177. KACANG LUPA PADA
KULITNYA
_________________________________________________________
Manusia sering
lupa akan asal usulnya karena itu ada pepatah “kacang lupa pada kulitnya”. Dan yang lebih aneh lagi, manusia yang sudah
lupa akan asal usulnya itu, justru kemudian segan, enggan, malu, bahkan mungkin
membenci dikait-kaitkan dengan asal
usulnya. Ada dua contoh:
Menurut sejarah,
rumpun Melayu (termasuk bangsa Indonesia) berasal dari Yu Nan (daratan Cina).
Jadi, mau tidak mau, diakui atau tidak, menurut sejarah, kita, bangsa
Indonesia, karena berasal dari rumpun Melayu, kita memiliki darah Cina. Tapi
masih banyak orang yang membedakan antara “pribumi” dan “keturunan Cina”,
padahal kalau bicara fakta, yang “pribumi” sebetulnya juga punya darah Cina
dalam tubuhnya, lha asalnya juga dari Yu
Nan di daratan Cina.
Nah, kalau mau
diurut-urut lebih lanjut terus ke belakang, bagi yang percaya alam semesta ini
diciptakan Tuhan dan dia yakin dirinya bukan keturunan monyet, maka semua orang
sebenarnya berasal dari pasangan Adam dan Hawa. Jadi sesungguhnya semua manusia
itu bersaudara. Iklim dan kondisi tempat manusia bermukim setelah berabad-abad
kemudian menyebabkan ada yang kulitnya lebih putih, ada yang lebih hitam, ada
yang berambut pirang, ada yang berambut keriting, ada yang hidungnya mancung,
ada yang pesek, ada yang tinggi besar, ada yang lebih pendek, dll. dll. Tapi,
itu tidak menghapuskan fakta bahwa manusia sesungguhnya bersaudara, dan berasal
dari satu ibu dan satu ayah yang sama.
Ini yang
pertama.
Yang kedua.
Kita lihat lagi,
bagaimana orang Kristen sama sekali tidak mau dikaitkan dengan orang Yahudi.
Nah, sekarang kita tidak bicara tentang bangsa ~ karena Kristen itu bukan suatu
bangsa, melainkan kita bicara tentang penganut agama. Penganut agama Kristen sebisa-bisanya tidak
mau dikaitan dengan apa pun yang berbau Yahudi.
Padahal agama
Kristen itu berasal dari bangsa Yahudi! Yesus Kristus itu lahir sebagai orang
Yahudi, dibesarkan dalam tradisi dan budaya Yahudi, oleh orangtua Yahudi, hidup
di negara Yahudi, dan mengajarkan Taurat Yahudi, beribadah di Bait Suci Yahudi.
Jadi sebetulnya agama Kristen itu merupakan kelanjutan agama Yahudi dan diciptakan oleh
Seorang Yahudi! Semua nabi yang menulis Alkitab mayoritas adalah
orang Yahudi, dan apa yang mereka tulis diajarkan dan dihidupkan oleh
orang-orang Yahudi. Nabi Musa yang
menulis kitab Taurat juga adalah orang Yahudi. Lalu mengapa orang Kristen
alergi sama orang Yahudi? Bahkan
sedemikian alerginya hingga nyaris mereka membuang tulisan-tulisan nabi-nabi
Perjanjian Lama, termasuk tulisan-tulisan Nabi Musa dan kitab Taurat. Banyak orang
Kristen yang nyaris tidak pernah membuka kitab Perjanjian Lama. Mereka
menganggap itu bukan pekabaran untuk mereka. Padahal Alkitab itu
terdiri atas Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Ada ungkapan
dari Augustine yang sangat terkenal: “Novum
Testamentum in Vetere latet; Vetus Testamentum in Novo patet”, yang kalau
diterjemahkan ke bahasa Inggris:
“The New is in the Old concealed; the Old is in the New
revealed”
Artinya:
“Perjanjian Baru
itu tersembunyi di dalam Perjanjian Lama; Perjanjian Lama itu diungkapkan di
Perjanjian Baru.”
Oleh Patrick
Schreiner diubah sedikit menjadi:
“The New is in the Old contained; the Old is in the New
retained.”
Artinya:
“Perjanjian yang
Baru terkandung dalam Perjanjian Lama; Perjanjian Lama dipertahankan di
Perjanjian Baru.”
Namun banyak
orang Kristen mengatakan mereka adalah umat Perjanjian Baru, jadi segala yang
berbau Perjanjian Lama, itu adalah bagian orang Yahudi, bukan bagian mereka
lagi. Mereka pura-pura lupa bahwa Yesus adalah Yahudi, dan beragama Yahudi.
Bahkan gambar-gambar Yesus pun banyak yang dibuat lebih mirip kaukasian (kulit
putih) daripada Timur Tengah. Nanti pada waktu Yesus datang, bisa-bisa orang
Kristen yang terbiasa membayangkan Yesus seperti gambar-gambar yang banyak
beredar, tidak akan mengenaliNya karena ternyata Dia tidak seperti yang
digambarkan selama ini.
Jadi mayoritas
orang Kristen berkata Yesus sudah menciptakan agama yang baru yang tidak ada
kaitannya dengan keyahudian.
Benarkah begitu?
Tidak.
Yesus tidak menciptakan agama baru. Murid-murid Yesus juga tidak
menciptakan agama baru.
Coba
kita lihat beberapa ayat:
1 Yohanes 2:7-8
2:7
Saudara-saudara, aku tidak menulis perintah baru kepada kamu,
melainkan perintah lama yang telah ada padamu dari permulaan. Perintah lama itu ialah Firman yang telah kamu dengar dari awal.
2:8
Lagi,
perintah baru kutuliskan kepada kamu, hal
mana nyata di dalam Dia dan di dalam kamu; sebab kegelapan sudah lenyap dan terang yang sejati sekarang bersinar.
Ayat 7 jelas sekali Yohanes
mengatakan bahwa ajaran Kristen bukanlah ajaran yang baru, tetapi
itu adalah perintah-perintah (dari Tuhan) yang lama yang sudah ada dari semula,
lalu ditegaskan lagi bahwa perintah lama itu ialah Firman yang telah mereka
dengar.
Ayat 8 mengatakan bahwa perintah
yang baru yang ditulis Yohanes kepada orang-orang Kristen ini, ialah bahwa
perintah yang lama itu telah nyata dalam kehidupan Kristus (= telah dihidupkan
oleh Kristus), dan juga telah dihidupkan oleh orang-orang Kristen itu.
Jadi tidak ada agama baru dan
agama lama. Tidak ada Tuhan yang baru dan Tuhan yang lama. Tuhan itu satu,
Tuhan yang sama, yang menurunkan ajaranNya kepada nabi-nabi zaman dulu juga
Tuhan yang menurunkan ajaranNya kepada para rasul Perjanjian Baru. Kenapa
ada beda istilah “nabi” dengan “rasul”? Karena beda bahasa saja. “Nabi” berasal
dari bahasa Ibrani נביא “nabiy” sedangkan “rasul” bahasa aslinya ἀπόστολος “apostolos” berasal dari bahasa Greeka, karena
di zaman Yesus, banyak orang Yahudi bicara dalam bahasa Greeka, bahasa yang
umum di zaman itu.
Kita lihat apa kata Yesus sendiri
di Matius 5:17-18:
Janganlah kamu menyangka,
bahwa Aku datang untuk meniadakan Hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya sampai lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau
satu titikpun tidak akan ditiadakan dari Hukum Taurat, sampai semuanya terjadi.
Jadi Yesus sendiri berkata bahwa
Dia tidak meniadakan Hukum Taurat atau kitab para nabi, yaitu tulisan-tulisan
para nabi yang sekarang kita sebut Kitab Perjanjian Lama. Kalau “tidak
meniadakan” berarti masih ada atau tidak?
Ya masih, kan?
Jadi Yesus berkata, Hukum Taurat
dan tulisan-tulisan para nabi itu TETAP BERLAKU. Tidak ada yang dibuang,
tetapi ada sebagian yang digenapi oleh Yesus di salib. Karena itulah
misiNya datang ke dunia, yaitu menggenapi perjanjian Tuhan yang dilambangkan
oleh upacara-upcara kurban yang tertulis di Hukum Taurat.
Bukan itu saja, kemudian
ditekankan lagi bahwa sampai lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau titik
pun tidak ada yang dihapus dari Hukum Taurat. Siapa yang ngomong
ini? Yesus sendiri.
Jadi menurut Yesus, Hukum Taurat
itu berlaku terus sampai kapan? Bahkan sampai lenyap langit dan bumi ini. Apa langit dan bumi ini sekarang sudah
lenyap? Belum! Berarti sampai detik ini Hukum Taurat itu masih berlaku,
atau tidak? Jelas masih!
Nah, Hukum Taurat ini dulu diturunkan
Tuhan kepada siapa? Kepada orang Yahudi.
Apakah Yesus mematuhinya? Iya. Yesus mematuhi Hukum Taurat. Makanya Dia menjelaskan bahwa
Dia tidak datang untuk menghapus Hukum Taurat. Dia mematuhi Hukum Taurat yang
asli yang diturunkan Tuhan kepada Musa.
Mungkin ada yang berkata, “Yesus
melanggar Hukum Taurat dengan menyembuhkan orang pada hari Sabat!”
Begini penjelasannya, baik
menurut Alkitab maupun sejarah: setelah bangsa Yahudi kembali ke Yerusalem
sekitar 500 tahun sebelum kelahiran Yesus, setelah ditawan selama 70 tahun di
Babilon, para
imam dan ahli-ahli Taurat kemudian membuat banyak sekali peraturan tambahan
kepada Hukum Taurat yang asli. Bahkan tentang pemeliharaan hari
Sabat saja, mereka menambahkan 600an peraturan baru. Tuhan tidak pernah menyuruh mereka
melakukan itu. Apa yang sudah
diperintahkan oleh Tuhan tidak perlu ditambahi lagi oleh manusia. Dan peraturan-peraturan tambahan inilah yang disebut Yesus sebagai
“tradisi” atau “adat istiadat”, bukan Hukum Allah, karena akhirnya peraturan-peraturan
tersebut menjadi tradisi/adat-istiadat dalam kebudayaan Yahudi.
Apa kata Yesus tentang segala
tradisi Yahudi ini?
Jika kita membaca Matius pasal
15, maka kita dapati di ayat 3 sebagai
berikut:
Matius 15:3
Tetapi jawab Yesus kepada
mereka, ‘Mengapa kamu pun melanggar Perintah Allah dengan adat istiadatmu?’
Kata-kata yang hampir sama juga
kita jumpai di:
Markus 7:9
Yesus berkata kepada mereka: ‘Baguslah
kamu menolak Perintah Allah, supaya kamu
dapat memelihara adat istiadatmu sendiri.’
Jadi, orang-orang Yahudi di zaman
Yesus, lebih mementingkan semua tradisi mereka daripada Perintah-perintah Allah
yang asli. Yesus
datang untuk mengembalikan Hukum Allah kepada porsi dan posisinya yang benar, kembali kepada bentuknya yang semula, tanpa
ditambah-tambahi atau dikurang-kurangi oleh peraturan-peraturan tambahan
ciptaan manusia.
Yesus tidak pernah melanggar
Hukum Taurat. Dari mana kita tahu? Karena jika manusia melanggar Hukum Allah,
itu namanya dosa. Jelas definisinya:
1 Yohanes 3:4
Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga Hukum Allah,
sebab dosa ialah pelanggaran Hukum Allah.
Dan
Alkitab jelas menyatakan Yesus tidak pernah berbuat dosa!
Ibrani 4:15
Sebab kita bukan punya
seorang imam besar(= Yesus) yang tidak dapat disentuh
oleh perasaan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya dalam segala hal telah dicobai sama dengan kita, namun tidak berbuat dosa.
Jadi karena Alkitab mengatakan Yesus tidak pernah berbuat dosa, berarti Dia tidak pernah melanggar
Hukum Allah, Dia tidak pernah melanggar Hukum Taurat.
Sekarang pertanyaannya, jika Yesus mematuhi
Hukum Taurat, apakah orang Kristen harus mematuhi Hukum Taurat?
Apa definisi “orang
Kristen”? Orang yang mengikuti ajaran
Kristus, iya kan?
Apa yang diajarkan Kristus? Bahwa
satu iota atau titik pun dari Hukum Taurat itu tidak akan dihapus bahkan sampai
lenyap langit dan bumi.
Berarti orang Kristen harus mematuhi
Hukum Taurat, iya atau tidak?
1 Yohanes 2:6 berkata
Barangsiapa mengatakan,
bahwa ia ada di dalam Dia [Dia = Yesus], ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.
Bagaimana Kristus hidup?
ü Sebagai orang Yahudi!
ü Sebagai pelaku Taurat.
ü Sebagai manusia yang tidak pernah
berbuat dosa, artinya tidak pernah melanggar Hukum Tuhan.
Jadi
bagaimana pengikutNya, “orang-orang Kristen” harus hidup? Menurut 1 Yohanes 2:6
orang-orang
Kristen WAJIB HIDUP SAMA SEPERTI KRISTUS TELAH HIDUP.”
Jadi
orang-orang Kristen sebenarnya harus hidup seperti ajaran Tuhan kepada
orang-orang Yahudi, seperti ajaran Tuhan yang dihidupkan oleh Yesus selama
berada di dunia 33+ tahun.
Ada
orang-orang “Kristen” yang berkata dengan nada sinis, “Yesus dulu hanya jalan
kaki, apa kita sekarang juga harus berjalan kaki untuk hidup sama seperti Yesus?”
“Hidup sama seperti Yesus hidup” di sini tidak bicara tentang soal jalan kaki, tetapi tentang hal-hal
yang rohani, walaupun banyak
berjalan kaki itu lebih sehat daripada banyak duduk di kendaraan, adow, tapi
bukan itu yang dimaksud. Kita harus meniru teladan Yesus tidak
berbuat dosa. Berarti tidak melanggar Hukum Allah yang mana pun.
Dengan kata lain, kita harus melakukan apa yang disuruh Allah kita lakukan, dan
kita tidak melakukan apa yang dilarang Allah dilakukan. Itu namanya hidup sama
seperti Yesus hidup.
Kembali ke
penyakit alergi orang Kristen terhadap apa pun yang berbau Yahudi.
Coba kita
baca dari kitab Galatia
3:26-29
3:26 Sebab kamu semua adalah
anak-anak Allah melalui iman di dalam Yesus
Kristus.
3:27 Karena
seberapa banyak dari kamu yang dibaptis ke dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.
3:28 Dalam
hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada budak atau orang merdeka, tidak ada laki-laki
atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.
3:29 Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu adalah benih Abraham dan menurut janji Allah, adalah ahliwaris.
Di sini
Paulus mencoba menjelaskan bahwa orang-orang non-Yahudi, yang tidak berdarah
Yahudi, bangsa-bangsa
lain di luar bangsa Yahudi, aku dan kamu, kita semua setelah menjadi
pengikut Kristus, setelah menjadi orang Kristen, kita justru
menjadi “keturunan Abraham”. Siapa Abraham ini? Bapaknya bangsa
Yahudi!
Jadi, setelah
kita menjadi milik Kristus, walaupun kita tidak berdarah Yahudi, kita bukan
bangsa Yahudi, kita justru menjadi
Yahudi secara rohani, kita dianggap keturunan Abraham.
Mengapa kita
harus dianggap keturunan Abraham?
Supaya kita berhak
menerima janji Allah menjadi ahliwarisNya.
Andai kita bukan keturunan Abraham,
kita tidak berhak menerima janji Allah karena janji Allah itu diberikan hanya kepada Abraham dan keturunannya.
Karena itu orang Kristen
harus menjadi Yahudi secara rohani! Dan sebagai Yahudi
rohani, kita harus tunduk pada peraturan-peraturan moral yang diturunkan Tuhan
kepada bangsa Yahudi.
Hah?
Iya!
Peraturannya sama, bagi Yahudi jasmani (yang
berdarah Yahudi), maupun bagi Yahudi rohani (yang tidak berdarah Yahudi tapi
menjadi keturunan Abraham karena menjadi milik Kristus).
Nah, ini
tentu saja tidak termasuk peraturan-peraturan yang sudah digenapi oleh Yesus, seperti
semua perayaan Bait Suci, upacara pelbagai macam kurban, dll.
Nah, supaya
jelas, semua perayaan Bait Suci Yahudi dan semua upacara kurban mereka itu
tidak perlu lagi kita lakukan, bukan karena peraturan-peraturan
tersebut khusus untuk orang Yahudi, melainkan karena Yesus sudah menggenapi
semuanya, sehingga bagian itu sudah selesai fungsinya. Baik orang
Yahudi asli (berdarah Yahudi) maupun kita Yahudi rohani dari segala bangsa,
tidak usah lagi melakukan bagian yang sudah digenapi Kristus.
Jadi, jangan
sewot dengan asal
usul kita. Itu adalah fakta yang tidak bisa ditolak. Jika kita menerimanya, itu akan membuat kita bisa
melihat perspektif yang lebih jelas. Kita akan lebih mudah memahami mengapa
kita perlu melakukan Hukum-hukum Tuhan yang tercantum di kitab Taurat dan
tulisan para nabi dari zaman Perjanjian Lama.
Sekarang, perhatikan
Matius 5:19,
yang terjemahannya di LAI tidak tepat sehingga membuat kita beranggapan tidak
apa tidak melakukan dan mengajar orang untuk tidak melakukan Hukum Taurat,
karena masih masuk kerajaan Surga. Ini terjemahan LAI, mari
kita baca ayat itu:
“… siapa yang meniadakan salah satu perintah Hukum Taurat sekali pun yang
paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling
rendah di dalam Kerajaan
Sorga; tetapi siapa yang melakukan
dan mengajarkan segala perintah-perintah Hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi
di dalam Kerajaan Sorga.”
Wah, kalau begitu tidak apa
menduduki tempat yang paling rendah, yang penting kan masih masuk Surga, iya
kan? Begitu anggapan banyak orang Kristen. Sejelek-jeleknya tempat yang paling
rendah di Surga, pasti itu lebih bagus daripada tempat yang paling indah di
bumi. Jadi tidak usah khawatir.
Kesalahan ini lebih mudah terdeteksi jika kita lihat terjemahkan
KJV:
“Whosoever therefore shall break one
of these least commandments, and shall teach men so, he shall be called the
least IN the
kingdom of heaven…”
KJV juga salah
menerjemahkannya. Kata Greeka yang asli adalah ἐν [en] kata ini adalah kata depan
(preposisi) dan menurut Strong Dictionary mempunyai banyak arti, di antaranya: in (dalam), at (di),
on (pada), upon (di atas), by (oleh), about (tentang), after (setelah), among
(di tengah), between (di antara), etc.
Penerjemah KJV memilih “in”
sehingga LAI ikut menerjemahkannya “di dalam”. Tetapi itu salah dan tidak
selaras dengan ayat-ayat lain di dalam Alkitab.
Ayat ini yang segera mengikuti ayat 17 dan 18 di mana Yesus menegaskan bahwa
Hukum Taurat tidak ditiadakan, tidak ada satu iota atau titik pun dari Hukum
Taurat yang akan hilang sampai langit dan bumi lenyap, kok malah memberi izin
orang untuk melanggar perintah Tuhan tersebut, malah masih bisa masuk Surga
pula walaupun di tempat yang paling rendah! Tidak klop, kan? Masa Tuhan mengizinkan para pelanggar HukumNya
berada di Surga?
Jadi, seharusnya kata depan ἐν [en] itu
diterjemahkan “by” atau “oleh” dan bukan “in” atau “di dalam”. Jika demikian, maka ayat ini
masuk akal dan klop dengan ayat-ayat sebelumnya:
“Whosoever therefore shall break one
of these least commandments, and shall teach men so, he shall be called the
least by the
kingdom of heaven…”
Karena itu, siapa yang melanggar salah
satu Perintah yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain,
ia akan disebut yang paling hina oleh Kerajaan Sorga; …”
Selain itu ada perbedaan, kata yang diterjemahkan KJV dengan “break” (
= melanggar) tulisan aslinya ialah λύω [luō], oleh LAI
diterjemahkan “meniadakan”.
Dan bukan hanya itu, ada kesalahan lain yang dibuat LAI. Kata
καλέω [kaleō] yang
artinya: to call, to bid, yang berarti “disebut”
atau “dipanggil", diterjemahkan “menduduki tempat”, padahal tulisan aslinya sama sekali tidak ada kata “tempat” atau “menduduki”.
Jadi terjemahan ayat 19 yang tepat
adalah:
Karena itu, siapa yang melanggar salah
satu Perintah yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain,
ia akan disebut yang paling hina oleh Kerajaan Sorga; tetapi
siapa yang akan melakukan dan mengajarkan mereka, ia akan disebut
besar oleh Kerajaan Sorga.
Jadi, ada perbedaan yang sangat besar antara makna “menduduki
tempat yang rendah di dalam kerajaan Surga” dengan “disebut yang paling hina oleh Kerajaan Surga”.
Kalau yang pertama masih masuk Surga walaupun mendapatkan tempat yang rendah,
tetapi yang kedua, SUDAH TIDAK LAGI MASUK SURGA, KARENA SUDAH DISEBUT/DINYATAKAN
SEBAGAI [MANUSIA YANG] PALING HINA OLEH KERAJAAN SURGA! Percayalah, di Surga tidak akan
ada manusia yang disebut manusia yang paling hina. Di Surga semuanya harus
kudus, karena itu tempat Tuhan, tidak ada yang najis, yang kotor, yang hina,
bisa masuk ke sana.
Nah, teman-teman, mematuhi Hukum Tuhan itu suatu
keharusan karena Hukum itu masih berlaku dan akan tetap berlaku bahkan sampai
langit dan bumi kita ini lenyap.
Jangan mengambil resiko menganggap Hukum Tuhan itu
sudah lenyap, itu hanya bagi orang Yahudi, dll. Hukum Tuhan itu
TIDAK PERNAH LENYAP, menurut kata Yesus sendiri, dan semua yang
mengaku milik Kristus, itu menjadi keturunan Abraham, menjadi Yahudi rohani,
jadi Hukum itu berlaku baik bagi Yahudi asli maupun Yahudi rohani (orang
Kristen segala bangsa) karena di dalam Kristus tidak ada bedanya lagi antara
Yahudi dengan tidak.
Bahkan sangat jelas di Matius 5:19 dikatakan bahwa “…siapa yang melanggar salah satu Perintah yang paling
kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan disebut yang paling hina oleh Kerajaan Sorga…”
Jadi, bukan saja jika kita sendiri tidak melakukan (melanggar) Perintah
Tuhan kita disebut manusia yang paling hina oleh kerajaan Surga, tetapi juga
bila kita mengajar orang lain untuk tidak melakukan Perintah Tuhan. Para orangtua, bila kita mengajar anak-anak kita untuk tidak perlu
mematuhi Perintah Tuhan, kita masuk kategori yang akan disebut paling hina oleh
Kerajaan Surga! Jadi sebaiknya kita sendiri mempelajari dulu apa
yang ada dalam Perintah Tuhan, supaya kita tidak salah mengajari anak-anak
kita.
Semoga kelak kita semua boleh disebut “besar” oleh kerajaan Surga.
12 01 17
kasih Tuhan menutupi segala sesuatunya ya ci, kadang mikir aj aku, semua hukum Taurat itu jika musti gue pikul saklek mah stres berat ya? Bersyukur kasih Nya begitu besar hingga Yesus diutus dan mati di kayu salib menebus dosa kita. Klo ndak mana bisa sempurna jalanin hukum Tuhan? Tanpa kasih dan perkenan Tuhan, semua sia2
BalasHapusTuhan itu kasih, betul sekali. Tapi jangan sampai karena Tuhan itu kasih lalu kita tidak mau menjalankan dan mematuhi HukumNya. Kita tetap dituntut untuk sempurna, karena Allah itu sempurna. Kita juga dituntut harus kudus karena tanpa kekudusan kita tidak mungkin bertemu Allah. Jadi PATUH KEPADA SEMUA HUKUM TUHAN ITU HARUS, dan bukan hanya secara harafiah (misalnya tidak membunuh), tetapi bahkan Yesus mengharuskannya mulai dari hati (kalau kita membenci, itu sudah dianggap membunuh!!). Jadi sebagai orang yang sudah ditebus, kita HARUS MENGALAMI KELAHIRAN BARU, artinya meninggalkan semua dosa kita dan kehidupan daging kita sebelumnya. Setelah kita diselamatkan oleh kasih karunia Tuhan kita harus HIDUP DALAM ROH, artinya hidup dipimpin Roh Kudus. Berarti TIDAK BOLEH LAGI SENGAJA MELANGGAR SEGALA HUKUM TUHAN, kalau kita tahu itu salah, tetap kita lakukan (dengan alasan apa pun), maka tidak ada lagi pengampunan bagi kita, (Ibrani 10:26-27), dan itu yang disebut mendukakan Roh Kudus. Hati-hati, karena mendukakan Roh Kudus terus menerus akhirnya menjadi dosa menghujat melawan Roh Kudus, dosa yang tidak akan diampuni. Bukan karena Tuhan tidak mau mengampuni, tetapi karena kita sendiri sudah tidak menganggap itu dosa, dan kita sendiri tidak minta pengampunan.
BalasHapusMinta ampun bukan hanya di bibir. Namanya minta ampun itu harus disertai penyesalan dan pertobatan, artinya setelah diampuni, besok tidak diulangi lagi dosa itu. Klo tiap hari minta ampun, besoknya mengulangi lagi dosa itu, namanya kita belum pernah minta ampun dan dosa itu belum pernah diampuni Tuhan.
Harus ingat Tuhan itu kudus, jadi klo kita masih punya tumpukan dosa yang belum diampuni, kita bisa hangus di hadapan Tuhan, karena Tuhan itu api yang menghanguskan. Hanya orang yang kudus, yang semua dosanya sudah diampuni, yang tahan berdiri di depan Tuhan.
Jadi SEMUA HUKUM TAURAT ITU HARUS KITA LAKUKAN DAN HARUS KITA PATUHI. Dengan bantuan Roh Kudus itu bisa, karena Roh Kudus yang memampukan kita. Tinggal kita punya NIAT MAU atau tidak.
Klo kita tidak mau, ya tidak bakal bisa.
Klo kita mau, pasti bisa karena Roh Kudus yang memampukan
Jadi sekali-sekali jangan menyalahgunakan kasih Tuhan. Karena Tuhan kasih jadi kita seenaknya melanggar hukum Tuhan. Itu namanya tidak menghormati Tuhan.
Kita harus mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar. Bukan enak-enak saja dan beraggapan apa yang kita tidak bisa itu dapat dispensasi dari Tuhan. Tidak.
Tuhan tahu apa yang sebetulnya kita bisa. Dan klo kita tidak mencapai apa yang Tuhan tahu kita bisa, berarti kita tidak serius dengan keselamatan yang kita terima dari Tuhan.
Ikuti pimpinan Roh Kudus, pandang Yesus di salib, pasti kita bisa dikuduskan.