Minggu, 15 Januari 2017

178. DAUD DAN ROTI SAJIAN


178.  DAUD DAN ROTI SAJIAN

_________________________________________________________

 

 

Rata-rata orang Kristen mengenal perikop yang terdapat di Matius 12:1-8, Markus 2:23-28 dan juga di Lukas 6:1-5 ini. Marilah kita ambil dari kitab Markus.

 

Markus 2:23-28

2:23         Pada suatu kali, Yesus berjalan melewati ladang jagung pada hari Sabat, dan sementara mereka berjalan, murid-murid-Nya mulai memetik ontong-ontong jagung

2:24         Dan orang-orang Farisi berkata kepada-Nya, ‘Lihat! Mengapa mereka pada hari Sabat berbuat apa yang tidak menurut Hukum?’

2:25         Dan Dia berkata kepada mereka,  ‘Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia membutuhkan dan kelaparan, dia dan mereka yang mengikutinya?

2:26         bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah di zaman Imam Besar Abyatar, dan makan roti sajian, yang menurut Hukum tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam, dan memberikannya juga kepada mereka yang bersamanya?

2:27         Dan Yesus berkata kepada mereka,  ‘Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat,

2:28         jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.’

 

Perikop ini sering dipakai orang Kristen sebagai alasan mereka untuk tidak memelihara kekudusan hari Sabat. Mereka berkata ini buktinya murid-murid Yesus tidak memelihara hari Sabat, dan itu dibenarkan oleh Yesus. Apalagi Yesus mengatakan bahwa hari Sabat dibuat untuk manusia, jadi untuk kebaikan manusia. Bila itu tidak menjadi kebaikan manusia, maka itu sudah tidak usah dilakukan. Dan Dialah Tuan atas hari Sabat, jadi Dia lebih berkuasa daripada hari Sabat, maka pengikut-pengikutNya juga sudah tidak usah tunduk lagi kepada Hukum Sabat.

Apalagi di perikop ini tercatat Yesus bercerita tentang raja Daud yang makan roti sajian yang hanya boleh dimakan oleh para imam (ay. 25, 26). Dengan demikian seolah-olah ayat-ayat ini membenarkan bahwa kalau ada alasan (Daud dan pengikut-pengikutnya lapar), maka apa yang dilarang oleh Hukum, menjadi diperbolehkan; yang dosa menjadi bukan dosa.

Dan karena Yesus memakai insiden Daud makan roti sajian itu untuk membahas tentang hari Sabat, maka orang Kristen berasumsi sendiri bahwa tidak memelihara kekudusan hari Sabat jatuh dalam kategori yang sama dengan Daud makan roti sajian. Jadi karena Daud diperolehkan makan roti sajian yang semestinya hanya hak para imam, maka orang Kristen juga diperbolehkan tidak memelihara kekudusan hari Sabat, yang menurut mereka adalah bagian orang Yahudi.

 

Tetapi apakah begitu yang dimaksud oleh Alkitab? Apakah itu yang dikatakan Yesus?

 

Hari ini Pdt. Kristiyono yang berkhotbah tentang roti sajian, memberikan penjelasan yang membuka mata kita.

Ternyata Tuhan itu tidak plin-plan seperti manusia. Tuhan itu tidak pernah berubah. APA YANG TADINYA DILARANG TUHAN, TETAP DILARANG OLEH TUHAN.

Roti sajian yang hanyalah hak para imam, tetap merupakan hak para imam.

 

Lalu bagaimana dengan Daud ini yang menurut kata Yesus sendiri sudah makan roti sajian yang tidak boleh dimakan oleh siapa pun selain imam dan keluarganya?

 

Ternyata di Imamat 22:11 dan 1 Samuel 21:4 dijelaskan mengapa Daud dan pengikut-pengikutnya boleh makan roti sajian tersebut.

 

Tetapi sebelumnya kita lihat dulu, apa sih sebenarnya roti sajian itu?

 

Imamat 24:5-9

24:5         Dan engkau harus mengambil tepung yang terbaik dan memanggang dua belas roti bundar darinya, setiap roti bundar harus dibuat dari dua persepuluh efa;

24:6         Dan engkau harus meletakkannya dalam dua susun, enam buah sesusun di atas meja dari emas murni, di hadapan TUHAN. 

24:7         Dan engkau harus meletakkan kemenyan wangi yang murni pada setiap susun; agar itu ada pada roti itu sebagai peringatan, yakni suatu persembahan api-apian bagi TUHAN.

24:8         Setiap hari Sabat ia harus menyusunnya di hadapan TUHAN, terus-menerus; yang diambil dari umat Israel berdasarkan perjanjian yang kekal. 

24:9         Dan itu akan menjadi bagian Harun serta anak-anaknya; dan mereka harus memakannya di dalam tempat kudus; sebab itu sangat kudus baginya dari kurban-kurban api-apian TUHAN; yang dibuat menurut ketetapan yang abadi.

 

Jadi, roti sajian adalah salah satu item yang terdapat di dalam Bilik Kudus Bait Suci. Roti ini dibuat berbentuk bundar, dengan timbangan tertentu yaitu 2/10 efa per biji. Dibuat 12 biji, dan diletakkan di atas meja dari emas murni, dalam dua tumpukan, masing-masing terdiri atas 6 roti.

Selain itu harus ada kemenyan/dupa (frankincense) yang khusus di atas tiap susun, itulah korban api-apian bagi Tuhan.

Roti ini diganti oleh imam setiap hari Sabat. Jadi setiap hari Sabat, roti yang lama dibawa keluar dari Bilik Kudus dan diganti dengan roti yang baru.

Roti yang lama itu kemudian harus dimakan oleh Imam Besar dan anak-anaknya, dan memakannya juga tidak boleh di sembarang tempat, tetapi di dalam kompleks Bait Suci, karena roti itu  sangat kudus.

 

Roti ini melambangkan apa?

Yohanes 6:51

Akulah Roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau siapa pun makan dari Roti ini, ia akan hidup selama-lamanya. Dan Roti yang akan Kuberikan ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan supaya dunia hidup.’

 

Jadi roti sajian itu melambangkan Yesus.

 

Mengapa jumlahnya 12?

Angka 12 selalu merupakan seluruh jumlah umat Allah.

Di Perjanjian Lama itu diwakili oleh 12 suku Israel, di Perjanjian Baru itu diwakili oleh 12 orang rasul Yesus. Jadi angka 12 melambangkan SELURUH UMAT ALLAH.

 

Berarti apa maksudnya ada 12 roti sajian di dalam Bilik Kudus Kemah Suci/Bait Suci?

Berarti kehadiran Yesus (roti), cukup untuk memberi makan seluruh umat Allah.

Apa fungsi makanan? Makanan itu diperlukan supaya orang boleh hidup, bukan?

Jadi Yesus diperlukan oleh manusia supaya manusia boleh hidup.

Roti itu melambangkan Yesus. Roti itu bukan Yesus secara literal. Jadi ini tidak bicara tentang makanan fana (roti) untuk mengenyangkan perut, tetapi ini berbicara tentang Yesus yang dilambangkan oleh roti itu. Dan karena Yesus bukan makanan yang fana, maka ini tidak bicara tentang hidup yang fana ini. Ini berbicara tentang hidup kekal.

Seperti yang dikatakan Yesus di Yohanes 6:51, Akulah Roti hidup… Jikalau siapa pun makan dari Roti ini, ia akan hidup selama-lamanya…. yang akan Kuberikan supaya dunia hidup.’

 

Sekarang kita kembali ke perikop Markus 2:23-28.

 

Kepada siapa Yesus berbicara saat itu? Kepada orang-orang Farisi, menurut Markus 2:24-25.

Siapakah orang-orang Farisi itu? Ahli-ahli agama, pemimpin-pemimpin agama Yahudi yang mahir tentang semua tulisan nabi-nabi.

Apakah orang-orang Farisi ini sudah tahu tentang kisah Daud yang makan roti sajian? Jelas mereka tahu sekali.

Karena itu Yesus tidak perlu menjelaskan panjang lebar. Yesus hanya menyinggung poin-poin yang penting saja, bahwa Daud pernah makan roti sajian, dan dia tidak disalahkan Tuhan, karena Daud tidak mati setelah makan roti sajian itu. Mestinya, kalau benda-benda yang sudah dikuduskan untuk Tuhan, disentuh manusia biasa (bukan imam), orangnya langsung mati. Ingat kisah Uza yang mati karena menyentuh Tabut Perjanjian? Kalau lupa bisa baca di  2 Samuel 6:1-11.

Yesus tidak perlu mengatakan mengapa Daud bisa makan roti sajian dan tetap hidup, karena orang-orang Farisi itu sudah tahu mengapa.

Yang tidak tahu, kita, karena kita kurang teliti belajar Alkitab. Maka membaca ayat-ayat ini kita beranggapan bahwa Tuhan yang berubah, apa yang sebetulnya tidak boleh dilakukan, ternyata waktu dilakukan, Tuhan tidak menganggapnya dosa. Padahal bukan begitu. Bukan Tuhan yang berubah dalam kasus Daud makan roti sajian ini, tetapi Daud yang berubah!

 

 

Mari kita lihat catatan Alkitab tentang insiden roti sajian ini.

1 Samuel 21:1:6

21:1         Lalu sampailah Daud ke Nob ke Ahimelekh, imam itu. Dan Ahimelekh takut menemui Daud, dan berkata kepadanya, ‘Mengapa engkau seorang diri dan tidak ada orang bersama-sama dengan engkau?’

21:2         Dan Daud berkata kepada imam Ahimelekh,  ‘Raja telah menugaskan sesuatu kepadaku, dan berkata kepadaku: Jangan izinkan siapa pun tahu apa pun tentang urusan yang kusuruh kepadamu dan apa yang kuperintahkan kepadamu. Dan aku telah menyuruh hamba-hambaku pergi ke suatu tempat.

 

21:3         Maka sekarang, apa yang ada padamu? Berikanlah kepadaku lima roti ke tanganku, atau apa pun yang ada.’

21:4         Dan imam itu menjawab Daud dan berkata, ‘Tidak ada roti biasa padaku, tetapi ada roti yang kudus; jika orang-orang mudamu itu telah mengendalikan diri mereka setidaknya dari perempuan.’

21:5         Dan Daud menjawab imam itu, dan berkata kepadanya, ‘Memang, perempuan-perempuan telah dijauhkan dari kami sekitar tiga hari ini, sejak aku berangkat, dan tubuh orang-orang mudaku itu tahir, dan rotinya sesungguhnya biasa, iya, walaupun itu dikuduskan hari ini dalam wadahnya.’

21:6         Maka imam itu memberikan kepadanya roti kudus itu, karena tidak ada roti di sana kecuali roti sajian; yang diambil dari hadapan TUHAN, untuk meletakkan roti yang panas di hari ketika roti itu diambil.

 

Jadi apa kata imam Ahimelekh?  jika orang-orang mudamu itu telah mengendalikan diri mereka setidaknya dari perempuan.” Jadi salah satu kondisi yang memungkinkan Daud dan pengikut-pengikutnya yang orang awam makan roti yang kudus ialah bila mereka tidak bergaul dengan perempuan.

Nah, di zaman perang, sudah menjadi kebiasaan para prajurit memperkosa penduduk perempuan di daerah yang ditaklukkannya. Dan itu merupakan perbuatan dosa di mata Tuhan. Itu melanggar hukum berzinah dan mencuri (mengambil apa yang bukan miliknya). Karena itu imam Ahimelekh berkata, “Kalau orang-orangmu bersih, roti kudus bekas dipersembahkan kepada Tuhan itu boleh aku berikan kepadamu.” Dan Daud menjawab, “Memang, perempuan-perempuan telah dijauhkan dari kami sekitar tiga hari ini, sejak aku berangkat, dan tubuh orang-orang mudaku itu tahir," Daud menegaskan bahwa dia dan pengikut-pengikutnya tahir, karena itu imam Abimelekh mau memberikan roti kudus itu kepadanya.

 

Tapi bukan cuma itu syaratnya.

Imamat 22:10-11

22:10       Tidak boleh ada orang asing yang makan barang yang kudus: seorang pendatang pada imam, atau seorang upahan, tidak boleh makan dari barang yang kudus.

22:11       Tetapi apabila imam itu membeli seseorang dengan uangnya, orang itu boleh makan itu, dan orang yang lahir di rumahnya, mereka boleh makan dari makanannya.

 

Nah, masih ada syarat yang lain yaitu jika imam itu “membeli” orang asing tersebut dengan uangnya sendiri, dengan demikian orang tersebut terhitung sebagai “milik” imam yang membelinya.

Berarti imam Ahimelekh harus memakai uangnya sendiri untuk “membeli” Daud dan pengikut-pengikut Daud supaya mereka boleh turut makan roti sajian itu.

 

Jadi, setelah itu apakah Daud dan pengikut-pengikutnya kemudian boleh makan roti sajian bekas persembahan kepada Tuhan? BOLEH.

 

Jadi apakah Tuhan membatalkan peraturanNya dengan mengizinkan Daud makan roti sajian yang cuma hak imam? TIDAK. Karena Daud sudah memenuhi semua persyaratannya.

 

Berarti TUHAN TIDAK MENGGANTI PERATURANNYA. TIDAK MEMBERI DISPENSASI BAGI MANUSIA UNTUK MELANGGAR HUKUMNYA.

Apa yang dilakukan oleh Daud (makan roti sajian) ternyata TIDAK MELANGGAR HUKUM TUHAN!

 

 

Kita kembali ke perikop di Markus pasal 2 itu.

Apa maksud Yesus menyinggung tentang insiden Daud makan roti sajian kalau begitu?

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, orang-orang Farisi semuanya sudah tahu mengapa Daud boleh makan roti sajian, mereka tahu bahwa Daud tidak melanggar Hukum Tuhan. Mereka tahu Daud boleh makan roti sajian karena telah memenuhi syarat yang ditentukan oleh Tuhan sendiri. Mereka tahu bahwa Daud tidak berbuat dosa dalam kasus ini.

Nah, Yesus menyinggung insiden ini ketika orang-orang Farisi itu menyalahkan murid-muridNya memetik ontong-ontong jagung untuk dimakan pada hari Sabat. Hukum Tuhan mengatakan, hari Sabat adalah hari perhentian, artinya hari libur kerja. Memetik ontong jagung termasuk bekerja ~ menurut orang-orang Farisi itu ~ berarti melanggar Hukum Sabat.

Tetapi sebagaimana Daud tidak berdosa makan roti sajian, Yesus menegaskan bahwa memetik ontong jagung untuk dimakan itu bukan dosa!  Murid-muridNya memetik ontong jagung karena itu hari Sabat sehingga mereka tidak bisa membeli makanan di warung. Dan karena mereka tidak membawa bekal dari rumah, maka mereka memetik ontong jagung untuk dimakan. Itu tidak berdosa, karena tidak ada Hukum yang mengatakan pada hari Sabat manusia tidak boleh makan.  Yang tidak boleh adalah memetik ontong jagung untuk dijual atau dimasukkan lumbung. Karena ini baru namanya bekerja, mencari nafkah. Tetapi kalau memetik ontong jagung untuk dimakan, itu tidak melanggar hukum hari Sabat, sama seperti Daud tidak melanggar Hukum Tuhan saat makan roti sajian yang kudus.

 

 

Kemudian Yesus menambahkan kalimat pamungkas untuk menyindir orang-orang Farisi itu: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuan atas hari Sabat."

Apa maksud Yesus?

v   Hari Sabat diadakan untuk manusia,

berarti hari Sabat itu diadakan untuk kebaikan manusia. Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi manusia. Hari Sabat itu diberkati oleh Tuhan, dan dikuduskan (Kejadian 2:2-3), dan Tuhan memberikan satu hari perhentian yaitu hari yang ketujuh kepada manusia setiap enam hari kerja. Hari Sabat adalah berkat bagi kenikmatan manusia.

v   Tetapi sebaliknya,

orang-orang Farisi itu, imam-imam dan ahli-ahli Taurat itu telah menambahkan 600-an peraturan tambahan ciptaan mereka sendiri untuk mengatur pemeliharaan hari Sabat, sehingga mereka telah membuat manusia menjadi budak hari Sabat. Manusia tidak lagi bisa memakai hari Sabat itu untuk beristirahat dan menikmati kedekatan dengan Tuhan, sebaliknya hari Sabat telah menjadi sipir bui yang kejam, yang membatasi setiap langkah mereka. Manusia tidak lagi bersukacita menyambut hari Sabat, tetapi justru merasa segan dan terbebani setiap Sabat tiba.

 

Yesus berkata, “Aku loh yang menciptakan hari Sabat untuk manusia, jadi Aku yang menentukan bagaimana hari Sabat itu harus dipelihara, kok kalian ngajari Aku?”

 

 

v   Batu sandungan orang Israel dulu

adalah menganggap Tuhan tidak bisa menciptakan HukumNya sendiri sehingga harus mereka bantu dengan peraturan-peraturan ciptaan mereka. Mereka menganggap Hukum Tuhan kurang ketat, jadi mereka menambahinya supaya lebih ketat, hingga melakukan Hukum Tuhan bukan lagi karena sukacita yang keluar dari hati yang mengasihi Tuhan, tetapi menjadi keharusan dan syarat keselamatan. Ini namanya legalisme.

v   Batu sandungan orang Kristen sekarang (= orang Israel rohani)

adalah menganggap Tuhan terlalu baik sehingga telah menghapus semua HukumNya dan kita boleh berbuat sesuka hati.

Kedua-duanya terjungkal.

Tuhan tetap sama. Tuhan Perjanjian Lama adalah Tuhan Perjanjian Baru yang sama. Tuhan yang menciptakan manusia adalah Tuhan yang menebus manusia juga dan juga adalah Tuhan yang menghakimi dan membuat perhitungan dengan manusia.

Tuhan tidak pernah berubah.

 

 

Maleakhi 3:6

Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, itulah sebabnya  kamu, bani Yakub, tidak dimusnahkan.

 

Ibrani 13:8

Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.

 

Yakobus 1:17

Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; yang pada-Nya tidak ada perubahan maupun bayangan dari  pertukaran.

 

Jadi jika kita membaca Alkitab, janganlah kita berasumsi sendiri, tetapi cocokkan ayat dengan ayat, karena semua isi Alkitab itu sinkron, tidak ada yang bertentangan. Jika ada yang bertentangan, itu pemahaman kita yang salah.

 

 

 

 

15 01 17


3 komentar: