Di
pasal 6 kita sudah mempelajari enam dari tujuh Meterai. Mengapa cuma enam?
Karena Meterai yang terakhir, Meterai yang Ketujuh sudah berkaitan dengan
Kedatangan Kedua Yesus Kristus. Jadi sebelum itu, Tuhan mau Yohanes tahu apa
saja yang akan terjadi sebelum Kedatangan Kedua Kristus.
Maka
di pasal 8 ayat 1, Tuhan baru lanjut ke Meterai yang terakhir, Meterai yang
Ketujuh. Tapi belum
banyak keterangan yang diberikan di
ayat
ini. Malah kemudian yang ditunjukkan Yohanes adalah Tujuh Sangkakala
(Terompet/Nafiri). Kita harus ingat kitab
Wahyu tidak ditulis secara kronologis, ada pengulangan
(repetisi), ada flash back (pandangan
ke belakang), ada flash forward
(pandangan ke depan) sehingga kita tidak bisa menganggap semua yang tertulis
itu adalah peristiwa-peristiwa yang berurutan secara kronologis. Misalnya di
Wahyu 2-3 kita bertemu dengan Tujuh Jemaat. Lalu Wahyu 6 kita bertemu dengan
enam dari Tujuh Meterai yang periodenya sama dengan periode Tujuh Jemaat, bukan
kelanjutannya. Dan sekarang di pasal 8 ayat 1 kita melihat sedikit dari Meterai
Ketujuh, tapi setelah itu kita mundur lagi ke abad pertama.
8:1 Dan
ketika Dia telah
membuka meterai yang ketujuh, ada keheningan
di sorga, kira-kira setengah jam lamanya.
v
“ada keheningan di sorga” ~
Nah, ada yang berpendapat bahwa keheningan
di Surga itu karena ketika Yesus turun ke dunia saat kedatanganNya yang kedua,
semua malaikatNya menyertaiNya, jadi Surga sunyi karena kosong.
Matius 25:31
Ketika Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat kudus bersama-sama
dengan Dia, lalu Ia
akan duduk di atas takhta kemuliaan-Nya.
Memang benar semua
balatentara malaikat akan mengikuti Kristus ketika Dia datang kedua kalinya, karena
Kristus adalah Penghulu Malaikat, Dialah komandan pasukan malaikat, sudah pasti
pasukanNya menyertaiNya. Tetapi Allah
Bapa dan malaikat-malaikat yang bukan balatentara, malaikat-malaikat yang melayani
Allah Bapa, semua masih berada di Surga, sehingga Surga tidak
kosong dan tentunya malaikat-malaikat yang melayani Allah Bapa tidak
bungkam. Karena itu, pendapat ini kurang tepat.
v
“kira-kira
setengah jam” ~
Juga
ada yang berpendapat bahwa menurut perhitungan
nubuatan ½ jam adalah 7½ hari literal.
1 hari nubuatan
(24 jam) = 1 tahun literal (lihat Bilangan 14:34, Yehezkiel 4:6)
1 jam nubuatan = 1/24 x 360 hari = 15
hari literal
½ jam
nubuatan kira-kira 7½ hari literal.
Maka ayat ini dikaitkan dengan
konsep
kedatangan Kristus untuk
menjemput umatNya hingga Dia tiba kembali lagi ke Surga bersama semua
malaikatNya dan umat tebusanNya, akan makan waktu sekitar 7½ hari. Nah bisa saja kedatangan Kristus membawa umatNya ke Surga itu
berlangsung beberapa hari (tidak ada keterangan di Alkitab, tetapi Roh Nubuat
menyebutkan “beberapa hari” tapi tidak spesifik berapa hari persisnya), tapi ayat
ini tidak klop dengan suasana hening di Surga. Mengapa Surga harus hening selama 7½ hari menantikan
kedatangan Kristus kembali bersama semua orang tebusan? Bukankah
justru saat itu Surga seharusnya bersukacita karena akhirnya Kristus akan
membawa umat tebusanNya untuk bertemu dengan Bapa dan penghuni Surga?
v
Pakar-pakar
Alkitab yang lain berpendapat bahwa
hitungan
nubuatan
yang diberikan Tuhan itu selalu presisi, tepat, satu jam ya satu jam, satu hari
ya satu hari, satu bulan ya satu bulan, satu tahun ya satu tahun, tidak pernah memakai kata
“kira-kira”. Karena di ayat 1 ini
keterangan waktu “setengah jam” itu
didahului kata “kira-kira”,
maka pendapat ini mengatakan ini
bukan waktu nubuatan tapi waktu literal. Berarti betul-betul
kira-kira ½ jam atau 30 menit.
Kalau
begitu mengapa ada keheningan di Surga kira-kira ½ jam lamanya ketika Meterai
Ketujuh dibuka?
Ini dikaitkan dengan pertanyaan terakhir
yang muncul di Meterai Keenam (Wahyu 6:17) “Sebab sudah tiba hari
besar murkaNya, dan siapakah yang dapat
bertahan?” Seluruh
alam semesta tahu bahwa semua manusia adalah
pendosa, jadi dengan mengandalkan “kebaikan” mereka sendiri, tidak ada yang
bisa bertahan. Karena itu semua malaikat di Surga yang sudah melayani dan mengikuti sejarah perjalanan
manusia di planet bumi selama sekitar 6’000 tahun, terdiam,
tegang, menunggu jawaban dari Surga. Apakah akhirnya semua manusia toh akan
binasa? Tulisan Roh Nubuat memberikan penjelasan bahwa ada satu saat ketika
nyanyian para malaikat di Surga berhenti, dan terjadi keheningan yang mencekam.
Dari Great Controversy
hal. 641. “…Di hadapanNya ‘setiap
muka berubah menjadi pucat’ (Yeremia 30:6). Ke atas mereka
yang menolak belas kasihan Allah, jatuhlah teror keputusasaan yang kekal. ‘Hati pun patah semangat, dan lutut
bergemelatukan,…dan wajah mereka semuanya bermuram durja.’ (Nahum
2:10). Orang-orang yang benar berseru dengan
gemetar, ‘Siapakah
yang dapat bertahan?’ Nyanyian para malaikat terhenti,
dan ada satu periode keheningan yang mencekam. Lalu suara Yesus
terdengar berkata, ‘RahmatKu cukup
bagimu’. Wajah orang-orang benar menjadi cerah dan sukacita memenuhi setiap
hati. Dan para malaikat menaikkan satu nada lebih tinggi dan bernyanyi lagi,
sementara mereka semakin mendekati bumi…”
Jadi ½ jam Surga hening itu para
malaikat di Surga menunggu jawaban Yesus. Mereka semua tegang, menahan nafas katakanlah begitu. Apakah Yesus akan menjamin
bahwa semua umat tebusanNya benar-benar dapat bertahan, walaupun mereka semua
pernah berdosa? Apakah mereka sudah benar-benar disucikan dari dosa? Dan
jawaban Yesus bahwa “RahmatKu cukup
bagimu” itu merupakan jaminan bahwa semuanya sudah oke. Manusia benar-benar selamat. Mendengar jawaban itu para malaikat lega.
Mereka menyanyi lagi, bahkan dengan satu nada lebih tinggi.
Selanjutnya
fokus segera berubah, Tuhan memberikan
penjelasan tentang Tujuh Sangkakala (Terompet). Jadi kita lihat ya, pasal 8 ayat 1 bicara
tentang saat menjelang kedatangan Yesus yang kedua, tapi di ayat 2 kita
kembali lagi ke masa apostolik. Ini membuktikan bahwa susunan Wahyu
tidak kronologis.
ü Jadi
sebetulnya lebih tepat
bila Wahyu 8:1
seharusnya masuk di Wahyu 7, ayat yang terakhir.
ü Dan
pasal 8 seharusnya mulai dengan ayat 2,
yang
bicara tentang seri baru, yaitu seri Terompet/Sangkakala.
ü Tetapi lihat,
ayat 3
sampai ayat 5,
itu
tidak bicara tentang Terompet/Sangkakala, melainkan suatu sisipan, yang bicara tentang berakhirnya pekerjaan perantaraan dan penghakiman Yesus, Imam
Besar kita di bilik Mahakudus Bait Suci surgawi, yang terjadi di akhir Terompet/Sangkakala Keenam.
Jadi ayat 3-5 itu melompat ke depan ke peristiwa
yang sampai sekarang masih belum terjadi.
ü Kemudian ayat 6
kembali lagi ke
masa lalu, ke penghakiman Terompet/Sangkakala.
Jadi jangan
bingung.
Sebelumnya
di blog ini pernah ada pembahasan Wahyu 8 dan 9 yang berbeda dengan ini.
Tulisan itu dibuat berdasarkan pembahasan Uriah Smith seorang sejarahwan. Nah,
walaupun peristiwa-peristiwa sejarah yang ditulis itu benar, namun ternyata
setelah dipelajari dengan seksama lagi, waktu terjadinya itu tidak cocok untuk
diaplikasikan sebagai penggenapan nubuatan Wahyu pasal 8 dan 9, karena nubuatan seri Tujuh Sangkakala
di Wahyu 8 dan 9 ini harus meliput periode-periode waktu yang sama yang ada di
seri Tujuh Jemaat (Wahyu pasal 2-3) dan seri Tujuh Meterai (Wahyu 4-6).
Karena itu pembahasan Wahyu 8-9 mengalami perubahan seperti berikut.
8:2 Dan aku melihat ketujuh malaikat yang berdiri
di hadapan Allah, dan kepada mereka diberikan tujuh sangkakala.
v Sangkakala selalu merupakan pengumuman akan terjadinya
penghakiman.
Di kitab
Wahyu ada dua seri penghukuman. Yang pertama ialah Tujuh Sangkakala ini. Dan
yang kedua ialah Tujuh Malapetaka Terakhir (Tujuh Cawan Murka Allah). Keduanya
berbeda.
ü Tujuh Sangkakala (Terompet)
Sangkakala 1 hingga 6 adalah pengumuman akan
datangnya penghakiman setempat
kepada musuh-musuh Allah, yang terjadi sebelum
masa kemurahan Allah berakhir, sehingga di masa itu manusia yang
menyadari kesalahannya masih bisa bertobat. Tetapi sebelum Sangkakala Ketujuh ditiup, masa kemurahan Allah
berakhir, pintu kasihan menutup. Manusia sudah tidak bisa
bertobat lagi.
ü Tujuh
Malapetaka Terakhir (Tujuh Cawan Murka Allah)
adalah penghukuman global atas seluruh
dunia, yang seluruhnya terjadi
setelah masa kemurahan Allah berakhir, setelah pintu kasihan
ditutup, dan semata-mata untuk
menghancurkan dunia. Pada malapetaka
terakhir yang ketujuh, Kristus akan datang kembali. Ini nanti akan
kita pelajari di Wahyu pasal 16.
v Sebelum isi
setiap sangkakala itu diperlihatkan kepada Yohanes,
dia melihat
adegan yang lain. Jadi apa yang dilihatnya di AYAT 3
HINGGA 5 DI BAWAH INI TIDAK TERMASUK TUJUH SANGKAKALA. Ini
adalah pesan sisipan. Tuhan perlu mengingatkan Yohanes sebelumnya bahwa kita
[umat Tuhan] mempunyai seorang Imam Besar di Surga yang menjadi perantara kita
dan yang membela kita. Dengan ini Tuhan
juga mau mengatakan bahwa saat ini, pintu kasihan masih terbuka, manusia masih
bisa bertobat, kemurahan Allah masih berlangsung dan mereka yang
datang kepadaNya melalui perantaraan Imam Besar, masih dilayani. Imam Besar masih bertugas. Bertobatlah sekarang, jangan menunggu sampai Imam Besar melemparkan
pedupaanNya.
8:3 Dan seorang Malaikat lain datang dan
berdiri di depan mezbah membawa sebuah pedupaan emas. Dan kepadaNya diberikan banyak
kemenyan untuk dipersembahkanNya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di
atas mezbah emas yang ada di hadapan takhta
itu.
v Di sini
disebutkan “seorang
Malaikat lain” ~
jadi
bukan salah satu dari ketujuh malaikat yang membawa sangkakala tadi. Dan Malaikat
ini tugasnya adalah mempersembahkan “doa semua orang kudus di atas mezbah emas yang ada di hadapan takhta” Allah. Siapakah
Malaikat ini?
Kita
ingat bahwa di Ka’abah yang di bumi yang merupakan replika Ka’abah yang di Surga,
mezbah emas tempat pembakaran ukupan itu tempatnya di bilik yang pertama, Bilik
Kudus. Kita baca di Keluaran tentang deskripsi mezbah emas ini.
Keluaran 30:1-3
1 Dan engkau harus membuat sebuah
mezbah untuk membakar ukupan di atasnya, dari
kayu penaga harus engkau membuatnya; 2
Panjangnya harus satu hasta dan
lebarnya satu
hasta lebarnya, harus empat persegi, dan tingginya
harus dua hasta; tanduk-tanduknya haruslah seiras
dengan mezbah itu. 3 Dan engkau harus
melapisinya dengan emas murni, bagian atasnya dan sisi-sisinya sekeliling, dan tanduk-tanduknya. Dan engkau harus membuat mahkota emas
sekelilingnya.
v Hanya Imam
Besar yang boleh bertugas membakar dupa di mezbah emas ini.
Keluaran 30:7-8
7 Di atasnya haruslah Harun
[imam besar] membakar ukupan dari
wangi-wangian; tiap-tiap pagi, apabila ia membersihkan lampu-lampu, haruslah ia
membakar ukupan di atasnya. 8 Dan apabila Harun memasang lampu-lampu itu pada waktu di antara dua senja [pukul 3 sore] dia
harus membakar ukupan di atasnya, suatu ukupan yang terus-menerus di hadapan TUHAN di antara kamu
turun-temurun.
Siapakah Imam Besar yang sekarang ada
di Ka’abah di Surga?
Hanya
ada satu Imam Besar yang di Surga. Maka dari sini kita tahu bahwa Malaikat yang membakar ukupan
(dupa/kemenyan) di depan mezbah
emas itu tidak lain adalah
Imam Besar kita sendiri,
Tuhan Yesus Kristus, yang menjadi perantara kita.
Ibrani 4:14
Oleh karena kita sekarang mempunyai satu
Imam Besar Agung, yang telah melintasi
semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.
1 Timotius 2:5
Karena
Allah itu satu, dan satu Pengantara antara Allah dan manusia, yaitu
Manusia Kristus
Yesus.
Dengan
ayat ini Tuhan mau memastikan bahwa hanya
Imam Besar kita inilah yang bisa membawa doa-doa kita kepada Allah Bapa. Dialah
SATU-SATUNYA perantara kita, bukan yang lain. Tidak ada manusia siapa pun, sekudus
apa pun dia, baik yang masih hidup apalagi yang sudah mati, termasuk Bunda
Maria, para santo dan santa, yang bisa menjadi
perantara antara manusia dengan Allah Bapa, selain
Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat manusia.
Banyak
orang Kristen tidak setuju bahwa Yesus terkadang
disebut juga sebagai “Malaikat”. Kata
“malaikat” [malach] berarti “utusan” atau “kurir” [messenger]. Yesus, karena
Dia juga yang menyampaikan pesan-pesan Allah Bapa, sering juga disebut Malaikat.
Untuk membuktikan hal ini, kita menyimpang sejenak dari Wahyu dan melihat
beberapa ayat di mana Yesus disebut sebagai Malaikat.
Kejadian 16:7-13
7Lalu Malaikat TUHAN menjumpainya dekat
suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur. 10Lagi
kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: ‘Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu,
sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya. 13Kemudian Hagar
menamakan TUHAN yang telah berfirman
kepadanya itu dengan sebutan: ‘Engkaulah El-Roi.’ Sebab katanya: "Bukankah di sini kulihat Dia yang telah melihat aku?
Siapakah
“Malaikat TUHAN” yang berbicara kepada Hagar?
1. Dia berkata “AKU akan membuat
sangat banyak keturunanmu...”
Jika
ini hanya seorang malaikat biasa, dia tidak akan berani berkata seperti itu. Hanya Allah yang mahakuasa yang punya kuasa membuat banyak atau
sedikit keturunan manusia.
2. Hagar
langsung mengenaliNya sebagai “TUHAN yang telah berfirman kepadanya”.
3. Hagar menyebutNya “El-ROI”
yang artinya adalah “TUHAN yang melihat [segala sesuatu]”.
Kita
lihat contoh yang lain.
Kejadian 22:11-12
11 Dan Malaikat TUHAN berseru kepadanya
dari langit dan berkata, ‘Abraham, Abraham.’
Dan ia berkata, ‘Aku di sini.’ 12
Lalu Ia berfirman: ‘Jangan sentuh anak itu atau
melakukan apa pun padanya, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, karena engkau tidak mempertahankan anakmu, anakmu satu-satunya dari-Ku.’
Hanya Yesus-lah
yang berani mengucapkan kalimat ini. Malaikat biasa lainnya, mana ada yang
berani menempatkan diri mereka sebagai Tuhan?
Contoh
lain lagi:
Kejadian 31:11-13
Dan Malaikat Allah berfirman kepadaku dalam mimpi itu: Yakub! Jawabku: Ya
Tuhan! ...... Akulah Allah yang di Betel itu, di
mana engkau mengurapi tugu, dan di mana engkau bernazar kepada-Ku; maka sekarang, bersiaplah engkau, pergilah
dari negeri ini dan pulanglah ke negeri sanak saudaramu.
1.
Jakub menyebutnya “Tuhan”.
2. Dan
Malaikat yang berbicara kepadanya itu memperkenalkan diriNya sebagai ALLAH yang di Betel
3.
dan mengatakan bahwa Yakub sudah bernazar kepadaNya.
Satu
lagi:
Kejadian 48:16
16 Malaikat yang telah menebus aku dari segala bahaya, berkatilah pemuda-pemuda ini; dan biarlah namaku diberikan kepada mereka, dan nama leluhurku
Abraham dan Ishak. Dan biarlah mereka
bertambah menjadi jumlah yang besar di
tengah-tengah bumi
Hanya Yesus-lah yang telah
menebus manusia dari segala yang jahat. Tidak ada malaikat lainnya
yang bisa melakukan hal ini.
Baiklah, sekarang sudah jelas
bahwa Yesus disebut juga Malaikat atau Malaikat Tuhan, atau Penghulu Malaikat.
Kita
kembali ke pembahasan Wahyu.
8:4 Maka
naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan
Malaikat itu ke hadapan Allah.
v Mengapa doa
orang-orang kudus harus dipersembahkan Kristus dengan asap dari pedupaan
emasNya?
Karena doa
manusia yang berdosa tidak bisa mencapai kesucian Allah. Asap atau bau harum
dari pedupaan emas ini melambangkan jasa-jasa Kristus, hidup suci yang
dijalaniNya, dan kematianNya membayarkan hukuman dosa manusia. Allah tidak
melihat keberdosaan kita, Allah memandang kesempurnaan Kristus. Jadi doa-doa manusia tanpa disertai
jasa-jasa Kristus, tidak akan sampai kepada Allah. Itulah mengapa
kita berdoa “dalam nama Kristus, Juruselamat dan Tuhan kita” karena kita
memerlukan manfaat dari jasa-jasa Kristus (yang dilambangkan oleh asap dari
ukupan) agar doa kita boleh diterima Allah.
8:5 Dan Malaikat itu mengambil pedupaan itu, dan mengisinya dengan api dari mezbah, dan melemparkannya ke bumi. Dan ada suara-suara, dan guruh, dan halilintar
dan gempa bumi.
v “mengambil pedupaan itu, dan mengisinya dengan api dari mezbah, dan melemparkannya ke bumi” ~
menandakan saat itu pekerjaanNya
sebagai Perantara antara Allah dengan manusia telah selesai. Di sini tidak dikatakan kapan
Malaikat itu melemparkan pedupaan emasNya. Di ayat 3-4 Yesus masih melayani
sebagai Perantara. Di ayat 5, pekerjaanNya selesai, disimbolkan dengan
pedupaanNya dilemparkan. Jadi perantaraan
Kristus tidak akan berlangsung selamanya tanpa akhir. Suatu
waktu itu akan berakhir. Lalu bagaimana nasib manusia kalau Kristus sudah tidak
melayani lagi sebagai Perantara? Bisakah manusia berdiri di hadapan Allah tanpa
perlindungan dan perantaraan Kristus? Mereka yang tidak bisa, akan
hangus terbakar kemuliaan Allah. Pada waktu Kristus melemparkan
pedupaan emasNya, kita sudah harus terbebas dari dosa, kalau tidak, kita akan
binasa. Karena itu Paulus berkata, “kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar” (Fil. 2:12)
SEKARANG YOHANES MULAI
MENULIS TENTANG KE KETUJUH MALAIKAT DENGAN KETUJUH SANGKAKALA MEREKA.
Sebelumnya
kita harus tahu bahwa kitab Wahyu sesungguhnya adalah kitab peringatan yang
diberikan Tuhan kepada manusia, terutama kepada umatNya supaya umatNya tahu apa
yang akan dihadapinya, supaya mereka bisa bersiap-siap. Jadi di kitab Wahyu, Tuhan memberikan tiga rangkaian
informasi yang meliputi masa yang sama, yaitu yang mulai dari
zaman apostolik hingga ke hari kesudahan.
1.
Seri Tujuh
Jemaat (Gereja) ~
ini
membahas perjalanan
ajaran/doktrin Allah yang disampaikan gereja Allah sejak zaman apostolik hingga
gereja yang tersisa yang terakhir saat kedatangan Kristus yang kedua.
2. Seri Tujuh Meterai ~
ini
membahas perjalanan
umat Allah sejak zaman apostolik hingga mereka yang terakhir hidup saat
kedatangan Kristus yang kedua.
3. Seri Tujuh Sangkakala (Terompet) ~
ini
membahas penghakiman
atas musuh-musuh Allah dan musuh-musuh umat Allah, dari zaman apostolik hingga
kedatangan Kristus yang kedua.
Seperti
yang saya katakan di atas, kita bersyukur bahwa Tuhan tidak membiarkan kesalahan
interpretasi nubuatan itu berlarut-larut, pada saatnya Dia pasti membawa kita
kepada pemahaman yang benar. Dan inilah
pembahasan Tujuh Sangkakala yang benar yang meliput masa yang sama dengan seri
Tujuh Jemaat dan Tujuh Meterai, yaitu dari zaman apostolik hingga ke masa
kesudahan.
8:6 Dan ketujuh malaikat yang memegang ketujuh sangkakala itu
bersiap-siap untuk meniup.
v Ayat 6 ini
adalah kelanjutan ayat 2, setelah disisipkan informasi tentang perantaraan
Yesus di Mezbah Ukupan (ayat 3-5).
SANGKAKALA PERTAMA
8:7 Malaikat yang pertama meniup: dan hujan batu es dan api mengikuti, bercampur darah; dan semuanya itu dilemparkan ke bumi; dan terbakarlah sepertiga dari pohon-pohon dan
hanguslah seluruh rumput-rumputan hijau.
v “hujan batu es dan api” ~
ini
adalah fenomena yang aneh. Batu es tapi menyala, berarti pasti ada pembakaran.
v “Darah” ~
menandakan
pembantaian yang mengerikan.
v “terbakarlah sepertiga dari pohon-pohon dan
hanguslah seluruh rumput-rumputan hijau” ~
angka 1/3
menandakan yang kena hukuman bukan seluruh umat manusia, tapi hanya sebagian.
“Pohon dan rumput” ~ di
Alkitab juga melambangkan manusia. Berarti tidak semua manusia kena, hanya
sebagian.
v Nah, kita tahu
seri Tujuh Sangkakala (Terompet) ini harus
dimulai di zaman apostolik,
sama
dengan seri Tujuh Jemaat dan Tujuh Meterai. Jika di Tujuh Jemaat kita bertemu
dengan jemaat Efesus yang murni, dan di Tujuh Meterai kita bertemu dengan Kuda
Putih yang keluar untuk mengalahkan dan menaklukkan, yang sama-sama bicara
tentang kondisi ajaran gereja dan umat Allah di masa dispensasi Kristen yang mula-mula,
yang masih murni dan penuh semangat, maka di seri Tujuh Sangkakala, di Sangkakala Pertama kita melihat penghukuman
Allah kepada mereka yang paling melukai hati Allah, yaitu bangsa
pilihanNya sendiri, yang telah diberi begitu banyak pertolongan, mujizat,
kemudahan, panggilan bertobat lewat nabi-nabi dan rasul-rasul, tetapi mereka
tidak bertobat. Jadi Sangkakala Pertama,
penghakiman pertama jatuh pada siapa? Orang
Yahudi dan Kota Yerusalem. Bahkan Yesus sendiri sudah
mengatakan apa yang akan terjadi pada mereka.
Matius 24:2
Ia berkata kepada mereka:
‘Tidakkah kamu melihat semuanya itu? Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya tidak satu batu pun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; yang tidak akan diruntuhkan.’
Matius 23:34-38
34 Karena, lihatlah, Aku mengutus kepadamu nabi-nabi,
orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat, beberapa di antara mereka akan
kamu bunuh dan kamu salibkan, beberapa dari mereka akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu persekusi dari kota ke kota.
35 sehingga ke atas kamu akan tertanggung darah semua orang benar yang ditumpahkan di bumi, mulai dari darah Habel yang
benar, sampai kepada darah Zakharia anak
Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah. 36 Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, ‘Semua hal ini akan ditanggung angkatan ini!’ 37‘Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan
melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu
mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya
di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. 38 Lihatlah!
Rumahmu ini telah ditinggalkan kepadamu terlantar.’
Roma 2:5, 8-9
5 Tetapi menuruti hatimu yang keras dan tidak mau bertobat,
engkau menimbun murka bagi dirimu sendiri pada hari murka dan dinyatakannya penghakiman Allah yang adil. 8 tetapi kepada mereka yang mencari
kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada
kelaliman; murka dan geram, 9 kesengsaraan
dan penderitaan, pada setiap orang yang
berbuat jahat, pada orang Yahudi dulu dan juga pada orang Yunani.
v Mengapa
penghakiman pertama jatuh kepada orang Yahudi dan kota Yerusalem?
Matius
27:24-25,
2 4 Ketika Pilatus melihat
bahwa dia sama sekali tidak bisa menang,
malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di
hadapan orang banyak dan berkata, ‘Aku
tidak bersalah atas darah Orang benar ini; kamu saksinya.’ 25 Lalu
seluruh rakyat itu (orang-orang Yahudi) menjawab, dan berkata,
‘Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas
anak-anak kami!’
Yohanes 19:15
Maka berteriaklah mereka (orang-orang Yahudi), "Enyahkan Dia!
Enyahkan Dia! Salibkan Dia!"
Mereka
telah menyalibkan Yesus, Messias mereka sendiri yang datang untuk menyelamatkan
mereka. Setelah itu mereka juga mengejar-ngejar murid-murid dan
pengikut-pengikut Yesus. Karena itu penghukuman
pertama jatuh ke atas Yerusalem.
Yerusalem mengalami penghancuran
yang luar biasa. Pertama pengepungan menyebabkan mereka kelaparan sampai menurut catatan sejarah mereka harus makan ikat pinggang
mereka dan menyembelih anak-anak mereka sendiri. Tiga sumber sejarah mencatat
peristiwa tersebut, yaitu dari The
Siege of Jerusalem, Eusebius The Ecclesiastical History, dan La Vengeance de Nostre-Seigneur.
Setelah
itu pembantaian dan pembakaran
meluluhlantakkan seluruh kota termasuk Bait Suci yang menjadi kebanggaan
mereka, sehingga Bait Suci kebangganan mereka itu hancur lebur.
v Mari kita lihat
tulisan Roh Nubuat
yang
menggambarkan penghancuran Yerusalem, kota dan Bait Sucinya di tahun 70 AD,
kurang dari 40 tahun setelah berakhirnya bangsa Yahudi sebagai bangsa pilihan. Dari
buku Great Controversy:
hal. 29, menggambarkan tentara Roma yang
membantai orang Yahudi. “…Bahkan kekudusan Bait Suci tidak bisa menghalangi kebuasan
mereka yang mengerikan. Orang-orang yang beribadah dibantai di depan mezbah,
dan Bait Suci dinajiskan oleh mayat-mayat mereka yang tersembelih.”
Di hal.
32, “…Para pemimpin Roma berusaha menanamkan teror
kepada bangsa Yahudi, dan dengan demikian membuat mereka menyerah. Para tawanan
yang melawan ketika ditangkap, dicambuk, disiksa, dan disalibkan di depan
tembok kota. Ratusan orang setiap hari dihukum mati dengan cara ini, dan
pekerjaan yang mengerikan ini terus berlangsung hingga sepanjang lembah Yosafat
dan di Kalvari, begitu banyak jumlah salib-salib yang didirikan sehingga tidak
ada ruang untuk bergerak di antaranya. Sedemikian mengerikannya pembalasan
kutukan kata-kata yang diucapkan di hadapan pengadilan Pilatus, ‘…darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!’ (Mat. 27:25)…”
Di hal. 32, “…Seperti orang yang terpesona…” bicara tentang Titus yang memimpin pasukan dari Roma, “…memandang dari puncak bukit Zaitun ke bait suci yang megah
itu dan memberikan perintah agar tidak satu pun batunya boleh disentuh. Sebelum
berusaha menguasai tempat ini sebagai bentengnya, dia membuat permohonan yang
tulus kepada pemimpin-pemimpin Yahudi agar tidak memaksanya untuk menajiskan
tempat yang suci ini dengan darah…”
Di hal.
33, “…Dalam pertempuran itu sebatang kayu menyala dilemparkan
oleh seorang tentara melalui bukaan di beranda dan segera ruang-ruang di
sekeliling bait suci yang dilapisi kayu cedar terbakar. Titus bergegas ke
tempat itu diikuti oleh jenderal-jenderalnya dan pasukan-pasukannya, dan
memerintahkan tentaranya untuk memadamkan api. Kata-katanya tidak didengar.
Dalam amuk mereka, tentara-tentara melemparkan kayu-kayu yang terbakar ke dalam
ruang-ruang di sebelah bait suci, kemudian dengan pedang-pedang mereka, mereka
membantai dalam jumlah besar orang-orang yang mencari perlindungan di sana.
Darah mengalir menuruni anak tangga bait suci seperti air. Beribu-ribu orang
Yahudi binasa. Di atas hiruk pikuk pertempuran, terdengar teriakan-teriakan
menyerukan ‘Ikabod!’ ~ kemuliaan sudah meninggalkan.”
hal. 34, “…Seluruh puncak bukit yang menguasai kota, terbakar seperti
gunung berapi. Satu per satu bangunan-bangunan runtuh dengan suara gemuruh dan
ditelan ke dalam lubang dalam yang menyala. Atap dari kayu cedar seperti lempengan api, puncak-puncak menara yang tersepuh
emas bercahaya bagaikan ujung-ujung tombak yang bersinar merah, menara gerbang
mengirimkan kolom-kolom tinggi api dan asap.”
hal 35, “…Dalam pengepungan dan pembantaian yang
mengikutinya, lebih dari satu juta manusia binasa. Yang lolos dibawa sebagai
tawanan, dijual sebagai budak, diseret ke Roma dipertontonkan sebagai
kemenangan si pemenang perang, dilemparkan kepada binatang buas di gelanggang
terbuka, atau diserakkan sebagai tuna-wisma yang menggelandang di atas bumi.…”
v Sangkakala Pertama ialah Penghancuran Yerusalem dan penghakiman atas
orang Yahudi, mantan bangsa pilihan Allah sendiri.
SANGKAKALA KEDUA
8:8 Dan malaikat yang kedua meniup, dan yang
terjadi sebuah gunung besar yang terbakar api, dilemparkan ke dalam laut. Dan
sepertiga dari laut itu menjadi darah,
8:9 dan sepertiga
dari makhluk di dalam laut yang bernyawa, mati;
dan sepertiga kapal-kapal dihancurkan.
v Di Alkitab “gunung” melambangkan
negara/kerajaan.
Yeremia 51:25
‘Lihatlah, Aku menjadi lawanmu hai gunung pemusnah, yang
memusnahkan seluruh bumi!’ demikianlah firman TUHAN, ‘dan Aku akan mengulurkan
tangan-Ku melawanmu, menggulingkan engkau
dari bukit batu, dan membuat engkau menjadi sebuah
gunung yang hangus.’
Di Yeremia
51:25 di atas, yang dilambangkan gunung adalah kerajaan Babilon.
v “gunung besar yang terbakar
api” ~
Jadi
gunung ini sedang terbakar.
Api adalah sarana pembasmi yang dahsyat, karena itu selalu dipakai untuk
menghancurkan sesuatu. Berarti gunung atau kerajaan ini sedang dalam proses dihancurkan.
v “dilemparkan ke dalam laut”
~
di
Alkitab “laut” atau “banyak air” itu
melambangkan orang banyak, bangsa-bangsa, bahasa-bahasa, kaum-kaum.
Wahyu 17:15
Lalu ia berkata kepadaku: ‘Semua air yang telah kaulihat, di
mana wanita pelacur itu duduk, adalah kaum-kaum, dan orang banyak, dan bangsa-bangsa dan
bahasa-bahasa.
Jadi gunung
ini, kerajaan ini sedang dihancurkan
oleh bangsa-bangsa, bahasa-bahasa, kaum-kaum, orang banyak.
Kerajaan mana yang eksis ketika Yohanes
menulis kitab Wahyu? Kerajaan
Roma. Kita lihat bahwa kerajaan Roma setelah mengalami masa
kejayaannya, kemudian di abadnya yang terakhir dia berulang-ulang diserang oleh
bangsa-bangsa barbar secara berturut-turut. Di abad ke-4 Masehi Roma
membagi pemerintahannya menjadi dua, Roma Barat yang beribukota di Roma, dan Roma Timur yang beribukota di Constantinopel. Serangan-serangan
barbar ini dimulai
sejak tahun 378 ketika bangsa Visigoth menyapu Roma, yang mereka
ulangi lagi di tahun 410. Tahun 455 bangsa Vandal menyerang Roma, merusak dan
menjarah.
Tahun 476 Roma Barat akhirnya jatuh. Gunung besar yang dulu begitu ditakuti dan yang
menundukkan bangsa-bangsa sekarang dirinya dihabisi oleh bangsa-bangsa.
v “sepertiga dari laut itu menjadi darah, sepertiga dari makhluk di
dalam laut yang bernyawa, mati; dan
sepertiga kapal-kapal dihancurkan” ~
Angka
1/3 kembali menyatakan bahwa hukuman ini bersifat lokal, tidak mengenai seluruh
dunia, namun demikian tetap makan banyak korban, dilambangkan oleh “laut menjadi
darah” dan “makhluk di dalam laut yang
bernyawa, mati”. Jika laut itu
bangsa-bangsa, maka ini bicara tentang matinya mereka yang hidup di kerajaan
itu karena serangan bangsa-bangsa barbar.
Sedangkan
“kapal”
di Alkitab melambangkan
perekonomian, sudah pasti perekonomian ikut hancur bilamana negara jatuh dalam peperangan.
v Mengapa Roma?
Maka
kita harus melihat di seri Tujuh Jemaat dan Tujuh Meterai. Jemaat Kedua adalah Jemaat Smirna,
jemaat yang dipersekusi, dibantai. Meterai Kedua adalah Kuda Merah, kuda pembantaian, merah adalah
warna darah. Sementara gereja dan umat Allah dibantai di periode tersebut, di seri Tujuh Sangkakala kita melihat
ke pihak lawannya. Siapa yang
melakukan pembantaian? Kaisar-kaisar Roma, kerajaan Roma!
Sebagian besar rasul-rasul Kristus dibunuh Roma. Jadi layaklah penghakiman yang
kedua juga jatuh kepada kerajaan Roma.
v Jadi Sangkakala Kedua adalah
kejatuhan kekaisaran Roma Barat, melalui serangan-serangan Barbar.
Akhirnya
kekaisaran yang dulu merajai dunia, kerajaan yang terkenal kejam dan keras
bagaikan besi, di tahun 476 jatuh.
Pembalasan Tuhan kepada mereka yang telah mengejar-ngejar, mempersekusi, dan membunuh
umat Tuhan.
SANGKAKALA KETIGA
8:10 Dan malaikat yang ketiga meniup: dan jatuhlah
sebuah bintang besar dari Surga, terbakar bagaikan obor, dan ia jatuh ke atas sepertiga sungai-sungai dan pada mata-mata air.
8:11 Dan nama bintang itu disebut Apsintus. Dan sepertiga
dari semua air menjadi apsintus; dan banyak orang mati karena air itu, karena air-air itu dijadikan pahit.
v “jatuhlah sebuah bintang besar
dari Surga, terbakar
bagaikan obor” ~
Kata
“dari Surga” mengingatkan kita akan kejatuhan Lucifer. Tapi karena semua
Sangkakala ini terjadi di masa dispensasi Kristen (masa
Perjanjian Baru),
ini tidak mungkin bicara tentang kejatuhan Lucifer baik sebelum penciptaan
dunia maupun saat Yesus disalib. Jadi ini tidak bicara tentang kejatuhan
Lucifer itu sendiri, melainkan ini berhubungan
dengan kemurtadan Lucifer yang sudah dimulainya di Surga, tetapi
sekarang kemurtadan tersebut jatuh
ke atas sungai-sungai dan mata-mata air di dunia. Dengan kata
lain, ini bicara tentang kemurtadan yang terjadi di dunia gara-gara mengikuti
ajaran sesat Lucifer.
v “ke atas sepertiga dari semua
air” ~
Kembali
yang kena adalah 1/3 bagian, berarti ini bukan seluruh dunia.
v “bintang itu disebut Apsintus”
~
Apsintus (absinthium) ialah racun yang
pahit, meracuni sungai-sungai dan mata-mata air di mana dia
jatuh.
v “sungai-sungai dan pada mata-mata
air”~
Ini
adalah air yang dipakai untuk minum, karena air tawar. Beda dengan air laut. Air
yang diminum itu simbol apa? Simbol pemberi hidup. Manusia minum air supaya
bisa terus hidup. Maka secara
spiritual air sunga dan mata air ini melambangkan sesuatu yang menunjang kehidupan manusia. Tentunya yang
dimaksud bukan hidup literal, melainkan hidup
kekal. Apa yang membuat manusia bisa mendapatkan hidup kekal? Kebenaran Tuhan yang membawa
kepada hidup kekal.
Yohanes 4:14
tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak pernah akan haus lagi.
Tetapi air yang akan Kuberikan kepadanya akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai hidup yang kekal.
Wahyu 21:6
Aku
akan memberi dari mata air kehidupan
dengan limpah kepada dia yang haus.
Jadi
mata air itu adalah simbol kebenaran.
v “sepertiga dari semua air menjadi apsintus; dan banyak orang mati
karena air itu” ~
Air juga melambangkan Roh
Kudus yang membawa manusia kepada pertobatan dan kebenaran.
Tapi sekarang mata-mata air, sungai-sungai yang memberi minum manusia supaya
hidup, terpolusi oleh bintang menyala Apsintus ini, racunnya yang pahit
mengakibatkan manusia yang minum bukannya hidup melainkan banyak yang binasa.
Apa ini maksudnya? Sumber-sumber
kebenaran yang
membawa manusia kepada hidup kekal, tercemar oleh bintang
menyala Apsintus ini, yang adalah kemurtadan Setan. Ajaran-ajaran gereja yang tadinya
benar dan murni, yang membawa manusia kepada hidup kekal sekarang justru
tercemar oleh kemurtadan Setan yang
mengakibatkan manusia binasa.
ü air segar
juga melambangkan sumber air kehidupan, yaitu ajaran mereka yang bijak.
Amsal 13:14
Ajaran orang bijak adalah sumber air kehidupan, untuk mengalihkan orang
dari jerat-jerat maut.
2 Petrus 2:17
Mereka (guru-guru palsu itu) adalah sumber tanpa air, awan yang dibawa oleh taufan; bagi mereka telah disediakan
kegelapan pekat selama-lamanya.
ü Sumber
air kehidupan ternyata identik juga dengan takut akan Tuhan.
Amsal 14:27
Takut akan TUHAN adalah sumber air
kehidupan, untuk
mengalihkan orang dari jerat-jerat maut.
Kalau
sumber air kehidupan ini tercemar, itu membuat orang tidak lagi takut akan
Tuhan, dengan kata lain berani melanggar perintah Tuhan. Akibatnya orang-orang
ini akhirnya binasa.
v Sejarah mencatat
kaisar Roma: Constantine
yang
aslinya adalah penyembah berhala terutama kepada matahari, mengaku pindah masuk
agama Kristen. Tetapi, dia membawa banyak ajaran
paganisme masuk ke dalam ajaran Kristen.
Dia mengganti hari ibadah Kristen yang ditetapkan Allah dari Sabat Hari Ketujuh
ke hari pertama, yaitu hari Minggu,
karena hari Minggu adalah hari untuk menyembah matahari (Sun-day). Melalui
edictnya 7 Maret 321, dia menetapkan hari Minggu sebagai hari libur kerja dan
hari ibadah.
“On the venerable Day of the Sun let the magistrates and people residing
in cities rest, and let all workshops be closed. In the
country, however, persons engaged in agriculture may freely and lawfully
continue their pursuits; because it often happens that another day is not so
suitable for grain-sowing or for vine-planting; lest by neglecting the proper
moment for such operations the bounty of heaven should be lost.” (Given the 7th
day of March, Crispus and Constantine being consuls each of them for the second
time [A.D. 321].)” Source: Codex Justinianus, lib. 3,
tit. 12, 3; trans. in Philip Schaff, History of the Christian Church, Vol.3
(5th ed.; New York: Scribner, 1902), p.380, note 1.
“Pada hari Matahari yang dihormati semua
pejabat dan rakyat yang tinggal di kota-kota, harus berhenti bekerja,
dan semua tempat kerja ditutup. Namun, di pedesaan mereka yang mengerjakan
agraria, boleh dengan bebas dan sah melanjutkan pekerjaan mereka; karena sering
terjadi hari yang lain tidak cocok untuk menabur benih atau untuk menanam;
sehingga dengan mengabaikan saat yang tepat untuk tindakan-tindakan tersebut,
kemakmuran yang diberikan surga bisa hilang.” [terjemahannya]
Jadi “Sun-day”
aslinya adalah hari penyembahan matahari. Tetapi karena ditetapkan
seorang kaisar sebagai hari ibadah, maka semua rakyatnya termasuk yang berada
di negara jajahannya harus patuh. Dan ini kemudian dikuatkan oleh
Konsili Laodekia tahun 336 sebagai Canon XXIX:
“Christians must not judaize by
resting on the Sabbath, but
must work on that day, rather honouring the Lord's Day; and, if they can,
resting then as Christians. But if any shall be found to be judaizers, let them be
anathema from Christ.” (Percival Translation).
“Orang-orang Kristen tidak boleh
mempraktekkan yudaisme dengan berhenti bekerja pada hari sabat, tetapi
harus bekerja pada hari itu, sebaliknya menghormati hari Tuhan (hari Minggu);
dan apabila mereka bisa, berhenti pada hari itu sebagai orang-orang Kristen.
Tetapi siapa pun yang didapati mempraktekkan
yudaisme, biarlah mereka dikucilkan (diekskomunikasi) dari Kristus.”
v
Jadi mulai
abad ke-4 Masehi,
kemurtadan
masuk ke dalam ajaran-ajaran gereja, bukan
hanya pergantian hari ibadah, tetapi sejak itu semakin lama semakin banyak
ajaran dan upacara pagan yang masuk ke dalam gereja Kristen, seperti
patung-patung, konsep bahwa orang mati tetap hidup tanpa tubuh,
perayaan-perayaan pagan, konsep-konsep kepercayaan pagan.
v
Nah, kita lihat paralelnya di dua seri Tujuh yang
lain:
Periode ke-3 di Tujuh Jemaat adalah Jemaat Pergamus –
jemaat yang berkompromi dengan dunia, saat paganisme yang berasal dari Babilon melenggang
masuk ke dalam gereja. Ketika Medo-Persia menyerbu Babilon, banyak imam Babilon
melarikan
diri ke kota Pergamus dan di sana mereka membuat komunitas baru dan
bertahan di sana. Ajaran mereka masuk ke Roma melalui Pompeii,
dan dari Roma kemudian dibawa masuk ke gereja Kristen sekitar 300
tahun setelah Yesus kembali ke Surga. Karena itu jemaat ketiga dinamai Jemaat
Pergamus, jemat sinkretisme yang telah menerima paganisme ke dalam gereja.
Periode ke-3 di Tujuh Meterai adalah Kuda Hitam ~ saat
terang kebenaran meredup, ada kelangkaan roti rohani, kelaparan rohani,
Mengapa? Karena umat
Allah tidak mendapatkan ajaran kebenaran yang murni, mereka menerima
ajaran-ajaran sinkretisme, Kekristenan yang bercampur dengan paganisme. Iman yang murni semakin kabur.
Jadi
Sangkakala yang Ketiga adalah
masuknya kemurtadan Setan, Apsintus, ke dalam ajaran kebenaran Allah, ke dalam
gereja Allah dimulai di zaman Constantine, dan diteruskan oleh Kepausan,
yang mengakibatkan sinkretisme, dan yang berlanjut terus bahkan hingga sekarang di
gereja-gereja Protestan, dan
menurut Alkitab akan tetap ada hingga kiamat. Jadi
kebanyakan ajaran Kristen sudah bukan ajaran dari Alkitab lagi, melainkan
merupakan campuran kisah-kisah Alkitab dengan praktek-praktek paganisme.
SANGKAKALA KEEMPAT
8:12 Dan
malaikat yang keempat meniup, dan sepertiga bagian
dari matahari terpukul, dan sepertiga bagian
dari bulan, dan sepertiga bagian dari
bintang-bintang; sehingga sepertiga dari mereka
menjadi gelap, dan hari itu tidak terang selama sepertiga bagiannya, dan demikian juga malamnya.
v “sepertiga bagian” ~
Kembali
kita bertemu dengan angka 1/3, berarti sebagian, bukan keseluruhan.
v “matahari… bulan… bintang-bintang; sehingga sepertiga dari mereka menjadi gelap ~
Matahari,
bulan, dan bintang-bintang adalah benda-benda langit yang diciptakan untuk memberikan terang kepada bumi.
Sekarang sebagian dari mereka menjadi gelap, sehingga cahaya yang seharusnya
mereka berikan kepada bumi menjadi berkurang.
v Matahari
di Alkitab melambangkan siapa? Kristus.
Banyak
ayat di Kitab Suci yang melambangkan Kristus seperti matahari dan terang dunia.
Di sini hanya diberikan dua contoh.
Mazmur 84:11
Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai; Tuhan akan memberikan karunia dan kemuliaan; Ia
tidak menahan apa pun yang baik dari orang yang hidup benar
Maleakhi 4:2
Tetapi bagi kamu yang takut akan nama-Ku, Surya Kebenaran akan terbit dengan penyembuhan di
sayapNya. Dan kamu akan keluar dan menjadi tambun seperti anak lembu
yang diberi makan di kandang.
Jadi peran dan fungsi Kristus sebagai Juruselamat dan Penebus
di periode ini tergeser. Keselamatan dari Allah yang diberikan
cuma-cuma karena kasih karunia Allah, mulai digeser dan diganti dengan ajaran
bahwa keselamatan bisa dicapai melalui upaya/perbuatan sendiri. Muncul konsep
amal bisa menyelamatkan, dengan demikian pengorbanan
Kristus di salib tidak dibutuhkan, karena manusia bisa menyelamatkan diri sendiri dengan amalnya,
dengan doa-doa hafalannya, dengan matiraga (menyiksa diri sendiri), bahkan
dengan membayar sejumlah uang maka manusia bisa mendapatkan
pengampunan dosa, yang menurut Alkitab pengampunan dosa seharusnya hanya
diperoleh melalui penyesalan dan pertobatan. Kematian Kristus yang satu kali cukup untuk
menebus semua manusia yang pernah hidup, dibatalkan dengan ajaran bahwa Kristus
harus mati berulang-ulang, setiap kali imam mempersembahkan misa.
Kristus hanya tinggal nama. Bahkan fungsi Kristus yang hidup dan bekerja di
Surga sebagai satu-satunya perantara bagi manusia di hadirat Allah pun
digantikan oleh orang-orang “suci” para santo dan santa yang semuanya sudah
mati.
Jadi
Kristus sebagai terang dunia sudah tertutup kegelapan konsep-konsep yang salah.
v Bulan memantulkan terang dari matahari.
Maka kalau mataharinya melambangkan
Kristus, bulan tentunya melambangkan
Kitab Suci yang isinya bercerita tentang Kristus, yang memantulkan Kristus.
Yohanes 5:39
Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci sebab kamu menyangka di dalamnya kamu mendapatkan
hidup yang kekal, dan kitab-kitab itulah yang memberi kesaksian tentang Aku.
Mazmur 119:105
Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.
Rakyat jelata di abad-abad yang lalu,
terutama yang di pedesaan tidak bisa membaca Kitab Suci, maka mereka bergantung
sepenuhnya kepada ajaran verbal imam-imam yang sangat tidak alkitabiah. Dengan
demikian mudah sekali mengajarkan konsep-konsep yang menyesatkan. Gereja di periode ini dan di
periode berikutnya sangat tidak mendorong bahkan bersikap menghalangi umat membaca
Kitab Suci sendiri. Sedikit sekali Kitab Suci yang ada, dan itu
pun tidak bisa diakses orang awam. Gereja menanamkan konsep bahwa Kitab Suci
itu tidak mampu dibaca orang awam sendiri dan hanya bisa dijelaskan oleh
petinggi-petinggi gereja (bukankah konsep itu sampai sekarang masih ada?) Maka
nyaris umat tidak
ada yang tahu apa yang betul-betul dikatakan Firman Allah. Mereka hanya tahu
apa yang dikatakan imam-imam, dan mereka harus percaya bahwa apa pun
yang dikatakan imam-imam itu benar. Tanpa bisa membandingkan dengan Kitab Suci,
mereka tidak tahu bahwa imam-imam ini mengajarkan sinkretisme. Inilah yang disebut Tuhan “ajaran Izebel” (Wahyu 2:20) dan “seluk beluk Iblis” (Wahyu 2:24)
Bulan
menjadi gelap karena tidak bisa diakses.
v Bintang-bintang adalah
manusia-manusia
yang seharusnya memantulkan terang Kristus, yang menjadi saksi-saksi bagiNya,
yang menyampaikan pekabaranNya.
Daniel 12:3
Dan mereka yang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan mereka yang menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang untuk selama-lamanya.
Wahyu 1:20
Dan rahasia ketujuh bintang yang telah kaulihat di tangan kanan-Ku dan ketujuh kaki dian emas
itu: ketujuh bintang itu ialah malaikat-malaikat ketujuh jemaat dan ketujuh kaki dian yang kamu
lihat itu ialah ketujuh jemaat.
Karena umat awam tidak bisa membaca Kitab Suci,
karena umat awam tidak mengenal ajaran Krisitus yang sesungguhnya, maka mereka berada dalam kegelapan, jelas mereka tidak bisa menjadi
saksi-saksi Kristus, karena mereka sendiri tidak tahu apa-apa. Jadi tidak ada saksi-saksi yang
membagikan kebenaran Allah seperti di periode Jemaat dan Meterai
yang pertama dan kedua.
v Jadi ketika
Sangkakala yang Keempat ini ditiup,
matahari,
bulan, dan bintang-bintang 1/3nya semua digelapkan.
Berarti,
cahaya Kristus, terang kebenaran
Kristus, Kitab Suci, dan pekerjaan penginjilan dan kesaksian kebenaran Allah,
mulai saat itu gelap sebagian.
karena
sebagian tertutup segala yang salah.
v Nah, jika kita bandingkan dengan seri
Jemaat dan seri Meterai,
maka inilah periode Jemaat Tiatira,
jemaat yang murtad, kulminasi kompromi dari periode sebelumnya, yang diberi
Allah kesempatan untuk bertobat namun tidak mau, jemaat yang berzinah, yang menerima
ajaran Izebel dan seluk beluk Iblis, yang akhirnya dilemparkan ke ranjang orang
sakit dan ke kesukaran besar. Wow, ini gereja yang benar-benar murtad! Dan tidak pernah bertobat!
Bagaimana
dengan seri Meterai? ini adalah periode Kuda Pucat, kuda kematian, kematian jasmani dan rohani,
di mana umat Allah yang setia dipersekusi dan dibunuh, mengalami kematian jasmani; sedangkan yang mempersekusi dan membunuh
adalah mereka yang mengalami kematian rohani tapi justru mengaku sebagai umat
Allah.
v Maka di Sangkakala Keempat
kemurtadan yang masuk ke
gereja Kristen sejak Sangkakala Ketiga, menjadi
semakin matang dan punya gigi, sehingga sanggup membuat gelap sebagian cahaya terang Kristus, Kitab Suci, dan
saksi-saksiNya.
Inilah periode 1260 tahun kekuasaan Kepausan,
dari 538-1798, ketika satu-satunya gereja Kristen yang menamai
dirinya gereja Universal, sudah melenceng jauh dari kebenaran. Segala macam
doktrin sesat dimasukkan ke dalam gereja, upacara dan perayaan pagan lengkap
dengan segala patung berhalanya yang diberi identitas Kristen, yang jelas-jelas
tidak alkitabiah, dihadirkan di dalam gereja, diajarkan dan dipraktekkan. Gereja Kristus
yang tadinya rendah hati dan sederhana dalam hal-hal duniawi, sekarang menjadi penuh kemewahan dan
kesombongan. Apa yang rohani menjadi komersial, harta menjadi
standar yang penting, orang kaya dan bangsawan mendapat tempat yang terhormat, dan
petinggi-petinggi gereja bekerjasama dengan para bangsawan dan penguasa sekuler untuk mempersekusi dan menghabisi
mereka yang tidak tunduk pada perintah gereja. Negara-negara di benua
lama pada waktu itu semua tunduk ketakutan kepada Kepausan yang bahkan berkuasa
mengangkat dan menurunkan raja. Di zaman ini muncul Inquisisi dengan alat-alat
penyiksanya yang mengerikan. Berjuta manusia jatuh sebagai korban kekejaman
atas nama agama. Ini juga disebut Zaman
Kegelapan karena terang sangat redup dan kebenaran nyaris
lenyap.
Tuhan
memberi gerejanya 3½ tahun nubuat (= 1260 tahun literal) untuk bertobat. Tapi
ketika gereja yang memakai nama Kristus, tapi tidak
memantulkan sifat Kristus ini, menolak untuk bertobat,
maka Tuhan “melemparkan
dia ke atas ranjang orang sakit” (Wahyu
2:22) dengan mendatangkan jenderal Berthier dari pasukan Napoleon
Bonaparte di tahun 1798, menangkap Paus Pius VI, membawanya ke pengasingan di
mana paus ini meninggal di Valens, dan mengakhiri 1260 tahun kekuasaan Kepausan
yang telah memakai kekuatan sipil dan militer negara-negara yang tunduk kepadanya untuk mempersekusi dan membunuh semua
yang tidak menerima ajaran sinkretisnya.
8:13 Dan aku melihat, dan mendengar seorang malaikat terbang di tengah langit, berkata dengan suara nyaring, ‘Celaka,
celaka, celaka bagi penduduk bumi karena suara-suara lain dari
sangkakala ketiga malaikat yang masih akan
berbunyi!’
v Walaupun
sejak sangkakala pertama
semua yang diberitakan bukan kabar
baik, tetapi tiga sangkakala yang terakhir itu amat sangat tidak baik, karena
digolongkan “Celaka”.
May 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar