Rabu, 03 April 2013

ALKITAB MENJAWAB TENTANG AYAT-AYAT YANG MEMBINGUNGKAN 4/1



Kita  bertanya

Alkitab  menjawab4/1

AYAT-AYAT YANG DIANGGAP KONTRADIKTIF ATAU MEMBINGUNGKAN



Banyak orang berkata bahwa Alkitab itu tidak konsisten, karena ada beberapa ayat yang membingungkan. Mereka mengatakan, jika Alkitab itu benar-benar Wahyu Tuhan, maka tidak mungkin ada perbedaan.

 

Nah, sebelum kita membahas ayat-ayat yang dianggap berbeda atau tidak serasi, harus kita pahami lebih dulu bahwa Tuhan tidak mendikte manusia yang menulis Alkitab. Tuhan tidak memanggil seorang nabi atau rasul dan berkata, “Musa, (atau Yesaya, atau Daniel, atau Matius, atau Yohanes, atau Paulus) duduk dan tulislah apa yang Aku katakan.” Tidak. Tuhan tidak mendikte. Tetapi Tuhan memberi nabi-nabi dan rasul-rasulNya wahyu atau pesan melalui penglihatan (vision), atau mimpi, atau suara, kemudian nabi atau rasul yang diberi wahyu oleh Tuhan itu yang menulisnya sendiri. Jadi setiap nabi/rasul punya kebebasan menulis dengan gaya bahasanya sendiri, dalam bahasanya sendiri, mengenai wahyu yang diterimanya dari Tuhan. Terkadang juga bukan nabi atau rasul itu sendiri yang menulisnya, tetapi ada orang lain yang dipakai nabi atau rasul itu untuk menuliskan untuknya. Namun, ini yang penting, semua tulisan itu di bawah tuntunan Roh Kudus, jadi manusia yang menulisnya tidak menulis sesuka hatinya. Roh Kudus yang menuntunnya. Karena itu tulisan-tulisan di Alkitab namanya tulisan-tulisan inspirasi, karena itu tidak berasal dari pikiran manusia sendiri, melainkan diinspirasi oleh Tuhan. Dan sudah pasti Tuhan akan menjaga kebenaran wahyu atau pesanNya yang ditulis itu. Jadi jangan khawatir bahwa Alkitab itu perlu diragukan kebenarannya. Tuhan pasti akan menjaga kebenaran wahyu atau pesanNya.

Justru kesalahan yang paling sering terjadi adalah pada penyalinannya (di zaman nabi-nabi belum ada mesin cetak, jadi setiap copy tulisan inspirasi itu disalin secara manual satu per satu, dan di sini bisa terjadi kesalahan penyalinan), atau pada penerjemahannya. Jika si penerjemah memasukkan sendiri kata-katanya, itu bisa mengubah arti pesan dari Tuhan. Karena itu paling baik bila kita bertemu dengan ayat-ayat yang tidak serasi, kita membaca beberapa versi terjemahan yang berbeda. Juga akan sangat membantu bila kita memakai bantuan dari Strong’s Dictionary. Selain kita bisa melihat makna katanya yang asli, kita juga bisa tahu kata-kata mana yang ada di salinan naskah yang asli, dan mana-mana yang ditambahkan oleh si penerjemah.

Salinan naskah Alkitab yang paling bisa diandalkan adalah yang dari Textus Receptus, dan versi KJV dan NKJV itu diterjemahkan dari Textus Receptus ini. Karena itu ayat-ayat yang dikutip di sini tidak diambil dari Alkitab versi LAI, melainkan adalah terjemahan langsung dari KJV atau NKJV, karena itu ada perbedaan dengan versi LAI, terkadang hanya perbedaan kecil, terkadang perbedaan yang cukup signifikan. Kalian bisa membandingkan sendiri.

 

Baiklah sekarang kita membahas beberapa ayat yang dianggap tidak sinkron.

 


75. MATIUS 20:29-30; MARKUS 10:46 >< LUKAS 18:35

Matius 20:29-30

29 Dan ketika mereka (Yesus dan murid-murid-Nya) meninggalkan Yerikho, banyak sekali orang mengikuti Dia. 30 Dan lihatlah, dua orang buta yang duduk di pinggir jalan, ketika mereka mendengar bahwa Yesus lewat, berseru, mengatakan,  ‘Ya Tuhan, Anak Daud, kasihanilah kami!’

 

Markus 10:46

Dan mereka (Yesus dan murid-muridNya) datang ke Yerikho. Dan ketika Yesus meninggalkan Yerikho dengan murid-murid-Nya,  dan sejumlah besar orang, Bartimeus yang buta, anak Timeus, duduk di pinggir jalan, mengemis.

 

Lukas 18:35

Dan terjadilah, ketika Yesus hampir tiba di Yerikho, ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan, mengemis.

 

Ini adalah kisah yang sama, yaitu Yesus menyembuhkan seorang buta. Matius dan Markus menulis bahwa Yesus dan murid-muridNya bertemu dengan orang itu ketika mereka  meninggalkan Yerikho, tetapi Lukas menulis kejadian itu terjadi ketika Yesus “hampir tiba di Yerikho”.  

Jadi yang benar yang mana? Sudah meninggalkan Yerikho atau baru mau masuk ke Yerikho?

 

KEDUA-DUANYA BENAR!

Ternyata ada dua kota tempat yang bernama Yerikho di zaman Yesus!

1.    Yerikho yang lama

dihancurkan oleh bangsa Israel di bawah pimpinan Yoshua (yang dindingnya dirobohkan Tuhan). Tempat ini tidak dibangun kembali.

2.    Yerikho baru

yang jauh lebih kecil di sebelah selatan Yerikho lama (kira-kira berjarak 2 mil), menjadi tempat istana musim dingin Raja Herodes, yang dikenal dengan sebutan “Herodian Jericho”.

 

Jadi, apa yang terjadi adalah, Yesus dan murid-muridNya sedang dalam perjalanan dari seberang sungai Jordan menuju Yerusalem, mereka melewati Yerikho lama, dan setelah meninggalkan Yerikho lama, mereka menuju Yerikho baru (Herodian Jericho). Rombongan Yesus ini bertemu dengan si pengemis buta setelah mereka meninggalkan Yerikho lama, dan sebelum memasuki Yerikho baru. Berarti pengemis ini lokasinya ada di dekat Yerikho baru, sebelum memasukinya.

Matius dan Markus menulis bahwa waktu itu mereka telah keluar dari Yerikho (lama), dan Lukas menulis mereka hampir tiba di Yerikho (baru). Sama-sama benar, tidak ada yang salah, dan tidak ada yang kontradiktif. Bukti bahwa Tuhan tidak mendikte rasul-rasulNya ketika mereka menulis. Mereka menulis berdasarkan pengertian mereka tentang apa yang mereka lihat atau dengar, dengan gaya bahasa mereka sendiri, dan selama itu tidak salah, Roh Kudus merestui tulisan mereka.

 


76. KISAH 9:7 >< KISAH 22:9

Kisah 9:7

Maka teman-temannya seperjalanan berdiri termangu-mangu, mereka mendengar suara tetapi tidak melihat siapa pun.

Kisah 22:9

Dan mereka yang menyertai aku, memang melihat cahaya itu, dan merasa takut;  tetapi mereka tidak mendengar suara Dia, yang berbicara kepadaku.

 

Ini adalah kisah Saulus ketika dia ditegur oleh Yesus pertama kalinya dalam perjalanan ke Damsyik untuk mengejar dan mempersekusi orang-orang Kristen. Ini terjadi sebelum dia bertobat.

 

Ada orang yang mengatakan dua ayat ini kontradiktif. Yang satu mengatakan mendengar suara tetapi tidak melihat siapa pun”, ayat satunya mengatakan melihat cahaya… tetapi tidak mendengar suara Dia, yang berbicara”

Sesungguhnya jika kita membaca dengan teliti kita langsung tahu bahwa AYAT-AYAT INI TIDAK KONTRADIKTIF, melainkan saling melengkapi.

 

Kisah 9:7 mengatakan bahwa teman-teman seperjalanan Saulus mendengar suara berarti yang mereka dengar itu hanya “suara”, atau “bunyi” BUKAN “KATA-KATA”! Suara Tuhan itu bisa terdengar seperti guntur, atau seperti suara air. Lihat kedua ayat di bawah ini.

Kisah 22:9 mengatakan teman-teman Saulus itu tidak mendengar suara Dia, yang berbicara”. Jadi mereka mendengar suara tetapi tidak mendengar apa yang dikatakan suara itu. Tuhan hanya berbicara kepada Saulus, jadi yang mendengar kalimat Tuhan hanya Saulus. Teman-teman seperjalanannya hanya mendengar suara saja, bunyi yang mungkin seperti guntur atau seperti bunyi banyak air mengalir.

 

2 Samuel 22:14

TUHAN mengguntur dari surga, dan Yang Mahatinggi memperdengarkan suara-Nya.

 

Wahyu  1:15

Dan kaki-Nya bagaikan kuningan mengilat seolah-olah mereka menyala di dalam perapian; dan suara-Nya bagaikan suara banyak air.

 

Jadi sudah beres ya urusan suara ini? Jelas orang-orang itu hanya mendengar bunyi/suara tapi bukan pembicaraan Tuhan kepada Saulus.

 

Kisah 9:7 juga mengatakan tetapi tidak melihat siapa pun”.

Perhatikan kata yang dipakai adalah “siapa pun”, terjemahan KJV mengatakan “no man” atau “tidak ada siapa-siapa”, dari kata aslinya μηδείς, μηδεμία, μηδέν [mēdeis mēdemia mēden] yang artinya tidak ada satu orang pun, baik maskulin feminin maupun netral. Dalam beberapa bahasa kata-kata benda itu ada yang maskulin, feminin, atau netral.

Kisah 22:9 mengatakan teman-teman Saulus itu melihat cahaya”. Berarti mereka TIDAK MELIHAT ADA MANUSIA tapi mereka melihat cahaya. Tidak ada yang kontradiktif.

Jadi lain kali kalau kita melihat ada ayat yang kontradiktif coba dibaca dulu dengan lebih seksama, sering kali karena kita kurang teliti maka ada informasi yang terlewatkan.

 



77. ROMA 14:5-6  ><  IBRANI 4:9-11

Roma 14:5-6

5 Satu orang menghargai satu hari di atas hari yang lain; orang lain menghargai semua hari sama. Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri. 6 Dia yang menghargai hari itu, ia menghargainya bagi Tuhan. Dan dia yang tidak menghargai hari itu, bagi Tuhan dia tidak menghargainya. Dia yang makan, makan bagi Tuhan, sebab ia mengucap syukur kepada Allah. Dan dia yang tidak makan, bagi Tuhan ia tidak makan., dan mengucap syukur kepada Allah.

 

Ibrani 4:9-12

9 Jadi oleh karena itu masih tersisa satu perhentian… σαββατισμός [sabbatismos] bagi umat Allah. 10 Karena dia yang telah masuk ke perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari pekerjaannya sendiri, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya. 12 Karena itu marilah kita bekerja keras untuk masuk perhentian itu, jangan sampai siapa pun jatuh mengikuti contoh ketidakpercayaan yang sama.

 

Roma 14:5-6 mengatakan semua hari sama.

Ibrani 4:9-12 mengatakan masih tersisa satu perhentian bagi umat Allah, dan perhentian itu dari kata σαββατισμός [sabbatismos]. Kapan Tuhan menyuruh manusia masuk perhentian? Hari ketujuh, hari Sabat Tuhan Allah. Malah di ayat 12 dikatakan kita harus    "bekerja keras untuk masuk perhentian itu", berarti hari perhentian itu, hari ketujuh itu, perlu diperhatikan atau dianggap sama seperti semua hari yang lain?  Hari ketujuh ini beda dengan hari-hari yang lain karena itu hari perhentian. Berarti semua hari tidak sama. Atau lebih tepatnya, hari-hari yang lain itu sama, kecuali hari ketujuh yang beda.

Jadi bagaimana memahami ini?

 

Kedua ayat ini sama-sama ditulis oleh Paulus, jadi tidak mungkin Paulus mengkontradiksi dirinya sendiri, bukan?

Coba kita baca kedua ayat ini dengan lebih teliti.

Jelas di Ibrani 4:9-12 Paulus justru menyuruh umat Allah masuk dalam perhentian hari ketujuh itu, malah harus bekerja keras untuk bisa masuk ke perhentian itu. Kalau kita baca Keluaran 20:9-10 dikatakan,

9 enam hari lamanya engkau harus bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, 10 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka pada hari itu jangan melakukan sesuatu pekerjaan,

 

Hari ketujuh [Sabtu] adalah hari perhentian σαββατισμός [sabbatismos]. Karena disebut hari perhentian, tidak cukup kita hanya beribadah kepada Tuhan pada hari itu, tetapi pada hari itu kita WAJIB BERHENTI DARI SEMUA PEKERJAAN SEHARI-HARI KITA.  Tuhan tidak menyuruh kita tidak bekerja setiap hari, Tuhan tidak suka kita menganggur dan bermalas-malasan. Tuhan berkata, bekerja enam hari, dan masuk perhentian pada hari ketujuh. Berarti ada bedanya antara enam hari kerja dengan hari perhentian.

Mengapa Roma 14:5-6 mengatakan semua hari itu sama?

Sebetulnya pembahasan Roma 14:5-6 sudah dijelaskan di # 25 di seri Kita Bertanya Alkitab Menjawab tentang hari Sabat, silakan melihat pembahasan yang lengkap di sana, ini linknya https://smaragd84.blogspot.com/2013/04/alkitab-menjawab-tentang-sabat-hari_2.html

Untuk memudahkan di sini dibahas secara singkat saja.

 

Di masa gereja Kristen yang mula-mula, di zaman apostolik, Roma dan Korintus adalah dua kota di mana terjadi banyak sekali masalah antara orang Kristen dari keturunan Yahudi, dengan orang Kristen Non-Yahudi terutama dari keturunan Yunani.

Orang Kristen keturunan Yahudi sudah sejak lahir mengenal Hukum Taurat. Dari lahir mereka sudah ikut menjalankan semua upacara Bait Suci, mengikuti semua hari raya dan pertemuan-pertemuan kudus sesuai Hukum. Semua itu sudah mendarah-daging.

Sebaliknya orang Kristen keturunan Yunani, tadinya adalah penyembah berhala, mereka tidak kenal Hukum Taurat.

Maka datang dari latar belakang yang berbeda itu, timbullah banyak gesekan ketika mereka dipersatukan dalam tubuh Kristus, yaitu menjadi satu gereja Kristen.

Yang Kristen Yahudi mau tetap mempertahankan upacara-upacara Bait Suci mereka walaupun semua itu sudah digenapi Kristus di salib sehingga makna dan manfaat rohaninya sudah berakhir.  Tapi banyak orang Yahudi merasa tetap harus melakukannya.

Yang Kristen Non-Yahudi memang tidak pernah tahu segala upacara Bait Suci, jadi mereka tidak pernah melakukannya.

Akibatnya, Kristen Yahudi suka menyalahkan Kristen Non-Yahudi karena mereka tidak memelihara hari-hari raya upacara Bait Suci Yahudi, dan itu bisa mengakibatkan perpecahan dalam jemaat. Jadi di suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus berkata tidak usah ribut soal hari-hari upacara itu. Bagi Kristen Yahudi yang tetap mau merayakan hari-hari raya upacara Bait Sucinya (yang sebetulnya sudah berakhir di salib), ya silakan. Itu sudah tidak ada makna keselamatannya, tapi kalau masih mau dirayakan, silakan. Tapi mereka tidak boleh menyalahkan saudara-saudara seiman mereka yang Non-Yahudi yang tidak merayakan, karena memang yang Non-Yahudi tidak kenal segala upacara Bait Suci itu. Inilah yang dimaksud Paulus dengan “hari” yang dibahasnya, Paulus bukan membahas pemeliharaan Sabat Hari Ketujuh, bukan membahas σαββατισμός [sabbatismos]. Tidak ada kata perhentian σαββατισμός [sabbatismos] atau hari ketujuh sama sekali di ayat 5-6 itu. Jadi “hari” yang dibahas Paulus adalah hari-hari upacara Bait Suci yang sudah digenapi Kristus di salib.

Jadi “hari” yang dibicarakan di Roma 14:5-6 itu bukan “hari” yang sama yang dibicarakan Ibrani 4:9-12. Karena topiknya tidak sama, ya pasti isinya berbeda.

 

Kita harus ingat baik-baik, di zaman para Rasul, tidak ada orang Kristen yang beribadah pada hari Minggu. Yesus dan para rasul, dan kemudian orang Kristen yang mula-mula semua memelihara hari ketujuh sebagai Sabat Tuhan Allah. Kita bisa lihat di kitab Kisah bahwa Yesus yang kemudian dilanjutkan oleh murid-muridNya, mereka pergi ke gereja (rumah ibadah, atau istilahnya saat itu sinagog) setiap hari ketujuh. Hari Minggu waktu itu adalah hari yang pertama dalam satu minggu dan itu sama dengan lima hari kerja yang lain yang mengikutinya.

Ibadah hari Minggu baru dimulai ketika Constantine kaisar Roma pada tanggal 7 Maret 321AD, sekitar 300 tahun setelah Kristus kembali ke Surga, mengeluarkan perintahnya agar semua orang Kristen berhenti bekerja pada hari Minggu. Pada saat itu hari yang ketujuh dan hari yang pertama sama-sama menjadi hari ibadah. Tetapi setelah Konsili Laodekia tahun 336 AD meresmikan penggantian hari ibadah itu, Kepausan “memindahkan kesucian hari ketujuh ke hari pertama” dan mencatatnya sebagai Canon Law no. XXIX, sejak itu semua orang Kristen hanya boleh beribadah pada hari Minggu. Ini sudah dibahas panjang lebar di pembahasan tentang Hukum dan hari Sabat.

 

Nah, tentang makanan yang disebut di Roma 14:5-6 itu adalah daging halal sisa kurban yang dipersembahkan kepada dewa-dewa berhala. Bagi Kristen Yahudi, mereka menganggap itu tidak beda dengan daging halal lainnya, karena mereka tidak percaya ada dewa-dewa. Tetapi bagi Kristen Non-Yahudi mereka masih menganggap dewa-dewa itu ada, karena tadinya dewa-dewa itulah yang mereka sembah, sehingga mereka tidak mau makan daging halal sisa kurban yang dipersembahkan kepada dewa-dewa karena mereka menganggap daging itu sudah terkontaminasi berhala. Paulus berkata, tidak usah ribut. Yang merasa itu tidak apa-apa ya makanlah, yang merasa itu apa-apa ya jangan makan. Paulus di ayat ini bicara tentang daging sisa kurban yang dipersembahkan kepada berhala, bukan tentang daging dari binatang yang tidak halal.  

Jadi intinya, Paulus bilang, jangan bertengkar, yang sabar saja satu sama lain, terimalah kelemahan dan kekurangan satu sama lain, karena sama-sama masih baru jadi pengikut Kristus, yang Kristen Yahudi juga baru menjadi Kristen, yang Kristen Non-Yahudi juga baru menjadi Kristen, jadi sama-sama butuh waktu untuk bertumbuh.  Karena itu di ayat 10 berikutnya dia berkata,

Roma 14:10

Tetapi mengapa engkau menghakimi saudaramu? Atau mengapa engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta penghakiman Kristus.

 

Paulus berkata, semua orang akan dihakimi Kristus, jadi uruslah kerohanianmu sendiri, tidak usah kurang kerjaan mencari kesalahan orang lain, semua sama-sama sedang belajar, jadi harus saling mendukung, jangan saling menjatuhkan. Belum ada yang sempurna, sebaiknya “kerjakanlah keselamatanmu sendiri dengan takut dan gentar(Filipi 2:12) karena semua harus bertanggungjawab sendiri-sendiri kepada Kristus.

 


78. APAKAH YESUS ITU ALLAH?

Kita bandingkan apa kata Alkitab tentang ini:





KESIMPULAN : YESUS ADALAH ALLAH

Titus 2:13

sambil menantikan  penggenapan harapan kita dan kedatangan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus dalam kemuliaan.

 

Roma 9:5

Yang adalah bapa-bapa bangsa, dan yang darinya secara daging Kristus datang, yang ada di atas segala sesuatu. Terpujilah Allah selama-lamanya. Amin.

 

79.  YOHANES 14:28 MENGATAKAN ALLAH BAPA LEBIH BESAR DARIPADA YESUS, BERARTI YESUS TIDAK SEDERAJAT DENGAN ALLAH BAPA 

 

Yohanes 14:28

Kamu telah mendengar Aku berkata kepadamu, ‘Aku akan pergi, dan akan datang kembali kepadamu.’ Jika  kamu mengasihi Aku, kamu akan bersukacita karena Aku katakan, ‘Aku akan pergi kepada Bapa-Ku’, sebab BapaKu lebih besar daripada Aku.’

 

Lalu ada orang-orang yang beranggapan itu artinya Yesus bukan Allah, Yesus itu makhluk ciptaan karena Dia sendiri berkata BapaNya lebih besar daripada Dia. Itu pemahaman yang salah.

 

YESUS ITU SEDERAJAT DENGAN ALLAH BAPA, DIA 100% ALLAH, DIA ADA SEJAK KEKEKALAN.

Yohanes 1:1-2

1 Pada mulanya adalah Firman; dan Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. 2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.

 

Jadi Yesus, atau dikenal juga sebagai “Firman” (karena melalui firmanNya semua diciptakan) itu Allah, sederajat dengan Allah Bapa. Hanya Allah yang bisa menciptakan tanpa bahan, ex nihilo, dari tidak ada apa pun menjadi langsung ada. Selain Allah, semua hanya bisa mencipta dari bahan yang sudah ada di alam. Jadi karena Yesus yang menciptakan segala sesuatu, Dia 100% Allah.

Kolose 1:16

Karena oleh Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di Sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, apakah itu singgasana atau daerah kekuasaan, atau pemerintah, atau kekuasaan; SEGALA SESUATU diciptakan melalui Dia dan untuk Dia.

 

Tetapi Yesus selalu melayani kehendak Allah Bapa, bahkan sebelum inkarnasiNya sebagai manusia, Dia selalu melakukan keinginan Allah Bapa. Bukan karena Dia lebih rendah derajat keallahanNya, tetapi karena Dia mengasihi BapaNya, dan Dia tahu BapaNya juga mengasihi Dia.

1 Korintus 11:3

Tetapi aku mau kamu tahu bahwa  Kepala dari setiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki, dan Kepala dari Kristus ialah Allah.

 

Sejak kapan Allah menjadi kepala Kristus?

Sejak kekekalan.

Jadi menurut ayat di atas ini hubungan antara suami dan istri itu memantulkan hubungan Allah Bapa dengan Allah Anak.

Adam dan Hawa itu diciptakan sederajat, dilambangkan oleh diambilnya tulang rusuk Adam untuk membentuk Hawa. Tulang rusuk itu pas di tengah badan, bukan dari kepalanya untuk memimpinnya, dan bukan dari kakinya untuk diinjak-injak, tetapi berdampingan di sisinya, setara dan sederajat.  Hawa diciptakan dari bahan yang sama seperti Adam, bahkan Hawa punya DNA yang sama dengan Adam karena Hawa diambil dari tulang rusuk Adam. Jadi bicara tentang materi atau bahan, Adam dan Hawa itu sama sepenuhnya, setara dan sederajat kemanusiaannya. Adam tidak lebih manusia daripada Hawa. Hawa tidak kurang manusia dibandingkan Adam. Keduanya sama kemanusiaannya. Apanya yang beda? Fungsinya yang beda. Masing-masing punya fungsi dan peran sendiri. Karena itu dikatakan, kepala perempuan itu laki-laki, dan kepala laki-laki itu Kristus. Dalam fungsi, sejak Hawa diciptakan, dia diciptakan untuk tunduk kepada Adam. Adam yang menjadi kepala Hawa, Adam yang memimpin Hawa. Dan Adam diciptakan tunduk kepada Kristus, jadi Adam tidak boleh berbuat sesuka hatinya.

 

Begitu juga Allah Bapa dan Allah Anak, dari substansi/keallahan Mereka itu sama, setara dan sederajat keallahannya, tidak ada yang lebih Allah daripada yang lain.

Yohanes 14:9

…‘Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa;

 

Berarti jelas kan di sini Yesus itu sama seperti Bapa, katakanlah Yesus itu kembaran Allah Bapa dalam hal keallahanNya. Tentu saja ini tidak bicara “sama dalam identitas”! Yesus dan Bapa itu dua Pribadi yang berbeda, identitas Mereka berbeda. Tetapi Mereka sama-sama Allah yang pikirannya sama, seia-sekata, searah setujuan, tidak ada perbedaan dalam hal kehendak dan tujuan.

Apanya yang beda? Fungsinya yang beda, seperti pada Adam dan Hawa. Dalam fungsi, Allah Anak tunduk secara sukarela kepada Allah Bapa. Allah Anak yang melaksanakan semua kehendak Allah Bapa, “kepala Kristus adalah Allah Bapa” (1 Korintus 11:3).

1 Korintus 15:28

Nah, ketika segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Dia (Yesus), maka Anak itu sendiri juga akan tunduk kepada Dia (Bapa) yang telah meletakkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah (Bapa) menjadi segalanya di dalam semua.

 

Lihat, jadi Bapa yang meletakkan segala sesuatu di bawah Anak (Anak menjadi raja segala sesuatu) lalu Anak secara sukarela tunduk kepada Bapa, untuk apa? supaya Allah (Bapa) menjadi segalanya di dalam semua~ dengan kata lain semua ada di dalam Anak, dan Anak ada di dalam Bapa, sehingga segala sesuatu juga ada di dalam Bapa.

 

 

Nah, sebagian orang Kristen beranggapan bahwa Yesus hanya “lebih kecil” daripada Allah Bapa ketika Dia hidup sebagai manusia di dunia karena pada waktu itu keallahan Yesus dinon-aktifkan, terbungkus oleh kemanusiaanNya. Memang benar ketika Yesus menjadi manusia keallahanNya tidak aktif, Dia hidup 100% sebagai manusia dan memiliki semua kelemahan fisik manusia. Tetapi kita akan melihat bahwa Yesus SELALU “lebih kecil” daripada Allah Bapa karena Dia selalu meletakkan DiriNya di bawah Allah Bapa, Dia selalu melakukan kehendak Allah Bapa, baik saat Dia hidup di kekekalan lampau bersama Bapa di Surga, baik pada saat Dia inkarnasi di dunia, baik sekarang setelah Dia kembali ke Surga, dan hingga kekekalan masa depan. Allah Anak tidak pernah menempatkan Dirinya tidak di bawah kepemimpinan Allah Bapa.

Ini menjadi batu sandungan kita karena kita yang hidup di dunia ini sudah terbiasa menganggap bahwa orang tunduk kepada orang lain, orang yang melakukan kehendak orang lain itu kualitasnya, kemampuannya, statusnya pasti lebih rendah daripada orang yang dipatuhi. Di dunia nyaris tidak ada orang yang dengan sukarela mau menempatkan dirinya di bawah autoritas orang lain kalau dia bisa menjadi bos sendiri. Kalau ada manusia yang lebih tinggi pendidikan formalnya, yang lebih besar  kemampuannya, bersedia menjadi karyawan orang lain yang kecerdasannya kalah dari dirinya, itu biasanya demi gaji. Jadi di mata orang dunia, tunduk kepada orang lain itu sesuatu yang merendahkan, yang melayani kehendak orang lain itu tingkatnya lebih rendah daripada yang dilayani. Tapi sesungguhnya tidaklah demikian di mata Tuhan.

Coba kita pikirkan, seorang bayi menangis, menuntut diberi makan karena lapar. Lalu ibunya meninggalkan semua pekerjaannya dan segera datang memberinya susu. Ibu ini kan berbuat sesuai keinginan si bayi? Patuh pada kehendak si bayi, kan? Tapi apakah ibu ini kedudukannya lebih rendah daripada si bayi? Tidak!  Karena melakukan kehendak orang lain berdasarkan cinta, itu tidak berarti kedudukannya lebih rendah, atau “lebih kecil” daripada orang yang kita layani.

Apa kata Yesus?

Matius 20:26-27

26 Tetapi tidak boleh demikian di antara kamu. Melainkan barangsiapa yang mau menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, 27 dan barangsiapa ingin menjadi pemimpin di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;

 

Nah, konsep ini selalu berlaku dalam suatu hubungan yang rohani.

Konsep ini pula yang berlaku di hubungan Yesus dengan BapaNya.

Dari kekekalan hingga kekekalan Yesus, Allah Anak itu selalu melakukan kehendak Allah Bapa, selalu menempatkan DiriNya di bawah pimpinan Bapa. Sebaliknya Bapa meletakkan segala sesuatu di bawah Allah Anak, lihat:

Matius 28:18,

Yesus datang dan berkata kepada mereka, ‘Segala kuasa telah diberikan kepada-Ku di Sorga dan di bumi.’

 

Jadi siapa yang punya kuasa? Yesus! Bukan Allah Bapa. Bukan hanya di bumi lho. Tapi di Surga dan di bumi.

Tapi Yesus tidak melakukan kehendakNya sendiri, Dia melakukan kehendak BapaNya.

Yohanes  5:19, 30

19Maka Yesus menjawab dan berkata kepada mereka, ‘Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Anak tidak dapat melakukan apa-apa dari Diri-Nya Sendiri, tetapi apa yang Dia lihat dilakukan Bapa. Sebab apa pun yang dikerjakan Bapa, itu juga dilakukan Anak dengan cara yang sama. 30 Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari DiriKu sendiri; … sebab Aku tidak menurut kehendakKu sendiri, melainkan kehendak Bapa yang mengutus Aku.

 

Jadi di Yohanes 14:28 di mana Yesus berkata bahwa BapaKu lebih besar daripada Aku itu bicara dalam hal menjalankan peranan masing-masing, bukan dalam status keallahan. Allah Bapa adalah kepala Yesus, Yesus melakukan semua sesuai kehendak Allah Bapa, dengan sukarela, dengan senang hati, dengan gemar, karena mempunyai misi dan visi yang sama, apa yang dikehendaki Allah Bapa, itu juga dikehendaki Yesus; sebaliknya Allah Bapa telah menyerahkan segala kuasa di Surga dan di bumi kepada Yesus karena tahu bahwa Yesus akan melaksanakan semuanya sama baiknya seperti andai Bapa yang melaksanakannya sendiri. Ini adalah hubungan dua pihak yang sangat intim dan indah berdasarkan kasih yang sempurna, di mana tidak ada kontradiksi, tidak ada perbedaan keinginan, tidak ada perbedaan tujuan, tidak ada yang ingin menjatuhkan, tidak ada yang mau menjadi lebih berkuasa.  

v   Bapa memberikan segala kuasa di Surga dan di bumi kepada Anak ~ berarti Bapa melepaskan segala kuasa.

v   Anak yang memegang segala kuasa ~ tetapi Dia menempatkan DiriNya di bawah kehendak Bapa.

Bukankah ini luar biasa sempurna dan indah?




80. TIDAK ADA RASA TAKUT   ><  TAKUT KEPADA ALLAH

Yang mana yang benar?

Di Alkitab ada ayat-ayat yang mengatakan tidak usah takut kepada Allah. Banyak orang Kristen lalu memakai ayat-ayat itu sebagai izin untuk tidak takut melanggar Hukum dan Perintah Allah. Katanya karena Allah itu Mahapengasih, jadi semua orang yang sudah menerima Yesus sebagai Juruselamatnya, sudah pasti selamat kelak, apa pun kelakuannya. Apalagi ada yang berkata bahwa kita tidak diselamatkan karena perbuatan kita, jadi apa pun perbuatan kita itu tidak mempengaruhi keselamatan kita. Itulah sebabnya banyak orang Kristen tidak takut berbuat dosa, karena mereka tidak merasa perlu takut pada Allah.

 

Tapi ada juga banyak ayat yang mengatakan bahwa kita harus takut kepada Allah, dan kita akan dihakimi menurut perbuatan kita. Jadi perbuatan kita ikut menentukan apakah kita selamat sampai akhir atau tidak.

 

Nah, dua konsep pemahaman yang bertentangan, mana yang benar?

Mari kita lihat bagan di bawah ini.

 

Ini ada beberapa ayat yang membahas topik “takut” ditulis oleh tiga orang rasul. Jadi bagaimana? Kolom kiri adalah ayat-ayat mengatakan “tidak takut”, kolom kanan ayat-ayat mengatakan “harus takut”, dan ditulis oleh rasul-rasul yang sama.

Marilah kita bahas satu per satu.

 



Seruan untuk takut akan Allah tentunya tidak diragukan lagi artinya. Mengapa kita harus takut akan Allah?

1.    Allah adalah Khalik Pencipta, Pemilik seluruh alam semesta raya ini dan semua isinya.

2.    Dialah Tuhan kita, dan tuan [majikan] kita. Kita ciptaanNya.

3.    Dia yang memiliki hidup kita. Dia yang telah menebus kita.

4.    Dia yang memelihara hidup kita, yang memberi nafas hidup seitap hari kepada kita.

5.    Dia yang menentukan apakah kita mendapat hidup kekal atau kematian kekal.

 

Jadi jika kita takut kepadaNya, itu sudah seharusnya dan sepantasnya.

Bahkan hingga nanti saat kita sudah berada di dalam kerajaan Surga pun umat tebusan yang sudah selamat masih disuruh takut akan Allah, lihat Wahyu 19:5,

Dan suatu suara keluar dari takhta itu, mengatakan, ‘Pujilah Allah kita, hai kamu semua hamba-Nya, dan kamu yang takut akan Dia, baik kecil maupun besar!’”

 

Kalau begitu, mengapa rasul-rasul yang berpesan supaya kita takut kepada Allah, juga menulis ayat-ayat yang seakan-akan menyatakan kita tidak perlu takut kepada Allah lagi?

Baiklah kita kupas ayat-ayat ini:

 

1. Roma  8:15

Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan lagi supaya takut, tetapi kamu telah menerima Roh pengadopsian, dengan mana kita berseru: ‘Abba, Bapa!

 

Ayat ini sama sekali TIDAK BERKATA kita tidak perlu takut KEPADA ALLAH, tetapi kita tidak perlu takut karena kita sudah diadopsi menjadi anak-anak Allah.

Tidak perlu takut kepada apa? Kepada penghukuman!

Mengapa? 

Jawabannya ada di  Roma 8:1-2:

1 Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus yang tidak hidup menurut daging melainkan menurut Roh. 2 karena hukum Roh yang memberi hidup dalam Kristus, telah memerdekakan aku dari hukum dosa dan maut.

 

Jadi Paulus bicara tentang orang-orang yang sudah tidak lagi hidup menurut daging, yang sudah meninggalkan dosa, dan yang sekarang hidup dipimpin Roh Allah. Tentu saja orang-orang ini tidak perlu takut lagi.

Tapi “tidak takut” kepada apa? BUKAN TIDAK TAKUT KEPADA TUHAN! Melainkan tidak takut kepada hukuman dosa, yaitu mati kekal. Baca sendiri Roma 8:1-16.

 

2. 2 Timotius  1:7

Sebab Allah tidak memberikan kepada kita roh ketakutan, melainkan roh kekuatan, dan kasih, dan pikiran yang sehat.

 

Ayat ini juga sama sekali TIDAK bicara mengenai takut KEPADA ALLAH. Melainkan Paulus bicara tentang takut menjadi saksi Tuhan, takut ikut ambil bagian dalam penderitaan demi mengabaran Injil. Lihat ayat 8 kelanjutannya, dan kita segera paham apa topik pembicaraan Paulus:

2 Timotius 1:8

Oleh karena itu janganlah engkau malu akan kesaksian Tuhan kita, atau akan aku (Paulus), yang menjadi tawanan karena Dia, tetapi hendaknya engkau mengambil bagian dalam penderitaan demi Injil, menurut kuasa Allah.

 

Surat kedua ke Timotius merupakan surat Paulus yang terakhir, tak lama kemudian dia dibunuh. Jadi, Paulus meninggalkan pesan kepada Timotius, anak rohaninya, supaya dia tegar sepeninggalnya, supaya dia jangan takut untuk tetap bersaksi mengenai Tuhan, supaya tidak takut menderita bagi Injil.

 

3. Lukas 1:74-75

74 bahwa Dia akan mengaruniakan kepada kita, agar kita yang telah diselamatkan dari tangan musuh-musuh kita, boleh melayani Dia  tanpa takut, 75 dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita.

 

Ayat ini juga jelas TIDAK bicara mengenai takut KEPADA ALLAH. Justru dikatakan supaya “kita bisa melayani Dia tanpa takut”.

Kapan kita bisa melayani Tuhan tanpa rasa takut? Menurut ayat ini setelah diselamatkan dari tangan musuh-musuh kita”.

Jadi di sini takut kepada siapa? Takutnya kepada musuh-musuh kita”, dan ini dikonfirmasi oleh ayat sebelumnya:

Lukas 1:71

agar kita terlepas dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita.

 

Lukas menulis tentang Zakharia, ayah dari Yohanes Pembaptis, yang menubuatkan suatu masa di mana kita (umat Tuhan) akan terlepas dari semua musuh kita dan bisa beribadah kepada Tuhan dengan bebas. Kapan masa ini akan terjadi? Pada saat Setan, dan dosa, dan maut sudah dilenyapkan.

Jadi “takut” di ayat 74 itu ditujukan kepada siapa? Kepada Setan dan semua anak buahnya yang membenci kebenaran Tuhan, mereka itulah musuh kita yang membenci kita. Jadi ini tidak bicara takut kepada Tuhan.

 

4. 1 Yohanes  4:18

Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan terkait dengan hukuman dan barangsiapa takut, kasihnya tidak sempurna.

 

Dan inilah ayat yang paling sering dipakai sebagai argumentasi bahwa orang Kristen tidak perlu takut kepada Tuhan, karena sudah tidak ada lagi hukuman. Tetapi benarkah itu yang dimaksud oleh Yohanes?

 

Ada 4 hal yang dibicarakan Yohanes:

a)    Di dalam kasih tidak ada ketakutan

b)    Kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan

c)     Ketakutan terkait dengan hukuman

d)    Barangsiapa takut, kasihnya tidak sempurna

 

Jadi apa inti ayat ini?  K A S I H

Kasih dari siapa kepada siapa? Apakah kasih Tuhan kepada kita? BUKAN!

Tetapi kasih kita kepada Tuhan!  Dari mana kita tahu? Karena kalimat pertama ayat ini berkata Di dalam kasih tidak ada ketakutan”. Jadi jelas ini bicara tentang kasih kita kepada Tuhan. Dengan kata lain kalau ada ketakutan, berarti kita tidak betul-betul mengasihi Tuhan.

 

Sekarang marilah kita lihat apa kata rasul yang sama tentang definisi kasih:

Yohanes 14:15

Jikalau kamu mengasihi Aku, turuti Perintah-perintah-Ku.

[kata yang diterjemahkan “perintah-Ku” ini dalam tulisan aslinya adalah ἐντολή  en-tol-ay'  yaitu kata yang dipakai untuk 10 Hukum Tuhan yang ditulis pada dua loh batu oleh Tuhan sendiri]. Berarti Yesus berkata, jika kita mengaku mengasihi Dia, kita harus mematuhi semua isi 10 Hukum Tuhan sebagaimana yang tertulis pada kedua loh  batu. Karena kalau ada 1 saja yang tidak kita patuhi, itu berarti melanggar semuanya.

Yakobus 2:10

Sebab barangsiapa yang menuruti seluruh Hukum itu, tetapi melanggar dalam satu hal darinya, ia bersalah terhadap seluruhnya.

Berarti kalau ada salah satu saja dari 10 Hukum itu yang kita langgar, berarti kita tidak mengasihi Tuhan (karena melanggar 1 berarti melanggar semuanya), dan jika kita tidak mengasihi Tuhan, kita layak merasa takut menurut 1 Yohanes 4:18 di atas.

 

Yohanes 15:10

Jikalau kamu menuruti Perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku sama seperti Aku telah menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.

[sama; kata yang diterjemahkan “perintah-Ku” adalah kata ἐντολή  en-tol-ay'  = 10 Hukum Tuhan]. Berarti patuh kepada 10 Perintah/10 Hukum Tuhan itu bukti kita memang mengasihi Tuhan, bukan hanya omong doang, bukan munafik pura-pura mengasihi Tuhan.

 

1 Yohanes 2:3-5

3 Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti Perintah-perintah-Nya. 4 Dia yang berkata, ‘Aku mengenal Dia’ dan tidak menuruti Perintah-perintahNya, ia seorang pendusta dan kebenaran tidak ada dalamnya. 5 Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah. Dengan itulah kita tahu, bahwa kita ada di dalam Dia. 

 

1 Yohanes 4:8

Dia yang tidak mengasihi, tidak mengenal Allah, sebab Allah itu kasih.



 

Jadi, jelas sekali  “Di dalam kasih tidak ada ketakutan”  karena kasih itu berarti “menuruti Perintah-perintah Tuhan Jika kita sudah menuruti semua perintah Tuhan (dalam hal ini yang dimaksud adalah 10 Hukum Allah),

maka apa lagi yang perlu ditakuti?

 

 

 

Marilah kita rinci lagi:



Jadi 1 Yohanes 4:18 sama sekali tidak mengatakan bahwa kita tidak perlu takut kepada Tuhan, justru pesannya adalah: Turutilah segala perintah Tuhan, karena jika tidak, itu berrti kita tidak mengasihi Tuhan dengan sempurna, dan itu akan mendatangkan hukuman.  

 

Memang ada ayat-ayat yang mengatakan “jangan takut” atau “tidak ada ketakutan”, tapi perhatikan yang teliti, “jangan takut”nya itu kenapa dan kepada siapa/apa, apa yang tidak perlu kita takuti. Kita harus sangat berhati-hati supaya tidak tersungkur masuk jebakan Setan. Setan selalu mengajak manusia untuk tidak menuruti Perintah dan Hukum Tuhan, karena dia tahu bahwa itu kelak akan mendatangkan hukuman. Setan tidak ingin manusia selamat. Setan ingin manusia sama celakanya seperti dia. Jadi setiap kali kita membaca atau mendengar ayat yang “seakan-akan” mengatakan kita tidak perlu mematuhi atau menuruti perintah dan Hukum Tuhan, sadarlah bahwa Setan sedang berbisik di telinga kita.

 




81. APA YANG KITA MINTA PADA TUHAN PASTI DIBERI, YA ATAU TIDAK?

Ada beberapa ayat, yang kalau dibaca sepintas lalu, tanpa melihat ke konteksnya, bisa memberikan kesan seolah-olah Tuhan telah berbohong dan tidak menepati janjiNya.

#1. Matius 21:22

Dan semua hal, apa saja yang akan kamu minta dalam doa, dengan yakin, kamu akan menerimanya.

 

#2. Markus  11:24

Karena itu Aku berkata kepadamu, Apa saja yang kamu inginkan ketika kamu berdoayakinlah kamu menerima mereka, dan kamu akan menerima mereka.


Kedua ayat ini jika dibaca terlepas dari konteksnya seakan-akan begitu mudah Tuhan mengabulkan segala permintaan manusia, ya? Asal tutup mata, berdoa, yakin akan menerima, simsalabim terwujud. Sampai ada yang mengajarkan teori afirmasi, sesering mungkin berkata dalam hati bahwa apa yang kita minta pada Tuhan itu sudah sedang Tuhan wujudkan. Tapi mengapa kok tidak terwujud? Akhirnya ada yang marah atau kecewa dan berkata Yesus berbohong. Yesus tidak berbohong. Kita yang salah konteks membaca ayat. Silakan baca seluruh konteks ceritanya.

 

Matius 21:22 dan Markus 11:24 itulah bagian dari insiden mengeringnya pohon ara yang dikutuk Yesus. Murid-muridNya begitu heran atas kejadian tersebut, dan Matius mencatat kata-kata Yesus memberikan penjelasan demikian:

Matius 21:21-22

21 Yesus menjawab dan berkata kepada mereka, ‘Sungguh Aku berkata kepadamu, jika kamu punya iman dan tidak ragu. kamu bukan saja akan  melakukan apa yang Kuperbuat kepada pohon ara itu, tetapi juga jikalau kamu akan berkata kepada gunung ini: Disingkirkanlah kamu, dan tercampaklah kamu ke dalam laut; hal itu akan dilakukan. 22 Dan semua hal, apa saja yang akan kamu minta dalam doa dengan yakin, kamu akan menerimanya.

 

Markus mencatatnya demikian:

Markus 11:22-24

22 Dan Yesus menjawab, berkata kepada mereka, ‘Beriman pada Allah. 23 Karena sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Barangsiapa berkata kepada gunung ini: Hendaknya kamu disingkirkan, dan kamu dicampakkan ke dalam laut; dan tidak akan bimbang hatinya, melainkan yakin hal-hal yang dikatakannya itu akan terjadi, dia akan menerima apa pun yang dikatakannya. 24 Karena itu Aku berkata kepadamu, Apa saja yang kamu inginkan ketika kamu berdoa, yakinlah kamu menerima mereka, dan kamu akan menerima mereka.

 

Apa syaratnya?

1.    Yesus tidak bicara tentang:

permohonan doa untuk minta mobil, minta rumah mewah, minta hal-hal materi, minta jabatan, minta suami kaya, minta istri cantik, dan lain-lain demi kemuliaan diri sendiri. Bukan untuk keuntungan pribadi, tetapi untuk menyatakan kemuliaan Allah.

2.    Harus ada iman.

Yesus berkata ”Beriman pada Allah.  Ini bukan hanya soal percaya bahwa Yesus adalah Juruselamat kita, tetapi iman yang menyerahkan seluruh hidup kita kepada Allah, seperti  yang dilakukan Yesus pada Bapa:

Yohanes  5:30

Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari DiriKu sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakimanKu adil sebab Aku tidak menurut kehendakKu sendiri, melainkan kehendak Bapa yang mengutus Aku.

 

Kesimpulan:  Jika kita memiliki kepasrahan seperti Yesus pada Bapa dalam segala hal, maka berlakulah janji Yesus itu. Tetapi, selama kita belum bisa pasrah seperti itu, selama kita masih menuruti kehendak kita sendiri dan bukan kehendak Bapa, maka kita belum memiliki iman seperti iman Yesus Kristus,  jelas kita tidak sanggup mengklaim janji Tuhan ini, walaupun dalam kemurahanNya Tuhan tetap sering mengabulkan banyak permohonan kita.

 

Bayangkan betapa berbahayanya bagi seseorang yang tidak 100% menurut kehendak Tuhan dikabulkan semua permintaannya, lalu kurang kerjaan memindahkan gunung dan mengeringkan pohon-pohon orang! Hanyalah mereka yang sudah bisa tunduk sepenuhnya kepada kehendak Tuhan, yang bisa memakai kemampuan itu untuk kemuliaan Tuhan, dan bukan untuk memenuhi egonya sendiri.

 

#3. Yohanes 15:7

Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan Firman-Ku tinggal di dalam kamu, kamu akan meminta apa yang kamu mau, dan itu akan diberikan kepadamu

 

Apa syaratnya?

3.    Jikalau kamu tinggal di dalam Aku

4.    dan firman-Ku tinggal di dalam kamu,

 

Yohanes yang sama menjabarkan apa definisinya kedua syarat di atas:

Yohanes 15:10

Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku sama seperti Aku telah menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.

 

2 Yohanes  1:9

Barangsiapa melanggar, dan tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tidak memiliki Allah. Dia yang tinggal di dalam ajaran Kristus, ia memiliki Bapa dan Anak berdua.

 

Kesimpulan:   Jadi, kalau kita tidak menerima apa yang kita minta, itu salah satu alasannya karena kita belum tinggal di dalam Kristus, kita belum menuruti semua perintah Kristus, sehingga bisa saja kita salah minta.

 

#4. 1 Yohanes  5:14

Dan inilah kepercayaan yang kita miliki dalam Dia, yaitu jikalau kita meminta apa pun menurut kehendak-Nya, Ia mendengar kita.

 

Apa syaratnya?

5.    “meminta.... menurut kehendak-Nya” 

 

Kesimpulan: permintaan yang tidak menurut kehendak Tuhan, tidak termasuk di sini. Berarti kita harus tahu dulu apa kehendak Tuhan supaya kita bisa minta menurut kehendak Tuhan. Untuk tahu kehendak Tuhan, Roh Kudus harus diam dalam hati kita karena Dialah yang mengingatkan kita akan semua yang pernah kita pelajari dari Alkitab.

 

#5. Yohanes  14:13-14

13 Dan apa saja yang akan kamu minta dalam nama-Ku, itu akan Aku lakukan, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. 14 Jika kamu akan meminta apa pun dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.

 

Apa syaratnya?

6.    “supaya Bapa dipermuliakan”.

 

Kesimpulan:  jadi permintaan yang tidak untuk mempermuliakan Bapa tidak termasuk di sini.

 

#6. Yohanes  16:24

Sampai sekarang kamu belum meminta apa pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.

 

Kita baca ayat-ayat sebelumnya supaya kita tahu dalam konteks apa yang dibicarakan Yesus:

Yohanes 16:22-23

22 Dan kamu sekarang berduka; tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira, dan sukacitamu tidak akan diambil siapa pun darimu. 23 Dan pada hari itu kamu tidak akan perlu minta apa pun kepada-Ku. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, apa pun yang akan kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, Dia akan memberikannya kepadamu.

 

Kesimpulan:  Ini adalah bagian dari pesan perpisahan Yesus kepada murid-muridNya sebelum kematianNya. Ayat ini hanya ditujukan kepada mereka, untuk menguatkan mereka, supaya mereka tahu, bahwa setelah Yesus diambil dari mereka, yang akan segera terjadi, mereka tidak sendirian, lihat, “pada hari itu” mereka boleh langsung berdoa dan minta kepada Bapa dalam nama Yesus, dan saat itu apa pun yang mereka minta kepada Bapa, mereka akan menerima karena Bapa ingin mereka boleh bersukacita lagi.

 

#7. Yakobus  4:3

Kamu minta, dan tidak menerima, karena kamu salah meminta, yaitu agar kamu boleh menghabiskannya untuk memuaskan hawa nafsumu.

 

Apa syaratnya?

7.    Yang diminta bukan “untuk memuaskan hawa nafsumu”.

Permintaan yang egoistis tidak didengar Tuhan. Tuhan hanya memberi apa yang baik. Kalau itu demi memuaskan hawa nafsu daging kita, itu jelas bukan sesuatu yang baik, dan tidak akan didengar Tuhan.

 

Kesimpulan:   Segala  apa  yang  demi  kepuasan  pribadi,  misalnya  harta, ambisi, kedudukan, jabatan, dan lain-lain yang tujuannya adalah untuk meninggikan diri sendiri, tidak termasuk dalam janji ini.

 

#8. Matius  7:11

Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di Sorga akan memberikan hal-hal yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.

 

#9. Lukas  11:13

Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di Sorga akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.

 

Apa syaratnya?

8.    Yang diberikan adalah yang baik” menurut Tuhan.

Itu tulisan Matius. Lukas memperjelas apa yang baik itu, yaitu Roh Kudus.

 

Kesimpulan:   seringkali yang baik” menurut Tuhan tidak sama dengan yang ada di kamus kita. Yang baik menurut Tuhan adalah yang akan membawa kita lebih dekat kepada Tuhan, membawa kita kepada pertobatan, dan keselamatan. Roh Kudus adalah pemberian terbaik bagi kita, karena Roh Kudus yang menuntun kepada pertobatan dan keselamatan. Sedangkan “yang baik” menurut kita sering-sering adalah segala yang membuat kita bergerak menjauhi Tuhan dan semakin mendekati dunia dan semua daya tariknya.

 

#10. Filipi  4:19

Tetapi Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dalam kemuliaan-Nya oleh Kristus Yesus.

 

Apa syaratnya?

9. Yang diberi oleh Tuhan adalah “segala keperluan”, bukan segala keinginan kita.

Yang tidak termasuk “keperluan” tidak dijanjikan pasti diberi, walaupun sering sekali Tuhan melimpahi kita dengan berkat-berkat lain yang sebenarnya tidak layak kita terima.

 

Mengapa Allah begitu baik kepada manusia?

Lukas  6:35

Tetapi kasihilah musuhmu, berbuatlah baik, dan pinjami, tidak mengharapkan balasan apa pun; dan pahalamu akan besar, dan kamu akan menjadi anak-anak Yang Mahatinggi, sebab Ia baik kepada orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan jahat.

 

Kesimpulan:  Apa yang kita perlukan sering jauh lebih kecil atau lebih sedikit daripada apa yang kita inginkan. Janji Tuhan hanya meng-cover keperluan kita, bukan keinginan kita.

 

#11. Lukas 11:9-10

9 Dan Aku berkata kepadamu, ‘Mintalah, dan itu akan diberikan kepadamu; carilah, dan kamu akan menemukan; ketuklah, dan itu akan dibukakan bagimu. 10 Karena setiap orang yang meminta, menerima; dan setiap orang yang mencari, menemukan; dan bagi setiap orang yang mengetuk, itu akan dibukakan.

 

#12. Matius  7:7

Mintalah, dan itu akan diberikan kepadamu; carilah, dan kamu akan mnemukan; ketuklah, dan itu akan dibukakan bagimu.

 

Apa yang dibicarakan Kristus di sini?  Apakah Kristus berbicara tentang materi dunia?

10.  Apa yang harus kita minta?

Kisah Para Rasul  15:8

Dan Allah, yang tahu hati manusia, memberi kesaksian tentang mereka, mengaruniakan Roh Kudus kepada mereka, sebagaimana yang dilakukanNya kepada kita,

 

Efesus  1:13-14

13 Di dalam Dia kamu juga percaya, setelah kamu mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu--  di dalam Dia  juga, setelah kamu percaya kamu dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu.14 Yang adalah jaminan warisan kita sampai penebusan yang menjadikan kita milik Allah, terpujilah kemuliaanNya

 

11.  Apa yang harus kita cari?

Matius  6:33

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya, dan semua hal itu akan ditambahkan kepadamu.

 

Matius  13:45

45 Lagi, Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. 46 yang setelah menemukan sebutir mutiara yang sangat berharga, pergi dan menjual seluruh miliknya, dan membeli mutiara itu.

 

Kisah Para Rasul  15:17

supaya semua manusia yang lain boleh mencari Tuhan, yaitu segala bangsa yang bukan Yahudi, yang dipanggil dengan namaKu,’ firman Tuhan yang melakukan semuanya ini

 

Galatia  1:10

Jadi apakah sekarang aku meyakinkan manusia atau Allah?  Atau apakah aku berusaha menyenangkan manusia? Karena jika aku masih menyenangkan manusia, aku tidak layak menjadi hamba Kristus.

 

12.  Pintu mana yang harus diketok?

Matius  23:13

Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, orang-orang munafik, karena kamu menutup Kerajaan Sorga bagi orang.  Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu tidak mengizinkan mereka yang akan masuk, untuk masuk.

 

Yohanes 10:9

Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan diselamatkan dan akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput

 

Wahyu  3:8

Aku tahu segala pekerjaanmu; lihatlah, Aku telah menempatkan di depanmu sebuah pintu yang terbuka, dan tidak ada yang bisa menutupnya karena engkau memiliki sedikit kekuatan dan telah menuruti firman-Ku dan tidak menyangkal nama-Ku.

Bagi yang mempelajari kitab Wahyu tahu ini pintu ke Bilik Mahakudus, berarti mereka yang paham bahwa sekarang manusia hidup di masa Grafirat, masa penghakiman jadi kita harus hidup dengan penuh kesadaran dan menyelidiki hati.

 

Jadi tidak sembarang permintaan, tidak sembarang yang dicari, tidak sembarangan pintu diketuk. Harus tepat apa yang diminta, apa yang dicari dan pintu mana yang diketuk, barulah janji Tuhan ini berlaku.

 

JADI BAGAIMANA SEBENARNYA SEHARUSNYA SIKAP KITA DALAM HAL MINTA-MEMINTA INI KEPADA TUHAN?

 

Tetapi bila kamu berdoa,

jangan memakai pengulangan yang tidak berarti,

seperti yang dilakukan orang-orang yang tidak mengenal Allah,

karena mereka menyangka bahwa mereka akan didengar

karena banyaknya kata-kata doa mereka.

         Jadi janganlah kamu seperti mereka,

karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan,

sebelum kamu minta kepada-Nya

(Mat 6:7-8)

 

 

82.  APAKAH 1 PETRUS 4:6   MENGATAKAN ORANG-ORANG YANG SUDAH MATI TETAP DIINJILI DI DUNIA ORANG MATI? 

1 Petrus 4:6

Karena demi tujuan ini Injil telah diberitakan juga kepada mereka yang sekarang sudah mati, supaya mereka boleh dihakimi sebagaimana manusia dalam dagingnya, tetapi hidup dalam Roh menurut Allah.

Ada orang yang menganggap ayat ini berkata, pengabaran Injil juga disampaikan kepada orang-orang yang sudah mati. Tetapi, itu pemahaman yang salah. Bahasa Indonesia tidak mengenal kata kerja menurut pembagian waktu, sehingga lebih jelas jika kita melihat ke ayat ini dalam terjemahan bahasa Inggris yang mengenal “tenses”.

 For this is why the good news (the Gospel) was preached [[a]in their lifetime] even to the dead, that though judged in fleshly bodies as men are, they might live in the spirit as God does. [Amp]

ü    Injil sudah dikhotbahkan kepada orang-orang yang sudah mati pada waktu mereka hidup.

 

 For this reason the ·Good News [Gospel] was preached to those who are now dead. Even though they were judged ·like all people [Laccording to human beings in the flesh], the Good News was preached to them so they could live ·in the spirit as God lives [or in the Spirit as God lives; Laccording to God in the spirit/Spirit; Cthough Christians will die physically, because of the Good News they will live forever with God]. [EXB]

ü    “was preached” = past tense = sudah terjadi di masa lampau = sudah pernah dikhotbahkan ketika mereka masih hidup di masa lampau.

ü    “are now dead” = present tense = yang sekarang dalam keadaan mati.

 

Jadi jelas sekali, bahwa Injil itu bukan dikhotbahkan sekarang kepada orang yang dalam keadaan mati [= mayat], melainkan dikhotbahkan kepada orang-orang saat mereka masih hidup tapi yang sekarang sudah mati.

 

 Dari dua  terjemahan ini jelas sekali yang dimaksud oleh 1 Petrus 4:6 adalah:

1)    Orang-orang yang sekarang sudah mati,

sudah pernah menerima kabar selamat [Injil] pada waktu mereka hidup dulu.

2)    Karena sudah pernah menerima kabar Injil, mereka bisa dihakimi dalam kondisi mati.

Mereka tidak punya alasan untuk berkata mereka tidak tahu tentang Injil. Tuhan hanya menghakimi manusia atas apa yang mereka tahu, yang mereka tidak tahu, tidak disalahkan oleh Tuhan.

3)    Pada saat mereka masih bernafas,

mereka hidup oleh Roh, menurut kehendak Allah, artinya mereka patuh kepada Tuhan.

 

Jika kita membaca pasal sebelumnya, Petrus berbicara mengenai orang-orang di zaman Nuh, yang semuanya sekarang sudah mati.

1 Petrus 3:18-20

18 Sebab Kristus juga pernah satu kali mati untuk dosa, Yang benar untuk yang tidak benar, supaya Ia boleh membawa kita kepada Allah; setelah dibunuh sebagai manusia, tetapi dibangkitkan oleh Roh, 19 melalui Roh itu juga Ia telah pergi dan memberitakan Injil kepada jiwa-jiwa yang di dalam penjara, 20 yang selama suatu masa tidak taat,  saat  dengan panjang sabar Allah menanti di zaman Nuh, sementara bahteranya sedang dipersiapkan, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan dari air bah.

 

Jadi di sini Petrus berkata:

ü   Kristus mati satu kali untuk dosa, Yang benar (Kristus) untuk yang tidak benar (manusia),

ü   supaya Kristus bisa menyelamatkan manusia, mendamaikan manusia dengan Allah.

ü   Untuk itu, Kristus mati sebagai manusia, tetapi Dia dibangkitkan oleh Roh.

ü   Kristus melalui Roh Kudus pergi memberitakan Injil kepada manusia yang terpenjara oleh dosa. Jadi siapa yang pergi menginjil? Roh Kudus! Roh Kudus yang bicara kepada manusia melalui hati nurani. Hati nurani siapa?

ü   Manusia yang hidup di zaman Nuh.

ü   Di masa itu, Allah menunggu dengan panjang sabar supaya manusia mau bertobat, selama Nuh membangun bahteranya. Berapa lama itu? 120 tahun.

ü   Tetapi hanya 8 orang yang selamat dari air bah itu.

 

Jadi kapan manusia di zaman Nuh mendengar tentang Injil? Setelah mereka mati? TIDAK! Ya pada waktu mereka masih hidup, selama 120 tahun Nuh membangun bahtera, Roh Kudus bergumul dengan mereka, berusaha membawa mereka kepada pertobatan. Tapi tidak ada yang menerima, hanya Nuh sekeluarga. Ini yang dimaksud 1 Petrus 4:6.

Jadi 1 Petrus 4:6 sama sekali tidak mengatakan bahwa ada pengabaran Injil kepada mayat-mayat di “dunia orang mati” karena kita semua tahu, mayat itu adalah daging yang membusuk, yang tidak punya kesadaran; sedangkan arwah itu tidak ada, itu penipuan Setan. Untuk pembahasan tentang arwah, silakan melihat ke serial Alkitab Menjawab Tentang Kematian di blog ini juga.

Bagian pertama:

https://smaragd84.blogspot.com/2013/03/alkitab-menjawab-tentang-kematian-bag.html

dan bagian kedua:

https://smaragd84.blogspot.com/2013/03/alkitab-menjawab-tentang-kematian.html

 

 



2013-04-04

Tidak ada komentar:

Posting Komentar