Kita bertanya
Alkitab menjawab – 4/1
AYAT-AYAT YANG DIANGGAP KONTRADIKTIF ATAU MEMBINGUNGKAN
Banyak orang
berkata bahwa Alkitab itu tidak konsisten, karena ada beberapa ayat yang membingungkan. Mereka mengatakan, jika Alkitab itu benar-benar
Wahyu Tuhan, maka tidak mungkin ada perbedaan.
Nah, sebelum kita membahas ayat-ayat yang dianggap berbeda atau tidak
serasi, harus kita pahami lebih dulu bahwa Tuhan tidak mendikte manusia
yang menulis Alkitab. Tuhan tidak memanggil seorang nabi atau rasul
dan berkata, “Musa, (atau Yesaya, atau Daniel, atau Matius, atau Yohanes, atau
Paulus) duduk dan tulislah apa yang Aku katakan.” Tidak. Tuhan tidak mendikte.
Tetapi Tuhan memberi nabi-nabi dan rasul-rasulNya wahyu atau
pesan melalui penglihatan (vision), atau mimpi, atau suara, kemudian nabi atau
rasul yang diberi wahyu oleh Tuhan itu yang menulisnya sendiri. Jadi
setiap nabi/rasul punya kebebasan menulis dengan gaya bahasanya sendiri,
dalam bahasanya sendiri, mengenai wahyu yang diterimanya dari Tuhan.
Terkadang juga bukan nabi atau rasul itu
sendiri yang menulisnya, tetapi ada orang lain yang dipakai nabi
atau rasul itu untuk menuliskan untuknya. Namun, ini yang penting, semua tulisan itu di bawah tuntunan Roh Kudus, jadi manusia yang menulisnya tidak menulis
sesuka hatinya. Roh Kudus yang menuntunnya. Karena itu tulisan-tulisan di
Alkitab namanya tulisan-tulisan inspirasi, karena itu tidak berasal dari
pikiran manusia sendiri, melainkan diinspirasi oleh Tuhan. Dan sudah pasti Tuhan akan menjaga kebenaran wahyu atau
pesanNya yang ditulis itu. Jadi
jangan khawatir bahwa Alkitab itu perlu diragukan kebenarannya. Tuhan pasti
akan menjaga kebenaran wahyu atau pesanNya.
Justru kesalahan yang paling sering terjadi adalah pada penyalinannya
(di zaman nabi-nabi belum ada mesin cetak, jadi setiap copy tulisan inspirasi
itu disalin secara manual satu per satu, dan di sini bisa terjadi kesalahan
penyalinan), atau pada penerjemahannya. Jika si penerjemah memasukkan sendiri
kata-katanya, itu bisa mengubah arti pesan dari Tuhan. Karena itu paling baik
bila kita bertemu dengan ayat-ayat yang tidak serasi, kita membaca beberapa
versi terjemahan yang berbeda. Juga akan sangat membantu bila kita memakai
bantuan dari Strong’s Dictionary. Selain kita bisa melihat makna katanya yang
asli, kita juga bisa tahu kata-kata mana yang ada di salinan naskah yang asli,
dan mana-mana yang ditambahkan oleh si penerjemah.
Salinan naskah Alkitab yang paling bisa diandalkan adalah yang dari Textus Receptus, dan versi KJV dan NKJV
itu diterjemahkan dari Textus Receptus
ini. Karena itu ayat-ayat yang dikutip di sini tidak
diambil dari Alkitab versi LAI, melainkan adalah terjemahan langsung dari
KJV atau NKJV, karena itu ada perbedaan dengan versi LAI, terkadang
hanya perbedaan kecil, terkadang perbedaan yang cukup signifikan. Kalian bisa
membandingkan sendiri.
Baiklah sekarang kita membahas beberapa ayat yang dianggap tidak
sinkron.
29
Dan ketika mereka (Yesus dan
murid-murid-Nya) meninggalkan Yerikho,
banyak sekali orang mengikuti Dia. 30
Dan lihatlah, dua orang buta yang duduk di
pinggir jalan, ketika mereka mendengar bahwa
Yesus lewat, berseru, mengatakan, ‘Ya Tuhan,
Anak Daud, kasihanilah kami!’
Markus 10:46
Dan mereka (Yesus dan murid-muridNya) datang ke
Yerikho. Dan ketika Yesus meninggalkan
Yerikho dengan
murid-murid-Nya, dan sejumlah besar orang, Bartimeus yang buta, anak
Timeus, duduk di pinggir jalan, mengemis.
Lukas 18:35
Dan terjadilah, ketika Yesus hampir tiba di Yerikho,
ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan, mengemis.
Ini adalah
kisah yang sama, yaitu Yesus menyembuhkan seorang buta. Matius dan Markus
menulis bahwa Yesus dan murid-muridNya bertemu dengan orang itu ketika mereka “meninggalkan
Yerikho”, tetapi Lukas menulis kejadian itu
terjadi ketika Yesus “hampir tiba di Yerikho”.
Jadi yang
benar yang mana? Sudah
meninggalkan Yerikho atau baru mau masuk ke Yerikho?
KEDUA-DUANYA BENAR!
Ternyata ada dua kota tempat yang bernama
Yerikho di zaman Yesus!
1. Yerikho yang lama
dihancurkan
oleh bangsa Israel di bawah pimpinan Yoshua (yang dindingnya dirobohkan Tuhan).
Tempat ini tidak dibangun kembali.
2. Yerikho baru
yang
jauh lebih kecil di sebelah selatan Yerikho lama (kira-kira berjarak 2 mil), menjadi tempat istana musim dingin Raja Herodes, yang dikenal
dengan sebutan “Herodian Jericho”.
Jadi, apa yang terjadi adalah, Yesus dan murid-muridNya sedang
dalam perjalanan dari seberang sungai Jordan menuju Yerusalem, mereka melewati
Yerikho lama, dan setelah meninggalkan Yerikho lama, mereka menuju Yerikho baru
(Herodian Jericho). Rombongan Yesus ini bertemu dengan si pengemis buta
setelah mereka meninggalkan Yerikho lama, dan sebelum memasuki Yerikho baru.
Berarti pengemis ini lokasinya ada di dekat Yerikho baru, sebelum memasukinya.
Matius dan
Markus menulis bahwa waktu itu mereka telah keluar dari Yerikho (lama), dan
Lukas menulis mereka hampir tiba di Yerikho (baru). Sama-sama benar, tidak ada
yang salah, dan tidak ada yang kontradiktif. Bukti bahwa Tuhan tidak mendikte rasul-rasulNya
ketika mereka menulis. Mereka menulis berdasarkan pengertian mereka tentang apa
yang mereka lihat atau dengar, dengan gaya bahasa mereka sendiri, dan selama
itu tidak salah, Roh Kudus merestui tulisan mereka.
Maka teman-temannya seperjalanan berdiri
termangu-mangu, mereka mendengar suara tetapi tidak
melihat siapa pun.
Kisah
22:9
Dan mereka yang menyertai aku, memang melihat cahaya
itu, dan merasa takut; tetapi mereka tidak
mendengar suara Dia, yang berbicara kepadaku.
Ini adalah
kisah Saulus ketika dia ditegur oleh Yesus pertama kalinya dalam perjalanan ke
Damsyik untuk mengejar dan mempersekusi orang-orang Kristen. Ini terjadi
sebelum dia bertobat.
Ada orang yang
mengatakan dua ayat ini kontradiktif. Yang satu mengatakan “mendengar suara tetapi
tidak melihat siapa pun”, ayat satunya mengatakan “melihat cahaya…
tetapi tidak mendengar suara Dia, yang berbicara”
Sesungguhnya
jika kita membaca dengan teliti kita langsung tahu bahwa AYAT-AYAT
INI TIDAK KONTRADIKTIF, melainkan saling melengkapi.
Kisah 9:7
mengatakan bahwa teman-teman seperjalanan Saulus “mendengar suara”
berarti yang mereka dengar itu hanya “suara”,
atau “bunyi” BUKAN “KATA-KATA”! Suara Tuhan itu bisa terdengar
seperti guntur, atau seperti suara air. Lihat kedua ayat di bawah ini.
Kisah 22:9
mengatakan teman-teman Saulus itu “tidak mendengar suara Dia, yang berbicara”. Jadi mereka mendengar
suara tetapi tidak mendengar apa yang dikatakan suara itu. Tuhan hanya
berbicara kepada Saulus, jadi yang mendengar kalimat Tuhan hanya Saulus.
Teman-teman seperjalanannya hanya mendengar suara saja, bunyi yang mungkin
seperti guntur atau seperti bunyi banyak air mengalir.
2
Samuel 22:14
TUHAN mengguntur dari surga, dan Yang Mahatinggi memperdengarkan suara-Nya.
Wahyu 1:15
Dan kaki-Nya bagaikan kuningan
mengilat seolah-olah
mereka menyala di dalam perapian; dan suara-Nya
bagaikan suara
banyak air.
Jadi sudah
beres ya urusan suara ini? Jelas orang-orang itu hanya mendengar bunyi/suara
tapi bukan pembicaraan Tuhan kepada Saulus.
Kisah 9:7 juga
mengatakan “tetapi tidak melihat siapa pun”.
Perhatikan kata
yang dipakai adalah “siapa pun”, terjemahan KJV mengatakan “no man” atau “tidak ada siapa-siapa”, dari
kata aslinya μηδείς,
μηδεμία, μηδέν [mēdeis
mēdemia mēden] yang artinya tidak ada satu orang pun, baik
maskulin feminin maupun netral. Dalam beberapa bahasa kata-kata benda itu ada
yang maskulin, feminin, atau netral.
Kisah 22:9 mengatakan
teman-teman Saulus itu “melihat cahaya”. Berarti mereka TIDAK
MELIHAT ADA MANUSIA tapi mereka melihat cahaya. Tidak ada yang
kontradiktif.
Jadi lain kali
kalau kita melihat ada ayat yang kontradiktif coba dibaca dulu dengan lebih
seksama, sering kali karena kita kurang teliti maka ada informasi yang
terlewatkan.
5 Satu orang menghargai satu hari di atas hari
yang lain; orang lain menghargai semua hari
sama. Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri. 6 Dia yang menghargai
hari itu, ia menghargainya bagi Tuhan.
Dan dia yang tidak menghargai hari itu, bagi
Tuhan dia tidak menghargainya. Dia yang makan, makan
bagi Tuhan, sebab ia mengucap syukur kepada Allah. Dan dia yang tidak makan, bagi Tuhan ia tidak makan., dan mengucap syukur kepada
Allah.
Ibrani 4:9-12
9
Jadi oleh
karena itu masih tersisa satu
perhentian… σαββατισμός [sabbatismos] bagi umat Allah. 10 Karena dia yang telah masuk ke
perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari pekerjaannya sendiri, sama seperti Allah berhenti dari
pekerjaan-Nya. 12 Karena itu marilah kita bekerja keras untuk masuk perhentian itu, jangan sampai siapa pun jatuh mengikuti contoh ketidakpercayaan yang sama.
Roma 14:5-6 mengatakan semua hari sama.
Ibrani 4:9-12 mengatakan masih tersisa satu perhentian bagi umat
Allah, dan perhentian itu dari kata σαββατισμός [sabbatismos]. Kapan Tuhan
menyuruh manusia masuk perhentian? Hari ketujuh, hari Sabat Tuhan Allah. Malah
di ayat 12 dikatakan kita harus "bekerja keras untuk masuk perhentian itu", berarti hari perhentian itu, hari ketujuh itu, perlu diperhatikan atau
dianggap sama seperti semua hari yang lain? Hari
ketujuh ini beda dengan hari-hari yang lain karena itu hari perhentian.
Berarti semua hari tidak sama. Atau lebih tepatnya,
hari-hari yang lain itu sama, kecuali hari ketujuh yang beda.
Jadi bagaimana memahami ini?
Kedua ayat
ini sama-sama ditulis oleh Paulus, jadi tidak mungkin Paulus mengkontradiksi
dirinya sendiri, bukan?
Coba kita
baca kedua ayat ini dengan lebih teliti.
Jelas di Ibrani 4:9-12 Paulus justru menyuruh umat Allah
masuk dalam perhentian hari ketujuh itu, malah harus bekerja keras untuk bisa
masuk ke perhentian itu. Kalau kita baca
Keluaran 20:9-10 dikatakan,
9 enam hari lamanya engkau harus bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, 10 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka pada hari itu jangan melakukan sesuatu pekerjaan,
Hari ketujuh [Sabtu] adalah hari perhentian σαββατισμός [sabbatismos]. Karena
disebut hari perhentian, tidak cukup kita hanya beribadah kepada Tuhan pada
hari itu, tetapi pada hari itu kita WAJIB
BERHENTI DARI SEMUA PEKERJAAN SEHARI-HARI KITA. Tuhan tidak menyuruh kita tidak bekerja
setiap hari, Tuhan tidak
suka kita menganggur dan bermalas-malasan. Tuhan berkata, bekerja enam hari,
dan masuk perhentian pada hari ketujuh. Berarti ada bedanya antara enam hari kerja dengan hari
perhentian.
Mengapa Roma
14:5-6 mengatakan semua hari itu sama?
Sebetulnya pembahasan Roma
14:5-6 sudah dijelaskan di # 25 di seri Kita Bertanya Alkitab Menjawab tentang
hari Sabat, silakan melihat
pembahasan yang lengkap di sana, ini linknya https://smaragd84.blogspot.com/2013/04/alkitab-menjawab-tentang-sabat-hari_2.html
Untuk
memudahkan di sini dibahas secara singkat saja.
Di masa gereja
Kristen yang mula-mula, di zaman apostolik, Roma
dan Korintus
adalah dua kota di mana terjadi banyak sekali masalah antara
orang Kristen dari keturunan Yahudi, dengan orang Kristen Non-Yahudi terutama dari keturunan Yunani.
Orang Kristen keturunan Yahudi
sudah sejak lahir mengenal Hukum Taurat. Dari lahir mereka sudah ikut
menjalankan semua upacara Bait Suci, mengikuti
semua hari raya dan pertemuan-pertemuan kudus sesuai
Hukum.
Semua itu sudah mendarah-daging.
Sebaliknya orang Kristen
keturunan Yunani, tadinya adalah penyembah berhala, mereka tidak kenal Hukum Taurat.
Maka datang dari latar belakang
yang berbeda itu, timbullah banyak gesekan ketika mereka dipersatukan dalam
tubuh Kristus, yaitu menjadi satu gereja
Kristen.
Yang Kristen
Yahudi mau tetap mempertahankan upacara-upacara Bait Suci mereka walaupun semua
itu sudah digenapi Kristus di salib sehingga makna dan manfaat rohaninya sudah
berakhir. Tapi banyak orang Yahudi
merasa tetap harus melakukannya.
Yang Kristen
Non-Yahudi memang tidak pernah tahu segala upacara Bait Suci, jadi mereka tidak
pernah melakukannya.
Akibatnya,
Kristen Yahudi suka menyalahkan Kristen Non-Yahudi karena mereka tidak
memelihara hari-hari raya upacara Bait Suci Yahudi, dan itu bisa mengakibatkan
perpecahan dalam jemaat. Jadi di suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus berkata
tidak usah ribut soal hari-hari upacara itu. Bagi Kristen Yahudi
yang tetap mau merayakan hari-hari raya upacara Bait Sucinya (yang sebetulnya
sudah berakhir di salib), ya silakan. Itu sudah tidak ada makna keselamatannya,
tapi kalau masih mau dirayakan, silakan. Tapi mereka tidak boleh menyalahkan saudara-saudara
seiman mereka yang Non-Yahudi yang tidak merayakan, karena memang yang
Non-Yahudi tidak kenal segala upacara Bait Suci itu. Inilah yang dimaksud
Paulus dengan “hari” yang dibahasnya, Paulus bukan membahas
pemeliharaan Sabat Hari Ketujuh, bukan membahas σαββατισμός [sabbatismos]. Tidak ada kata perhentian σαββατισμός [sabbatismos] atau hari ketujuh sama sekali di
ayat 5-6 itu. Jadi “hari” yang dibahas Paulus adalah hari-hari upacara Bait
Suci yang sudah digenapi Kristus di salib.
Jadi “hari” yang
dibicarakan di Roma 14:5-6 itu bukan “hari” yang sama yang dibicarakan Ibrani
4:9-12. Karena topiknya tidak sama, ya pasti isinya berbeda.
Kita harus
ingat baik-baik, di zaman para Rasul, tidak ada orang Kristen yang
beribadah pada hari Minggu. Yesus dan para rasul, dan kemudian orang Kristen yang
mula-mula semua memelihara hari ketujuh sebagai Sabat Tuhan Allah. Kita bisa
lihat di kitab Kisah bahwa Yesus yang kemudian dilanjutkan oleh murid-muridNya,
mereka pergi ke gereja (rumah ibadah, atau istilahnya saat itu sinagog) setiap
hari ketujuh. Hari Minggu waktu itu adalah hari yang pertama dalam satu minggu
dan itu sama dengan lima hari kerja yang lain yang mengikutinya.
Ibadah hari
Minggu baru dimulai ketika Constantine kaisar Roma pada tanggal 7 Maret 321AD, sekitar 300 tahun setelah Kristus
kembali ke Surga, mengeluarkan perintahnya agar semua
orang Kristen berhenti bekerja pada hari Minggu. Pada saat itu hari yang ketujuh dan hari yang pertama
sama-sama menjadi hari ibadah. Tetapi setelah Konsili Laodekia tahun 336
AD meresmikan
penggantian hari ibadah itu, Kepausan
“memindahkan kesucian hari ketujuh ke hari pertama” dan mencatatnya sebagai
Canon Law no. XXIX, sejak itu
semua orang Kristen hanya boleh beribadah pada hari Minggu. Ini sudah dibahas
panjang lebar di pembahasan tentang Hukum dan hari Sabat.
Nah, tentang makanan yang disebut
di Roma 14:5-6 itu adalah daging halal sisa kurban yang dipersembahkan kepada
dewa-dewa berhala. Bagi Kristen Yahudi, mereka menganggap itu
tidak beda dengan daging halal lainnya, karena mereka tidak percaya ada
dewa-dewa. Tetapi bagi Kristen Non-Yahudi mereka masih menganggap dewa-dewa itu
ada, karena tadinya dewa-dewa itulah yang mereka sembah, sehingga mereka tidak
mau makan daging halal sisa kurban yang dipersembahkan kepada dewa-dewa karena
mereka menganggap daging itu sudah terkontaminasi berhala. Paulus berkata, tidak usah ribut. Yang
merasa itu tidak apa-apa ya makanlah, yang merasa itu apa-apa ya jangan makan. Paulus di ayat ini bicara
tentang daging sisa kurban yang dipersembahkan kepada berhala, bukan tentang daging dari binatang yang tidak halal.
Jadi intinya, Paulus bilang,
jangan bertengkar, yang sabar saja
satu sama lain, terimalah kelemahan dan kekurangan satu sama lain, karena
sama-sama masih baru jadi pengikut Kristus, yang Kristen Yahudi juga baru
menjadi Kristen, yang Kristen Non-Yahudi juga baru menjadi Kristen, jadi sama-sama butuh
waktu untuk bertumbuh. Karena
itu di ayat 10 berikutnya dia berkata,
Roma 14:10
Tetapi mengapa engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapa engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta penghakiman Kristus.
Paulus berkata, semua orang akan dihakimi Kristus,
jadi uruslah
kerohanianmu sendiri, tidak usah
kurang kerjaan mencari kesalahan orang lain, semua sama-sama sedang belajar,
jadi harus saling mendukung, jangan saling menjatuhkan. Belum ada yang
sempurna, sebaiknya “kerjakanlah keselamatanmu sendiri dengan takut dan gentar”
(Filipi
2:12) karena semua harus bertanggungjawab sendiri-sendiri
kepada Kristus.
Kita bandingkan
apa kata Alkitab tentang ini:
KESIMPULAN : YESUS ADALAH ALLAH
Titus 2:13
sambil menantikan penggenapan harapan
kita dan kedatangan Allah yang Mahabesar
dan Juruselamat kita Yesus Kristus dalam
kemuliaan.
Roma 9:5
Yang adalah bapa-bapa bangsa,
dan yang darinya
secara daging Kristus datang, yang ada di atas segala sesuatu. Terpujilah Allah selama-lamanya. Amin.
Yohanes 14:28
Kamu telah mendengar Aku berkata kepadamu, ‘Aku akan
pergi, dan akan
datang kembali kepadamu.’ Jika kamu mengasihi Aku, kamu akan bersukacita
karena Aku katakan, ‘Aku akan pergi kepada
Bapa-Ku’, sebab BapaKu lebih besar daripada
Aku.’
Lalu ada orang-orang yang beranggapan itu artinya Yesus bukan Allah,
Yesus itu makhluk ciptaan karena Dia sendiri berkata BapaNya lebih besar daripada
Dia. Itu pemahaman yang salah.
YESUS ITU SEDERAJAT DENGAN ALLAH BAPA, DIA 100% ALLAH,
DIA ADA SEJAK KEKEKALAN.
Yohanes
1:1-2
1 Pada mulanya adalah Firman; dan Firman itu bersama-sama
dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. 2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
Jadi Yesus, atau dikenal juga sebagai “Firman” (karena melalui firmanNya semua diciptakan) itu Allah, sederajat dengan Allah Bapa. Hanya
Allah yang bisa menciptakan tanpa bahan, ex nihilo, dari tidak ada apa pun menjadi
langsung ada. Selain Allah, semua
hanya bisa mencipta dari bahan yang sudah ada di alam. Jadi karena Yesus yang
menciptakan segala sesuatu, Dia 100% Allah.
Kolose
1:16
Karena oleh Dialah telah diciptakan segala
sesuatu, yang ada di Sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak
kelihatan, apakah
itu
singgasana atau daerah kekuasaan, atau pemerintah, atau kekuasaan; SEGALA SESUATU diciptakan melalui Dia dan untuk Dia.
Tetapi Yesus selalu melayani kehendak Allah Bapa,
bahkan sebelum inkarnasiNya sebagai manusia, Dia selalu melakukan keinginan
Allah Bapa. Bukan
karena Dia lebih rendah derajat keallahanNya, tetapi karena Dia mengasihi BapaNya,
dan Dia tahu BapaNya juga mengasihi Dia.
1
Korintus 11:3
Tetapi
aku mau kamu tahu bahwa Kepala dari setiap
laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki, dan Kepala dari Kristus ialah
Allah.
Sejak kapan Allah menjadi kepala Kristus?
Sejak kekekalan.
Jadi menurut ayat di atas ini hubungan antara suami dan istri itu
memantulkan hubungan Allah Bapa dengan Allah Anak.
Adam dan Hawa
itu diciptakan sederajat, dilambangkan oleh
diambilnya tulang rusuk Adam untuk membentuk Hawa. Tulang rusuk itu pas di
tengah badan, bukan dari kepalanya untuk memimpinnya, dan bukan dari kakinya
untuk diinjak-injak, tetapi berdampingan di sisinya, setara dan sederajat. Hawa diciptakan dari bahan yang
sama seperti Adam, bahkan Hawa punya DNA yang sama dengan Adam
karena Hawa diambil dari tulang rusuk Adam. Jadi bicara tentang materi atau
bahan, Adam dan Hawa itu sama
sepenuhnya, setara dan sederajat kemanusiaannya. Adam tidak
lebih manusia daripada Hawa. Hawa tidak kurang manusia dibandingkan Adam. Keduanya sama kemanusiaannya. Apanya yang beda? Fungsinya yang
beda. Masing-masing punya fungsi
dan peran sendiri. Karena itu dikatakan, kepala
perempuan itu laki-laki, dan kepala laki-laki itu Kristus. Dalam
fungsi, sejak Hawa diciptakan, dia diciptakan untuk tunduk kepada Adam.
Adam yang menjadi kepala Hawa, Adam yang memimpin Hawa. Dan Adam diciptakan tunduk kepada Kristus, jadi Adam tidak boleh berbuat sesuka hatinya.
Begitu juga Allah Bapa dan Allah Anak, dari
substansi/keallahan Mereka itu sama, setara dan
sederajat keallahannya, tidak ada yang lebih Allah daripada yang
lain.
Yohanes
14:9
…‘Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu,
Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa;
Berarti jelas kan di sini Yesus itu
sama seperti Bapa, katakanlah Yesus
itu kembaran Allah Bapa dalam hal keallahanNya. Tentu saja ini
tidak bicara “sama dalam identitas”! Yesus dan Bapa itu dua Pribadi yang
berbeda, identitas Mereka berbeda. Tetapi Mereka sama-sama
Allah yang pikirannya sama, seia-sekata, searah setujuan, tidak ada perbedaan
dalam hal kehendak dan tujuan.
Apanya yang beda? Fungsinya yang beda,
seperti pada Adam dan Hawa. Dalam fungsi, Allah Anak tunduk secara sukarela
kepada Allah Bapa. Allah Anak yang melaksanakan semua kehendak Allah Bapa, “kepala Kristus
adalah Allah Bapa” (1 Korintus 11:3).
1 Korintus 15:28
Nah, ketika segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Dia
(Yesus), maka Anak itu sendiri juga akan tunduk kepada Dia (Bapa) yang telah meletakkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah (Bapa) menjadi segalanya di dalam
semua.
Lihat, jadi Bapa yang meletakkan segala sesuatu di
bawah Anak (Anak menjadi raja segala sesuatu) lalu Anak secara sukarela tunduk
kepada Bapa, untuk apa? “supaya Allah (Bapa) menjadi segalanya di dalam semua” ~ dengan kata lain semua ada di dalam Anak, dan Anak ada di dalam Bapa,
sehingga segala sesuatu juga ada di dalam Bapa.
Nah, sebagian orang Kristen beranggapan bahwa Yesus hanya “lebih kecil”
daripada Allah Bapa ketika Dia hidup sebagai manusia di dunia karena pada waktu
itu keallahan Yesus dinon-aktifkan, terbungkus oleh kemanusiaanNya. Memang
benar ketika Yesus menjadi manusia keallahanNya tidak aktif,
Dia hidup 100% sebagai manusia dan memiliki semua kelemahan fisik manusia.
Tetapi kita akan melihat bahwa Yesus SELALU “lebih kecil”
daripada Allah Bapa karena Dia selalu meletakkan DiriNya di bawah Allah Bapa, Dia selalu melakukan
kehendak Allah Bapa, baik saat Dia hidup di kekekalan lampau bersama
Bapa di Surga, baik pada saat Dia inkarnasi di dunia, baik sekarang setelah Dia
kembali ke Surga, dan hingga kekekalan masa depan. Allah Anak tidak pernah
menempatkan Dirinya tidak di bawah kepemimpinan Allah Bapa.
Ini menjadi batu sandungan kita karena kita yang hidup di
dunia ini sudah terbiasa menganggap bahwa orang tunduk kepada orang lain, orang
yang melakukan kehendak orang lain itu kualitasnya, kemampuannya, statusnya
pasti lebih rendah daripada orang yang dipatuhi. Di dunia nyaris
tidak ada orang yang dengan sukarela mau menempatkan dirinya di bawah autoritas
orang lain kalau dia bisa menjadi bos sendiri. Kalau ada manusia yang lebih
tinggi pendidikan formalnya, yang lebih besar
kemampuannya, bersedia menjadi karyawan orang lain yang kecerdasannya
kalah dari dirinya, itu biasanya demi gaji. Jadi di mata orang dunia, tunduk
kepada orang lain itu sesuatu yang merendahkan, yang melayani kehendak orang
lain itu tingkatnya lebih rendah daripada yang dilayani. Tapi sesungguhnya
tidaklah demikian di mata Tuhan.
Coba kita pikirkan, seorang bayi menangis, menuntut diberi makan karena
lapar. Lalu ibunya meninggalkan semua pekerjaannya dan segera datang memberinya
susu. Ibu ini kan berbuat sesuai keinginan si bayi? Patuh pada kehendak si
bayi, kan? Tapi apakah ibu ini kedudukannya lebih rendah daripada si bayi?
Tidak! Karena melakukan kehendak orang lain berdasarkan
cinta, itu tidak berarti kedudukannya lebih rendah, atau “lebih kecil” daripada
orang yang kita layani.
Apa kata Yesus?
Matius
20:26-27
26 Tetapi tidak boleh demikian di
antara kamu. Melainkan barangsiapa yang mau menjadi besar di antara kamu,
hendaklah ia menjadi pelayanmu, 27 dan
barangsiapa ingin menjadi pemimpin di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;
Nah, konsep ini
selalu berlaku dalam suatu hubungan yang rohani.
Konsep
ini pula yang berlaku di hubungan Yesus dengan BapaNya.
Dari kekekalan
hingga kekekalan Yesus, Allah Anak itu selalu melakukan kehendak Allah Bapa,
selalu menempatkan DiriNya di bawah pimpinan Bapa. Sebaliknya Bapa meletakkan segala sesuatu
di bawah Allah Anak, lihat:
Matius 28:18,
Yesus datang
dan berkata kepada mereka, ‘Segala kuasa telah diberikan
kepada-Ku di Sorga dan di bumi.’
Jadi siapa yang punya kuasa? Yesus!
Bukan Allah Bapa. Bukan hanya di
bumi lho. Tapi di Surga dan di bumi.
Tapi Yesus tidak melakukan kehendakNya sendiri, Dia
melakukan kehendak BapaNya.
Yohanes 5:19,
30
19Maka Yesus menjawab dan berkata
kepada mereka, ‘Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Anak tidak dapat melakukan apa-apa dari Diri-Nya Sendiri, tetapi apa yang Dia lihat dilakukan Bapa. Sebab apa pun yang dikerjakan Bapa, itu juga dilakukan Anak dengan cara yang sama. 30 Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari DiriKu
sendiri; … sebab Aku tidak menurut kehendakKu sendiri,
melainkan kehendak Bapa yang mengutus
Aku.
Jadi di Yohanes 14:28 di mana Yesus berkata bahwa “BapaKu lebih besar
daripada Aku” itu bicara dalam hal menjalankan peranan masing-masing,
bukan dalam status keallahan. Allah Bapa adalah kepala Yesus, Yesus
melakukan semua sesuai kehendak Allah Bapa, dengan sukarela, dengan senang hati,
dengan gemar, karena mempunyai misi dan visi yang sama, apa yang dikehendaki
Allah Bapa, itu juga dikehendaki Yesus; sebaliknya Allah Bapa telah menyerahkan
segala kuasa di Surga dan di bumi kepada Yesus karena tahu bahwa Yesus akan
melaksanakan semuanya sama baiknya seperti andai Bapa yang melaksanakannya
sendiri. Ini adalah hubungan dua pihak yang
sangat intim dan indah berdasarkan kasih yang sempurna, di mana tidak ada kontradiksi,
tidak ada perbedaan keinginan, tidak ada perbedaan tujuan, tidak ada yang ingin
menjatuhkan, tidak ada yang mau menjadi lebih berkuasa.
v Bapa memberikan segala kuasa di Surga dan di
bumi kepada Anak ~ berarti Bapa melepaskan segala kuasa.
v Anak yang memegang segala kuasa ~ tetapi Dia menempatkan
DiriNya di bawah kehendak Bapa.
Bukankah ini luar biasa sempurna dan indah?
Yang mana yang benar?
Di Alkitab ada ayat-ayat yang mengatakan
tidak usah takut kepada Allah. Banyak orang Kristen lalu
memakai ayat-ayat itu sebagai izin untuk
tidak takut melanggar Hukum dan Perintah Allah. Katanya karena Allah itu Mahapengasih, jadi semua orang yang sudah menerima Yesus sebagai
Juruselamatnya, sudah pasti selamat kelak, apa pun kelakuannya. Apalagi ada
yang berkata bahwa kita tidak diselamatkan karena perbuatan kita, jadi apa pun
perbuatan kita itu tidak mempengaruhi keselamatan kita. Itulah sebabnya banyak
orang Kristen tidak takut berbuat dosa, karena mereka tidak merasa perlu takut
pada Allah.
Tapi ada juga banyak ayat yang
mengatakan bahwa kita harus takut kepada Allah,
dan kita akan
dihakimi menurut perbuatan kita. Jadi perbuatan kita ikut menentukan apakah
kita selamat sampai akhir atau tidak.
Nah, dua konsep
pemahaman yang bertentangan, mana yang benar?
Mari kita lihat
bagan di bawah ini.
Ini ada
beberapa ayat yang membahas topik “takut” ditulis oleh tiga orang rasul. Jadi bagaimana? Kolom kiri adalah ayat-ayat mengatakan “tidak takut”, kolom kanan ayat-ayat
mengatakan “harus
takut”, dan ditulis oleh rasul-rasul yang sama.
Marilah kita
bahas satu per satu.
Seruan untuk takut akan Allah tentunya tidak diragukan lagi artinya. Mengapa kita harus takut akan Allah?
1. Allah adalah Khalik
Pencipta, Pemilik seluruh alam semesta raya ini dan semua isinya.
2. Dialah
Tuhan kita, dan tuan [majikan] kita. Kita ciptaanNya.
3. Dia yang
memiliki hidup kita. Dia yang
telah menebus kita.
4. Dia yang memelihara hidup kita, yang memberi nafas hidup seitap hari
kepada kita.
5. Dia yang menentukan apakah kita mendapat hidup kekal atau kematian
kekal.
Jadi jika kita takut kepadaNya,
itu sudah seharusnya dan sepantasnya.
Bahkan hingga nanti saat kita sudah
berada di dalam kerajaan Surga pun umat tebusan yang sudah
selamat masih disuruh takut akan Allah, lihat Wahyu 19:5,
“Dan
suatu suara keluar dari takhta itu, mengatakan,
‘Pujilah Allah kita, hai kamu semua hamba-Nya, dan
kamu yang takut akan Dia, baik kecil maupun besar!’”
Kalau begitu,
mengapa rasul-rasul yang berpesan supaya kita takut kepada Allah, juga menulis
ayat-ayat yang seakan-akan menyatakan kita tidak perlu takut kepada Allah lagi?
Baiklah kita kupas ayat-ayat ini:
1. Roma 8:15
Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan lagi supaya takut, tetapi kamu telah menerima Roh pengadopsian, dengan mana kita berseru: ‘Abba, Bapa!
Ayat
ini sama sekali
TIDAK BERKATA kita tidak perlu takut KEPADA
ALLAH, tetapi kita tidak perlu
takut karena kita sudah diadopsi menjadi
anak-anak Allah.
Tidak perlu takut kepada apa? Kepada penghukuman!
Mengapa?
Jawabannya ada di Roma 8:1-2:
1 Demikianlah
sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus yang tidak hidup menurut daging melainkan menurut
Roh. 2 karena
hukum Roh yang memberi hidup dalam Kristus, telah memerdekakan aku dari hukum
dosa dan maut.
Jadi Paulus bicara tentang orang-orang
yang sudah tidak
lagi hidup menurut daging, yang sudah
meninggalkan
dosa, dan yang
sekarang hidup dipimpin Roh Allah. Tentu saja orang-orang ini tidak perlu takut lagi.
Tapi “tidak takut” kepada apa? BUKAN TIDAK TAKUT
KEPADA TUHAN! Melainkan tidak takut kepada hukuman dosa, yaitu mati kekal. Baca sendiri Roma 8:1-16.
2. 2 Timotius 1:7
Sebab Allah tidak memberikan
kepada kita roh ketakutan, melainkan roh kekuatan,
dan kasih, dan pikiran yang sehat.
Ayat ini juga sama sekali TIDAK bicara mengenai takut KEPADA ALLAH. Melainkan Paulus bicara tentang takut menjadi
saksi Tuhan, takut ikut ambil
bagian dalam penderitaan demi mengabaran Injil. Lihat ayat 8 kelanjutannya, dan kita segera paham
apa topik pembicaraan Paulus:
2
Timotius 1:8
Oleh karena itu janganlah engkau
malu akan kesaksian Tuhan kita, atau akan aku (Paulus), yang menjadi tawanan karena Dia, tetapi hendaknya engkau mengambil bagian dalam
penderitaan demi Injil,
menurut kuasa Allah.
Surat
kedua ke Timotius merupakan surat Paulus yang terakhir, tak lama kemudian dia
dibunuh. Jadi, Paulus meninggalkan pesan kepada Timotius, anak rohaninya,
supaya dia tegar sepeninggalnya, supaya dia jangan takut untuk tetap bersaksi mengenai Tuhan, supaya
tidak takut menderita bagi Injil.
3. Lukas 1:74-75
74 bahwa Dia akan mengaruniakan kepada kita, agar kita yang telah diselamatkan dari tangan musuh-musuh kita, boleh melayani Dia tanpa
takut, 75 dalam kekudusan dan
kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita.
Ayat ini juga jelas TIDAK bicara mengenai takut KEPADA ALLAH. Justru dikatakan supaya “kita bisa melayani Dia tanpa takut”.
Kapan kita bisa melayani Tuhan tanpa
rasa takut? Menurut ayat ini setelah “diselamatkan dari tangan musuh-musuh kita”.
Jadi di sini takut kepada siapa? Takutnya kepada
“musuh-musuh kita”, dan ini dikonfirmasi oleh ayat sebelumnya:
Lukas 1:71:
agar kita terlepas dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita.
Lukas menulis tentang Zakharia, ayah
dari Yohanes Pembaptis, yang
menubuatkan suatu masa di mana kita (umat Tuhan) akan terlepas dari semua musuh
kita dan bisa beribadah kepada Tuhan dengan bebas. Kapan masa ini
akan terjadi? Pada saat Setan, dan dosa, dan maut sudah dilenyapkan.
Jadi “takut” di ayat 74 itu ditujukan kepada
siapa? Kepada Setan dan semua anak buahnya yang membenci kebenaran
Tuhan, mereka itulah musuh kita yang membenci kita. Jadi ini tidak bicara takut kepada Tuhan.
4. 1 Yohanes 4:18
Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan terkait dengan hukuman dan barangsiapa
takut, kasihnya tidak sempurna.
Dan inilah ayat yang paling sering
dipakai sebagai argumentasi bahwa orang Kristen tidak
perlu takut kepada Tuhan, karena sudah tidak ada lagi hukuman. Tetapi benarkah
itu yang dimaksud oleh Yohanes?
Ada 4 hal yang dibicarakan Yohanes:
a) Di
dalam kasih tidak ada ketakutan
b) Kasih
yang sempurna melenyapkan ketakutan
c) Ketakutan
terkait dengan hukuman
d) Barangsiapa
takut, kasihnya tidak sempurna
Jadi apa inti ayat ini? K
A S I H
Kasih dari siapa kepada siapa? Apakah kasih
Tuhan kepada kita? BUKAN!
Tetapi kasih kita kepada Tuhan! Dari mana kita tahu? Karena kalimat pertama ayat ini
berkata “Di dalam kasih tidak ada ketakutan”. Jadi jelas ini bicara tentang kasih
kita kepada Tuhan. Dengan kata lain kalau ada ketakutan, berarti kita tidak
betul-betul mengasihi Tuhan.
Sekarang
marilah kita lihat apa kata rasul yang sama tentang definisi kasih:
Yohanes 14:15
Jikalau kamu mengasihi Aku, turuti Perintah-perintah-Ku.
[kata yang diterjemahkan “perintah-Ku”
ini dalam tulisan aslinya adalah ἐντολή en-tol-ay'
yaitu kata yang dipakai untuk 10 Hukum Tuhan yang ditulis pada dua loh batu oleh Tuhan sendiri]. Berarti Yesus berkata, jika kita
mengaku mengasihi Dia, kita harus mematuhi semua isi 10 Hukum Tuhan sebagaimana
yang tertulis pada kedua loh batu.
Karena kalau ada 1 saja yang tidak kita patuhi, itu berarti melanggar semuanya.
Yakobus 2:10
Sebab barangsiapa yang menuruti seluruh Hukum
itu, tetapi melanggar
dalam
satu hal darinya, ia bersalah terhadap seluruhnya.
Berarti kalau ada salah satu saja
dari 10 Hukum itu yang kita langgar, berarti kita tidak mengasihi Tuhan (karena
melanggar 1 berarti melanggar semuanya), dan jika kita tidak mengasihi Tuhan,
kita layak merasa takut menurut 1 Yohanes 4:18 di atas.
Yohanes 15:10
Jikalau kamu menuruti Perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku sama
seperti Aku telah menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.
[sama;
kata yang diterjemahkan “perintah-Ku” adalah kata ἐντολή en-tol-ay'
= 10 Hukum Tuhan]. Berarti patuh kepada 10 Perintah/10 Hukum Tuhan itu bukti kita memang mengasihi
Tuhan, bukan hanya omong doang, bukan munafik pura-pura mengasihi
Tuhan.
1 Yohanes 2:3-5
3 Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau
kita menuruti Perintah-perintah-Nya. 4 Dia yang berkata, ‘Aku mengenal Dia’ dan tidak menuruti Perintah-perintahNya, ia seorang pendusta dan kebenaran tidak ada dalamnya. 5 Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu
sungguh sudah sempurna kasih Allah. Dengan itulah kita tahu, bahwa kita ada di
dalam Dia.
1 Yohanes 4:8
Dia yang tidak mengasihi, tidak mengenal Allah, sebab Allah itu kasih.
Jadi, jelas sekali “Di dalam kasih tidak ada ketakutan” karena kasih itu berarti “menuruti Perintah-perintah Tuhan” Jika kita sudah menuruti semua perintah
Tuhan (dalam hal ini yang dimaksud adalah 10 Hukum Allah),
maka
apa lagi yang perlu ditakuti?
Marilah kita rinci lagi:
Jadi 1 Yohanes 4:18 sama sekali tidak mengatakan bahwa kita tidak perlu takut kepada Tuhan, justru pesannya adalah: Turutilah segala perintah Tuhan,
karena jika tidak, itu berrti kita
tidak mengasihi Tuhan dengan sempurna, dan itu akan mendatangkan hukuman.
Memang ada
ayat-ayat yang mengatakan “jangan takut” atau “tidak ada ketakutan”, tapi
perhatikan yang teliti, “jangan
takut”nya itu kenapa dan kepada siapa/apa, apa yang tidak perlu
kita takuti. Kita harus sangat berhati-hati supaya
tidak tersungkur masuk jebakan Setan. Setan selalu mengajak manusia untuk tidak menuruti Perintah dan Hukum Tuhan, karena dia
tahu bahwa itu kelak akan mendatangkan hukuman. Setan
tidak ingin manusia selamat. Setan ingin manusia sama celakanya seperti dia.
Jadi setiap kali kita membaca atau mendengar ayat yang “seakan-akan” mengatakan
kita tidak perlu mematuhi atau menuruti perintah dan Hukum Tuhan, sadarlah bahwa Setan sedang berbisik di telinga
kita.
Ada beberapa ayat, yang kalau dibaca sepintas lalu, tanpa
melihat ke konteksnya, bisa memberikan kesan seolah-olah Tuhan
telah berbohong dan tidak menepati janjiNya.
#1. Matius 21:22
Dan semua hal, apa
saja yang akan kamu minta dalam doa, dengan yakin, kamu
akan menerimanya.
#2. Markus 11:24
Karena itu Aku berkata kepadamu, Apa saja yang kamu inginkan ketika kamu berdoa, yakinlah kamu menerima mereka, dan kamu akan menerima mereka.
Kedua ayat ini jika dibaca
terlepas dari konteksnya seakan-akan begitu mudah Tuhan mengabulkan segala permintaan manusia, ya? Asal tutup mata, berdoa, yakin akan menerima, simsalabim terwujud. Sampai ada yang mengajarkan teori
afirmasi, sesering mungkin berkata dalam hati bahwa apa yang kita minta pada
Tuhan itu sudah sedang Tuhan wujudkan. Tapi
mengapa kok tidak terwujud? Akhirnya ada yang marah atau kecewa dan berkata Yesus berbohong.
Yesus
tidak berbohong. Kita yang salah konteks membaca ayat. Silakan
baca seluruh konteks ceritanya.
Matius 21:22 dan Markus 11:24
itulah bagian dari insiden mengeringnya
pohon ara yang dikutuk Yesus. Murid-muridNya begitu heran atas
kejadian tersebut, dan Matius mencatat kata-kata Yesus memberikan penjelasan demikian:
Matius 21:21-22
21 Yesus menjawab dan
berkata kepada mereka, ‘Sungguh Aku berkata kepadamu, jika kamu punya iman dan tidak ragu. kamu bukan saja akan
melakukan apa yang Kuperbuat kepada pohon ara itu, tetapi juga jikalau kamu akan berkata kepada gunung ini: Disingkirkanlah kamu, dan tercampaklah kamu ke dalam laut; hal itu akan dilakukan. 22 Dan semua hal, apa saja yang akan kamu
minta dalam doa dengan yakin, kamu akan menerimanya.
Markus mencatatnya demikian:
Markus 11:22-24
22 Dan Yesus menjawab, berkata kepada mereka, ‘Beriman
pada Allah. 23 Karena sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Barangsiapa
berkata kepada gunung ini: Hendaknya kamu
disingkirkan, dan kamu dicampakkan ke dalam laut; dan tidak akan bimbang hatinya, melainkan yakin hal-hal yang dikatakannya itu
akan terjadi, dia akan menerima apa pun yang
dikatakannya. 24 Karena itu Aku berkata kepadamu, Apa saja yang
kamu inginkan ketika kamu berdoa, yakinlah kamu menerima mereka, dan kamu akan
menerima mereka.
Apa syaratnya?
1. Yesus tidak bicara tentang:
permohonan
doa untuk minta mobil, minta rumah mewah, minta hal-hal materi, minta jabatan, minta suami kaya, minta istri
cantik, dan lain-lain demi kemuliaan diri
sendiri. Bukan untuk
keuntungan pribadi, tetapi untuk menyatakan
kemuliaan Allah.
2. Harus
ada iman.
Yesus
berkata ”Beriman pada Allah.” Ini bukan hanya soal percaya bahwa Yesus adalah Juruselamat
kita, tetapi iman yang menyerahkan
seluruh hidup kita kepada Allah, seperti yang dilakukan Yesus pada Bapa:
Yohanes 5:30
Aku tidak
dapat berbuat apa-apa dari DiriKu sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa
yang Aku dengar, dan penghakimanKu adil sebab Aku tidak menurut kehendakKu sendiri,
melainkan kehendak Bapa yang mengutus
Aku.
Kesimpulan: Jika
kita memiliki kepasrahan seperti Yesus pada Bapa dalam segala hal, maka
berlakulah janji Yesus itu. Tetapi, selama kita belum bisa pasrah seperti itu, selama
kita masih menuruti kehendak kita sendiri dan bukan kehendak Bapa, maka kita belum memiliki iman seperti
iman Yesus Kristus, jelas kita tidak sanggup mengklaim janji Tuhan ini, walaupun dalam
kemurahanNya Tuhan tetap
sering mengabulkan banyak permohonan kita.
Bayangkan betapa berbahayanya bagi
seseorang yang tidak 100% menurut kehendak Tuhan dikabulkan semua permintaannya, lalu kurang kerjaan memindahkan
gunung dan mengeringkan pohon-pohon orang!
Hanyalah mereka yang
sudah bisa tunduk sepenuhnya kepada kehendak Tuhan, yang bisa memakai kemampuan
itu untuk kemuliaan Tuhan, dan
bukan untuk memenuhi egonya sendiri.
#3. Yohanes 15:7
Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan
Firman-Ku tinggal di dalam kamu, kamu akan meminta apa yang kamu mau, dan itu akan diberikan kepadamu
Apa syaratnya?
3. Jikalau
kamu tinggal di dalam Aku
4. dan
firman-Ku tinggal di dalam kamu,
Yohanes yang sama menjabarkan apa
definisinya kedua syarat di atas:
Yohanes 15:10
Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku sama
seperti Aku telah menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.
2 Yohanes 1:9
Barangsiapa melanggar, dan tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tidak memiliki
Allah. Dia
yang tinggal di dalam ajaran Kristus, ia
memiliki Bapa dan Anak berdua.
Kesimpulan: Jadi, kalau kita tidak menerima
apa yang kita minta, itu salah
satu alasannya karena kita belum
tinggal di dalam Kristus,
kita belum menuruti semua perintah Kristus, sehingga bisa
saja kita salah minta.
#4. 1 Yohanes 5:14
Dan inilah kepercayaan yang kita miliki dalam Dia, yaitu
jikalau kita meminta apa pun menurut kehendak-Nya,
Ia mendengar kita.
Apa syaratnya?
5. “meminta.... menurut kehendak-Nya”
Kesimpulan: permintaan
yang tidak menurut kehendak Tuhan, tidak termasuk di sini. Berarti kita harus tahu
dulu apa kehendak Tuhan supaya
kita bisa minta menurut kehendak Tuhan. Untuk tahu kehendak Tuhan, Roh Kudus
harus diam dalam hati kita karena Dialah yang mengingatkan kita akan semua yang
pernah kita pelajari dari Alkitab.
#5. Yohanes 14:13-14
13 Dan apa saja yang akan
kamu minta dalam nama-Ku, itu akan Aku
lakukan, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. 14 Jika kamu akan meminta
apa pun dalam nama-Ku, Aku akan
melakukannya.’
Apa syaratnya?
6.
“supaya Bapa
dipermuliakan”.
Kesimpulan: jadi
permintaan yang tidak untuk mempermuliakan Bapa tidak termasuk di sini.
#6.
Yohanes 16:24
Sampai sekarang kamu
belum meminta apa pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah
sukacitamu.
Kita baca ayat-ayat sebelumnya
supaya kita tahu dalam
konteks apa yang dibicarakan Yesus:
Yohanes 16:22-23
22 Dan kamu
sekarang berduka; tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan
bergembira, dan sukacitamu tidak akan diambil siapa pun darimu. 23
Dan pada hari itu kamu tidak akan perlu minta
apa pun kepada-Ku. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, apa pun yang akan kamu
minta kepada Bapa dalam nama-Ku, Dia akan memberikannya kepadamu.
Kesimpulan:
Ini
adalah bagian dari pesan perpisahan Yesus kepada
murid-muridNya sebelum kematianNya. Ayat ini hanya ditujukan kepada mereka,
untuk menguatkan mereka, supaya mereka tahu, bahwa setelah Yesus diambil dari
mereka, yang akan segera terjadi, mereka
tidak sendirian, lihat, “pada hari itu” mereka boleh langsung berdoa dan minta kepada Bapa dalam
nama Yesus, dan saat itu apa pun yang mereka minta kepada Bapa,
mereka akan menerima karena Bapa ingin mereka boleh bersukacita lagi.
#7.
Yakobus 4:3
Kamu minta, dan tidak menerima, karena kamu salah meminta, yaitu agar kamu boleh
menghabiskannya untuk memuaskan hawa nafsumu.
Apa syaratnya?
7.
Yang diminta bukan “untuk
memuaskan hawa nafsumu”.
Permintaan yang egoistis tidak didengar Tuhan. Tuhan hanya memberi apa yang
baik. Kalau itu demi memuaskan hawa nafsu daging kita, itu jelas bukan sesuatu
yang baik, dan tidak akan didengar Tuhan.
Kesimpulan: Segala apa yang demi kepuasan pribadi, misalnya harta, ambisi, kedudukan, jabatan, dan
lain-lain yang tujuannya adalah untuk meninggikan diri sendiri, tidak termasuk dalam janji ini.
#8. Matius 7:11
Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang
baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di Sorga akan memberikan hal-hal yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.
#9. Lukas 11:13
Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik
kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di Sorga akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.
Apa syaratnya?
8. Yang
diberikan adalah “yang baik” menurut Tuhan.
Itu tulisan Matius. Lukas memperjelas apa yang baik
itu, yaitu Roh Kudus.
Kesimpulan: seringkali “yang baik” menurut Tuhan tidak sama dengan yang ada di kamus kita. Yang baik menurut Tuhan
adalah yang akan membawa kita lebih dekat kepada Tuhan, membawa kita kepada
pertobatan, dan keselamatan. Roh Kudus adalah pemberian terbaik bagi kita, karena Roh Kudus yang
menuntun kepada pertobatan dan keselamatan. Sedangkan “yang baik” menurut kita
sering-sering adalah segala yang membuat kita bergerak menjauhi Tuhan dan
semakin mendekati dunia dan semua daya tariknya.
#10. Filipi 4:19
Tetapi Allahku akan memenuhi segala
keperluanmu menurut kekayaan dalam kemuliaan-Nya oleh Kristus Yesus.
Apa syaratnya?
9. Yang
diberi oleh Tuhan adalah “segala keperluan”, bukan segala keinginan kita.
Yang tidak termasuk
“keperluan” tidak dijanjikan pasti diberi, walaupun sering sekali Tuhan melimpahi kita dengan
berkat-berkat lain yang sebenarnya tidak layak kita terima.
Mengapa
Allah begitu baik kepada manusia?
Lukas 6:35
Tetapi kasihilah musuhmu, berbuatlah baik, dan pinjami, tidak
mengharapkan balasan apa pun; dan pahalamu
akan besar, dan kamu akan menjadi anak-anak Yang Mahatinggi, sebab Ia baik kepada orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan jahat.
Kesimpulan: Apa
yang kita perlukan sering jauh lebih kecil atau lebih sedikit daripada apa yang kita inginkan. Janji Tuhan hanya meng-cover
keperluan kita, bukan keinginan kita.
#11. Lukas 11:9-10
9 Dan Aku berkata kepadamu, ‘Mintalah, dan itu akan diberikan kepadamu; carilah, dan kamu akan menemukan;
ketuklah, dan itu akan dibukakan bagimu. 10
Karena setiap orang yang meminta, menerima; dan setiap orang yang mencari, menemukan; dan bagi
setiap orang yang mengetuk, itu akan
dibukakan.
#12. Matius 7:7
Mintalah, dan itu akan diberikan kepadamu; carilah, dan kamu akan mnemukan;
ketuklah, dan itu akan dibukakan bagimu.
Apa yang dibicarakan Kristus di
sini? Apakah Kristus berbicara tentang
materi dunia?
10. Apa yang harus kita minta?
Kisah Para Rasul 15:8
Dan
Allah, yang tahu hati manusia, memberi kesaksian tentang mereka, mengaruniakan Roh Kudus
kepada mereka, sebagaimana yang dilakukanNya kepada
kita,
Efesus 1:13-14
13
Di dalam Dia kamu juga percaya, setelah
kamu mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu-- di dalam Dia juga, setelah kamu percaya kamu dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu.14 Yang adalah jaminan warisan kita
sampai penebusan yang menjadikan kita milik Allah, terpujilah kemuliaanNya
11. Apa yang harus kita
cari?
Matius 6:33
Tetapi carilah dahulu Kerajaan
Allah dan kebenaranNya, dan semua hal itu akan ditambahkan
kepadamu.
Matius 13:45
45 Lagi, Kerajaan Sorga itu seumpama seorang
pedagang yang mencari mutiara yang indah. 46 yang setelah menemukan sebutir
mutiara yang sangat berharga, pergi dan menjual
seluruh miliknya, dan membeli mutiara itu.
Kisah Para Rasul 15:17
supaya semua manusia yang lain boleh mencari
Tuhan, yaitu segala
bangsa yang bukan
Yahudi, yang dipanggil
dengan namaKu,’ firman Tuhan yang melakukan semuanya ini
Galatia 1:10
Jadi apakah sekarang
aku meyakinkan manusia atau Allah? Atau apakah
aku berusaha menyenangkan manusia? Karena
jika aku masih
menyenangkan manusia, aku tidak layak menjadi hamba Kristus.
12. Pintu mana yang harus
diketok?
Matius 23:13
Celakalah kamu, hai
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, orang-orang munafik, karena kamu
menutup Kerajaan
Sorga bagi orang.
Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu tidak
mengizinkan mereka yang akan masuk, untuk
masuk.
Yohanes 10:9
Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan diselamatkan dan akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput
Wahyu 3:8
Aku tahu segala pekerjaanmu; lihatlah, Aku telah menempatkan di depanmu sebuah pintu yang terbuka, dan tidak ada yang bisa menutupnya karena engkau memiliki sedikit kekuatan dan telah menuruti firman-Ku dan tidak menyangkal nama-Ku.
Bagi yang mempelajari kitab Wahyu
tahu ini
pintu ke Bilik Mahakudus, berarti
mereka yang paham bahwa sekarang manusia hidup di masa
Grafirat, masa penghakiman jadi kita harus hidup dengan penuh
kesadaran dan menyelidiki hati.
Jadi tidak sembarang permintaan, tidak sembarang yang dicari,
tidak sembarangan pintu
diketuk. Harus tepat apa yang
diminta, apa yang dicari dan pintu mana yang diketuk, barulah janji Tuhan ini
berlaku.
JADI BAGAIMANA
SEBENARNYA SEHARUSNYA SIKAP KITA DALAM HAL MINTA-MEMINTA INI KEPADA TUHAN?
Tetapi
bila kamu berdoa,
jangan memakai pengulangan yang tidak berarti,
seperti yang dilakukan orang-orang yang tidak mengenal
Allah,
karena
mereka menyangka bahwa mereka akan didengar
karena banyaknya
kata-kata doa mereka.
Jadi
janganlah kamu seperti mereka,
karena Bapamu
mengetahui apa yang kamu perlukan,
sebelum kamu minta
kepada-Nya
(Mat 6:7-8)
Karena demi tujuan ini Injil telah diberitakan juga kepada mereka yang sekarang sudah
mati, supaya mereka boleh dihakimi sebagaimana manusia dalam
dagingnya, tetapi hidup dalam Roh menurut
Allah.
Ada orang
yang menganggap ayat ini berkata, pengabaran Injil juga disampaikan kepada
orang-orang yang sudah mati. Tetapi, itu
pemahaman yang salah.
Bahasa Indonesia tidak mengenal kata kerja menurut pembagian waktu, sehingga
lebih jelas jika kita melihat ke ayat ini dalam terjemahan bahasa Inggris yang
mengenal “tenses”.
For this is why the good news (the Gospel) was
preached [[a]in their lifetime] even to the dead, that though judged in fleshly
bodies as men are, they might live in the spirit as God does. [Amp]
ü Injil sudah dikhotbahkan kepada orang-orang yang sudah mati pada waktu mereka hidup.
For this
reason the ·Good News [Gospel] was preached to those who are now dead. Even though they were judged ·like all
people [L according
to human beings in the flesh], the Good News was preached to them so they
could live ·in the spirit as God lives [or in the Spirit as God lives; L according to God in the spirit/Spirit; C though Christians will die physically, because of the Good
News they will live forever with God]. [EXB]
ü
“was
preached” = past tense = sudah terjadi di masa lampau = sudah pernah
dikhotbahkan ketika mereka masih hidup di masa
lampau.
ü
“are
now dead” = present tense = yang sekarang dalam keadaan mati.
Jadi jelas sekali,
bahwa Injil itu bukan dikhotbahkan sekarang kepada orang yang
dalam keadaan mati [= mayat], melainkan dikhotbahkan kepada orang-orang saat mereka
masih hidup tapi yang sekarang sudah mati.
Dari dua terjemahan ini jelas sekali yang dimaksud oleh 1 Petrus 4:6 adalah:
1) Orang-orang
yang sekarang sudah mati,
sudah
pernah menerima kabar selamat [Injil] pada waktu mereka hidup dulu.
2) Karena sudah pernah menerima kabar Injil, mereka bisa
dihakimi dalam kondisi mati.
Mereka
tidak punya alasan untuk berkata mereka tidak tahu tentang Injil. Tuhan hanya menghakimi manusia atas
apa yang mereka tahu, yang mereka tidak tahu, tidak disalahkan oleh Tuhan.
3) Pada saat mereka masih bernafas,
mereka hidup
oleh Roh, menurut kehendak Allah, artinya mereka patuh kepada Tuhan.
Jika kita
membaca pasal sebelumnya, Petrus berbicara mengenai
orang-orang di zaman Nuh, yang semuanya sekarang sudah mati.
1 Petrus 3:18-20
18
Sebab Kristus juga pernah satu kali mati
untuk dosa, Yang benar untuk yang tidak benar, supaya Ia boleh membawa kita kepada Allah; setelah dibunuh sebagai manusia,
tetapi dibangkitkan oleh Roh, 19 melalui Roh itu juga Ia telah pergi
dan memberitakan Injil kepada jiwa-jiwa yang di dalam penjara, 20 yang selama
suatu masa tidak taat, saat dengan
panjang sabar Allah menanti di zaman
Nuh, sementara bahteranya sedang dipersiapkan, di mana hanya sedikit, yaitu
delapan orang, yang diselamatkan dari air
bah.
Jadi di sini
Petrus berkata:
ü Kristus mati satu kali untuk dosa, Yang benar
(Kristus) untuk yang tidak benar (manusia),
ü supaya Kristus bisa menyelamatkan manusia,
mendamaikan manusia dengan Allah.
ü Untuk itu, Kristus mati sebagai manusia,
tetapi Dia dibangkitkan oleh Roh.
ü Kristus melalui Roh Kudus pergi memberitakan Injil
kepada manusia yang terpenjara oleh dosa. Jadi siapa yang pergi menginjil? Roh Kudus!
Roh Kudus yang bicara kepada manusia melalui hati nurani.
Hati nurani siapa?
ü Manusia yang hidup di zaman Nuh.
ü Di masa itu, Allah menunggu dengan panjang
sabar supaya manusia mau bertobat, selama Nuh membangun bahteranya. Berapa lama
itu? 120 tahun.
ü Tetapi hanya 8 orang yang selamat dari air bah
itu.
Jadi kapan manusia di zaman
Nuh mendengar tentang Injil? Setelah mereka mati? TIDAK! Ya pada waktu mereka masih hidup, selama 120 tahun Nuh membangun bahtera,
Roh Kudus bergumul dengan mereka, berusaha membawa mereka kepada
pertobatan. Tapi tidak ada yang menerima, hanya Nuh sekeluarga. Ini yang
dimaksud 1 Petrus 4:6.
Jadi 1 Petrus 4:6
sama sekali tidak mengatakan bahwa ada pengabaran Injil kepada mayat-mayat di “dunia orang mati” karena
kita semua tahu, mayat itu adalah daging yang membusuk, yang tidak punya
kesadaran; sedangkan arwah itu tidak ada, itu penipuan Setan. Untuk pembahasan tentang arwah, silakan melihat ke serial Alkitab Menjawab
Tentang Kematian di blog ini juga.
Bagian pertama:
https://smaragd84.blogspot.com/2013/03/alkitab-menjawab-tentang-kematian-bag.html
dan bagian
kedua:
https://smaragd84.blogspot.com/2013/03/alkitab-menjawab-tentang-kematian.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar