162. DOSA MENURUT
YOHANES DAN YAKOBUS
______________________________________________________________
Siapakah Yohanes penulis injil Yohanes?
· Yohanes anak Zebedeus,
adalah murid Yesus, salah satu dari ke-12 rasul yang dipilih oleh Yesus.
· Yohanes
mendapat julukan “murid yang dikasihi”.
Enam ayat di Injil Yohanes menyatakan bahwa dia dikenal sebagai murid
yang dikasihi Yesus (Yohanes 13:23; 19:26; 20:2, 8; 21:7, 20). Sudah pasti
Yesus mengasihi semua muridNya, tetapi karena Yohanes disebutkan beberapa kali
sebagai murid yang dikasihi Yesus, tentunya dia lebih dikasihi daripada yang
lain.
· Yohanes
yang digambarkan menyandarkan kepalanya di dada Yesus pada Perjamuan
Terakhir sebelum Yesus ditangkap. (Yohanes 13:23)
· Yohanes
adalah murid yang ada di kaki salib bersama Maria ibu Yesus,
ketika Yesus disalibkan. (Yohanes 19:25)
· Salah
satu pesan-pesan terakhir dari atas salib, Yesus menitipkan ibunya kepada Yohanes.
(Yohanes 19:26)
· Yohanes
adalah murid yang paling panjang umurnya, dia berhasil keluar dengan selamat dari tungku minyak
mendidih (menurut sejarahwan Tertullian), dan dibuang di P. Patmos untuk
menulis kitab Wahyu. Menurut tradisi juga dikatakan Yohanes akhirnya dilepaskan
dari P. Patmos dan pergi tinggal tidak jauh dari Efesus, dari mana dia menulis Injil
dan surat-suratnya, dan meninggal di sana pada usia yang sangat tua.
· Yohanes
yang diberi tugas terakhir untuk menulis kitab Wahyu, kitab pamungkas yang
berisikan segala petunjuk tentang pertentangan besar antara Tuhan dengan Setan
hingga Dunia Baru, kitab yang menjadi pedoman penting, terutama bagi umat Tuhan
akhir zaman dalam menghadapi rencana dan kejahatan Antikristus, supaya mereka
bisa lolos dari penipuannya, dan selamat hingga saat kedatangan Kristus yang
kedua. (Wahyu 1:1)
Siapakah Yakobus penulis kitab Yakobus?
· Ada
beberapa Yakobus di Alkitab, tetapi Yakobus yang ini diyakini adalah saudara tiri
Yesus, bukan saudara Yohanes,
anak Zebedeus, dan bukan yang disebut Yakobus Muda anak Alfeus, yang keduanya
merupakan murid-murid inti Yesus yang 12 orang. (Galatia 1:19)
· Jika
benar Yakobus ini saudara tiri Yesus, maka dia tidak termasuk dalam ke-12 murid inti Yesus
yang mula-mula dipanggil. Dia baru bergabung kemudian.
· Setelah
Yesus kembali ke Surga, Yakobus ini menjadi kepala dewan atau konsili Kristen yang
pertama di Yerusalem.
· Yakobus
juga dijuluki “James
the just”, atau Yakobus yang adil.
· Menurut sejarahwan Josephus (Antiquities of the Jews), Yakobus mati dirajam sebagai martir sekitar tahun 62 AD.
Apa kata kedua penulis Alkitab ini tentang dosa?
1 Yohanes 3:4
Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga Hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran Hukum Allah.
Yakobus 4:17
Jadi, bagi dia yang tahu bagaimana berbuat baik, dan tidak melakukannya, baginya itu dosa.
Jadi sekarang kita
melihat Hukum Allah, kehendak Allah, perintah Allah dari kedua sisinya melalui
tulisan dua orang tokoh Perjanjian Baru ini. Mereka sama-sama berbicara tentang
dosa, apa itu dosa menurut definisi Alkitab.
Yohanes menulis
di bawah bimbingan Roh Kudus, bahwa MELANGGAR HUKUM ALLAH ITU DOSA, artinya, MELANGGAR APA
YANG DIPERINTAHKAN ALLAH ITU DOSA.
Yakobus menulis
di bawah bimbingan Roh Kudus, bahwa TIDAK
BERBUAT YANG KITA TAHU BAIK, ITU DOSA. Kita tentunya setuju
bahwa segala yang baik itu berasal dari kehendak, Hukum, atau perintah Allah,
bukan? Maka artinya TIDAK MELAKUKAN APA
YANG DIPERINTAHKAN ALLAH ITU DOSA.
Jadi ini adalah
dua sisi mata uang koin yang sama:
Berarti, apa
yang diibaratkan “mata uang”nya yang
punya dua sisi?
Mata
uangnya adalah KEHENDAK ALLAH / HUKUM ALLAH / PERINTAH ALLAH
1. Di satu sisi “MELANGGAR” ~ BERARTI SUATU PERBUATAN YANG AKTIF.
Kita berbuat yang buruk.
2. Di sisi yang lain “TIDAK MELAKUKAN” ~ BERARTI DIAM ATAU
PASIF. Kita tidak berbuat yang baik.
Vonisnya: SAMA DOSANYA.
Jadi yang pasif tidak berbuat apa-apa sesuai kehendak/Hukum/Perintah
Allah ternyata sama berdosanya dengan yang aktif berbuat yang bertentangan
dengan kehendak/Hukum/Perintah Allah.
Karena itu
jangan mengira, ah, saya tidak berbuat apa-apa yang melanggar kehendak/Hukum/Perintah
Allah, saya tidak melanggar semua perintah yang dimulai dengan “jangan” ~
misalnya jangan mencuri, jangan berzinah, jangan berdusta, berarti saya tidak
berdosa.
Tapi ternyata, tidak berbuat yang yang sesuai dengan kehendak/Hukum/Perintah
Allah ~ tidak mengasihi sesama, tidak membantu yang memerlukan
bantuan, tidak menyampaikan kebenaran Allah, tidak memelihara Sabat hari
ketujuh sebagai hari yang telah dikuduskan Allah, ya sama
berdosanya. Jadi, diam saja tidak melakukan yang
diinginkan Allah, itu juga berdosa.
Mari kita
melihat ke kisah orang Samaria yang baik di Lukas
10:30-35.
Semua orang
Kristen pasti sudah tahu perumpamaan Yesus ini.
10:30 Dan Yesus menjawab, berkata, ‘Seseorang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia
jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang merampok semua pakaiannya, dan melukainya, dan pergi,
meninggalkannya setengah mati.
10:31 Dan kebetulan ada seorang imam turun melalui
jalan itu; dan ketika ia melihat orang itu,
ia lewat mengambil jalan yang di seberangnya.
10:32 Dan demikian juga seorang Lewi, ketika ia ada di tempat itu, datang dan menengok
orang itu, dan ia jalan terus mengambil jalan yang di seberangnya.
10:33 Tetapi seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan,
tiba di mana
ia berada; dan ketika ia melihat orang itu, ia
berbelas kasihan padanya.
10:34 Dan pergi kepadanya, dan membalut luka-lukanya, menyiraminya dengan minyak dan anggur, dan menaikkan orang itu ke atas hewan tunggangannya sendiri, dan membawanya ke tempat sebuah penginapan, dan merawatnya.
10:35 Dan keesokan harinya ketika ia berangkat, ia mengeluarkan dua dinar, dan memberikannya kepada tuan rumah
penginapan itu, dan berkata kepadanya, ‘Rawatlah dia, dan apa pun yang kaubelanjakan lebih dari ini, waktu aku kembali, aku
akan menggantinya.’
Perumpaan-perumpamaan
Yesus selalu punya aplikasi ganda. Maka perumpamaan ini selain mengajarkan kita
untuk berbuat sesuatu bagi kebaikan manusia sebagai perwujudan kasih kita
kepada sesama, dia juga melambangkan kisah penyelamatan yang dilakukan Yesus
atas umat manusia.
Jadi kita
menyimpang sedikit dari tema pembicaraan kita tentang dosa, dan kita lihat dulu
pelajaran yang diberikan Yesus tentang kisah penyelamatan manusia ini. Mungkin
tidak banyak yang tahu bahwa perumpamaan
orang Samaria yang baik ini menggambarkan penyelamatan manusia oleh Yesus
Kristus.
· Meninggalkan tempat Allah yang aman ke
tempat yang berbahaya.
Kota
Yerusalem melambangkan tempat yang suci, tempat
di mana Allah ada, atau Eden, tempat manusia pertama hidup. Yerikho
melambangkan tempat hiruk pikuknya dunia. Jadi orang ini
meninggalkan tempat yang aman, tempat perlindungan Allah, justru pergi ke
keduniawian. Dan karena dia keluar dari Yerusalem, keluar dari tempat di mana ada perlindungan Allah, maka
perampok-perampok itu bisa menyerangnya. Perampok-perampok itu jelas
melambangkan Setan
dan bala tentaranya.
· Orang yang di dunia di luar
perlindungan Tuhan, jadi mangsa Setan.
Orang yang
meninggalkan Yerusalem dan pergi ke Yeriko itu mewakili umat manusia yang
meninggalkan keamanan perlindungan Tuhan justru pergi mendekati dosa, mendekati dunia yang
dikuasai Setan.
Dia dirampok habis-habisan, dipukuli sampai hampir mati.
Jika tidak ada yang menolongnya, dia dipastikan akan mati karena luka-lukanya.
Manusia tanpa perlindungan Allah, pasti dicelakakan Setan. Jika dalam
perumpamaan ini korban
hanya dicelakakan secara jasmani,
tetapi kalau Setan
akan mencelakakan manusia secara jasmani dan rohani. Korban itu
dalam keadaan sekarat, tidak punya harapan apa-apa, yang menunggunya di depan
hanyalah kematian. Demikian pula manusia yang menjadi mangsa Setan, terbelenggu dosa,
dalam keadaan sekarat rohani, tidak punya apa-apa yang bisa menyelamatkan
dirinya, prospeknya ke depan hanya kematian kekal.
· Imam dan orang Lewi itu melambangkan
Hukum Taurat, segala
perbuatan manusia untuk menyelamatkan dirinya sendiri.
Imam dan orang Lewi itu melihat orang yang sekarat
itu, mencatat dalam pikiran mereka bahwa ini ada orang yang sekarat, tetapi
tidak bisa menolongnya. Demikian pula Hukum Taurat tidak bisa menolong manusia berdosa
yang prospeknya hanya kematian kekal. Hukum Taurat hanya mencatat dosa-dosa
manusia, tapi tidak bisa menghapuskan dosa-dosa itu.
· Orang Samaria itu melambangkan Yesus.
Orang Samaria sangat tidak dipandang sebelah mata
oleh orang Yahudi karena mereka adalah ras campuran antara bangsa Yahudi (yang
dianggap kudus) dengan orang-orang Asyur yang dulu menaklukkan mereka (yang
dianggap kafir). Yesus juga ras campuran, antara Yang Ilahi (kudus) dengan
manusia (yang duniawi). Yesus juga tidak
dipandang sebelah mata oleh orang Yahudi karena Dia hanya rakyat jelata, anak
tukang kayu yang miskin, bukan orang terkenal, tidak punya kedudukan. Tetapi
sebagaimana hanya orang Samaria itu yang menolong si korban, demikian pulalah hanya Yesus
yang menolong manusia berdosa yang prospeknya cuma mati kekal.
· Orang
Samaria itu tergerak hatinya dan “berbelas kasihan”
Jadi yang menyelamatkan korban itu adalah belas kasihan (kasih
karunia) orang Samaria ini.
Andaikan orang Samaria ini tidak tergerak hatinya oleh belas kasihan, dia tidak
akan menolong orang itu. Demikian pulalah manusia diselamatkan oleh belas kasihan Yesus,
karena Yesus tergerak hatiNya oleh belas kasihan, sehingga Putra Allah yang
enak-enak hidup di Surga, turun ke dunia untuk menjalani kehidupanan yang berat
dan kematian yang mengerikan, hanya untuk menyelamatkan manusia berdosa. Karena
itu jangan lupa, kita selamat karena TUHAN berbelas kasihan kepada kita. Kita diselamatkan
karena KASIH KARUNIA TUHAN, bukan karena melakukan Hukum Taurat.
· Apa tindakan pertama yang dilakukan
orang Samaria itu?
Dia membalut
luka-luka korban ~ Mazmur 147:3 ”Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut
luka-luka mereka.” Yesus memberikan penghiburan,
semangat, dan harapan kepada mereka yang terluka oleh dosa. Setelah itu Dia menyiraminya
dengan minyak dan anggur ~ minyak melambangkan Roh Kudus, anggur melambangkan ajaran/doktrin yang benar ~ maka Yesus dalam
menyelamatkan manusia, meninggalkan Roh Kudus untuk membimbing mereka, dan
memberikan kepada mereka ajaran/doktrinNya. Sebagaimana minyak dan anggur itu
membantu korban itu supaya lebih cepat sembuh, demikian pula Roh Kudus dan
Firman Tuhan itu membantu manusia yang telah diselamatkan lebih cepat sembuh
dari luka-luka dosanya.
· Dibawa ke penginapan.
Lalu orang Samaria itu membawa korban ke penginapan
karena dia sendiri harus melanjutkan perjalanan, ini melambangkan Kristus harus
kembali ke Surga. Penginapan ini melambangkan gereja Kristus. Sebagaimana orang yang terluka itu tidak mampu
merawat dirinya sendiri dalam kondisinya yang terluka parah, begitu pula kita yang
babak belur oleh dosa tidak mampu merawat diri sendiri untuk sembuh. Kita membutuhkan
bantuan orang-orang seiman yang lebih senior, yang lebih kenal Tuhan,
untuk membantu proses penyembuhan dan pertumbuhan kerohanian kita. Karena itu
kita perlu berada di tengah-tengah jemaat Tuhan, kita aman berada dalam gereja
Tuhan. Dan bila kita sendiri nanti sudah sembuh dan lebih kuat, giliran kitalah
untuk membantu pendatang baru lainnya.
· Dua keeping uang dinar.
Lalu orang Samaria itu menyerahkan dua keping uang dinar kepada tuan
penginapan itu untuk dipakai
merawat korban. Tuan penginapan melambangkan gembala gereja Tuhan. Dua keping
uang dinar punya makna yang ganda.
Pertama itu melambangkan Alkitab dan Roh Nubuat. Yesus menyerahkan Alkitab dan Roh Nubuat kepada
gerejaNya untuk dipakai
merawat kerohanian orang-orang yang sudah diselamatkan. Bukan hanya
satu uang dinar, tetapi dua. Karena itu gereja harus menggunakan kedua-duanya
untuk merawat kerohanian orang-orang yang sudah diselamatkan.
Makna yang kedua, uang dua dinar di masa itu
merupakan upah
dua hari kerja. Jika 1 hari kosmis
itu sama dengan 1000 tahun literal, maka upah dua hari melambangkan masa 2000 tahun literal kita. Yesus memberi
waktu gereja waktu 2000 tahun untuk memulihkan orang-orang kepada keselamatan.
Yesus kembali ke Surga hingga kini sudah 1985 tahun, berarti mestinya tidak
terlalu lama lagi Dia akan kembali. Walaupun kita tidak tahu persisnya kapan
tanggal-bulan-tahun Dia akan kembali, tetapi ancar-ancar 2000 tahun itu
tentunya bermakna, dan tidak akan melenceng terlalu jauh.
· Dan orang Samaria itu berjanji untuk
kembali.
Orang
Samaria itu akan kembali membuat perhitungan dengan pemilik penginapan, dan
jika ada yang kurang, dia berjanji akan membayar kekurangannya. Tuhan
Yesus akan membuat perhitungan dengan gerejaNya, seberapa keraskah gerejaNya
sudah bekerja dalam penyelamatan jiwa. Dan Dia berjanji untuk kembali dan
menutup semua kekurangannya pada saat kedatanganNya yang kedua. Kita akan
dibawa ke Surga bukan sebagai orang-orang yang berdosa, tetapi sebagai
orang-orang yang telah dibenarkan. Semua kekurangan kita telah ditutup oleh darah Kristus.
Jadi jelas ya, bagaimana perumpamaan orang Samaria yang baik ini merupakan lambang kisah penyelamatan manusia oleh Tuhan Yesus Kristus.
Sekarang kita
kembali ke pembahasan dua sisi mata uang tadi.
Marilah kita
membahas perumpamaan orang Samaria yang baik ini dalam konteks dua sisi mata
uang.
Yang mau kita
perhatikan di sini adalah tindakan si imam dan orang Lewi dalam kisah itu.
Imam dan orang
Lewi itu apakah mereka melakukan suatu kejahatan? Menurut ukuran dunia mereka tidak berbuat kejahatan. Bukan
mereka yang merampok, bukan mereka yang memukuli korban, bahkan mereka sama
sekali tidak menyentuh korban. Tetapi justru dengan tidak berbuat apa-apa itulah mereka menurut Tuhan (Yakobus 4:17), mereka telah melakukan dosa.
Maka lewat
perumpamaan ini, Yesus menyampaikan kepada kita, bahwa:
Kita tidak perlu
melakukan kejahatan
untuk berbuat dosa.
Jika kita tahu bagaimana
harus melakukan yang baik,
tetapi kita
mengabaikannya,
kita sudah berbuat
dosa.
Masing-masing kita perlu berinterospeksi. Sudah berapa kesempatankah yang telah kita lewatkan di mana kita bisa melakukan yang baik, tetapi tidak kita lakukan?
Bila kita berdoa
kepada Tuhan dan kita minta ampun
untuk semua dosa
yang telah kita lakukan,
jangan lupa juga
minta ampun untuk segala kebaikan
yang sudah tidak
kita lakukan.
Tetapi sebelum
pembahasan ini kita akhiri, kita perlu sadar, bahwa STANDAR KEBAIKAN YANG KITA PAKAI HARUSLAH STANDAR
KEBAIKAN TUHAN, bukan standar kebaikan manusia.
Manusia sering
menciptakan standar sendiri yang berlawanan dengan standar Tuhan, misalnya
manusia mengatakan bohong “putih” itu baik, demi kebaikan. Tuhan mengatakan
tidak ada bohong yang baik. Bohong itu dosa.
Jadi dalam hal
ini kita selalu harus memakai standar Tuhan.
Karena itu kita
harus mengaitkan ukuran kebaikan itu
dengan keselamatan manusia. Jika
itu membuat manusia tetap selamat, itu baik. Tetapi jika itu
mengkompromikan keselamatannya, itu tidak baik walaupun tampaknya seolah-olah
baik.
Misalnya, jika
ada yang mengatakan:
Ø LGBT itu
tidak apa-apa,
Ø tidak
bersabat pada hari ke-7 itu tidak apa-apa,
Ø tidak
mengembalikan persepuluhan itu tidak apa-apa,
Ø makan
daging haram itu tidak apa-apa,
lalu kita mengiyakan untuk
menyenangkan orang tersebut (kita
beranggapan menyenangkan orang itu berbuat baik, pleasing everyone, bukan?) itu
adalah perbuatan baik yang salah, itu kita mengikuti
standar kebaikan manusia, bukan standar Tuhan. Jika kita mengiyakan, dan orang
itu tidak bertobat, justru kita telah menjerumuskan dia. Dan kita akan
disalahkan Tuhan.
Tidak percaya?
Silakan baca dari kitab Yehezkiel 3:18-21 ini:
3:18 Kalau Aku
berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! --dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata
apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya
ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya darimu.
3:19 Tetapi jikalau
engkau memperingatkan orang jahat itu dan ia tidak berbalik dari kejahatannya
dan dari hidupnya yang jahat, ia akan mati dalam kesalahannya, tetapi engkau
telah menyelamatkan nyawamu.
3:20 Jikalau
seorang yang benar berbalik dari kebenarannya dan ia berbuat curang, dan Aku
meletakkan batu sandungan di hadapannya, ia akan mati. Oleh karena engkau tidak memperingatkan dia, ia akan mati dalam
dosanya dan perbuatan-perbuatan kebenaran yang dikerjakannya tidak akan
diingat-ingat, tetapi Aku akan menuntut
pertanggungan jawab atas nyawanya darimu.
3:21 Tetapi jikalau
engkau memperingatkan orang yang benar itu supaya ia jangan berbuat dosa dan
memang tidak berbuat dosa, ia akan tetap hidup, sebab ia mau menerima
peringatan, dan engkau telah menyelamatkan nyawamu."
Jadi dalam
segala hal, kita harus memakai standar Tuhan. APA YANG BAIK TAPI HARUS MENURUT STANDAR TUHAN,
bukan standar manusia, bukan standar dunia.
Dan bagi Tuhan, yang paling penting adalah manusia itu selamat, supaya
mereka tidak usah binasa, tetapi beroleh hidup kekal.
Maka, kita harus
ingat, PERBUATAN
BAIK YANG PALING BAGUS YANG BISA KITA LAKUKAN BAGI ORANG LAIN ADALAH MEMBANTU
SUPAYA DIA SELAMAT SAMPAI AKHIR,
dan kelak bersama-sama kita mendapat hadiah hidup kekal dari Tuhan. Ini adalah
perbuatan baik yang tertinggi, melebihi segala bantuan materi dan jasa yang
bisa kita berikan orang lain kapan saja, karena perbuatan baik itu nanti tidak
berakhir di kubur, melainkan akan terus dinikmati orang itu sampai kekekalan.
Amin.
17 04 16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar