182. PILIH HIDUP ATAU PILIH MATI
_______________________________________________________
Sebenarnya dari kehidupan binatang-binatang, kita mendapat banyak pelajaran
yang bila kita amati, kita akan menemukan banyak hikmat di dalamnya.
Kali ini kita diajak untuk menangkap pelajaran yang diberikan oleh burung
elang.
Nah, contoh ini sudah pernah dikhotbahkan oleh Pdt. Kristiyono Sarjono
beberapa tahun yang lalu, dan Sabat siang tadi juga menjadi bagian dari khotbah
Pdt. Otiesinus. Karena kebetulan pelajaran ini pas dengan pelajaran Sekolah
Sabat hari ini, jadi aku bagikan.
Burung elang. Kita semuanya tentu tahu bagaimana bentuk seekor burung
elang, burung yang besar, dengan tatapan mata yang tajam, dengan sayap yang
kokoh, yang begitu kuatnya bukan hanya untuk menerbangkan dirinya sendiri jauh
di atas angkasa, tetapi juga kuat membawa mangsa-mangsa yang berhasil
diterkamnya; cakar-cakar yang tajam dan kokoh untuk mencengkeram mangsanya
sehingga mangsanya tidak bisa melepaskan diri; dan paruh yang kuat untuk
mematuk mangsanya.
Sekitar awal-awal abad 21, muncul suatu presentasi berjudul The Rebirth of the Eagle (= Kelahiran
Kembali Burung Elang). Sebagaimana
teori-teori yang lain, presentasi ini kemudian dianggap hanya sebuah mitos yang
diragukan kebenarannya oleh beberapa pihak. Nah, kita sekarang tidak akan
mendebatkan apakah ini benar atau tidak, apakah ini mitos atau fakta, tetapi
marilah kita melihat ke pelajaran yang ada dalam The Rebirth of the Eagle ini.
Seekor elang, dikatakan, bisa hidup hingga 70 tahun. Kata kuncinya adalah
“BISA”. “Bisa” berarti punya kesempatan,
ada kemungkinan. Tetapi “bisa” tidak berarti “PASTI.” Ini poin yang pertama.
Mengapa tidak pasti?
Kita tidak berbicara tentang kemungkinan elang itu mati ditembak pemburu, atau
mati saat bertarung dengan binatang buas lainnya. Kita di sini berbicara
tentang elang yang mati sendiri secara wajar.
Nah, presentasi The Rebirth of the
Eagle ini menyatakan bahwa elang itu sendiri harus memilih apakah dia mau
hidup sampai sekitar 70 tahun, atau mati sekitar usia 30-40 tahun.
Untuk bisa hidup hingga 70 tahun, elang itu sendiri yang harus menentukan.
Dia “bisa” jika dia memilih untuk “bisa”. Tetapi bila dia memilih untuk “tidak
mau”, maka dia “tidak bisa.”
Jadi melampaui usia 30-an tahun, dikatakan, elang ini kuku-kuku cakarnya
sudah begitu panjang sehingga bentuknya melengkung dan dia tidak bisa lagi
mencengkeram; bulu-bulunya sudah begitu tebal sehingga sayapnya menjadi berat
dan dia kesukaran untuk terbang tinggi; dan paruhnya sudah begitu tebal dia
kesulitan mematuk makanannya.
Pada saat inilah elang ini harus membuat pilihan secara naluri, apakah dia
mau berbuat sesuatu untuk menghilangkan masalah-masalahnya, atau dia menyerah
begitu saja kepada nasibnya, dan mati perlahan-lahan karena sudah tidak bisa
berburu mangsa dan tidak bisa makan lagi.
Bila elang ini menyerah kepada nasib, maka dia akan mati. Tamat ceritanya.
Tetapi bila elang ini mau
mempertahankan hidupnya, dia berusaha untuk menghilangkan hal-hal yang
mencegahnya melanjutkan hidupnya. Secara naluri dia tahu bahwa cakar-cakarnya
sudah tidak berfungsi seperti dulu, sayap-sayapnya tidak berfungsi seperti
dulu, paruhnya juga tidak berfungsi seperti dulu. Maka konon dia akan melakukan
sesuatu untuk memperbaiki semua itu.
Jadi dia akan terbang ke tempat yang sepi, di mana terdapat batu-batu yang
keras. Dia membutuhkan batu-batu itu untuk mengupas paruhnya, dan dia
membutuhkan tempat yang sepi di mana dia tidak akan diganggu predator lainnya
karena selama proses perbaikan itu elang ini dalam kondisi yang lemah.
Maka selama waktu sekitar 5 bulan, atau 150 hari, konon elang ini akan
membenturkan paruhnya pada batu-batu itu, sampai bagian-bagian yang menebal
terlepas, suatu proses yang pasti sangat menyakitkan. Jika elang ini tidak
tahan uji dan berhenti sebelum selesai, maka sia-sialah upayanya. Hanya elang
yang bertahan sampai seluruh proses itu selesai yang menikmati hasilnya ketika
dia mendapatkan paruh yang baru. Tapi penderitaannya masih belum selesai. Dia
masih harus mencabuti cakar-cakarnya yang panjang, supaya yang baru bisa
tumbuh. Dan dengan cakar-cakar yang baru, kemudian dia mencabuti bulu-bulu
sayapnya supaya yang baru bisa tumbuh. Singkatnya selama waktu 5 bulan itu
elang ini sangat menderita. Tetapi setelah itu dengan paruh yang baru, cakar
yang baru, dan bulu-bulu sayap yang baru, dia bisa hidup selama sekitar 30
tahun lagi.
Pelajaran apa yang kita peroleh dari kelahiran baru elang ini?
Di dalam Alkitab Yesus berkata,
Yohanes 3:7
Janganlah heran kalau
Aku berkata kepadamu, ‘Kamu harus dilahirkan kembali.’
Kapan kita
dilahirkan kembali?
Roma 6:3-4
Tidak
tahukah kamu, bahwa seberapa banyak dari kita
yang telah dibaptis dalam Yesus Kristus,
telah dibaptis dalam kematian-Nya?
Dengan
demikian melalui baptisan kita telah
dikuburkan bersama-sama dengan Dia dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus
telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita harus hidup dalam hidup yang baru.
2 Korintus 5:17
Jadi jika seseorang ada di dalam
Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang
lama sudah berlalu; lihatlah, semuanya telah menjadi baru.
Jadi, bagi kita yang telah memilih untuk menerima Kristus sebagai Juruselamat
kita, menjalani hidup baru bersama
Kristus itu suatu KEHARUSAN (Yohanes 3:7).
Nah, sebagaimana elang yang diilustrasikan itu, maka proses kelahiran baru kita juga sangat
menyakitkan. Si elang
menjalaninya selama 5 bulan, tetapi kita harus menjalaninya SEUMUR HIDUP
KITA. Seumur hidup kita, kita harus seperti elang itu, membuang
semua kebiasaan kita yang lama yang berlawanan dengan kehendak Allah, dengan
semua Perintah dan ajaran Kristus.
ü Cara hidup kita yang lama harus kita tinggalkan,
ü kebiasaan dan kegemaran kita yang lama harus kita
tinggalkan,
ü makanan kita yang lama harus kita tinggalkan,
ü cara berpakaian kita yang lama harus kita tinggalkan,
ü bahkan mungkin pekerjaan kita yang lama pun harus kita
tinggalkan
ü dan jangan heran bila suatu saat kita juga harus
meninggalkan (atau ditinggalkan oleh) orang-orang yang kita kasihi, yang tidak lagi bisa
berjalan bersama kita yang berbeda dari kita yang lama.
Demi apa?
Jika elang itu mau menderita selama 5 bulan demi mendapatkan kelahiran
barunya supaya dia bisa hidup 30an tahun lagi, maka kita melakukannya demi apa?
Jika kita menjawab demi memperoleh keselamatan, demi memperoleh hidup kekal,
maka kita sudah melakukannya untuk motif yang salah!
Tidak!
KESELAMATAN DAN HIDUP KEKAL ITU PEMBERIAN TUHAN, tidak bisa kita peroleh dengan usaha kita sendiri betapa
pun menderitanya kita untuk mencapainya.
KESELAMATAN ADALAH DARI TUHAN!
Yunus 2:9
Jadi demi apa kita meninggalkan kehidupan kita yang lama, atau lebih
tepatnya “orang lama” kita?
DEMI
KASIH KITA KEPADA TUHAN YANG TELAH MENYELAMATKAN KITA.
Yohanes 14:15
Jikalau kamu mengasihi Aku, turuti Perintah-perintah-Ku.
Jadi motivasi kita menuruti Perintah-perintah Tuhan itu apa? Harus karena kita
mengasihi Dia. Ini kata Yesus sendiri.
Motivasi yang lain tidak benar.
Karena kita tahu Tuhan ingin kita
menjadi tidak bercacat cela, tidak memelihara dosa, Tuhan ingin kita kembali ke
rancanganNya semula menciptakan kita dalam keserupaan dengan DiriNya.
Kebanggaan orangtua yang terbesar ialah
bilamana anak-anak mereka dinilai mirip dengan mereka. Mengapa? Karena kemiripan membuktikan tanda kepemilikan, bahwa anak-anak itu
memang tidak diragukan adalah anak-anak mereka, bukan anak-anak tetangga.
Demikian pula Bapa kita yang di Surga.
Dia akan merasa bahagia bila anak-anakNya memiliki keserupaan denganNya, dalam
sifat, dalam watak, dalam perbuatan, dalam kerohanian.
Proses kelahiran baru itu tidak mudah, bukan
tanpa penderitaan. Sudah sejak dalam kandungan hingga seusia
sekarang kita terpolusi oleh hidup kedagingan, baik secara fisik maupun secara
mental. Kita hidup sama dengan dunia, kita makan sama dengan yang dimakan dunia
(yang haram, yang halal, semua kita makan), kita berpikir dan berpendapat sama
dengan cara berpikir dan berpendapat dunia (yang salah, yang benar, semua kita
lakukan), karena kita lahir dan besar di dunia
yang terpolusi dosa ini, jadi tidak heran kita sudah sama dengan dunia.
Alkitab bilang apa?
Roma
12:2
Dan janganlah
menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi jadilah
berubah oleh pembaharuan pikiranmu, supaya kamu dapat membedakan manakah yang baik
dan berkenan dan sempurna menurut kehendak
Allah.
Efesus 4:22-24
agar kamu menanggalkan
tingkah laku yang dulu dari orang yang lama, yang sudah rusak karena menuruti
nafsu-nafsu yang menyesatkan dan jadilah baru dalam
roh pikiranmu, dan agar kamu
mengenakan manusia yang baru, yang
diciptakan mengikuti Allah, dalam kebenaran
dan kekudusan yang sejati.
Yesus berkata:
Matius 10:38
Barangsiapa
tidak memikul salibnya dan
mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.
Salib itu berat atau ringan? Ya
beratlah.
Jika kita memikul
salib, apa kita masih bisa membawa barang-barang yang lain? Tentu tidak. Berarti untuk bisa memikul
salib, semua beban yang lain harus kita tinggalkan dulu, kan? Kita
perlu melepaskan semua keduniawian kita ~ dan ini yang disebut menyangkal diri ~ baru kita bisa mengangkat
salib kita.
Kita lihat apa
kata Lukas menjelaskan poin ini.
Lukas 9:23
Dan Ia berkata kepada mereka semua, ‘Jika ada
orang yang mau mengikut Aku, ia harus (1) menyangkal dirinya, dan (2) memikul salibnya setiap hari, dan
(3) mengikut
Aku.’
Jadi itu
tahapannya, pertama harus menyangkal diri dulu, menyingkirkan segala yang
mengikat kita kepada keduniawian, baru kita bisa mengangkat salib. Dan kerelaan
mengangkat salib itu bukan kadang-kadang, bukan setahun sekali, bukan sesuka
hati kita, tapi setiap hari, artinya tidak ada jedanya, kita harus siap dan rela mengangkat salib kita setiap
hari. Baru kalau kita punya pola pikir yang demikian, kita bisa
mengikuti Kristus.
Galatia 5:24
Dan mereka yang adalah milik
Kristus Yesus, mereka telah menyalibkan
daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
Jadi bagi
teman-teman Kristen, kita semua harus menjalani proses kelahiran baru setiap
hari. Kita harus meninggalkan semua kebiasaan lama kita yang bertentangan
dengan ajaran Kristus, lalu kita juga harus memikul salib kita.
Ternyata untuk
mendapatkan keselamatan itu mudah, cuma bermodalkan iman kepada Kristus, maka kita ditebus oleh darah Kristus. Yang sulit
setelah itu.
Masalahnya setelah kita ditebus, kita menjadi milik
Kristus, jadi tidak bisa hidup semau kita sendiri, harus mengikuti persyaratan
yang ditentukan Kristus, yaitu mengalami kelahiran baru itu (Yoh. 3:7), menjadi
ciptaan yang baru (2 Kor. 5:17), menjalani hidup yang baru (Rom 6:4).
Jangan lupa
penghakiman Tuhan itu sungguh-sungguh ada dan sedang terjadi.
1 Petrus 4:17
Karena telah tiba saatnya penghakiman
harus dimulai di
rumah Allah; dan jika penghakiman itu dimulai dari kita, bagaimanakah akhirnya
mereka yang tidak mematuhi Injil Allah?
Penghakiman ini
untuk menentukan nama-nama siapa yang tetap layak ada di Kitab Kehidupan dan
nama-nama siapa yang gugur.
Wahyu 3:5
Dia yang menang, ia akan dikenakan pakaian putih; dan Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab
kehidupan, melainkan Aku akan mengakui namanya di
hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.
Karena itu, jika kita tidak
mengalami kelahiran baru, tidak menjadi ciptaan baru, tidak menjalani hidup
yang baru, jika kita tidak
meninggalkan kedagingan kita, dan menjadi berbeda dengan dunia (Rom 12:2) nama kita bakal gagal dipilih untuk dipertahankan dalam Kitab
Kehidupan. Itulah sebabnya
Kristus berkata,
Matius 22:14
Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.
Saat dipanggil,
kita sudah datang. Nama kita sudah dicantumkan di dalam Kitab Kehidupan. Kita
sudah diberi keselamatan. Tapi itu belum finalnya. Kita harus bisa
mempertahankan keselamatan itu sampai nafas kita yang terakhir. Jika kita tidak seperti burung elang itu yang
mau menjalani penderitaan demi mengalami kelahiran yang baru, nama kita bisa gagal
dipilih untuk tetap berada dalam Kitab Kehidupan.
Apa yang terjadi
dengan nama-nama yang dihapus dari Kitab Kehidupan?
Wahyu
20:15
Dan barangsiapa
yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam Kitab Kehidupan itu, ia
dilemparkan ke dalam lautan api itu.
The Rebirth of the Eagle mungkin hanya sebuah mitos, tetapi
kita umat yang telah ditebus ini bukan mitos.
Kristus sudah
berpesan, kita harus mengalami kelahiran baru, menjalani hidup baru, menjadi ciptaan
baru. Burung elang itu harus melakukan semuanya sendiri, tetapi Tuhan telah memberi kita
Roh Kudus untuk menolong kita dalam segala hal, dalam setiap pergumulan
kita melepaskan semua kedagingan kita, melepaskan semua keduniawian kita. Jika burung elang yang hanya seekor burung bisa
melakukannya sendiri, masa kita yang manusia dengan bimbingan dan bantuan Roh
Kudus tidak bisa?
Yang kita perlukan
hanya NIAT MAU saja,
maka dengan doa yang tulus Roh Kudus akan memberi kita kemampuan dan keteguhan
iman untuk mengalami perubahan itu. Itulah yang dijanjikan Tuhan.
Kisah Rasul 2:38-39
Lalu kata Petrus kepada mereka, ‘Bertobatlah dan
hendaklah kamu masing-masing dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk
pengampunan dosa, dan kamu akan menerima
karunia Roh Kudus. Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi
anak-anakmu dan bagi semua yang jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh
Tuhan Allah kita.
Roma 8:28
Dan kita tahu, bahwa segala
sesuatu bekerja sama untuk mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah, bagi
mereka yang dipanggil menurut tujuanNya.
2 Korintus. 13:14
Rahmat Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan
Roh Kudus menyertai kamu sekalian. Amin.
Yohanes 14:26
tetapi
Penghibur itu, yaitu Roh Kudus, yang akan dikirim
oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala
sesuatu kepadamu, dan akan mengingatkan kamu akan semuanya, apa pun yang telah Kukatakan kepadamu.
Mengikuti
bimbingan Roh Kudus, kita pasti bisa, jika kita memilih untuk bisa. Tuhan telah
membayar mahal untuk menebus kita. Kita sudah ditebus, sekarang kita perlu
mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar (Filipi 2:12) supaya apa
yang sudah kita terima, jangan hilang karena kecerobohan kita.
Mari kita semua mengklaim
janji Tuhan ini. Jangan kalah dengan burung elang.
25 06 17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar