MENJADI GARAM DUNIA
Matius 5:13
"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar,
dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak
orang.”
Markus 9:50
“Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan
apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu
dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."
Teman-teman yang Kristen pasti sudah
sangat mengenal dua ayat ini. Tetapi sebenarnya, apakah kita sudah benar-benar
menangkap apa yang dikatakan Yesus di sini?
Pemahaman yang paling umum dari makna
dua ayat ini adalah, kita harus membuat hidup orang lain lebih “sedap”
sebagaimana garam membuat makanan menjadi
sedap.
Dan karena setelah itu Yesus berkata:
“Kamu
adalah terang dunia..... hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya
mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."
(Matius 5:14, 16)
Maka garam pun dianggap satu paket dengan terang, dalam
fungsinya.
Namun, sebenarnya kata-kata Yesus ini mengandung arti yang
jauh lebih mendalam. Mari kita lihat satu per satu kegunaan garam:
·
Garam fungsinya membuat asin, membuat
makanan lebih sedap.
·
Garam fungsinya mengawetkan, karena
membunuh kuman.
·
Garam fungsinya mengeringkan, karena
menyedot keluar air.
·
Garam fungsinya membersihkan, karena
bersifat disinfektan.
Sehubungan dengan beberapa fungsi garam
ini, apa makna kata-kata Yesus?
1. Garam itu hanya bermanfaat bagi yang digarami, tidak bermanfaat
bagi dirinya sendiri.
Garam itu kalau berkumpul dengan sesama
garamnya di dalam wadahnya, tidak bermanfaat apa-apa bagi dirinya. Dia hanya
bermanfaat bila ditaburkan atau ditambahkan pada sesuatu di luar dirinya. Garam
tidak bisa menggarami dirinya sendiri. Dia hanya bisa menggarami barang lain di
luar dirinya.
Ini berarti, kita sebagai murid-murid
Kristus tidak bermanfaat bagi diri kita sendiri. Kita hanya bermanfaat bila
kita “ditaburkan” kepada sesuatu yang berada di luar diri kita.
Sebagaimana garam itu bisa mempengaruhi
barang yang digaraminya, demikianlah kita dipanggil Kristus untuk
“mempengaruhi” kondisi di sekitar kita.
Bagaimana kita menggarami kondisi di
sekitar kita?
·
dengan menyampaikan kabar selamat/kabar
baik kepada semua.
·
dengan menjadi saksi bagi Kristus
dengan perkataan dan perbuatan kita.
2. Sebagai “penyedap” dalam kehidupan adalah MEMBERI ARTI.
Bagaimana kita bisa “memberi arti”
kepada kehidupan orang lain? Hidup di dunia ini hanya sementara. Mereka yang
hanya hidup untuk dunia ini, hidupnya sia-sia, karena dunia ini akan lenyap,
juga semua orang yang tidak selamat akan lenyap.
Dengan mengenalkan Jalan Kebenaran yang
menuju kepada hidup kekal kepada orang lain, maka kita bisa memberi arti pada
hidup mereka. Kita tahu bahwa:
“...
keselamatan
tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong
langit ini TIDAK ADA NAMA
LAIN YANG DIBERIKAN KEPADA MANUSIA YANG OLEHNYA KITA DAPAT DISELAMATKAN." (Kis 4:12),
jadi dengan mengenalkan “DIA” kepada
mereka yang belum mendapat keselamatan ini, kita bisa membuat hidup mereka
menjadi berarti, karena mereka akan punya kesempatan untuk hidup kekal.
3. Sebagai pembunuh kuman dan disinfektan
Nah, ini adalah fungsi garam yang jarang
dipahami oleh banyak orang Kristen. Kita dipanggil juga untuk “membersihkan”
orang lain. Artinya, jika orang tersebut telah terpolusi oleh konsep-konsep
yang salah, adalah tugas kita untuk menunjukkan kesalahan konsepnya itu.
Sebagai garam, kita harus membersihkan orang lain dari kuman yang menginfeksi
hidupnya, yang menimbulkan borok rohani.
Disinfektan itu pada waktu dibubuhkan pada
borok, pasti rasanya pedih dan sakit.
Jadi, sebagai garam dunia, kita harus siap untuk membuat orang lain merasa
pedih dan sakit, asalkan itu adalah untuk kemuliaan Tuhan, dan demi keselamatan
orang itu sendiri.
Menunjukkan kesalahan konsep orang lain
itu meletakkan diri kita pada posisi yang sangat tidak nyaman, karena kita
membuka diri untuk diserang oleh orang yang kita tunjukkan kesalahannya itu.
Bisa saja orang itu berkata, “Emang kamu sudah sempurna ya, sudah tidak punya
dosa, kok menunjukkan kesalahanku?” Nah, tuh, tidak enak kan? Sebagian besar dari kita memilih untuk tidak
mengemban tugas ini saja. Tetapi, karena kita telah dipanggil menjadi garam
dunia, beranikah kita mengabaikan tugas yang sudah diberikan oleh Juruselamat
kita? Susahnya, kita juga tidak bisa menunggu sampai kita sendiri sudah
sempurna tidak punya dosa baru menunjukkan kesalahan konsep orang lain, karena
itu berarti sampai mati pun mungkin kita tidak bakalan bebas dari dosa. Lha
kapan kita memberitahu orang lain bahwa konsepnya salah dan dia perlu belajar
Alkitab lagi supaya dia berjalan di Jalan Keselamatan?
Tugas kita sebagai garam dunia adalah
“membersihkan” kesalahan konsep pada orang-orang lain dan mengenalkan kepada
mereka konsep yang alkitabiah, konsep yang diajarkan Tuhan.
Jadi, kalau kita menimbulkan rasa pedih,
rasa sakit, dan reaksi marah pada orang-orang yang kita tunjukkan kesalahan
konsepnya, itu adalah resiko yang harus kita pikul. Jika untuk sementara kita
dibenci oleh orang itu, itu pun adalah resiko yang harus kita pikul. Itulah
yang dialami oleh Paulus, karena itu dia menulis di Galatia 4:16
“Apakah dengan mengatakan kebenaran
kepadamu aku telah menjadi musuhmu?”
Tidak, kita tidak bermaksud menjadi musuh siapa pun. Bahkan
di Markus 9:50 dikatakan dengan jelas agar kita “selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."
Namun kebenaran tetap harus kita sampaikan, jika kita mau
menjadi garam dunia seperti yang dikomisikan Tuhan kepada kita.
Tuhan meletakkan suatu tanggung jawab ke atas kita yang
sudah mengaku sebagai orang percaya. Sebagaimana garam itu tidak untuk
mengasinkan dirinya sendiri melainkan untuk mengasinkan yang lain, maka kita
pun harus menjangkau ke luar dari diri kita sendiri.
Marilah kita simak apa yang ditulis oleh Yehezkiel di
Yehezkiel 3:18-21
Kalau
Aku [Tuhan] berfirman kepada orang jahat: “Engkau pasti dihukum mati!” --dan engkau tidak memperingatkan dia atau
tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang
jahat, supaya ia tetap hidup, orang
jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan
jawab atas nyawanya dari padamu.
Tetapi
jikalau engkau memperingatkan orang
jahat itu dan ia tidak berbalik dari kejahatannya dan dari hidupnya
yang jahat, ia akan mati dalam
kesalahannya, tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu.
Jikalau
seorang yang benar berbalik dari kebenarannya dan ia berbuat curang, dan Aku
meletakkan batu sandungan di hadapannya, ia akan mati. Oleh karena engkau tidak memperingatkan dia, ia akan
mati dalam dosanya dan perbuatan-perbuatan kebenaran yang dikerjakannya
tidak akan diingat-ingat, tetapi Aku
akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu.
Tetapi
jikalau engkau memperingatkan orang
yang benar itu supaya ia jangan berbuat dosa dan memang tidak berbuat
dosa, ia akan tetap hidup,
sebab ia mau menerima peringatan, dan engkau
telah menyelamatkan nyawamu."
Dan apa yang ditulis oleh Yakobus 5:19-20
“Saudara-saudaraku,
jika ada di antara kamu yang menyimpang dari kebenaran dan ada seorang yang
membuat dia berbalik, ketahuilah, bahwa
barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan
menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa.”
Jadi, semoga penjelasan tentang komisi
Yesus agar pengikutNya menjadi garam dunia ini bisa membuat orang-orang yang pernah
aku buat pedih, sakit, atau marah karena merasa aku telah menyalahkan konsep
mereka, mengerti mengapa itu kulakukan. Bukan tujuanku untuk menyakiti, tetapi begitulah garam itu bekerja bila dipakai sebagai disinfektan, dia membersihkan boroknya supaya luka bisa menutup. Jika borok tidak dibersihkan, luka tidak akan menutup. Jadi, garam itu tidak bertujuan jelek, namun bisa membuat pedih dan perih. Tujuannya hanya satu, yaitu mengenalkan kebenaran yang hakiki agar semua boleh selamat kelak.
2013-09-18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar