111.
MENGAPA
TUHAN DIAM SAJA
KETIKA 10 HUKUMNYA
DIUBAH MANUSIA?
__________________________________
Semua orang Kristen tahu bahwa Tuhan Sendiri-lah yang menulis 10 HukumNya dengan jariNya Sendiri pada
dua loh batu. Tuhan tidak pernah menulis Hukum yang lain kecuali 10
HukumNya ini. Semua Hukum dan peraturanNya yang lain, ditulis oleh nabi-nabi
dan rasul-rasulNya. Tetapi 10 HukumNya ini yang begitu
sakral dan abadi, tidak dipercayakan kepada nabi atau rasul untuk
menulisnya, melainkan ditulis oleh jari Allah Sendiri.
Dari sini saja kita tahu bahwa 10 Hukum ini statusnya istimewa.
Keluaran 31:18
18 Dan setelah TUHAN selesai berbicara dengan dia (Musa) di gunung Sinai, Dia memberikan kepada Musa dua loh Kesaksian, loh-loh batu, yang ditulis oleh jari אֶצְבַּע ['etsba‛] Allah.
Siapakah jari Allah
ini? Mari kita lihat dari ayat-ayat yang
lain.
Lukas 11:20
Tetapi jika Aku mengeluarkan
setan dengan jari
δάκτυλος
[daktulos] Allah, tidak diragukan lagi Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.
Ini terjemahan yang benar dari tulisan aslinya. Di ayat ini
jelas kata yang dipakai adalah δάκτυλος [daktulos] yang artinya
"jari". Terjemahan LAI memakai kata “kuasa Allah” menggantikan “jari”
tapi itu tidak tepat dan mengaburkan maknanya. Yang benar tulisan aslinya ialah δάκτυλος [daktulos] dan itu artinya “jari”. Jadi di sini Yesus berkata
bahwa Dia mengeluarkan setan dari orang-orang yang kerasukan itu dengan "jari δάκτυλος
[daktulos] Allah”.
Lho kenapa kok kata itu beda dengan yang di Keluaran 31:18?
Karena yang di Keluaran 31:18 itu dalam bahasa Ibrani, dan “jari” dalam bahasa
Ibrani ialah אֶצְבַּע ['etsba‛]. Sedangkan
yang di Lukas 11:20 itu dalam bahasa Greeka, dan “jari” dalam bahasa Greeka
ialah δάκτυλος [daktulos], tapi keduanya sama-sama bicara
tentang “jari Allah”.
Sekarang mari kita lihat ayat
yang sama yang ditulis oleh Matius. Sedikit berbeda dengan bahasa yang dipakai
Lukas. Inilah mengapa Roh Kudus sampai mengilhami tiga rasul yang berbeda untuk
menulis Injil Matius-Markus-Lukas, yang dikenal dengan sebutan Injil Sinoptik.
Karena dengan kata-kata yang berbeda, dengan cara menulis yang berbeda, ketiga
Injil ini saling melengkapi gambaran yang diberikan di dalam setiap kitab Injil
itu.
Matius 12:28
Tetapi jika Aku mengeluarkan
setan oleh Roh Allah, maka Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.
Di sini Matius tidak memakai kata “jari Allah” melainkan “Roh πνεῦμα [pneuma] Allah”, kata yang dipakai untuk “Roh Kudus” juga.
Maka jika kita menggabungkan Lukas
11:20 dengan Matius 12:28, kita mendapatkan jawabannya bahwa “jari Allah” itu artinya “Roh Allah”, atau “Roh Kudus”.
Lihat, Alkitab selalu memberikan jawabannya sendiri, jika kita telaten mencari,
jika kita bertanya kepada Tuhan, Tuhan akan menunjukkan di mana kita bisa
menemukan jawaban itu di dalam Alkitab sendiri.
Jadi jelas ya, “jari Allah”
adalah “Roh Kudus”.
Dengan demikian Keluaran 31:18 itu
mengatakan bahwa “di gunung Sinai, Dia (Tuhan Yesus)
memberikan kepada Musa dua loh Kesaksian, loh-loh
batu, yang ditulis oleh jari אֶצְבַּע ['etsba‛] Allah”, yaitu
Roh Kudus.
Nah, ingat
saja, Roh Kudus selalu
Pribadi Ilahi yang terlibat dalam hal pesan tertulis kepada manusia.
Seluruh Alkitab itu ditulis para nabi dan rasul di bawah inspirasi dan tuntunan
Roh Kudus.
Sekarang, Allah
yang berbicara kepada Musa di G. Sinai, yang menyerahkan kepada Musa kedua loh batu yang bertuliskan ke-10 Perintah Allah
itu adalah Allah Anak, Pribadi Ilahi yang kedua,
yang ketika berinkarnasi kita mengenalNya dengan sebutan Yesus
Kristus.
Banyak orang
Kristen yang menyangka yang berbicara dari atas G. Sinai itu Allah Bapa. Orang
Kristen beranggapan bahwa Allah Bapa itu keras, suka menghukum, tidak berbelas
kasihan, sedangkan Yesus itu mempraktekkan kasih, karena itu 10 Hukum yang
diberikan Allah Bapa sudah dibatalkan oleh Yesus, dan orang Kristen tidak usah
mematuhi Hukum itu lagi. Tapi pemikiran ini salah, karena yang berbicara kepada
Musa dari atas G. Sinai, yang menyerahkan kepada Musa dua loh batu kesaksian
yang berisikan ke10 Hukum adalah Yesus juga, Allah Anak. Di atas G. Sinai itu dua Pribadi
Keallahan langsung terlibat, Roh Kudus yang menulis HukumNya, dan Allah Anak
(Yesus) yang mengucapkannya dan berbicara dengan Musa.
Mari kita cari
dari ayat-ayat di Alkitab buktinya siapa “Tuhan” yang memimpin bangsa Israel
keluar dari Mesir, siapa Tiang Awan dan Tiang Apinya, siapa yang bicara dengan
Musa dari atas G. Sinai, apakah itu Allah Bapa seperti perkiraan banyak orang
Kristen, atau itu Allah Anak.
Keluaran 13:21
21 Dan TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari
dalam tiang awan untuk menuntun mereka di
jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan
malam.
Ayat ini mengatakan “TUHAN” yang berjalan bersama
bangsa Israel dalam bentuk Tiang Awan dan Tiang Api. Tuhan Pribadi
yang mana? Itu terjawab di ayat di bawah ini.
Keluaran 14:19-20
19 Dan Malaikat Allah, yang tadinya berjalan di depan perkemahan
Israel, pindah, dan pergi ke belakang
mereka, dan tiang awan itu pergi dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka. 20
Demikianlah tiang itu berdiri di antara perkemahan
orang Mesir dan perkemahan orang Israel. Dengan demikian, itu adalah awan
dan kegelapan bagi yang satu, dan dia memberikan terang pada malam itu kepada
yang lain sehingga yang satu tidak dapat mendekati yang lain,
semalam-malaman itu.
Ayat ini
mengatakan “Malaikat Allah” yang berjalan bersama bangsa Israel
dalam bentuk tiang awan.
Maka kesimpulannya “Malaikat Allah”
di Keluaran 14:19-20 adalah “Tuhan” di Keluaran 13:21.
Berarti
“Malaikat Tuhan” atau
“Malaikat Allah” selalu adalah Allah Anak (Yesus), tidak pernah Allah Bapa. Kata “malaikat” artinya “utusan”,
dan yang selalu menjadi utusan Bapa ialah Allah Anak, Bapa jelas tidak mengutus DiriNya sendiri.
Maka
kalau kita lihat di Alkitab, “Malaikat Allah” yang berbicara kepada Hagar
(Kejadian 16:9-11), yang bicara kepada Abraham minta dia mengurbankan Ishak
anaknya (Kejadian 22:15), yang berbicara kepada Musa di semak yang menyala
(Keluaran 3:2), itu semuanya adalah Allah Anak, Pribadi Ilahi kedua, atau yang
kita kenal dengan nama manusiaNya, Yesus Kristus. Begitu pula di G. Sinai, itu adalah Allah
Anak, Yesus Kristus.
Sekarang kita periksa dari Perjanjian
Baru apakah benar yang memberikan 10 Hukum kepada Musa adalah Allah Anak dan
bukan Allah Bapa.
Kisah 7:38
Inilah dia (Musa) yang di gereja di padang gurun bersama Malaikat yang berfirman kepadanya di gunung Sinai, dan bersama nenek moyang
kita; yang menerima wahyu-wahyu yang hidup untuk
disampaikan kepada kita.
Ayat ini adalah bagian dari khotbah
panjang dan terakhir Stefanus kepada bangsa Yahudi sebelum dia mati dirajam. Dan di sini Stefanus berkata bahwa yang
bersama Musa di G. Sinai itu “Malaikat Tuhan”. Nah kita sudah tahu dari
ayat-ayat sebelumnya bahwa “Malaikat Tuhan” adalah “Allah Anak”. Berarti jelas Allah Anak yang memberikan
Kesepuluh Hukum atau 10 Perintah Allah kepada Musa di G. Sinai. Jadi
bukan Allah Bapa.
Jadi sudah
jelas ya bahwa Kesepuluh Hukum atau 10 Perintah
Allah itu diberikan oleh Tuhan Yesus kepada manusia. Jadi jangan
dilanggar. Itu datang dari Juruselamat dan Penebus kita. Kalau kita sengaja
melanggarnya, menganggapnya tidak berlaku lagi, tidak mengikat lagi, kita
menghina Juruselamat dan Penebus kita. Jika kita menghina Juruselamat dan
Penebus kita, apa kita masih layak diselamatkan?
Kebanyakan orang Kristen
sebetulnya tidak semena-mena melanggar seluruh 10 Hukum. Rata-rata mereka
berusaha memelihara 8 dari 10 Perintah
Allah itu. Mereka tidak mencuri, tidak berzinah, tidak membunuh, tidak berdusta,
paling tidak menurut standar ukuran mereka. Tapi ada sebagian yang
melanggar Perintah kedua, yaitu larangan membuat patung atau
keserupaan dengan apa pun untuk tujuan disembah, dan nyaris semua
melanggar Perintah keempat, yaitu perintah untuk memelihara Sabat
hari ketujuh.
Celakanya Alkitab berkata, kalau
kita melanggar satu, itu sama dengan kita melanggar semuanya.
Yakobus 2:10-11
10 Sebab barangsiapa yang menuruti seluruh Hukum itu, tetapi melanggar dalam satu hal darinya, ia bersalah
terhadap seluruhnya.11 Sebab Ia yang mengatakan, ‘Jangan berzinah’, mengatakan juga
‘Jangan membunuh’. Jadi jika kamu tidak berzinah tetapi membunuh, maka kamu
menjadi pelanggar Hukum.
Niatnya hanya melanggar satu, tapi dengan melanggar satu
itu sama dengan melanggar semuanya. Mengapa begitu? Karena yang membuat Hukum itu
Allah yang sama. Yang membuat hukum “Jangan berzinah” adalah Allah yang membuat
hukum “Jangan membunuh”. Jadi perintah mana pun yang kita
langgar, kita melanggar Allah yang sama, autoritas yang sama, yaitu
Allah yang memberikan 10 Hukum kepada manusia. Bisa dipahami?
Sekarang kita kembali ke topik mengapa ada yang mengubah Hukum
Allah. Mengapa? Ya dengan mengubah Hukum itu, yang mengubah
berharap manusia tersesat, manusia tidak tahu HukumNya sudah diubah, sehingga
manusia tidak merasa melanggar Hukum Tuhan. Ngeri, bukan? Berarti tujuan pihak yang mengubah Hukum Allah itu jahat, karena tujuannya
adalah menjerumuskan manusia ke dalam dosa.
Hukum mana yang telah diubah
manusia? Ada dua dari 10 Hukum Tuhan:
1. Hukum kedua, Keluaran
20:4-6
4 Jangan engkau membuat bagimu patung pahatan apa pun, atau keserupaan dari apa pun yang ada di langit di
atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
5 Jangan engkau sujud
menyembah kepada mereka,
atau melayani mereka; sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan dosa bapak-bapak ke atas anak-anak, hingga ke
keturunan yang ketiga dan keempat dari mereka
yang membenci Aku, 6 Dan menunjukkan
rahmat kepada beribu-ribu dari mereka yang mengasihi Aku dan yang
berpegang pada Perintah-perintah-Ku.
Hukum ini dilenyapkan dari ajaran
tertentu, sehingga umatnya terbiasa berdoa kepada patung atau gambar, mencium
kaki patung, membakar lilin untuk patung/gambar, dan sejenisnya. Patung-patung
yang dianggap suci itu juga kadang diarak pada perayaan-perayaan tertentu.
Lebih parah lagi, patung-patung atau gambar-gambar itu adalah keserupaan dari
orang-orang yang sudah mati, yang dianggap kudus. Ini sama saja dengan
menyembah berhala. Maka mereka yang melanggar Perintah kedua ini,
automatis juga melanggar Perintah pertama (menyembah yang lain di luar Allah).
2. Hukum keempat,
Keluaran 20:8-11
8 Ingatlah hari Sabat, peliharalah
kekudusannya, 9 enam hari lamanya engkau harus
bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,
10 tetapi hari ketujuh adalah hari
Sabat TUHAN, Allahmu; maka pada hari itu jangan melakukan sesuatu
pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu
laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat
kediamanmu. 11 Sebab dalam enam
hari TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan telah berhenti bekerja
pada hari ketujuh. Itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat
dan menguduskannya.
Ini
tidak dihapus tapi diganti. Sabat hari ketujuh diganti menjadi Sabat hari pertama. Hari pertama adalah hari Minggu.
Dan nyaris seluruh dunia Kristen memelihara hari Minggu, bukan hari ketujuh.
Mari kita pelajari sedikit tentang
perubahan ini.
Manusia pertama yang
mengeluarkan undang-undang mengubah Hukum di atas ini adalah Kaisar
Constantine dari Roma pada 7 Maret 312AD, sekitar 300 tahun atau 3
abad setelah zaman Kristus dan para rasul. Bunyi undang-undang itu (dikutip
sebagian):
“On the venerable
day of the Sun, let the magistrates and people
residing in cities rest, and let all workshops be closed.”[Codex Justinianus
lib. 3, tit. 12, 3 – History of the Christian Church vol. 3 Philip Schaff]
Terjemahannya: “Pada hari
Matahari yang dihormati, hendaknya semua pejabat dan rakyat yang tinggal
di kota-kota, berhenti bekerja dan semua tempat kerja ditutup.”
Perhatikan bagaimana Constantine
menyebut hari Minggu itu “the venerable day of the Sun”= hari Matahari yang
dihormati. Ini saja sudah jelas
bagi kita bahwa hari Minggu itu ASLINYA dipakai untuk MENYEMBAH
MATAHARI,
karena itu hingga zaman ini dalam banyak bahasa, hari Minggu itu namanya SUN-day,
ZON-dag,
SON-tag,
untuk mengingatnya sebagai hari yang didedikasikan kepada matahari. Tidak
heran, karena Constantine tadinya adalah seorang penyembah matahari (penyembah
berhala).
Jadi, hari
perhentian yang dipilih oleh Tuhan, yang telah disucikan oleh Tuhan dan
diberkati khusus oleh Tuhan yang adalah HARI KETUJUH, diganti oleh manusia
Constantine menjadi HARI PERTAMA atau HARI MATAHARI.
Perhatikan Constantine sama sekali tidak menyebut
bahwa dia memilih hari pertama (hari Minggu) itu karena Yesus bangkit pada hari
Minggu!! Dia dengan jelas menyebutnya itu adalah “hari
Matahari yang dihormati”. Berarti,
walaupun Constantine mengaku sudah masuk Kristen, tetapi sesungguhnya dia masih
menyembah matahari, dan dia membuat undang-undang agar semua orang Kristen yang
berada di negara jajahan Roma, ikut menyembah “Tuhan” pada hari yang telah
didedidkasikan untuk menyembah matahari!!! Apakah ini bukan pekerjaan Setan
untuk menjerumuskan manusia?
Mengapa Tuhan mengizinkan hal
ini terjadi? Apakah Tuhan setuju dengan perbuatan Constantine ini?
TIDAK!
Kita lanjutkan dulu apa yang
terjadi setelah gebrakan Constantine ini.
Tuhan memberi
waktu 24 tahun kepada gereja (yang waktu itu gereja satu-satunya adalah gereja Universal
= Katolik) untuk menolak undang-undang Constantine ini dan kembali kepada Hukum TUHAN yang asli. Tetapi
apa yang terjadi? Ternyata gereja Katolik tidak menolak undang-undang tersebut,
dan malah Konsili
Laodekia Kepausan mengesahkan pemindahan hari ibadah kepada Tuhan dari hari
yang ketujuh ke hari yang pertama. Tahun 336AD gereja Katolik mengeluarkan 59
Canon Laws dan no. XXIX bunyinya
(dikutip sebagian):
“Christians
must not judaize by resting on the Sabbath, but mut work on that day, rather
honouring the Lord’s Day, and if they can, resting then as Christians. ...”
[Percival]
Terjemahan: “Orang Kristen
tidak boleh mempraktekkan yudaisme dengan berhenti bekerja pada hari Sabat,
tetapi harus bekerja pada hari itu, dan sebaliknya menghormati Hari Tuhan
(maksudnya Hari Minggu), dan jika bisa, berhenti
bekerja pada hari itu sebagai orang-orang Kristen.....”
Di sini hari
Minggu tidak lagi disebut “hari matahari yang dihormati”, tetapi sudah disulap
dengan sebutan “Hari Tuhan”.
Padahal, di seluruh Alkitab tidak pernah hari yang pertama (Minggu/Ahad) itu
disebut “hari Tuhan”, karena hari yang dipilih Sendiri oleh Tuhan adalah HARI
YANG KETUJUH, bukan hari yang pertama.
Bahkan Yesus atau murid-muridNya
pun tidak ada yang menyebut hari pertama itu “hari Tuhan”, tetapi tetap
menyebutnya “hari yang pertama”. Periksalah sendiri di Alkitab.
“Hari Tuhan” dari
saat penciptaan dunia hingga selamanya adalah HARI YANG KETUJUH.
Markus 2:27-28
27 Dan Yesus berkata kepada mereka, ‘Hari Sabat diadakan untuk
manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, 28
jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.’
Kalau Yesus adalah Tuhan (Lord)
Hari Sabat, berarti hari Sabat itu kepunyaanNya, bukan? Jadi hari Sabat itu yang tepat disebut “Hari Tuhan”, karena Tuhan
yang memiliki hari itu.
Yesus tidak pernah
berkata bahwa
Dia adalah Tuhan
atas hari Minggu!
Dan tuduhan gereja Katolik bahwa
orang-orang yang berhenti bekerja pada hari Sabat itu mempraktekkan yudaisme (=
agama orang Yahudi) adalah tidak benar, karena Sabat HARI
KETUJUH itu sudah diciptakan Tuhan sejak penciptaan dunia, ketika belum ada
orang Yahudi, dan yang ada hanya nenek-moyang manusia, yaitu Adam dan Hawa di
taman Eden.
Kejadian 2:2-3
2 Dan pada hari ketujuh Allah telah mengakhiri pekerjaanNya yang telah dibuatNya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh dari segala
pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. 3 Lalu
Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena di hari itu Ia telah
berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.
Tahukah Tuhan bahwa pada suatu
hari HukumNya akan diubah oleh manusia? SANGAT TAHU! Tuhan itu Mahatahu!
Dan untuk menyatakan
kemahatahuanNya itu, Dia sudah menyuruh nabinya menuliskan tentang perubahan
ini sekitar 900 tahun sebelum itu terjadi! Nabi yang menulis
nubuatanNya itu adalah Daniel.
Kita baca di Daniel 7:23-25
7:23 Demikianlah katanya, ‘Binatang yang keempat ialah kerajaan yang keempat yang akan ada
di bumi, yang akan berbeda dari semua kerajaan, dan akan melahap habis seluruh bumi, dan akan menginjak-injaknya dan meremukkannya berkeping-keping.
7:24 Dan kesepuluh tanduk yang muncul dari
kerajaan ini ialah sepuluh raja yang akan
bangkit. Dan sesudah mereka akan muncul raja yang lain; dan dia
akan berbeda dari yang pertama, dan dia akan menaklukkan tiga raja.
7:25 Dan ia akan mengucapkan kata-kata besar (sombong) menentang Yang Mahatinggi, dan akan mempersekusi orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi, dan akan berniat (berpikir) untuk mengubah waktu-waktu
dan hukum-hukum, dan mereka (orang-orang
kudus) akan diserahkan ke dalam tangannya selama satu masa, masa-masa (=
dua masa), dan setengah masa.
Karena kita hanya membahas soal Hukum TUHAN yang diubah ini, kita tidak membahas hal-hal lain yang tertulis dalam nubuatan Daniel ini. Ada pembahasannya sendiri mengenai semua Nubuatan Daniel di blog ini juga. Carilah yang berjudul Nubuatan Daniel, ada beberapa pasal.
Sekarang, MENGAPA ALLAH MENGIZINKAN HUKUMNYA DIUBAH OLEH MANUSIA?
Jawabannya sama mengapa Tuhan
tidak segera membinasakan Iblis/Setan pada waktu Lucifer memberontak di Surga.
Mengapa Tuhan masih mengizinkan Setan berkiprah selama ribuan tahun di dunia
ini menyesatkan manusia?
Setan sudah pasti akan
dibinasakan, tetapi jika Tuhan segera menumpas Lucifer begitu dia memberontak,
maka Dia akan menimbulkan ketakutan di antara malaikat-malaikat yang lain,
sehingga malaikat-malaikat itu tidak lagi menyembah Tuhan karena rasa cinta
tetapi mereka hanya menyembah Tuhan karena rasa takut kepada Tuhan yang
dianggap kejam. Karena itulah Tuhan memberikan waktu kepada Setan untuk membuktikan
kejahatannya. Jika suatu tanaman baru
muncul lembaganya, tidak ada yang tahu apakah itu tanaman yang baik atau buruk.
Tetapi jika lembaga itu dibiarkan tumbuh menjadi besar, maka kita bisa melihat
onak dan duri yang keluar darinya. Demikian pulalah suatu hari jika dosa-dosa
Setan telah mentok mencapai jatahnya, Allah akan membinasakannya.
Wahyu 18:5
Sebab dosa-dosanya telah mencapai ke langit, dan Allah telah mengingat segala kejahatannya.
Mengapa Tuhan memberikan
kesempatan kepada Setan untuk menyesatkan manusia dengan mengubah Hukum ALLAH?
Karena sebenarnya, HANYA MANUSIA YANG MAU
DISESATKAN, YANG BISA DISESATKAN OLEH SETAN. Jika kita memilih
untuk tidak mau disesatkan oleh Setan, jika kita memilih untuk berpihak kepada
Tuhan, jika kita selalu mohon perlindungan Tuhan, maka Setan tidak bisa
menyesatkan kita. Kalaupun untuk suatu waktu kita sempat tersesat karena
ketidaktahuan kita, karena kelemahan daging kita, jika kita memilih untuk
KEMBALI KEPADA TUHAN, Tuhan akan memampukan kita
menemukan jalan kembali itu.
Tuhan mau manusia benar-benar
mencariNya karena mencintaiNya. Tuhan mau cinta itu adalah pilihan kita
sendiri, bukan sesuatu yang automatis kita jalani karena sudah tersedia jalan
itu di hadapan kita. MEMILIH UNTUK PATUH KEPADA TUHAN DAN SEMUA HUKUMNYA ADALAH
BUKTI CINTA KITA KEPADANYA.
Tuhan mau kita MEMILIH UNTUK PATUH PADANYA, bukan
terpaksa karena tidak ada pilihan. Itu harus pilihan kita. Kalau
tidak ada pilihan, dan semua itu hanya keharusan, maka kepatuhan kita tidak ada
artinya. Sebagaimana Dia memberikan kebebasan kepada Adam dan Hawa untuk
memilih patuh padaNya atau tidak, demikian pula kita hari ini diberi kesempatan
untuk membuat pilihan kita sendiri.
Tuhan memang memberi Setan
kesempatan untuk menyesatkan manusia, tapi Tuhan juga berulang-ulang
memberi bantuan peringatan kepada kita supaya kita sadar mana yang benar dan
mana yang salah. Terserah pilihan kita sendiri, mau percaya tipuan
Setan, atau mau percaya Firman Tuhan.
Jika kita memilih percaya
kebohongan Setan, dijamin Setan akan mengadakan segala macam mujizat untuk
mendukung pilihan kita itu. Jangan menyangka Setan tidak bisa mengadakan mujizat!
Yesus sendiri telah mengingatkan:
Matius 24:24
Sebab mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu
akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda dan
mujizat-mujizat besar untuk menyesatkan sekiranya mungkin, bahkan
orang-orang pilihan.
Siapa kira-kira yang ada di balik para
mesias palsu dan nabi palsu? Ya jelas Lucifer! Dialah penipu dan pendusta
ulung.
Karena itu, HANYA ALKITAB-LAH
PERISAI KITA. Firman Tuhan itulah yang akan menunjukkan kepada kita
mana yang benar dan mana yang salah. Itulah sebabnya sangat penting
mempelajari Alkitab. Baca dan pelajarilah sendiri, jangan percaya omongan
orang-orang. Minta Tuhan memberi hikmat dan pengertian.
Tidak ada satu pun manusia yang berhak
mengubah Hukum ALLAH. Jika kita patuh pada hukum manusia yang bertentangan
dengan Hukum ALLAH, apakah ALLAH AKAN BERKENAN?
Apakah ibadah kita itu diterima Allah? Lebih baik kita kembali
kepada Hukum Allah yang asli, yang memang diberikan oleh Allah sendiri, sebelum
itu diubah-ubah oleh manusia supaya jangan kita mendapat hukuman yang serupa
dengan Lucifer karena telah memberontak terhadap Allah.
Ingatlah kisah Kain dan Habel,
bagaimana kurban Kain ditolak oleh Tuhan karena Kain tidak melakukannya sesuai
ketentuan Tuhan melainkan sesuai kehendak/pemikirannya sendiri.
3 Juni 13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar