106.
KERENDAHAN
HATI
________________________________________
Kerendahan hati adalah sifat yang sangat bertentangan dengan pelajaran dunia.
Ajaran dunia menempa kita menjadi manusia yang mandiri, yang serba-bisa, yang tangguh, yang keras, yang hebat. Kita dilatih agar menjadi sosok yang akan dihormati orang, yang dipandang semua orang dengan dua mata terbuka. Sejak kecil kita digodok dengan banyak pelajaran agar kelak menjadi SOMEBODY. “Somebody” ini artinya adalah orang yang tidak dipandang rendah oleh orang lain, orang yang diperhitungkan. Kalau mungkin malah kita menjadi orang yang bisa membuat orang lain yang memandang kita, menjadi keder. Itulah target yang dicanangkan dunia.
Karena itu kita semua ingin hebat, ingin dianggap
“somebody”, ingin dianggap “sakti” dan ini membuat kita seringkali melakukan
yang bisa merugikan orang lain demi kemajuan diri kita sendiri. Ini juga
mendorong sebagian orang belajar segala macam ilmu supaya bisa menjadi “sakti”,
supaya dikagumi orang, supaya bisa tampil menonjol, supaya bisa dikenal, dan
tentunya supaya segala yang dilakukannya pasti berhasil.
Tetapi ajaran Kristus bertolak belakang
dengan ajaran dunia.
Kristus mengajarkan agar kita bergantung
sepenuhnya kepada Tuhan,
bukan kepada diri sendiri.
Semakin akrab hubungan kita dengan Tuhan, semakin
lama kita mengenalNya, semakin total kita harus bergantung kepadaNya, karena
kita semakin sadar, bahwa kita ini bukan apa-apa, tidak berdaya apa-apa, bahwa kita masih bernapas saja itu pun adalah
karena Tuhan masih mengizinkan, Tuhan masih mensuplai nafas hidup kita. Kalau
suplai ini dihentikan Tuhan, biar kita orang terkaya atau orang terpandai atau
orang tercantik sedunia, tetap kita mati
jadi daging busuk yang tidak ada harganya. Jadi Tuhan-lah yang
Mahakuasa dan segala sesuatu ada di bawah kuasaNya.
Yesus sendiri memberikan contoh demikian dalam
hidupNya. Yesus berkata bahwa Dia sendiri tidak bisa berbuat apa-apa (karena
pada waktu Yesus hidup di dunia ini Dia adalah 100% manusia seperti kita), Dia
bergantung sepenuhnya kepada Allah Bapa.
Yohanes
5:30
Aku tidak dapat berbuat
apa-apa dari DiriKu sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan
penghakimanKu adil sebab Aku
tidak menurut kehendakKu sendiri,
melainkan kehendak
Bapa yang mengutus Aku.
Bahkan apa yang diajarkan Yesus kepada
murid-muridNya pun, tidak berasal dari diriNya sendiri, melainkan dari Allah
Bapa.
Yohanes 8:26
Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi
tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar; dan Aku mengatakan kepada dunia apa yang Kudengar dari-Nya.
Yohanes 12:49
Sebab Aku tidak berkata-kata
dari diri-Ku sendiri; tetapi Bapa yang mengutus Aku, Dialah memberi Aku perintah, apa yang harus Aku katakan dan apa yang harus Aku bicarakan.
Tidak ada apa pun yang dilakukanNya sendiri,
melainkan Dia sepenuhNya melakukan kehendak Tuhan.
Yohanes 4:34
Kata Yesus kepada mereka, ‘Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan
menyelesaikan pekerjaan-Nya.’
Jika Kristus begitu bergantung kepada Allah Bapa, apalagi kita?
Inilah salah satu pelajaran yang diajarkan Kristus
kepada kita. Bahwa KITA HARUS MELIHAT DAN MENYADARI
KELEMAHAN DIRI KITA SENDIRI, KETIDAKBERDAYAAN KITA SENDIRI, barulah setelah itu kita bisa membiarkan Tuhan
yang memimpin hidup kita.
Jika kita merasa hebat, kita merasa sanggup, kita merasa
SOMEBODY, maka hati kita sudah penuh dengan keyakinan kita sendiri dan tidak
ada lagi tempat bagi Tuhan.
Kata Paulus:
Galatia 2:20
Aku tersalib
bersama Kristus, namun begitu aku hidup;
tetapi bukan aku melainkan Kristus yang hidup di dalam
aku. Dan hidupku yang kujalani sekarang di dalam daging, aku
hidup oleh iman Anak Allah, yang telah mengasihi aku dan telah menyerahkan diri-Nya untuk aku.
Berulang kali Kristus mengingatkan kita supaya menjadi rendah hati, baik lewat kata-kataNya sendiri, maupun lewat murid-muridNya.
Matius
11:29
Pikullah kuk-Ku padamu dan belajarlah dariKu, karena Aku penurut (berserah penuh) dan rendah hati dan kamu akan menemukan perhentian
bagi jiwamu.
Jika Kristus Penebus
kita, Kristus yang Allah Anak itu sendiri rendah hati, bukankah kita yang hanya
debu ini harus lebih lagi belajar rendah hati?
Bagaimana
seharusnya sikap seorang pengikut Kristus?
Efesus
4:1-2
1 Sebab itu, aku, seorang tawanan
karena Tuhan, memohon kepadamu, supaya
kamu hidup layak
dengan panggilan dengan mana kamu
dipanggil 2dengan segala kerendahan hati dan
kepasrahan,
dengan panjang sabar, saling menahan diri satu sama lama dalam kasih.
Paulus,
seorang yang punya banyak kemampuan di
zamannya, seorang yang pandai dan
terpandang, setelah mengikut Yesus, berubah menjadi orang yang rendah hati, dan
menganggap semua prestasi duniawi yang dimilikinya tidak lagi berharga.
Filipi
3:7
Tetapi apa yang dahulu kuanggap menguntungkan bagiku, sekarang karena Kristus kuanggap tidak bernilai.
Dan inilah
nasihat dari dua orang murid Yesus bagi kita:
Yakobus
4:6
Tetapi Dia memberi lebih banyak
rahmat. Itulah sebabnya Dia berkata, Allah menolak orang yang congkak, tetapi memberi rahmat kepada yang rendah hati.
1 Petrus 5:5
Demikian jugalah kamu, yang lebih muda, tunduklah
kepada yang lebih tua. Iya, kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain, dan kenakanlah
kerendahan hati, sebab Allah menolak yang congkak, dan memberi rahmat kepada yang rendah hati.
Mengapa?
Karena
Kristus berkata:
Matius
5:3
Diberkatilah orang yang merasa hina dan tidak berharga
di hadapan Allah karena merekalah yang empunya kerajaan surga
Terjemahan LAI
untuk ayat ini kurang tepat. “the poor in
spirit” bukan berarti “miskin (harta)”. Kita lihat di Strong’s Dictionary:
Blessed are the poorG4434 in spirit:G4151 for theirs is the kingdom of heaven. (KJV)
Terjemahan
harafiahnya ialah “yang miskin secara rohani”, apa maksudnya?
Kata
yang diterjemahkan “poor” dalam KJV
ini aslinya πτωχός [pto-khos] yang
menggambarkan seorang pengemis yang meringkuk di bawah, tidak
berani mengangkat kepalanya karena menyadari dirinya
hina. Jadi istilah “poor in spirit” ini adalah “merasa dirinya hina atau tidak layak”
kebalikan dari “angkuh” atau “tinggi hati”.
Jadi,
· bukan
orang-orang yang merasa “accomplished”,
· bukan
orang-orang yang merasa “somebody”,
· bukan
orang-orang yang merasa “mampu”,
· bukan
orang-orang yang merasa “berprestasi”,
· bukan orang-orang yang merasa “sukses”,
yang
bakal mewarisi Surga, melainkan mereka
yang merasa hina dan tidak berharga di hadapan Allah. Itulah pelajaran rendah
hati yang sebenarnya.
Jangan
salah, teman-teman. Tidak berarti orang-orang yang sukses, orang-orang yang
berpangkat, orang-orang yang kaya tidak bisa mewarisi Surga! Abraham itu kaya
raya, Ayub itu kaya raya, Yusuf itu kaya raya, Nebukadnezar itu kaya raya,
Nicodemus itu kaya, Yusuf Arimatea itu kaya, Zacheus itu kaya. Jadi kemampuan
finansial seseorang tidak menjadi syarat diterima/ditolaknya seseorang masuk Surga.
Tetapi MERASA MAMPU SENDIRI itulah yang menjadi penghalang.
Walaupun kita mampu, janganlah kita MERASA
MAMPU SENDIRI. Ingatlah bahwa kemampuan itu karunia Tuhan. Dan
karena Tuhan
mengaruniakan kemampuan itu kepada kita, maka berarti Dia
menginginkan kita memakai kemampuan pemberianNya itu untuk kemuliaan namaNya.
Belajarlah:
ü mengosongkan
diri di hadapan Tuhan,
ü merendahkan
diri, dan
ü berserah
kepada Tuhan dalam segala hal
ü berdoa,
ü bersyukur,
ü bertanya,
ü mohon
bimbingan kepada Tuhan apa yang harus kita lakukan, apa yang harus kita
katakan.
ü Jangan
ingin menjadi sakti sendiri. Jangan ingin menjadi Superman atau Wonder Woman.
Karena kita ini hanya debu, yang saat ini ada, dan sebentar lagi sudah
diterbangkan angin.
Selamat hari Sabat, teman-teman. Semoga berkat Tuhan
boleh kita nikmati dengan limpah.
2013-07-12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar