178. DAUD DAN ROTI SAJIAN
_________________________________________________________
Rata-rata orang
Kristen mengenal perikop yang terdapat di Matius 12:1-8, Markus 2:23-28 dan
juga di Lukas 6:1-5 ini. Marilah kita ambil dari kitab Markus.
Markus
2:23-28
2:23 Pada suatu
kali, Yesus berjalan melewati ladang jagung pada hari Sabat, dan sementara mereka berjalan, murid-murid-Nya mulai memetik ontong-ontong
jagung
2:24 Dan orang-orang Farisi berkata kepada-Nya, ‘Lihat! Mengapa mereka pada hari Sabat berbuat apa yang tidak menurut
Hukum?’
2:25 Dan Dia berkata kepada mereka, ‘Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia membutuhkan dan kelaparan, dia dan mereka
yang mengikutinya?
2:26 bagaimana ia
masuk ke dalam Rumah Allah di zaman Imam
Besar Abyatar, dan makan roti sajian, yang menurut Hukum tidak boleh dimakan kecuali oleh
imam-imam, dan memberikannya juga kepada mereka
yang bersamanya?’
2:27 Dan Yesus berkata
kepada mereka, ‘Hari Sabat diadakan
untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat,
2:28 jadi Anak
Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.’
Perikop ini sering
dipakai orang Kristen sebagai alasan mereka untuk tidak memelihara kekudusan
hari Sabat. Mereka
berkata ini buktinya murid-murid Yesus tidak memelihara hari Sabat, dan itu
dibenarkan oleh Yesus. Apalagi Yesus mengatakan bahwa hari Sabat dibuat untuk
manusia, jadi untuk kebaikan manusia. Bila itu tidak menjadi kebaikan manusia,
maka itu sudah tidak usah dilakukan. Dan Dialah Tuan atas hari Sabat, jadi Dia
lebih berkuasa daripada hari Sabat, maka pengikut-pengikutNya juga sudah tidak
usah tunduk lagi kepada Hukum Sabat.
Apalagi di perikop
ini tercatat Yesus bercerita tentang raja Daud yang makan roti sajian yang
hanya boleh dimakan oleh para imam (ay. 25, 26). Dengan demikian seolah-olah
ayat-ayat ini membenarkan bahwa
kalau ada alasan (Daud dan pengikut-pengikutnya lapar), maka apa yang
dilarang oleh Hukum, menjadi diperbolehkan; yang dosa menjadi bukan dosa.
Dan karena Yesus
memakai insiden Daud makan roti sajian itu untuk membahas tentang hari Sabat,
maka orang Kristen berasumsi sendiri bahwa tidak memelihara kekudusan hari
Sabat jatuh dalam kategori yang sama dengan Daud makan roti sajian. Jadi karena Daud diperolehkan makan roti sajian yang
semestinya hanya hak para imam, maka orang Kristen juga diperbolehkan tidak
memelihara kekudusan hari Sabat, yang
menurut mereka adalah bagian orang Yahudi.
Tetapi apakah
begitu yang dimaksud oleh Alkitab? Apakah itu yang dikatakan Yesus?
Hari ini Pdt.
Kristiyono yang berkhotbah tentang roti sajian, memberikan penjelasan yang
membuka mata kita.
Ternyata Tuhan
itu tidak plin-plan seperti manusia. Tuhan itu tidak pernah berubah.
APA YANG TADINYA DILARANG TUHAN, TETAP DILARANG OLEH TUHAN.
Roti sajian yang hanyalah
hak para imam, tetap merupakan hak para imam.
Lalu bagaimana
dengan Daud ini yang menurut kata Yesus sendiri sudah makan roti sajian yang
tidak boleh dimakan oleh siapa pun selain imam dan keluarganya?
Ternyata di
Imamat 22:11 dan 1 Samuel 21:4 dijelaskan mengapa Daud dan pengikut-pengikutnya
boleh makan roti sajian tersebut.
Tetapi
sebelumnya kita lihat dulu, apa sih sebenarnya roti sajian itu?
Imamat 24:5-9
24:5 Dan engkau harus mengambil tepung yang terbaik dan memanggang dua belas roti bundar darinya,
setiap roti bundar harus dibuat dari dua persepuluh efa;
24:6 Dan engkau harus meletakkannya dalam
dua susun, enam buah sesusun di atas meja dari emas murni, di hadapan
TUHAN.
24:7 Dan engkau harus meletakkan
kemenyan wangi yang murni pada setiap susun; agar itu ada pada roti itu sebagai peringatan, yakni suatu persembahan api-apian bagi TUHAN.
24:8 Setiap hari Sabat ia
harus menyusunnya di hadapan TUHAN, terus-menerus; yang
diambil dari umat Israel berdasarkan
perjanjian yang kekal.
24:9 Dan itu
akan menjadi bagian Harun serta anak-anaknya;
dan mereka harus memakannya di dalam tempat
kudus; sebab itu sangat kudus baginya dari kurban-kurban api-apian TUHAN; yang dibuat menurut ketetapan yang abadi.
Jadi, roti
sajian adalah salah satu item yang terdapat di
dalam Bilik Kudus Bait Suci. Roti ini dibuat berbentuk bundar, dengan timbangan
tertentu yaitu 2/10 efa per biji. Dibuat 12 biji, dan diletakkan di atas meja
dari emas murni, dalam dua tumpukan, masing-masing terdiri atas 6 roti.
Selain itu harus
ada kemenyan/dupa (frankincense) yang khusus di atas tiap susun, itulah korban
api-apian bagi Tuhan.
Roti ini diganti
oleh imam setiap hari Sabat. Jadi setiap hari Sabat, roti yang lama dibawa
keluar dari Bilik Kudus dan diganti dengan roti yang baru.
Roti yang lama
itu kemudian harus dimakan oleh Imam Besar dan anak-anaknya, dan memakannya
juga tidak boleh di sembarang tempat, tetapi di dalam kompleks
Bait Suci, karena roti itu sangat kudus.
Roti ini
melambangkan apa?
Yohanes 6:51
Akulah Roti hidup yang telah turun dari
sorga. Jikalau siapa pun makan dari Roti
ini, ia akan hidup selama-lamanya. Dan Roti yang akan
Kuberikan ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan supaya dunia hidup.’
Jadi roti sajian itu melambangkan Yesus.
Mengapa
jumlahnya 12?
Angka
12 selalu merupakan seluruh jumlah umat Allah.
Di Perjanjian
Lama itu diwakili oleh 12 suku Israel, di Perjanjian Baru itu diwakili oleh 12
orang rasul Yesus. Jadi angka 12 melambangkan SELURUH
UMAT ALLAH.
Berarti apa
maksudnya ada 12 roti sajian di dalam Bilik Kudus Kemah Suci/Bait Suci?
Berarti kehadiran Yesus (roti), cukup untuk memberi makan seluruh umat Allah.
Apa fungsi
makanan? Makanan itu diperlukan supaya orang boleh hidup, bukan?
Jadi Yesus diperlukan oleh manusia supaya manusia boleh hidup.
Roti itu melambangkan Yesus.
Roti itu bukan Yesus secara literal. Jadi ini tidak bicara tentang makanan fana (roti)
untuk mengenyangkan perut, tetapi ini berbicara tentang Yesus yang dilambangkan
oleh roti itu. Dan karena Yesus bukan makanan yang fana, maka ini tidak bicara
tentang hidup yang fana ini. Ini berbicara tentang hidup
kekal.
Seperti yang dikatakan Yesus di Yohanes 6:51, “Akulah Roti hidup… Jikalau siapa pun makan dari Roti ini, ia akan hidup
selama-lamanya…. yang akan Kuberikan supaya
dunia hidup.’
Sekarang
kita kembali ke perikop Markus 2:23-28.
Kepada siapa
Yesus berbicara saat itu? Kepada orang-orang Farisi, menurut Markus 2:24-25.
Siapakah
orang-orang Farisi itu? Ahli-ahli agama, pemimpin-pemimpin agama Yahudi yang
mahir tentang semua tulisan nabi-nabi.
Apakah
orang-orang Farisi ini sudah tahu tentang kisah Daud yang makan roti sajian?
Jelas mereka tahu sekali.
Karena itu Yesus
tidak perlu menjelaskan panjang lebar. Yesus hanya menyinggung poin-poin yang
penting saja, bahwa Daud pernah makan roti sajian, dan dia tidak disalahkan
Tuhan, karena Daud tidak mati setelah makan roti sajian itu. Mestinya, kalau
benda-benda yang sudah dikuduskan untuk Tuhan, disentuh manusia biasa (bukan
imam), orangnya langsung mati. Ingat kisah Uza yang mati karena menyentuh Tabut
Perjanjian? Kalau lupa bisa baca di 2
Samuel 6:1-11.
Yesus tidak perlu mengatakan mengapa Daud bisa makan roti sajian
dan tetap hidup, karena orang-orang Farisi itu sudah tahu mengapa.
Yang tidak tahu, kita, karena kita kurang teliti
belajar Alkitab. Maka membaca ayat-ayat ini kita beranggapan bahwa Tuhan yang
berubah, apa yang sebetulnya tidak boleh dilakukan, ternyata waktu dilakukan,
Tuhan tidak menganggapnya dosa. Padahal bukan begitu. Bukan Tuhan yang
berubah dalam kasus Daud makan roti sajian ini, tetapi Daud yang berubah!
Mari kita lihat
catatan Alkitab tentang insiden roti sajian ini.
1 Samuel 21:1:6
21:1 Lalu sampailah Daud ke Nob ke Ahimelekh, imam
itu. Dan Ahimelekh takut menemui Daud, dan berkata kepadanya, ‘Mengapa engkau seorang
diri dan tidak ada orang bersama-sama dengan engkau?’
21:2 Dan Daud berkata
kepada imam Ahimelekh, ‘Raja telah menugaskan sesuatu kepadaku, dan berkata kepadaku: Jangan izinkan siapa pun tahu apa pun tentang
urusan yang kusuruh kepadamu dan apa yang
kuperintahkan kepadamu. Dan aku telah menyuruh hamba-hambaku pergi ke suatu tempat.
21:3 Maka sekarang,
apa yang ada padamu? Berikanlah kepadaku lima roti ke tanganku, atau apa pun yang ada.’
21:4 Dan imam itu menjawab
Daud dan berkata, ‘Tidak ada roti biasa
padaku, tetapi ada roti yang kudus; jika orang-orang mudamu itu telah
mengendalikan diri mereka setidaknya dari perempuan.’
21:5 Dan Daud menjawab imam itu, dan berkata kepadanya, ‘Memang, perempuan-perempuan telah dijauhkan dari kami sekitar tiga hari ini, sejak aku berangkat, dan tubuh
orang-orang mudaku itu tahir, dan rotinya sesungguhnya biasa, iya, walaupun
itu dikuduskan hari ini dalam wadahnya.’
21:6 Maka imam itu memberikan kepadanya roti kudus
itu, karena tidak ada roti di sana kecuali roti sajian; yang diambil dari hadapan TUHAN, untuk
meletakkan roti yang panas di hari ketika roti itu diambil.
Jadi apa kata
imam Ahimelekh? “jika
orang-orang mudamu itu telah mengendalikan diri mereka setidaknya dari perempuan.” Jadi salah satu kondisi yang
memungkinkan Daud dan pengikut-pengikutnya yang orang awam makan roti yang
kudus ialah bila mereka tidak bergaul dengan perempuan.
Nah, di zaman perang, sudah menjadi kebiasaan para prajurit
memperkosa penduduk perempuan di daerah yang ditaklukkannya. Dan itu merupakan
perbuatan dosa di mata Tuhan. Itu melanggar hukum berzinah dan mencuri
(mengambil apa yang bukan miliknya). Karena itu imam Ahimelekh berkata, “Kalau
orang-orangmu bersih, roti kudus bekas dipersembahkan kepada Tuhan itu boleh
aku berikan kepadamu.” Dan Daud menjawab, “Memang, perempuan-perempuan telah dijauhkan dari kami sekitar tiga hari ini, sejak aku berangkat, dan tubuh
orang-orang mudaku itu tahir," Daud
menegaskan bahwa dia dan pengikut-pengikutnya tahir, karena itu imam Abimelekh
mau memberikan roti kudus itu kepadanya.
Tapi bukan cuma itu syaratnya.
Imamat 22:10-11
22:10 Tidak boleh ada orang asing yang makan barang yang kudus:
seorang pendatang pada imam, atau seorang
upahan, tidak boleh makan dari barang yang kudus.
22:11 Tetapi apabila imam
itu membeli seseorang dengan uangnya, orang
itu boleh makan itu, dan orang yang lahir di rumahnya, mereka boleh makan dari makanannya.
Nah, masih ada
syarat yang lain yaitu jika imam itu “membeli” orang asing tersebut dengan
uangnya sendiri, dengan demikian orang tersebut terhitung sebagai “milik” imam
yang membelinya.
Berarti imam Ahimelekh harus memakai uangnya sendiri untuk “membeli” Daud dan
pengikut-pengikut Daud supaya mereka boleh turut makan roti sajian
itu.
Jadi, setelah
itu apakah Daud dan pengikut-pengikutnya kemudian boleh makan roti sajian bekas
persembahan kepada Tuhan? BOLEH.
Jadi apakah
Tuhan membatalkan peraturanNya dengan mengizinkan Daud makan roti sajian yang
cuma hak imam? TIDAK. Karena Daud sudah memenuhi semua persyaratannya.
Berarti TUHAN TIDAK
MENGGANTI PERATURANNYA. TIDAK MEMBERI DISPENSASI BAGI MANUSIA UNTUK MELANGGAR
HUKUMNYA.
Apa yang
dilakukan oleh Daud (makan roti sajian) ternyata TIDAK MELANGGAR HUKUM TUHAN!
Kita kembali ke
perikop di Markus pasal 2 itu.
Apa maksud Yesus
menyinggung tentang insiden Daud makan roti sajian kalau begitu?
Seperti yang
sudah dijelaskan di atas, orang-orang Farisi semuanya
sudah tahu mengapa Daud boleh makan roti sajian, mereka tahu bahwa
Daud tidak melanggar Hukum Tuhan. Mereka tahu Daud boleh makan roti sajian
karena telah memenuhi syarat yang ditentukan oleh Tuhan sendiri. Mereka tahu bahwa Daud tidak berbuat dosa dalam kasus ini.
Nah, Yesus
menyinggung insiden ini ketika orang-orang Farisi itu menyalahkan murid-muridNya
memetik ontong-ontong jagung untuk dimakan pada hari Sabat. Hukum Tuhan
mengatakan, hari Sabat adalah hari perhentian, artinya hari libur kerja.
Memetik ontong jagung termasuk bekerja ~ menurut orang-orang Farisi itu ~
berarti melanggar Hukum Sabat.
Tetapi sebagaimana Daud tidak berdosa makan roti sajian, Yesus menegaskan
bahwa memetik ontong jagung untuk dimakan itu bukan dosa! Murid-muridNya memetik ontong jagung karena
itu hari Sabat sehingga mereka tidak bisa membeli makanan di warung. Dan karena
mereka tidak membawa bekal dari rumah, maka mereka memetik ontong jagung untuk
dimakan. Itu tidak berdosa, karena tidak ada Hukum yang
mengatakan pada hari Sabat manusia tidak boleh makan. Yang tidak boleh adalah memetik ontong jagung
untuk dijual atau dimasukkan lumbung. Karena ini baru namanya bekerja, mencari
nafkah. Tetapi kalau memetik ontong jagung untuk dimakan, itu tidak melanggar
hukum hari Sabat, sama seperti Daud tidak melanggar Hukum Tuhan saat makan roti
sajian yang kudus.
Kemudian Yesus menambahkan kalimat pamungkas untuk
menyindir orang-orang Farisi itu: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk
hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuan atas hari Sabat."
Apa maksud
Yesus?
v Hari Sabat diadakan untuk manusia,
berarti hari Sabat itu diadakan untuk kebaikan
manusia. Tuhan selalu memberikan
yang terbaik bagi manusia. Hari Sabat itu diberkati oleh
Tuhan, dan dikuduskan (Kejadian 2:2-3), dan Tuhan memberikan satu hari perhentian yaitu hari yang ketujuh kepada manusia
setiap enam hari kerja. Hari Sabat adalah berkat bagi kenikmatan manusia.
v Tetapi
sebaliknya,
orang-orang Farisi itu, imam-imam dan ahli-ahli Taurat itu telah
menambahkan 600-an peraturan tambahan ciptaan mereka sendiri untuk mengatur pemeliharaan hari
Sabat, sehingga mereka telah membuat manusia menjadi
budak hari Sabat. Manusia tidak lagi bisa memakai hari Sabat itu
untuk beristirahat dan menikmati kedekatan dengan Tuhan, sebaliknya hari Sabat
telah menjadi sipir bui yang kejam, yang membatasi setiap langkah mereka. Manusia tidak lagi bersukacita menyambut hari Sabat, tetapi justru
merasa segan dan terbebani setiap Sabat tiba.
Yesus
berkata, “Aku loh yang menciptakan hari Sabat untuk manusia, jadi Aku yang
menentukan bagaimana hari Sabat itu harus dipelihara, kok kalian ngajari Aku?”
v Batu sandungan orang Israel dulu
adalah menganggap Tuhan tidak bisa
menciptakan HukumNya sendiri sehingga harus mereka bantu dengan
peraturan-peraturan ciptaan mereka. Mereka menganggap Hukum Tuhan kurang ketat,
jadi mereka menambahinya supaya lebih ketat, hingga melakukan Hukum Tuhan bukan
lagi karena sukacita yang keluar dari hati yang mengasihi Tuhan, tetapi menjadi
keharusan dan syarat keselamatan. Ini namanya legalisme.
v Batu sandungan orang Kristen sekarang (= orang Israel rohani)
adalah menganggap Tuhan terlalu baik
sehingga telah menghapus semua HukumNya dan kita boleh berbuat sesuka hati.
Kedua-duanya
terjungkal.
Tuhan tetap
sama. Tuhan Perjanjian Lama adalah Tuhan Perjanjian Baru yang sama. Tuhan yang
menciptakan manusia adalah Tuhan yang menebus manusia juga dan juga adalah
Tuhan yang menghakimi dan membuat perhitungan dengan manusia.
Tuhan tidak
pernah berubah.
Maleakhi 3:6
Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, itulah sebabnya kamu, bani
Yakub, tidak dimusnahkan.
Ibrani 13:8
Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari
ini dan sampai selama-lamanya.
Yakobus 1:17
Setiap pemberian yang
baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; yang pada-Nya tidak ada perubahan maupun
bayangan dari pertukaran.
Jadi jika kita
membaca Alkitab, janganlah kita berasumsi sendiri, tetapi cocokkan ayat dengan
ayat, karena semua isi Alkitab itu sinkron, tidak ada yang bertentangan. Jika
ada yang bertentangan, itu pemahaman kita yang salah.
15 01 17
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusAmin
BalasHapusMemberkati
BalasHapus