Selasa, 02 April 2013

ALKITAB MENJAWAB TENTANG SABAT HARI KETUJUH BAGIAN PERTAMA

Bagian pertama


Kita  bertanya
      Alkitab  menjawab – 1


 HARI  MINGGU  B U K A N   HARI TUHAN 

Selama 17 abad lebih, sejak abad ke-4 Masehi, orang Kristen menganggap Hari Minggu adalah hari Tuhan. Padahal sesungguhnya tidak demikian. Sejak zaman Adam hingga Yesus, sejak Kitab Kejadian hingga Kitab Wahyu, hari yang dipilih Tuhan sebagai hari-Nya, adalah hari yang ketujuh, yang perhitungannya dimulai saat matahari terbenam hari keenam (Jumat) dan berakhir pada saat matahari terbenam hari ketujuh (Sabtu), atau menurut perhitungan modern untuk Indonesia dimulai sekitar pukul 18:00 Jumat dan berlangsung hingga 18:00 Sabtu tergantung daerahnya.

 


1. KAPAN IBADAH HARI MINGGU ITU DIMULAI?

Menurut sejarah, sekitar tahun 120 AD, permusuhan terhadap paham dan praktek Yudaisme dari bangsa Romawi yang berkuasa saat itu, menjadi semakin parah. Pada tahun 132-135AD Kaisar Roma Hadrian menangkap semua orang Yahudi dan memulangkan mereka ke Palestina. Maka untuk mengelakkan diri dari penangkapan dan penyiksaan,  orang-orang Kristen di Roma dan Alexandria yang lemah imannya, tidak berani melanjutkan ibadah pada hari Sabat – yang di mata bangsa Romawi termasuk praktek Yudaisme. Agar mereka bisa tetap beribadah, mereka lalu beribadah pada hari pertama dalam minggu tersebut, supaya sama dengan yang dilakukan orang-orang Roma yang menyembah dewa matahari pada hari yang pertama juga.

 

Pada tahun 312AD Kaisar Constantine dari Roma mengaku menjadi Kristen. Maka pada tanggal 7 Maret 321AD, keluarlah Sunday Law-nya yang pertama:

On the venerable Day of the Sun let the magistrates and people residing in cities rest, and let all workshops be closed. In the country, however, persons engaged in agriculture may freely and lawfully continue their pursuits; because it often happens that another day is not so suitable for grain-sowing or for vine-planting; lest by neglecting the proper moment for such operations the bounty of heaven should be lost.” (Given the 7th day of March, Crispus and Constantine being consuls each of them for the second time [A.D. 321].)” Source: Codex Justinianus, lib. 3, tit. 12, 3; trans. in Philip Schaff, History of the Christian Church, Vol.3 (5th ed.; New York: Scribner, 1902), p.380, note 1.

 

“Pada hari Matahari yang dihormati  semua pejabat dan rakyat yang tinggal di kota-kota, harus berhenti bekerja, dan semua tempat kerja ditutup. Namun, di pedesaan mereka yang mengerjakan agraria, boleh dengan bebas dan sah melanjutkan pekerjaan mereka; karena sering terjadi hari yang lain tidak cocok untuk menabur benih atau untuk menanam; sehingga dengan mengabaikan saat yang tepat untuk tindakan-tindakan tersebut, kemakmuran yang diberikan surga bisa hilang.” [terjemahannya]

 

Note:

Karena sebelum menjadi Kristen, Constantine adalah seorang penyembah dewa matahari, perhatikan pada Sunday Law-nya yang pertama didekritkan tanggal  7 Maret 321AD, dia masih menyebut hari Minggu sebagai  “the venerable Day of the Sun” =  “hari Matahari yang dihormati”. Jadi jelas bahwa hari Minggu yang sampai sekarang namanya masih tetap SUNday (dalam hampir semua bahasa di Eropa), tadinya adalah hari penyembahan kepada dewa matahari.

 

Pada tahun 325AD, Constantine ikut mengepalai Konsili Pertama Nicea. Pada tahun 330AD, Constantine memindahkan ibukotanya dari Roma ke Constantinople [Istambul], sehingga meninggalkan takhta di Roma kosong, yang kemudian diserahkan keturunannya kepada Paus Roma sebagai penerusnya. Dengan semakin kuatnya posisi Kepausan, maka pada tahun 336AD, Konsili di Laodecea mengesahkan perpindahan kesucian hari yang ketujuh ke hari yang pertama. Pada tahun 336AD itulah gereja Katolik mengeluarkan 59 Canon Laws. Dan no.XXIX  mengatakan:

Christians must not judaize by resting on the Sabbath, but must work on that day, rather honouring the Lord's Day; and, if they can, resting then as Christians. But if any shall be found to be judaizers, let them be anathema from Christ.” (Percival Translation).

 

“Orang-orang Kristen tidak boleh mempraktekkan yudaisme dengan berhenti bekerja pada hari sabat, tetapi harus bekerja pada hari itu, sebaliknya menghormati hari Minggu; dan apabila mereka bisa, berhenti pada hari itu sebagai orang-orang Kristen. Tetapi siapa pun yang didapati mempraktekkan yudaisme, biarlah mereka dikucilkan (diekskomunikasi) dari Kristus.”

 

Jadi jelaslah bahwa ibadah pada hari pertama (hari Minggu/hari Matahari=Sunday), baru terjadi jauh  setelah  kematian Yesus Kristus di kayu salib,  sekitar 300 tahun kemudian.

 

Menurut kalian, apakah Tuhan berkenan pengikut-pengikutNya mengalokasikan kepadaNya hari yang dulunya (dari zaman Babilon) dialokasikan kepada penyembahan berhala dewa matahari? Hari yang sampai sekarang masih memakai stempel (cap) “matahari” pada namanya (SUNday, Zondag, Sontag, dll.)? Apakah hal ini tidak membuat Tuhan murka? Padahal Tuhan sudah lebih dulu (sejak penciptaan dunia) menentukan memilih hari ketujuh sebagai hari milikNya!

 



2.  DI MANAKAH DISEBUT HARI KETUJUH
     ITU MILIK TUHAN? 

Keluaran 20:8-11

8 Ingatlah hari Sabat, peliharalah kekudusannya.  9 enam hari lamanya engkau harus bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, 10 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka pada hari itu jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. 11Sebab dalam enam hari TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan telah berhenti bekerja pada hari ketujuh. Itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.

Yesaya 58:13-14

13 Apabila kamu tidak menginjak-injak hari Sabat, dengan tidak melakukan kesenangan kamu sendiri pada hari kudus-Ku dan menyebut Sabat suatu yang menyenangkan’, hari kudus TUHAN, yang dihormati; dan akan menghormati Dia, dengan tidak melakukan kehendakmu sendiri atau mencari kesenanganmu sendiri, atau mengucapkan kata-katamu sendiri 14 maka kamu akan bersenang-senang dalam TUHAN, dan Aku akan membuat kamu berkendaraan ke tempat-tempat yang tinggi di bumi dan memberi kamu makan dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut Tuhan-lah yang telah mengatakannya.

 

Di seluruh Alkitab, tidak ada satu hari yang lain mana pun yang pernah disebut Tuhan sebagai “hari Sabat TUHAN, hari kudus-Ku; hari yang menyenangkan, hari yang dihormati", hanya hari ketujuh. Hari yang ketujuh sudah diklaim Tuhan sebagai milikNya.

Inilah perkataan Tuhan sendiri yang dicatat oleh nabi-nabiNya.

Di seluruh Alkitab Tuhan tidak pernah menyuruh umatNya untuk mengganti hariNya (hari yang ke-7) ke hari yang lain. Walaupun Yesus Kristus bangkit pada hari pertama, Dia tidak pernah mengatakan “Mulai sekarang kalian bersabat pada hari yang pertama.” Tidak pernah ada ayat itu. Bahkan murid-muridNya pun saat mengabarkan injil ke mana-mana (nanti akan kita lihat), juga tidak pernah menulis bahwa mereka tidak lagi bersabat pada hari ketujuh melainkan pada hari pertama. Tidak ada itu! Dan memang itu tidak pernah terjadi. Bahkan dari surat-surat Paulus kita tahu dia selalu mengajar tentang kebenaran Tuhan pada hari ke-7.

 


3. ATAS AUTORITAS SIAPA TERJADI PERUBAHAN HINGGA ORANG KRISTEN BERSABAT PADA HARI PERTAMA?

Gereja katolik sendiri (satu-satunya gereja pada masa itu) dalam buku mereka The Converts Catechism of Catholic Doctrine, hal 50,  mengakui bahwa :

“We  observe Sunday instead of Saturday because the Catholic Church in the Council of Laodicea (AD 336) transferred the solemnity from Saturday to Sunday.”

 

[terj. “Kita memelihara hari Minggu sebagai ganti hari Sabtu karena Gereja Katolik di Konsili Laodekia (AD 336) telah memindahkan kesucian dari hari Sabtu ke hari Minggu.”]

 

Dari  Roman Catechism  cetakan ke-5 th 1976,  terjemahan bahasa Inggris oleh pastor J. Donovan, D.D. Domestic Prelate kepada Yang Mulia Gregory XVI, tertulis:

“It pleased the church of God, that the religious celebration of the Sabbath day should be transferred to ‘The Lord’s Day’(Sunday); for as on that day light first shone  on the world; so by the resurrection of our Redeemer on that day, who opened to us the gate to life eternal, our life was recalled out of darkness into light; whence also the Apostles would have it named ‘the Lord’s day.’ We also observe in the Sacred Scriptures that this day was held sacred because on that day the creation of the world commenced, and the Holy Ghost was given to the apostles.”

 

[terj. “Atas kebijaksanaan Gereja Allah (maksudnya gereja Katolik) maka perayaan relijius hari Sabat harus dipindahkan ke ‘Hari Tuhan’ (Minggu), karena sebagaimana pada hari itu terang pertama menyinari bumi, demikian juga melalui kebangkitan Penebus kita pada hari tersebut yang telah membuka bagi kita gerbang ke kehidupan kekal, hidup kita dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang; maka demikian pulalah para Rasul menamakannya ‘Hari Tuhan’ (~ mereka menganggap yang disebut ‘Hari Tuhan’ di Alkitab itu hari Minggu, padahal itu hari Sabat karena Tuhan sendiri bilang, “hari ketujuh itu Sabat Tuhan Allahmu”). Kami juga melihat di Firman Kudus bahwa hari ini dianggap suci karena pada hari itulah penciptaan dunia dimulai dan Roh Kudus dikaruniakan kepada pada Rasul.”

 

Lihat, Allah menentukan hari ketujuh sebagai hari Sabat Tuhan Allah yang kudus (Keluaran 20:8-11 di atas) karena pada hari tersebut Penciptaan sudah SELESAI dan dinilai Allah semuanya baik.

Kejadian 2:2-3

2 Dan pada hari ketujuh Allah telah mengakhiri pekerjaanNya yang telah dibuatNya, dan  Ia berhenti pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. 3 Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena di hari itu Ia telah berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.

 

Jelas alasan Tuhan menetapkan hari ketujuh sebagai milikNya ialah KARENA PENCIPTAAN SELESAI, dan Tuhan menjadikan itu hari perhentianNya. Bukan karena alasan lain.

Tetapi konsili manusia memutuskan atas wewenangnya sendiri bahwa hari penciptaan dimulai, hari Yesus bangkit, hari Pentakosta, itu lebih cocok menjadi hari perhentian Tuhan, karena mereka menyebut hari Minggu itu hari Sabat (padahal “Sabat artinya berhenti bekerja). Lha Tuhan sudah terlanjur berhenti pada hari ketujuh saat Penciptaan, apa itu bisa dipindah ke hari lain, kan itu sudah terjadi? Jadi sudah pasti tidak masuk akal Tuhan memindahkan hari perhentianNya ke hari lain, karena yang dijadikan dasar hari perhentian itu ialah karena Tuhan yang berhenti bekerja pada hari itu, dan hari di mana Tuhan benar-benar berhenti itu sudah terjadi, tidak bisa diganti hari lain.

 

Lalu mengapa konsili manusia berani mengganti ketentuan Tuhan? Andai Tuhan memang mau menggantinya (yang mustahil karena Tuhan sudah terlanjur berhenti pada hari ketujuh), Dia bisa melakukannya sendiri, karena setelah Yesus kembali ke Surga, murid-muridNya masih hidup dan menginjil. Mengapa mereka tidak ada yang disuruh Tuhan menulis bahwa kekudusan hari ketujuh sebagai hari perhentian itu dipindahkan ke hari lain menurut hari Yesus bangkit atau menurut hari Pentakosta? Mengapa harus nunggu 300 tahun lagi sampai seorang kaisar Roma penyembah berhala dan Konsili gereja yang memindahkan hari Sabat?

 

Jadi, gereja Katolik-lah ATAS AUTORITASNYA SENDIRI  yang mengubah hari yang disucikan Tuhan, dari hari ketujuh ke hari penyembahan dewa matahari!

Lalu bagaimana? Apakah kita seharusnya menurut perintah Tuhan yang diwariskan kepada kita melalui Alkitab, atau kita memilih untuk melanggar perintah Tuhan dan mengikuti perintah manusia dan menyucikan hari yang didedikasikan kepada dewa matahari?

 

Sabat artinya berhenti bekerja, “rest”, beristirahat, libur dari semua pekerjaan duniawi. Hari ketujuh itu dijadikan hari Sabat (hari perhentian) Tuhan, karena pada hari itu Tuhan berhenti dari pekerjaanNya. Lalu kalau diganti ke hari pertama hari Minggu, Tuhan mana yang berhenti dari bekerja pada hari pertama? Justru di Alkitab hari pertama itu hari melakukan pekerjaan: Yesus bangkit, Roh Kudus dicurahkan (Pentakosta), Allah mulai mencipta. Itu semua kan melakukan pekerjaan, tidak ada yang beristirahat atau berhenti bekerja. Hari pertama tidak bisa mewakili perhentian Tuhan karena justru Tuhan tidak berhenti/rest/berSabat pada hari pertama.

 

Tapi Roma yang pada waktu itu menguasai bagian terbesar dunia, punya akal cemerlang. Dijadikanlah hari pertama (hari Minggu) sebagai hari libur kerja di seluruh jajahannya. Sekarang hari Minggu mau tidak mau dianggap mewakili hari perhentian di seluruh dunia, menurut penetapan manusia. Tapi pelajar Alkitab yang teliti akan melihat bahwa penetapan hari pertama (hari Minggu) sebagai hari perhentian itu dibuat oleh manusia, tanpa ada dasar spiritual yang historis, tidak terkait perhentian Tuhan. Oke-oke saja kalau dunia sekuler mau libur pada hari Minggu atau hari mana pun; tapi kalau untuk ibadah kepada Tuhan, untuk masuk ke perhentian Tuhan, ya tidak bisa sembarang hari, karena Tuhan berhentinya pada hari ketujuh, jadi kalau mau masuk perhentian Tuhan ya harus hari ketujuh, dan itulah yang sudah ditetapkan Tuhan sejak awal mula ketika dunia baru berumur 7 hari, untuk dilakukan oleh manusia turun-temurun.

 


4. MANAKAH HARI YANG KETUJUH ITU? 


Hari ke-7 itu hari Sabtu! Tidak ada bedanya dalam hitungan mingguan antara kalender Yahudi dengan kalender Masehi, karena sama-sama 1 minggu terdiri atas 7 hari.  Dan hari yang ke-7 itu adalah hari Sabtu.  Kita lihat dari nama hari ke-7 pelbagai bahasa, misalnya: 

  

ü  Bahasa Latin (Itali)       Sabbatum    

ü  Bahasa Spanyol            Sabado

ü  Bahasa Portugal           Sabbado

ü  Bahasa Itali                 Sabbato

ü  Bahasa Indonesia         Sabtu

ü  Bahasa Perancis           Samedi

ü  Bahasa Jerman            Samstag

ü  Bahasa Rusia               Subbota

ü  Bahasa Polandia          Sobota

ü  Bahasa Latin               dies Saturni

ü  Bahasa Inggris             Saturday


Ada orang yang berkata bahwa hari pertama itu hari Senin, sehingga hari ketujuh itu hari Minggu. Tidak begitu kata Alkitab. Jika ada kalender yang meletakkan hari Senin sebagai hari pertama dalam satu minggu, itu kalender yang salah.

Kita orang Indonesia ini harus bersyukur karena bahasa kita mirip dengan bahasa Ibrani yang asli tertulis di Alkitab. Mari kita lihat di internet tulisan asli Kitab Kejadian pasal 1 dan 2, yang punya Strong’s Dictionary akan mudah mendapatkannya:

 Kejadian 1:5

Dan Allah menamai terang itu Siang, dan gelap dinamaiNya Malam. Dan petang itu dan pagi itu, adalah hari pertama.

 

ü   Kata “pertama” ini tulisan aslinya  אחד  ['echâd].

Dan dalam bahasa Indonesia kita menyebutnya “Ahad”. Ahad itu hari apa? Bagi generasi yang tua-tua tentunya masih ingat bahwa hari Ahad adalah Hari Minggu! Ahad itu artinya yang kesatu, yang pertama.

Selanjutnya jika kita teruskan, maka kita temukan bahwa:

ü   Hari yang “kedua” (Kejadian 1:8) itu tulisan aslinya שׁני  [shê̂y, shay-nee'].

Dan dalam bahasa Indonesia kita menyebutnya “Senin”. Masih mirip, kan?

ü   Hari “ketiga” (Kejadian 1:13) itu tulisan aslinya שׁלישׁי  [shêyshı̂y, shel-ee-shee'].

Dan dalam bahasa Indonesia kita menyebutnya “Selasa”. Mirip kan?

ü   Hari “keempat” (Kejadian 1:19) itu tulisan aslinya רבעי    רביעי  [rêy‛ı̂y  rebi‛ı̂y, reb-ee-ee'].

Dalam bahasa Indonesia kita menyebutnya “Rabu”.

ü   Hari “kelima” (Kejadian 1:23)  itu tulisan aslinya  חמשּׁי    חמישׁי [chămishshı̂y, kham-ish-shee' ].

Jelas kan dalam bahasa Indonesianya apa? “Kamis”.

ü   Hari “keenam” (Kejadian 1:31) tulisan aslinya שׁשּׁי  [shishshı̂y, shish-shee' ].

Nah ini agak beda dalam bahasa Indonesianya, karena bahasa Indonesianya “Jumat” diambil dari bahasa Arab “Jumu’ah” yang artinya hari berkumpul. Zaman dahulu hari Jumat adalah hari pasar, orang-orang datang untuk berjualan bahan pangan, karena besoknya hari ketujuh, orang-orang Yahudi tidak berjualan, tidak ada pasar. Mereka berhenti bekerja.

ü   Hari “ketujuh” (Kejadian 2:3) tulisan aslinya שׁבעי שׁביעי  [shêy‛ı̂y, sheb-ee-ee'].

Bahasa Indonesianya “Sabtu”, tidak salah kan?

Nah, di ayat yang sama dikatakan bahwa Tuhan berhenti bekerja pada hari ketujuh itu, dan kata “berhenti bekerja” itu tulisan aslinya שׁבת  [shâbath] yang kita eja “Sabat”

Maka, tidak bisa diperdebatkan lagi bahwa hari yang ketujuh dalam satu minggu itu jatuhnya pada hari Sabtu, dan bukan pada hari Minggu, atau hari-hari lainnya. Sejak awal penciptaan dunia, hingga kini, siklus 7 hari yang berulang-ulang itu tetap dipelihara oleh Tuhan, sehingga walaupun perhitungan kalender mengalami perubahan, itu sama sekali tidak mempengaruhi siklus 7 hari seminggu yang kekal.

 



5. SELAMAT OLEH KASIH KARUNIA
    BUKAN OLEH PERBUATAN

Efesus 2:8-9

8 Karena oleh kasih karunia kamu diselamatkan melalui iman, dan itu bukan karena usaha kamu, itu adalah pemberian Allah, 9 itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan sampai ada orang yang memegahkan dirinya.

 

Inilah ayat pegangan setiap orang Kristen. SANGAT BENAR!  Tidak ada satu pun perbuatan kita yang bisa menyelamatkan kita. Kita HANYA DISELAMATKAN OLEH KASIH KARUNIA TUHAN, yang kita terima MELALUI IMAN. Keselamatan itu adalah “pemberian Allah” bukan hasil pekerjaan kita. Bahkan iman kita itu pun pemberian Allah, tapi ini adalah pelajaran lain untuk hari lain.

Tetapi janganlah karena kita diselamatkan oleh kasih karunia Tuhan lalu diartikan kita bebas berbuat sesuka hati setelah kita diselamatkan.




6. APAKAH PERBUATAN KITA MEMPENGARUHI STATUS SELAMAT              KITA?

Yakobus 2:26

Sebab seperti tubuh tanpa roh itu mati, demikianlah iman tanpa perbuatan-perbuatan juga mati.

 

Yehezkiel 24:14 

Aku, TUHAN, yang telah mengatakannya. Itu akan terjadi, dan Aku yang akan melaksanakannya. Aku tidak akan mundur, maupun akan menyesali. Menurut  kelakuanmu dan menurut perbuatan-perbuatanmu mereka akan menghakimi engkau, firman Tuhan ALLAH.

 

Pengkhotbah 12:13-14

13 Mari kita dengarkan kesimpulan dari semua ini: takutlah akan Allah dan  peliharalah perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.  14Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke  penghakiman, termasuk setiap hal yang rahasia, entah itu baik, entah itu jahat.

 

Yeremia 17:10

Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, Aku menguji kendali, yaitu untuk memberi setiap orang setimpal dengan tingkah langkunya, dan setimpal dengan hasil perbuatannya.

 

Jelas di sini, Tuhan mengingatkan bahwa perbuatan kita bisa membatalkan status selamat kita. Kesimpulannya:

 

PERBUATAN KITA TIDAK BISA MENYELAMATKAN KITA

TETAPI

PERBUATAN KITA BISA TIDAK MENYELAMATKAN KITA

 




7.  BUKANKAH “SABAT HARI KETUJUH” ITU HUKUM MUSA YANG  SUDAH DIHAPUS YESUS?

BUKAN!

Hukum Sabat hari ke-7 itu adalah Hukum yang ke-4 dari 10 Hukum TUHAN yang ditulis oleh jari Tuhan sendiri pada dua loh batu. Tuhan khusus menulisnya di atas batu, memberikan kesan bahwa itu bersifat permanen. Tulisan di atas batu tidak akan bisa hilang kecuali batunya dipecahkan.

Keluaran 31:18 

Dan setelah TUHAN selesai berbicara dengan dia (Musa) di gunung Sinai, Dia memberikan kepada Musa dua loh Kesaksian, loh-loh batu, yang ditulis oleh jari Allah.

 

Keluaran 32:15 -16

15 Setelah itu berpalinglah Musa, lalu turun dari gunung, dan kedua loh Kesaksian ada di tangannya. Loh-loh itu tertulis pada  kedua sisinya; mereka tertulis pada sisi yang satu dan pada sisi yang lain. 16 Nah, kedua loh itu ialah pekerjaan Allah, dan tulisan itu ialah tulisan Allah ditukik pada loh-loh itu.

 

Untuk membaca seluruh Hukum yang ditulis Tuhan pada kedua loh batu itu, bukalah Keluaran pasal 20. Anda akan mendapatkan Hukum tentang Sabat hari ketujuh ini pada ayat 8-11.

10  Hukum TUHAN ini tidak pernah dihapus oleh Yesus.  Sepanjang sejarah dunia, itulah satu-satunya Hukum yang DITULIS OLEH TUHAN SENDIRI. Sedemikian pentingnya dan sakralnya Hukum ini, Tuhan tidak mempercayakan Musa atau nabi yang lain untuk menulisnya, tetapi TUHAN SANG KHALIK, DIALAH YANG MENULIS SENDIRI! Apakah menurut kalian, Hukum yang begitu diistimewakan Tuhan ini bisa diganti?

Tidak. Justru inilah standar yang dipakai Tuhan untuk menghakimi perbuatan manusia! (lihat pertanyaan no. 6 di atas)

 

Selain 10 Hukum yang ditulis Tuhan, Musa juga disuruh Tuhan menulis hukum-hukum yang diturunkan Tuhan kepadanya ketika dia berada selama 40 hari di atas G. Sinai bersama Tuhan. Ini disebut Taurat Musa, ditulis di gulungan kulit, tidak pada loh batu, dan karena itu sering disebut KITAB Hukum. Sedangkan 10 Hukum TUHAN tidak pernah disebut “Kitab” karena ditulis di loh batu.

Hukum yang digenapi oleh salib Kristus adalah hukum-hukum (Taurat) yang ditulis oleh Musa  yang mengatur tentang hari-hari Sabat Upacara **) yang merupakan antitipe dari pekerjaan penebusan Kristus (misalnya hari raya Passah, hari raya Roti tak Beragi, hari raya Buah Sulung, hari raya Pentakosta, hari raya Nafiri, hari raya Pendamaian, hari raya Pondok Daun). Semua peraturan imamat suku Levi, dan segala peraturan upacara kurban ini berakhir di salib karena  semua peraturan itu merupakan lambang/bayangan dari pekerjaan penebusan Kristus. Ketika Kristus Domba Allah yang sejati berseru “Sudah selesai” di atas salib, persis pada jam domba Passah seharusnya disembelih di Bait Allah (sekitar pukul 3 siang), tirai Bait Allah pun robek menjadi dua, menandakan berakhirnya fungsi Bait Allah sebagai tempat mempersembahkan kurban untuk dosa. Sejak saat itu manusia tidak perlu lagi memakai hewan domba untuk kurban dosa karena Kristus sudah menjadi Kurban bagi dosa kita. Imamat orang Levi sudah digantikan oleh Imamat Yesus Kristus. Itu yang digenapi, artinya kalau sudah digenapi, ya sudah selesai, tidak usah dilakukan lagi!

 

**) HARI SABAT ARTINYA HARI ISTIRAHAT, HARI PERHENTIAN, HARI LIBUR KERJA, istilah kita “tanggal merah”.

Di Alkitab sepanjang tahun kalender Yahudi ada banyak hari Sabat [hari libur kerja], sama dengan kalender kita sekarang, semua hari raya keagamaan adalah hari libur kerja. Hari-hari Sabat (hari libur) itu ada yang jatuh pas hari ketujuh dalam minggu itu, sehingga itu disebut “high Sabbath” atau “Sabat Besar” karena selain itu hari upacara Bait Suci, itu juga hari yang ketujuh, jadi ada dua alasan untuk libur kerja di hari itu. Ini seperti misalnya hari libur kita (17 Agustus) jatuh pas pada hari Minggu, sehingga itu ada dua alasan untuk libur kerja.


Hari libur kerja yang pertama diperkenalkan Tuhan kepada manusia adalah hari ketujuh, ketika Tuhan sudah selesai menciptakan langit dan bumi dan semua isinya, dan Tuhan berhenti dari pekerjaanNya, dan menetapkan hari ketujuh yang pertama-tama itu sebagai hari perhentian. Sejak itu, sepanjang masa, SETIAP HARI YANG KETUJUH, ADALAH HARI LIBUR KERJA menurut ketetapan Tuhan; karena itulah hari ketujuh setiap minggu disebut hari Shabbat  (Hebrew: שַׁבָּת,  Ashkenazi pronunciation:  Shabbos,  Yiddish: שאבּעס

Istilah “Sabat” untuk hari ketujuh ini, kemudian diikuti oleh semua bangsa sehingga hari yang ketujuh dikenal dengan nama Sabbatum [Latin], Sabado [Spanyol], Sabbato [Itali], Sabtu [Indonesia], dll., dengan masih mempertahankan “Sab” nya.

 

Tetapi selain hari yang ketujuh, masih ada hari-hari Sabat [hari libur kerja] lainnya, yang bukan hari ketujuh setiap minggu. Hari-hari ini juga disebut hari-hari Sabat karena SABAT ARTINYA “BERHENTI BEKERJA” BUKAN “HARI KETUJUH”.

Jadi:

HARI KETUJUH PASTI HARI SABAT

Tapi hari Sabat tidak selalu hari ketujuh

 

Maka dalam membaca ayat-ayat di Alkitab, kita perlu teliti, hari libur kerja [hari Sabat] yang mana yang dimaksudkan, karena ada hari Sabat mingguan (hari ketujuh setiap minggu) dan ada hari Sabat upacara. Jadi, jangan lupa:

a)   Hari ketujuh pasti hari Sabat (= hari berhenti bekerja),

bahkan disebut “Hari Sabat Tuhan Allahmu” (Keluaran 20:10).

Sabat hari ketujuh ini yang dimulai dari Eden, ini kekal, valid untuk semua manusia keturunan Adam, dari Eden yang pertama hingga di Eden baru yang nanti akan dipulihkan Tuhan.

b)   Tetapi hari Sabat (= hari berhenti bekerja) upacara

bisa jatuh di hari mana pun dalam minggu itu. Nah, hari-hari Sabat ini yang berkaitan dengan perayaan upacara-upacara Bait Suci, khusus untuk bangsa Yahudi ketika mereka masih umat pilihan Allah. Ini yang semuanya sudah digenapi oleh kematian Yesus di atas salib dan sudah tidak valid lagi setelah salib.

 


  
8. BUKANKAH SABAT HARI KETUJUH ITU HANYA UNTUK ORANG              YAHUDI?

BUKAN!

Kejadian 2:2-3

2 Dan pada hari ketujuh Allah telah mengakhiri pekerjaanNya yang telah dibuatNya, dan  Ia berhenti pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. 3         Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena di hari itu Ia telah berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.

 

Sejak awal penciptaan dunia, begitu seluruh ciptaan sudah selesai dijadikan, Tuhan menetapkan hari Sabat yang pertama. Waktu itu belum ada bangsa Yahudi. Waktu itu hanya ada Adam dan Hawa, nenek-moyang bangsa manusia.

Adam dan Hawa itu bangsa apa? Bangsa Manusia. Yang jelas BUKAN BANGSA YAHUDI SAJA, karena bangsa Yahudi baru ada pada waktu Abraham, ribuan tahun kemudian.

Kalau mau persis, di dalam Adam dan Hawa terdapat benih segala suku bangsa yang kemudian muncul karena merekalah pasangan manusia yang pertama yang menurunkan segala bangsa. Maka bila ketetapan memelihara Sabat Hari Ketujuh itu diberikan Allah kepada pasangan manusia yang pertama, berarti Sabat Hari Ketujuh berlaku juga bagi semua manusia yang menurun dari mereka.

Sabat hari ketujuh adalah Sabat yang tertua, hari libur kerja yang pertama, yang diperkenalkan Tuhan saat Adam baru berusia 1 hari, saat dunia ini baru berusia 7 hari.

 

Apakah Sabat hari ketujuh ini tidak berlaku bagi kita?

Yah, jika kita merasa tidak termasuk bangsa manusia, bukan keturunan Adam dan Hawa, kalau kita memilih untuk mempercayai teori Evolusi bahwa kita ini keturunan monyet, maka Sabat hari ketujuh ini tidak berlaku bagi kita. Kalau kita mengaku kita bukan ciptaan Tuhan tapi hasil produksi monyet, kita tidak perlu menyembah Tuhan, bahkan Tuhan tidak punya peranan dalam hidup kita, kita tidak perlu mengenal agama, kita tidak perlu memelihara Sabat yang semuanya berkaitan dengan Tuhan Allah Sang Pencipta. Kita boleh menyembah monyet karena dia yang menciptakan kita.

   



9. SABAT DIADAKAN UNTUK MANUSIA, BERARTI MANUSIA BOLEH MEMBATALKAN SABAT KALAU MAU?

Markus 2:27-28

27 Dan Yesus berkata kepada mereka, ‘Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat. 28 jadi Anak Manusia adalah juga Tu(h)an atas hari Sabat.’

 

Ini adalah salah satu ayat yang sering dipakai orang Kristen mayoritas untuk mendukung pembelaan bahwa Sabat hari ketujuh sudah tidak mengikat lagi, dengan alasan manusia lebih tinggi derajatnya daripada Sabat Hari Ketujuh, sehingga manusia boleh saja membatalkannya kalau dia mau.

Tapi ini adalah pengertian yang sama sekali keliru. Coba kita baca ayat itu dengan teliti:

 

1. “Hari Sabat (1)diadakan (2)untuk manusia”

ü    Kata “diadakan” 

berasal dari kata dasar “ada” yang artinya “eksis”, “berwujud.” diadakan”  artinya “dijadikan ada”, yang tadinya tidak ada, diciptakan menjadi ada. Jadi Sabat [hari perhentian] hari ketujuh itu dijadikan ada/diciptakan untuk manusia. Siapa yang mengadakan? Siapa yang menciptakan? Ya Tuhan! Berarti ini suatu pemberian dari Tuhan kepada manusia. Apa Tuhan memberi yang jelek kepada manusia? Lihat Yakobus 1:17 di bawah.

Karena yang menciptakannya itu adalah Tuhan, maka manusia tidak boleh mengubahnya sesuka hati. Yang berhak mengubahnya hanyalah Tuhan, tetapi karena Tuhan itu tidak pernah berubah, maka peraturanNya pun tidak berubah.

 

Ibrani 13:8

Yesus Kristus tetap sama, kemarin dan hari ini, dan selama-lamanya.

 

Pengkhotbah 3:14-15

14 Aku tahu bahwa apa pun yang dilakukan Allah itu akan tetap untuk selamanya; tidak ada yang bisa ditambahkan padanya, maupun ada yang diambil darinya; dan Allah berbuat itu supaya manusia takut akan Dia.15 Yang sekarang ada sudah pernah ada, dan yang akan ada sudah ada; dan Allah mencari dari yang lampau.

 

Yakobus 1:17

Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; yang pada-Nya tidak ada perubahan maupun bayangan dari  pertukaran

 

ü    “untuk manusia”

jelas menunjukkan bagi siapa Hari Sabat itu diadakan. Bukan untuk hewan, bukan untuk bangsa Yahudi saja, tetapi “untuk manusia”. Semua yang masuk golongan manusia. Apakah ada dari antara kita yang merasa tidak termasuk golongan manusia? Bagi yang merasa tidak termasuk golongan manusia, maka Hari Sabat itu memang bukan untuk dia.

 

2. “dan bukan manusia untuk hari Sabat.”

Kalimat ini menerangkan bahwa manusia-lah yang membutuhkan Hari Sabat. Hari Sabat tidak membutuhkan manusia! Pada proses penciptaan, Tuhan tidak menciptakan Hari Sabat dulu, baru menciptakan manusia untuk melengkapi hari Sabat. Tetapi justru setelah Tuhan menciptakan manusia, maka Tuhan mengadakan Hari Sabat untuk melengkapi kebutuhan manusia untuk perhentian. Jadi Sabat hari ketujuh itu diciptakan Tuhan  untuk kepentingan manusia. Andai Tuhan tidak menciptakan manusia, Tuhan tidak perlu menciptakan hari Sabat!

Sabat (hari ketujuh) itu dibutuhkan manusia karena setiap hari yang ke-7 kita perlu beristirahat dari segala kesibukan rutin kita, mengistirahatkan mental dan fisik, masuk ke perhentian Tuhan.  Memelihara hari Sabat Tuhan berarti kita mengakui kita hanyalah makhluk ciptaan, dan keberadaan dan kesejahteraan kita bergantung seluruhnya kepada Khalik Pencipta kita, dan pada hari yang khusus adalah milik Sang Pencipta, kita patut datang sujud  menyembah dan mengucap syukur kepada Pencipta dan Penebus kita. Inilah salah satu bentuk ketaatan kita kepada Khalik kita.

 

3. Anak Manusia adalah juga Tu(h)an atas hari Sabat."

Pernahkah ada ayat lain di Alkitab di mana dikatakan Yesus itu Tu(h)an atas hari yang lain? Atas hari pertama, kedua, sampai hari keenam? Tidak ada! Hanya satu ayat ini di mana Yesus mengklaim sebagai Tu(h)an atas hari yang ketujuh! Nah, di ayat ini jelas Yesus yang mengklaim bahwa Dia-lah Tu(h)an atas hari Sabat. Bukan manusia yang menjadi tuan atas hari Sabat, oleh sebab itu manusia  tidak boleh sesuka hatinya mengubah harinya! Tetapi Tuhan Yesus sendiri-lah yang memiliki hari Sabat itu. Dialah Tu(h)an atas hari Sabat.

Sekali lagi di sini jelas, hari Sabat itu bukan punya kita, jadi kita tidak boleh berbuat sesukanya dengan hari itu. Hari Sabat itu kepunyaan Tuhan, yang diberikan kepada kita untuk kita nikmati. Markus 2:28 dengan jelas mengatakan demikian. Begitu juga,

Keluaran 20:10

tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu [berarti bukan hari Sabat orang Yahudi, kan?]; maka pada hari itu jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.

 

Andai Sabat hari ketujuh itu sudah dihapus, bagaimana Yesus bisa berkata Dia-lah Tu(h)an atas hari Sabat? Bagaimana Yesus bisa menjadi Tu(h)an atas sesuatu yang tidak berlaku atau tidak eksis? Nah, jika Sabat Hari Ketujuh diganti Minggu/Ahad hari pertama, berarti bukan Sabat Tuhan yang diberikan manusia (karena Sabat Tuhan itu hari yang ketujuh, Tuhan sendiri berhenti pada hari ketujuh). Kalau kita menerima hari Minggu, maka itu penipuan karena hari Minggu, hari yang pertama hanyalah hari biasa yang memang milik manusia, sudah diberikan Tuhan sejak awal di Eden, itu memang sudah milik kita dari awal untuk hari melakukan pekerjaan. Tuhan berkata enam hari lamanya engkau harus bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka pada hari itu jangan melakukan sesuatu pekerjaan...(Keluaran 20:9-10).

Jadi Sabat Hari Ketujuh itu eksis dan akan terus eksis hingga dunia baru nanti. Yesus bukan Tu(h)an atas sesuatu yang bodong, yang tidak eksis. Ayat ini saja sudah meneguhkan bahwa Sabat hari ketujuh itu TETAP EKSIS! Dan Tu(h)annya adalah Yesus Kristus sendiri, yang menciptakannya.

 

Kesimpulan:

Markus 2:27-28 sama sekali tidak memberi manusia wewenang untuk mengubah hari Sabat. Ayat ini justru meneguhkan, bahwa kita sebagai bangsa manusia diberi Hari Sabat (hari libur/hari perhentian) pada hari ketujuh oleh Tuhan supaya kita pelihara, karena hari yang ketujuh itu milik Tuhan, Yesus-lah Tu(h)an atas hari Sabat. Kalau kita bilang kita mencintai Yesus, tentunya kita menghormati apa yang diklaim sebagai milikNya.

 

  

10. SEPULUH HUKUM KAN SUDAH DIGANTI DENGAN “THE GOLDEN RULES”?

TIDAK!

Matius 22:37-40

37 Yesus berkata kepadanya, ‘Engkau harus mengasihi Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu. (Di Lukas 10:27 ditambahkan “dengan segenap kekuatanmu”.)

 38 Itulah Perintah yang utama dan yang pertama. 39 Dan yang kedua, sama seperti itu: Engkau harus mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.’ 

40 Pada kedua Perintah inilah tergantung seluruh Hukum Taurat dan kitab para nabi.

 

Matius 22:37-39 dikenal dengan sebutan “The Golden Rules” dan sering dijadikan alasan orang Kristen modern untuk mengabaikan 10 Hukum TUHAN. Alasan mereka Sepuluh  Hukum itu sudah diganti dengan dua peraturan ini saja.

Nah, yang benar bukan diganti, teman-temanku yang Kristen, tapi di dalam kedua Golden Rules itu terangkum Sepuluh Hukum.

Yesus membagi ke-10 Hukum itu menjadi 2 kelompok:

1.   yang satu Hukum yang menyangkut hubungan kita dengan Tuhan

Bagaimana menurut Tuhan kita seharusnya mencintai Tuhan dengan seluruh hati, jiwa, akal budi dan kekuatan kita? Apa pedomannya? Apa setiap orang boleh menjabarkannya sesuka hatinya sendiri? Kalau begitu setiap orang bisa punya standar yang berbeda. Tentu saja tidak. Manusia harus mencintai Tuhan sesuai standar Tuhan.

 

2.   yang kedua Hukum yang menyangkut hubungan kita dengan sesama manusia.

Bagaimana menurut Tuhan kita seharusnya mencintai orang lain? Sama, sudah pasti Tuhan tidak akan membiarkan setiap orang menentukan sendiri standarnya, karena setiap manusia punya pendapatnya sendiri.

Jadi supaya semuanya seragam menurut standar Tuhan, Tuhan memberi keterangan dengan berkata: Pada kedua Perintah inilah tergantung seluruh Hukum Taurat dan kitab para nabi." Apa maksudnya?

Artinya, seluruh Hukum Taurat (pada waktu Yesus berkata ini Dia belum disalib, sehingga seluruh Hukum Taurat masih berlaku) dan kitab para nabi (= kitab Perjanjian Lama) tergantung, atau istilah kita sekarang: “attached” kepada kedua Golden Rules itu.

Kalau kita menerima surat atau email dengan tulisan “attached”, apakah yang di-attached-kan itu tidak berlaku atau tidak berarti? Andai tidak berlaku dan tidak berarti, tentu tidak perlu di-attached-kan, bukan? Justru karena di-attached kepada surat itu, berarti itu adalah bagian dari isi surat tersebut, malah faktanya, yang di-attached itulah penjelasan luasnya, sementara suratnya hanya surat pengantar.

Setelah salib, bagian Hukum Taurat yang berkaitan dengan peraturan-peraturan upacara Bait Suci dan perayaan-perayaan tahunan itu yang sudah digenapi Yesus dan tidak perlu dilaksanakan lagi. Tetapi bagian itu berkaitan dengan pekerjaan penebusan Kristus, tidak berkaitan dengan Hukum Moral yang universal yang berlaku bagi semua manusia.

 

Mari kita golongkan kedua Golden Rules tersebut.

Golden Rule yang pertama:

Engkau harus mengasihi Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu. (Di Lukas 10:27 ditambahkan “dengan segenap kekuatanmu”.)

Penjelasan terperincinya terdapat di Keluaran 20:3-11

Perintah 1:      3Jangan engkau punya allah lain di hadapanKu.

Perintah 2:      4Jangan engkau membuat bagimu patung pahatan apa pun, atau keserupaan  dari apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. 5Jangan engkau sujud menyembah kepada mereka, atau melayani mereka; sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang  cemburu, yang membalaskan dosa bapak-bapak ke atas anak-anak, hingga ke keturunan yang ketiga dan keempat dari mereka yang membenci Aku, 6 Dan menunjukkan rahmat kepada beribu-ribu dari mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada Perintah-perintah-Ku.

Perintah 3:      7 Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN tidak akan menganggap orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan, tidak bersalah.

Perintah 4:      8 Ingatlah hari Sabat, peliharalah kekudusannya. 9 enam hari lamanya engkau harus bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,  10 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka pada hari itu jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. 11 Sebab dalam enam hari TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan telah berhenti bekerja pada hari ketujuh. Itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.

 

Beginilah Tuhan minta kita mencintaiNya, yaitu dengan melakukan Hukum ke-1 hingga ke-4 dari 10 HUKUMNya.

 

Golden Rule yang kedua:

Engkau harus mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

 

Penjelasan terperincinya terdapat di Keluaran 20:12-17

Perintah 5:      12 Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.

Perintah 6:      13 Jangan membunuh.

Perintah 7:      14 Jangan berzinah.

Perintah 8:      15 Jangan mencuri.

Perintah 9:      16 Jangan memberikan saksi dusta tentang sesamamu.

Perintah 10:    17Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang milik sesamamu.

 

Beginilah – menurut standar Tuhan – kita seharusnya mencintai sesama manusia.

 

Kesimpulannya:

The Golden Rules itu hanyalah rangkuman atau judul [titel], atau sinopsis dari seluruh Hukum Taurat dan kitab para nabi. Juklak pelaksanaan dari “the Golden Rules” ini terdapat di seluruh Hukum Taurat dan Kitab para Nabi. Jadi the Golden Rules sama sekali tidak menghapus Ke-10 Hukum Tuhan, justru penjelasan tentang pelaksanaan the Golden Rules itulah Ke-10 Perintah/Hukum Tuhan.

The Golden Rules ini sendiri bisa disimpulkan lagi dengan hanya satu kata, yaitu KASIH. Itulah inti Hukum Tuhan. Hukum Kasih.

1 Yohanes 4:8

Dia yang tidak mengasihi, tidak mengenal Allah, sebab Allah itu kasih.

 





11. APAKAH “KASIH” ITU?

Yohanes 14:15

Jikalau kamu mengasihi Aku, turuti Perintah-perintah-Ku.

1 Yohanes 2:5

Tetapi barangsiapa menuruti Firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia.

 

Jadi bukti kita mengasihi Allah ialah kita menuruti FirmanNya, menuruti Perintah-perintahNya, ketetapan-ketetapanNya, HukumNya. Berarti, kalau tidak menurut, kalau memberontak, kalau mengganti, kalau mengabaikan Hukum/Perintah/Ketetapan Allah, itu namanya tidak mengasihi Allah. Kalau kita tidak mengasihi Allah, ya tidak usah menjadi pengikut Allah, untuk apa kita ikut Sosok yang tidak kita kasihi? Itu namanya munafik dan mubazir. Jangan mengira kita bisa mengikut Allah hanya supaya kita selamat, bisa ke Surga dan tidak dibakar api neraka. Dasar atau alasan atau motivasi kita mengikut Allah tidak boleh karena pamrih (hanya mencari selamat sendiri). Allah hanya menerima manusia yang sungguh-sungguh mengasihi Dia, karena Dia sungguh-sungguh mengasihi kita. Dan kita tidak bisa menipu Allah, Allah tahu isi hati kita.

 

Mayoritas manusia suka berkata, Tidak mungkin menurut semua Perintah Allah, karena manusia itu lemah. Alasan sebenarnya bukan manusia itu lemah, tetapi manusia itu egois, manusia tidak benar-benar mengasihi Allah. Manusia itu pamrih. Dia pura-pura mengasihi Allah karena tidak mau dibakar api neraka saja. Karena itu bagi manusia menuruti Perintah-perintah Allah itu berat, karena dia sebenarnya merasa terpaksa mematuhi perintah Allah. Maka manusia berusaha mencari celah, persyaratan yang paling ringan, yang paling minimal harus dilakukannya untuk bisa diterima dalam kerajaan Surga. Orang yang benar-benar mencintai, tidak ada perasaan terpaksa, dia akan gemar menyenangkan hati kekasihnya. Dia bukan mencari yang paling minimal, tapi dia akan berusaha memberikan yang paling maksimal kepada kekasihnya.  Kalau dia harus mengorbankan sesuatu demi kekasihnya, dia tidak akan merasa itu berat, dia akan melakukan itu dengan senang hati tanpa berpikir dua kali.

Lihat saja seorang ibu. Setua apa pun dia, kalau anaknya datang, dia akan berusaha menyediakan makanan kesukaannya. Dan dia melakukannya dengan senang hati walaupun badannya capek. Itu namanya cinta tanpa pamrih. Sebaliknya kalau kita punya pasangan yang selalu hanya mau melakukan yang paling minimal untuk kita, kalau bisa tidak usah sama sekali, yakinlah dia tidak mencintai kita, dia mencintai dirinya sendiri.

 

Jadi, kalau kita ingin bisa mematuhi semua Perintah Tuhan, semua Hukum Tuhan, belajarlah mencintai Tuhan dulu. Renungkan betapa besarnya cinta Tuhan yang diberikanNya kepada kita. PemeliharaanNya dan perlindunganNya bagi kita siang dan malam, sejak kita masih di kandungan sampai hari ini, itu luar biasa. Andaikan bukan tangan Tuhan melindungi kita, kita sudah lama habis disikat Setan karena Setan berusaha setiap saat untuk membunuh sebanyak-banyaknya manusia, supaya manusia jangan selamat. Setiap hari kita bisa pulang sampai di rumah dengan utuh dan selamat itu perlindungan Tuhan. Apalagi keikhlasanNya untuk mati bagi kita, seorang Raja di Surga, rela turun ke dunia menjadi manusia yang miskin, yang harus menderita mati disalib demi kita, menanggung dosa-dosa kita sebelum kita mengenalNya, itu cinta yang tak bisa kita pahami dalamnya. Jika kita sering merenungkan itu, kita belajar mencintai Tuhan. Tidak mungkin kita tidak akan mencintaiNya bila kita setiap hari merenungkan itu. Dan bila kita sudah mencintai Tuhan, mematuhi PerintahNya, melakukan kehendakNya, tidak lagi menjadi beban, itu justru menjadi kesenangan bagi kita.

 




12. APA  KATA KITAB PERJANJIAN BARU TENTANG
      HUKUM TUHAN?

Yohanes 14:15

Jikalau kamu mengasihi Aku, turuti Perintah-perintah-Ku.

 

Ini ditulis Yohanes, rasul Perjanjian Baru, murid Yesus yang hidup paling lama. Dia yang paling dikasihi Yesus karena di antara para murid Dia yang lebih dulu belajar mengasihi Yesus. Dia masih hidup lama setelah Yesus kembali ke Surga. Dan dia mengutip kata-kata Yesus bahwa menuruti Perintah-perintah Tuhan itu bukti kita mengasihi Dia.

 

Yakobus 1:25

Tetapi barangsiapa meneliti Hukum yang memerdekakan yang sempurna, dan bertekun di dalamnya, tidak sebagai  pendengar yang pelupa, tetapi sebagai pelaku yang melakukannya, orang ini akan diberkati perbuatannya.

 

Jangan salah baca, ini bicara tentang Hukum yang memerdekakan, bukan merdeka dari Hukum. Jika kita patuh pada Hukum, itu membuat kita merdeka, karena kita tidak melanggar Hukum maka kita tidak kena hukuman. Hanya para pelanggar Hukum yang kena hukuman. Jadi Hukum itu memerdekakan pelakunya bila dipatuhi.

 

Matius 19:17

Maka berkatalah Ia kepadanya,Mengapa engkau menyebut Aku baik? Tidak ada yang baik, hanya Satu, yaitu Allah. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup turutilah Perintah-perintah Allah.

 

Dengan kata lain, jika kita tidak menuruti Perintah-perintah Allah, kita tidak bisa masuk dalam hidup kekal. Masa masih kurang jelas? Jadi jangan mau ditipu omongan bahwa orang Kristen tidak usah patuh pada Hukum Tuhan. Itu kebohongan Setan. Kita tidak mendapat hidup kekal kalau kita tidak patuh pada Hukum Tuhan.

 

1 Yohanes 2:3-4

Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti Perintah-perintah-Nya. 4 Dia yang berkata, ‘Aku mengenal Dia’ dan tidak menuruti Perintah-perintahNya, ia seorang pendusta dan kebenaran tidak ada dalamnya.’

 

Di Wahyu 21:27 dikatakan di antara yang tidak punya bagian di Kota Yerusalem Baru di dunia baru adalah para pendusta. Jadi jangan sampai kita mendapat label “pendusta” dari Tuhan.

 

Yohanes 15:10

Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku sama seperti Aku telah menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.

 

Alangkah indahnya bisa tinggal dalam kasih Kristus. Dan itu hanya bagi mereka yang menuruti perintahNya. Kita kehilangan banyak fasilitas, banyak kebaikan jika kita tidak menurut perintah Allah.

 

Kalian lihat Yohanes, murid yang dikasihi, murid yang penuh kasih, justru banyak sekali menulis tentang keharusan mematuhi Hukum. Dia sangat mengerti bahwa KASIH dan HUKUM itu berjalan berdampingan. Kalau ada Kasih, pasti ada kegemaran untuk patuh pada Hukum. Sebaliknya kalau tidak ada Kasih, mematuhi Hukum itu seperti minum jamu pahit. Jadi jangan salah. Kalau sekarang kita merasa berat mematuhi Perintah Tuhan, kita perlu bertanya kepada diri sendiri, apakah kita benar-benar mengasihi Tuhan, atau kita sesungguhnya tidak kenal siapa Tuhan dan kita mengikutiNya hanya karena kita ingin selamat saja. Ini perlu kita sadari karena kita perlu tahu apa sesungguhnya yang ada di hati kita. Percayalah, semakin besar kadar Kasih kita kepada Tuhan, semakin gemar kita mematuhi HukumNya. Kalau kita mengasihi Tuhan, kita tidak akan berpikir untuk sengaja melanggar HukumNya demi kepentingan diri kita sendiri. Teman-teman, melanggar Sabat Tuhan itu melanggar HukumNya, karena itu adalah Perintah keempat dari Hukum Tuhan. Kalau kita memang sungguh-sungguh mau ikut Tuhan, jangan melanggar HukumNya, yang mana pun.

 

 

13. BUKANKAH YESUS SUDAH MENGGENAPI SEMUA HUKUM SEHINGGA KITA TIDAK USAH LAGI MELAKUKANNYA?

BUKAN! Ini satu lagi penipuan Setan.

Kita harus membedakan ada dua jenis Hukum:

 

1.   Hukum Moral yang universal

Ini sudah ditetapkan Tuhan sejak awal Penciptaan dunia ini sebelum Adam berbuat dosa. Ini Hukum yang berlaku bagi semua manusia. Hukum ini yang disebut landasan takhta Allah (Mazmur 89:15). Hukum ini kekal. Hukum ini tidak ada kaitannya dengan pekerjaan penebusan Kristus.

 

2.   Hukum Upacara Bait Suci dan Hari-hari raya

Hukum ini ditambahkan Tuhan setelah adanya dosa. Hukum ini melambangkan pekerjaan penebusan Kristus dan hanya berlaku hingga kematian Kristus. Hukum ini yang digenapi Kristus di salib, maksudnya berakhir di salib.

 

Dengan kehidupanNya di dunia dan kematianNya, Yesus menggenapi hanya Hukum # 2, yaitu Hukum yang mengatur tentang semua upacara Bait Suci dan Hari-hari Raya. Ini yang tidak usah kita lakukan lagi, karena sudah digenapi Yesus di salib. Tapi Hukum # 1 itu tetap harus kita lakukan.

Matius 5:17-18

17 Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan kitab Hukum atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. 18      Karena sesungguhnya Aku berkata kepadamu: ‘Sampai lenyap langit dan bumi  satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari Taurat, sampai semuanya digenapi.

 

Ada tiga pesan Yesus yang sangat jelas di ayat ini:

v   Yesus tidak datang untuk MENIADAKAN HUKUM TAURAT ATAU KITAB PARA NABI [selurh Kitab Perjanjian Lama].

v   Sampai lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau titik pun tidak akan ditiadakan dari Hukum Taurat [jelas tidak ada bagian yang dibuang].

v   Yesus datang untuk MENGGENAPInya.

 

1. Yesus TIDAK MENIADAKAN Hukum Taurat atau Kitab para nabi

Di sini Yesus bicara tentang bagian Hukum Taurat yang bukan mengenai upacara-upacara Bait Suci dan Hari-hari Raya.

Kalimat ini sudah sangat jelas. Berarti Hukum Taurat dan Kitab para nabi [atau yang kita kenal sebagai Kitab Perjanjian Lama] itu tidak dihapus oleh Yesus.

Kalau tidak dihapus/ditiadakan, berarti MASIH ADA dan VALID kan?

Mengapa kebanyakan orang Kristen mengatakan bahwa Hukum Taurat itu hanya untuk orang Israel dan bukan untuk orang Kristen Perjanjian Baru? Padahal Yesus tidak mengatakan begitu. Mengapa banyak yang memutarbalikkan kata-kata Yesus sendiri yang begitu jelas kalimatNya sehingga tidak mungkin disalahartikan?

 

2. Sampai lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau titik pun TIDAK AKAN DITIADAKAN dari Hukum Taurat

Ini juga sangat jelas. Sampai sekarang langit dan bumi ini, di mana kita hidup, sekarang masih ada, belum lenyap. Bahkan dikatakan, sampai langit dan bumi ini lenyap pun Hukum Taurat masih intact, masih ada.

 

3. Yesus datang untuk MENGGENAPInya

Menggenapi apa?

Menggenapi Hukum Taurat dan Kitab para nabi [Perjanjian Lama] yang berkaitan dengan pekerjaan penebusanNya!

Apa yang diajarkan di Hukum Taurat dan Kitab para nabi tentang pekerjaan penebusan Kristus?

v   Semua upacara kurban yang diajarkan oleh Hukum Taurat mengacu kepada pekerjaan penebusan Kristus.

v   Hewan-hewan kurban yang disembelih melambangkan Kristus yang dikurbankan untuk membayar hukuman dosa manusia.

v   Darah hewan kurban melambangkan darah Kristus yang harus dicurahkan untuk membayar hukuman dosa.

 

Sementara Yesus Kristus belum datang, Tuhan mensosialisasikan ajaran tentang penebusan Kristus lewat upacara kurban hewan, supaya manusia mengerti bahwa hukuman dosa itu adalah kematian. Dan karena Tuhan tidak menghendaki semua manusia mati akibat dosa mereka, maka Tuhan bersedia menggantikan kematian manusia dengan kematian Yesus Kristus, yang dilambangkan oleh penyembelihan hewan-hewan kurban.

Jadi INILAH YANG DIGENAPI OLEH KEDATANGAN KRISTUS.

 

Semua upacara kurban merupakan TIPO [LAMBANG] dari pengorbanan Kristus.

Ketika Kristus mati disalibkan, Dia-lah Antitiponya. Jadi di salib ANTITIPO MENGGENAPI TIPOnya. Inilah yang dimaksudkan Kristus bahwa Dia datang untuk menggenapi Hukum Taurat dan Kitab para nabi. Karena itu, sejak kematian Kristus di salib, semua upacara penyembelihan kurban hewan berhenti. Kurban yang sejati telah menggenapi apa yang selama itu hanya dilambangkan.

Bukti bahwa Kristus tidak menghapus Hukum Moral:

Matius 5:21-22, 27-28

21 Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: ‘Jangan membunuh; siapa yang membunuh akan dalam bahaya dihakimi’ 22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya tanpa alasan, akan dalam bahaya dihakimi. Dan siapa yang berkata kepada saudaranya: ῥακά [rhaka] Tidak berguna!’ dalam bahaya disidang dan siapa yang berkata: Tolol! dalam bahaya api neraka’

27 Kamu telah mendengar dikatakan kepada mereka dari zaman lampau, ‘Jangan berzinah.’ 28 Tetapi Aku berkata kepadamu, siapa pun yang memandang seorang perempuan dengan nafsu terhadapnya, sudah melakukan perzinahan dengan dia di dalam hatinya.

 

“Jangan membunuh” dan “jangan berzinah” adalah dua Perintah di SEPULUH HUKUM. Di sini Yesus membahasnya. Yesus TIDAK mengajarkan ajaran baru. Tetapi Yesus memperkenalkan PEMAHAMAN BARU kepada Hukum-hukum [dan ajaran-ajaran] yang sudah ada. Ajaran yang dulu, yang hanya dimengerti secara literal, sekarang diperkenalkan Yesus dengan pengertian secara rohani. Apa yang dulu dianggap dosa bila dilakukan secara literal, sekarang Yesus menjelaskan sesungguhnya ketika itu baru berbentuk niat dalam pikiran saja, belum dilakukan secara literal, itu sudah dosa. Jadi penurutan Hukum sesungguhnya lebih mudah di zaman Perjanjian Lama atau di zaman Perjanjian Baru? Kalau di zaman Perjanjian Lama, orang tertangkap basah berzinah baru dihukum, tetapi kata Yesus, baru ingin saja, tidak diketahui orang lain, tapi di mata Tuhan kita sudah berbuat zinah di dalam hati, sebelum kita berbuat apa-apa loh, nyolek aja tidak! Orang dulu mencuri harus tertangkap oleh dua orang saksi baru bisa dihukum, sekarang menurut rumus Yesus, tidak usah nunggu sampai mencuri, baru punya pikiran mengingini saja, bagi Tuhan itu sudah dihitung mencuri dalam hati. Dan kita tidak bisa menipu Tuhan, Tuhan tahu semua isi hati kita. Berarti Sepuluh Hukumnya dihapus atau justru sekarang menjadi lebih berat dengan pemahaman yang baru yang diajarkan Yesus?

Lihat, kalau kita belajar dari Alkitab, itu bisa sangat berbeda dengan apa yang kita dengar dari mimbar. Karena itu paling aman adalah mempelajari Alkitab sendiri, karena kita tidak tahu sudah seberapa banyak ajaran palsu yang ditanamkan di pikiran kita oleh para guru agama palsu yang semakin lama semakin banyak ini.

 



14. BUKANKAH YESUS DAN MURID-MURIDNYA PUN MELANGGAR SABAT HARI KETUJUH, BERARTI SABAT SUDAH TIDAK BERLAKU LAGI?

BUKAN! Kisah yang dibuat kontroversial ini bisa dibaca di:

Matius 12:1-8

1 Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang jagung, dan murid-murid-Nya lapar, dan mulai memetik jagung dan memakannya. 2 Tetapi ketika orang-orang Farisi melihat itu, berkatalah mereka kepada-Nya: ‘Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat apa yang tidak diperbolehkan hukum untuk dilakukan pada hari Sabat.’ 3 Tetapi Yesus berkata kepada mereka, ‘Tidakkah kamu pernah membaca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang bersamanya, lapar, 4 bagaimana ia masuk ke dalam Bait Allah dan makan roti sajian yang tidak diperbolehkan Hukum untuk dimakan olehnya maupun oleh mereka yang bersamanya, kecuali oleh imam-imam? 5 Atau belumkah kamu baca dalam kitab Taurat, bagaimana  pada hari-hari Sabat, imam-imam di Bait Allah melanggar Sabat, namun tidak bersalah? 6 Tetapi Aku berkata kepadamu, ‘Bahwa di tempat ini ada Satu yang lebih besar daripada Bait Allah.’ 7 Tetapi andai kamu mengerti apa maksud ini: ‘Aku mendambakan belas kasihan dan bukan kurban, kamu tidak akan menghukum orang yang tidak bersalah. 8 Karena Anak Manusia adalah Tu(h)an atas hari Sabat.

 

Yang mengatakan murid-murid Yesus melanggar Sabat adalah orang-orang Farisi.  Tuduhan itu dijawab sendiri oleh Yesus di ayat ke 7, bahwa murid-muridNya itu tidak bersalah. Dan di ayat ke-8, Yesus secara sarkastis mengatakan, Dia-lah Tuhan atas hari Sabat, dengan kata lain Dia yang menciptakannya, maka sudah jelas Dia-lah yang paling tahu bagaimana kesucian hari Sabat itu harus dipelihara menurut kehendakNya! Jelas bukan seperti yang diajarkan orang-orang Farisi.

Sesungguhnya  tidak ada larangan untuk makan pada hari sabat. Bagi mereka yang ada di rumah pada waktu makan, tentunya makanan untuk Sabat sudah disiapkan sebelumnya. Tetapi bagi murid-murid Yesus yang bepergian terus mengikuti Sang Guru, maka  tidak ada orang yang menyiapkan makanan/bekal untuk mereka. Jika pada hari-hari lain mereka bisa membeli makanan, tetapi justru karena hari itu mereka menghormati hari Sabat, mereka tidak membeli makanan mereka. Jadi mereka memetik jagung untuk dimakan. Itu sah-sah saja. Apa bedanya mengambil roti dari atas meja dan memasukkannya ke dalam mulut dengan memetik jagung di ladang lalu memasukkannya ke dalam mulut? Lain halnya kalau mereka memetik jagung, lalu dikumpulkan dan dijual. Itu baru namanya melanggar kesucian hari sabat.

Yesus menyinggung bahwa imam-imam justru “melanggar” Sabat, karena pada hari Sabat, imam-imam tetap mempersembahkan kurban pagi dan petang, itu kan melakukan pekerjaan? Tapi itu tidak bersalah karena pekerjaan itu sesuai ketentuan Allah, sehingga melakukannya adalah untuk kemuliaan Allah.

Yesus berkata demikian sebagai teguran kepada orang-orang Farisi yang telah membuat peraturan-peraturan tambahan yang membingungkan sehingga hari Sabat itu sedemikian beratnya dan menjadi beban. Orang-orang Farisi ini mengira bahwa jika Hukum Tuhan itu dibuat semakin berat, maka bagi yang bisa melaksanakannya, pastilah dia mendapat pahala terbesar. Mereka tidak mengerti bahwa melaksanakan Hukum Taurat tidaklah menyelamatkan mereka. Manusia hanya bisa selamat menerima kasih karunia Allah dengan iman. Mereka tidak mengerti konsep iman yang dimiliki Abraham. Mereka justru tidak punya iman. Mereka menolak Mesias yang ada di depan mereka karena mereka tidak punya iman. Mereka mau mencapai Surga dengan pahala yang mereka kumpulkan sendiri.

Lukas 12:1

Sementara itu ketika mereka berkumpul bersama, ada banyak orang yang tidak terhitung, sampai mereka saling menginjak satu sama lain, Yesus mulai berkata pertama-tama kepada murid-murid-Nya, Waspadalah terhadap ragi orang Farisi, yaitu kemunafikan.

 

Kemunafikan itu berbahaya, karena itu bukan saja menipu orang lain, tapi itu juga menipu diri sendiri.

Lukas 11:46

Dan Ia berkata, Celakalah kamu juga, kalian ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang sangat berat untuk dipikul pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu pun jarimu.

 

Ini kegemaran orang-orang munafik, menambah-nambahi beban orang membuat orang pesimis dan merasa gagal, tapi dirinya sendiri tidak menyentuh beban itu sama sekali.

Matius 23:13

Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, orang-orang munafik, karena kamu menutup Kerajaan Sorga bagi orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu tidak mengizinkan mereka yang akan masuk, untuk masuk.

 

Jadi para ahli Taurat dan orang Farisi sendiri tidak akan masuk Surga, kata Yesus, karena walaupun mereka sangat teliti mematuhi Hukum, mereka melakukannya untuk motif yang salah, yaitu mereka mau mencapai Surga dengan usahanya sendiri. Mereka bukan mematuhi Hukum karena mengasihi Tuhan.

Tapi perhatikan, orang-orang lain yang mereka tipu dengan doktrin mereka juga tidak masuk Surga! Mengapa? Karena mereka juga berbuat salah, mereka mengikuti doktrin yang salah. Jadi kita perlu waspada, kalau kita mengikuti doktrin yang salah, kita tetap diperhitungkan salah oleh Tuhan, karena doktrin yang benar itu ada, dan bisa diakses di Alkitab, kenapa kita tidak meluangkan waktu untuk mengaksesnya sendiri? Jadi kita bertanggung jawab sendiri atas pilihan kita. Kalau kita salah pilih, ya kita tetap dianggap salah; karena sebenarnya kita bisa memilih yang benar kalau kita mau.

 

Jadi apakah teori-teori orang Farisi ini benar?

Matius 5:20

Maka Aku berkata kepadamu: Jika kebenaranmu tidak melebihi kebenaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

 

Menurut sejarah, setelah penghancuran Yerusalem dan Bait Allah yang pertama oleh orang-orang Babilon pada zaman Nebukadnesar, dan orang-orang Yahudi kemudian kembali ke tanah air mereka pada tahun 457BC, para imam dan ahli-ahli kitab mereka begitu takut umat Yahudi akan menyeleweng dari Tuhan lagi dan mengakibatkan mereka ditumpas dan ditawan musuh lagi, maka mereka berusaha mendidik umat Yahudi menjadi umat yang benar-benar patuh kepada Hukum-hukum Tuhan. Tapi cara mendidiknya salah. Mereka bukan mendidik umat untuk mengasihi Tuhan sehingga mematuhi Hukum Tuhan menjadi alamiah, mereka malah menciptakan peraturan-peraturan tambahan yang sangat ketat mengenai pemeliharaan Sabat hari ketujuh, yang sangat memberatkan dan menyebabkan hari ketujuh ini bukan lagi “suatu yang menyenangkan” (Yesaya 58:13-14). Maka di zaman itu mematuhi Hukum Tuhan menjadi legalisme, bukan atas dasar mengasihi Tuhan, tapi atas dasar kemampuan sendiri untuk mencapai Surga. Segala peraturan tambahan inilah yang disalahkan oleh Yesus. Inilah mengapa Yesus berkata, Jika kebenaranmu tidak melebihi kebenaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, jangan berharap kamu akan masuk Surga.”

Jadi cara memelihara kekudusan hari Sabat, cara memasuki saat perhentian Tuhan, itu harus sesuai yang diajarkanNya, bukan menurut segala peraturan yang ditambahkan para imam dan ahli kitab orang Yahudi.

 



bersambung ke bagian kedua




Tidak ada komentar:

Posting Komentar