132. MENGENALI DAN
MENGASIHI
SANG JURUSELAMAT
___________________________________________________________
Khotbah
Sabat siang tadi oleh Pdt. Kristiyono Sarjono bukan hanya membuat aku semakin
menyadari bahwa Tuhan telah memberikan banyak perlambang dan petunjuk bagi
manusia untuk bisa mengerti kehendakNya dengan lebih baik, tetapi khotbah itu
juga mengingatkanku kepada pengalamanku di masa kecil.
Khotbah
itu begitu luas dan mendalam, begitu banyak poin yang dikupas, tapi di sini aku
hanya akan membagikan satu poin yang paling menyentuh hatiku dan menyadarkan
aku bahwa selama ini masih banyak yang kurang dari ibadahku.
Tuhan
memberikan peraturan kepada bangsa Israel
ketika mereka masih berada di Mesir, untuk melakukan upacara Passah yang
pertama. Kalian bisa membacanya di KELUARAN 12:1-14. Upacara ini adalah hal yang terakhir yang
harus mereka lakukan sebelum mereka meninggalkan Mesir sebagai umat Tuhan.
Pokok pembahasannya ada di ayat 3, 5, 6.
12:3 Bicaralah
kepada segenap jemaat Israel, katakan, ‘Pada
tanggal sepuluh bulan ini, mereka harus mengambil masing-masing seekor domba, menurut keluarga leluhurnya, seekor domba untuk setiap keluarga.
12:5 Dombamu itu harus tidak bercela, seekor jantan, dari
tahun yang pertama; kamu boleh mengambilnya
dari domba atau kambing.
12:6 Kamu harus memeliharanya sampai hari yang keempat belas di bulan yang sama lalu seluruh jemaah Israel yang berkumpul,
harus menyembelihnya pada waktu
senja.’
Jadi
pada tanggal 10, setiap kepala keluarga memilih
seekor domba atau kambing yang berusia 1 tahun, dan tidak ada celanya.
1. Binatang
yang dipilih itu dibawa pulang dan dipelihara sampai tanggal 14.
2. Pada
hari ke-4 setelah dibawa pulang itu, binatang itu disembelih.
Pertanyaan:
Mengapa Tuhan menginstruksikan pada tanggal 10 orang Israel sudah harus memilih
anak domba/kambing, padahal disembelihnya baru nanti tanggal 14?
Mengapa
binatang yang akan disembelih itu harus dipiara di rumah masing-masing selama kurang
dari 4 hari? Mengapa
setelah dipilih tidak dititipkan saja di kandang si penjual, dan nanti pada
waktunya disembelih baru diambil?
Ini mengingatkan
aku pada pengalamanku semasa kecil. Suatu saat ibuku membeli beberapa ekor ayam
dara dan dipiara di halaman belakang. Tiap hari sepulang sekolah aku ikut
memberi ayam-ayam itu makan dedak, jagung, sayur putih atau kubis, dan kadang
juga beras. Zaman kecilku dulu tidak ada ayam yang diberi makan pellet,
semuanya makanan alami. Suatu hari sewaktu aku memberi makan, ada seekor ayam
yang tidak muncul. Aku tanya, ibuku bilang ayam itu sudah disembelih dan
dimasak. Lalu dia menunjuk ke panci di atas kompor. Waduh, aku langsung kaget
dan menangis menjerit-jerit, aku menuduh ibuku jahat, ayam piaraan sendiri kok
dimasak. Lalu ibuku menjelaskan, ayam-ayam itu memang dipiara untuk dipotong,
kalau tidak, untuk apa piara ayam. Dipiara dulu 1-2 bulan supaya kita tahu
bahwa ayam itu makanannya sehat, tidak berpenyakit, baru dipotong. Kalau beli
sudah potongan di pasar, belum tentu ayam itu sehat. Itu alasan ibuku. Tapi aku
tidak mau makan masakan itu. Merasa sangat berdosa, ayam yang tiap hari dikasi
makan dan dipiara kok sekarang dimakan sendiri. Terlalu kejam! Setelah itu
setiap kali kalau ibuku masak ayam, aku ke halaman belakang ngitung ayam yang
ada dulu, apakah ada yang kurang, kalau ada yang kurang aku tidak mau makan
masakan ayam itu. Akhirnya ayam-ayam yang tersisa, tidak ada lagi yang dipotong
karena tidak ada yang mau makan, dan mereka semuanya mati tua dipiara.
Kembali
ke khotbah Pdt. Kristiyono tadi siang. Aku bisa membayangkan, BETAPA
MENYEDIHKANNYA, DOMBA ATAU KAMBING MUDA YANG BERUSIA 1 TAHUN, YANG MASIH LUCU,
YANG SUDAH DIPIARA DAN HIDUP BERSAMA KELUARGA ITU SELAMA KURANG DARI 4 HARI, HARUS DISEMBELIH SENDIRI.
Mengapa
Tuhan membuat peraturan yang tampaknya begitu kejam ini? Kalau memang akan
disembelih, kenapa kok harus dipiara-piara dulu? Kejamkah Tuhan? Tidak.
Ternyata
Tuhan mau agar domba/kambing yang kita sudah tahu melambangkan Kristus itu,
1. punya
kesempatan untuk dikenali oleh keluarga yang akan
menyembelihnya.
Karena
itu, binatang itu harus dibawa pulang, untuk hidup bersama keluarga itu selama lebih
dari 3 hari tapi kurang dari 4 hari.
Kelak Kristus melayani selama 3½ tahun sebelum Dia mati disalibkan. Jadi
dipeliharanya domba Passah ini selama 3½ hari sebelum dia disembelih, merupakan
tipe/simbol ministri Kristus selama 3½ tahun di dunia sebelum Dia disalibkan.
Nanti di bagian akhir kita akan kembali ke pembahasan ini.
2. Tuhan
mau agar terjalin suatu hubungan yang akrab antara
keluarga itu dengan binatang yang akan mereka sembelih.
3. Tuhan
mau agar timbul rasa kasih sayang antara keluarga
itu dengan si domba/kambing ini yang
akan mati bagi mereka.
4. Tuhan
mau agar keluarga ini sadar atas pengorbanan domba
yang tidak berdosa ini gara-gara dosa mereka.
5. Tuhan
mau agar keluarga ini mengerti bahwa matinya domba ini
melambangkan kematian Sang Mesias yang akan menyelamatkan mereka.
Jadi,
jika domba/kambing itu melambangkan Kristus, maka makna pelajaran yang telah
diajarkan Tuhan kepada orang Israel pada Passah yang pertama itu, berlaku juga
bagi kita.
Itulah
mengapa semua yang tertulis di Alkitab itu harus kita pelajari, karena semuanya
merupakan pelajaran bagi kita, lintas-masa, lintas-zaman, tidak ada batasnya.
Yesus
Kristus, Domba Allah telah mati sebagai kurban untuk menebus kita,
jangan kita take for granted pengorbananNya
begitu saja. “Oh, iya, sudah tahu Yesus sudah mati buat aku, dan aku sudah
mengakuiNya, ya sudah, so what else?” Bukan begitu yang diinginkan Tuhan dari kita.
1. Tuhan
ingin kita mengenal secara pribadi siapa Domba Allah ini.
KITA
HARUS MEMBAWANYA PULANG BUKAN SAJA KE RUMAH KITA, TETAPI KE DALAM HATI KITA, agar Dia HIDUP BERSAMA KITA,
bukan hanya kurang dari 4 hari, tetapi SELAMANYA.
2.
Tuhan mau agar terjalin suatu HUBUNGAN YANG AKRAB antara kita dengan Domba Allah ini, sehingga kita bisa seperti
Paulus berkata,
Galatia 2:20
Aku tersalib bersama Kristus,
namun begitu aku hidup; tetapi bukan aku
melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kujalani
sekarang di dalam daging, aku hidup oleh
iman Anak Allah, yang telah mengasihi aku dan telah
menyerahkan diri-Nya untuk aku.
3. Tuhan
mau kita MENGASIHI DOMBA ALLAH ini,
1 Yohanes 4:19
Kita mengasihi, karena Dia (Allah)
lebih dahulu mengasihi kita.
4.
Tuhan mau kita sadar bahwa DOMBA ALLAH INI SUDAH MENJALANI KEMATIAN yang begitu
mengerikan, UNTUK MENGGANTIKAN KITA,
Yohanes 3:16
supaya barangsiapa yang percaya dalam Dia tidak binasa, melainkan
beroleh hidup yang kekal.
5. Tuhan
mau kita sadar bahwa DOMBA ALLAH INILAH YANG TELAH
MENYELAMATKAN KITA.
Tidak
ada apa pun yang lain yang bisa menyelamatkan kita. Hanya Dia, Yesus Kristus. Tanpa
Dia, kita tidak mungkin selamat.
Yohanes 3:17
Sebab Allah tidak mengutus Anak-Nya ke dalam dunia untuk menghukum dunia, melainkan melalui Dia dunia boleh diselamatkan.
Pengorbanan
Domba Allah ini memang telah terjadi tahun 31AD yang lalu. Kita masih belum
lahir, tapi kita bisa menikmati manfaat kematianNya itu. YESUS KRISTUS, DOMBA ALLAH, MATI BAGI SETIAP MANUSIA YANG PERNAH HIDUP, baik sebelum
kematianNya di tahun 31AD itu, hingga manusia yang terakhir dilahirkan nanti
sebelum berakhirnya masa percobaan bagi bumi ini.
Jadi
Yesus Kristus mati untuk aku pribadi, dan untuk kalian pribadi. Sama seperti
domba yang disembelih pada Passah yang pertama itu, yang mati untuk keluarga
yang menyembelihnya secara pribadi.
Sudahkah
kita membawa pulang Domba Allah ke dalam rumah kita dan ke dalam hati kita?
Ataukah seminggu sekali kita ke gereja untuk “say Hello” lalu saat pulang kita
meninggalkanNya di luar pintu gereja dan kita lanjut dengan segala kesibukan
kita sendiri yang sama sekali tidak melibatkan Dia?
Jika
kita belum membawa pulang Kristus ke rumah kita dan ke dalam hati kita, inilah seruan Kristus:
Wahyu 3:20
Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetuk; jikalau ada orang
yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk ke tempatnya dan makan bersamanya dan ia bersama-Ku.
Sudahkah kita mengenalNya dengan baik,
sudahkah kita menjalin hubungan yang erat denganNya? Jika belum, bagaimanakah
kita bisa mengenalNya lebih baik, dan menjalin hubungan yang lebih erat
denganNya?
Dari siapa kita bisa mengenalNya lebih
baik? Di mana kita bisa menemukan Dia? Kita bisa menemukan Dia di dalam
Alkitab, dari sanalah kita bisa mengenalNya dengan lebih baik dan lebih dekat.
Lukas 24:44-45
44 Lalu Ia berkata kepada mereka,
‘Inilah perkataan yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama
dengan kamu, bahwa semuanya harus digenapi, yang tertulis dalam
kitab Hukum Musa dan
kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur tentang Aku.’ 45 Lalu Ia membuka pemahaman
mereka, supaya mereka bisa mengerti Kitab Suci. …”
Kita
kembali ke poin 1 di atas mengapa domba yang akan dikurbankan pada hari Passah
itu harus dipelihara mulai hari ke-10
hingga hari ke-14 bulan tersebut, atau selama lebih dari 3 hari tapi kurang
dari 4 hari. Karena ini merupakan suatu lambang.
Lambang
apa? Mari kita lihat.
Pada
hari ke-10 bulan yang pertama sewaktu orang pergi membeli domba/kambing untuk
kurban, tentunya di pagi atau siang hari, tidak mungkin malam-malam, kan?
Perhitungan pergantian hari di zaman Alkitab itu ialah saat matahari terbenam.
Berarti pagi/siang hari yang ke-10 ketika orang pergi membeli domba/kambing
kurban, itu sudah setengah hari lewat (karena hari ke-10 dimulai saat matahari
terbenam sebelumnya). Jika domba/kambing itu disembelih pada hari ke-14 dan
ayat 6 mengatakan domba itu disembelih saat senja (yaitu pada pukul 3 siang),
maka sesungguhnya domba/kambing itu hidup bersama keluarga yang akan
menyembelihnya selama kurang dari 4 hari, tapi lebih dari 3 hari. Katakanlah sekitar 3½ hari.
Berapa
lama ministri Yesus di tengah-tengah manusia sebelum Dia mati di salib? Lebih
dari 3 tahun, kurang dari 4 tahun, atau 3½ tahun.
Biasa
perhitungan dalam nubuatan, 1 hari nubuatan = 1 tahun literal.
Maka
domba yang hidup bersama keluarga yang akan
menyembelihnya selama kurang dari 4 hari tapi lebih dari 3 hari itu, adalah
tipe (simbol) dari lamanya Yesus melayani di tengah-tengah manusia yang akan
“menyembelihNya”, yaitu 3½ tahun (karena 1 hari nubuatan = 1 tahun
literal)
Jadi
dengan menyuruh bangsa Israel memelihara domba itu selama kurang dari 4 hari,
Tuhan sudah memberikan simbolnya bahwa nanti Domba Allah juga akan melayani di
tengah-tengah bangsa Israel yang akan menyembelihNya selama 3½ tahun.
Sudahkah kita mengasihi Domba Allah
ini? Yang sudah mati menggantikan kita, supaya kita tidak binasa tapi beroleh
hidup kekal? BAGAIMANAKAH
CARANYA KITA MENGASIHI ORANG YANG SECARA FISIK TIDAK ADA DI SAMPING KITA?
Kita tidak bisa memelukNya, tidak bisa mengusap-usapNya, tidak bisa memasakkan
masakan kesukaanNya, tidak bisa mengenakan pakaianNya, seperti seorang ibu
menyatakan cintanya kepada anaknya. Bagaimana kita bisa menyatakan kasih kita
kepada Domba Allah ini? Dia sendiri
sudah memberikan jawabannya:
Yohanes 14:15
Jikalau kamu mengasihi Aku, turuti Perintah-perintah-Ku.
Ini permintaan Yesus. Bagaimana Dia mau
dikasihi? Dengan menuruti Perintah-perintahNya. Kita tidak disuruh memasakkan
makananNya, Dia hanya minta kita menuruti Perintah-perintahNya.
Berarti jika kita tidak menuruti Perintah-perintahNya,
kita belum mengasihiNya. Dia sudah mati menggantikan kita, dosa kita yang
“menyembelih”Nya, bagaimana mungkin kita tidak mau mengasihi Dia?
Tentunya keluarga yang sudah memelihara
domba/kambing yang akan dikurbankan itu selama kurang dari 4 hari, akan mempunyai kesedihan yang sangat besar ketika
mereka harus menyembelih sendiri domba muda yang tidak berdosa ini. Sudahkah
ada kesedihan yang besar di hati kita karena Kristus harus mati menggantikan
kita akibat semua dosa kita? Jika ada kesedihan itu, tentunya
kita tidak akan pernah sengaja mau berbuat dosa lagi.
Tetapi, jika tidak ada kesedihan itu,
berarti kita belum sungguh-sungguh mengasihi Kristus. Kalau terhadap seekor
domba, atau seekor ayam dalam pengalamanku, kita bisa punya ikatan batin, bisa
merasa sangat sedih ketika nyawa mereka dikorbankan untuk kita, mengapa kita tidak “terlalu” bersedih atas pengorbanan Domba Allah? Ada
yang sangat kurang dalam ibadah kita jika kita tidak merasakan kesedihan ini.
Untuk direnungkan.
14 06 14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar