186. APA MAKSUD ROMA 9:18
__________________________________________________________________
Roma 9:18
Jadi Ia bermurah
hati kepada siapa yang Ia mau bermurah hati,
dan siapa yang Ia mau, Ia keraskan.
Supaya lebih jelas, marilah kita lihat terjemahan KJV:
Therefore hath he mercy on whom he will
have mercy, and whom he will he hardeneth.
Di KJV kata σκληρύνω [sklērunō]
diterjemahkan "hardeneth" atau “mengeraskan”.
Jadi kalau LAI menerjemahkannya “menegarkan”, itu bisa disalahpahami.
Wah, jadi ayat ini bicara tentang apa? Allah mengeraskan hati siapa yang Dia mau keraskan? Berarti, jika ada manusia yang keras hati, yang tidak mau dipimpin Allah,
itu karena Allah yang mengeraskan hatinya sehingga itu bukan salah manusia itu
sendiri?
Ini adalah salah satu dari ayat-ayat yang
banyak disalahpahami orang. Orang-orang Kristen yang menganut paham “pre-destination”, memakai ayat ini dan
beberapa ayat lain di Alkitab yang juga mereka salah pahami, untuk mengambil
kesimpulan yang tidak benar. Mereka berkata, lihat, ayat ini berkata Allah yang
memilih siapa yang diberiNya kemurahan atau pengampunan, dan siapa yang
dikeraskan hatinya, berarti ada manusia yang memang ditakdirkan selamat oleh
Allah, dan ada manusia yang memang ditakdirkan tidak selamat oleh Allah. Itu
bukan pilihan manusianya sendiri, melainkan sudah ditentukan oleh Allah.
Begitukah Allah?
Andai Allah demikian, berarti Allah itu
kejam, karena ada manusia-manusia yang memang diberi takdir tidak akan selamat karena
hatinya sudah dikeraskan Allah.
Jelas ini adalah pemahaman yang salah
tentang karakter Allah yang maha pengasih.
Allah tidak pernah memilih ada manusia yang
tidak diberi kesempatan untuk selamat.
Marilah kita lihat hal ini dulu, karena
keselamatan adalah hal yang sangat penting, bukan?
Mari kita buktikan bahwa Allah tidak pernah menghendaki manusia binasa, apalagi
menakdirkan sebelumnya manusia mana yang harus binasa. Bahkan sejak sebelum Adam dan Hawa diciptakan pun, Allah sudah memilih untuk
menyelamatkan SEMUA manusia.
Mari kita simak tulisan Paulus kepada jemaat Efesus:
Efesus
1:4-7
1:4 Sebagaimana
Allah telah memilih kita di dalam Kristus sebelum dunia dijadikan,
supaya kita kudus dan tanpa cela di
hadapanNya dalam kasih.
1:5 Setelah sebelumnya menentukan kita diadopsi menjadi anak-anakNya Sendiri
melalui Yesus Kristus, menurut kebaikan kehendak-Nya,
1:6 untuk
kepujian kemuliaan kasih karunia-Nya, melalui
mana Dia telah membuat kita diterima di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.
1:7 Dalam
siapa
kita beroleh penebusan oleh darah-Nya, pengampunan dosa, menurut
kekayaan kasih karunia-Nya,
Lihat? Jadi bahkan sebelum
dunia dijadikan, Allah yang Mahatahu sudah
memilih untuk menyediakan solusi untuk menyelamatkan manusia bila
manusia jatuh dalam dosa. Allah tidak memilih untuk membinasakan manusia bila
manusia jatuh dalam dosa. Tapi bahkan sebelum manusia diciptakan, Allah yang Mahapengasih sudah memilih untuk menyelamatkan manusia bila
manusia tertipu oleh bujuk rayu Setan dan jatuh dalam dosa. Dengan cara apa? Dengan mendapatkan pengampunan melalui darah dan kematian Yesus Kristus
yang menebus manusia yang berdosa dari hukuman dosa.
Kesempatan untuk bisa diselamatkan ini, diberikan Allah kepada SEMUA manusia, tanpa kecuali. Kita baca pernyataannya
di:
Yohanes
3:16
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia
telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal itu supaya setiap orang
yang percaya dalam Dia, tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Apakah Allah mengatakan ada manusia yang sudah ditakdirkanNya untuk
binasa? Tidak. Siapa yang boleh tidak
binasa dan beroleh hidup kekal? “setiap
orang yang percaya dalam Dia” tanpa kecuali.
Syaratnya apa? “percaya dalam Dia” ~ “Dia” ini
ialah Yesus Kristus.
Jadi kita selamat, atau
kita binasa, itu pilihan siapa? Itu pilihan kita sendiri, bukan pilihan Allah! Allah sudah
memilih untuk menyelamatkan kita. Tetapi jika kita memilih untuk tidak
mau percaya dalam Kristus, maka kita sendiri yang telah menolak keselamatan
yang ditawarkan Allah kepada kita.
Jika pada akhirnya ada manusia-manusia yang
dibinasakan Allah, itu bukan karena Allah yang menakdirkan mereka untuk binasa,
melainkan karena mereka sendiri yang telah menolak keselamatan yang diberikan
Allah.
Nah, setelah kita yakin bahwa Allah selalu
menghendaki semua manusia selamat, dan Allah memberikan kesempatan kepada semua
manusia untuk selamat, kita simak Roma pasal 9 bagian pertama ini sebenarnya bicara
tentang apa.
Mari kita lihat perikopnya, Paulus berbicara
tentang apa di sini.
Roma 9
9:1 Aku mengatakan yang benar dalam Kristus, aku tidak berdusta. Hati nuraniku turut bersaksi bahwa aku
dalam Roh Kudus,
9:2 bahwa hatiku
sangat berat dan senantiasa berduka.
9:3 Karena aku
berharap diriku terkutuk dan terpisah dari
Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani.
9:4 yang adalah
orang Israel, mereka yang berhak menerima
pengangkatan menjadi anak, dan menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian,
dan pembeian Hukum, dan pelayanan Allah, dan
janji-janji.
9:5 Yang adalah bapa-bapa bangsa, dan yang darinya secara daging Kristus datang, yang ada
di atas segala sesuatu. Terpujilah Allah
selama-lamanya. Amin!
Rupanya bagian pertama Roma pasal 9 ini
ditulis Paulus karena di jemaat Roma juga terjadi kesalahpahaman. Apa yang
mereka permasalahkan? Roma adalah kota besar di mana banyak bangsa
berlalulalang, berniaga, dan hidup di sana, ada orang Roma, orang Yahudi, orang
Greeka, dan banyak bangsa yang lain. Maka jemaat di Roma juga terdiri atas
bermacam-macam bangsa, dan muncullah rasa iri hati antara mereka yang berbeda
bangsa ini.
·
Bangsa
Israel yang punya sejarah sebagai bangsa pilihan
Allah,
merasa
kurang ikhlas kok bangsa-bangsa lain begitu mudahnya juga diterima Allah
menjadi anak-anakNya, sehingga mereka
mau memaksakan agar bangsa-bangsa lain ini harus disunat seperti mereka jika
mau menjadi Kristen.
·
Sebaliknya bangsa-bangsa non-Yahudi
mempertanyakan
mengapa bangsa Yahudi atau bangsa Israel itu yang diistimewakan Allah? Mengapa Allah mengangkat hanya mereka
sebagai umatNya? Bahkan mungkin ada yang iri hati dan berkata, karena Allah
mengangkat hanya Israel, maka bukan
salah bangsa-bangsa lain jika bangsa-bangsa non-Yahudi tidak menyembah Allah
karena memang Allah yang sudah mengeraskan hati mereka.
Paulus tahu apa yang mengganjal di hati
mereka. Simak ayat 19:
9:19 Jadi
kamu akan berkata kepadaku, ‘Mengapa Dia masih
mencari kesalahan? Memang siapa yang telah
melawan kehendak-Nya?’
Jika semua itu sudah ditentukan Allah, jika
Allah sendiri yang sudah menakdirkan hanya Israel yang akan mengikut Allah dan
bangsa-bangsa lain tidak, Allah mau menyalahkan siapa jika bangsa-bangsa lain
hatinya keras? Karena bukankah Allah sendiri yang mengeraskan hati mereka? Karena
Allah yang sudah mengeraskan hatinya, jadi bukan mereka yang melawan kehendak
Allah? Paulus berkata kepada jemaat di Roma, ini kan yang ada dalam pikiran
kalian? Begitu tulis Paulus.
Paulus tahu sebenarnya
jemaat Roma ini menuduh Allah tidak adil. Lihat tulisan Paulus:
9:14 Jika
demikian, apa yang hendak kita katakan? Apakah ada
ketidakadilan pada Allah? Mustahil!
Nah, Paulus langsung menegaskan, mustahil
Allah tidak adil! Mustahil Allah pilih kasih, Allah
itu Allah yang mahaadil, tidak mungkin Dia berbuat seperti yang dicurigai oleh
sebagian jemaat di Roma ini. Allah tidak membedakan manusia.
Petrus berkata di Kisah 10
34 Lalu mulailah Petrus berbicara, dan berkata, ‘Sesungguhnya aku telah mengerti,
bahwa Allah tidak membedakan orang.’
Maka Paulus menjelaskan di Roma pasal 9 ini.
Di ayat 4, Paulus menjelaskan alasannya mengapa bangsa
Israel telah diadopsi, diangkat menjadi anak oleh Allah, dan kepada mereka
telah diberi kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan Hukum Allah, dan cara melayani
Allah, dan janji-janji dari Allah.
Mengapa Allah memilih satu bangsa di atas bangsa-bangsa lainnya?
Jawabannya ada di ayat 5. Karena Allah harus memilih satu bangsa dari mana Mesias
atau Kristus akan dilahirkan.
Karena Allah sudah berjanji akan menurunkan
Mesias, maka Allah harus mempersiapkan tempat atau wadah dari mana nanti Mesias
itu akan lahir.
Mesias ini harus bisa hidup di dalam
koridor Hukum Allah, tanpa cacat cela, tanpa berbuat dosa, supaya nanti Dia
bisa mempersembahkan DiriNya sebagai kurban untuk dosa yang tidak bercacat-cela
dan sempurna bagi seluruh dunia. Sudah pasti Mesias tidak bisa lahir dari suatu
bangsa yang tidak mengenal Allah atau suatu bangsa penyembah berhala.
Jadi jauh sebelum saatnya Mesias ini
lahir, Allah harus mempersiapkan suatu bangsa. Bangsa ini harus
dipisahkan dari bangsa-bangsa lainnya. Bangsa ini harus menjadi bangsa yang istimewa, yang tahu Hukum Allah, yang yakin siapa Allah ini, yang
pernah melihat pekerjaan-pekerjaan besar yang dilakukan Allah bagi mereka, yang
punya hubungan akrab dengan Allah, yang mematuhi semua Perintah Allah, yang
melayani Allah dalam upacara-upacara ibadah, suatu bangsa yang kudus, kerajaan
imam. Simak, inilah kata-kata Allah kepada Musa, untuk disampaikan
kepada bangsa Israel:
Keluaran 19:5-6
Jadi
sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mau mematuhi suara-Ku dan memelihara Perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku di atas segala bangsa, sebab Akulah yang
empunya seluruh bumi. Dan kamu
akan menjadi bagi-Ku sebuah kerajaan imam dan sebuah bangsa yang kudus.’
Inilah firman yang harus kausampaikan
kepada orang Israel.’
Israel dipisahkan Allah dari bangsa-bangsa
lain bukan karena bangsa Israel tadinya jauh lebih baik
daripada bangsa-bangsa lain sehingga mereka yang dipilih. Mereka
sama buruknya dengan bangsa-bangsa yang lain. Tetapi Allah harus
menetapkan satu bangsa dari mana Sang Mesias nanti akan lahir, dan
Allah tidak memilih bangsa Melayu, atau bangsa Cina, atau bangsa India, atau
bangsa Greeka, atau bangsa Roma, tapi Allah memilih bangsa Israel untuk diberi kemurahanNya.
Mengapa?
Nah, untuk menjawab pertanyaan yang ada
dalam hati sebagian jemaat Roma itulah Paulus menulis perikop ini. Karena Allah tidak pernah menjelaskan mengapa dari sekian banyak bangsa di
dunia ini Dia memilih bangsa Israel untuk menjadi bangsa dari mana Sang Mesias
akan lahir, maka Paulus berkata, kita tidak usah bertanya. Itu hak dan kewenangan Allah. Allah yang
Mahatahu. Allah yang Pencipta dan Pemilik alam semesta. Allah mau berbuat apa, Allah
mau memilih siapa, itu hak dan kewenangan Allah. Lihat tulisan Paulus:
9:20
Jangan,
o, manusia, siapakah kamu yang menjawab
melawan Allah? Apakah makhluk yang diciptakan akan berkata kepada dia yang menciptakannya,
Mengapakah engkau menciptakan aku seperti ini?
9:21 Tidakkah tukang periuk berkuasa atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpalan yang sama sebuah benda yang
mulia, dan benda lain yang tidak mulia?
Paulus mengibaratkan Allah sebagai tukang periuk dan kita ini sebagai
gumpalan tanah liat yang dibentukNya. Tukang periuk mau membuat pot air, atau
piring, atau mangkuk dari tanah liatnya, itu semata-mata hak dan kewenangannya.
Tanah liatnya tidak punya hak bertanya mengapa aku dibuat menjadi pot air, tapi
gumpalan yang lain dibuat menjadi piring. Ya suka-suka tukang periuknya mau
bikin apa.
Paulus menjelaskan semua yang dipilih ini bukan karena mereka lebih baik daripada
orang-orang lain, melainkan karena kemurahan Allah. Bukan karena kebaikan mereka. Mereka itu sama buruknya, sama punya
kelemahan, sama berdosanya seperti manusia-manusia yang lain yang tidak dipilih.
(Abraham juga berdusta, juga pernah mendahului kehendak Allah, Daud pernah
berzinah dan membunuh, Yakub menipu bapaknya dan saudaranya, Yehuda ikut
membuang saudaranya ke dalam sumur dan berbohong kepada bapaknya, Paulus
membunuh orang-orang Kristen). Jadi, jika mereka ini tidak punya keistimewaan
apa-apa, mengapa mereka ini yang kena pilih Allah?
Simak kata Paulus:
9:16 Jadi
itu bukan dari dia yang berkeinginan, maupun
dari dia yang berusaha, tetapi dari Allah
yang menunjukkan kemurahan.
Jadi, poin pertama, Paulus berkata, “Jangan
iri hati pada orang Israel karena mereka yang dipilih Allah. Itu bukan karena
usaha mereka, tetapi itu karena kemurahan hati Allah pada mereka.”
Allah perlu suatu bangsa yang menjadi
milikNya sendiri untuk menjadi wadah dari mana Mesias akan lahir. Jadi Allah
harus memilih salah satu. Dan yang dipilih Allah ialah bangsa Israel. Jika kita
lihat sejarahnya, bangsa Israel ini bukan sudah ada sebelumnya lalu Allah
memilihnya dari antara bangsa-bangsa yang ada, tetapi bangsa
Israel dibentuk Allah sendiri. Pertama Allah memanggil Abraham
keluar dari tanah Ur-Kasdim, dari suatu bangsa penyembah berhala. Jadi Allah mengambil satu manusia dari bangsa penyembah berhala, lalu Allah
memisahkannya. Abraham disuruh meninggalkan kampung halamannya,
meninggalkan sanak kerabatnya dan latar belakangnya, untuk pergi ke tempat yang
tidak diberitahukan kepadanya sebelumnya.
Lalu Allah membentuk bangsa Israel ini dari keturunan
Abraham. Abraham mempunyai anak Ishak, Ishak mempunyai anak Yakub
yang namanya kemudian diganti menjad Israel. Dan Yakub punya 12 anak laki-laki
yang merupakan ke-12 bani Israel. Jadi bangsa Israel ini tadinya belum ada.
Tuhan sendiri yang membentuknya.
Karena Yesus nanti akan lahir dari bangsa
ini, maka kepada Israel diberikan Hukum Allah dan ditekankan harus menurut
kepada Hukum Allah - supaya manusia Yesus nanti lahir dan dibesarkan dalam
keluarga yang patuh pada Hukum Allah, supaya sejak lahir Yesus menjadi pelaku
Hukum Allah.
Untuk apa Sang Mesias turun ke dunia? Itulah program rencana keselamatan Allah.
Allah memang membuat rencana Sang Mesias ini akan lahir dari keturunan Abraham,
dari bangsa Israel, tetapi rencana keselamatan Allah tidak berhenti hanya untuk
menyelamatkan orang-orang Israel. Rencana keselamatan Allah itu disediakan
bagi semua manusia. Ingat janji Allah kepada Abraham?
Kejadian 12:3
Dan Aku akan memberkati orang-orang yang
memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau; dan dalammu semua kaum di muka bumi akan diberkati.’
Inilah janji Allah kepada Abraham, bahwa melalui Abraham “semua
kaum di muka bumi akan diberkati.”
Bagaimana caranya? Melalui Yesus Kristus yang akan lahir
dari keturunan Abraham, maka keselamatan ditawarkan kepada semua orang di bumi,
dan semua orang di bumi beroleh berkat.
Jadi bangsa Israel sebenarnya mendapat
tugas dari Allah untuk memperkenalkan keselamatan dari Allah kepada semua
manusia non-Israel, karena Mesias lahir dari mereka.
Tetapi ternyata orang-orang Israel jasmani
ini (orang-orang yang berdarah Yahudi) mayoritas bukan Israel rohani, mereka bukan
saja tidak menjalankan tugas mereka memperkenalkan Mesias kepada bangsa-bangsa
lain, malah mereka sendiri yang membunuh Mesias, sehingga pada tahun 34 AD
mereka kehilangan status sebagai umat pilihan Allah. Mereka dipecat Allah sebagai bangsa
pilihan. Sejak itu para rasul dan murid-murid awal Kristus menyebar ke
seluruh dunia untuk menyampaikan Injil langsung kepada bangsa-bangsa lain.
Tidak perlu lagi lewat bangsa Israel, tapi semua orang dari segala bangsa, akan
diangkat anak oleh Allah sebagai Israel rohani, dan dianggap sebagai keturunan
Abraham secara rohani.
Simak tulisan Paulus:
9:23
Dan
supaya Dia
boleh menyatakan kekayaan kemuliaan-Nya pada bejana-bejana
kemurahanNya, yang telah dipersiapkan-Nya sebelumnya
untuk kemuliaan,
9:24
yaitu kita, yang telah
dipanggil-Nya, bukan hanya dari orang Yahudi, tetapi juga dari antara
bangsa-bangsa lain,
Lihat, ternyata kita inilah “bejana-bejana
kemurahanNya, yang telah dipersiapkan-Nya sebelumnya
untuk kemuliaan”, baik
yang berdarah Yahudi, maupun yang tidak berdarah Yahudi. Jadi kita yang tidak
berdarah Yahudi ini juga sudah termasuk dalam rancangan keselamatan Allah sejak
semula, sudah dipersiapkan
sebelumnya untuk menjadi bejana-bejana kemurahan Allah.
Apa sih artinya “bejana-bejana kemurahan” Allah? Bejana itu wadah, tempat, artinya “tempat untuk menerima curahan kemurahan Allah.” Jadi kita
ini dapat bagian juga menerima curahan kemurahan Allah.
Untuk apa? Untuk mendapatkan
kemuliaan.
Kapan kita
dimuliakan? Saat kedatangan Kristus kembali dan kita yang sudah mati
dibangkitkan dari kematian, atau yang masih hidup diubahkan, saat kita mendapat
tubuh baru yang mulia yang tidak lagi fana, tetapi yang kekal, dan bersama-sama
kita akan dibawa ke Surga.
1 Korintus 15:42-43
Demikianlah pula halnya kebangkitan orang
mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan.
Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam
kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan.
2 Korintus 3:18
Tetapi kita semua, dengan wajah yang tidak terhalang penutup memandang
kemuliaan Tuhan seperti di cermin, dan kita sedang diubahkan menjadi gambar
yang serupa, dari kemuliaan ke kemuliaan,
sama seperti oleh Roh Tuhan.
Nah, jika kita
ini, baik yang berdarah Yahudi maupun yang tidak berdarah
Yahudi (berasal dari bangsa-bangsa lain), sudah dipersiapkan
sebelumnya menjadi bejana/tempat menerima kemurahan Allah (menurut
ayat 23-24), apakah masih ada
manusia yang tersisa yang tidak dipersiapkan menjadi bejana/tempat menerima kemurahan
Allah?
Tidak ada. Semua sudah termasuk dipersiapkan menjadi bejana penerima kemurahan Allah,
kan?
Kalau begitu
bagaimana dengan ayat 18 di atas yang menyinggung bahwa “siapa yang Ia
mau, Ia keraskan” hatinya.
Hati siapa yang dikeraskan? Tidak ada. Ayat 24 sudah
dengan jelas mengatakan, baik yang Yahudi maupun yang non-Yahudi, sama-sama
sudah dipersiapkan sebagai bejana untuk menerima kemurahan Allah. Jadi siapa
yang tersisa? Semua
manusia sudah termasuk salah satu dari kedua kelompok ini:
ü Yahudi,
ü atau non-Yahudi.
Dan
kedua kelompok ini adalah bejana-bejana penerima kemurahan Allah [menurut ayat 23-24], berarti apakah masih ada kelompok
yang ketiga di luar kedua kelompok ini?
Sudah tidak ada kelompok ketiga yang lain. Semua manusia
termasuk salah satu dari kedua kelompok di atas.
Jadi Paulus
berniat menekankan poin yang mau disampaikannya, bahwa memilih satu orang di
atas orang yang lain, memilih satu bangsa di atas bangsa yang lain, itu
sepenuhnya hak Allah. Siapa yang dipilih Allah untuk
menerima kemurahanNya, itu sepenuhnya hak Allah, apakah Allah mau
memberi kemurahanNya atau mengeraskan hatinya (tapi tidak ada yang dikeraskan
hatinya oleh Allah), itu semata-mata wewenang Allah.
Di Alkitab kadang
memang muncul istilah “Allah mengeraskan hati” orang, misalnya dalam hal Firaun
yang tidak mau membiarkan orang Israel pergi mengikuti Musa. Jika kita
mempelajari Alkitab kita mengerti bahwa Roh Allah/Roh Kudus selalu membujuk/merayu
atau “bergumul” dengan manusia untuk membawa manusia kepada pertobatan dan
berpaling kepada Allah agar manusia itu boleh selamat.
Tetapi bila setiap
kali Roh Allah berusaha membujuknya agar mau bertobat dan kembali ke jalan yang
benar, lalu manusia ini menolak, maka setiap penolakannya membuat hatinya
sendiri sedikit lebih keras lagi daripada sebelumnya. Setiap penolakannya
membuat dia semakin jauh dari Allah. Maka dikatakan seolah-olah “Allah yang
mengeraskan hati” orang itu karena bujukan Roh Allah itulah yang membuat orang
tersebut semakin mengeraskan hatinya.
Pertanyaan
yang penting sekarang: Jadi Roma pasal 9 bagian pertama itu
berbicara tentang Allah memilih orang untuk apa? Di atas kita sudah
tahu bahwa Allah tidak pernah memilih orang supaya tidak selamat, maka pasal 9
Roma ini bicara tentang Allah memilih manusia untuk apa?
Jika kita simak
baik-baik contoh-contoh yang diberikan Paulus di ayat 7-13, kita melihat bahwa
ternyata Allah memilih manusia untuk melaksanakan suatu tugas
khusus untukNya,
Kita juga bisa
melihat beberapa ayat lain di samping contoh-contoh yang diberikan Paulus:
ü Allah memilih Abraham dari semua manusia di
dunia pada saat itu, untuk menjadi berkat bagi semua
manusia karena melalui Abraham-lah Yesus Kristus bakal lahir.
(Kejadian 12:1-3)
ü Allah memilih Ishak dan bukan Ismael untuk menjadi anak perjanjian (Rom 9:7-9).
ü Allah memilih Yakub dan bukan Esau untuk menjadi bapak ke-12 bani Israel (Rom 9:10-13).
ü Allah memilih Yehuda dari 12 bersaudara untuk menjadi bani yang menurunkan Yesus Kristus. (Ibrani
7:14)
ü Allah memilih Rahab yang pelacur dari semua
perempuan baik-baik lainnya untuk menjadi nenek moyang Yesus
Kristus. (Matius 1:5)
ü Allah memilih Rut, orang Moab untuk menjadi nenek Daud. (Matius 1:5)
ü Allah memilih Daud dari semua
saudara-saudaranya untuk menjadi raja dan nenek
moyang Yesus Kristus. (1 Samuel 16:1, 13)
ü Allah memilih Matias untuk menggantikan
tempat Yudas. (Kisah 1:24-26)
ü Allah memilih Paulus dari sekian banyak
orang Farisi untuk menjadi rasul. (Roma 1:1, Galatia
1:1)
Jadi bagian pertama Roma pasal 9 tidak berbicara tentang keselamatan manusia,
bagian pertama Roma pasal 9 ini berbicara tentang Allah memilih
orang-orang tertentu untuk melaksanakan atau mengemban tugas khusus bagiNya.
Nah, bagian akhir dari Roma pasal 9, merupakan penjelasan Paulus tentang
mengapa bangsa Israel ternyata gagal menjalankan misi yang telah dipercayakan
Allah kepada mereka. Walaupun mereka sudah diistimewakan, sudah dipilih, sudah
dipisahkan, sudah diberi Hukum, sudah dikirimi nabi-nabi yang menyampaikan
pesan-pesan dan nubuatan-nubuatan dari Allah, tapi ternyata mereka gagal
mencapai kebenaran, dan gagal dibenarkan.
Mengapa?
30 Jika
demikian, apakah yang akan kita katakan?
Bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengikuti
kebenaran, telah mendapatkan kebenaran,
yaitu kebenaran karena iman.
31 Tetapi
Israel, yang mengikuti Hukum kebenaran,
tidaklah sampai kepada Hukum kebenaran itu.
32 Mengapa?
Karena mereka tidak mencarinya dengan iman, tetapi sebagaimana
yang mereka lakukan, oleh perbuatan Hukum. Karena mereka
tersandung pada batu sandungan.
33 seperti
ada tertulis, ‘Lihatlah, Aku meletakkan di
Sion sebuah batu sandungan, dan batu yang
menimbulkan amarah, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan
dipermalukan.’
Ironis sekali, malah bangsa-bangsa lain yang tadinya tidak dipilih menjadi umat
Allah, yang tidak diistimewakan, yang tidak dipisahkan, yang tidak tahu tentang
nubuatan-nubuatan Allah, justru mereka yang mendapatkan pembenaran yang diperoleh
dari iman.
Sedangkan Israel gagal
karena menganggap bisa mendapatkan pembenaran dengan melakukan Hukum.
Mengapa?
Karena tidak ada perbuatan apa pun, termasuk melakukan
Hukum Allah yang bisa membenarkan manusia. Pembenaran hanya bisa diperoleh dari
iman. Ingat tulisan Paulus ke jemaat Efesus?
Efesus 2:8-10
Karena oleh kasih karunia kamu
diselamatkan melalui iman, dan itu bukan karena usaha kamu, itu adalah pemberian Allah, itu
bukan hasil pekerjaanmu: jangan sampai ada
orang yang memegahkan dirinya. Karena kita ini karya
Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan perbuatan baik, yang telah dipersiapkan
Allah sebelumnya, agar kita harus hidup di
dalamnya.”
Israel tersandung batu. Apa batu sandungannya? Menerima
Mesias sebagai Juruselamat yang membenarkan mereka. Israel menolak Mesias,
menolak kasih karunia Allah, dan merasa sanggup bisa menyelamatkan diri mereka
sendiri dengan melakukan Hukum Allah.
Sampai sekarang pun banyak orang yang seperti ini, yang
menganggap mereka bisa mencapai Surga dengan melakukan kebaikan, amal, ibadah, dengan
melakukan Hukum, mereka tidak butuh Mesias.
Alkitab dengan sangat jelas memaparkan, melakukan Hukum itu tidak pernah
merupakan sarana untuk mendapatkan pembenaran atau keselamatan. Yang
memberikan pengampunan dosa, pembenaran dan keselamatan hanya Allah, karena
kasih karuniaNya, yang bisa kita peroleh hanya dengan iman. Melakukan Hukum semata-mata merupakan buah dari pembenaran
kita, sekali-kali bukan syarat untuk mendapatkan pembenaran itu, tetapi bukti bahwa kita sudah bertobat dari dosa-dosa kita dan menjadi
pengikut Kristus.
Melakukan Hukum itu penting, tapi posisinya bukan sebagai
syarat/sarana untuk mendapatkan keselamatan, melainkan itu adalah bukti bahwa
kita sudah menerima keselamatan dari Allah dan selanjutnya kita hidup sesuai
dengan kehendak Allah, dengan melakukan Hukum Allah. Jangan terbalik. Jika kita
beranggapan kita diselamatkan karena melakukan Hukum Allah, maka sesungguhnya
kita belum menerima keselamatan dari Allah, kita hanya menerima
“perasaan sudah selamat” dari diri kita sendiri berdasarkan konsep kita yang salah.
Semoga kita boleh lebih paham bahwa Tuhan telah memilih
untuk menyelamatkan kita semua. Tergantung kita sendiri mau menerima
keselamatan dari Tuhan atau tidak.
10 1 18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar