107.
PELAJARAN
DARI NENEK MOYANG KITA:
ADAM DAN HAWA,
KAIN DAN HABEL
_______________________________
Teman-temanku yang Kristen, ada satu pemahaman dasar
keKristenan yang sering tidak benar-benar dimengerti oleh orang Kristen, dan
itu adalah hubungan antara IMAN dan PERBUATAN, antara KASIH KARUNIA
dan HUKUM TUHAN.
Bahwa kita diselamatkan oleh Kasih Karunia lewat
Iman, Efesus 2:8-9, itu sudah pasti dihafal
sampai ngelontok oleh setiap orang Kristen.
8 Karena oleh kasih karunia kamu diselamatkan melalui
iman,
dan itu bukan karena usaha kamu, itu adalah pemberian Allah, 9 itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan sampai ada orang yang memegahkan dirinya
Inilah yang disebut doktrin
“PEMBENARAN OLEH IMAN” atau “JUSTIFICATION BY FAITH”.
Tetapi, apakah
kita benar-benar mengerti ayat ini?
Paulus berkata, bahwa keselamatan kita
itu “adalah pemberian Allah, 9 itu bukan hasil pekerjaanmu”.
Yang mana yang dimaksudkan dengan “pemberian Allah”?
KEMATIAN
KRISTUS DI ATAS KAYU SALIB, YANG TELAH MENEBUS SEMUA MANUSA!
Ya, KRISTUS DENGAN SUKARELA MENJALANI HUKUMAN
ORANG BERDOSA, MENANGGUNG HUKUMAN MANUSIA, agar manusia tidak usah menjalaninya. INILAH PEMBERIAN ALLAH. INILAH KASIH KARUNIA ALLAH.
KEMATIAN KRISTUS INILAH
YANG SAMA SEKALI BUKAN HASIL PEKERJAAN KITA,
mengapa?
PELAJARAN DARI ADAM DAN HAWA
Pertama:
Karena begitu Adam dan Hawa berdosa,
Tuhan sudah segera menjanjikan keselamatan untuk manusia. Nah, ketahuilah, Tuhan sudah
menyediakan rencana untuk menyelamatkan manusia bahkan sebelum dunia ini diciptakan, artinya sebelum Tuhan menciptakan Adam dan Hawa,
Tuhan lebih dulu sudah menyediakan rencana untuk menyelamatkan manusia bila
manusia jatuh dalam dosa. Jadi Tuhan sudah mengantisipasi sebelumnya bahwa Adam dan Hawa
bakal jatuh dalam dosa? Iya, karena Dia Tuhan, Dia mahatahu, Dia
tahu segala yang akan terjadi. Maka di sini kita melihat Allah yang sangat
besar kasihnya. Walaupun Dia tahu manusia yang akan diciptakanNya ini nanti
akan berbuat dosa, tapi Dia tetap menciptakan manusia, Dia rela memikul tanggung jawab untuk
menebus manusia dari hukuman dosa, walaupun dengan harga yang mahal sekali,
yaitu dengan darahNya sendiri, untuk memberi kesempatan mereka yang
diselamatkan agar bisa hidup kekal bersamaNya. Jadi Tuhan sangat mengasihi
kita, kita tidak dilepas begitu saja, tetapi Dia telah menyediakan semacam
“jaring pengaman” bagi kita bahkan sebelum kita diciptakan.
Nah, kita lihat kisahnya di Alkitab, apa kata Tuhan kepada ular (Setan) begitu dosa pasutri yang pertama itu
terungkap:
Kejadian 3:15
Dan Aku (Tuhan) akan menempatkan permusuhan antara engkau (ular
= Setan) dan
perempuan (Hawa), dan antara benihmu (keturunan
Setan = semua pengikutnya, baik yang malaikat maupun yang manusia sesat) dan Benihnya (keturunan
Hawa = Yesus). Benihnya (Yesus) akan meremukkan kepalamu (kepala Setan), dan engkau (Setan) akan mememarkan tumitNya (tumit
Yesus).
Perhatikan, terjemahan LAI
mengatakan “Aku
akan mengadakan permusuhan antara engkau
dan perempuan ini,”, tapi kata Ibraninya ialah שִׁית [shı̂yth] dan ini artinya "menempatkan” atau “meletakkan”.
Nah, permusuhan yang ditempatkan Tuhan antara Setan dan
perempuan, dan antara anak buah Setan dan Benih perempuan adalah Roh Kudus.
Manusia tidak akan dapat menghadapi Setan dengan kekuatannya sendiri,
karena itu Tuhan menempatkan Roh Kudus yang akan menolong manusia menghadapi
Setan.
Inilah janji penyelamatan [rescue] yang pertama. Tuhan tidak menunggu lama-lama. Langsung pada saat manusia
mengakui dosanya, Tuhan SEGERA MEMBERIKAN JANJI PENYELAMATAN yang telah disediakan Tuhan malah
sebelum dunia diciptakan.
Apa kata Tuhan?
v
Sejak
itu, selalu
ada permusuhan antara manusia dengan Setan,
dan antara pengikut-pengikut Setan dengan
pengikut-pengikut Tuhan. Roh Kudus selalu siap menjadi perisai manusia,
menyadarkan dan membawa manusia kepada pertobatan.
v
Yesus akan menghancurkan
Setan (meremukkan kepala = membinasakan)
yaitu
ketika Dia menyelesaikan misiNya mati di kayu salib untuk membebaskan manusia
dari hukuman dosa. Pada saat itu
kebinasaan Setan dipastikan.
v
Tumit Yesus akan hancur
dalam pertempuran melawan Setan itu.
Kita
tahu bahwa saat disalibkan, paku besar telah menghancurkan tumit Yesus. Yesus
kembali ke Surga dengan tubuh manusiaNya. Jadi bekas-bekas paku dan tusukan
pada tubuhNya dulu, akan tetap menjadi saksi bisu dari kasihNya yang luar biasa
untuk manusia.
Jadi Tuhan SEGERA
menyodorkan janji penyelamatan manusia ATAS INISIATIFNYA SENDIRI, KARENA KASIH
KARUNIANYA KEPADA MANUSIA. Rancangan keselamatan itu sudah disiapkan Tuhan bahkan
sebelum dunia diciptakan.
Jadi bukan karena Adam dan Hawa memintanya, bukan karena Adam dan
Hawa berjanji berbuat sesuatu agar Tuhan mau menolong mereka. TIDAK. Tapi Tuhan Sendiri yang menyodorkan kasih karuniaNya tanpa lebih
dulu ada yang minta. Karena itu Paulus menulis, Tuhan mencurahkan kasih
karuniaNya itu “bukan karena usaha kamu….
bukan hasil pekerjaanmu”. Manusia
[Adam dan Hawa] tidak punya
andil/kontribusi apa-apa. Kasih karunia Tuhan itu semata-mata datang dari Tuhan
Sendiri atas inisiatif dan kemurahanNya Sendiri.
Kedua:
Dengan apa janji penyelamatan Tuhan itu
dilambangkan?
DENGAN MENGURBANKAN DOMBA-DOMBA YANG PERTAMA! Masa???
Benar! Domba kurban itulah yang melambangkan Yesus Kristus, yang pada
waktu yang tepat akan menggenapi janji tersebut. Domba-domba yang dikorbankan itulah kematian yang pertama yang terjadi
di Taman Eden, kematian pertama yang disaksikan Adam dan Hawa. Mereka harus
melihat dengan mata mereka sendiri, bagaimana dosa mereka, menyebabkan hewan-hewan yang tidak berdosa, harus mati bagi mereka. Tuhan sudah memperingatkan, “pada hari engkau memakannya, engkau pasti akan mati.” (Kejadian 2:17) Mereka tetap memakan buah terlarang
itu. Tapi Tuhan mengasihi mereka, walaupun mereka seharusnya langsung mati hari
itu, Tuhan sudah menyiapkan jalan keluar bagi mereka. Hari itu dua ekor domba
yang tidak berdosa telah mati menggantikan mereka. Domba-domba yang
melambangkan Sang Penebus yang akan mati bagi semua manusia di dunia.
Alkitab mencatatnya.
Kejadian 3:21
Bagi Adam dan istrinya, TUHAN Allah membuatkan pakaian dari kulit binatang dan mengenakannya kepada mereka.
Di mana ditulis bahwa ada
domba-domba yang mati menggantikan mereka? Lha untuk mengambil kulit domba itu
kan dombanya harus mati dulu? Jadi walaupun tidak tertulis, ini sudah jelas.
Apalagi kemudian kita melihat bahwa
Habel juga mempersembahkan kurban, maka sistem persembahan kurban ini tentu
diajarkan orangtuanya.
Mengapa harus mengurbankan domba?
Ibrani 9:22
Dan hampir segala sesuatu menurut Hukum
dikuduskan dengan darah; dan tanpa penumpahan darah tidak
ada pengampunan.
Jadi pengampunan dosa hanya bisa
diperoleh lewat tercurahnya darah, berarti suatu
kematian harus terjadi karena dibutuhkan pencurahan darah, bukan cukup cuma
beberapa tetes.
Karena itu
melibatkan kematian, maka Kristus yang mewakili manusia mati. Jika setiap
manusia harus mati sendiri untuk pengampunan dosanya, ya habislah manusia. Karena itulah Kristus yang bersedia mati satu kali untuk
menggantikan semua manusia yang pernah hidup, sehingga kita beroleh penebusan.
Hewan yang dikurbankan
melambangkan kematian Kristus nanti
sebagai Penebus manusia, kulitnya yang diambil merupakan
lambang kesucian Yesus yang dikenakan kepada Adam dan Hawa untuk menutupi
ketelanjangan mereka.
Pada waktu Adam dan Hawa berdosa,
mereka kehilangan kemuliaannya sebagai makhluk yang suci. Oleh karena itu
mereka menyadari bahwa mereka telanjang, karena sinar kemuliaan yang tadinya
menyelimuti mereka telah lenyap. Mereka lalu berusaha membuat penutup dari
daun-daun pohon ara.
Kejadian 3:7
Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka
tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun-daun pohon ara dan membuat penutup bagi diri mereka sendiri
Tetapi menurut Tuhan daun-daun ara itu bukanlah penutup yang memadai. Satu lagi bukti bahwa manusia tidak bisa melenyapkan kondisi berdosanya sendiri.
Manusia tidak bisa menghapus dosanya sendiri. Kemuliaan- [kesucian] yang hilang
dari Adam dan Hawa tidak bisa digantikan oleh daun-daun ara yang mereka semat
sendiri. Hanya Tuhan yang bisa menggantikan kemuliaan/kesucian
mereka yang hilang. Dan kulit hewan
yang dikurbankan itu lalu menjadi pakaian yang
menutupi ketelanjangan mereka, sehingga dengan mengenakan kulit hewan itu, ketelanjangan/kenajisan mereka tidak tampak lagi,
karena yang tampak adalah kulit hewan
itu yang menutupi mereka. Maknanya adalah, Allah tidak melihat lagi kenajisan manusia yang telah mengenakan
kesucian Kristus sebagai jubah mereka.
Sebagaimana Adam dan Hawa harus
mengenakan kulit domba yang dikurbankan itu yang melambangkan kebenaran Kristus, demikian kita pun harus mengenakan
kesucian Kristus untuk memeteraikan
keselamatan kita. Kita lihat beberapa ayat dari Wahyu agar kita mengerti, bahwa
tanpa mengenakan kesucian Kristus, kita tidak akan sampai di Surga.
Wahyu 3:5
Dia
yang menang, ia akan dikenakan pakaian putih; dan Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan,
melainkan Aku akan mengakui namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para
malaikat-Nya.
Wahyu 7:13-14
13 Dan seorang dari antara
tua-tua itu menjawab dan berkata kepadaku, ‘Siapakah mereka yang memakai jubah putih itu dan dari manakah
mereka datang?’ 14 Dan aku berkata kepadanya: ‘Tuanku, tuan yang mengetahuinya.’ Lalu ia berkata kepadaku,
‘Mereka ini adalah orang-orang yang telah keluar dari kesukaran yang besar; dan telah mencuci jubah mereka
dan membuatnya putih di dalam darah Sang Domba.’
Jadi, memotong domba kurban bukanlah sesuatu yang baru diajarkan
kepada orang Israel pada zaman Musa. Tidak. Mengurbankan domba itu sudah dikenal sejak
di taman Eden. Justru itulah kurban pertama
yang terjadi di Eden setelah Adam berdosa. Sejak Adam dan Hawa belum diusir
keluar dari Eden, Tuhan sudah menunjukkan kepada mereka,
bagaimana suatu hari seorang Mesias yang akan lahir
sebagai manusia,
akan datang untuk menggenapi perjanjian penyelamatan yang disodorkan Tuhan kepada mereka. Dan supaya manusia tidak lupa betapa kejamnya dosa, yang
harus makan korban, maka setiap kali manusia berbuat dosa, dia harus
mempersembahkan domba kurban untuk menggantikan kematiannya sendiri.
Jadi Adam mengajarkan kepada anak-anaknya
turun-temurun tentang konsep penyelamatan itu dalam lambang domba yang
dikurbankan.
PELAJARAN DARI KAIN DAN HABEL
Alkitab mencatat tentang kisah Kain dan Habel dalam
menjalankan konsep penyelamatan yang diajarkan Tuhan.
Kejadian 4:3-5
3 Dengan
berjalannya waktu, terjadilah Kain membawa suatu persembahan dari hasil tanah kepada TUHAN. 4 Dan Habel, dia juga membawa anak-anak sulung dari
kawanannya dan dari lemak-lemaknya. Dan TUHAN mengindahkan Habel dan kurban persembahannya. 5 tetapi kepada
Kain dan persembahannya TUHAN tidak menghargainya.
Dan Kain sangat marah, dan mukanya muram.
Mengapa Tuhan tidak berkenan dengan persembahan
Kain? Karena mempersembahkan
hewan kurban itu adalah lambang KONSEP PENYELAMATAN KRISTUS, dan itu harus dilakukan umat Tuhan
hingga Domba Allah yang sejati datang dan dipersembakan sebagai kurban. Biasanya Kain melakukan seperti yang disuruh Tuhan, tetapi ayat di atas
berkata “3 Dengan
berjalannya waktu”, Kain bosan mengikuti
ketentuan Tuhan, dia mengikuti pendapatnya sendiri. Karena dia seorang petani (Kejadian
4:2), maka dia menganggap mempersembahkan hasil tanamannya
yang paling bagus itu tidak kalah nilainya daripada mempersembahkan seekor
domba. Kain
tidak mau melihat makna domba itu melampaui kehewanannya. Mempersembahkan hewan kurban itu
bukan sembarang persembahan, itu melambangkan Domba Allah yang
akan datang untuk mati nanti. Kita juga sering seperti itu. Kita
menganggap peraturan dan ketentuan Tuhan itu terlalu menyulitkan, jadi bisa
diganti-ganti sesuka hati kita. Sebaiknya kita ingat Kain dan apa akibatnya
menyepelekan peraturan Tuhan
Sebaliknya Habel terus patuh pada ketentuan Tuhan.
Kepatuhan itu tidak ada gunanya kalau hanya selama suatu waktu sepeti Kain.
Kepatuhan itu harus sampai akhir seperti Habel. Selain membawa hasil tanah dia
juga mempersembahkan anak-anak sulung dombanya. Habel menghargai perintah
Allah. Di Ibrani 11:4 dikatakan Habel berbuat itu karena iman.
Jadi barangkali Habel belum paham benar mengapa dia
harus mempersembahkan anak-anak sulung kawanannya, tetapi dia patuh
melakukannya karena iman. Jadi, seringkali kalaupun kita belum
mengerti mengapa Tuhan memerintahkan begini atau begitu, tetap patuhi saja demi
iman. Kita tidak perlu mengerti, kita perlu patuh.
Ibrani 11:4
Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada
Allah kurban yang lebih baik daripada kurban Kain, dengan mana ia memperoleh kesaksian bahwa ia benar,
Allah bersaksi atas persembahan-persembahannya;
dan melalui itu, walaupun ia mati, namun ia masih bicara.
Jadi Habel
melakukan itu berdasarkan iman. Karena Tuhan sudah memerintahkan begitu, ya itu
yang dilakukannya, persis seperti yang diminta Tuhan. Maka Tuhan memberi bukti
(kesaksian) bahwa Habel benar, “Dan TUHAN mengindahkan Habel dan kurban persembahannya.”
Kisah Habel
disuruh Tuhan supaya ditulis oleh Musa, sehingga setelah Habel sudah mati lebih dari seribu tahun pun kepatuhannya
masih dibicarakan, perbuatannya masih menjadi saksi kepatuhannya.
Jadi iman itu penting sekali. Roma 1:17
berkata “Orang benar akan hidup oleh iman” bukan oleh pemahaman. Kita boleh mengerti semua doktrin yang benar tetapi jika tidak punya
iman, itu tidak ada gunanya. Karena Ibrani 11:6
mengatakan “tanpa iman tidak mungkin berkenan kepada Allah”.
Kain mungkin juga tidak mengerti seperti Habel, tapi
dia tidak punya iman sehingga dia
menyepelekan ketentuan Tuhan, dia berbuat apa yang baik menurut pikirannya sendiri, dia tidak mau lagi patuh pada perintah Tuhan. Kain yang
seorang petani menganggap boleh saja dia mempersembahkan hasil ladangnya
sendiri, kenapa tidak? Ya, memang dia
boleh mempersembahkan hasil ladangnya sendiri, tetapi itu tidak boleh menggantikan apa yang disuruh Tuhan
harus dipersembahkannya. Seharusnya Kain selain mempersembahkan hasil ladangnya
juga
mempersembahkan domba kurban, seperti Habel. Karena Habel selain
mempersembahkan domba kurban, juga mempersembahkan hasil ladangnya. Kejadian
4:4 mengatakan “Habel juga membawa dari anak sulung kambing dombanya”, kata “juga” menandakan bahwa selain
anak sulung kambing dombanya, masih ada persembahan lain yang dibawa Habel,
yaitu yang sama dengan yang disebutkan di ayat 3 dibawa oleh Kain, “persembahan dari hasil tanah.”
Maka pelajaran apa yang bisa kita
petik dari sini? Jangan mengandalkan pendapat dan pikiran kita
sendiri, karena kemampuan berpikir kita jauh di bawah Tuhan. Jangan
menggantinya. Kita melakukan yang lebih, memberikan yang lebih kepada Tuhan di
atas yang diminta Tuhan, itu baik, tetapi pemberian kita
tidak boleh menggantikan apa yang sudah diperintahkan oleh Tuhan. Patuhi saja apa perintah Tuhan walaupun kita
belum mengerti. Nah, untuk mau mematuhi yang belum kita pahami, itu butuh iman.
Amsal 3:5,7
5 Percayailah
TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. 7
Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan tinggalkan kejahatan.
Amsal 14:12
12 Ada jalan yang disangka benar oleh manusia, tetapi akhir darinya adalah jalan-jalan kebinasaan.
Musa disuruh Tuhan mencatat perbuatan
Kain itu sebagai petunjuk dan peringatan bagi generasi-generasi selanjutnya
(termasuk kita), bahwa NIAT BAIK saja tidak cukup. DALAM
BERIBADAH KEPADA TUHAN, KITA HARUS BERIBADAH MENURUT
KETENTUAN YANG DIBUAT OLEH TUHAN, BUKAN ASAL SESUKA HATI KITA. Kain bukan tidak mau beribadah
kepada Tuhan. Dia mau. Kain bukan tidak mau memberikan persembahan kepada
Tuhan. Dia mau. Tapi masalahnya Kain tidak mau tunduk kepada
peraturan dan ketetapan Tuhan. Kain tidak punya iman pada Tuhan. Kain menganggap
pendapatnya sendiri benar. Dengan demikian Kain menyejajarkan dirinya selevel
dengan Tuhan. Aku tidak perlu mengikuti ketentuan Tuhan, aku bisa
berpikir sendiri. Menurut aku… Alasan “menurut aku” itu sering
menjerumuskan kita. Jangan suka berkata “menurut aku”, biasakan
berpikir “menurut Tuhan” itu bagaimana. Mungkin kita belum mengerti mengapa,
tapi tidak apa, kerjakan saja menurut Tuhan, kita tidak akan salah. Kalau kita mengerjakannya “menurut aku” bisa lebih sering salahnya
daripada benernya, apalagi jika yang “menurut aku” itu berbeda dari yang
“menurut Tuhan”.
Pelajaran apa lagi yang kita peroleh
dari kisah Kain dan Habel ini?
BAHWA IMAN DAN PERBUATAN ITU BERKAITAN!
A. IMAN membuat kita menerima KESELAMATAN
yang diberikan Tuhan secara gratis kepada setiap manusia yang mau
menerimanya.
Nah,
KESELAMATAN ini bukanlah hasil perbuatan kita, bukan karena jasa kita sendiri.
Karena konsepnya sejak awal di taman Eden adalah tidak ada satu pun manusia yang bisa menyelamatkan
dirinya sendiri dari hukuman dosa. Apa
pun yang kita perbuat:
Ø
apakah
kita mau bertapa dan berdoa 24 jam setiap hari seumur hidup kita,
Ø
atau
kita mau menyerahkan semua harta kita kepada orang lain lalu kita hidup sebagai
pengemis,
Ø
atau
kita mau beramal banyak-banyak setiap hari,
Ø
atau
kita mau menyiksa diri sendiri (bermatiraga) sampai tubuh kita babak belur,
Ø
atau
kita mau mengorbankan anak-anak kita menjadi tumbal seperti
yang dilakukan orang-orang pagan,
SEMUA USAHA KITA SENDIRI
TIDAK ADA YANG BISA MENYELAMATKAN KITA DARI HUKUMAN DOSA!
Hanya
kasih karunia/anugrah Tuhan-lah yang menyelamatkan kita. Ini harus dipahami benar-benar,
supaya jangan ada manusia yang sombong dan menganggap dia bisa menyelamatkan
dirinya sendiri.
B.
PERBUATAN adalah bukti apakah KITA MASIH
SELAMAT.
Nah,
ini juga harus dipahami dengan benar. Untuk mendapatkan keselamatan kita tidak usah berbuat apa-apa, cukup kita mau menerimanya. Namun untuk tetap tinggal dalam status
selamat, ada syaratnya, dan itu harus dibuktikan oleh PERBUATAN kita.
Kembali lagi kepada kisah Kain dan
Habel.
Kain dan Habel sebagaimana orangtua
mereka Adam dan Hawa, SUDAH
MENERIMA KESELAMATAN pemberian Tuhan, karena mereka
sudah menjalankan praktek kurban. Bagi orang-orang Perjanjian Lama
sebelum kematian Kristus di salib, mempersembahkan kurban itu merupakan pertanda bahwa mereka sudah menerima konsep penyelamatan
dan mereka sudah diselamatkan.
Jadi, pada awal-awalnya, Kain mempersembahkan
kurban sesuai ketentuan Tuhan. Tetapi kemudian Kain punya ide “cemerlang”. Alkitab
menulis,
Kejadian 4:3
Dengan
berjalannya waktu,
terjadilah Kain membawa
suatu persembahan dari hasil tanah kepada
TUHAN,
“Dengan berjalannya
waktu” Kain berpikir, mengapa dia tidak
mempersembahkan hasil ladangnya saja? Padahal hasil ladangnya tentu bagus-bagus, kondisi
tanah waktu itu masih bagus sekali. Hasil ladang kan hasil keringatku sendiri,
mestinya Tuhan lebih menghargai itu daripada seekor domba yang bukan hasil
ternakku. Dan Kain mulai berani “minteri” Tuhan,
atau melanggar ketentuan yang dibuat Tuhan. Menurut Kain tidak apa-apa
mempersembahkan hasil ladangnya, kan asal dia sudah mempersembahkan sesuatu.
Teman, sering kita juga bersikap
seperti Kain. Ketentuan yang dibuat Tuhan kita anggap tidak
mengikat. Misalnya saja dalam hal ibadah pada hari ketujuh. Tuhan
sudah jelas menulis dalam 10 HukumNya,
hari yang ketujuh adalah Sabat Tuhan Allah, tulisan itu masih ada sampai sekarang di Keluaran
20:10 tapi kita mengatakan, seluruh dunia
liburnya hari Minggu, jadi tidak apa-apa kita beribadah pada hari Minggu,
asalkan kita sudah beribadah seminggu sekali. Hati-hati kita berakhir seperti Kain.
Misalnya lagi, Tuhan sudah menentukan
daging hewan apa yang tidak boleh kita makan, tapi kita bilang nenek moyangku
turun-temurun makan daging itu juga tidak apa-apa, jadi ya aku
makan saja, wong enak kok. Buktinya sampai sekarang aku makan itu daging juga tidak diapa-apakan Tuhan, tidak
ada petir kilat yang mengejar aku. Berarti Tuhan oke-oke saja kok. Ya, belum, teman-teman, Tuhan belum bertindak, Tuhan
panjang sabar menunggu kita bertobat, tapi jelas jika kita tidak meninggalkan dosa itu, suatu hari
Tuhan akan bertindak karena
Tuhan tidak menoleransi dosa.
Kembali kepada topik yang kita bahas:
Sekarang, setelah SUDAH SELAMAT, langkah
berikutnya adalah TETAP TINGGAL DI
DALAM KESELAMATAN ITU.
Adam, Hawa, dan Habel, berhasil tetap
tinggal di dalam keselamatan yang telah mereka peroleh secara gratis dari Tuhan.
Tetapi Kain, tidak. Perbuatannya
mengakibatkan dia terpental keluar dari jaring keselamatan yang sudah
dimilikinya. Perbuatan yang mana? Jelas perbuatannya yang melanggar
peraturan/hukum/ketetapan Tuhan, mari kita lihat Hukum Tuhan yang mana saja yang
dilanggarnya:
1. Melanggar
Perintah pertama.
Ketika Kain memutuskan untuk melakukan yang berbeda
dengan ketentuan Allah, dia telah melawan autoritas Tuhan sebagai Allah Khalik Pencipta. Jangan lupa, DOSA APA PUN YANG DILAKUKAN
MANUSIA, YANG PERTAMA SELALU, SELALU, SELALU DIA TELAH MELANGGAR PERINTAH
PERTAMA. Manusia
telah berani menempatkan hal lain, kepentingan lain, sosok lain, termasuk
dirinya sendiri di atas Tuhan Allah Sang Khalik.
2.
Perintah
ke-5.
Kain sudah tidak menghormati orangtuanya dengan membunuh adiknya.
3.
Perintah
ke-6.
Kain telah membunuh
adiknya.
4.
Perintah
ke-8.
Kain telah mencuri,
mengambil nyawa adiknya yg bukan haknya.
5.
Perintah
ke-9.
Kain berdusta
ketika Tuhan bertanya kepadanya di mana adiknya, dan Kain menjawab, memangnya
aku penjaga adikku? Dia tidak mengakui dia telah membunuh adiknya.
6.
Perintah
ke-10.
Kain iri hati
karena persembahan kurban Habel diterima Tuhan tetapi persembahannya ditolak
Tuhan.
7.
Dan dosa
pamungkasnya ialah Kain tidak pernah bertobat.
Kain pergi meninggalkan Tuhan (Kejadian
4:16). Hatinya keras sampai akhir. Dia tahu dia salah, tapi dia tidak mau minta
ampun. Dia
lebih baik memilih menerima dihukum daripada minta ampun. Pembicaraannya yang terakhir dengan Tuhan jelas
menunjukkan Kain tidak pernah minta ampun. Dia menerima hukumannya. (Kejadian
4:13-16)
Sering kita juga begini. Seperti Kain,
seperti Yudas, seperti Firaun Tutmoses III, kita tahu kita salah, kita tahu
kita telah berdosa, tapi kita tidak mau minta ampun. Mengapa? Padahal jika kita
minta ampun dengan tulus, Tuhan mengampuni. Tapi kita justru menandatangani
surat kematian kita sendiri dengan mengeraskan hati. Kita bersikeras tidak mau
minta ampun, tidak mau bertobat, tapi terus melanjutkan hidup dalam dosa
tersebut. Demi gengsi? Demi apa?
Jadi kalau kita simak, sumber masalah
ini ada di mana? Menyepelekan peraturan Tuhan. Adam menyepelekan Tuhan, masa
sih makan buah saja betul-betul dihukum mati? Kain tidak belajar dari kesalahan
ayahnya. Bukan makan buahnya yang masalah, tapi makan buah
larangan itu merupakan demonstrasi keberanian melawan peraturan Tuhan, melawan
autoritas Allah.
Sama seperti kita. Kita juga sering
menyepelekan Tuhan, tidak takut melawan autoritas Allah. Sampai ada pejabat yang
terang-terangan berkata dengan ringannya di TV: Lebih mudah minta ampun daripada minta izin. Itulah pola pikir
manusia. Dilanggar saja, kalau disalahkan ya nanti minta ampun, toh Tuhan itu
pengampun, kan?
Kita berani melanggar PerintahNya dan
HukumNya. Kita bahkan tidak merasa telah berbuat dosa telah melakukan yang
berbeda dengan yang diperintahkan Allah. Nanti minta ampun, beres. No way. Tuhan tidak bisa dipermainkan.
Pada suatu hari kita akan seperti Kain,
terusir dari tanah yang disediakan Tuhan. Selamanya hilang. Nyesel terlambat.
Kalau kita mau selamat, mengakui
autoritas Tuhan sebagai Allah Khalik Pencipta itu suatu keharusan. Jangan melawanNya. Jangan
menyepelekanNya. Allah memang maha pengasih, tapi Dia juga maha benar dan maha
adil. Dosa tidak bisa eksis di hadapanNya.
Jangan jadi Kain.
Apa akibatnya? Inilah kata Tuhan kepada
Kain:
Kejadian 4:11-12
11Maka sekarang, terkutuklah engkau dari bumi, yang telah
mengangakan mulutnya untuk menerima darah
adikmu dari tanganmu. 12Apabila engkau mengerjakan tanah, maka mulai
sekarang tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya lagi kepadamu; engkau akan menjadi seorang pelarian
dan pengembara di bumi.
Apakah hanya itu akibatnya? Hanya terkutuk, diusir dari kampung halamannya, menjadi pelarian dan
pengembara, dan tanah yang digarapnya tidak akan memberikan hasil sepenuhnya?
Tidak, semua ini memang sudah hukuman yang cukup berat. Tetapi akibat yang
TERBERAT adalah:
Kejadian 4:16
Dan Kain pergi dari hadirat TUHAN
dan menetap di tanah Nod, di sebelah timur Eden.
Kain meninggalkan
Tuhan. Kain memutuskan
hubungan dengan Tuhan. Dan itulah kesalahannya yang terbesar.
Hatinya sudah begitu keras sehingga tidak ada keinginannya untuk bersujud dan
minta pengampunan kepada Tuhan untuk semua kesalahannya. Dia memilih untuk
meninggalkan Tuhan dan menjadi tuannya sendiri. Tragis, bukan? Alkitab tidak mencatat Kain pernah
kembali, karena dia tidak pernah kembali. Kain hilang untuk selamanya. Nanti pada hari
kebangkitan, dia akan menyesal dia tidak pernah minta ampun kepada Tuhan.
Padahal seandainya dia bertobat, Tuhan akan mengampuninya. Paulus yang telah
membunuh banyak orang Kristen di abad pertama saja, ketika bertobat, diampuni
Tuhan dan bahkan dijadikan rasulNya. Jadi jika hari ini kita punya dosa-dosa
yang menjauhkan kita dari Tuhan, jangan menunggu, ayo kita bertobat dan minta
ampun, Tuhan yang telah mati bagi kita akan mengampuni kita dengan segala
rahmat.
Jadi Kain
kehilangan keselamatannya karena apa? Karena
perbuatannya!
Jadi, apakah perbuatan kita bisa
menyebabkan kita kehilangan keselamatan yang sudah kita peroleh secara gratis?
Iya! Buktinya Kain ini.
APLIKASI PEMBAHASAN INI BAGI KITA:
1. Bahwa kita adalah orang berdosa,
dan
KITA TIDAK
BISA MENGHAPUS DOSA KITA SENDIRI DENGAN UPAYA APA PUN.
2. Bahwa kita tidak bisa menghapus
dosa-dosa kita,
yang
kita lakukan sebelumnya dengan mematuhi semua Hukum Tuhan pun. Jadi HUKUM TUHAN ITU
TIDAK BISA MENYELAMATKAN KITA DARI HUKUMAN DOSA YANG SUDAH KITA BUAT.
3. Bahwa DOSA HANYA BISA
DIAMPUNI OLEH DARAH DOMBA KURBAN
(KRISTUS).
4. Bahwa TUHAN MEMBEBASKAN KITA DARI HUKUMAN DOSA.
Hukuman
mana telah ditanggung oleh Kristus dengan kematianNya di salib, yang pada zaman
Perjanjian Lama dilambangkan oleh hewan yang dipersembahkan sebagai kurban. KRISTUS SUDAH
MEMBAYAR HUKUMAN DOSA KITA.
5. Bahwa KESELAMATAN ITU SUDAH DISEDIAKAN TUHAN
bahkan
sebelum kita sadar bahwa kita membutuhkannya.
6. KESELAMATAN YANG DIBERIKAN TUHAN ITU DIBERIKAN GRATIS oleh Tuhan.
Manusia
tidak usah membayar apa-apa untuk memperolehnya.
7. Bahwa Tuhan memberikan keselamatan itu BUKAN KARENA
KEBAIKAN KITA.
Keselamatan
itu tidak diberikan Tuhan sebagai ganjaran/pahala/upah
atas perbuatan baik kita.
8. Bahwa Tuhan memberikan keselamatan itu
kepada kita
SEMATA-MATA KARENA TUHAN
MENCINTAI KITA DAN TIDAK INGIN KITA BINASA.
9. Bahwa kita bisa mendapatkan keselamatan
itu HANYA
DENGAN BERIMAN KEPADA YESUS.
Tidak ada cara atau jalan yang lain. Manusia berkata
ada banyak jalan ke Roma, tapi hanya satu jalan ke Surga.
Yohanes 14:6
Kata Yesus kepadanya, ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.
Tidak seorang pun yang sampai kepada Bapa, selain melalui
Aku.’
10. Bahwa KELANGSUNGAN KESELAMATAN YANG DIBERIKAN
TUHAN ITU TERGANGUNG PERBUATAN KITA,
seberapa besar penyerahan kita kepada Tuhan,
seberapa besar kasih kita kepada Tuhan
sehingga kita gemar mematuhi Hukum Tuhan.
11. Bahwa KESELAMATAN YANG SUDAH KITA TERIMA ITU B I S A H I L A N G !!!!
Jika
kita sengaja
terus-menerus melakukan perbuatan yang melanggar
peraturan/hukum/ketetapan Tuhan.
Jadi, teman-teman yang terkasih,
janganlah kita berkeras hati seperti Kain. Apa yang kita lakukan itu
mempengaruhi apakah keselamatan yang sudah
kita peroleh bisa kita pertahankan.
Tidak cukup kita menerima keselamatan saja, kita
harus mempertahankan keselamatan itu sampai akhir hayat kita.
Dengan iman kita mendapatkan keselamatan, tetapi dengan perbuatan kita
harus mempertahankan
keselamatan itu. Artinya
perbuatan kita harus sesuai dengan Hukum Allah, kita harus berhenti berbuat dosa, berhenti melanggar Hukum-hukum Tuhan.
Marilah kita membaca dari Yakobus pasal 2:
2:14 Apakah gunanya, Saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan,
bahwa ia mempunyai iman tetapi ia tidak
mempunyai perbuatan? Dapatkah iman yang begitu itu menyelamatkan dia?
2:17 Demikian juga halnya iman
sendirian, jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu mati.
2:20 Hai manusia yang bebal,
maukah engkau tahu sekarang, bahwa iman
tanpa perbuatan itu mati?
2:21 Bukankah Abraham, bapak
kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya
ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?
2:22 Apakah kamu lihat, bahwa imannya bekerjasama dengan perbuatan-perbuatannya? dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.
2:24 Jadi kamu lihat, bagaimana oleh perbuatan-perbuatannya seorang manusia dibenarkan, dan bukan hanya oleh iman.
2:26 Sebab seperti tubuh tanpa
roh itu mati, demikianlah iman tanpa
perbuatan-perbuatan juga mati.
Pada hari ini, jika kita menyadari bahwa kita masih melakukan perbuatan yang melanggar Hukum-hukum Allah, mari kita tunduk kepala, melipat
lutut, dan bersujudlah kepada Tuhan yang Maha Pengasih dan Pengampun, dan mengakui dosa itu itu lalu memohon pengampunan.
1
Yohanes 1:9
Jika kita mengaku dosa kita, Ia setia dan adil untuk mengampuni dosa kita dan menyucikan kita
dari segala kejahatan.
Tetapi,
kemurahan Tuhan ini pun tidak boleh disalahgunakan. Permohonan pengampunan dosa HARUS DISERTAI DENGAN PERTOBATAN. Pertobatan artinya berhenti berbuat dosa yang sama itu lagi. Jika sekarang bilang bertobat, tapi
minggu depan, bulan depan diulangi lagi, itu namanya bukan pertobatan sejati.
Karena permohonan pengampunan yang
tidak disertai oleh pertobatan, berarti kita tidak sungguh-sungguh menyadari
bahwa apa yang kita lakukan itu dosa yang keji, sehingga kita tidak merasa
jijik terus melakukannya lagi dan lagi.
Apa kata Alkitab mengenai dosa yang
berulang-ulang dilakukan lagi dengan sengaja ini?
Ibrani 10:26-27
26Sebab jika kita berbuat
dosa dengan sengaja, sesudah kita menerima pengetahuan tentang kebenaran, maka
tidak ada lagi kurban untuk dosa. 27 melainkan suatu
penantian yang menakutkan akan datangnya penghakiman dan murka
yang menyala-nyala yang akan melahap habis para penentang.
Semoga renungan ini boleh membantu kita
mempertahankan kelanggengan keselamatan yang sudah kita terima dari Juruselamat
kita.
Amin.
2013-06-29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar