
membuat Hukum “mata ganti mata” itu Tuhan sendiri, dan dalam hal ini adalah
Yesus.
Kolose 1:16
Karena oleh Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di Sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, apakah itu singgasana atau daerah kekuasaan, atau pemerintah, atau kekuasaan; segala sesuatu diciptakan melalui Dia dan untuk Dia.
Yang
membuat Hukum “mata ganti mata” itu Tuhan sendiri, dan dalam hal ini adalah
Yesus.
Masa Yesus mengkontradiksi dirinya sendiri setelah 2000 tahun?
Kalau
manusia bikin peraturan, bisa-bisa dua tahun kemudian dia berubah pikiran dan
mengganti peraturan itu. Tetapi Tuhan tidak! Kenapa?
v Karena semua
yang diciptakan oleh Tuhan itu sudah sempurna!
Hukum YANG DIBUAT OLEH TUHAN SUDAH PASTI BENAR,
karena Tuhan adalah kebenaran itu sendiri.
Roma 7:12
Jadi Hukum (Taurat) itu
kudus, dan Perintah itu juga kudus, benar dan baik.
TIDAK ADA HUKUM DAN PERINTAH YANG SALAH! Semuanya “kudus, benar dan baik”.
Berarti,
kalau ada Hukum yang kita anggap tidak baik (menyuruh orang balas dendam mata
ganti mata itu kan tidak baik toh?) itu bukan Hukumnya yang salah, tapi pemahaman kita yang salah!
Jika kita
beranggapan bahwa Yesus datang untuk mengubah Hukum balas dendam yang lama
(hukum yang tidak baik) dengan Hukum kasih sayang (hukum yang baik), itu
pendapat kita yang salah.
Yesus sendiri
berkata demikian:
Matius
5:17-18
17 Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan
kitab Hukum atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya,
melainkan untuk menggenapinya. 18 Karena sesungguhnya Aku berkata
kepadamu: ‘Sampai lenyap langit dan
bumi satu iota atau satu titik pun tidak
akan ditiadakan dari Taurat, sampai semuanya
digenapi.
Apakah ayat
ini kurang jelas? “Sampai lenyap langit
dan bumi” ~ kapan langit dan
bumi ini akan lenyap? Baru nanti pada saat kiamat! Jadi “sampai
semuanya digenapi” (= sampai langit dan bumi ini lenyap) “satu iota atau
satu titik pun tidak akan ditiadakan dari Taurat” Jadi, Yesus tidak
mengubah Hukum mana pun. Dia hanya datang “untuk menggenapinya”.
Apa maksud
Yesus dengan kata “menggenapi” di Matius
5:17 di atas?
Ingat
janji Tuhan kepada Adam dan Hawa di Kejadian 3:15 akan datangnya seorang
Mesias/Juruselamat yang menebus manusia dari hukuman dosa mereka? Sejak
itu semua nabi menulis tentang janji tersebut. Dan sekarang, Yesus sudah hadir
di antara manusia, mengemban tugas untuk menggenapi janji Tuhan tersebut dengan
mati di salib sebagai ganti manusia berdosa.
Jadi,
yang digenapi oleh Yesus adalah janji penebusan
yang juga tercantum di dalam kitab Taurat.
Yesus
tidak menghapus/merevisi Hukum, karena dari awal Hukum itu juga Dia sendiri
yang membuat, jadi tidak mungkin Yesus mengkontradiksi diriNya sendiri.
v Tuhan Perjanjian
Lama adalah Tuhan Perjanjian Baru juga, Tuhan yang satu dan sama!
1 Yohanes 2:7
Saudara-saudara,
aku tidak menulis perintah baru kepada kamu,
melainkan perintah lama yang telah ada padamu dari permulaan. Perintah lama itu ialah Firman yang
telah kamu dengar dari awal.
Di sini kan jelas dikatakan bahwa semua yang kita anggap perintah baru, sebenarnya adalah perintah lama
yang telah ada dari mula, cuma sekarang diberi pemahaman yang baru.
Tuhan tidak menghendaki penurutan yang hanya lahiriah (mengikuti ritual-ritual,
upacara-upacara, dll.) tetapi Tuhan menghendaki penurutan yang
tulus dari hati.
Karena itu jika kita menganggap
Perjanjian Lama itu sudah kuno, sudah tidak berlaku, sudah digantikan
Perjanjian Baru, itu adalah pemahaman yang salah. Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru adalah dua saksi Allah yang bekerja bersama-sama.
Yang memimpin dan mengilhami para nabi menulis Perjanjian Lama
adalah Roh Kudus.
Yang memimpin dan mengilhami para rasul menulis Perjanjian Baru
adalah Roh Kudus juga, jadi sumbernya sama.
Jangan lupa, pada zaman Yesus dan para
rasul, Alkitab yang mereka baca adalah Perjanjian Lama, karena Perjanjian Baru
belum ada, dan baru tersusun sekitar 300 tahun kemudian. Jadi kalau Yesus dan
murid-muridNya saja mempelajari Perjanjian Lama, apalagi kita!
2
Timotius 3:16
Segala
tulisan Kitab Suci itu diberikan oleh ilham dari Allah, dan
bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki
kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran
Di sini Paulus berkata “Segala tulisan Kitab Suci itu diberikan oleh ilham dari Allah”, dia TIDAK
berkata: “Segala tulisan Kitab Suci itu diberikan oleh ilham dari Allah “pada zaman Yesus
dan rasul-rasulNya”. Jadi “segala”
di sini ya meliputi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Hukum mana yang ada di Perjanjian Lama yang berakhir di
salib dan tidak lagi dilakukan oleh orang Kristen Perjanjian
Baru?
Hanya semua Hukum yang
berhubungan dengan upacara kurban yang merupakan bayangan/simbol dari penebusan
Kristus. Itu yang berakhir karena Domba Allah yang sejati, sudah
mengorbankan DiriNya di salib untuk menebus manusia. Pada waktu Yesus mati, tirai Bait Allah
robek menjadi dua, menandakan berakhir sudahlah peranan Bait Allah sebagai
tempat mempersembahkan kurban bagi dosa manusia. Setelah itu, sudah tidak perlu lagi manusia
menyembelih domba kalau dia berbuat dosa, karena Domba Allah yang asli sudah
menggenapinya dengan mati di salib satu kali untuk seluruh umat manusia.
Semoga pembahasan ini bisa membuat kita
punya perspektif yang lebih jelas mengenai Hukum-hukum Tuhan di Perjanjian
Lama.
Jangan sekali-sekali kita sok
menghakimi Tuhan, menilai Tuhan di Perjanjian Lama itu kejam atau apa. Sebagai
orang Kristen kita harus tahu bahwa Tuhan tidak pernah salah,
baik di Perjanjian Lama maupun di Perjanjian Baru. Hukum Tuhan juga tidak ada
yang salah sehingga harus direvisi. Jika kita menghakimi Tuhan, berarti kita menempatkan diri
kita di atas Tuhan, dan itu sama dengan menghujat Tuhan. Jangan. Kita
ini cuma debu. Tuhan adalah Khalik Semesta Alam.
Tuhan memberkati.
Amin.
2013-03-28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar