102. NUH DAN PINTU YANG SESAK
_______________________________
Hari ini aku mencoba membayangkan perasaan Nuh, ketika dia disuruh Tuhan membuat bahtera, karena menurut Tuhan, dunia yang ada saat itu akan dimusnahkan dalam air bah. Dan juga bagaimana posisi manusia-manusia yang lain ketika diberitahu Nuh bahwa Tuhan akan membinasakan dunia.
Mengapa
Tuhan mau membinasakan manusia pada waktu itu? Karena manusia sudah begitu
jahat!
Kejadian 6:5-7
5 Dan TUHAN melihat, bahwa kejahatan manusia itu hebat di bumi dan bahwa setiap imajinasi pikiran hatinya hanyalah jahat terus-menerus. 6 Dan menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah
menjadikan manusia di bumi, dan itu membuatnya
sedih di hati-Nya. 7 Dan
TUHAN berfirman, ‘Aku akan membinasakan
manusia yang telah Kuciptakan dari muka bumi, baik manusia maupun hewan, dan
binatang-binatang yang mengeriyap, dan unggas-unggas di udara, sebab Aku menyesali Aku
telah menjadikan mereka.’
Manusia
waktu itu tidak pernah melihat hujan. Belum pernah ada hujan di zaman itu.
Tuhan hanya membasahi bumi dengan embun.
Kejadian 2:4-6
4 Inilah sejarah langit dan bumi pada waktu mereka
diciptakan, pada hari TUHAN Allah menjadikan
bumi dan langit, 5 dan sebelum tanaman apa pun
di padang ada di bumi, dan sebelum tumbuh
tumbuhan hijau apa pun, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke
bumi, dan belum ada orang yang mengolah tanah itu; 6
tetapi di sana suatu kabut naik ke atas dari tanah,
dan membasahi seluruh permukaan tanah itu.
Jadi
manusia pra-air bah sama sekali tidak punya konsep
tentang hujan, apalagi yang bisa mendatangkan banjir yang
menenggelamkan seluruh dunia!
Jadi,
tugas Nuh sangat berat. Bukan saja dia dan ketiga anak laki-lakinya harus membuat gudang mengapung yang
super-besar, yang cukup untuk diisi semua binatang yang ada, yang haram
sepasang, sedangkan yang halal 7 pasang, juga makanan bagi manusia dan hewan-hewan
di dalamnya selama satu tahun lebih, dengan syarat bahtera itu tidak boleh
bocor, tidak boleh terbalik, tidak boleh karam, dan harus bisa terapung selama
berbulan-bulan; tapi selain itu Nuh juga harus meyakinkan semua
orang yang belum pernah melihat hujan, bahwa Allah akan mencurahkan air dari
langit sedemikian banyaknya sehingga bisa menenggelamkan seluruh dunia. Nuh
dianggap sudah berhalusinasi, sudah kehilangan otak warasnya.
Membuat
bahtera itu saja sudah pasti sangat sulit, apalagi hanya dengan 4 pasang
tangan, dan di zaman itu belum ada gergaji listrik, segala peralatan dan bahan yang
tinggal beli di toko bangunan, dll. Semua harus dibuat sendiri. Paku-pakunya
saja harus dibuat dari kayu sendiri. Lha alat-alat untuk membuat semuanya itu?
Juga harus dibuat sendiri!
Dan
setiap hari sementara Nuh membuat bahtera itu, dia berusaha meyakinkan
orang-orang yang dikenalnya agar mau bertobat, agar boleh diselamatkan
bersamanya. Bayangkan, di antara mereka ada sanak-saudaranya sendiri (zaman itu
semua orang anaknya banyak, jadi keluarga di sana pasti keluaga besar), jadi masih
ada paman-pamannya, bibi-bibinya, misanan,
mindoan, kemenakan, ipar-ipar, semua
kerabatnya yang masih hidup pada waktu itu. Juga ada tetangga-tetangganya, sahabat-sahabatnya, teman-temannya,
dan bahkan karena ketiga anak laki-lakinya sudah menikah, juga besan-besannya dan keluarga
besar besan-besannya. Orang-orang yang
dikenal baik oleh Nuh, ada yang teman sepermainannya
ketika masih kecil, ada yang sahabat-sahabatnya yang biasanya mengobrol,
bekerja, dan melewatkan hari-hari bersama. Begitu banyak orang yang dikenalnya, bahkan yang
dikasihinya dan disayanginya yang
menurut Tuhan akan binasa jika mereka tidak masuk ke dalam bahtera yang sedang
dibangun Nuh. Bagaimana Nuh tidak berusaha keras supaya mereka boleh selamat? Tapi Alkitab
mengatakan TIDAK ADA SATU PUN yang masuk ke dalam bahtera yang dibuat Nuh. Mereka tidak percaya kata-kata Nuh, mereka
menganggap mereka sendiri yang benar, dan Nuh cuma orang gila yang fanatik
beragama. Dan dengan pilihan yang mereka buat,
mereka menandatangani surat kematian mereka sendiri.
Banyak
dari kita menganggap orang-orang antediluvian
itu adalah orang-orang kafir, orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. TIDAK BENAR.
Sebagian besar mereka kenal Tuhan DAN
MENGANGGAP DIRI MEREKA ADALAH UMAT TUHAN, karena mereka semuanya berasal dari keturunan Adam. Jadi
kerabat-kerabat Nuh, keluarga besarnya, mereka semuanya adalah orang-orang yang
kenal Tuhan! Bahkan kakek buyut Nuh, yaitu Henokh (ayah Metusalah), begitu
kudusnya hidup mengikuti Tuhan, dia tidak mengalami kematian, tetapi adalah
manusia pertama yang diangkat hidup-hidup ke Surga! Jadi, orang-orang dunia waktu itu Sebagian besar mengenal
Tuhan, dan menganggap mereka sudah menyembah Tuhan dengan benar, mereka bukan
kanibal yang menyembah batu! Tapi di mata Tuhan mereka jahat, dan jahat, dan jahat melulu.
Pertanyaan:
Apa kejahatan mereka?
MEREKA TIDAK PATUH KEPADA HUKUM TUHAN,
MEREKA HIDUP MENURUT CARA YANG MEREKA ANGGAP BENAR SENDIRI!
Alkitab
berkata:
Kejadian 6:5
5 Dan TUHAN melihat, bahwa kejahatan manusia itu hebat di
bumi dan bahwa setiap imajinasi pikiran hatinya hanyalah jahat terus-menerus.
Sering,
apa yang dianggap Tuhan “kejahatan” itu tidak sama dengan anggapan kita.
ü Membunuh
itu kita anggap kejahatan,
tapi
kalau membenci orang itu tidak apa-apa,
kan? Padahal Tuhan berkata, membenci itu sudah membunuh dalam hati. Segala
perbuatan itu pertama lahir di dalam hati sebelum itu dilakukan.
ü Berdusta
atau memfitnah itu salah,
tapi bohong
kecil-kecilan yaaaah, tidak terlalu masalah kan, asal tidak merugikan orang
lain? Berapa kali dalam sehari kita berbohong? “Kalau ada yang mencari Bapak,
bilang tidak ada ya,” padahal orangnya ada. “Wah, terlambat nih karena ban bocor,”
padahal karena terlambat bangun. Tapi itu kan bukan kejahatan, toh? Tidak
apa-apa kok. Tapi bagi Tuhan itu apa-apa, berbohong itu berbohong, segala yang
tidak benar itu dosa.
ü Memakai
nama Tuhan dengan sembarangan,
berapa
seringnya kita dalam sehari mengucapkan atau menulis OMG, atau sejenisnya tanpa
merasa itu dosa? Ah, tidak apa-apa, itu bahasa gaul, jangan terlalu fanatiklah.
Tapi itu nama Tuhan yang disebut sembarangan.
ü Atau
hari Sabat yang ditetapkan Tuhan sebagai hari milikNya,
yang
seharusnya kita pakai untuk menyembah dan memuliakan Tuhan. Tapi karena hari
itu bukan hari libur resmi, hari itu kita tetap bekerja walaupun sudah tahu
seharusnya kita berhenti, hari itu kita tetap ikut pertandingan badminton, hari
itu kita hadir di kopdar dengan teman-teman, hari itu kita datang ke tetangga yang
punya hajat, dll. dll. Yah, Tuhan harus punya pengertian dong, kan kita
masih hidup di dunia dan punya banyak komitmen duniawi. Ntar malam berdoa minta
ampun, beres. Kan Tuhan maha pengampun. Akankah Tuhan mengampuni? Dosa yang
sengaja dibuat dan yang tidak disesali maupun berniat ditobati, itu tidak
mendapatkan pengampunan.
Jadi,
berhati-hatilah, karena apa yang kita anggap benar, bisa-bisa
itu adalah “kejahatan” di mata Tuhan.
Karena
itu, tidak heran, walaupun ada
orang-orang di zaman Nuh yang merasa sudah umat Tuhan, tetapi hidupnya tidak
sesuai dengan kehendak Tuhan, di mata Tuhan itu sama saja dengan tidak
mengikutiNya. Mengikuti
peraturan Tuhan dengan tidak tepat, itu sama dengan tidak mengikutinya sama
sekali.
Berapa
lama Nuh mencoba mengajak handai tolan dan sahabat-sahabatnya ini? 120 TAHUN!
Coba, 120 tahun itu waktu yang sangat luamaaaaa. Berapa generasi bisa
lahir dalam waktu 120 tahun itu? Tapi siapa yang mendengarnya? TIDAK ADA! Mereka menganggap Nuh gila, dan mana ada orang
waras yang mau mendengarkan orang gila??
Bisa
dibayangkan bagaimana perasaan Nuh? Selama 120 tahun menjadi bahan olok-olok seluruh
dunia! Selama 120 tahun dicap orang gila. Padahal niatnya baik,
yaitu mengajak orang-orang lain untuk bertobat dan boleh selamat.
Jadi
Nuh sangat
menderita.
Menderita
bukan hanya karena dimusuhi begitu banyak orang, tetapi lebih-lebih menderita karena mengetahui semua orang yang disayanginya itu bakal mati semuanya
tapi dia tidak berdaya menolong mereka, bukan karena dia tidak mau
menolong mereka, tetapi karena mereka menolak tawarannya.
Kejadian 6:3
Dan TUHAN berfirman, ‘Roh-Ku
tidak akan selalu bergumul dengan manusia karena
manusia juga adalah daging, namun hari-harinya akan selama seratus dua puluh tahun.’
Mengapa
Roh Tuhan bergumul dengan manusia? Karena Roh Tuhan (Roh Kudus) juga mau
meyakinkan orang-orang itu supaya bertobat dan percaya kepada apa yang
dikatakan Nuh. Dan Tuhan menetapkan waktu Roh Kudus bergumul dengan manusia itu
120 tahun. Tuhan itu sabar. Tapi ada batasnya. Bagi manusia zaman pra-air bah, batasnya
adalah 120 tahun, setelah itu Tuhan akan melakukan apa yang telah dikatakanNya
kepada Nuh akan Dia lakukan. Bagi
kita pun ada batasnya. Bagi dunia ini waktunya adalah 6’000 tahun dan waktu jatuh
temponya sudah dekat.
120
tahun Nuh berusaha mengajak semua orang yang lain selamat. Roh Tuhan berusaha
membuka mata hati orang-orang itu supaya mau bertobat. Tapi tidak berhasil.
Hanya istri, ketiga anak laki2 dan ketiga menantu Nuh saja yang selamat. 8
orang! Sementara seluruh dunia pada waktu itu tenggelam, mati. SELURUH DUNIA VERSUS 8 ORANG! BERAPA PERSEN ITU?
Suatu
pelajaran bagi kita yang hidup sekarang, karena Alkitab sudah mengatakan bahwa
pada akhir zaman, akan terulang kembali apa yang terjadi di zaman Nuh.
Matius 24:38-39
38 Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan sampai kepada hari Nuh masuk
ke dalam bahtera.39dan mereka tidak menyadarinya sampai air bah itu datang dan membawa pergi mereka semua, demikian pulalah halnya kelak
pada kedatangan Anak Manusia.
Jadi
manusia akhir zaman akan sama dengan manusia pra-air bah, semua sibuk dengan
urusannya sendiri, makan-minum, kawin-mengawinkan, Tuhan disepelekan, tidak
menyadari bahwa sementara itu mereka telah dihakimi oleh Tuhan dan telah
divonis tidak memenuhi syarat.
Filipi 3:19
Kesudahan
mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka,
dan kemuliaan mereka ialah aib mereka, yang mementingkan
perkara-perkara duniawi.
Pertanyaan:
MENGAPA
TIDAK ADA YANG MAU PERCAYA KEPADA NUH?
KARENA NUH HANYA SEORANG DIRI! NUH
ADALAH MINORITAS! Dia satu-satunya yang berkoar-koar
bakal ada banjir yang akan menenggelamkan.
Alkitab
tidak mengatakan di zaman Nuh itu berapa angka populasi dunia. Tapi melihat
usia Adam yang 930 tahun, dan keturunannya hingga Nuh juga berusia sekitar itu,
berapa puluh anak yang bisa dimiliki setiap pasangan? Jangan terkecoh oleh
nama-nama anak yang tercantum di Alkitab. Selain yang tercantum juga ada banyak
yang tidak tercantum. Di zaman itu tidak ada yang mau KB, semua menerima
kelahiran seorang anak itu sebagai berkat dari Tuhan, semakin banyak semakin
baik. Populasi dunia pasti sudah sangat banyak!
Bagaimana
reaksi orang-orang ini terhadap ajakan Nuh? Bukan saja orang-orang asing yang
tidak mengenal Nuh, tetapi kerabat, sahabat dan kenalannya sendiri?
Sayang
tidak ada yang mau percaya. Kira-kira mereka bicara sendiri seperti ini:
Masa cuma Nuh yang tahu kebenaran? Masa kita semua salah dan cuma dia yang benar? Haaaiisssyyyhh! Memangnya siapa seh si Nuh ini? Sok nabi?? Memang cuma dia yang kenal Tuhan? Memang kita tidak kenal Tuhan? Memang kita bukan umat Tuhan? Kalau Tuhan mau menenggelamkan kita semua, tidak mungkin Tuhan tidak bicara kepada kita juga. Mengapa Tuhan hanya memberitahu Nuh tentang itu? Nuh bohong, Nuh mengarang, Tuhan tidak bicara kepadanya. Nuh sudah gila, sedang halusinasi dia, kurang kerjaan dia, makanya mau bikin bahtera raksasa, lagi stres dia, atau bahkan mungkin saja dia sudah kerasukan Setan! Cuma mau menimbulkan keresahan! Mana ada hujan? Apa itu hujan? Kami tidak pernah melihat satu tetes air pun jatuh dari langit. Mana bisa banjir? Lagi pula kenapa Tuhan mau menghukum kita? Kenapa kita disuruh bertobat, kita kan orang baik-baik!
Pada
akhir zaman kondisi tidak akan jauh berbeda. Manusia sibuk dengan semua urusan
duniawinya sendiri dan tidak percaya bahwa dunia ini akan segera diakhiri oleh
Tuhan. Mereka berkata dari zaman nenek moyang sudah dikatakan dunia akan segera
kiamat, Yesus akan segera datang, sampai sudah lewat ratusan tahun tidak ada
kejadian apa-apa.
2 Petrus 3:3-7
3 Mengetahui hal ini lebih dulu, bahwa
pada hari-hari akhir akan datang pengejek-pengejek, yang hidup menuruti hawa nafsu mereka sendiri, 4 dan berkata, ‘Di manakah janji kedatangan-Nya? Sebab sejak
bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap berjalan sebagaimana adanya dari awal penciptaan.’ 5
Karena tentang ini mereka sengaja tidak mau
tahu, bahwa oleh Firman Allah langit telah
ada sejak dahulu, dan bumi muncul keluar dari
air dan dalam air, 6 dan dengan
mana dunia yang ada pada waktu itu, binasa,
terbenam oleh air bah. 7 Tetapi langit dan bumi yang sekarang
oleh Firman yang sama disimpan, disiapkan untuk api bagi hari penghakiman dan
kebinasaan orang-orang fasik.
Bedanya,
dunia pra-air bah dibinasakan oleh air, dunia kita yang
sekarang ini akan dibinasakan oleh api. Jadi percayalah bahwa
itu akan terjadi tidak lama lagi.
Jika
satu orang mengatakan itu merah sedangkan 1’000
orang lain mengatakan itu biru, yang benar pasti yang mengatakan biru, bukan?
Mana mungkin yang benar justru yang satu orang itu sedangkan yang 1’000 orang
salah semuanya? Masa 1’000 orang buta warna semua?
Betul,
itu kalau teori dunia, mayoritas yang benar. Dalam
suatu pengambilan keputusan, suara terbanyak selalu yang menang.
Tapi
untuk urusan spiritual, tidak demikian.
Mengapa? Karena manusia
yang berdosa sudah lebih cenderung kepada dosa, kepada yang salah. Oleh karena itu, pada waktu mereka melihat dosa,
mereka menganggap itu bukan dosa. Jadi jika semakin banyak orang berdosa mengatakan sesuatu itu benar, itu
justru tidak benar, karena penilaian orang berdosa sudah melenceng. Sebaliknya
yang benar, justru mereka anggap salah, karena yang salah sudah menjadi lumrah
bagi mereka.
MENURUT KRISTUS, BERBAHAYA IKUT
KELOMPOK MAYORITAS!!!
Perhatikan
kata-kata Kristus:
Matius 7:13-14
13 Masuklah kamu di pintu yang
sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kebinasaan, dan
banyak yang masuk ke sana; 14
karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kehidupan, dan sedikit yang menemukannya.
Ke mana orang-orang yang sedikit, yang
minoritas? Di zaman Nuh mereka hanya 8 orang, kurang dari 10, bisa dihitung
dengan jari. Bagaimana dengan di zaman kita sekarang?
Orang-orang ini masuk lewat pintu yang sesak, dan berjalan
di jalan yang sempit. Tetapi sebelum itu mereka
harus lebih dulu “menemukannya”. Menemukan apa? “jalan yang menuju kehidupan” itu. Berarti sebelum
mereka bisa menemukannya, mereka harus mencarinya dulu, setelah ketemu, baru mereka
bisa masuk melalui pintunya yang sesak itu. Pintu yang sesak dan jalan yang sempit ini
tidak semata-mata terpampang di hadapan kita begitu saja, dia tersembunyi, tertimbun di bawah segala konsep populer yang salah yang kita kenal.
Jadi dia harus
dicari baru ketemu! Kalau
kita tidak mencari ya tidak ketemu!
Matius 6:33
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah
dan kebenaranNya, dan semua hal itu akan ditambahkan
kepadamu.
Jadi,
pertama kita harus “mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya”, bukan
menerima begitu saja apa yang dikatakan orang, atau oleh gereja, atau oleh pemuka
agama sekali pun. Cari sendiri di Alkitab apa memang demikian. Ini menyangkut keselamatan kita. Jadi kita
perlu memastikan sendiri apa kata Alkitab. Pelajari Alkitab sendiri, minta
bantuan Tuhan dan jika hati kita tulus memang mau mencari kebenaran Tuhan, Roh
Kudus pasti akan memberi kita hikmat untuk mengerti.
Mengapa
kita harus mencari yang benar? Karena ada banyak nabi palsu dan guru palsu yang
mengajarkan ajaran yang palsu.
Matius 7:15-16
15 Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu, yang datang kepadamu
dengan kulit domba, tetapi sesungguhnya
mereka adalah serigala yang buas. 16 Kamu akan mengenal mereka dari
buahnya….
Matius 24:24
Sebab mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda dan
mujizat-mujizat besar untuk menyesatkan sekiranya
mungkin, bahkan orang-orang pilihan;
Kisah 20:30
Juga
dari antara kamu sendiri akan muncul orang-orang, mengatakan hal-hal yang menyimpang, untuk menarik murid-murid berpaling mengikuti mereka.
Kolose 2:8
Berhati-hatilah, supaya jangan ada yang merusak kamu dengan filsafat dan penipuan hampa menurut ajaran tradisi
manusia, menurut
prinsip-prinsip dasar dunia dan bukan menurut Kristus.
Jadi untuk menghindari tertipu oleh ajaran-ajaran yang menyimpang dari nabi-nabi palsu dan guru-guru palsu, dan segala filsafat dan tradisi dunia, jangan percaya ajaran apa pun sebelum kita menyocokkan itu dengan Alkitab. Alkitab harus menjadi pedoman kita.
Kembali ke pintu yang sesak.
Inilah
ciri pintu yang sesak itu, dia
adalah PINTU YANG TIDAK POPULER,
tidak diserbu banyak orang, bahkan tidak dicari oleh kebanyakan
orang. Kebanyakan orang cenderung cepat-cepat menghindar bila mendengar tentang
pintu yang sesak itu, mereka justru menganggap itu tempatnya orang-orang bidat.
Dan hanya sedikit orang yang mau masuk ke sana. Ingat kata "sedikit"
ini. Karena itu, kalau ada banyak orang di sana, itu BUKANLAH PINTU YANG SESAK!!!
Sebaliknya,
ke mana orang-orang banyak? Mereka pergi masuk lewat pintu yang lebar
dan berjalan di jalan yang luas. Tapi jalan yang lebar
itu akhirnya menuju ke mana? KEBINASAAN.
Yang
populer, yang dipilih orang banyak, yang dicari banyak orang, yang diikuti
milyaran orang, itu berakhir pada KEBINASAAN.
Jadi
jangan lupa, menjadi bagian dari denominasi yang banyak anggotanya itu bukan
tempat yang aman, karena Kristus telah memberi peringatan, “lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju
kebinasaan, dan banyak yang masuk ke sana.” Di zaman Nuh,
seluruh dunia minus keluarga Nuh! Dan celakanya, ini akan terulang kembali di
zaman kita!
Seseorang
pernah berkata, masa umat 1.2 milyar itu salah semua? Tidak mungkin semua ahli
theologia kami yang mempelajari kebenaran, buta semua! Denominasi kami ini
bukan orang-orang bodoh! Masa theolog-theolog kami tidak menemukan kesalahannya
jika memang ada? Kan semua orang juga ingin selamat. Kalau memang salah, mana
masih ada yang mau ikut? Siapa yang ingin binasa? Justru banyak yang ikut
membuktikan bahwa denominasi kami ini benar! Masa begitu banyak orang
menganggapnya benar, kamu bilang itu salah?
Jika
kita mendengar argumentasi itu, ingat, pendapat dunia selalu berlawanan dengan
pendapat Tuhan. Kristus sudah memberikan tandanya dengan sangat jelas, “lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kebinasaan, dan
banyak yang masuk ke sana.”. Kristus tidak pernah salah. Di kitab
Wahyu 20:8 dikatakan bahwa orang-orang yang akan dibinasakan kelak itu “jumlah
mereka sama seperti pasir di laut”. Jadi
berada di
kelompok yang jumlahnya besar itu berbahaya. Jika kita ada di sana, jangan
bangga, kita justru harus segera memastikan melalui Alkitab, apakah kita ada di
kelompok yang benar, atau kita
sebaiknya cepat-cepat hengkang dan mencari pintu yang sesak dan masuk untuk
berjalan di jalan yang sempit yang
menuju hidup kekal.
Ingat kisah zaman Nuh,
seluruh dunia binasa karena menganggap mereka benar dan Nuh yang minoritas itu
salah. Kisah Nuh ini ditulis di Alkitab untuk mengingatkan kita yang hidup di
akhir zaman, yang akan mengalami dunia ini dimusnahkan seperti di zaman Nuh.
Ingat
kata Tuhan:
LEBARLAH PINTU DAN
LUASLAH JALAN
YANG MENUJU KEBINASAAN,
DAN BANYAK YANG MASUK KE SANA
Pintu
yang lebar dan jalan yang luas TIDAK USAH
DICARI! Ikut mayoritas saja, di mana jumlahnya terbanyak, di mana orang
berbondong-bondong berkumpul, ya sudah itu pintunya! Banyak orang masuk begitu saja dengan mudah!
Sudah jelas terlihat, gampang diakses, tidak usah susah-susah mencari dulu.
Pintunya pun lebaaaaaarrrr, sehingga kita mau masuk dengan membawa bontotan
segala macam juga tidak masalah.
Apa
pemahaman kita tentang dua pintu ini? Karena ajaran yang diberikan Kristus itu
selalu lebih dalam daripada yang kita pahami dengan sekilas baca. Sering-sering
kita hanya memahami permukaannya, sehingga kita kehilangan banyak nasihat dan
pesan Kristus yang berharga.
1.
BAGAIMANA KITA BISA MASUK KE PINTU YANG SESAK?
a) Kita harus
mencari pintu itu dulu. Bagaimana mencarinya?
ü
Berdoa dengan tulus minta Tuhan menuntun
ke sana.
ü
Butuh waktu dan niat (rajin mempelajari
Alkitab).
ü
Butuh ketekunan, tidak boleh putus asa
(rajin mencari info denominasi mana yang ajarannya tidak melenceng dari
Alkitab).
b) Jika
setelah kita mencari dan kita berhasil menemukan pintu yang sesak ini,
bagaimana kita bisa masuk ke dalamnya?
ü
Kita harus meninggalkan semua bawaan kita sebelumnya!
Pintu itu sesak, sehingga yang
bisa masuk hanya diri kita sendiri, tidak bisa membawa kopor 5 buah! Hanya diri
kita saja. Tidak bisa membawa apa-apa. Artinya? Kita harus melucuti diri kita
dari semua yang menghalangi kita bisa masuk lewat pintu itu. Pintu itu akan
membawa kita kepada KEHIDUPAN, kepada Kristus. Jadi, apa pun yang
menghalangi kita menuju Kristus, harus kita lepaskan sebelum kita bisa masuk
lewat pintu ini. Apakah itu hobi kita, apakah itu pekerjaan kita, apa
itu ego kita, apa itu nafsu makan kita, apa itu bahkan keluarga kita? Semua yang
menghalangi kita datang kepada Kristus, harus kita tinggalkan di depan pintu sesak ini sebelum
kita bisa masuk ke dalamnya. Kita hanya bisa masuk membawa “ketelanjangan” kita
sendiri, dan menyerahkan diri
kita sepenuhnya kepada kemurahan Kristus. Sebelum itu kita lakukan, kita tidak
akan bisa masuk lewat pintu yang sesak ini, yang hanya pas untuk kita lewati
sendiri.
Matius
10:37
Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih
daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya
laki-laki atau perempuan lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku
Inilah contoh
yang diberikan Kristus mengenai apa yang harus kita “tinggalkan” sebelum masuk
melalui pintu yang sesak itu. Orangtua dan anak-anak adalah harta yang
paling berharga dalam hidup kita, tapi itu pun harus kita tinggalkan di depan pintu yang sesak JIKA itu menghalangi kita bisa
masuk ke dalam.
Jelas ayat ini tidak memberi kita izin atau pembenaran untuk menelantarkan orangtua atau anak-anak kita
dengan alasan mengikut Kristus! Jangan memutarbalik ajaran Kristus. Karena di
Hukum ke-5, Tuhan jelas memerintahkan agar “Hormatilah ayahmu dan
ibumu, supaya lanjut umurmu di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu” (Kel 20:12), jadi orangtua
dan anak-anak atau keluarga kita, tetap adalah tanggung jawab kita yang harus
kita pelihara dengan baik, namun yang menjadi nomor satu dalam hidup kita
haruslah Tuhan, dan jika kita belum bisa menempatkan
Tuhan sebagai yang nomor satu dalam daftar
prioritas kita, kita tidak bisa masuk lewat pintu yang sesak ini, karena
tidak bakal cukup!
ü Jadi,
meninggalkan semua yang menghalangi kita mencapai Kristus,
itulah makna dari kita harus menyalibkan diri sendiri, mati
bersama Kristus. Orang lama kita
harus mati dulu. Semua yang berasal dari orang lama kita yang bertentangan
dengan Tuhan, harus kita tinggalkan, satu per satu setiap hari, itu merupakan
perjuangan. Itulah yang dikatakan Paulus:
1 Korintus 15:31
Melalui sukacita karena
kamu yang aku miliki dalam Kristus Yesus,
Tuhan kita, aku menegaskan aku mati setiap hari.
Paulus saja harus “mati setiap hari”, artinya orang lamanya harus dimatikan setiap
hari, dikikis satu per satu semua egonya, semua keterikatannya
dengan keduniawian. Orang lama kita itu susah matinya, tidak bisa
dibunuh satu kali tebas lalu selesai. Dia akan hidup lagi. Dia harus dibunuh
berulang-ulang, dan setiap hari dia mati sedikit demi sedikit, semakin lama
semakin lemah, hingga akhirnya dia bisa mati seluruhnya, dan orang lama kita
lenyap, dan Kristus akan hidup secara permanen di dalam
kita.
Galatia 2:20
Aku tersalib bersama
Kristus, namun begitu, aku hidup; tetapi
bukan aku melainkan Kristus yang hidup di dalam
aku. Dan hidupku yang kujalani sekarang di dalam daging, aku hidup oleh iman Anak Allah, yang telah mengasihi aku dan telah
menyerahkan diri-Nya untuk aku.
2. BAGAIMANA DENGAN MASUK KE PINTU YANG LEBAR?
Wah, ini
gampang! Tidak
banyak persyaratan. Sudah tidak
usah susah-susah mencari pintunya, karena pintu itu tampak jelas terbuka lebar,
jadi langsung bisa dimasuki. Blung! Dan karena pintunya lebar, kita mau membawa
apa pun masuk bisa! Kita tidak usah meninggalkan apa pun di luar, semua bisa
diangkut masuk ke dalamnya. Bahkan, semakin banyak bawaan kita,
semakin disambut kita oleh yang empunya pintu. Kita tidak perlu mengorbankan
apa-apa.
ü apakah
itu sifat jelek kita,
ü apakah
itu semua pelanggaran kita terhadap Hukum Tuhan,
ü apakah
itu pekerjaan kita yang tidak halal,
ü apakah
itu selera makan dan minum kita yang melanggar Hukum Tuhan,
ü apakah
itu hobi kita yang tidak memuliakan Tuhan,
ü apakah
itu hidup kita yang berlumuran dosa,
ü apa saja
tidak ada restriksi, semua boleh dibawa masuk!
Semakin banyak
bawaan keterikatan kita, tuan yang empunya pintu lebar ini semakin senang
menerima kita, karena berarti sudah pasti kita bakal betah di tempatnya, karena
kita bisa membawa semua kesayangan kita dan keterikatan kita. Tapi jangan lupa,
PINTU LEBAR INI, DAN JALAN YANG LUAS INI MENUJU
KEBINASAAN.
Jika kita masih menggandoli
semua pelanggaran kita,
semua keterikatan kita,
semua ego kita,
semua “ilah lain” yang
lebih kita dahulukan di atas Tuhan,
maka kita BELUM MASUK LEWAT
PINTU YANG SESAK.
Pikirkanlah
sekarang, DI MANAKAH POSISI
KITA?
v Apakah kita
sudah masuk lewat pintu?
Kalau
belum, cepat carilah pintu yang sesak.
Sebentar lagi pintunya akan ditutup.
v Jika kita
sekarang sudah menemukan pintu yang sesak,
dan kita
sedang berdiri di depan pintu itu, lepaskan satu per satu
penghalang kita, buang semua kopor kita sebelum kita bisa masuk.
Tidak mudah, tapi kalau kita mau, kita bisa. Kalau kita punya niat, kita mohon
kekuatan kepada Tuhan, Roh Kudus akan membantu kita.
v Jika kita sudah salah masuk pintu yang lebar,
kita
perlu segera mundur dan keluar dari sana, lebih cepat
lebih baik, karena bila si empunya pintu lebar ini tahu kita bermaksud lari
darinya, dia pasti akan berusaha menahan kita dengan sekuat tenaganya. Sudah
pasti dia tidak akan melepaskan kita dengan mudah, jadi
pasti akan ada perjuangan.
Kita harus benar-benar bertekad dan minta bantuan Pemilik Pintu Yang Sesak
untuk menolong kita. Tidak mudah, butuh banyak doa, banyak air mata, banyak pengorbanan, tapi jika niat kita tulus, kita akan dibantu
Pemilik Pintu Yang Sempit, dan Dia yang akan berperang bagi kita, melepaskan
kita dari jerat pemilik pintu yang lebar.
Tugas
kita sekarang adalah menilai di mana posisi kita.
Banyak
yang menyangka sudah masuk pintu yang sesak, tetapi
sebenarnya tidak. Setiap orang perlu introspeksi sendiri.
Selanjutnya
minta bantuan Tuhan, karena hanya Tuhan-lah yang bisa menyelamatkan kita.
Amin.
2013-11-05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar