161. PRO-KONTRA HUKUM TUHAN
______________________________________________________________
Banyak orang
Kristen berkata bahwa rasul Paulus mengatakan orang Kristen tidak perlu tunduk
kepada Hukum TUHAN lagi karena orang Kristen sudah tidak berada di bawah Hukum,
melainkan di bawah kasih karunia.
Bahwa orang
Kristen tidak berada di bawah Hukum melainkan di bawah kasih karunia, itu
sangat benar, karena itu yang ditulis Paulus di
Roma 6:14
Sebab dosa tidak akan punya kuasa
atas dirimu, karena kamu tidak di bawah Hukum, tetapi di bawah kasih
karunia.
Tapi, coba
kita baca kalimat ini dengan lebih
teliti. Paulus menulis tentang 3 hal di sini:
1.
Dosa tidak akan punya kuasa atas dirimu
2.
Kamu tidak di bawah Hukum
3.
Kamu berada di bawah kasih karunia
Jadi fakta yang pertama
adalah “DOSA TIDAK AKAN PUNYA KUASA ATAS KITA”
Apa maksudnya “dosa tidak akan punya
kuasa atas dirimu”?
Bagaimana orang
yang dikuasai oleh dosa? Orang tersebut tidak bisa berhenti berbuat dosa. Dosa
itu bossnya, majikannya. Jadi orang itu
terus-menerus tunduk pada perintah bossnya, yaitu dosa. Orang itu terus
melakukan apa yang disuruh lakukan oleh dosa.
Tapi sekarang
Paulus bilang dosa tidak akan punya
kuasa atas kita lagi, berarti kita tidak dikuasai dosa lagi, betul? Dosa tidak
akan menjadi boss kita lagi, tidak akan menjadi
majikan kita lagi. Kita tidak usah tunduk lagi kepada dosa. Kita akan bisa mengalahkan dosa.
Perhatikan di
sini Paulus memakai bentuk waktu yang akan datang: “akan”, berarti pada saat dia menulis kepada
jemaat di Roma, itu masih belum terjadi, tetapi dia bilang itu akan terjadi. Nanti
kita akan melihat di ayat-ayat selanjutnya bagaimana itu bisa terjadi.
Jadi ini suatu yang masih proses.
Mari kita kupas
ayat ini.
Apa artinya “berada di bawah kasih
karunia”?
Efesus 2:8
Sebab oleh kasih karunia kamu diselamatkan melalui iman…
Yohanes 3:16
Jadi, orang-orang
yang sudah menerima keselamatan melalui iman, orang-orang yang sudah menerima
Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadinya, orang-orang yang sudah ditebus
oleh darah Kristus ~~ mereka inilah orang-orang yang
di bawah kasih karunia Allah.
Nah, menurut
Paulus, orang-orang yang di bawah kasih karunia ini sudah tidak di bawah Hukum.
Apa artinya “di bawah Hukum”?
Kita tahu dari
banyak ayat bahwa Hukum tidak menyelamatkan, Hukum hanya menunjukkan
dosa-dosa kita. Hukum ibarat sebuah cermin di mana kita melihat
apakah wajah kita sudah bersih atau masih kotor. Cermin itu (Hukum) tidak bisa
menghapus kotoran.
Hukum
menunjukkan semua pelanggaran kita:
ü Nah, tuh, kamu sudah berbohong, sudah
melanggar perintah Tuhan ke-9.
Hukuman dosamu ialah mati kekal, karena ‘upah dosa
ialah maut’ (Roma 6:23).
ü Nah, tuh, kamu sudah mencuri, sudah
melanggar perintah Tuhan ke-8, kamu layak mati, karena upah dosa itu
maut!
ü Nah, tuh, kamu sudah selingkuh, sudah
melanggar perintah Tuhan ke-7, vonisnya mati!
ü Nah, tuh, kamu sudah bergurau dengan
nama Tuhan, sudah melanggar perintah ke-3, hukumanmu mati!
Dst. dst. dst.
Jadi Hukum itu yang menunjukkan dosa-dosa kita.
HUKUM TIDAK MENGHAPUS DOSA KITA. Seandainya kita di bawah Hukum, kita celaka, karena
justru semua dosa kita dinyatakan oleh Hukum. Ini lho dosamu mencuri, ini lho
dosamu melanggar hari Sabat, ini lho dosamu iri hati sama tetanggamu, dst. dst.
dst. Tidak menyelamatkan sama sekali. Kita justru celaka, karena dosa itu
upahnya maut (Roma 6:23), maka sebenarnya Hukum
itu berkata, “Kamu layak mati! Kamu sudah berbuat dosa ini, dosa itu, kamu
layak mati!”
Jadi Hukum itu hanya
menuduh dan menunjukkan bahwa kita layak mati.
Apa Paulus
berkata Hukum sudah dihapus? TIDAK! HUKUM TIDAK DIHAPUS!
Lalu bagaimana
bisa orang yang di bawah kasih karunia tidak lagi di bawah Hukum?
Nah, ini
rahasianya! Kalau
orang itu TIDAK BERBUAT DOSA, TIDAK MELANGGAR HUKUM, HUKUM ITU TIDAK
BISA MENDAKWA DIA DAN MENJATUHKAN HUKUMAN PADANYA! Ini yang dimaksud
Paulus, Hukum tidak punya kuasa lagi atas orang-orang yang di bawah kasih
karunia. BUKAN
karena Hukumnya dihapus dan tidak berlaku bagi mereka, TAPI karena MEREKA
YANG SUDAH TIDAK MELANGGAR HUKUM LAGI, sehingga Hukum tidak bisa
mendakwa mereka, dan tidak bisa menjatuhkan hukuman. Paham, kan?
Di zaman aku
masih di bangku SMP-SMA, ada seorang guru yang luar biasa “kejam”nya. Itu tahun
60an ya, jadi guru-guru masih bebas main tangan di dalam kelas. Kalau buku atau
catatan si murid ketinggalan, dahi murid itu dicocok-cocok dengan kukunya yang
panjang-panjang sambil dimarahin dengan kata-kata yang menyakitkan hati. Kalau
tidak bikin PR, dahi murid pasti kena dicocok-dicocok kukunya. Kalau murid dipanggil
ke depan untuk mereview pelajaran yang lalu tidak bisa, dahi akan dicocok-cocok
kukunya. Kalau ditanya tidak bisa menjawab, dahi dicocok-cocok kukunya. Setiap
kali guru ini mengajar, pasti ada murid yang jadi korban. Ini sekolah putri
semuanya loh, jadi bukan murid yang nakal-nakal. Semua murid takut sama guru
satu ini. Tapi selama 6 tahun aku jadi muridnya, aku tidak di bawah kuasa
kuku-kukunya, mengapa? Karena aku pastikan khusus mata pelajaran guru ini aku
kuasai benar, PR pasti kubuat, buku dan catatan dipastikan ada dalam tas, dan
mata pelajarannya sampai hafal di luar kepala supaya kalau dipanggil ke depan
untuk review, bisa lancar bicara. Sehingga walaupun guru ini terkenal “killer”,
dia tidak punya kuasa atas aku, karena aku pastikan aku tidak memberinya
kesempatan untuk menemukan kesalahan padaku. Jadi, walaupun guru ini tetap ada
dan tetap menjadi “killer” setiap dia masuk ke kelas, kukunya tidak bisa
menyentuh dahiku karena aku tidak memberinya alasan untuk berbuat itu.
Sama dengan
Hukum Allah. Hukum itu selamanya tetap ada karena itu Hukum Allah, jadi
sifatnya kekal, tapi Hukum itu tidak bisa menyentuh kita bila kita tidak
melanggarnya.
Tapi belajar untuk tidak melanggar
Hukum itu suatu proses.
Tidak begitu di
bawah kasih karunia hari ini lalu langsung bebas tidak tersentuh Hukum lagi.
Karena itu Paulus memakai kata “akan”. Itu proses.
Dari hari ke hari, hari ini lebih baik daripada kemarin, besok lebih baik daripada
hari ini, dan seterusnya. Orang yang di bawah kasih karunia harus bertumbuh kerohaniannya, semakin lama semakin
menyerupai Kristus, semakin lama semakin sempurna, semakin lama semakin jauh meninggalkan dosa,
semakin lama semakin asing dengan dosa, hingga suatu saat dosa sudah tidak punya kuasa lagi atas
dirinya.
Yesus menegaskan
di:
Yohanes 8:34
Jawab Yesus kepada mereka, ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya siapa yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.’
Jelas, kan? Jadi
selama kita masih dikuasai oleh dosa, kita adalah hamba dosa. Dosa itu majikan
kita, kita tunduk pada perintah dosa.
Nah, kita semua
sudah tahu apa definisi dosa menurut Alkitab.
1 Yohanes 3:4
Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga
Hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran Hukum
Allah.
Jadi, jika “dosa ialah
pelanggaran Hukum Allah”, maka “tidak
dikuasai lagi oleh dosa” berarti tidak lagi melanggar Hukum Allah,
iya kan?
Maka, setelah
kita tidak dikuasai lagi oleh dosa, Hukum Allah masih dipatuhi atau tidak?
Ya jelas harus dipatuhi,
justru Hukum Allah sekarang semakin
dipatuhi.
Kalau tadinya
kita dikuasai oleh dosa, maka kita melanggar Hukum Allah, kita mengabaikan Hukum
Allah. Tetapi sekarang karena tidak dikuasai lagi oleh dosa berarti kita tidak
melanggar Hukum Allah lagi. Tidak
melanggar Hukum Allah = menurut atau patuh kepada semua Hukum Allah.
Jadi jangan terbalik
pemahamannya.
TIDAK DIKUASAI LAGI OLEH DOSA BUKAN
BERARTI HUKUM ALLAH SUDAH DIHAPUS, TAPI KITA YANG TIDAK BERBUAT DOSA LAGI!
Tidak
dikuasai lagi oleh dosa artinya tidak melanggar Hukum Allah.
Jadi, jelas orang yang TIDAK dikuasai oleh
dosa, ialah orang yang sudah BERHENTI berbuat dosa. Dosa bukan
majikannya lagi, bukan bosnya lagi. Karena sudah bukan bosnya, maka biar dosa
menyuruh apa pun, orang itu sudah tidak usah menurut lagi pada perintahnya. Orang itu bebas, merdeka dari
perhambaan dosa.
Ini kata rasul
Paulus di kitab yang sama:
Roma 6:20, 22
20 Sebab waktu kamu masih hamba dosa, kamu lepas dari kebenaran.
22
Tetapi
sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa, dan menjadi hamba Allah, kamu punya buah yang menuju kekudusan, dan
akhirnya hidup yang kekal.
Coba dibaca lagi
dengan teliti. Apa yang ditulis Paulus?
“…waktu kamu masih hamba dosa, kamu lepas dari kebenaran”,
jadi waktu dosa masih menjadi bos kita, kita terlepas dari kebenaran, kebenaran
di luar jangkauan kita, kita tidak bisa meraih kebenaran, kita tidak merasa
kita harus melakukan yang benar. Karena apa? Karena kita melakukan apa yang
disuruh bos atau majikan kita yaitu dosa, sehingga yang kita lakukan itu dosa, kita
tidak tertarik melakukan yang benar.
“Tetapi
sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa,”, jadi kita ini telah dimerdekakan ~ ingat
ya, kita tidak bisa memerdekakan diri sendiri, tetapi kita dimerdekakan, oleh siapa? Jelas oleh
Kristus ~ perhatikan lagi, kita dimerdekakan dari apa? Dari Hukum Tuhan? TIDAK! Tapi kita dimerdekakan dari DOSA, BUKAN dari HUKUM TUHAN.
Jadi jangan salah tangkap ya. KITA BUKAN
DIMERDEKAKAN DARI HUKUM TUHAN, TAPI KITA DIMERDEKAKAN DARI DOSA. Sangat berbeda lho!
Bagaimana kita
dimerdekakan dari dosa?
Dengan cara Tuhan Yesus Kristus menebus kita dari majikan kita
yang lama!
Tuhan Yesus Kristus membeli kita dengan darahNya sendiri dari majikan lama
kita. Tadinya kita adalah hamba dosa, ingat? Dosa menguasai kita, dosa itu bos
atau majikan kita. Tetapi lalu Tuhan Yesus menebus kita, membeli kita kembali
dari majikan lama kita dengan harga yang mahal, yaitu dengan darahNya sendiri, maka
kita dibebaskan dari perhambaan dosa. Tapi karena
kita sudah dibeli oleh Tuhan Yesus Kristus, sekarang kita
menjadi milik siapa? Kita
menjadi milik Kristus! Paulus menulis “…kamu menjadi hamba
Allah…” (ayat 22),
jadi kita sekarang menjadi hamba siapa? Hamba Allah! Kita tidak merdeka
100% menjadi bos kita sendiri, kita tidak bebas menjadi majikan kita sendiri, tetapi KITA MENJADI HAMBA ALLAH! KITA
GANTI MAJIKAN.
Artinya kita harus patuh kepada majikan
kita,
bukan? Kita tidak bisa berbuat sesuka hati kita sendiri.
ü Dulu kita patuh
kepada dosa, karena majikan kita itu dosa.
Kita melakukan apa yang diperintahkan dosa kepada
kita.
ü Sekarang kita patuh
kepada Allah, karena majikan kita Allah.
Maka
sekarang kita melakukan apa yang diperintahkan Allah kepada kita.
Jadi, kita selalu punya majikan. Kalau bukan majikan Allah, ya
majikan dosa. Tidak ada pilihan lain. Tidak bisa tidak punya majikan.
Orang-orang yang
menganut faham postmodernisme, yang
mengatakan bahwa mereka adalah majikan mereka sendiri, tuan mereka sendiri,
mereka hanya bertanggung jawab kepada diri mereka sendiri, mereka tidak perlu
patuh kepada siapa pun ~ itu sesungguhnya tertipu mentah-mentah. Mereka tidak pernah bisa menjadi majikan mereka sendiri. JIKA
MEREKA MENOLAK TUHAN SEBAGAI MAJIKAN MEREKA, MAKA MEREKA SUDAH DENGAN
SENDIRINYA MENJADI HAMBA DOSA ATAU MILIK SETAN. Karena sejak
dosa masuk ke dalam dunia, dosa sudah mengklaim semua manusia menjadi hambanya.
Kita semua lahir sebagai hamba dosa. Jika kita
tidak dibebaskan oleh Tuhan, jika kita menolak penebusan Kristus, jika kita
tidak mau ganti menjadi hamba Allah, maka kita tetap hamba dosa dan milik Setan.
Manusia-manusia postmodernisme
dibohongi Setan bahwa mereka 100% merdeka. Sebenarnya mereka tidak pernah
merdeka. Mereka milik Setan dan secara tidak sadar mereka sudah menghamba pada
dosa dan Setan.
Jadi kita TETAP HARUS PATUH,
bedanya majikannya saja yang ganti. Kita mau patuh kepada majikan yang mana,
pilih menjadi hamba Allah atau hamba dosa.
Jadi, dari mana ada
konsep bahwa rasul Paulus mengatakan orang Kristen Perjanjian Baru tidak usah
mematuhi Hukum Allah? Paulus sama sekali
tidak pernah mengajarkan demikian.
Rasul Paulus
justru berkata bahwa:
orang yang sudah
menjadi Kristen itu
sudah tidak berbuat dosa lagi,
alias sudah menurut atau patuh kepada Hukum Allah!
ü kita
tidak dikuasai lagi oleh dosa.
ü Dosa
kita yang lama sudah diampuni oleh Tuhan
ketika kita
menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita,
ü dan
selanjutnya kita menjalani kehidupan baru bersama Roh Kudus,
sehingga kita
tidak lagi dikuasai oleh dosa, kita meninggalkan semua perbuatan dosa dan
keinginan untuk melawan kehendak Allah.
Supaya lebih mantap dipahami, Paulus
menambahkan di ayat berikutnya:
Roma 6:15
Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak di bawah Hukum, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!
Jelas, kan? Setelah semua dosa kita
yang lama diampuni oleh kasih karunia TUHAN, apakah kita lalu boleh bebas
berbuat dosa lagi? Paulus memberikan jawaban yang sangat jelas yang tidak
mungkin disalahmengerti: “Sekali-kali
tidak!”
Mengapa kita bisa tidak berbuat dosa lagi? Ini kata Paulus:
Ibrani 8:10
‘Karena inilah Perjanjian
yang akan Kubuat dengan kaum Israel sesudah
waktu itu,’ firman Tuhan. ‘Aku akan menaruh Hukum-Ku dalam pikiran mereka dan menuliskannya
dalam hati mereka, dan Aku akan menjadi
Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.
Jadi, apakah
dalam perjanjian yang baru Hukum Tuhan dihapus? Tidak. JUSTRU HUKUM TUHAN AKAN DITARUH DALAM PIKIRAN UMATNYA DAN
AKAN DITULIS DALAM HATI UMATNYA.
Siapa yang
menaruh Hukum Tuhan di pikiran manusia? TUHAN.
Siapa yang
menulis Hukum itu dalam hati manusia? TUHAN.
Jadi apakah Hukum Tuhan tetap eksis?
Iya, bahkan sekarang bukan hanya eksis di loh batu malah eksis di hati umatNya.
Nah, setelah
kita memastikan bahwa Hukum TUHAN ini tidak pernah dihapus, tetapi justru
mengikat umat Allah yang adalah hamba-hamba Allah (istilah “hamba Allah” di sini bukan
diaplikasikan kepada pendeta saja, melainkan kepada kita semua yang telah
ditebus dan dibeli oleh darah Kristus).
Maka sekarang marilah
kita melihat penjelasan Paulus mengenai peranan Hukum ini dalam keselamatan
manusia.
Tadi kita sudah
melihat bahwa Hukum Taurat itu tidak menyelamatkan, justru sebaliknya dia
mendakwa atau menuduh kita bilamana kita melanggar batasannya.
Sekarang, BAGAIMANA DENGAN ORANG-ORANG YANG TIDAK PERNAH MENGENAL
HUKUM ALLAH?
Roma 2:4-11
2:4 Apakah engkau menganggap sepele kekayaan kemurahan-Nya, toleransi dan panjang sabar-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa kemurahan Allah itu menuntun
engkau kepada pertobatan?
2:5 Tetapi menuruti hatimu yang keras dan tidak mau bertobat,
engkau menimbun murka bagi dirimu sendiri
pada hari murka dan dinyatakannya penghakiman Allah yang adil.
2:6 Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya,
2:7 yaitu hidup
kekal kepada mereka yang dengan tekun terus-menerus
berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan,
2:8 tetapi kepada
mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran,
melainkan taat kepada kelaliman; murka dan geram
2:9 kesengsaraan dan penderitaan, pada setiap orang yang berbuat jahat, pada orang Yahudi dulu dan juga pada orang Yunani,
2:10 tetapi
kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera kepada semua orang yang berbuat baik,
pertama-tama kepada orang Yahudi, dan juga kepada
orang Yunani.
2:11 Sebab Allah
tidak memandang bulu.
Sampai di
sini dulu. Kesimpulan apa yang kita peroleh dari ayat-ayat di atas?
ü
Kapan
Tuhan akan membalas setiap orang menurut perbuatannya?
“…pada hari murka dan dinyatakannya penghakiman Allah yang adil.” (Roma 2:5). Jadi, bila sekarang kita melihat orang-orang yang
tidak baik masih hidup makmur dan tenteram, jangan kita beranggapan
bahwa Tuhan tidak perduli atau Tuhan tidak tahu. Tetapi itu karena saat murka dan penghakiman Allah
yang adil belum waktunya dinyatakan. Nanti bila saat untuk menyatakan
murka dan penghakiman Allah itu tiba, percayalah, tidak ada satu manusia pun
yang bisa lolos dari penghakimanNya.
ü
Ada
dua jenis vonis yang diberikan kepada dua
kelompok yang berbeda:
v Kepada
“mereka yang
dengan tekun terus-menerus berbuat baik,
mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan”,
diberikan “hidup
kekal”(ay. 7) plus “kemuliaan,
kehormatan dan damai sejahtera” (ay. 10).
Perhatikan di sini ada kata “terus-menerus”, atau
tanpa henti, non-stop, konsisten. Itu adalah persyaratan. Jika kita
hanya berbuat baik kadang-kadang,
mencari kemuliaan dan kehormatan sekali
waktu, mencari ketidakbinasaan kalau
tidak sibuk, maka kita tidak termasuk kelompok ini. Paulus di bawah
bimbingan Roh Kudus berkata, hanya mereka yang “TEKUN
TERUS-MENERUS berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan
ketidakbinasaan” yang
masuk dalam kelompok ini. Di
sini istilah “mencari kemuliaan dan kehormatan” tidak berarti orang yang gila hormat,
melainkan mempunyai kerinduan untuk kelak bisa dibangkitkan atau diubahkan
dengan dikaruniai tubuh yang mulia dan mendapat kehormatan menjadi tamu Surga
selama 1000 tahun.
v Kepada
mereka yang “mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada
kebenaran melainkan taat kepada kelaliman” (ay.
8),
diberikan “murka dan geram” (ay. 8) plus
“penderitaan
dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat.” (ay. 9). Perhatikan
di sini ada kata “tidak taat kepada kebenaran melainkan taat kepada kelaliman”.
Jadi “ketaatan”
itu sesuatu yang selalu ada, bedanya adalah ketaatan kepada apa? Jika taat
kepada kelaliman maka hukuman Tuhan yang akan dituai mereka.
ü Dan
tidak ada manusia yang bisa lolos dari penghakiman Allah,
karena Allah itu adil, Allah itu tidak
pilih kasih, Allah itu tidak pandang bulu.
Kita lanjutkan ayat-ayat berikutnya:
2:12 Sebab semua orang yang berdosa di luar Hukum akan binasa juga di luar Hukum; dan semua orang yang berdosa di bawah Hukum akan
dihakimi oleh Hukum.
2:13 Karena
bukanlah orang yang mendengar Hukum yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan Hukumlah yang akan dibenarkan.
2:14 Karena apabila bangsa-bangsa lain yang tidak
memiliki Hukum, secara alami (oleh dorongan
diri sendiri) melakukan apa yang dituntut Hukum, maka, walaupun mereka tidak
memiliki Hukum, mereka menjadi Hukum bagi diri mereka sendiri.
2:15 yang menunjukkan, bahwa perbuatan Hukum ada tertulis di dalam hati mereka, dan suara hati
mereka turut bersaksi dan di dalam diri mereka, pikiran
mereka yang menuduh atau membenarkan mereka.
2:16 pada hari saat Allah, oleh Kristus Yesus, akan menghakimi
segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, sesuai dengan Injil yang
kuberitakan,
Apa
kesimpulan kita membaca ayat-ayat ini?
ü Bahwa
semua orang yang berdosa akan
binasa tanpa kecuali,
baik mereka yang mengenal Hukum Allah maupun
mereka yang
tidak mengenal Hukum Allah. Jadi
tidak ada yang bisa beralasan mengatakan karena aku tidak kenal atau tidak mau
mengenal Hukum Allah, maka aku lolos. O, tidak. Jelas sekali di sini Paulus
berkata, semua orang yang berdosa akan binasa tanpa kecuali.
ü Hanya orang yang
melakukan Hukum Allah yang akan dibenarkan Tuhan.
Bahwa orang yang tahu tentang Hukum Allah
saja tidak bermanfaat apa-apa.
ü Bahwa
mereka yang
tidak kenal Hukum tetapi melakukan apa yang diminta oleh Hukum, membuktikan
bahwa sebenarnya Hukum itu sudah tertulis di dalam hati mereka,
sehingga hati nurani mereka sendiri
yang mengendalikan mereka, dan pikiran mereka itulah yang membenarkan mereka
pada saat penghakiman. Apa artinya ini? Roh Kudus ada di hati mereka, dan mereka mengizinkan Roh Kudus yang membimbing
hidup mereka.
Jadi apa
kesimpulan kita tentang Hukum Allah ini?
Hukum itu
tidak bisa menyelamatkan kita. Dengan
melakukan Hukum kita tidak bisa selamat.
Kita hanya selamat karena TUHAN yang
memberikan keselamatan itu kepada kita secara gratis,
dan kita bisa memperoleh pemberian itu bila kita mengimaninya.
Lalu apa peranan Hukum sehubungan dengan keselamatan kita?
Hukum itu bisa mengagalkan keselamatan kita.
Lho kok bisa?
Ini yang sering menjadi topik perdebatan orang-orang Kristen. Ada yang
mengatakan karena kita tidak selamat dengan melakukan Hukum, maka kita tidak
akan kehilangan keselamatan karena tidak melakukan Hukum. Hukum tidak ada
kaitannya dengan keselamatan kita. Sekilas seakan masuk akal, ya?
TAPI ITU KELIRU.
Karena SETELAH DISELAMATKAN, KITA MASIH AKAN DIHAKIMI.
Dan Hukum ini berkaitan dengan
penghakiman, karena jelas sekali Alkitab berkata bahwa TUHAN membalas
setiap manusia menurut perbuatannya. (lihat
Roma 2:6 di atas), yang dikuatkan juga oleh:
Wahyu
20:12
…Lalu dibuka
semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan
orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada
tertulis di dalam kitab-kitab itu.
Karena
perbuatan kita yang akan dihakimi oleh TUHAN, maka adalah sangat penting semua perbuatan kita, termasuk semua niat
yang ada dalam hati kita (karena TUHAN juga menghakimi segala sesuatu
yang masih tersembunyi di hati kita yang belum kita wujudkan sebagai
perbuatan), itu sesuai, atau tidak melanggar Hukum TUHAN.
Hukum TUHAN
itu berfungsi sebagai pagar pembatas bagi kita. Selama kita berjalan di dalam
batas rambu-rambu pagar itu, kita aman, kita tidak melanggar Hukum TUHAN maka
Hukum TUHAN tidak bisa mendakwa atau menuduh kita. Tetapi jika kita melanggar
Hukum TUHAN, kita menempatkan diri kita dalam bahaya, perbuatan atau pikiran
kita itu akan dihakimi TUHAN.
Pertanyaan:
Bila kita sudah berjalan di dalam pagar Hukum TUHAN, tetapi sekali waktu karena
kelemahan daging kita, kita melanggar batasannya, dan berbuat dosa, bukan
karena sengaja mau melawan Tuhan, tapi karena kekhilafan dan kelemahan sesaat, apakah
kita kehilangan keselamatan kita?
Iya, jika
kita keburu mati sebelum kita sempat menyesali dosa kita dan bertobat serta
memohon ampun kepada TUHAN. Karena kondisi pada waktu kita mati itu menentukan.
Jika masih ada dosa yang belum diampuni saat kita mati, dosa tersebut harus
kita tanggung sendiri dan itu yang membuat kita binasa, karena “upah dosa
ialah maut” (Roma 6:23). Tetapi
jika kita anak-anak Tuhan, pasti Tuhan akan mengupayakan apa saja untuk
menyadarkan kita sehingga kita masih keburu bertobat.
Karena itu
bila kita tahu kita telah berbuat dosa, kita telah melanggar Hukum TUHAN, segeralah sesali dosa itu, dan segeralah bertobat dari dosa itu dan
memohon ampun kepada TUHAN, karena bisa saja kita mati mendadak.
Mereka yang
memang dengan sengaja terus-menerus melawan kehendak Tuhan, mengabaikan suara
Roh Kudus untuk bertobat, menolak uluran tangan Tuhan untuk berhenti berbuat
dosa, maka semakin lama suara Roh Kudus akan semakin senyap, hingga akhirnya
mereka akan hilang. Beda dengan anak-anak Tuhan yang dengan tulus berjalan
bersama Tuhan, yang menurut bimbingan Roh Kudus tapi sekali waktu mereka
berbuat dosa, Roh Kudus pasti akan mengusik hati mereka dan akan meyakinkan
mereka bahwa mereka telah berbuat dosa, supaya mereka segera bertobat.
Jika kita
mohon pengampunan Allah, Alkitab berkata:
1
Yohanes 1:9
Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia setia dan adil, sehingga Ia
akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
Perhatikan ayat ini, bukan saja TUHAN
akan mengampuni segala dosa kita, tetapi DIA akan “menyucikan kita
dari segala kejahatan.” Apa
artinya? Artinya TUHAN tidak mau kita tidak suci. TUHAN akan menyucikan kita
dari segala dosa, dari segala kejahatan. Mengapa?
Karena syarat untuk bisa menginjakkan kaki di
Surga itu HARUS SUCI.
Kalau tidak suci, kita tidak bisa melihat Allah,
Ibrani 12:14
…kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan
melihat Tuhan.
Mengapa?
Ibrani 12:29
Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan.
Segala dosa akan terbakar oleh
kemuliaan Allah.
Jadi, berjalanlah setiap hari di dalam
batasan pagar Hukum yang sudah diberikan TUHAN. Dengan berserah
kepada Roh Kudus, kita bisa diubahkan, segala sifat kita yang buruk bisa
dikikis habis oleh Roh Kudus asalkan kita menyerahkan hidup kita seluruhnya
kepada TUHAN. Ingat ini proses, jadi ada jatuh-bangunnya. Jangan putus asa bila
jatuh, ini proses. Tapi kita juga harus sepenuh hati meninggalkan dosa, jangan
semakin lama semakin sering jatuh dalam dosa, itu namanya tidak menghargai
pengorbanan Kristus bagi kita. Kita harus bertumbuh ke atas, bukan merosot ke
bawah.
Jangan ada
dosa yang kita pertahankan. Jangan
mempertahankan kesenangan kita yang bertentangan dengan Hukum TUHAN.
Jangan berkata kepada TUHAN, “Kesenanganku
yang ini-ini-ini masih mau aku pertahankan walaupun aku tahu itu
bertentangan dengan kehendakMu.” Itu berarti kita sengaja memberontak terhadap
TUHAN. Memelihara
sifat memberontak terhadap TUHAN itu berbahaya, karena itu akan berkembang
terus menjadi semakin banyak, semakin sering, dan kita menjadi
semakin tidak gentar melanggar Hukum TUHAN. Dengan sengaja melanggar Hukum TUHAN kita membuka celah
mengundang Setan masuk, dan sekali Setan masuk, sangat sulit mengusirnya pergi
lagi.
Begitu majikan
lama kita, Setan masuk pikiran kita, hati kita, dia akan membuat kita tidak
suka lagi pada Roh Kudus. Dia akan membujuk kita untuk tidak mendengarkan bimbingan
Roh Kudus. Dan semakin lama kita memelihara Setan dalam diri kita, semakin tuli
telinga kita terhadap suara Roh Kudus, semakin sulit kita bertahan terhadap
bujuk rayu dan tipu muslihat Setan.
Hukum TUHAN adalah
benteng kita, pagar kita.
Jika kita berlindung di dalam pagar itu, Setan tidak bisa menjangkau kita.
Tetapi jika kita nongol sedikit saja dari pagar itu, Setan tidak akan
menyia-nyiakan kesempatan untuk segera menarik kita keluar. Dan jika kita tidak
segera bertobat dan kembali berlindung di dalam pagar Hukum TUHAN, maka kita yang sudah ditebus Kristus dengan
darahNya, kita yang sudah dijadikan hamba-hamba Allah, bisa direbut kembali
oleh Setan dan dijadikannya hamba dosanya lagi.
Jangan
memberi kesempatan sekecil apa pun kepada Setan untuk menghancurkan masa depan
kita, hak waris kita atas hidup kekal dan dunia baru.
Hendaknya
kita semua selalu ingat untuk memilih yang aman, untuk selalu tinggal di dalam
batasan pagar Hukum TUHAN.
Roh Kudus
yang menyanggupkan kita.
06 04 16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar