138. PAKAIAN ACARA PERKAWINAN
_______________________________________
Matius 22:2-14
22:2 ‘Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang
raja, yang mengadakan perkawinan untuk
anaknya.
22:3 dan mengutus hamba-hambanya memanggil orang-orang
yang telah diundang ke perkawinan itu, dan mereka
tidak mau datang.
22:4 Lagi-lagi
ia mengutus hamba-hamba lain, pesannya,
‘Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Lihat, aku telah mempersiapkan makan
malam, lembu-lembu jantanku dan ternakku
yang tambun telah disembelih; dan semuanya
telah siap. Datanglah ke perkawinan ini.’
22:5 Tetapi mereka
menyepelekannya dan pergi ke urusan mereka
sendiri; yang satu ke ladangnya, yang lain ke usahanya,
22:6 dan sisanya
menangkap hamba-hambanya, memperlakukan mereka
dengan kejam, dan membunuh mereka.
22:7 Tetapi
ketika raja itu mendengar tentang hal itu, murkalah dia. Dan dikirimnya
pasukannya, membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka.
22:8 Lalu ia
berkata kepada hamba-hambanya, ‘Perkawinan sudah
siap, tetapi mereka yang diundang tidak
layak.
22:9 Sebab itu pergilah ke jalan-jalan raya dan seberapa banyak yang kalian temukan, undanglah ke perkawinan itu.
22:10 Maka pergilah hamba-hamba itu ke jalan-jalan raya dan mereka mengumpulkan
semua orang yang mereka temukan, baik yang jahat maupun
yang baik. Dan ruang perkawinan itu dipenuhi dengan tamu.
22:11 Tetapi ketika raja itu masuk untuk meneliti
tamu-tamu itu, ia melihat di sana seorang yang
tidak mengenakan pakaian untuk acara perkawinan.
22:12 Maka ia
berkata kepadanya, 'Teman, bagaimana engkau
masuk kemari dengan tidak mengenakan pakaian untuk
acara perkawinan?' Dan orang itu tidak bisa menjawab.
22:13 Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya, ‘Ikatlah kaki dan tangannya, bawalah
dia keluar dan campakkan orang itu ke dalam kegelapan di luar, di sanalah akan ada ratapan dan kertak gigi.’
22:14 Sebab banyak yang dipanggil, tetapi
sedikit yang dipilih.
Pertama-tama yang harus dijelaskan dulu ialah ada perbedaan
antara “perkawinan” dengan “perjamuan/pesta
perkawinan”. Alkitab terjemahan-terjemahan baru, termasuk LAI sering merancukan kedua peristiwa
tersebut, bukan saja di Matius 22, tetapi juga di ayat-ayat yang lain. Karena
itu supaya kita tidak bingung, kita harus tahu bedanya sehingga ketika kita
membaca ayat-ayat itu kita tahu mana yang bicara tentang “perkawinan” dan mana
“perjamuan perkawinan”.
Ayat-ayat Matius 22 di atas terjemahannya sudah disesuaikan
dengan terjemahan KJV yang benar.
Terlalu panjang untuk dibahas tuntas di sini perbedan
tersebut berdasarkan ayat-ayat Alkitab, jadi singkatnya demikian:
v Perkawinan
Sang Domba ialah peristiwa Yesus menerima KerajaanNya dari Allah Bapa setelah melalui
proses penghakiman investigasi.
ü
Ini setara dengan apa yang kita kenal
sebagai akad
nikah.
ü Perkawinan
ini tidak
dihadari mempelai perempuan secara fisik.
Mempelai
perempuan hanya
hadir dalam nama. Nama-nama umat Allah yang ada di Kitab Kehidupan
Anak Domba, di penghakiman investigasi (yang dimulai sejak 22 Oktober 1844), diperiksa
satu per satu apakah mereka lulus penghakiman dan layak menjadi bagian dari
mempelai Kristus.
ü Jadi
penghakiman investigasi itu yang menentukan siapa-siapa yang layak menjadi
mempelai Kristus (mempelai Kristus = kerajaanNya).
Yang lulus penghakiman akan tergabung
menjadi mempelai perempuan Sang Domba, yang juga disebut Yerusalem Baru.
ü
Jadi peristiwa perkawinan ini terjadi di Surga,
ü
sebelum kedatangan kedua
Kristus.
v Perjamuan
perkawinan Sang Domba, itu pestanya,
ü
Istilah yang lebih kita kenal ialah,
ini resepsinya.
ü
Peristiwa ini dihadiri secara literal oleh mempelai perempuan
Kristus, yaitu semua umat Allah yang sudah resmi dinikahkan dengan
Kristus sebelum kedatangan kedua Kristus.
ü
Perjamuan/resepsi ini juga terjadi di Surga,
ü
Peristiwa ini terjadi setelah kedatangan
kedua Kristus yang datang menjemput umatNya dan membawa mereka ke
Surga.
Kita jangan rancu dengan dua peristiwa yang berbeda ini.
Ini mengikuti tata cara perkawinan kuno.
1.
Pertama,
Kristus menerima nama-nama mempelaiNya (atau KerajaanNya) dari Allah Bapa dulu,
setelah selesai penghakiman investigasi.
Mempelainya
sendiri tidak hadir. Hanya namanya yang diserahkan Kristus. Itu akad nikahnya,
itu perkawinannya. Jadi perkawinan ini meresmikan bahwa nama-nama itu sudah sah
menjadi mempelai Kristus.
2.
Lalu
pintu kasihan tutup.
3.
Masa
kesukaran besar menimpa dunia.
4.
Kristus
datang untuk menjemput mempelaiNya.
Seperti
kata Kristus, Dia pergi menyediakan rumah indah bagi kita, sebagaimana seorang
suami menyediakan rumah bagi mempelainya, dan nanti Dia akan kembali menjemput
mempelaiNya (Yohanes 14:1-3).
5.
Kristus
membawa mempelaiNya ke Surga, dan mempresentasikan mereka ke hadapan BapaNya.
6.
Baru
diadakan Perjamuan/resepsi perkawinan di Surga.
Sekarang mari kita kupas Matius 22:2-14
Semua orang Kristen tentunya sudah tahu, paling tidaknya
pernah mendengar tentang perumpamaan yang diberikan Yesus ini. Tetapi marilah
kita simak lagi karena terkadang apa yang kita anggap sudah kita ketahui, ternyata
kurang kita perhatikan maknanya.
Kita sinkronkan dulu lambang-lambang yang dipakai Yesus.
1.
Ayat
2
Perumpamaan ini mengenai apa? KERAJAAN SURGA ~
topiknya sudah langsung diberikan Yesus di ayat 2.
Raja itu siapa? Karena ini bicara
tentang Kerajaan Surga, maka sudah pasti RAJA
ITU ALLAH BAPA.
Anaknya itu siapa? ANAK
ITU YESUS KRISTUS karena Dia-lah sang Mempelai laki-laki. Apakah
ada ayatnya ang menyatakan Kristus itu Sang Mempelai laki-laki?
Matius 9:14-15
14 Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus, berkata, ‘Mengapa kami dan orang Farisi sering berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?’ 15 Dan Yesus berkata kepada mereka, ‘Bisakah pengiring-pengiring mempelai berkabung selama Mempelai laki-laki itu bersama mereka? Tetapi hari-harinya akan datang ketika Mempelai laki-laki itu akan diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.’
Perkawinan itu apa? PERISTIWA KETIKA YESUS MENERIMA KERAJAANNYA SEBAGAI PENGANTINNYA.
Wahyu 19:7
Marilah kita bergembira dan bersukacita, dan memuliakan Dia! Karena perkawinan Sang Domba telah tiba, dan istri-Nya
telah mempersiapkan dirinya.’
Jadi, yang dimaksud dengan perkawinan Sang Domba adalah peristiwa ketika Yesus menerima mempelaiNya (atau KerajaanNya) dari Allah Bapa. Semua nama umat Allah yang ada di Kitab Kehidupan sudah dihakimi, dan mereka yang didapati lulus penghakiman, mereka layak menjadi pengantin Sang Domba. Jadi perkawinan Sang Domba atau Anak Raja di perumpamaan ini, adalah diresmikannya umat Allah sebagai mempelai perempuan Kristus.
2.
Ayat
3
Hamba-hamba itu siapa? SEMUA UTUSAN ALLAH,
utamanya nabi-nabi dan rasul-rasulnya, kemudian juga orang-orang awam yang mengabarkan
Injil.
Yang diundang itu siapa? Yang pertama
diundang adalah ORANG ISRAEL, bangsa pilihan Allah yang
dalam segala hal selalu didahulukan oleh Allah. Tapi mereka tidak mau datang. Mereka
menyepelekan panggilan Allah. Dengan kata lain mereka menolak panggilan Tuhan, mereka menolak
Kristus, bahkan mereka yang
membunuh Kristus. Jadi bangsa pilihan Allah yang pertama diundang, justru
menolak panggilan Allah. Dengan demikian mereka membuang sendiri kesempatan hadir
di perkawinan Anak Raja.
3. Ayat 4-6
Tapi Allah belum putus asa. Allah
mengirimkan undangan kedua kepada ORANG ISRAEL lagi,
setelah mereka menyalibkan Kristus.
Lembu jantan dan ternak tambun
melambangkan kurban
Kristus di salib. Jadi panggilan kedua ini diberikan
setelah kematian Kristus, Israel masih diberi waktu 3½ tahun lagi
untuk menerima panggilan Allah. Tapi ini pun mereka tolak. Dengan membunuh nabi
terakhir untuk Israel, yaitu Stefanus,
mereka memutuskan hubungan mereka dengan Tuhan sebagai bangsa pilihanNya.
4.
Ayat
7
TUHAN MURKA, dan mengirim pasukanNya untuk menghancurkan mereka yang
telah membunuh Kristus dan utusan-utusanNya. Tahun 70AD kota Yerusalem bersama Bait Suci
dibakar dan dihancurkan tentara Roma, menandakan itu sudah bukan
Bait Suci Allah lagi.
5.
Ayat
8-10
Panggilan sekarang diberikan kepada SEMUA BANGSA,
termasuk kita-kita ini. Yang diterjemahkan “jalan-jalan raya” tulisan aslinya
adalah διέξοδος (diexodos) yang
artinya adalah suatu jalan raya dari mana keluar banyak sekali cabangnya yang
menuju ke arah-arah yang berbeda. Dengan demikian bisa dibayangkan betapa
beragamnya kelompok kedua yang mendapatkan undangan ini, secara geografis
(banyak arah, artinya segala bangsa).
Dan ternyata
banyak yang datang karena dikatakan ruang perkawinan itu penuh. Kekristenan berkembang, dan hari ini menjadi
kelompok agama terbesar di dunia. Yang dipanggil tidak diseleksi hanya orang
yang baik, melainkan orang baik dan buruk semua dipanggil,
asal mereka mau, mereka bisa datang.
6. Ayat 11-13
Nah
karena pada waktu dipanggil tidak ada seleksi, seleksinya dilakukan setelah para undangan
tiba di ruang perkawinan. Ini mengacu kepada penghakiman investigasi. Pada waktu kita mengaku percaya dan dibaptis, itu
kita menerima panggilan Tuhan. Tapi motivasi hati kita tidak dipertanyakan.
Apakah kita benar-benar bertobat, atau hanya ikut-ikutan? Atau kita punya
alasan dan motivasi yang lain yang tidak ada kaitannya dengan keselamatan jiwa
kita? Jadi pemeriksaan baru dilakukan pada saat akhir, saat kita sudah datang
ke ruang perkawinan.
Siapa
yang
memeriksa? Dikatakan di sini Allah Bapa.
Kita masuk ke penghakiman Allah Bapa.
Bagaimana
standar seleksinya? Apakah MENGENAKAN “PAKAIAN ACARA
PERKAWINAN” ATAU TIDAK. Mereka yang diizinkan tetap hadir untuk
mengikuti perkawinan Anak Raja, harus mengenakan pakaian untuk acara perkawinan, yang
melambangkan karakter orang beriman, karakter orang yang sudah lahir baru,
karakter orang yang memiliki keserupaan dengan karakter Kristus. Mereka yang tidak berpakaian layak untuk acara
perkawinan itu, artinya yang tidak mengalami perubahan karakter, tidak
mengalami kelahiran baru, tidak bertumbuh dalam kerohaniannya, tidak mendekati
karakter Kristus, mereka yang masih hidup menurut cara hidup mereka yang lama, mereka yang masih makan makanan mereka yang
lama, mereka yang masih melakukan dosa-dosa mereka yang lama, mereka yang
tidak memiliki kebenaran Kristus, tidak diizinkan mengikuti perkawinan Anak Raja.
Dikatakan di ayat ini mereka dicampakkan ke kegelapan. Sudah, hilang.
Jadi datang ke undangan perkawinan itu tidak menjamin bahwa
kita akan mengikuti perkawinan Anak Raja. Ada syarat yang harus kita penuhi,
yaitu mengenakan pakaian untuk acara perkawinan itu. Pakaian atau jubah di
Alkitab itu selalu identik dengan kebenaran. Tentunya kebenaran Kristus yang
harus kita kenakan. Kita sendiri tidak punya kebenaran, sama seperti pakaian
kita tidak layak untuk mengikuti perkawinan Anak Domba. Kita butuh kebenaran
Kristus.
Yesaya 61:10
10Aku akan sangat bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku akan bersukacita di dalam Allahku, sebab Ia telah mengenakan pakaian keselamatan kepadaku, Dia telah
menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan
pada dirinya hiasan-hiasan, dan seperti pengantin perempuan yang menghiasi dirinya dengan permata-permatanya.
7.
Ayat
14
Ini
merupakan kesimpulan dari perumpamaan ini, ”banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.” Yang
tidak terpilih artinya gagal lulus penghakiman, dan harus
dikeluarkan dari ruang perkawinan, dengan kata lain namanya di Kitab
Kehidupan Sang Domba, dicoret.
Sekarang mari kita lihat sejarah orang Yahudi sebagai bangsa
pilihan.
Ketika Yesus memberikan perumpamaan ini, ini sekitar tahun
30 AD, saat itu bangsa Yahudi masih bangsa pilihan Tuhan, jadi mereka masih
diberi waktu beberapa tahun lagi untuk insyaf dari kesalahan mereka. Yesus
sudah menyatakan dengan begitu jelas, bahwa jika mereka tetap menolak, maka
mereka akan binasa, kota mereka akan dibakar. Tetapi orang Yahudi memilih untuk
menutup mata dan hati mereka, dan mereka terus menolak undangan itu, maka
akhirnya mereka bukan saja kehilangan kota mereka dan Bait Suci mereka, bahkan
nyawa mereka, tetapi mereka kehilangan keselamatan mereka dan status mereka
sebagai bangsa pilihan Tuhan!
Mungkin ada yang berkata, bukankah di atas salib Yesus
memohonkan ampun bagi massa Yahudi yang menyalibkan Dia? Bukankah Yesus
berkata, "Bapa,
ampunilah mereka, sebab mereka tidak
tahu apa yang mereka perbuat." [Luk
23:34]
Betul, Yesus memang berkata demikian, tetapi Alkitab tidak
menulis bahwa Allah Bapa mengampuni mereka! Seandainya Allah Bapa mengampuni
mereka, kehancuran Yerusalem tidak akan terjadi, kan mereka sudah diampuni
semua? Pengampunan itu gratis, artinya tidak usah bayar apa-apa, tetapi ada
syaratnya untuk mendapatkan pengampunan itu:
ü
Yang bersangkutan harus insyaf/sadar
bahwa apa yang dilakukannya itu salah dan mengakuinya kepada Tuhan.
ü
Yang bersangkutan harus benar-benar
menyesali perbuatannya.
ü
Yang bersangkutan harus berduka atas
kesalahan yang dilakukannya. Penyesalannya harus datang dari hati, bukan cuma
di bibir.
ü
Yang bersangkutan harus bertobat,
artinya tidak mengulangi berbuat dosa itu lagi.
Apakah massa Yahudi yang berteriak “salibkan Dia! Salibkan
Dia!” pernah bertobat? Mungkin ada yang akhirnya bertobat, dan mereka diampuni;
tapi secara bangsa mereka tidak bertobat dan merasa mereka justru berbuat hal
yang benar, karena itu secara bangsa mereka tidak lagi dianggap bangsa pilihan
Allah.
Lalu untuk apa Yesus berkata begitu? Yesus berkata begitu karena Dia adalah
manusia yang sempurna, Domba Allah yang tidak bercacat cela, tidak berdosa. Sampai mati pun tidak ada setetes dosa padaNya.
Dia tidak mau berbuat dosa “membenci” atau “marah” atau “dendam” kepada orang-orang
yang mencelakakanNya. Dia mengampuni mereka sebagai sesama manusia yang wajib
saling mengampuni. Jadi, DI ATAS SALIB ITU YESUS MATI
DENGAN HATI YANG BERSIH DARI SEGALA DOSA APA PUN!
Dan teladan itu ditinggalkan Yesus kepada kita. Dia yang
mengajar kita untuk mengampuni orang lain tanpa batas ( sampai 70 x 7 kali!),
Dia yang mengajar kita dalam doa Bapa Kami untuk mengampuni orang lain karena
Tuhan telah mengampuni dosa kita. Di atas salib itu kita lihat Yesus
mempraktekkan apa yang Dia ajarkan kepada kita. Jadi Yesus bukan cuma omong
kosong, Dia mempraktekkan apa yang diajarkanNya. Dan itu diikuti oleh Stefanus,
yang mati dirajam 3½ tahun kemudian, mengakhiri status bangsa Israel sebagai
bangsa pilihan Tuhan. Hendaknya kita juga berusaha untuk mengikuti teladanNya
ini. Jika ada yang menyalahi kita, jangan maki-maki, ampunilah dia, karena
dosa-dosa kita yang banyak juga diampuni Bapa kita di Surga.
Sebagai renungan akhir, bisakah undangan yang hadir tanpa
mengenakan pakaian untuk acara perkawinan itu melambangkan kita?
ü
yang sudah menerima panggilan Kristus,
artinya sudah menerima Kristus sebagai Juruselamat,
ü bahkan
sudah resmi menjadi orang Kristen, anggota gereja, sudah dibaptis,
ü mungkin
juga sibuk melayani,
ü tetapi
perbuatan dan perkataan kita tidak mencerminkan seorang pengikut Kristus?
ü Apakah
kita masih melanggar Perintah dan Hukum Allah dalam hidup kita, dengan kata
lain kita masih belum meninggalkan apa yang kita tahu adalah dosa di mata
Tuhan?
Teman-teman, sudahkah kita memakai pakaian yang layak untuk
acara perkawinan itu? Atau apakah pakaian kita masih berlepotan lumpur segala
macam pelanggaran terhadap Hukum Allah?
Apakah kita akan termasuk tamu-tamu yang terpilih untuk ikut
menghadiri akad perkawinan Anak Raja, atau kita akan dilemparkan keluar ke
tempat yang gelap penuh ratapan dan kertak gigi?
Hanya kita yang bisa menjawabnya.
02 08 14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar