188. ANAK DAGING VS ANAK PERJANJIAN
__________________________________________________________________
Galatia 4:29
Tetapi seperti dahulu, dia yang diperanakkan
menurut daging, menganiaya yang diperanakkan menurut Roh, demikian juga
sekarang ini.
Ada banyak
yang disampaikan Paulus kepada jemaat di Galatia. Di pasal 4 surat ke jemaat
Galatia ini, Paulus ingin menyampaikan dua hal.
1. Yang pertama ialah, bahwa pengikut-pengikut Kristus harus mengantisipasi menerima penganiayaan,
dan untuk menjelaskan poin itu, Paulus
memakai contoh kedua anak Abraham. Kita tentunya sudah tahu bahwa Abraham
mempunyai dua orang anak yang terkenal:
ü
yang satu
yang lahir lebih dahulu dari seorang perempuan
budak yang
bernama Hagar, orang Mesir;
ü
dan yang
lain, yang lahir belakangan dari istri Abraham yang sah, Sara, perempuan
yang merdeka.
Menurut Galatia 4:29, anak yang
lahir dari Hagar menganiaya anak yang lahir dari Sara, padahal jika melihat status ibu masing-masing, anak yang
lahir dari Hagar yang seorang budak, seharusnya lebih tahu diri, karena posisi
anak yang lahir dari Sara, yang istri sah Abraham, adalah majikan ibunya, jadi
jelas status anaknya juga lebih tinggi daripada dirinya, yang hanya anak
seorang budak. Tetapi ternyata anak yang lahir dari perempuan budak Hagar ini
tidak tahu diri, malah dia berani menganiaya “putra mahkota” keluarga Abraham.
Paulus memakai kisah ini untuk memberikan
pesan kepada pengikut-pengikut
Kristus, yang sudah diangkat sebagai anak-anak Allah, tidak usah terkejut
bilamana mereka juga dianiaya oleh yang bukan anak-anak Allah, yang cuma
anak-anak budak, karena
dari zaman dahulu sudah begitu, dan sampai zaman sekarang juga
begitu.
2. Point yang kedua yang disampaikan di
Galatia pasal 4
ini lebih mendalam, lebih doktrinal, dan
itu berbicara tentang keselamatan, bahwa mereka yang sudah menerima Injil ~ yaitu bahwa di dalam Yesus Kristus manusia
beroleh pengampunan dosa dan pembebasan dari hukuman kematian kekal ~
tidak lagi berstatus anak seorang hamba/budak (seperti Ismael) di bawah Hukum, melainkan sebagai
anak-anak Allah, mereka berstatus
anak orang merdeka (seperti Ishak).
Kita tentunya sudah hafal
dengan kisah Abraham dengan Sara istri yang sah, dan Hagar yang tidak sah,
serta kedua anaknya dari dua perempuan itu. Kita tahu, Tuhan telah berjanji
pada Abraham bahwa dia akan punya keturunan, padahal saat itu usia Abraham dan
istrinya Sara sudah melampaui usia manusia yang bisa punya keturunan. Tetapi karena
Tuhan yang berkata demikian, mereka percaya dan menunggu. Tapi tunggu punya
tunggu dengan rasa cemas karena setiap tahun usia mereka bertambah tua, tidak
tampak Tuhan menggenapi janjiNya. Mereka mulai bimbang, apa benar Tuhan memang
akan memberi mereka anak, karena secara biologis sebenarnya itu mustahil.
Karena meragukan
Tuhan itulah, mereka mulai berpikir, apa barangkali maksud Tuhan mereka juga
harus berbuat sesuatu, bukan cuma berpangku tangan saja menunggu mujizat? Maka
Sara istri Abraham punya ide cemerlang dan menyuruh Abraham mengambil budaknya,
Hagar, yang masih muda yang punya kemampuan mengandung dan melahirkan anak,
supaya Abraham punya anak dari budak itu. Gara-gara ide cemerlang itu lahirlah
Ismael dari Hagar, yang diperanakkan menurut daging pada saat Abraham berusia
86 tahun.
Jelas kan “menurut
daging” artinya menurut kehendak manusia. Bukan kehendak Tuhan. Dalam hal ini, menurut kehendak
Sara dan Abraham. Ini sama sekali bukan kehendak Tuhan karena anak yang
dijanjikan Tuhan kepada Abraham, haruslah lahir dari istrinya yang sah yaitu
Sara, bukan dari perempuan lain.
Seharusnya
Abraham tidak menuruti usul Sara. Tuhan itu mahakuasa, Tuhan tidak perlu
dibantu. Jika pas saatnya Tuhan akan memberikan apa yang dijanjikanNya. Justru
dengan “membantu” Tuhan, Abraham mengacaukan rencana Tuhan.
Tuhan tidak
pernah ingkar janji. Walaupun Abraham sudah mempunyai anak hasil ide
cemerlangnya bersama Sara, tetapi anak itu tidak bisa mengisi kedudukan anak
yang dijanjikan Tuhan kepada mereka. Tuhan tidak
menerima anak Abraham dari Hagar sebagai anak yang dijanjikanNya walaupun mungkin Abraham menganggap Ismael itulah anak
yang dijanjikan Tuhan.
Belasan tahun
kemudian, ketika Abraham berusia 100 tahun dan Sara, istrinya yang sah berusia
90 tahun, Tuhan menepati janjiNya dan secara ajaib Sara melahirkan seorang anak
yang diberi nama Ishak. Anak inilah anak yang dijanjikan
Tuhan kepada mereka, karena anak ini lahir semata-mata
karena kuasa Tuhan, karena kehendak dan kuasa Tuhan, sama sekali
bukan karena kemampuan manusia. Karena itu Ishak disebut “anak perjanjian”
yang lahir menurut Roh, artinya dia lahir karena Tuhan (Roh) yang berkarya.
Ketika Tuhan
memanggil Abraham untuk meninggalkan tempat tinggalnya dan pergi ke tempat yang
tidak diketahuinya, yang belum ditunjukkan Tuhan kepadanya, Abraham menurut.
Karena apa? Karena iman. Dia menurut karena dia punya keyakinan pada Sosok yang
menyuruhnya pindah itu. Karena keyakinannya itu, karena imannya itu, Abraham mau
meninggalkan tempat tinggalnya dan pergi ke tempat yang asing yang tidak diketahuinya
di mana. Jadi iman yang teguh itu
membuahkan penurutan. Kita harus ingat ini. Karena itu Alkitab
berkata, Abraham dibenarkan karena imannya.
Kejadian 15:6
Dan dia
(Abraham) percaya dalam
TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.
Jadi Abraham mempercayai
janji Tuhan. Abraham punya iman dalam Tuhan.
Apa yang diperhitungkan Tuhan sebagai kebenaran? Iman
Abraham.
Kenapa? Karena iman itu membuahkan penurutan. Karena iman, Abraham patuh
pada Tuhan, lalu memboyong keluarganya dan harta miliknya mengikuti suara Tuhan
meninggalkan tempat tinggalnya.
Renungan buat kita: jika
kita tidak mau atau belum bisa patuh kepada Tuhan, itu kita perlu bertanya,
apakah kita benar-benar sudah punya iman pada Tuhan? Karena jika kita memang punya iman, kita
pasti akan patuh kepada Tuhan.
Tapi dalam hal mendapatkan anak ini, Abraham imannya
kurang teguh sehingga itu membuahkan
pelanggaran. Abraham tidak menurut Tuhan. Dia meragukan Tuhan
dan bertindak sendiri.
Tuhan tidak
pernah berkata kepada Abraham untuk berupaya sendiri supaya punya anak dari
perempuan lain yang bukan istrinya. Alkitab mencatat, sebelum Abraham bertindak
sendiri ini, sedikitnya 6 kali Tuhan sudah mengulangi janjiNya pada Abraham
bahwa Abraham akan punya keturunan. Tuhan tidak pernah menyuruh Abraham
berupaya sendiri, tetapi Tuhan-lah yang akan memberinya keturunan itu.
Kejadian 12:2
Dan Aku akan membuat engkau menjadi
bangsa yang besar, dan Aku akan memberkati
engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.
Kejadian 12:7
Dan TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan
berfirman, ‘Kepada keturunanmu Aku akan memberikan negeri ini.’ Dan di situ dia
mendirikan mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya
Kejadian 13:16
Dan Aku
akan menjadikan keturunanmu seperti debu tanah, sehingga, seandainya ada
yang dapat menghitung debu tanah, maka keturunanmu
pun akan dapat dihitung
Kejadian 15:4-5
Dan
lihat, Firman TUHAN datang kepadanya, mengatakan, ‘Dia ini
tidak akan menjadi ahliwarismu, melainkan yang
keluar dari perutmu sendiri yang akan menjadi ahliwarismu. Dan TUHAN membawa Abram ke luar serta
berfirman, ‘Lihatlah sekarang ke langit dan hitunglah bintang-bintang, jika engkau
dapat menghitung mereka. Seperti inilah keturunanmu nanti.
Kejadian 15:13
Lalu TUHAN berfirman kepada Abram, ‘Ketahuilah dengan pasti bahwa keturunanmu akan menjadi orang asing di negeri yang bukan kepunyaan mereka, dan akan menghamba kepada mereka, dan mereka
akan menganiaya mereka empat ratus tahun lamanya.
Kejadian 15:18
Pada hari yang
sama TUHAN mengadakan perjanjian dengan Abram, dengan berkata, ‘Kepada keturunanmu Kuberikan tanah
ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat.’
Jadi di sini
ada contoh, bahwa iman itu bisa naik-turun. Tidak berarti kalau dulu iman itu
teguh, sekarang masih teguh. Karena itu kita harus berhati-hati dengan iman
kita supaya jangan naik-turun. Abraham pernah percaya penuh kepada Tuhan,
ketika dia mematuhi perintah Tuhan untuk pergi ke tempat yang tidak diberitahukan
Tuhan. Tapi dalam perjalanan waktu, karena Tuhan lama tidak menggenapi
janjiNya, imannya luntur, digantikan keragu-raguan. Dan itu menyebabkan Abraham
tidak mematuhi perintah Tuhan.
Jadi
pelajaran yang harus kita ambil dari sini ialah, bilamana kita tidak mematuhi
Tuhan, itu karena sedang ada masalah dengan iman kita. Iman kita mundur, sudah
tidak sekokoh yang kita sangka.
Sekarang,
karena ada dua orang anak dari dua orang ibu yang berbeda dalam rumah tangga
Abraham, maka itu jelas menimbulkan ketidakdamaian. Apa kata Paulus?
“yang diperanakkan menurut daging,
menganiaya yang diperanakkan menurut Roh”, jadi secara
literal Ismael menganiaya Ishak. Ismael lebih tua sekitar 13-14 tahun dari Ishak,
jadi yang lebih besar mudah sekali menganiaya yang masih kecil. Alkitab tidak
menjelaskan macam apa penganiayaannya, apa Ismael suka memukuli Ishak, atau
membully dia, tidak jelas. Tapi yang jelas, Sara, ibu Ishak mengetahui tentang
penganiayaan itu. Berarti di dalam rumah tangga Abraham suasana pasti sangat
tidak nyaman.
Setiap pelanggaran, setiap ketidakpatuhan pada Tuhan itu pasti berbuah yang
merugikan bagi kita.
Tuhan
menciptakan satu Hawa untuk satu Adam, berarti dalam sebuah rumah tangga, hanya
boleh ada satu suami untuk satu istri dan satu istri untuk satu suami. Abraham
sudah menabrak peraturan ini. Dan akibatnya banyak:
ü
Hagar
menjadi angkuh dan tidak
menghormati nyonyanya (Sara) karena dia bisa hamil sedangkan Sara tidak
(Kejadian 16:4).
ü
Sara
membalas sakit hatinya dengan
menindas Hagar yang adalah budaknya (Kejadian 16:6), dan dia berhak
melakukannya, karena di zaman itu seorang budak adalah milik majikannya.
ü
Rumah tangga
Abraham menjadi kacau.
Kebencian, iri hati, dendam, memenuhi rumah
tangganya. Hagar sampai melarikan diri karena tidak betah, tetapi Malaikat
Tuhan menyuruhnya kembali dan menerima ditindas oleh Sara, majikannya.
(Kejadian 16:9) Tuhan selalu mengajarkan kepatuhan, dan Tuhan menyuruh Hagar
kembali untuk tunduk kepada majikannya, karena dia memang budaknya.
ü
Sebaliknya,
karena Sara telah menindas Hagar, maka Tuhan akan membalas perbuatan itu dengan
menjadikan keturunan Hagar sangat banyak jumlahnya. (Kejadian
16:10).
Jadi ini pelajaran buat kita, jika kita
menindas orang lain, jangan-jangan pembalasan Tuhan akan membuat kita semakin
kesal. Karena itu
lebih baik kita bersikap baik terhadap semua orang, walaupun orang tersebut
menjengkelkan hati kita.
ü
Tuhan
berkata, anak yang dilahirkan Hagar ini dan
keturunannya akan selalu menimbulkan permusuhan, dia liar tak terkendalikan,
dia akan menentang semua orang, dan semua orang akan menentangnya, dan dia akan
hadir di mana-mana di antara saudara-saudaranya. (Kejadian 16:12 lihat terjemahan KJV).
Lihat, dari satu langkah yang salah,
ekornya panjang, problemnya beranak-pinak.
ü
Lalu anak
dari Hagar ini (Ismael), yang liar tidak terkendali, yang selalu menentang
orang dan menimbulkan pertentangan, akan menganiaya anak perjanjian, bukan saja
di zaman mereka, tapi berlangsung terus, kata Paulus. (Galatia 4:28)
Nah, akhirnya anak perjanjian (Ishak)
menjadi korban penganiayaan yang bersumber dari kesalahan yang dibuat
orangtuanya. Coba,
seandainya Abraham bersabar, menurut Tuhan, tidak minteri membuat anak dengan
Hagar, maka tidak akan ada Ismael, tidak akan ada yang menganiaya Ishak dan
keturunannya, tidak ada pertentangan dan permusuhan dalam rumah tangganya.
ü
Kekalutan
dalam rumah tangganya membuat Abraham sendiri bersedih, apalagi ketika Sara
mendesaknya untuk mengusir Hagar dan Ismael.
Dan Tuhan menyuruh Abraham menuruti
permintaan Sara, Hagar dan anaknya Ismael harus disingkirkan dari rumah tangga
Abraham jika mengharapkan ketenangan kembali di rumah tangganya. Jika dalam
satu rumah tangga ada dua orang istri, itu tidak akan tentram. Ketentraman
harus dikembalikan. Maka dengan berat hati Abraham harus berpisah dari darah
dagingnya, Ismael. (Kejadian
21:10-14). Bayangkan betapa pedihnya hati seorang bapak harus berpisah dari
anak kandungnya sendiri. Dan Abraham menyadari bahwa perpisahan itu untuk
selamanya. Dia tidak akan bertemu lagi dengan anaknya ini.
Betapa
banyaknya sakit hati, kesedihan, masalah, dan permusuhan yang timbul akibat
keraguan dan kebimbangan Abraham pada Tuhan. Dan semua itu tidak berhenti hanya sampai ke akhir hayat
Abraham, melainkan terus berlangsung sampai sekarang, kata
Paulus.
Ini
seharusnya menyadarkan kita, bahwa kesalahan yang kita lakukan hari ini bisa
berakibat panjang dan lama bahkan sampai tulang-tulang kita sudah memutih. Maka kita perlu berhati-hati supaya kita tidak
menciptakan masalah berkepanjangan yang masih tidak terselesaikan lama setelah
kita mati.
Galatia 4:29
Tetapi seperti dahulu, dia yang
diperanakkan menurut daging, menganiaya yang diperanakkan menurut Roh, demikian juga sekarang ini.
Lihat, dari
dulu Ismael menganiaya Ishak, dan itu berlangsung terus sampai sekarang, kata
Paulus.
Bukankah
Ismael dan Ishak di zaman Paulus sudah lama mati? Ya.
Jadi siapa
yang dikatakan Paulus menganiaya dan dianiaya “sampai sekarang”? Ya
keturunannya.
Jadi,
janganlah heran bila keturunan Ishak rohani ( = bukan keturunan literal, tapi
yang dimaksud ialah kita, anak-anak Allah menurut Roh) sering dianiaya oleh
keturunan Ismael rohani ( = mereka yang
bukan anak-anak Allah menurut Roh). Ishak dan Ismael yang literal sudah lama
mati, mereka sekarang menjadi simbol. Paulus berkata, dari semula semua yang
berasal dari daging (seperti Ismael) itu menganiaya yang berasal dari Roh
(seperti Ishak).
Ini bukan
lagi bicara tentang dua saudara beda ibu, dua keturunan, melainkan dua agama,
dua kebudayaan.
Tapi Tuhan
mengizinkan itu terjadi, dan bahkan itu sudah tertulis di Alkitab. Maka yang diperanakkan dari Roh, harus
bersabar dan menjalaninya sampai Tuhan sendiri nanti yang menghentikannya.
Ketika
Ismael dan Hagar diusir dari rumah Abraham, mereka kembali ke keluarga Hagar di
Mesir. Maka selanjutnya Ismael hidup sesuai kebudayaan dan agama orang Mesir,
meninggalkan agama ayahnya, walaupun masih ada beberapa praktek keagamaan
Abraham yang diteruskannya, misalnya tentang hukum sunat.
Sedangkan
Ishak yang tinggal bersama ayahnya Abraham, terus mengikuti agama yang
dipraktekkan Abraham, yaitu yang diajarkan Tuhan kepadanya. Maka keturunannya
adalah mereka yang memelihara agama Abraham, yang menyembah Allahnya Abraham.
Secara
jasmani Yesus Kristus lahir sebagai keturunan
Abraham dari anaknya Ishak, dari anak perjanjian yang dikaruniakan
Tuhan ini.
Maka, para pengikut Kristus disebut
keturunan Abraham. Bukan
kataku, tapi kata Alkitab. Mari lihat di:
Galatia 3:29
Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu adalah benih Abraham dan menurut janji Allah, adalah
ahliwaris.
Jemaat
Galatia adalah jemaat campuran, dari bangsa-bangsa bukan Yahudi. Tetapi Paulus
berkata “kamu adalah keturunan Abraham”, berarti, walaupun mereka tidak
berdarah Yahudi, bukan dari bangsa Israel, mereka tetap diperhitungkan sebagai
keturunan Abraham.
Maka semua yang mengikut Kristus,
menjadi keturunan Abraham secara rohani, walaupun secara
jasmani, secara biologis, secara darah, kita tidak berdarah Yahudi/Israel.
Mungkin ada
yang berpikir, Ishak disebut “yang
diperanakkan menurut Roh”, tapi aku kan tidak? Aku kan bukan anak
perjanjian? Aku kan lahir seperti semua orang lain?
Jadi, apakah
kita juga masuk kategori “diperanakkan menurut Roh”? Iya! Karena kita (seharusnya) mengalami
kelahiran baru oleh Roh, bukan hanya sekali, melainkan seharusnya
berulang-ulang selama hidup kita. Lihat tulisan di:
Yohanes 3:5-7
Jawab
Yesus, ‘Sungguh-sungguh
Aku berkata kepadamu, kecuali seorang manusia dilahirkan dari air dan Roh, ia
tidak dapat masuk Kerajaan Allah. Apa
yang dilahirkan dari daging, adalah daging; dan apa yang dilahirkan dari Roh,
adalah roh. Janganlah heran kalau Aku berkata kepadamu, ‘Kamu harus dilahirkan kembali.’
Jadi kita seharusnya
juga dilahirkan kembali/dilahirkan baru oleh Roh, jika tidak, maka kita punya masalah yang besar.
Dengan kata lain, semua orang yang tidak
dilahirkan kembali dari air dan Roh, mereka itu masuk kategori dilahirkan oleh
daging. Dan semua yang hanya dilahirkan oleh daging, tidak
berkenan kepada Allah, mereka berseteru dengan Allah, mereka menuju ke
kebinasaan karena keinginan daging ialah maut!
Roma 8:5-8
Sebab
mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; tetapi mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan
hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi
keinginan rohani adalah hidup dan damai
sejahtera. Sebab pikiran manusia adalah perseteruan melawan Allah, karena ia tidak patuh kepada Hukum Allah; dan memang tidak mungkin bisa. Maka mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan
kepada Allah.
Roma 9:8
Artinya:
mereka yang adalah anak-anak
secara daging, mereka ini bukanlah anak-anak Allah; tetapi
anak-anak perjanjian–lah yang diperhitungkan sebagai benih.
Nah,
ternyata pertentangan dalam skala luasnya
bukan lagi hanya antara keturunan Ismael dengan keturunan Ishak yang literal,
melainkan juga antara “anak-anak menurut
daging” dengan “anak-anak menurut Roh” yang dilambangkan oleh
Ismael dan Ishak.
Di Galatia
3:29 sudah dikatakan bahwa siapa yang milik
Kristus, itu diperhitungkan sebagai benih Abraham, atau “anak-anak perjanjian”,
atau “anak-anak menurut Roh.” Berarti yang
bukan milik Kristus itulah “anak-anak menurut daging.”
Tadi sudah
kita lihat makna spesifiknya, sekarang marilah kita lihat makna luasnya. Makna
luasnya Paulus membandingkan antara kedua ibu anak-anak Abraham.
Kita kembali
ke Galatia pasal 4.
4:22 Karena ada
tertulis, bahwa Abraham mempunyai dua anak laki-laki,
seorang dari perempuan budak, seorang dari
perempuan yang merdeka.
4:23 Tetapi dia
yang berasal dari
perempuan budak itu diperanakkan menurut
daging; tetapi dia yang dari
perempuan yang merdeka itu, oleh janji.
4:24 Hal mana adalah
kiasan. Sebab inilah
kedua perjanjian itu; yang
satu berasal dari gunung Sinai dan melahirkan perbudakan,
yaitu Hagar—
4:25 Karena Hagar
ini ialah gunung Sinai di tanah Arab, dan bertanggungjawab kepada Yerusalem yang sekarang ini, dan berada dalam perbudakan dengan anak-anaknya.
4:26 Tetapi Yerusalem
sorgawi itu merdeka, yang adalah ibu kita semua.
4:31 Jadi,
saudara-saudara, kita bukanlah anak-anak perempuan budak, melainkan dari yang
merdeka.
Jadi kisah sejati
Abraham dengan dua perempuan dan dua anaknya itu adalah suatu kiasan. Kiasan apa? Kiasan dua
perjanjian Allah. Apa itu:
Dikatakan di ayat 24-26,
itu melambangkan (1) perjanjian Allah dengan Musa di
gunung Sinai, Yerusalem duniawi; dan (2)
perjanjian Allah dengan jemaatnya, Yerusalem Baru,
atau Yerusalem Surgawi.
ü
Hagar
melambangkan gunung Sinai.
Yang seharusnya umat Allah itu pengantin/mempelai
Kristus, tetapi karena banyak ketidakpahaman umat Allah di masa yang lalu, telah
menempatkan
dirinya sebagai budak sebagaimana Hagar itu adalah seorang budak. Maka
anak-anak yang dilahirkannya adalah anak-anak perbudakan.
ü
Sara
melambangkan Yerusalem Surgawi.
Dia tahu bahwa dia bukanlah budak, melainkan istri/pengantin
Kristus yang merdeka. Anak-anaknya adalah anak-anak yang merdeka.
Apa bedanya kedua
perjanjian itu?
1.
Perjanjian yang pertama ialah perjanjian
yang berdasarkan lambang-lambang janji penebusan Allah.
Semua upacara kurban, upacara perayaan hari-hari
keagamaan yang diajarkan Tuhan kepada Musa, dan yang oleh Musa ditulisnya dalam
kitab Taurat, itu merupakan lambang pekerjaan penebusan Kristus. Umat Allah di
zaman itu hanya bisa memandang kepada lambang-lambang, banyak dari mereka tidak
paham tentang sang Mesias. Itulah sebabnya ketika Mesias datang, mereka
menolakNya karena mereka tidak mengenaliNya dari lambang-lambang yang telah
diajarkan turun-temurun kepada mereka beratus-ratus tahun. Karena kurangnya pemahaman
umat Allah di masa itu tentang Allah dan kebenaranNya, maka mereka melakukan Hukum
Taurat sebagai sarana untuk mendapatkan keselamatan. Perbuatan itu
layaknya seorang
budak yang patuh kepada tuannya karena takut
dihukum. Seorang budak tidak punya keyakinan bahwa tuannya
sungguh-sungguh mengasihi dia, karena itu dia mematuhi tuannya semata-mata
karena takut tuannya akan menghukumnya bila dia berbuat salah. Kepatuhannya
adalah legalisme, berangkat dari kewajiban, bukan dari kerinduan.
Perjanjian yang pertama hanya merupakan lambang, karena dosa manusia belum sungguh-sungguh dihapuskan,
karena darah lembu dan domba yang dikurbankan tidak benar-benar bisa
menghapuskan dosa (baca Ibrani pasal 9), dosa-dosa itu masih merupakan “surat
utang” (Kolose 2:13-14) hingga Anak Domba Allah yang sejati dikurbankan,
barulah surat-surat utang itu dipakukan di salib.
2.
Perjanjian yang kedua, ialah perjanjian
yang berdasarkan penggenapan janji penebusan Allah,
disahkan oleh darah Kristus sendiri, dan Kristus sebagai
Imam Besar di Bait Suci Surgawi, menjadi perantara dan hakim umatNya.
Dengan datangnya Anak
Allah yang hidup di tengah-tengah manusia, memperkenalkan pribadi Allah yang
penuh kasih karunia kepada manusia, memberi teladan tentang bagaimana
seharusnya umat Allah itu hidup, maka umat Allah mendapat pemahaman yang lebih sempurna
tentang Allah dan kebenaranNya. Dan dengan kematian Kristus di salib, itu
merupakan penggenapan semua lambang-janji penebusan Allah bagi manusia. Karena
itulah dikatakan bahwa penurutan dalam perjanjian yang baru ini berdasarkan rasa
cinta, bukan lagi antara seorang budak kepada tuannya berdasarkan
rasa takut, tetapi antara seorang istri kepada suaminya, Kristus sebagai suami,
dan Yerusalem Surgawi/Yerusalem Baru itulah istrinya. Dan kita
adalah anak-anak Yerusalem Surgawi (“Yerusalem
sorgawi itu merdeka, yang adalah ibu kita semua.”) kita adalah anak-anak dari perempuan
yang merdeka, kita adalah anak-anak yang merdeka.
Kalau di bawah perjanjian yang pertama,
umat Allah, yaitu Israel jasmani (bangsa Israel) mayoritasnya mematuhi Hukum
Taurat karena rasa takut dan dengan tujuan untuk bisa selamat (legalis), maka di bawah perjanjian yang baru, umat Allah, Israel rohani (dari segala
bangsa) mematuhi Hukum Allah berdasarkan kasih kepada Tuhan. Israel
rohani sadar bahwa kepada mereka telah diberikan keselamatan secara gratis,
tanpa mereka harus berbuat apa-apa karena keselamatan itu pemberian Tuhan sebab
Tuhan mengasihi mereka. Maka mereka gemar mematuhi Hukum Tuhan karena itulah
caranya menyatakan kasih mereka kepada Tuhan yang telah mengampuni dosa mereka
dan menyelamatkan mereka.
Yang perlu
kita renungkan:
v
Apakah kita
ini sudah Israel rohani?
Apakah kita mematuhi Hukum Tuhan karena
kita mengasihi Tuhan dan kita rindu menurut Tuhan, ataukah kita mematuhi Tuhan
karena kita takut kena hukuman? Apakah kita ini anak-anak budak atau
anak-anak yang merdeka?.
v
Apakah kita
ingin selamat karena kita ingin hidup kekal bersama Tuhan, atau kita cuma tidak
mau binasa di api neraka?
Apa Tuhan
ada dalam motif kita?.
v
Di manakah posisi
Tuhan dalam rencana dan motivasi kita?
Apakah bagi kita Tuhan hanya sarana supaya
kita lolos dari api neraka, ataukah Tuhan itu Sosok yang kita cintai dan pusat dari
hidup kita?.
Hubungan
kita dengan Tuhan menentukan apakah motivasi dan rencana kita itu benar di mata
Tuhan atau tidak. Tuhan tahu
isi hati kita, kita tidak bisa menipuNya. Tapi jika kita menyerahkan hati kita
kepada Tuhan, Tuhan bisa mengubah hati kita, hingga kita dilahirkan baru dalam
Roh setiap hari.
Pelajaran
Alkitab itu dalam. Seumur hidup kita pelajari tidak habis-habisnya kebenaran
yang kita temukan. Seperti mengupas bawang, selapis demi selapis, seperti
mencari harta karun. Tuhan memberkati minat kita mencari kebenaranNya.
Matius 6:33
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu
akan ditambahkan kepadamu.
21 02 18
Di mana dalam Bible dinyatakan bahwa Ismail menganiaya Ishak ?
BalasHapusGalatia 4:29
Hapus“Tetapi seperti dahulu, dia, yang diperanakkan menurut daging, menganiaya yang diperanakkan menurut Roh, demikian juga sekarang ini.”
Kan sudah ditulis di atas?
Baca seluruh perikopnya jadi jelas.