101.
SABAT DARI EDEN YANG HILANG
HINGGA
EDEN YANG BARU
___________________________________
1.
APAKAH
SABAT HARI KETUJUH ITU TIDAK DILAKSANAKAN LAGI SETELAH EDEN HINGGA ZAMAN MUSA?
Banyak
orang Kristen berkata, sekali pun berhentinya Allah bekerja pada hari ke tujuh
(Kejadian 2:3) menjadi dasar Hukum Sabat, setelah itu tidak ada catatan Alkitab
mengenai Sabat sampai orang Israel diberi 10 Hukum di Sinai setelah
meninggalkan Mesir. Bahwa di dalam Alkitab tidak ada indikasi bahwa memelihara
hari Sabat dilakukan pada zaman Adam sampai Musa.
Alkitab
memang tidak mencatat satu per satu siapa yang memelihara kekudusan Sabat hari
ketujuh, seperti halnya Alkitab juga tidak mencatat dengan siapa Kain dan Set
menikah, dan berapa totalnya semua anak Adam dan Hawa yang hidup 9 abad
lamanya, tetapi kita bisa mengambil kesimpulan dari apa yang dicatat Alkitab
bahwa mereka pasti menikah dengan saudara-saudaranya sendiri.
Marilah
kita lihat lagi tentang Sabat hari ketujuh:
Kejadian 2:3
Lalu Allah memberkati hari ketujuh
itu dan menguduskannya, karena di hari itu Ia telah berhenti dari segala
pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu
Pertanyaan: apakah Allah memberkati dan
menguduskan hari ketujuh untuk DiriNya Sendiri?
a. Allah
Sendiri tidak
memerlukan suatu hari yang diberkatiNya
karena Allah adalah sumber berkat itu sendiri.
b. untuk
apa Allah menyisihkan satu hari dari yang lain dan menguduskannya?
Untuk
Allah sendiri? Tentu saja tidak, karena Allah sendiri itu kudus. Setiap waktu
setiap detik segala zaman Allah itu kudus.
Jadi kalau
bukan untuk kepentingan Allah sendiri, untuk kepentingan siapa Allah
memberkati dan menguduskan hari yang ketujuh?
Siapa yang
ada di dunia ini waktu itu? Hanya Adam dan Hawa.
Berarti Allah memberkati dan menguduskan
hari ketujuh itu untuk Adam dan Hawa, bukan?
Berarti MANUSIA YANG MEMBUTUHKAN SUATU
HARI YANG DIBERKATI DAN DIKUDUSKAN.
Dan ini konfirmasinya kita jumpai dalam:
Markus 2:27
Dan
Yesus berkata kepada mereka, ‘Hari Sabat diadakan untuk
manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat,
Ayat ini
sering disalahmengerti oleh orang-orang Kristen. Sebenarnya di ayat ini jelas
sekali Yesus mengatakan bahwa hari yang ketujuh yang diberkati dan dikuduskan
oleh Tuhan sejak di Eden, itu diciptakan untuk manusia. sesuatu yang
diciptakan untuk manusia berarti karunia bagi manusia, bukan? Karena
Allah hanya memberikan yang baik kepada manusia. Lihat:
Yakobus
1:17
Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; yang pada-Nya tidak ada perubahan maupun
bayangan dari pertukaran.
Jadi sangatlah
aneh, manusia tidak mau menerima anugrah dari Tuhan ini. Jelas-jelas hari yang
ketujuh itu selain telah dikuduskan oleh Tuhan, juga DIBERKATI.
Itulah anugrahNya kepada manusia!
Kembali ke
hari ketujuh, hari yang diciptakan Tuhan untuk manusia. Pada waktu itu hanya ada Adam
dan Hawa, tidak ada orang Israel, tidak ada bangsa mana pun. Pada waktu itu tidak ada
pembagian bangsa. Tuhan hanya menciptakan satu bangsa, yaitu bangsa manusia. Pemisahan
bangsa itu baru terjadi setelah kasus menara Babel
lebih dari
seribu tahun kemudian.
Jadi, kalau
kita mengaku keturunan Adam dan Hawa,
maka Tuhan memberkati dan menguduskan hari ketujuh itu juga untuk
kita.
Hari ketujuh itu adalah anugrah bagi kita semua, bangsa manusia.
Dari zaman Adam hingga
zaman Israel keluar dari Mesir, tidak ada
cacatan tertulis. Pada waktu itu Tuhan masih berkomunikasi
langsung dengan manusia, semua titah dan perintah Tuhan disampaikan secara
verbal. Mengapa tidak
ada tulisan? Karena
manusia-manusia pada zaman itu punya memori yang hebat. Adam
diciptakan sempurna, berarti organ-organnya sempurna, karena itu dia bisa hidup
9 abad lebih. Dengan demikian, memorinya pasti juga sempurna. Dia tidak butuh
catatan. Semua yang diperintahkan Tuhan terekam jelas di otaknya, begitu juga
pada keturunan-keturunannya yang mula-mula.
Tetapi setelah
manusia semakin terpolusi oleh dosa, maka bukan hanya usianya yang merosot
jauh, begitu juga performance
organ-organ tubuhnya, termasuk memorinya mengalami kemerosotan. Maka pada zaman Musa (sekitar 1450an BC) perintah-perintah Tuhan dibuatkan tulisannya.
Nah, kita diberi Tuhan kemampuan untuk
berpikir, jadi ayo kita berpikir bersama:
Adam
kehilangan hidup kekalnya dan tempat tinggalnya di Eden hanya karena makan buah
terlarang.
Apakah setelah diusir dari Eden, Adam masih berani
berbuat dosa yang lain lagi dengan melawan perintah Tuhan tidak memelihara hari
ketujuh yang sudah dikuduskan Tuhan dan
diberkati Tuhan, dan diciptakan untuknya?
Hayo, logisnya bagaimana?
Seandainya
Adam tidak memelihara kekudusan hari ketujuh yang khusus diciptakan Tuhan
baginya, apakah Tuhan tidak akan menjatuhkan hukuman tambahan lagi kepadanya?
Coba
pikirkan, makan buah terlarang,
hukumannya diusir dari Eden dan kehilangan hidup kekal. Nah, kalau sengaja tidak memelihara hari ketujuh yang sudah dikuduskan Tuhan
dan yang khusus diciptakan Tuhan untuknya, apa Tuhan bakal diam saja?
Di Alkitab
tidak ditemukan catatan bahwa Adam memelihara Sabat Hari Ketujuh yang telah
diciptakan Tuhan untuknya. Tapi sebaliknya,
v
Apakah
di Alkitab ada catatan bahwa Adam tidak memelihara kekudusan hari ketujuh setelah keluar
dari Eden?
v
Apakah
di Alkitab dicatat Adam pernah sengaja melanggar ketetapan Tuhan yang lain?
TIDAK
ADA! Mengapa tidak ada? Bolehkah kita berasumsi Adam jera
melanggar Perintah Tuhan? Ketika dia berbuat dosa, ada hewan yang harus mati
baginya, yang kulitnya dipakai untuk menutupi ketelanjangannya, dan darahnya
menjadi lambang penebusan Juruselamat yang akan datang. Adam sebelumnya tidak
pernah melihat kematian, dan sekarang dia melihat bagaimana hewan yang tidak
berdosa harus mati karena dosanya. Dia juga melihat perubahan pada tanaman yang
mengalami layu, dan mati juga. Jadi tentunya Adam sangat shock. Ternyata begitu dahsyatnya akibat dosa. Kerusakan dan
kematian masuk di mana-mana. Apakah itu tidak membuat Adam hidup penuh
keprihatinan dan kehati-hatian selanjutnya? Adam tentunya akan berhati-hati
untuk tidak dengan sengaja melanggar ketentuan Tuhan yang lain, yang sudah
dikenalnya dari saat ketika dia masih hidup di taman Eden. Sabat adalah
waktunya mendekat pada Allah, dan sekarang setelah dia dipisahkan oleh dosa
dari Khaliknya, dia pasti sangat menghargai jam-jam Sabat itu, yang merupakan
kenangan baginya dari masa ketika dia masih hidup bahagia di Eden. Tidak, Adam
menantikan datangnya setiap Sabat dengan tidak sabar.
Sebaliknya, setelah
Adam berdosa, Tuhan bukannya menghapus ketetapan yang
sudah dibuatNya sebelum Adam berdosa, melainkan Tuhan menambah ketetapan
yang baru kepada Adam. Mengapa? Karena
dosa sudah masuk.
Sebelum
dosa masuk, maka Tuhan hanya memberi Adam dan Hawa dua peraturan:
1)
Memelihara kekudusan hari ketujuh,
sebagai tanda pengakuan bahwa Tuhan-lah sang Khalik
dan mereka adalah makhluk ciptaan, dengan demikian mengakui kekuasaan Tuhan di
atas mereka;
2)
Jangan makan buah dari pohon pengetahuan baik
dan buruk,
sebagai tanda kepatuhan mereka kepada Tuhan.
Tentang poin 1)
jelas bahwa itu tetap berlaku.
Sedangkan poin 2)
karena mereka sudah diusir dari Eden, mereka sudah tidak bisa makan buah pohon
pengetahuan itu lagi.
Setelah
dosa masuk, Tuhan menambahkan 2 ketetapan baru yang sebelumnya tidak perlu bagi
Adam dan Hawa:
3)
10 HukumNya,
supaya Adam dan semua keturunannya tahu apa yang
dianggap Tuhan sebagai dosa;
4)
Peraturan mempersembahkan kurban,
sebagai lambang penebusan Kristus kelak.
Poin
3) perlu
dijelaskan, mengapa kita tahu bahwa kepada Adam dan semua keturunannya, Tuhan
sudah memperkenalkan 10 HukumNya.
Kita ingat
kisah Kain membunuh Habel.
Pada waktu Kain
cemburu kepada Habel, Tuhan sudah mengingatkan. Kita baca dari:
Kejadian 4:5-7
5 tetapi kepada Kain
dan persembahannya TUHAN tidak menghargainya.
Dan Kain sangat marah, dan mukanya muram. 6 Maka TUHAN berkata kepada Kain, ‘Mengapa kamu marah? Mengapa
mukamu muram?’ 7 Jika engkau berbuat baik, apakah engkau
tidak akan diterima? Dan jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah di ambang pintu; dan dosa itu menginginkan
engkau, tetapi engkau harus mengalahkannya.’
Jelas Tuhan
sudah berkata “dosa itu menginginkan
engkau”. Jadi Kain sudah tahu
bahwa iri hati/cemburu adalah dosa, dan itu melanggar Perintah ke-10
dari 10 Hukum.
Kemudian Kain membunuh Habel. Kain sengaja melanggar Hukum Tuhan. Ketika
Tuhan bertanya kepadanya di mana Habel, Kain berusaha mengelak, padahal Habel
sudah dibunuhnya. Dia tahu itu
adalah dosa. Secara langsung itu melanggar Perintah ke-6 dan ke-10
dari 10 Hukum. Secara tidak langsung itu juga melanggar Perintah ke-1, ke-5,
ke-8, dan ke-9. Jadi memang benar apa yang tertulis di Yakobus
2:10
Sebab barangsiapa yang
menuruti seluruh Hukum itu, tetapi melanggar dalam satu hal darinya, ia bersalah terhadap seluruhnya.
Dari sini kita sudah tahu bahwa Tuhan sudah menyatakan kepada
manusia-manusia generasi pertama, apa yang namanya dosa, yaitu pelanggaran
Hukum Allah. Dengan kata lain,
tentu saja Tuhan juga
sudah memberikan 10 HukumNya kepada manusia generasi pertama. Seandainya
tidak, Tuhan tentunya tidak bisa menyalahkan mereka. Seandainya Kain tidak tahu
iri hati (Perintah ke-10) dan membunuh (Perintah ke-6) itu dosa, dia tidak bisa
disalahkan. Seandainya Kain tidak tahu tidak patuh kepada Allah (Perintah
ke-1), tidak menghormati orangtuanya dengan membunuh adiknya (Perintah ke-5),
berdusta kepada Tuhan (Perintah ke-9), mencuri (Perintah ke-8, mengambil yang
bukan haknya, dalam hal ini nyawa Habel), itu dosa, dia tidak bisa disalahkan. Kain
telah melanggar Perintah ke-1, 5, 6, 8, 9, 10! Kain sangat tahu dia telah
melakukan banyak dosa dengan membunuh Habel adiknya, buktinya Kain menerima
dihukum. Kita baca di:
Kejadian
4:13
Dan
Kain berkata kepada TUHAN, ‘Hukumanku itu lebih besar daripada yang dapat
kutanggung.
Kain tidak menolak
dihukum. Dia tidak
protes kena hukum karena dia tahu dia berdosa. Dia hanya minta keringanan.
Berarti sudah
jelas, bukan, bahwa Tuhan sudah
menyatakan HukumNYA kepada generasi manusia pertama? Hanya saja itu diberikan
secara oral, tidak dalam bentuk tertulis. Jadi 10 Hukum itu
bukan baru dikenal manusia saat Israel keluar dari Mesir sekitar 1450 BC. 10
Hukum itu diberikan kepada Adam dari awal.
Poin
4): Sebelum Adam diusir keluar dari Eden, Tuhan sudah
mengajarkan kepada Adam bahwa dosa hanya bisa dihapus oleh curahan darah, lewat
domba-domba yang dikurbankan Tuhan,
yang kulitnya dijadikan pakaian untuk Adam dan Hawa. Dengan demikian, Adam mengerti bahwa setiap kali manusia berbuat
berdosa, orang itu harus mengurbankan hewan sebagai lambang penebusan Kristus
kelak. Ini merupakan perintah
yang baru, yang diberikan kepada Adam setelah dia berdosa, karena sebelum ada dosa, tidak
perlu ada kurban, bukan? Perintah ini pun dilanjutkan oleh keturunan yang baik dari Adam (dari anaknya
Set) secara turun-temurun.
Dosa pertama
yang dicatat Alkitab setelah Adam diusir dari Eden adalah dosa-dosa yang dibuat oleh
Kain. Dosa apa saja itu?
a.
Kain melanggar ketentuan Tuhan mengenai
persembahan kurban.
Tuhan mengajarkan, untuk persembahan kurban haruslah
seekor hewan (biasanya domba) karena darah hewan yang tercurah itu melambangkan
darah Kristus kelak. Karena Kain itu bercocok tanam, maka dia mempersembahkan
hasil kebunnya dan bukan hewan kurban. Menurut akal Kain itu tidak apa-apa,
tapi Tuhan tidak berkenan dan tidak menerima kurban Kain. Kelihatannya ini
sepele, tetapi pada dasarnya ini sama dengan melawan autoritas
Tuhan sebagai Allah. Di sini Kain telah menempatkan dirinya lebih
tinggi daripada Tuhan. Dia telah melanggar Perintah ke-1. Banyak dari kita
yang seperti Kain. Kita anggap apa yang kita lakukan itu sudah baik menurut
pemikiran kita, tapi apa yang kita anggap baik dan benar, ternyata tidak benar
menurut Tuhan. Bila kita melakukan yang berbeda dari apa yang
diperintahkan Tuhan, itu kita sudah melanggar Perintah ke-1, “Jangan engkau punya allah lain di hadapanKu”. Kita
mungkin tidak menyembah patung berhala atau batu, tetapi kita telah menempatkan
diri kita sendiri sebagai allah yang lebih tinggi daripada Tuhan Khalik semesta
alam. Ingatlah, dosa apa pun yang
kita lakukan, selalu yang pertama kita langgar adalah Perintah ke-1, kita telah
menjadikan yang lain sebagai allah kita yang kita turuti.
b.
Kain iri hati kepada Habel karena kurban
Habel diterima Tuhan.
Kain sudah melanggar ketentuan Tuhan bukannya
menyesal, tetapi malah marah dan iri hati kepada Habel yang persembahannya
diterima Tuhan.
Kita juga sering begitu, kita iri hati
pada mereka yang kita lihat lebih diberkati Tuhan. Kita tidak
berpikir, mungkin orang itu lebih mengasihi Tuhan, punya hubungan yang lebih
dekat dengan Tuhan, lebih patuh pada Tuhan. Jangan suka iri hati pada orang
lain karena percayalah, Tuhan punya gudang berkat yang tidak terbatas. Tuhan
tidak mengambil jatah berkat kita untuk diberikan orang lain. Jika kita
mengasihi Tuhan dengan tulus, patuh padaNya, memelihara hubungan yang akrab
denganNya, segala berkat akan dicurahkan Tuhan.
c.
Kain membunuh Habel.
Kita juga sering membunuh orang yang tidak kita sukai
secara abstrak, di dalam
pikiran kita, atau lebih buruk lagi kita membunuhnya melalui fitnah yang kita sebarkan. Jadi bila kita punya niat
jahat saja terhadap orang lain itu sudah sama dengan membunuh, kata Yesus. Baca
Matius 5:21-26.
d.
Dosa Kain yang terbesar adalah Kain tidak bertobat.
Kejadian 4:16 mencatat, “Dan Kain pergi dari hadirat TUHAN…”
Kain selamanya hilang, dia tidak pernah kembali kepada Tuhan.
Kita juga sering berbuat begitu. Kita yang salah, tapi bukannya kita
bertobat dan menyesal dan minta pertolongan Tuhan untuk memperbaiki kita, kita
malah pergi menjauhi Tuhan, karena kita merasa
tidak nyaman dekat-dekat Tuhan. Dosa memang membuat manusia
tidak nyaman dekat Tuhan. Itulah mengapa semakin banyak dosa kita,
semakin sulit kita bertobat dan kembali kepada Tuhan.
Tapi,
Alkitab tidak mencatat bahwa Adam atau keturunannya tidak memelihara kekudusan
hari ketujuh. Bahkan dosa
Kain pun bukan karena tidak memelihara kekudusan hari Sabat. Jadi pada waktu itu tidak ada manusia yang tidak memelihara kekudusan
hari ketujuh.
Setelah Kain diusir Tuhan, apakah dia dan keturunannya masih memelihara
kekudusan Sabat hari ketujuh, kita tidak tahu, karena keturunan Kain jahat dan Tuhan
sudah tidak menganggapnya sebagai anak Tuhan lagi. Alkitab mencatat mereka sebagai “anak-anak
manusia” (Kejadian 6:2),
Kejadian 4:14, 16, 17
14 Lihat, Engkau (Tuhan) telah menghalau aku (Kain)
hari
ini dari muka bumi, dan dari wajahMu aku akan tersembunyi…16 Dan
Kain pergi dari hadirat TUHAN dan menetap di
tanah Nod, di sebelah timur Eden. 17 …
dan Kain mendirikan sebuah kota dan menyebut nama kota itu menurut nama
anaknya, Henokh.
(ini bukan Henokh yang diangkat ke Surga
lho.)
Set, sebagai pengganti Habel, adalah manusia yang patuh kepada Tuhan dan mengajarkan
yang sama kepada keturunannya.
Alkitab mencatat di
Kejadian
4:26
Dan
kepada Set, kepadanya juga lahir
seorang anak laki-laki, dan dia memanggil
namanya Enos. Waktu itulah orang mulai
memanggil nama TUHAN.
Sebaliknya keturunan Adam dari Set disebut “anak-anak
Allah” (Kejadian 6:2) karena mereka hidup patuh kepada Tuhan.
Orang yang memanggil nama Tuhan
tentunya berarti orang itu menyembah Tuhan, dan melakukan apa yang sudah
ditentukan oleh Tuhan, termasuk
memelihara kekudusan hari ketujuh (Sabat).
Jadi memelihara kekudusan hari yang
ketujuh (Sabat)
itu tidak berhenti di Eden, karena Alkitab berkata bahwa setelah keluar
dari Eden pun, manusia keturunan Set tetap memanggil nama Tuhan, bukan melupakan Tuhan.
Kalau kita melihat yang ditulis oleh
Alkitab mengenai keturunan Adam hingga Henokh
(keturunan Adam yang keenam), kita menjumpai bahwa mereka adalah
orang-orang yang patuh kepada Tuhan, yang memanggil nama Tuhan.
Tidak ada catatan Tuhan menghukum atau mengutuk mereka (kecuali Kain). Berarti logisnya, mayoritas
tidak melanggar ketentuan Tuhan, termasuk pemeliharaan Sabat.
Kita lihat
catatan Alkitab tentang Henokh (manusia generasi ke-7) dia justru diangkat ke surga hidup-hidup,
karena begitu dekatnya hubungannya dengan Tuhan.
Kejadian 5:24
Dan Henokh berjalan bersama Allah; dan ia lenyap sebab Allah telah mengambilnya.
Di sini
dikatakan “Henokh berjalan bersama
Allah”. Ini
metafora yang
indah. Berjalan bersama-sama dengan Allah, selangkah demi selangkah,
berdampingan, seirama, ibarat dua orang sahabat yang langkahnya sudah sinkron,
tidak ada yang selangkah lebih maju, tidak ada yang selangkah tertinggal di
belakang. Henokh sudah menjadi sahabat Allah, sinkron sampai ke langkah-langkah
kakinya. Tidakkah kita rindu punya hubungan yang sedekat ini dengan Allah?
Henokh adalah
manusia pertama yang diangkat hidup-hidup ke surga tanpa mengalami kematian.
Baru nanti ribuan tahun kemudian, Tuhan mengangkat manusia yang kedua yaitu
Elia. Berarti Henokh pasti
dengan sepenuh hati memelihara semua perintah Tuhan, termasuk memelihara hari
Sabat Tuhan. Andai tidak, maka itu dosa, dan andai Henokh berbuat
dosa, tidak mungkin dia dibawa ke Surga oleh Allah.
Tetapi
Alkitab mencatat, setelah itu terjadi kemerosotan
mental dan spiritual
pada manusia.
Kejadian 6:1-2
1 Dan terjadilah ketika manusia mulai
bertambah banyak di muka bumi, dan lahir anak-anak perempuan bagi mereka, 2 bahwa anak-anak laki-laki
Allah melihat anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, dan mereka mengambil isteri bagi diri mereka dari semua yang mereka pilih.
Perhatikan
ayat di atas. Disebutkan ada “anak-anak laki-laki
Allah” dan “anak-anak
perempuan manusia”.
v
Nah, “anak-anak laki-laki
Allah”
adalah
keturunan Adam yang patuh kepada Allah, nota bene mereka yang melakukan semua
perintah Allah, ya termasuk memelihara kekudusan hari ketujuh dan yang melakukan Hukum kurban.
v Sedangkan
“anak-anak perempuan manusia”
adalah
keturunan Kain, yang diusir Tuhan dari lingkungan Adam, dan seperti leluhurnya
si Kain, maka
keturunan Kain juga tidak patuh kepada Allah.
Itulah sebabnya
Tuhan memberikan perintah ini,
2
Korintus 6:14-15
14 Janganlah kamu menjadi
pasangan kuk yang tidak seimbang dengan
orang-orang yang tak percaya; sebab persahabatan apa yang
ada antara kebenaran dan ketidakbenaran?
Dan komunikasi apa yang ada antara terang
dengan gelap? 15 Dan keselarasan apa
yang ada antara Kristus dan Belial? Atau apakah
bagian yang dimiliki orang percaya dengan
orang tak percaya?
Sangat berbahaya dan dilarang oleh Tuhan jika “anak-anak Tuhan” mengikat janji
dengan orang-orang yang tidak seiman ~ entah itu janji perkawinan,
janji kerjasama, atau janji apa saja ~ karena jarang sekali kita bisa menarik
pasangan kita mengikuti iman kita, justru sebaliknya kita yang akan terseret
mengikuti kebiasaan pasangan kita menjauhi Tuhan, karena pada
dasarnya manusia itu lebih cenderung kepada yang tidak mematuhi Tuhan.
Memang ada perkecualiannya seperti Rut perempuan Moab yang memilih menjadi
pengikut Allah suaminya. Tapi lebih banyak yang ikut sesat daripada yang tidak.
Jadi setelah
terjadi percampuran antara keturunan Set yang patuh kepada Tuhan dan keturunan
Kain yang tidak mengenal Tuhan, maka rusaklah moral manusia. Alkitab mencatat
di
Kejadian 6:5:
Lalu TUHAN melihat, bahwa
kejahatan manusia itu hebat di bumi dan
bahwa segala kecenderungan hatinya hanyalah jahat terus-menerus.
Selalu
apabila kebenaran bercampur dengan kejahatan, pasti kejahatan yang lebih
dominan. Hingga pada zaman Nuh, keturunan Adam ke-10, Tuhan menghabiskan
seluruh dunia pada waktu itu saking jahatnya mereka,
dan hanya menyisakan 8 orang. Berarti, pada waktu itu semua keturunan Adam (kecuali Nuh sekeluarga) yang tadinya
adalah “anak-anak Allah” pun, sekarang sudah berubah menjadi bukan anak-anak
Allah lagi! Menyedihkan, bukan?
Setelah tersisa hanya
Nuh dan keluarganya yang keluar dari bahtera itu, apakah mereka masih
memelihara kekudusan hari ketujuh?
Seharusnya
begitu, karena menurut
Alkitab ketika Nuh
masuk ke dalam bahtera, dia adalah orang yang benar dan sempurna, dan ternyata dia sama seperti Henokh, dia berjalan bersama Tuhan. Karena itu, ketika Nuh keluar dari bahtera, dia pasti
masih tetap “benar dan tidak bercela”, bukan? Seandainya Nuh juga tidak taat
kepada Tuhan, maka dia akan ikut terlibas dalam air bah yang mematikan seluruh
dunia pada waktu itu.
Kejadian
6:9
Inilah silsilah
Nuh. Nuh adalah seorang yang benar, sempurna di antara orang-orang
sezamannya. Nuh berjalan bersama Allah.
Nuh juga
berjalan selangkah demi selangkah bersama Tuhannya, seirama. Karena itulah Nuh
dan keluarganya diselamatkan Tuhan dari air bah.
Berarti Nuh pasti
patuh pada semua ketetapan Allah,
Nuh tidak berbuat dosa, tidak melanggar Hukum Allah, maka Nuh
pasti juga memelihara Sabat hari ketujuh. Karena tidak memelihara Sabat hari
ketujuh itu termasuk melanggar Hukum Allah Perintah ke-4, dan itu dosa. Kalau Nuh dikatakan “seorang yang benar, sempurna” maka pasti dia tidak berbuat dosa apa pun.
Begitu pula
keluarganya, pasti mereka juga patuh pada semua ketetapan Allah, andai tidak
begitu, istri, ketiga anak dan ketiga menantunya tidak akan selamat. Bukan hanya itu, Nuh sebagai kepala
keluarga tidak akan disebut “seorang yang benar, sempurna” bila dia tidak bisa mendidik anak-anaknya menjadi
pengikut Tuhannya.
Ketika Nuh keluar dari bahtera, Alkitab
mencatat:
Kejadian 8:20
Dan Nuh mendirikan sebuah mezbah
bagi TUHAN; dan mengambil dari setiap binatang yang halal dan dari setiap
unggas yang halal, dan mempersembahkan
kurban bakaran di atas mezbah itu.
Nuh
mendirikan mezbah, dan mengurbankan binatang sebagai kurban bakaran. Berarti Nuh mengerti
dan melakukan upacara kurban. Selain itu Nuh tahu mana binatang yang haram dan mana yang halal, berarti Nuh
juga mengerti semua perintah Tuhan.
Jadi tidak ada Hukum Allah yang
hilang, mulai dari Adam hingga Nuh pasca air bah.
Tetapi
manusia tidak pernah kapok. Setelah lewat waktu yang cukup lama, manusia sudah
melupakan air bah dan hukuman Tuhan, dan kembali lagi manusia yang sudah
terpolusi oleh dosa, menjadi semakin jauhlah dari Tuhan, dan banyak Hukum Tuhan
yang mereka tinggalkan.
Pertanyaan:
jika manusia melanggar ketetapan-ketetapanTuhan lagi, mengapa Tuhan tidak
membasmi mereka lagi?
karena janji Tuhan kepada Nuh. Baca:
Kejadian 9:13-17
13 Aku
memasang busurKu (pelangi-Ku) di awan, dan itu akan menjadi tanda sebuah Perjanjian antara Aku dan bumi.’ …15
air-air tidak akan lagi menjadi air bah untuk memusnahkan segala yang hidup. … 17
‘Inilah tanda perjanjian yang telah Kutetapkan
antara Aku dan segala makhluk yang ada di bumi.’
Jadi walaupun setelah zaman Nuh manusia menjadi jahat lagi, Tuhan tetap memegang janjinya pada Nuh. Setiap kali
pelangi muncul di langit, Tuhan mengingatkan bahwa Dia memegang janjiNya dan
tidak akan memusnahkan bumi dengan air bah lagi.
Kemudian muncul tokoh Nimrod, cicit (buyut) Nuh, yang membangun menara Babel. Inilah
awal berdirinya Babilon yang menyembah berhala. Tidak banyak yang dicatat
mengenai manusia pada zaman itu, tokoh Alkitab yang dicatat setelah itu adalah
Abraham.
Tuhan mau
menyiapkan bagi kelahiran sang Penebus. SANG PENEBUS NANTI HARUS LAHIR
DARI UMAT YANG MENYEMBAH TUHAN, KARENA ITU TUHAN MEMPERSIAPKAN SUATU BANGSA
YANG BISA DISEBUT UMAT TUHAN, yang patuh pada HukumNya. Jadi dipanggilNya Abraham keluar dari Ur-Kasdim, yaitu
tanah Babilon. Abraham
adalah keturunan Nuh dari anaknya Sem.
Apakah Abraham
memelihara kekudusan hari ketujuh? Ketika Abraham masih hidup di Ur-Kasdim, kita tidak tahu, mungkin saja tidak,
karena mereka adalah penyembah berhala.
Tetapi ketika Abraham
dipanggil Tuhan untuk meninggalkan kampung halamannya untuk menerima tanah
perjanjian Tuhan, Tuhan mengajarkan kepadanya Hukum-hukumNya.
Buktinya?
1. Abraham
membuah mezbah bagi Tuhan, seperti Habel.
Ke
mana pun Abraham pergi, dia membangun mezbah untuk Tuhan (Kejadian pasal 12). Dia mengerti konsep penebusan Kristus yang
dilambangkan dengan penyembelihan hewan kurban. Berarti Abraham menerima pelajaran agama dari Tuhan.
2.
Abraham
juga tahu mana binatang yang halal
yang dipakai untuk kurban,
berarti
Tuhan
mengajarinya perbedaan antara hewan yang haram dan halal dimakan.
3. Abraham juga tahu mengenai konsep persepuluhan,
karena
dia menyerahkan persepuluhan kepada Melkizedek (Ibrani
7:1-2).
4. Tuhan menambahkan satu lagi peraturan kepada Abraham
dan keturunannya, yaitu sunat,
untuk
memisahkan mereka dari bangsa-bangsa lain yang tidak menyembah Allah Sang
Khalik. Sebenarnya sunat fisik itu hanya merupakan tanda bahwa hati mereka juga harus
disunat dari segala kejahatan. Sayangnya banyak yang di zaman itu
memandang sunat hanya sebagai tanda fisik bahwa mereka itu umat Allah, hati
mereka banyak yang tidak disunat. Sunat fisik tidak membuat manusia secara
spiritual menjadi umat Allah. Sunat hatilah yang membuat kerohanian manusia itu
dekat kepada Allah. Dan ini baru dipahami manusia di zaman Perjanjian Baru.
5.
Jika Tuhan mengajar semua itu kepada Abraham,
maka
dapat
dipastikan Abraham juga diajari Tuhan tentang 10 HukumNya, termasuk juga Perintah ke-4 memelihara kekudusan
Sabat hari ketujuh, yang merupakan HukumNya yang pertama
diberikan kepada Adam dan Hawa di taman Eden dulu. Apalagi ABRAHAM INILAH YANG DIPILIH
TUHAN MENJADI BAPAK BANGSA ISRAEL, BANGSA YANG AKAN MELAHIRKAN SANG JURUSELAMAT, JADI
BANGSA ITU HARUS MENGETAHUI DAN MELAKSANAKAN SEMUA HUKUM TUHAN.
Jadi dari zaman Abraham hingga orang Israel menjadi
budak di Mesir, orang
Israel mengenal
ketetapan-ketetapan Tuhan dan pasti melaksanakannya.
Tetapi ketika orang Israel “menjadi orang asing di negeri yang bukan kepunyaan mereka, dan akan
menghamba kepada mereka, dan mereka akan menganiaya mereka empat ratus tahun
lamanya” (Kejadian 15:13)
seperti yang dikatakan Tuhan kepada Abraham, maka banyak orang Israel sudah tidak
ingat lagi pada Hukum-hukum Tuhan yang diajarkanNya kepada Abraham. Tentu saja
di sana-sini masih ada orang-orang yang setia kepada Tuhan. Di setiap zaman, seburuk apa pun kondisinya, Tuhan selalu punya
sejumlah umat yang masih setia kepadaNya, yang masih patuh pada HukumNya supaya
ajaranNya tidak lenyap.
Note: 400 tahun
yang disebutkan di ayat ini tidak hanya bicara tentang masa orang Israel
tinggal di Mesir, tetapi dihitung dari saat Abraham tinggal di Kana’an
(Kana’an aslinya juga “negeri yang bukan kepunyaan mereka”, kan
Abraham bukan orang Kana’an melainkan orang Babilon. Kana’an adalah “tanah
perjanjian” yang dijanjikan Tuhan akan diberikan kepada mereka). Orang Israel berada di Mesir hanya 215 tahun, dan tidak
lebih dari 140an tahun mereka menjadi budak di Mesir, karena 71 tahun yang
pertama Israel di Mesir, masih zaman Yusuf, dan mereka hidup dengan tentram
waktu itu. Ini ada pembahasannya sendiri. Bisa dilihat di link ini:
https://smaragd84.blogspot.com/2016/11/berapa-lamakah-orang-israel-tinggal-di.html
Karena itu Tuhan membawa bangsa Israel keluar dari Mesir, supaya mereka dipisahkan dari bangsa Mesir dan menjadi umat Tuhan yang melakukan ketetapan-ketetapan Tuhan lagi.
Tidak semua
orang Israel di Mesir tidak mengetahui tentang Hukum Tuhan. Ada
keluarga-keluarga yang masih memeliharanya, diantaranya keluarga kandung Musa.
Walaupun Musa
dididik di istana Mesir sebagai anak angkat putri Mesir (Hatshepsut, putri Tutmoses I) tetapi masa-masa balitanya ketika dia masih diasuh
ibunya sendiri, dia sempat dididik
ibunya, Yokhebed, sehingga Musa tahu siapa Allahnya, dan memiliki pengetahuan
tentang Hukum-hukum Allah yang diajarkan kepadanya. Begitu juga saudara-saudara
Musa, Harun dan Miriam, mereka juga dididik si ibu ini mengenai Tuhan Allah
nenek moyang mereka Abraham, Ishak dan Yakub. Itulah sebabnya Allah memilih
Musa dan saudara-saudaranya untuk menjadi pemimpin bangsa Israel keluar dari
Mesir.
Kelanjutan
sejarahnya kita sudah tahu. Ketika bangsa Israel tiba di Gunung Sinai, maka Tuhan memberikan
Hukum-hukumNya secara literal kepada mereka. Ke-10 Hukum Allah yang
ditulis jari Allah sendiri pada dua loh batu, diserahkan kepada Musa untuk
disampaikan bangsa Israel. Tidak hanya itu, tapi dengan suaraNya Sendiri, Tuhan
menyampaikan kesepuluh Perintah tersebut di tengah-tengah fenomena alam yang
luar biasa.
Maka sejak itu umat
Tuhan memiliki Hukum Tuhan secara tertulis. Dan sejak itu mereka
semua tanpa kecuali memelihara Sabat Hari Ketujuh, yang adalah Perintah ke-4 di
Hukum tersebut.
Nah, bagian
pertama, yaitu bagian sejarah yang tertulis di Perjanjian Lama, sudah
membuktikan bahwa Sabat hari ketujuh itu tetap
dipelihara selama 2500an tahun mulai dari setelah Adam diusir keluar dari Eden
hingga ke keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Menjelang kematian
Musa, sekali lagi dia mengingatkan bangsanya untuk memelihara Sabat hari
ketujuh itu sebagai “sebuah tanda antara Aku dan kamu,
turun-temurun, supaya kamu boleh
tahu, bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan
kamu.”
(Keluaran
31:13).
Peristiwa
keluarnya bangsa Israel dari Mesir itu terjadi sekitar 1450 BC. Selama 1450
tahun hingga kelahiran Yesus, Sabat hari ketujuh tetap dipelihara. Bahkan
setelah bangsa Israel kembali dari penawanan Babilon sekitar 450 tahun sebelum
kelahiran Yesus, para imam dan ahli-ahli Taurat memperberat peraturan
pemeliharaan Sabat hari ketujuh dengan segala macam peraturan buatan mereka
sendiri di luar perintah Tuhan. Jadi pemeliharaan Sabat hari ketujuh dari Adam hingga
kelahiran Yesus tidak pernah lenyap, selalu dipertahankan.
Sekarang
marilah kita ke Perjanjian Baru. Di seluruh Kitab Perjanjian Baru, baik Yesus maupun murid-muridNya, semuanya memelihara Sabat hari
ketujuh sebagai hari milik Tuhan. Tidak ada satu catatan pun yang
mengatakan bahwa orang Kristen mula-mula tidak memelihara hari ketujuh sebagai
hari milik Tuhan.
Perubahan hari ibadah
ini baru terjadi pada tahun 321 AD, dengan dikeluarkannya edict (titah) Kaisar
Constantine yang melarang orang Kristen beribadah pada hari ketujuh supaya tidak serupa dengan orang
Yahudi, dan menggantinya dengan hari Minggu, yang pada waktu itu adalah hari
untuk menyembah matahari (karena itu namanya sampai sekarang masih SUN-day dalam
banyak bahasa Eropa). Titah ini diresmikan oleh Konsili Laodekia pada 336 AD,
dan sejak itu hari Minggu resmi menjadi hari ibadah orang
Kristen.
Tetapi, ini kan
perubahan yang dibuat oleh manusia! Tuhan tidak pernah
mengatakan bahwa hari yang ketujuh yang sudah dipilihNya sebagai hari milikNya,
itu bisa diganti hari yang lain. Bagaimana manusia kok berani
mengganti apa yang sudah ditentukan Tuhan, apalagi sudah tercantum di dalam 10
Hukum yang ditulis jari Tuhan sendiri! Apakah ini bukan melecehkan Tuhan?
2.
BANYAK
ORANG KRISTEN BERSIKUKUH BAHWA SABAT HARI KETUJUH ITU KHUSUS BAGI ORANG ISRAEL
DANN BUKAN BAGI ORANG KRISTEN NON ISRAEL.
BENARKAH DEMIKIAN?
Pada waktu 10
Hukum diturunkan oleh Tuhan, memang benar Tuhan berbicara kepada Musa yang
mewakili bangsa Israel, karena bangsa Israel pada waktu itu adalah
umat Tuhan. Tuhan harus
mengangkat satu bangsa dari mana nanti Sang Mesias akan lahir, dan Tuhan
memilih bangsa
Israel, yang dibentukNya sendiri.
Bangsa Israel tadinya tidak ada. Tuhan sendiri yang menciptakannya. Tuhan
memilih Abraham, orang Babilon, yang dipanggilNya keluar dari Babilon, dan melalui cucu Abraham,
Yakub, Tuhan menciptakan bangsa Israel dari ke-12 anaknya, menjadi ke-12 suku Israel yang pertama.
Jadi Tuhan memberikan HukumNya dan semua peraturan dan ketetapanNya kepada
bangsa Israel, umat ciptaanNya sendiri,
supaya mereka hidup sesuai kehendakNya, berbeda dari bangsa-bangsa lain di
dunia. Tuhan tidak memberikan HukumNya kepada bangsa Israel karena mereka
bangsa Israel (karena sebagai bangsa Israel tidak lebih bagus daripada
bangsa-bangsa yang lain), tetapi
karena mereka telah dijadikan Tuhan umatNya sendiri. Sebagai umat Tuhan, mereka punya kelebihan. Semua
ajaran dan nubuatan diberikan kepada mereka oleh Tuhan, dengan
catatan mereka menyebarkan itu kepada bangsa-bangsa yang lain.
APAKAH ORANG KRISTEN
SEKARANG BUKAN UMAT TUHAN?
Pada zaman
Musa, umat Tuhan adalah orang Israel literal (berdarah Israel).
Pada zaman sekarang umat
Tuhan adalah Israel rohani, atau Israel simbolis, yaitu semua orang yang
mengakui Yesus sebagai Juruselamat pribadi mereka, tidak jadi soal
berasal dari bangsa mana pun atau berdarah apa pun.
Kita teruskan apa perintah Tuhan di
Keluaran 31:16
Itulah
sebabnya orang Israel harus memelihara hari Sabat, untuk memelihara Sabat turun-temurun, menjadi suatu perjanjian kekal.
Kata yang
diterjemahkan “kekal” di sini berasal dari kata
עלם עולם [‛ôlâm ‛ôlâm] yang dalam
bahasa Inggrisnya diterjemahkan “eternity”,
“always”, “eternal”. Jadi tepat diterjemahkan “kekal”. Kekal artinya untuk
selama-lamanya.
Berarti, perjanjian ini berlaku
selama-lamanya bagi Israel sebagai umat Tuhan.
Sekarang, bagaimana
dengan umat Tuhan yang bukan bangsa Israel literal?
Untuk ini, marilah kita ke tulisan
Paulus
Galatia 3:29
Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu adalah benih Abraham, dan para ahliwaris menurut perjanjian.
Ayat ini
jelas menyatakan bahwa semua yang adalah milik Kristus (artinya kita, orang Kristen Perjanjian Baru, tidak perduli berdarah apa,
berbangsa apa) diperhitungkan sebagai benih Abraham. Dengan kata lain, kita yang mengaku orang Kristen, yang mengaku umat Allah, automatis dianggap Tuhan sebagai Israel/Yahudi secara
rohani
atau secara simbolis.
Shocking revelation? Tidak pernah
terpikirkan, kan?
Bukan hanya
itu! Ini yang sangat penting, simak:
Menurut ayat
ini, hanya jika kita menjadi benih Abraham (Israel rohani) barulah kita berhak menjadi
ahliwaris perjanjian Allah, karena perjanjian itu dibuat
Allah khusus dengan Abraham
dan keturunannya. Jika kita tidak mau menjadi Israel rohani, kita tidak mau diperhitungkan
sebagai benih Abraham, kita tidak punya bagian dalam perjanjian itu.
Jadi, pada
waktu kita menjadi milik Kristus, di mata Tuhan kita
tidak lagi “the
gentiles” atau bangsa
non-Yahudi, melainkan kita sudah diperhitungkan
sebagai benih Abraham, kita diperhitungkan
sebagai Israel rohani/Israel simbolis.
Ini Paulus yang menulis, rasul yang diajar sendiri oleh Yesus, rasul yang
memang diangkat Yesus untuk mengKristenkan orang-orang non-Yahudi.
Jadi, Keluaran 31:16 itu berlaku bagi kita juga!
kalau kita
tidak mau mematuhi Hukum yang diperintahkan Tuhan bagi orang Israel jasmani
(orang berdarah Yahudi), berarti kita tidak dicangkokkan. Mari kita baca Roma pasal 11.
Paulus memberikan ilustrasi yang sangat jelas mengenai posisi kita sebagai umat
Tuhan yang tidak berdarah Israel.
Roma
11:17, 20-22
11:17 Dan
jika beberapa dari cabang-cabang itu dipatahkan, dan kamu sebagai pohon zaitun liar dicangkokkan di antara mereka, dan bersama-sama mereka turut mendapat bagian dari akar dan asupan dari pohon
zaitun itu,
11:20 Tidak salah. Mereka dipatahkan karena
ketidakpercayaan mereka, dan kamu berdiri teguh oleh iman. Janganlah kamu sombong,
tetapi takutlah!
11:21 Sebab kalau Allah tidak menyayangkan
cabang-cabang yang alami,
hati-hati, jangan-jangan Ia juga tidak akan meluputkan kamu.
11:22 Sebab itu pertimbangkanlah kemurahan dan kekerasan Allah, yaitu kekerasan terhadap orang-orang yang jatuh, tetapi terhadap kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu setia dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamu pun akan dipotong juga.
Jadi, kita yang
tadinya bukan berdarah Yahudi, bukan bangsa Israel, kita ini diibaratkan “pohon
zaitun yang liar”, yang kemudian dicangkokkan ke pohon Zaitun (Kristus), dan setelah dicangkokkan kita mendapat bagian
dari getah pohon zaitun itu juga, kita mendapat semua manfaat yang diberikan
Kristus, kita ikut menjadi “ahliwaris perjanjian.”
Pertanyaan:
apakah bagian yang sudah dicangkokkan itu tidak menyatu dengan induk tempat dia
dicangkokkan? Menyatu, bukan? Karena yang dicangkokkan hanya bisa hidup dari
induknya tersebut
Berarti tanaman liar yang dicangkokkan ini harus
menyatu dengan induknya, menjadi sama seperti cabang-cabang yang alami!
Kalau tidak
menyatu, berarti pencangkokan tersebut tidak berhasil, dan tanaman liar itu
akan mati karena tidak dihidupi oleh tanaman induknya.
Tuhan berkata
dengan jelas, Israel
jasmani (orang berdarah Yahudi) sudah “dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka”, Allah “tidak menyayangkan cabang-cabang alami”
ini (cabang-cabang yang asli adalah orang-orang Israel jasmani), maka, kita yang hanya “tanaman liar” yang dicangkokkan, tidak
boleh sombong, tetapi harus TAKUT, sebab
kalau Tuhan tidak sayang memotong cabang-cabang yang alami karena mereka tidak
percaya, maka jika kita pun berbuat kesalahan, kita pun
“akan
dipotong juga.”
Dan INI TIDAK HANYA MENYANGKUT PELANGGARAN TERHADAP PEMELIHARAAN KEKUDUSAN
HARI SABAT, TETAPI BAGI SEMUA PELANGGARAN TERHADAP PERINTAH TUHAN.
Jadi, teman-teman, jangan salah
paham. JIKA TUHAN MEMBUAT HUKUM, HUKUM
ITU BERLAKU BAGI SEMUA UMAT TUHAN. Tuhan tidak membuat Hukum
khusus buat orang Yahudi, lalu Hukum yang lain buat orang Jepang, lalu Hukum
yang lain lagi buat orang Indonesia, dll. Hukum Tuhan itu selalu sama, universal. Jika
Tuhan berkata kepada orang Yahudi:
Keluaran 31:13
‘Bicaralah engkau kepada orang Israel, katakan, ‘Pastikan hari-hari Sabat-Ku
harus kamu pelihara, sebab itulah sebuah tanda antara Aku dan kamu, turun-temurun, supaya kamu boleh
tahu, bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan
kamu.
Maka ini adalah syarat
yang sama bagi semua orang yang mengikut Kristus, semua umat Allah. Orang
Yahudi adalah cabang-cabang Zaitun yang alami, dan kita adalah tanaman liar
yang dicangkokkan ke pohon Zaitun itu. Maka jika cabang-cabang
yang alami harus memelihara Sabat Tuhan, maka demikian jugalah tanaman liar
yang sudah dicangkokkan dan menyatu dengan pohon Zaitun tersebut.
Tuhan adalah Tuhan yang Mahaadil. Persyaratan untuk menjadi umatNya itu sama, baik bagi
orang Yahudi maupun bagi bukan orang Yahudi. Jika orang Yahudi
(cabang-cabang yang alami) di”patah”kan karena tidak setia kepada Tuhan,
apalagi cabang-cabang yang cangkokan. Tuhan tidak akan mengenakan satu standar
kepada orang Yahudi dan standar yang lain kepada bukan orang Yahudi.
Jika orang Yahudi
diharuskan memelihara
Sabat Hari Ketujuh
Tuhan,
demikian pula
orang-orang non-Yahudi
yang sudah
dicangkokkan ke pokok Zaitun yang sama,
yaitu Kristus.
Andai tidak begitu kan namanya Tuhan
tidak adil, orang Yahudi tidak boleh melanggar SabatNya, tapi malah tunas yang
liar (kita) diperbolehkan!
Kita tidak bisa hanya mau menjadi
ahliwaris perjanjianNyamenerima janjiNya, tetapi tidak mau memelihara tanda spesifik
yang menunjukkan bahwa Tuhan telah menguduskan kita. Mau haknya juga harus mau
kewajibannya.
Tetapi mengapa Yesus mengecam orang-orang Farisi dan ahli-ahli
Taurat yang memelihara Sabat? Itu karena mereka salah cara memeliharanya. Bukan harinya yang salah. Harinya betul, hari yang ketujuh, perhitungan dimulai dari matahari terbenam hari Jumat, dan
berlangsung terus hingga matahari terbenam hari Sabtu. Tetapi cara mereka memelihara
kekudusan hari Sabat itu yang salah.
Orang-orang Yahudi sudah menambahkan banyak sekali peraturan
berat-berat kepada pemeliharaan hari Sabat, yang semua itu sama sekali tidak
pernah diajarkan Tuhan. Karena itu, segala ajaran Tuhan, JANGAN DITAMBAHI,
tetapi juga JANGAN DIKURANGI.
Bagaimana seharusnya memelihara kekudusan hari Sabat itu?
Yesaya 58:13-14
13 Apabila kamu tidak menginjak-injak hari Sabat, dengan
tidak melakukan kesenangan
kamu sendiri pada hari kudus-Ku dan menyebut Sabat suatu yang
menyenangkan’, hari kudus TUHAN, yang dihormati; dan
akan menghormati Dia, dengan tidak melakukan kehendakmu sendiri
atau mencari kesenanganmu sendiri, atau mengucapkan kata-katamu sendiri 14 maka kamu akan
bersenang-senang dalam TUHAN, dan Aku akan
membuat kamu berkendaraan
ke tempat-tempat yang tinggi di bumi dan
memberi kamu makan dari milik pusaka Yakub,
bapa leluhurmu, sebab mulut Tuhan-lah yang telah mengatakannya.
Lho, hanya ini yang ditentukan Tuhan! Bukan seperti yang
diajarkan para ahli Taurat dan orang Farisi di zaman Yesus, tidak boleh berjalan lebih dari sekian langkah,
tidak boleh mengangkat barang, sampai mengambil saputangan pun dianggap bekerja.
Perhatikan janji Tuhan: " Aku akan membuat kamu berkendaraan ke tempat-tempat yang tinggi di
bumi”. Kapan ini bakal terjadi? Pada saat Yesus datang kembali
nanti untuk menjemput umatNya ke Surga.
Sebagai penutup, marilah kita
melihat satu ayat yang menyatakan bahwa pemeliharaan hari Sabat Tuhan itu akan
berlangsung terus bahkan hingga dunia yang baru.
Yesaya 66:22-23
22 Sebab sama seperti langit yang baru dan bumi yang baru yang akan Kujadikan akan tetap ada di hadapan-Ku,’ demikianlah firman TUHAN, ‘demikianlah
keturunanmu dan namamu akan tetap ada. 23 Dan yang akan terjadi, ialah dari satu bulan baru ke bulan baru yang lain, dan dari satu Sabat ke Sabat yang
lain, maka semua manusia akan datang untuk sujud
menyembah di hadapan-Ku,’ firman TUHAN.
Membaca ayat ini tentunya kita semua
langsung tahu, bahwa yang dibicarakan ini bukan di dunia sekarang, melainkan
nanti setelah hari kiamat, dan dunia kita yang kita kenal sekarang ini sudah
diperbarui Tuhan, dan Tuhan menciptakan “langit yang baru dan bumi yang baru”, apa
yang akan terjadi di sana?
Apa disebutkan dari Ahad ke Ahad,
atau dari Minggu ke Minggu umat manusia datang untuk sujud menyembah
Tuhan? T
I D A
K !!
Tetapi “dari satu Sabat ke Sabat yang
lain” apa yang dilakukan manusia setiap
Sabat? “semua manusia akan datang untuk sujud
menyembah di hadapan-Ku”.
Mengapa Tuhan mengatakan pada waktu
itu “semua
manusia” akan datang menyembahNya setiap Sabat? Karena di sana, di bumi yang baru ini nanti, hanya akan diisi oleh manusia-manusia yang
sudah diselamatkan dan dibenarkan Tuhan, manusia-manusia yang gemar mematuhi
semua Perintah Tuhan. Dengan demikian, semua pemberontak, semua
orang yang tidak suka mematuhi Perintah Tuhan, semua orang yang mau berbuat
sesuka hatinya sendiri, yang tetap berdosa pada waktu matinya, semua orang yang
tidak bertobat, semua orang yang tidak mengasihi Tuhan (ingat Yohanes 14:15 berkata “Jikalau kamu mengasihi Aku, turuti
Perintah-perintah-Ku.”) tidak mendapat bagian di dunia yang baru ini.
Teman-teman, jika kita nanti mau
termasuk mereka yang berada di dunia baru yang “dari satu Sabat ke Sabat
yang lain, ….datang untuk sujud menyembah di hadapan-Ku,” maka apakah tidak sebaiknya sudah sedari
sekarang kita belajar dan membiasakan diri “dari satu Sabat ke Sabat
yang lain, …
datang untuk sujud menyembah di hadapan-Ku,”???
Semoga bermanfaat.
07 01 2014
bagaimana dengan sabat Lunar...???
BalasHapusbagaimana dengan sabat Lunar...???
BalasHapusSabat lunar adalah ajaran yang menyimpang karena sekuel tujuh hari itu terus berlangsung sejak pertama diciptakan bumi. Tidak bergantung pada tanggal kalender tapi pada sekuel 7 hari. Tuhan mengizinkan Setan "merasa" telah mengubah waktu dengan segala hitungan tanggal. Ada bulan yg 28 hari, ada yang 30-31 hari, ada yang 29 hari, dll. Tapi hitungan 7 hari seminggu itu dipelihara oleh Tuhan karena Sabat hari ke-7 adalah Sabat Tuhan Allah, dan Tuhan tidak akan membiarkan Setan mengubah hari SabatNya. Jangan khawatir, klo kita belajar kitab Wahyu kita akan melihat bahwa sampai akhir zaman Tuhan tetap memiliki "umat yang sisa" ato "a remnant" yang memelihara perintah-perintah Tuhan dan memiliki kesaksian Yesus Kristus. Lha bagaimana umat Tuhan bisa memelihara perintah Tuhan jika Tuhan membiarkan Setan mengacaukan hari SabatNya? Maka yakinlah, siklus 7 hari seminggu itu tetap ada hingga sekarang, dan bahkan tetap ada hingga nanti dunia baru yg diciptakan ulang lagi oleh Tuhan setelah Setan dan dosa dilenyapkan.
BalasHapusSeperti hari Sabat, mingguan aslinya berasal dari penciptaan, dan telah dipelihara dan dibawa ke kita melalui sejarah Alkitab. Allah . . sendiri mematok mingguan pertama sebagai contoh untuk minggu selanjutnya sampai akhir zaman. Sama seperti hal yang lain, mingguan ini terdiri dari tujuh hari. Enam hari dipakai untuk melakukan pekerjaan penciptaan; pada hari ketujuh,. . . Allah beristirahat, dan Dia kemudian memberkati hari ini dan menguduskannya sebagai hari istirahat bagi seluruh manusia. (Ellen G. White, Patriarchs & Prophets, hal. 111.)
BalasHapusJika seseorang menganggap bahwa mingguan tujuh hari telah bersiklus terus menerus dan tanpa interupsi sejak penciptaan, maka pernyataan ini memang muncul untuk mendukung hari Sabtu sebagai hari Sabat Penciptaan. Namun, fakta sejarah menunjukkan bahwa ini tidak benar. Oleh karena itu, penjelasan lain dari pernyataan ini harus ditemukan.
Alkitab, kisah sejarah, dan arkeologi semua setuju bahwa bulan Ibrani adalah lunar. SDA Bible Dictionary setuju dengan banyak sumber lain ketika menyatakan:
Bulan Ibrani adalah lunar, dimulai pada malam di mana bulan sabit muncul. Hari ke-1 pada bulan itu disebut bulan baru. . . Pada awalnya, pengamatan visual digunakan untuk menentukan penampilan bulan-bulan sabit2 tersebut. Jika bulan sabit terlihat pada malam setelah hari ke-29 bulan, bulan baru telah dimulai; jika tidak, hari lain ditambahkan sehingga bulan tersebut memiliki 30 hari (satu bulan tidak pernah memiliki lebih dari 30 hari). (SDA Bible Dictionary, edisi revisi, Review & Herald Publishing Association, 1979, Commentary Series, Vol. 8, hal. 757-758.)
Sepanjang sejarah, didapati banyak panjang mingguan yang berbeda.
Di Afrika, panjangnya mingguan berkisar antara tiga sampai delapan hari panjangnya!
Di Amerika Selatan, Maya memiliki lima hari per minggu; yang lain memiliki tiga dan empat hari per minggu.
Etruria kuno dan Romawi menggunakan mingguan yang berisi delapan hari.
Kemudian sekitar tahuan 1790-an, Perancis mengadopsi kalender dengan minggu 10 hari.
Mulai 26 Agustus 1929 Uni Soviet telah menggunakan mingguan dengan 5 hari dan kemudian mingguan 6 hari sampai 26 Juni 1940 di mana pada akhirnya mingguan dengan tujuh hari dikembalikan.
Setan telah berusaha sepanjang sejarah untuk menghancurkan mingguan tujuh hari, tapi, seperti kata Ellen White, ALLAH sendiri telah menetapkan itu. Pernyataan tersebut hanya menyatakan bahwa mingguan Penciptaan adalah contoh untuk panjangnya mingguan sepanjang waktu. Hal ini menunjukkan bahwa semua minggu yang mengikuti kemudian juga sepanjang tujuh hari.
Pernyataan ini tidak mengatakan apa-apa tentang siklus mingguan. Ini hanya mengacu pada panjangnya mingguan Penciptaan yang menjadi pola untuk semua mingguan lainnya. Minggu sebagai satu unit waktu memang telah ditetapkan sebagai model untuk setiap mingguan yang memiliki enam hari untuk bekerja, dan berakhir dengan hari Sabat untuk beristirahat pada hari ketujuh.
Terima kasih Bu atas tanggapannya......Tuhan memberkati...
Tku penjelasannya, Donny.
HapusMemang kalender Ibrani itu lunar, tapi itu hanya menentukan tanggal dan kapan dimulainya bulan baru. Tidak mengganggu siklus 7 hari. Berapa hari dalam satu bulan tidak mengganggu siklus tiap tujuh hari itu Sabat Hari Ketujuh.
Di Perjanjian Lama, bangsa Israel punya banyak perayaan Sabat. Sabat artinya hari berhenti kerja, maka setiap ada hari upacara, itu mungkin saja (tidak semua, tapi ada beberapa) dijadikan hari Sabat, artinya pada hari itu mereka harus berhenti bekerja untuk mengikuti upacara perayaan di Bait Suci. Tapi semua sabat ini tidak ada kaitannya dengan Sabat Hari Ketujuh yg berjalan terus tidak pernah terputus. Apabila suatu hari upacara Bait Suci kebetulan jatuh pada hari yang ketujuh (bukan tanggal 7, tetapi hari ketujuh dalam siklus mingguan), maka Sabbat kali itu disebut "high Sabbath", seperti ketika Yesus mati. Saat Yesus disalibkan itu keesokannya (Sabatnya) pas bertepatan dengan perayaan Passah bangsa Israel, sehingga Sabatnya kali itu disebut High Sabbath (Yoh 19:31). Nah, itu tidak terjadi setiap tahun, karena upacara-upacara Bait Suci Yahudi itu menurut perhitungan kalendar lunar sedangkan Sabat Hari Ketujuh tidak menurut perhitungan kalender apa pun, tapi terus berlangsung perhitungan siklusnya setiap 7 hari. Dengan kata lain Sabat Hari Ketujuh tidak ada kaitannya dengan kalendar lunar.
Tolong jangan lupa, yang kita bicarakan adalah khusus SABAT HARI KETUJUH, bukan hari-hari sabat lainnya dalam upacara Yahudi, yang menurut Kolose 2, sudah dihapuskan:
2:16. Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat;
2:17 semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus.
atau terjemahan NKJV berbunyi demikian:
16 “Karena itu janganlah kamu biarkan orang MENGHAKIMI kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru atau pun hari Sabat,
17 YANG ADALAH bayangan dari apa yang harus datang, SEDANGKAN SUBSTANSI FISIKNYA ialah Kristus.”
Nah semua sabat yang disebutkan di sini adalah sabat-sabat lain DI LUAR SABAT HARI KETUJUH.
Kita tidak bicara hitungan yg dipergunakan di negara-negara lain, Perancis, Rusia, dll. Tidak usah jauh-jauh, di Indonesia saja juga ada hitungan 1 pekan yang siklusnya 5 hari (pon-wage-kliwon-legi-pahing). Kita bicara tentang bangsa Israel, dan bangsa Israel turun-temurun memelihara Sabat Hari Ketujuh. Itu mereka sangat teliti karena bagi bangsa Israel yang tidak menerima Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan, mereka beranggapan bahwa mereka bisa selamat karena menjalankan Hukum Taurat. Jadi mereka pasti sangat berhati-hati dengan perhitungan Sabat Hari Ketujuh ini, yang merupakan salah satu perintah di dalam Hukum Taurat.
Seandainya itu ada perubahan, mereka pasti adalah yang pertama tahu, karena mereka beranggapan jika mereka tidak menjalankan Hukum Taurat, mereka semuanya bakal binasa kekal.
(bersambung)
(sambungannya)
HapusManusia pasti banyak yang mengetengahkan alasan untuk membebaskan dirinya dari kewajiban memelihara Sabat Hari Ketujuh dan salah satu argumentasi yang dibuat adalah dengan kalendar lunar ini.
Tapi jika Tuhan mengatakan bahwa Sabat adalah
suatu tanda antara Dia dengan umatNya Kel 31:16-17 orang Kristen juga menjadi benih Ibrahim = orang Kristen adalah Israel rohani),
dan Yesus mengingatkan murid-muridNya untuk berdoa supaya saat mereka harus melarikan diri di masa kesusahan besar nanti (great tribulation) janganlah jatuh pada musim dingin atau hari Sabat (Mat 24:20 berarti yg bakal lari di akhir zaman itu adalah orang-orang yang memelihara hari Sabat semuanya!), dan
bahwa Sabat itu akan terus dipelihara bahkan di Dunia Baru kelak (Yes 66:22-23),
maka yakinlah Tuhan sudah memastikan bahwa Sabat Hari Ketujuh itu adalah Sabat Hari Ketujuh yang benar sepanjang sejarah dunia ini.
Mengapa orang Kristen harus meragukan ketepatan Sabat Hari Ketujuh dan malah memelihara sabat hari pertama (hari Minggu dijadikan hari sabat) yang terang-terangan adalah produk Kepausan dan sama sekali tidak ada landasan alkitabnya? Sabat Hari Ketujuh adalah produk Tuhan, Pencipta alam semensta. Sementara sabat hari pertama (hari Minggu) adalah produk Kepausan, dan jika kita mempelajarinya lebih lanjut jelas sekali Kepausan adalah si Tanduk Kecil dalam nubuatan Daniel pasal 7, dan si Binatang di Wahyu pasal 13. Silakan membuka di nubuatan Daniel dan Kitab Wahyu yang juga ada di blog ini. Dan bila ingin mempelajari secara lebih mendalam, silakan ke blog KENALI SUARA GEMBALAMU yang isinya adalah pelajaran-pelajaran yang mendalam dari Pdt. Stephen Bohr yang sangat menarik. Linknya di smaragd842.blogspot.co.id
Tuhan memberkati.
Amin.. Teruslah berkarya Ibu.. sangat bermanfaat.. dan semoga Berkat Allah.. menjadi bagian Ibu Sekeluarga
BalasHapusAda yang perlu diperhatikan juga. Bahwa sabat diadakan untuk manusia. Bukan manusia untuk sabat. Sama seperti agama diadakan untuk manusia, bukan manusia untuk agama. Artinya sabat diadakan untuk kebaikan manusia, bukan untuk membinasakan manusia yang melanggarnya. Tuhan Yesus yang mengatakan ini, sabat diadakan untuk manusia (sarana kebaikan). Dan Dia sendiri sudah memberi contoh melanggar sabat untuk melakukan kebaikan yang lebih tinggi. Padahal Dia taat hukum Taurat
BalasHapusArtinya sangat jelas, bahwa sabat hanya sarana kebaikan untuk manusia.
Siapa bilang sabat lunar menyimpang? Sejak penciptaan, Tuhan sudah menetapkan matahari sebagai penguasa siang, dan bulan sebagai penguasa malam. Artinya dalam urusan pergantian hari, bulan lah sebagai penentu datangnya malam. Demikian pula matahari terbit sebagai penanda datangnya siang. Jadi tidak bisa mengesampingkan datangnya bulan.
BalasHapusArtinya sejak penciptaan acuan sabat sudah lunar. Karena pergantian ke malam hari ditandai dengan bulan sebagai penguasa malam. Dan setelah itu perayaan sabat baru diajarkan pada jaman Musa yang juga sabat lunar. Ditandai dengan perayaan bulan baru (new moon), kemudian dihitung setiap 7 hari ke depan sampai bulan depannya. Jangan menyalahkan sabat lunar.
Bulan itu sendiri tidak mengeluarkan sinar. Yang punya sinar itu matahari, dan bulan itu hanya memantulkan sinar matahari. Tanpa matahari, manusia tidak bisa melihat bulan.
HapusNih, saya kasi linknya pembahasan lengkap tentang Lunar Sabat yang salah, baca pelan-pelan, berdoa dulu minta bantuan Roh Kudus supaya bisa paham. Klo masih tidak paham, ya sudah. Saya tidak mau berdebat dengan kamu.
https://smaragd842.blogspot.com/2021/09/episode-2324-hebrew-religious-calendar.html
Sabat Sabtu itu sabat palsu yang dibuat oleh Farisi modern, supaya perayaan sabat nempel dengan hari libur kalender Gregorian (sabtu-minggu), untuk kepentingan bisnis.
BalasHapusHati-hati klo nulis. Kalau tidak tahu pasti, jangan sembarangan nulis. Yang menciptakan Sabat hari ketujuh itu Allah sendiri, (Kejadian 2:2-3, Keluaran 20:-11, Yehezkiel 20:12, 20) -jangan menyebut itu Sabat palsu, nanti kamu dihukum Allah.
Hapus