193. ALKITAB DAN SEJARAH
_________________________________________________
Banyak orang modern, ilmuwan,
orang-orang logika, menganggap Alkitab itu hanya buku dongeng ciptaan manusia zaman
dulu yang punya imajinasi luar biasa, sehingga bisa mengarang segala macam
kisah yang menarik walaupun tidak masuk akal. Masa dunia diciptakan hanya dalam
waktu 6 hari, 6x24 jam? Kita yang sudah bekerja pakai komputer dan segala macam
teknologi canggih disuruh menciptakan sebuah rumah dalam waktu 6 hari sendirian
juga tidak bisa, apalagi satu dunia lengkap dengan isinya, belum termasuk semua
benda-benda di langit?
Masalahnya kita terlalu
angkuh dan suka mengukur kemampuan Allah yang Mahakuasa, yang Infinit (= tidak
terbatas) dengan kemampuan kita yang kerdil dan terbatas. Segala
yang tidak bisa kita pahami dengan pemikiran kita yang secuil, kita anggap
tidak mungkin ada. Penyakit ini berasal dari mana? Dari Lucifer, yang mau
meninggikan dirinya sama dengan Allah, menganggap dirinya sejajar Allah, lalu
mencoba mengkudeta kedudukan Allah.
Kita, karena tidak bisa meninggikan
diri kita sama dengan Allah, kita menarik Allah turun ke
derajat kita, ke keterbatasan kita. Kalau kita tidak bisa, berarti Allah juga
tidak bisa.
Kemarin aku menemukan pembahasan
Prof. Walter Veith tentang sejarah Mesir dan tulisan Alkitab. Membuktikan bahwa
kisah Musa itu bukan karangan manusia. Sekarang aku bagikan supaya kita juga
tahu.
Firaun pertama dinasti ke-18 Mesir,
bernama Amoses,
dia memerintah dari 1570-1553 BC, sebelum Masehi.
Firaun kedua ialah Aminhotep,
dia memerintah dari 1553-1532 BC.
Harun, kakak Musa lahir 1533 BC di zaman ini. Karena itu dia lolos pembunuhan bayi
laki-laki Israel, karena pada waktu itu belum ada titah membunuh bayi laki-laki Israel.
Firaun ketiga ialah Tutmoses I,
dan dia memerintah dari 1532-1508 BC.
Dia yang
mengeluarkan titah untuk membunuh semua bayi laki-laki bangsa Israel.
Musa lahir di zaman ini, tahun 1530 BC.
Tutmoses I
tidak punya anak laki-laki. Dia punya anak perempuan bernama Hatshepsut, dan putri inilah yang menyelamatkan Musa dari sungai, dan
membawa Musa masuk istana Mesir untuk dididik sebagai bangsawan
Mesir dan direncanakan sebagai firaun berikutnya.
Tetapi ketika
Tutmoses I meninggal, Musa menolak untuk menjadi
firaun menggantikannya. Pada waktu itu Musa masih di istana Mesir.
Ibrani 11:24-25
Karena iman, Musa setelah
dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, ia lebih memilih menderita sengsara bersama umat Allah daripada menikmati kenikmatan
dosa untuk suatu masa
Firaun keempat bergelar Tutmoses II,
dia adalah suami Hatshepsut, dan memerintah dari 1508-1504 BC, hanya empat
tahun yang singkat.
Ketika
Tutmoses II meninggal, kembali Musa punya kesempatan untuk menjadi firaun,
tetapi kembali Musa menolaknya. Karena itu ibu
angkatnya, harus naik takhta sendiri.
Hapshepsut sebagai Firaun diberi jenggot
Firaun kelima adalah Hatshepsut
menggantikan suaminya, dan dia memerintah dari 1504-1482 BC.
Tetapi dia mengajak anak hubungan
gelap suaminya untuk memerintah bersamanya
yang bergelar Tutmoses III.
Di masa
pemerintahannya inilah Musa melarikan diri ke Midian,
tahun 1490 BC.
Ada yang
menarik dan menyedihkan dari Hatshepsut ini. Sejak 6 tahun sebelum kematiannya,
semua catatan tentang aktivitasnya sebagai firaun lenyap, tidak ada. Selain itu
patung-patungnya dan lukisan-lukisan resmi dalam istana dan di makamnya
dirusak.
Seorang
firaun tidak akan dihapus catatannya dan dirusak patung dan gambarnya kecuali
jika dia dianggap berani melanggar dewanya. Di zaman itu dewa yang disembah
adalah Amun, yang adalah dewa terbesar, di samping dewa-dewa yang lain. Mesir waktu itu politheis, mengakui adanya banyak
allah.
Maka diperkirakan
sejak 1488 BC Hatshepsut diketahui
menjadi pengikut Allahnya Musa, sehingga dianggap telah berkhianat
terhadap dewa-dewa Mesir, terutama dewa Amun, oleh karena ini semua catatan
sejarahnya sejak 1488 lenyap, dan patung serta gambarnya semua dirusak terutama
di bagian wajah untuk menghilangkan identitasnya.
Di Midian,
tempat pelariannya, Musa mendengar tentang kematian ibu angkatnya. Dan itu
tercatat di:
Keluaran 2:23a
Dengan berlalunya waktu, matilah raja Mesir.
Setelah kematian Hatshepsut, Tutmoses III
memerintah hingga tahun 1450 BC. Dia adalah raja yang luar biasa, disebut
sebagai firaun terbesar dalam sejarah Mesir.
Dan dengan
matinya Hatshepsut, maka Tutmoses III merajalela terhadap bangsa Israel yang
ditindasnya tanpa ampun.
Keluaran 2:23b
Kemudian orang Israel mengerang karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, dan seruan mereka karena perbudakan itu sampai kepada Allah.
Nah, sekarang
kita masuk ke bagian yang penting.
Amenemhab
yang menulis biografi Tutmoses III ini mengatakan, "Lo, the king completed his lifetime
of many years, splendid in valour, in might and triumph: from year 1 to
54." (Lihat,
firaun menyelesaikan hidupnya yang panjang, istimewa dalam keberanian, dalam
keperkasaan dan kejayaan: dari tahun 1 ke 54).
Jadi dari 1504 memerintah 54 tahun
berarti berakhir tahun 1450 BC (menghitungnya mundur ya karena
sebelum Masehi)
Amenemhab menyebutkan bulan dan hari
kematian Tutmoses III ini: "The last day of the third month
of the second season... He mounted to heaven, he joined the sun: the
divine limbs mingled with him who begot him." (Hari yang terakhir bulan ketiga musim kedua…
dia naik ke langit, dia bergabung dengan matahari: dan tangan-tangan ilahi
menyatu dengannya, yang melahirkan dia.)
Menurut
Egyptologis James Breasted, menurut hitungan ini adalah tanggal 17 Maret 1450 BC.
Menurut kronologi 1 Raja-raja 6:1 tahun eksodus (migrasi orang Israel secara menyeluruh dari
Mesir, di bawah pimpinan Musa) adalah 1450 BC. Kita
bisa menghitung karena tanggal Passah yang pertama tercatat di Alkitab.
Tahun
kematian Tutmoses III juga 1450 BC. Menurut Alkitab saat itu ada firaun yang
mati tenggelam di Laut Merah ketika mengejar bangsa Israel yang menyeberang.
Karena Tutmoses III ini tercatat sejarah mati tahun 1450 BC, maka pasti dia
inilah firaun yang tidak mau melepaskan bangsa Israel.
Sekarang, di
Museum Kairo, ada mumi Tutmoses III. Ini dianalisa oleh dua orang Egyptologis
di tahun 1973, bernama Harris dan Weeks, dan yang mereka temukan ternyata mumi tersebut adalah mumi seorang yang masih muda,
sementara Tutmoses yang usianya sepantaran Musa, pada saat kematiannya di tahun
1450 BC seharusnya sekitar 80 tahun. Berarti itu bukan mumi Tutmoses III, itu
adalah upaya orang Mesir untuk menutupi aib yang terjadi pada firaun mereka. Diperkirakan jasad Tutmoses III yang tercebur Laut
Merah tidak pernah ditemukan, sehingga mereka membuat mumi dari jasad orang
lain.
Firaun keenam: Amenhotep II. Setelah kematian Hatshepsut, Tutmoses III mengangkat
anaknya Amenhotep II memerintah
bersamanya. Pada waktu eksodus bulan
Maret tahun 1450 BC, Amenhotep II tidak berada di
Mesir. Dia sedang menumpas pemberontakan di Syro-Palestina bersama
sebagian besar tentara Mesir. Dia kembali ke Mesir bulan Juni 1450 BC dan
mendapatkan anak sulungnya mati kena tulah ke-10, bapaknya Tutmoses III juga
mati ditelan Laut Merah, dan semua orang Israel yang diperbudak di Mesir
lenyap. Aminhotep II mengamuk, dan merusak banyak monumen di Mesir.
Firaun berikutnya ialah Tutmoses IV,
anak kedua Amenhotep II (anak sulungnya mati kena tulah ~ jadi poin-poin
sejarah semua cocok dengan Alkitab). Untuk menjelaskan mengapa bukan anak
sulung yang menjadi firaun, tanpa mau mengakui aib bahwa anak sulungnya mati
kena tulah, maka dibuatlah tulisan di Sphinx bahwa ada suara yang mengatakan
anak kedua yang akan menjadi firaun, bukan anak pertama.
Firaun berikutnya bergelar Amenhotep III,
anak Tutmoses IV. Dia masih seorang penyembah berhala.
Tetapi rupanya ibadah monotheis di
Mesir tidak seluruhnya lenyap dengan kematian Hatshepsut. Ternyata monotheisme masih
ada di Mesir.
Dan firaun berikutnya, anak Amenhotep
III, bergelar Amenhotep
IV menandai pergeseran dari ibadah
kepada dewa Amun menjadi kepada dewa Aten. Atenisme ini ialah ibadah kepada
satu Allah Pencipta (monotheisme).
Matahari tidak lagi disembah dalam Atenisme, melainkan dipakai sebagai
simbol pemeliharaan Allah kepada manusia. Ada bukti-bukti kuat bahwa Atenisme mempunyai dasarnya dalam agama Ibrani.
Amenhotep IV kemudian mengubah
gelarnya mejadi Akhenaten,
menandai perubahan dari penyembahan Amun menjadi penyembahan
Aten. Dia juga memindahkan ibukotanya
dari Luxor ke kota baru yang disebut Akhetaten.
Dia menulis sebuah pujian kepada
allahnya dan di dalam pujian itu ada 17 ayat yang mirip dengan Mazmur 104.
Nefertiti
Di bawah pemerintahan Akhenaten,
patung-patung firaun tidak lagi dibuat besar-besar yang melambangkan mereka
setara dengan dewa, melainkan menjadi sama dengan ukuran manusia biasa. Selain
itu patung dan gambar Akhenaten dengan keluarganya digambarkan dengan segala
kewajarannya, tidak dibuat lebih bagus daripada aslinya.
Istri Akhenaten ialah Nefertiti
yang terkenal.
Mereka punya 6 anak perempuan, dan
yang seorang bernama Ankensenpaaten menikah dengan seorang yang bernama
Tutankaten. Nama-nama ini semuanya berakhir dengan kata “aten” yang menandai
siapa yang mereka sembah.
Setelah Akhenaten meninggal, dia
digantikan menantunya Tutankaten. Namun kemudian Tutankaten mengubah
namanya menjadi Tutankamun,
perubahan nama ini menandakan perubahan agamanya, kembali ke penyembahan Amun.
Rupanya manusia lebih memilih
kemuliaan duniawi daripada mengikuti Allah yang benar. Setelah perubahan ini
maka patung dan gambar zaman Akhenaten banyak dirusak, membuktikan betapa
bencinya Setan terhadap ibadah kepada Allah.
Penemuan arkeologi terbanyak berasal
dari masa Tutankamun.
Nah, dengan melihat perbandingan ini,
kita bisa melihat bahwa Alkitab itu sendiri sesungguhnya
adalah sebuah kitab sejarah, yang mencatat khusus perjalanan umat Allah dan
bangsa-bangsa yang berkaitan dengan pergerakan umat Allah, dari mulai Adam
hingga nanti Yesus Kristus kembali untuk memerintah bumi. Mengapa
sejarah bangsa-bangsa lain tidak terdapat di dalamnya? Biarpun mereka itu
bangsa-bangsa yang besar, bangsa-bangsa yang berkebudayaan tua, atau
bangsa-bangsa yang terkenal, bangsa-bangsa yang meninggalkan bekas-bekas mereka
yang indah-indah di atas bumi, tapi mereka tidak tercatat di Alkitab. Mengapa?
Perlu
direnungkan.
17 07 20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar