163. KHOTBAH DI
ATAS BUKIT
______________________________________________________________
Pelajaran Sekolah Sabat minggu lalu adalah mengenai Khotbah di atas Bukit, atau dalam bahasa Inggrisnya dikenal dengan nama “Beatitude”. Kata ini berasal dari bahasa Perancis yang berarti suatu kondisi yang sangat berbahagia.
Khotbah
di atas bukit ini tertulis di Matius pasal 5, 6, dan 7, jadi cukup panjang.
Tentunya tidak bisa dibahas dalam sekali pembahasan. Jadi kita hanya membahas
secukupnya saja kali ini.
Bagian
pertama, Yesus langsung membukanya dengan menyebutkan beberapa kondisi hidup
yang tidak menyenangkan, misalnya yang miskin, berdukacita, lapar dan haus,
dicela, diftnah, tetapi Yesus mengatakan justru mereka itu yang menerima
berkat. Yesus langsung menyorot orang-orang yang menderita ini karena pada masa itu ada pendapat bahwa orang-orang yang menderita hidupnya
adalah orang-orang yang kena kutuk Allah, orang-orang yang tidak
mendapatkan berkat dari Allah, karena itu hidupnya menderita. Jadi Yesus langsung membuka khotbahNya dengan menyebutkan bahwa orang-orang yang menderita tersebut justru adalah
mereka yang akan menerima berkat.
Tetapi
kita harus cermat membaca khotbah ini, karena semua
penderitaan yang disebutkan Yesus di bagian awal ini berkaitan dengan
kerohanian, bukan bicara tentang kondisi jasmani.
Mari kita lihat Matius 5:3-20.
Kita
akan melihat bahwa Yesus memulai kalimat-kalimatNya dengan kata μακάριος [makarios] yang diterjemahkan “Berbahagialah”
dalam Alkitab LAI. Sebenarnya kata μακάριος [makarios]
berarti “Diberkati”. Jika “diberkati”
berarti ada
yang memberkati. Siapa? TUHAN. Jadi kalau “Diberkati” itu
jelas menggambarkan suatu kondisi di mana subjek itu menerima berkat dari TUHAN. Kalau sekadar “Berbahagialah”
itu tidak jelas siapa yang memberi kebahagiaan itu. Kalau “diberkati” pasti
“bahagia” tetapi kalau “bahagia” belum tentu karena “diberkati”. Karena itu,
baiklah kita memakai kata “Diberkatilah” seperti KJV, menggantikan kata
“Berbahagialah”. Seperti biasa, semua ayat yang dipakai di blog ini adalah
ayat-ayat yang diterjemahkan dari KJV, bukan dari Alkitab LAI.
5:3 Diberkatilah orang yang merasa sangat tidak layak di
hadapan Allah
karena merekalah yang empunya kerajaan surga
Jadi di ayat 3, KJV
menerjemahkannya “the poor in spirit”
jadi yang dimaksud bukanlah orang yang tidak punya uang, seperti yang
diterjemahkan LAI “miskin di hadapan Allah”. Apa artinya “miskin di
hadapan Allah”? Orang yang kerohaniannya rendah? Tapi bukan itu yang dimaksud
Yesus dengan kata-kataNya di sini. Tulisan aslinya adalah πτωχοὶ [ptōchoi] τῷ [tō] πνεύματι [pneumati].
Kata πτωχοὶ [ptōchoi] ini dipakai untuk menggambarkan seorang pengemis yang menyadari kehinaan dirinya, meringkuk di sudut di bawah
sekecil-kecilnya supaya tidak terlihat oleh orang, karena dia merasa tidak layak berjajar dengan orang lain. Jadi
seharusnya ayat itu diterjemahkan “Diberkatilah orang yang merasa sangat tidak layak
di hadapan Allah karena merekalah yang empunya kerajaan surga”.
Pertanyaan:
Mengapa orang itu merasa sangat tidak layak di hadapan Allah? Karena menyadari dirinya
hina, tidak layak dikasihi Allah, menyadari
dirinya kecil, bukan apa-apa, tidak memiliki kebaikan apa pun di dalam dirinya.
Tetapi justru kata Yesus dia itulah yang empunya kerajaan Surga.
Mengapa?
Karena konsep
penyelamatan yang diajarkan Alkitab adalah hanya berdasarkan kasih karunia
Allah, dan bukan berdasarkan perbuatan manusia sendiri, maka Yesus di sini menegaskan bahwa hanya
mereka yang sadar bahwa mereka membutuhkan Juruselamat yang akan selamat.
5:4 Diberkatilah orang yang berduka [karena dosa] karena mereka akan dihibur.
Ini orang
berdukacita karena apa? Bukan karena dompetnya hilang, atau pacarnya
meninggalkan dia, atau dipecat dari pekerjaannya, atau tidak lulus ujian,
tetapi ini adalah mereka yang berdukacita karena dosa. Dosa siapa? Dosanya sendiri, dosa keluarganya,
bahkan dosa masyarakat.
Mengapa
mereka berduka? Karena mereka menyadari bahwa dosa itu memisahkan mereka dari Allah.
Mereka tidak bisa menikmati hubungan yang akrab dengan Allah selama ada dosa
yang menghalangi di antara mereka dengan Allah.
Tetapi Yesus
mengatakan mereka akan dihiburkan. Kata aslinya adalah παρακαλέω [parakaleō]
yang
artinya sebenarnya “memanggil supaya mendekat.” Jadi ada kabar baik.
Dosa yang tadinya memisahkan manusia dari Allah, sekarang
Allah memanggil manusia supaya mendekat, dengan kata lain Allah
tidak lagi melihat dosa-dosa yang menghalangi hubunganNya dengan manusia karena
Yesus Kristus yang akan mendamaikan manusia kepada Allah.
Namun jelas ya, bahwa mereka yang berduka karena dosalah
yang dipanggil mendekat oleh Allah. Mereka yang berduka bukan karena
dosa, ya tidak menyadari bahwa sesungguhnya mereka sudah jauh dari Allah dan
tidak akan mendengar dipanggil.
5:5 Diberkatilah orang-orang yang ikhlas menerima apa pun, karena mereka akan mewarisi bumi.
Kata aslinya adalah πραΰ́ς [praus]
yang diterjemahkan KJV sebagai “meek”.
“Meek” bukan lemah lembut seperti yang diterjemahkan LAI. Arti yang tepat
dari “meek” adalah “ikhlas
menerima apa yang ada”, orang
yang tidak
memberontak, tidak protes, tidak mendebat, tidak menuntut, tidak bertanya
mengapa, tapi ikhlas menerima apa pun yang terjadi dalam hidupnya.
Ini adalah sifat manusia yang
tidak sombong, yang mengalah walaupun dia dirugikan orang lain, orang yang
tidak mau berebut, yang “nerimo”.
Yesus berkata, mereka yang ikhlas,
mereka yang pasrah, mereka yang menerima apa yang ada, inilah yang akan mewarisi
bumi.
Mengapa?
Jadi Yesus berkata, mereka yang memiliki sifat seperti DiriNya-lah yang bakal mewarisi
bumi. Bumi yang mana? Jelas bukan bumi kita yang sekarang ini,
tetapi bumi yang akan
diciptakan baru oleh TUHAN, Dunia Baru yang kekal.
5:6 Diberkatilah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan
dipuaskan.
Kebenaran siapa yang dimaksud
Yesus di sini? Kebenaran dunia? Kebenaran ilmu? Kebenaran siapa? Kebenaran Allah. Di pasal 6 Yesus mengulangi keterangan ini
lagi. “…carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6:33)
Mengapa
mereka yang lapar dan haus akan kebenaran Allah yang akan dipuaskan? Karena mereka yang mencari kebenaran
Allah tidak pernah dibiarkan tetap lapar dan haus. Yesus juga
mengulangi janjiNya ini di pasal 7, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat;
ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” (Matius 7:7).
Untuk
mendapatkan kebenaran Allah, tidak perlu harus menjadi sarjana theologi dulu,
tidak harus punya IQ 180, tetapi Yesus berkata,
Matius
11:25-26
Pada waktu itu Yesus menjawab dan
berkata, ‘Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena
Engkau telah menyembunyikan hal-hal ini dari yang
bijak dan yang pandai, dan telah menyatakan mereka kepada bayi-bayi. Jadilah demikian, Bapa, karena begitulah yang baik di pemandanganMu.”
Jika kita
mencari kebenaran Tuhan, Tuhan pasti akan menolong kita, karena Tuhan paling
senang kalau anak-anakNya mau belajar tentang kebenaranNya.
5:7 Diberkatilah orang yang berbelas kasihan, karena mereka akan beroleh kasih
karunia Allah
Kata yang di
KJV diterjemahkan “merciful”, di LAI
diterjemahkan “murah hati”. Kata aslinya ἐλεήμων [eleēmōn] sesungguhnya
berarti “berbelas
kasihan” atau “berhati iba”. Maka yang dimaksud Yesus adalah
orang-orang yang tidak sampai hati menindas orang lain, yang tidak mau memojokkan
orang lain, tidak akan mengancam
orang lain, yang mudah memaafkan
kesalahan orang, kata yang terkenal adalah tidak memblackmail orang. Inilah
orang-orang yang berbelas
kasihan kepada orang lain, orang-orang yang punya empati, yang bisa merasakan
kesusahan orang lain, bisa
menempatkan dirinya di posisi orang lain, yang tidak tega terhadap orang lain.
Maka orang-orang yang berbelas
kasihan ini, mereka juga akan mendapatkan
ἐλεέω [eleeō] dari
kata yang sama, dan artinya adalah “divine grace” atau “kasih karunia Allah”, mendapatkan rahmat Allah.
5:8 Diberkatilah orang yang murni hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
Kata aslinya
adalah καθαρός [katharos] dan artinya adalah “bersih”,
“murni”. Orang yang bersih atau murni hatinya adalah orang yang tidak punya
niatan jahat, tidak berdusta, tidak menipu, tidak menjerumuskan orang lain.
Di Wahyu 14:5 dikatakan tentang ke-144’000
orang saleh yang diangkat ke Surga hidup-hidup, “Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; karena mereka tidak bercela di hadapan takhta Allah”
Jadi hati yang bersih, yang murni, yang tidak punya niatan
jahat, yang tidak mau merugikan orang, merupakan persyaratan
untuk melihat Allah.
Mengapa?
Karena orang
yang hatinya bersih tidak punya niatan untuk berbuat dosa. Orang-orang yang
punya dosa tidak akan melihat Allah.
5:9 Diberkatilah
orang yang membawa damai, karena mereka akan
disebut anak-anak Allah.
Orang yang
membawa damai adalah orang yang mendamaikan orang lain, orang yang menyejukkan
hati, bukan orang yang suka mengompori,
bukan orang yang malah mempertajam konflik. Dan sudah pasti orang yang membawa
damai, dirinya sendiri bukan orang yang menimbulkan masalah, bukan troublemaker.
Mengapa orang
yang membawa damai ini disebut anak-anak Allah? Karena mereka memiliki sifat Allah, “Dan semuanya berasal dari Allah,
yang telah mendamaikan kita kepada Diri-Nya Sendiri
oleh Yesus Kristus, dan telah memberikan
pelayanan pendamaian itu kepada kami.”
(2 Korintus 5:18).
Karena itu jika
kita mau disebut anak-anak Allah, kita harus menjadi pembawa damai, karena
pelayanan pendamaian itu sudah dipercayakan kepada kita.
5:10 Diberkatilah orang yang dianiaya karena kebenaran, karena milik merekalah
Kerajaan Sorga.
5:11 Diberkatilah kamu, bila orang mencacimu, dan menganiayamu dan mengatakan
segala macam
kejahatan tentang kamu yang tidak benar, demi Aku.
5:12 Bersukacitalah dan sangatlah bergembira,
karena besarlah upahmu di sorga, sebab
demikian juga mereka telah menganiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."
Ayat-ayat ini
memberitahukan apa kepada kita? Bahwa sebagai pengikut Kristus, kita bisa menghadapi
penganiayaan, dicacimaki, difitnah karena kita mengikuti Kristus.
Mengapa?
Karena penguasa kegelapan adalah musuh kebenaran, musuh Kristus, karena itulah semua yang berkaitan dengan
kebenaran, dengan kristus, menjadi incaran penguasa kegelapan.
Ke depan penganiayaan akan menjadi sangat berat, seperti yang sudah diamarkan
oleh Yesus, “Sebab
setelah itu akan terjadi masa kesukaran yang dahsyat seperti yang belum
pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan pernah terjadi lagi” (Matius 24:21). Tetapi jika kita mengalami
penganiayaan, sebagaimana nabi-nabi di zaman dulu, justru kita adalah
orang-orang yang diberkati, karena Yesus berkata, Kerajaan Surga itu menjadi
bagian kita.
5:13 Kamu adalah garam dunia. Tetapi jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia akan diasinkan? Sejak
saat itu, dia tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak oleh orang.
Garam selain
dipakai untuk menyedapkan masakan, juga dipakai untuk mengawetkan makanan dan
mensterilkan sesuatu. Bila kita diibaratkan sebagai garam dunia, maka yang
dimaksud Yesus kita bertugas memberi “rasa” atau makna kepada kehidupan orang lain
dengan memperkenalkan kebenaran Allah kepada mereka. Tetapi bila garam bertemu dengan borok, akan
menimbulkan rasa sakit. Orang-orang yang mendengar kabar keselamatan dari kita
belum tentu mau menerimanya. Mereka justru mungkin merasa tersakiti pada waktu kita tunjukkan
kesalahan mereka. Maka menjadi
garam itu bisa menimbulkan rasa sakit pada mereka yang punya borok.
Tetapi Yesus berkata, jangan sampai garam itu menjadi tawar, kehilangan asinnya. Kalau garam kehilangan
asinnya, dengan apa dia bisa diasinkan lagi? Mustahil. Garam yang tidak asin,
bukan garam, dan tidak berguna lagi. Jadi walaupun kita menimbulkan rasa sakit
pada borok-borok rohani, hendaknya
kita tetap melakukannya, jangan berkompromi, karena itulah memang tugas kita,
menunjukkan kebenaran kepada orang lain. Jika tidak, kita tidak
berguna lagi
5:14 Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas bukit
tidak mungkin tersembunyi.
5:15 Demikian
pula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang,
melainkan di atas kaki dian dan itu memberi terang kepada semua orang di dalam rumah itu.
5:16 Hendaknya terangmu bercahaya sedemikian di depan orang, supaya mereka
melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.
Kristus
mengatakan bahwa pengikut-pengikutNya itulah terang dunia. Sebagai terang, kita tidak
boleh bersembunyi, terang itu harus muncul untuk menerangi tempat
yang gelap. Terang justru lebih dibutuhkan di tempat gelap.
Kebanyakan
kita tidak suka berada di tempat yang gelap. Kita lebih suka berada di tempat
yang terang, lebih serasi, lebih aman, lebih menyenangkan. Tetapi justru tempat yang gelaplah yang
membutuhkan terang. Kita punya misi yang harus kita lakukan sebisa kita.
Apa
yang dilambangkan Kristus sebagai terang ini? “Perbuatan yang baik”.
Jangan
lupa sebagai pengikut Kristus kita
menyandang nama Allah, sehingga jika kita berbuat baik, nama Allah-lah yang
dimuliakan. Sebaliknya jika kita berbuat tidak baik, nama
Allah-lah yang dipermalukan.
5:17 Janganlah kamu
menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan Hukum Taurat atau kitab para nabi.
Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
Di sini Yesus
dengan sangat jelas menandaskan bahwa Dia tidak meniadakan Hukum Taurat atau kitab para nabi. Apa kitab para nabi? Semua tulisan nabi-nabi,
seluruh kitab Perjanjian Lama (karena di zaman itu kitab-kitab Perjanjian Baru
belum ditulis). Jadi sangat jelas, bukan? Yesus
sendiri menegaskan, bahwa Dia TIDAK meniadakan Hukum Taurat atau kitab para
nabi (Alkitab Perjanjian Lama). Tetapi mengapa banyak orang
Kristen menganggap Hukum Taurat dan Alkitab Perjanjian Lama sudah dibatalkan
oleh salib?
Yesus
sendiri berkata bahwa Dia datang untuk menggenapi Hukum Taurat. Bagian Hukum Taurat yang mana yang digenapi? Bagian upacara kurban Bait Suci.
Karena Yesus adalah Domba Allah. Maka pada saat Domba Allah dikurbankan di
salib, berakhirlah semua upacara kurban bayangan yang merupakan lambang
pengurbanan Kristus di salib.
Hukum Taurat
itu terbagi dalam 4 bagian:
ü Yang
pertama adalah Hukum Moral, 10 Perintah Allah yang menjadi dasar
moral kekristenan.
Khusus Hukum ini dikumandangkan suara
Allah sendiri dari atas G. Sinai dan ditulis jari Allah pada dua loh batu. Maka
sebagaimana Allah itu kekal, Hukum Allah juga kekal. Dan Allah mendemonstrasikan kekekalan HukumNya
dengan mengumandangkanNya sendiri dan menulisNya sendiri. Hanya Hukum ini yang diberikan Allah kepada
manusia (melalui Musa) dalam bentuk sudah jadi. Bukan Musa yang menulisnya,
tetapi Allah sendiri.
ü Lalu
ada hukum-hukum upacara,
segala peraturan yang berkaitan dengan
semua upacara Bait Suci Yahudi yang melambangkan pekerjaan
penebusan Kristus. Ini yang sudah digenapi oleh Yesus. Ini yang berakhir
di salib.
ü Hukum
sipil yang mengatur soal perdagangan,
ekonomi, kewajiban sosial, dll.
Hukum ini yang mengatur seluruh
perekonomian bangsa Israel, berlaku pada masyarakat Yahudi pada zaman
theokrasi Yahudi. Karena theokrasi Yahudi sudah berakhir sejak Israel
menjadi jajahan negara-negara besar di zamannya, maka umat Allah sekarang
tunduk kepada Hukum sipil negara masing-masing di mana dia hidup.
ü Hukum
kesehatan bagi umat Allah,
ini tetap berlaku karena tidak terkait pekerjaan
penebusan Kristus yang sudah digenapi, dan tidak terkait
theokrasi Yahudi yang telah berakhir. Hukum kesehatan ini diberikan
Tuhan kepada umatNya untuk menjaga agar tubuh jasmani umat Allah tidak
dinajiskan oleh segala yang najis.
5:18 Karena sesungguhnya
Aku berkata kepadamu: Sampai lenyap langit
dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan
ditiadakan dari Taurat, sampai semuanya digenapi.
Kata yang diterjemahkan
LAI “selama belum lenyap”, begitu pula “sebelum semuanya terjadi” adalah kata ἕως
[heōs]
yang
sama, yang artinya
“hingga” atau “sampai”, maka terjemahan ayat 18 yang lebih tepat
adalah seperti yang tercantum di atas.
Berarti walaupun langit dan bumi lenyap, satu titik
pun tidak akan hilang dari Hukum Taurat. Apalagi langit dan bumi sampai
sekarang masih ada, mengapa banyak orang Kristen mengatakan Hukum Taurat sudah
lenyap?
5:19 Karena itu
siapa yang meniadakan salah satu perintah Hukum Taurat sekali pun yang paling
kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan disebut yang paling rendah oleh Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala
perintah-perintah hukum Taurat, ia akan disebut
besar oleh Kerajaan Sorga.
Terjemahan
LAI untuk ayat ini sangat menyesatkan. Bandingkan sendiri:
Karena itu siapa yang
meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan
mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling
rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan
segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di
dalam Kerajaan Sorga.
Terjemahan LAI
ini membuat banyak orang Kristen berkata, “Ah, tidak apa-apa tidak mematuhi
Hukum Taurat karena toh tetap masuk Surga walaupun mendapat tempat yang rendah,
tidak apalah. Asal masuk Surga sudah cukuplah.”
Tapi Yesus sama
sekali tidak berkata demikian.
Terjemahan KJV membuat kesalahan memilih makna kata depan ἐν
[en] sebagai “in” (= “di”), sehingga terjemahannya demikian:
“Whosoever therefore
shall break one of these least commandments, and shall teach men so, he shall
be called the least in the kingdom of heaven: but whosoever shall do and teach them,
the same shall be called great in the kingdom of heaven.”
Tetapi kata
depan (preposisi) ἐν [en]
ini artinya bisa bermacam-macam, bisa:
ü
in
(di),
ü
by
(oleh),
ü
about
(mengenai),
ü
after
(setelah),
ü
against
(bertentangan dengan),
ü
dan
masih banyak lagi.
KJV memilih “in” sehingga kalimatnya menjadi “he shall be
called the least in the kingdom of heaven” dan “the same shall be called great in the kingdom of heaven.”
Seharusnya KJV
memilih “BY” bukan “IN”, sehingga kedua kalimat ini seharusnya berbunyi: “he shall be called the least by the kingdom
of heaven” dan “shall be called great
by
the kingdom of heaven.”
Terjemahan
LAI membuat kesalahan yang lebih parah lagi dan bahkan menyesatkan, dengan
mengganti kata “shall be CALLED
the least” (= akan disebut yang paling rendah) menjadi “akan MENDUDUKI TEMPAT yang paling rendah” dan “shall be called great” (= akan disebut
besar) menjadi ”akan MENDUDUKI TEMPAT yang tinggi”.
Kata “menduduki tempat” itu sama sekali tidak
ada dalam teks aslinya. Ini
adalah asumsi para penerjemah LAI sendiri.
Jadi ayat 19 ini
seharusnya diterjemahkan demikian:
5:19 Karena itu
siapa yang meniadakan salah satu perintah Hukum Taurat sekali pun yang paling
kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan disebut yang paling rendah oleh Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang
melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah Hukum Taurat, ia akan disebut besar oleh Kerajaan Sorga.
Nah, dengan
terjemahan yang benar ini, kita tidak bingung lagi. Yesus berkata “siapa yang
meniadakan salah satu perintah dari Hukum Taurat dan mengajarkannya demikian
kepada orang lain, dia disebut yang paling rendah oleh kerajaan Surga.” Apa
artinya? Dia
akan direndahkan, dianggap hina, dianggap tidak berharga oleh kerajaan Surga. Jadi
orang itu tidak bakal berada di Surga! Bukan menduduki tempat yang
paling rendah di Surga! Sangat beda! Orang yang meniadakan salah satu perintah dari Hukum
Taurat dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, SAMA SEKALI TIDAK AKAN
BERADA DI SURGA!
Maka
orang-orang yang mengatakan Hukum Taurat itu sudah dihapus, sudah tidak berlaku
lagi, dan yang mengajar orang lain demikian, apakah nasib mereka tidak
menyedihkan?
Tetapi mayoritas
gereja Kristen justru mengajarkan demikian.
Hukum Taurat sudah berlalu, sekarang zaman kasih karunia. Itu kata
mereka. Dan mereka tidak sadar bahwa mereka ini justru disebut hina, disebut
rendah oleh kerajaan Surga. Termasuk para orangtua yang mengajarkan kepada
anak-anak mereka untuk jangan ikut gereja yang beribadah pada hari Sabat, atau
hari ketujuh. Padahal mereka yang beribadah pada Sabat Hari Ketujuh itu yang
menuruti Hukum Allah.
Sebaliknya
Yesus berkata, siapa “yang (1)
MELAKUKAN dan (2) MENGAJARKAN segala perintah Hukum Taurat, dia
akan disebut besar oleh Kerajaan Surga.” Berarti dia ada di Surga tidak? ADA! Bahkan disebut “BESAR” oleh Kerajaan
Surga.
Jadi apakah Yesus mengajarkan bahwa Hukum Taurat itu sudah
dipakukan di salib? TIDAK.
Justru di
Matius 5:19 ini sangat jelas, Yesus berkata, siapa yang:
(1) melakukan, dan
(2) mengajarkan
segala
perintah Hukum Taurat, dia disebut BESAR OLEH KERAJAAN SURGA.
Menjadi
pengikut Kristus bukan saja HARUS MELAKUKAN SEGALA PERINTAH HUKUM TAURAT itu
sendiri, tetapi juga HARUS MENGAJAR orang lain melakukan segala perintah Hukum
Taurat. Untuk tujuan inilah pembahasan-pembahasan ini dibuat.
5:20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika kebenaranmu tidak melebihi kebenaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga
Di
sini terjemahannya juga kurang tepat. Kata yang diterjemahkan “hidup
keagamaanmu” berasal dari kata δικαιοσύνη [dikaiosunē] dan itu lebih tepat diterjemahkan “kebenaranmu”.
Maka
yang dimaksud Yesus adalah, “Jika kebenaranmu tidak
melebihi kebenaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu
tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”
Kebenaran
orang Farisi dan ahli Taurat itu bagaimana?
Mereka melakukan
Hukum Taurat dengan ketat, dan mereka menganggap perbuatan mereka itu membawa
mereka ke Surga. Mereka tidak membutuhkan Mesias, mereka tidak butuh diselamatkan karena mereka menganggap mereka bisa
menyelamatkan diri mereka sendiri dengan kepatuhan mereka kepada Hukum Taurat.
Yesus
berkata, itu salah.
Keselamatan itu dari mana? Dari TUHAN!
Itu pemberian TUHAN, karena kasih karunia TUHAN.
Bagaimana
cara mendapatkan pemberian TUHAN ini?
Melalui iman, diterima dengan iman.
Jadi
yang menyelamatkan kita itu apa? KASIH KARUNIA TUHAN, yang kita terima melalui
iman.
Di
dalam Perjanjian Lama, disebutkan “THE
LORD OUR RIGHTEOUSNESS”. Ini ada di Yeremia 23:6, 33:16, yang
sayangnya dalam terjemahan LAI ditulis “TUHAN keadilan kita”. Itu terjemahan
yang tidak tepat, karena yang dimaksud di sini adalah “TUHAN PEMBENARAN KITA”. Jadi
kita tidak bisa membenarkan diri kita sendiri. Hanya TUHAN yang membenarkan kita.
Berarti,
supaya kita bisa dibenarkan, kita butuh TUHAN. Kristus memberikan jubah kebenaranNya
kepada kita, dan segala
ketidakbenaran kita tertutup oleh jubah Kristus itu, dengan demikian KITA DIBENARKAN OLEH KEBENARAN KRISTUS maka Kristuslah Pembenaran kita.
Konsep
ini yang tidak dipahami dan tidak diterima oleh para ahli Taurat dan orang
Farisi di zaman Kristus.
Karena
itu Yesus berkata, “Jika kebenaranmu tidak melebihi kebenaran ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga.”
Keselamatan tidak bisa dicapai dengan
upaya sendiri seperti yang banyak diajarkan agama-agama lain di luar
Kekristenan. Kita tidak bisa menyalahkan mereka, karena demikianlah yang
tertulis di kitab suci mereka. Tetapi bagi orang-orang Kristen, itu tidak boleh
terjadi, karena di kitab suci orang Kristen tertulis dengan jelas bahwa manusia
membutuhkan Juruselamat untuk bisa diselamatkan.
Melakukan
Hukum Taurat itu tidak bisa membenarkan kita. Hanya Kristus yang bisa
membenarkan kita.
Maka,
melakukan Hukum Taurat bukanlah syarat supaya kita dibenarkan. Melakukan Hukum Taurat adalah
BUAH atau HASIL DARI PEMBENARAN KITA.
Konsep
ini harus kita pahami benar-benar.
Jadi
jangan seperti orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang melakukan Hukum Taurat
supaya dibenarkan. Hanya Kristus yang bisa membenarkan kita. Tetapi lakukanlah Hukum Taurat karena
kita sudah dibenarkan. Karena kita sudah dibenarkan, maka kita
tidak mau berkubang lagi dalam dosa, bukan? Kita mau memelihara pembenaran yang
sudah kita terima.
Selain
itu, para ahli Taurat dan orang Farisi melakukan hukum Taurat hanya secara
lahiriah, bukan dari hatinya. Bukan itu yang diinginkan Kristus. Ini
nanti lebih diperjelas lagi oleh Yesus di ayat-ayat berikutnya.
Wah,
sudah sangat panjang ini.
Sementara
sampai di sini dulu pembahasan Matius pasal 5. Kita baca sendiri perlahan-lahan
Matius pasal 5, 6, 7, sambil minta bantuan Roh Kudus untuk menerangi hati kita.
Kalau ada waktu kapan-kapan kita lanjutkan ini.
22
04 16
terima kasih infonya
BalasHapusSama2. Tuhan memberkati
Hapus