Sabtu, 15 Agustus 2015

149. KEMULIAAN DAN KEHORMATAN YANG DIPULIHKAN

149.  KEMULIAAN DAN KEHORMATAN

YANG DIPULIHKAN

_____________________________________________________


Ini adalah episode ke-4 dari seri Kehidupan Kristiani yang dibagikan oleh Pdt. Kristyono Sarjono sabat yang lalu.

 

Di dalam Kitab Kejadian 2:25 dikatakan demikian: Dan mereka keduanya…” yaitu Adam dan Hawa,  “…telanjang, laki-laki itu dan isterinya, dan tidak merasa malu.”

Adam dan Hawa dalam keadaan telanjang, tetapi mereka tidak merasa malu. Mengapa? Karena pada saat itu mereka masih murni, tidak berdosa, suci, taat kepada Tuhan, dan oleh karenanya, mereka masih dimahkotai dengan kemuliaan dan kehormatan, maka mereka tidak merasa malu.

 

Pada waktu Adam dan Hawa diciptakan, mereka itu diciptakan sebagai manusia yang sempurna.  Menurut Kejadian 1:26 manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, artinya memiliki keserupaan dengan Allah. Allah tentunya sempurna, bukan? Maka manusia yang diciptakan serupa dengan Allah ini pun juga sempurna di dalam kemanusiaannya, sebagaimana Allah itu sempurna di dalam keilahiannya.

 

Mazmur pasal 8 memberikan penjelasan yang lebih lengkap.

8:4           apalah manusia, sehingga Engkau mempedulikannya?  Dan anak manusia, sehingga Engkau mendatanginya?

 

8:5           Karena Engkau telah membuatnya sedikit lebih rendah daripada Allah, dan Engkau telah  memahkotainya dengan kemuliaan dan kehormatan.

 

8:6           Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya:

 

 

Alkitab terjemahan bahasa Inggris, baik KJV, NKJV, maupun NIV, menerjemahkan ayat 5 

“Karena Engkau telah membuatnya sedikit lebih rendah daripada malaikat…”

          Kata yang diterjemahkan “malaikat” di situ adalah אֱלֹהִים['ĕlôhı̂ym] jadi sebetulnya bukan “malaikat” tetapi lebih tepat “Allah” (bentuk jamak) seperti terjemahan di atas.

Terjemahan Alkitab bahasa Indonesia LAI demikian:

8:5           Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.

 

Yang penting, terjemahan versi mana pun mengatakan manusia itu makhluk yang mulia, apakah dia sedikit lebih rendah daripada malaikat atau sedikit lebih rendah daripada Allah, manusia itu diciptakan mulia, jelas bukan hasil procotan monyet seperti yang didebat oleh orang-orang Evolusionist.

 

Perhatikan keterangan berikutnya. Dikatakan bahwa MANUSIA ITU DIMAHKOTAI DENGAN KEMULIAAN DAN KEHORMATAN. Jadi Adam dan Hawa pada waktu diciptakan Tuhan itu dimahkotai dengan kemuliaan dan kehormatan. Mulia. Terhormat.

Siapa yang memahkotai manusia dengan kemuliaan dan kehormatan? TUHAN. Jadi bukan manusia sendiri yang bisa menumbuhkan kemuliaan dan kehormatannya sendiri.

Kemuliaan dan kehormatan itu milik siapa? Milik TUHAN.

Tuhan memberikan kepada manusia KEMULIAAN dan KEHORMATAN yang berasal dari Tuhan.

Karena itu walaupun Adam dan Hawa telanjang, artinya mereka tidak mengenakan pakaian, tapi mereka tidak merasa malu. Mengapa? Karena kemuliaan dan kehormatan Tuhan-lah yang menjadi pakaian mereka.

 

Lalu dikatakan bahwa manusia itu dijadikan oleh Tuhan sebagai penguasa segala ciptaan Tuhan yang lain di dunia ini, semua ciptaan yang lain diletakkan Tuhan di bawah kaki manusia.

Mazmur 8:6-9

6 Engkau membuat dia (= manusia) berkuasa atas buatan tangan-Mu, segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya. 7 Kambing domba dan lembu sapi sekalian, dan binatang-binatang di padang; 8 burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, apa pun yang melintasi arus lautan. 9 Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!

 

Jadi kita lihat bahwa pada awal diciptakan, selagi manusia itu suci, semua ciptaan yang lain di dunia ini tunduk kepada manusia, mengakui kepemimpinan manusia atas mereka. Karena manusia dimahkotai dengan kemuliaan dan kehormatan Tuhan.

 

Apa yang tersisa sekarang? Manusia bukan lagi pemimpin dunia ini. Sebagian besar makhluk yang lain sudah mengalahkan manusia. Manusia bukan lagi tuan di atas planet bumi ini. Manusia sudah dikalahkan oleh binatang-binatang buas, tidak usah yang besar-besar amat, dengan yang ukuran medium saja misalnya serigala, manusia sudah kalah. Apalagi yang lebih besar seperti harimau atau beruang. Bayangkan di taman Eden Adam hidup bersama binatang-binatang besar (yang kerangka dan fosilnya masih ditemukan seperti saber tooth, mammoth, dinosaurus, dll.) dan semua hidup tunduk kepada Adam. Adam yang memberi mereka nama. Sekarang manusia sudah bukan tandingan mereka. Bagaimana dengan makhluk-makhluk yang kecil? Wah, manusia juga sudah dikalahkan oleh mereka. Misalnya semut. Pernah dengar marabunta? Momok itu bagi manusia. Bayangkan kalau manusia dikroyok oleh satu koloni tikus. Atau yang lebih kecil lagi, misalnya kalajengking. Tidak usah banyak-banyak, satu saja kalau itu menggigit kita, sudah kita keracunan. Malah ada sejenis laba-laba yang racunnya akan segera mematikan mangsanya. Manusia kalah. Bahkan oleh organ hidup yang sangat kecil pun manusia kalah: bakteri, kuman, virus. Kita lihat di rumah-rumah sakit, manusia yang besar-besar gagah perkasa, mati kena virus, kuman, bakteri.

Manusia bukan lagi tuan yang memerintah makhluk ciptaan lain di dunia ini.

Di mana kekuasaan manusia? Lenyap.

Kenapa lenyap?

Karena kemuliaan dan kehormatan yang diberikan Tuhan kepadanya juga sudah lenyap.

 

DOSA MELENYAPKAN KEMULIAAN DAN KEHORMATAN MANUSIA.

Roma 3:23

karena semua orang telah berbuat dosa dan gagal mencapai  kemuliaan Allah.

 

Jelas sekali ditulis di atas bahwa karena berbuat dosa, maka manusia telah kehilangan kemuliaan Allah.

Itulah yang dialami Adam dan Hawa, segera setelah mereka berbuat dosa, kemuliaan dan kehormatan Allah yang tadinya menutupi mereka, lenyap, dan untuk pertama kalinya mereka menyadari bahwa mereka telanjang bulat.

Dan mereka malu.

 

Ada pelajaran yang perlu kita tarik dari cerita ini. Nenek-moyang kita merasa malu dengan keadaan mereka yang telanjang bulat. Hari ini manusia sudah sedemikian merosot akhlaknya sehingga kondisi mendekati setengah telanjang atau bahkan nyaris telanjang pun, tidak lagi menimbulkan perasaan malu! Ada kamp-kamp nudis di mana semua orang bersliweran ke sana kemari dalam kondisi bugil. Ada acara bersepeda berombongan dalam kondisi bugil. Dan ini diikuti oleh segala usia dan segala lapisan masyarakat, bukan oleh artis-artis porno, tetapi diikuti anak-anak,  bapak-bapak, ibu-ibu, bahkan yang sudah berusia manula pun ikut. Telanjang bulat! Seandainya Adam dan Hawa tahu apa yang terjadi pada anak cucunya sekarang ini, kira-kira mereka langsung pingsan.

 

 

Kembali ke Adam dan Hawa,

Kejadian 3:7 berkata,

Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun-daun pohon ara dan membuat penutup bagi diri mereka sendiri.

 

Karena malu, mereka berusaha membuat penutup tubuh dari daun pohon ara. Daun pohon ara itu kecil-kecil. Betapa sulitnya membuat penutup dari daun pohon ara.

Manusia berupaya menutupi malunya. Manusia berupaya menyelamatkan dirinya dari kondisi malu.

Berhasil? Tidak. Daun ara itu bukan bahan penutup yang memadai. Daun mudah robek. Kalau nanti dia kering, dia akan hancur. Maka segala upaya manusia sendiri untuk mengembalikan kemuliaan dan kehormatannya adalah sia-sia.

 

Dapatkah manusia menyelamatkan dirinya dengan upayanya sendiri? Tidak.

Jadi sejak awal, Tuhan sudah dengan sangat jelas menyatakan bahwa manusia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri,

ü  tidak dengan perbuatan amal,

ü  tidak dengan darma,

ü  tidak dengan menjadi pertapa,

ü  tidak dengan apa pun.

 

 

Jadi karena manusia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri dari kejatuhannya dalam dosa, apa yang dilakukan Tuhan?

Kejadian 3:21

juga bagi Adam dan istrinya, TUHAN Allah membuatkan pakaian dari kulit binatang dan mengenakannya kepada mereka.

 

Tuhan harus turun tangan untuk menyelamatkan manusia, untuk melepaskan manusia dari kondisi kejatuhannya dalam dosa. Ada ayat yang sangat terkenal yang dihafal semua orang Kristen tentang hal ini, itu adalah:

 

Efesus 2:8

Sebab oleh kasih karunia kamu diselamatkan melalui iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,  itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.

 

Siapa yang menyelamatkan? Tuhan yang menyelamatkan.

Tuhan membuat pakaian dari kulit binatang untuk Adam dan Hawa.

Tuhan yang memulihkan kemuliaan dan kehormatan kepada manusia yang sudah jatuh dalam dosa.

Tetapi, supaya ada kulit yang bisa dijadikan pakaian bagi manusia, binatang yang memiliki kulit itu harus apa? HARUS DIBUNUH, HARUS MENJADI KORBAN.

Apakah binatang yang kulitnya diambil menjadi pakaian manusia itu berbuat dosa? Tidak. Siapa yang berbuat dosa? Adam dan Hawa.

Siapa yang mati? Binatang yang kulitnya dipakai untuk menutupi ketelanjangan Adam dan Hawa. Binatang yang kulitnya dipakai untuk menghilangkan rasa malu Adam dan Hawa. Binatang yang kulitnya dipakai untuk memulihkan kemuliaan dan kehormatan Adam dan Hawa.

 

Inilah kematian yang pertama terjadi di Taman Firdaus. Binatang yang tidak berdosa, harus mati supaya kulitnya bisa dipakai untuk menutupi rasa malu Adam dan Hawa.

 

Dengan dosa yang dilakukan Adam dan Hawa, maka semua makhluk yang tadinya diciptakan Tuhan memiliki hidup yang kekal, dunia yang diciptakan kekal tidak mengenal kematian, sekarang tidak lagi bisa hidup kekal. Dosa sudah masuk ke dalam dunia ini. Dan bersama dengan dosa masuk pula apa? Kematian! Karena:

 

Roma 6:23

Upah dosa ialah maut…

 

Kematian telah masuk ke dalam dunia ini, dan kematian akan mengklaim setiap nyawa yang hidup.

Dan korban dosa yang pertama adalah binatang yang dibunuh untuk diambil kulitnya bagi pakaian Adam dan Hawa. Bukan Adam dan Hawa yang pertama menjadi mangsa kematian, tetapi binatang yang tidak berdosa itu.

 

 

Apa yang kita sadari dari peristiwa ini?

 

PADA SAAT ADAM DAN HAWA BERDOSA, YANG MATI ADALAH DOMBA ALLAH! Itulah sebabnya Domba Allah ini dikatakan, “telah disembelih sejak penciptaan dunia direncanakan.”

Wahyu 13:8

Dan semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis di dalam kitab kehidupan Sang Domba, yang telah disembelih dari fondasi dunia.

 

KJV memakai istilah “from the foundation of the world”, yang artinya pada saat fondasi dunia dibuat. Fondasi dunia itu apa? Sesungguhnya itu rencana Tuhan untuk membuat dunia. Jadi, ungkapan “from the foundation of the world”  itu terjemahannya sebenarnya ialah “sejak penciptaan dunia direncanakan”. Jadi dunia masih belum diciptakan pada waktu itu, masih dalam rencana akan diciptakan.

LAI di beberapa ayatnya (Matius 13:35, 25:34, Lukas 11:50, Ibrani 4:3, Wahyu 17:8, dll.) menerjemahkan ungkapan itu “sejak dunia dijadikan”, itu kurang tepat, karena yang dimaksud “from the foundation of the world” adalah SEBELUM DUNIA DIJADIKAN, SAAT PENCIPTAAN DUNIA MASIH DIRENCANAKAN.

 

Selain itu LAI membuat kesalahan terjemahan yang fatal untuk Wahyu 13:8. Coba kita lihat terjemahan LAI.

Dan semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih.


Bisa melihat perbedaan yang sangat besar dalam arti ayat ini? LAI bicara tentang
orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia dijadikan”.  Jadi ini bicara tentang “nama orang” yang tidak tertulis sejak dunia dijadikan.

Padahal naskah aslinya itu Sang Domba, yang telah disembelih dari fondasi dunia” jadi bukan nama-nama manusia.

 

Karena penerjemahan yang salah, maka pengertiannya bisa sangat melenceng. Karena itu kita harus selalu membandingkan ayat-ayat di LAI dengan KJV dan terjemahan-terjemahan yang lain. 

 

 

Binatang yang pertama dikurbankan untuk memulihkan kemuliaan dan kehormatan Adam dan Hawa, itu MELAMBANGKAN KRISTUS, yang sebelum dunia dijadikan, saat penciptaan dunia masih direncanakan. Kristus telah berjanji menjadi jaminan yang nanti akan memulihkan kemuliaan dan kehormatan semua manusia yang pernah hidup. Kristus sudah bersedia mati menggantikan manusia jika setelah diciptakan nanti manusia jatuh dalam dosa. Jadi ketika membuat rencana untuk menciptakan bumi ini, Allah sudah menyediakan jalan untuk menyelamatkan manusia jika nanti manusia jatuh dalam dosa.

  • Sebagaimana binatang yang dibunuh untuk Adam dan Hawa itu tidak berdosa, begitu pula Kristus tidak berdosa.
  • Sebagaimana binatang yang tidak berdosa itu harus mati gara-gara dosa yang dibuat Adam dan Hawa, demikian pula Kristus harus mati menanggung akibat dosa yang dibuat setiap manusia yang pernah hidup. 
  • Sebagaimana binatang itu harus mati supaya Adam dan Hawa boleh hidup, demikianlah Kristus harus mati supaya kita boleh hidup di dunia yang kekal kelak.

  

Mengapa? Mengapa Tuhan tidak membiarkan Adam dan Hawa mati saja? Apakah Tuhan tidak bisa menciptakan manusia yang lain lagi sebagai penggantinya? Kalau Tuhan mau, pasti bisa, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Tetapi Tuhan tidak membiarkan Adam dan Hawa mati. Tuhan tidak membiarkan kita mati. Inilah mengapa:

 

 

Yohanes 3:16

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya di dalam Dia tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

 

Ketika Tuhan Yesus hidup di dunia, Dia menggambarkan cinta Tuhan ini dengan suatu perumpamaan yang sangat menyentuh, yaitu cerita tentang kembalinya seorang anak yang hilang.

Kita tentunya sudah sangat mengenal cerita yang tertulis di Lukas 15:11-24

15:11       Dan Yesus berkata, ‘Ada seseorang mempunyai dua anak laki-laki.

15:12       Dan yang bungsu dari keduanya berkata kepada ayahnya, ‘Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta yang jatuh padaku.’ Dan ayahnya membagi-bagikan penghidupannya kepada mereka.

15:13       Dan tidak lama kemudian anak bungsu itu mengumpulkan semuanya, dan pergi ke negeri yang jauh, dan  di sana ia memboroskan hartanya dengan hidup berfoya-foya.

15:14       Dan ketika dia telah menghabiskan semuanya, timbullah bencana kelaparan besar di negeri itu dan ia pun mulai kekurangan.

15:15       Dan ia pergi dan bekerja pada seorang penduduk negeri itu. Dan orang itu menyuruhnya ke ladang untuk memberi makan babinya.

15:16       Dan ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikan kepadanya.

15:17       Dan ketika ia menyadari keadaannya, ia berkata, ‘Betapa banyaknya orang upahan bapaku punya makanan cukup bahkan berlebihan, dan aku di sini mati kelaparan.

15:18       Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan aku akan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa,

15:19       dan tidak layak lagi disebut anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.

15:20       Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya…

 

Kisah ini kita simpulkan dalam beberapa langkah singkat:   

  • Seorang anak bungsu minta bagian warisan selagi ayahnya masih hidup. Ini menurut tradisi ketimuran pada zaman itu adalah perbuatan yang sangat tidak pantas, dan yang melakukannya itu dianggap anak yang kurangajar dan memberontak kepada orangtuanya, yang bisa diberi hukuman dirajam.
  • Setelah memperoleh bagiannya, anak bungsu itu menjual semua warisannya. Padahal warisan itu adalah sesuatu yang mengandung nilai keluarga yang tinggi, dan biasanya disayangi dan diwariskan turun-temurun. Tapi si bungsu ini tidak menghargai nilai keluarga itu dan menjual semuanya. Dengan perbuatan itu sebenarnya dia menyatakan bahwa dia sudah tidak menghargai hak warisnya, sudah tidak menghargai keluarganya, atau memutuskan hubungan dengan keluarganya.  
  • Setelah hartanya habis, si bungsu ini terpuruk sampai makanan babi pun dia siap memakannya, tapi tidak ada yang memberinya.
  • Kondisinya itu membuat dia ingat rumahnya dan ayahnya, dan dia menyesal.
  • Dan dia pulang.

 INI ADALAH GAMBARAN DARI SETIAP MANUSIA YANG SELAMAT.


Semua manusia telah berbuat dosa, tidak ada yang tidak pernah berbuat dosa. Dan dosa apa pun yang dilakukan manusia itu, menyedihkan hati Tuhan karena dosa adalah pemberontakan terhadap Tuhan.

Tetapi Tuhan tidak melarang kita membuat pilihan. Karena berbuat dosa itu adalah pilihan. Pilihan kita sendiri. Tuhan memberi kita kebebasan untuk membuat pilihan. Tuhan akan berdebat (bergumul) dengan kita, Tuhan akan berusaha menyadarkan kita, tetapi jika pada akhirnya kita memilih untuk tetap berbuat dosa, Tuhan tidak akan menghalangi kita. Sebagaimana ayah si anak bungsu itu tentunya tadinya berusaha menasihatinya untuk tidak pergi, tetapi karena si bungsu bersikeras mau pergi, maka ayahnya memberi dia kebebasan untuk pergi. Tuhan mengizinkan kita berbuat dosa jika itu memang pilihan kita.

 

Maka kita hilang tenggelam dalam dosa-dosa kita. Untuk sementara waktu sebagaimana si bungsu itu  menikmati dosa-dosanya,  kita juga. Tetapi segala sesuatu itu ada akibatnya, ada harga yang harus dibayar. Setelah habis masa manisnya dosa, muncullah saat untuk membayar tagihannya. Setan sekarang datang menagih utang. Biasanya harga yang harus kita bayar itu mahal. Dengan kesehatan kita, dengan kegagalan kita, dengan keterpurukan kita, malah bisa juga dengan keselamatan kita, jika kita terlambat sadar.

 

Anak yang bungsu ini beruntung karena dia masih sempat sadar.  Kesadaran harus diikuti oleh langkah apa?

Penyesalan. Menyesali apa yang telah dilakukannya yang mengakibatkan dia berada di posisi di mana dia berada sekarang.

Penyesalan diikuti oleh apa? Pertobatan, tekad untuk tidak berbuat dosa lagi. Pulang kepada bapanya.

Pertobatan diikuti oleh apa? Permohonan pengampunan dosa dengan kerendahan hati. Tidak lagi menuntut haknya sebagai anak, tetapi memohon kemurahan bapanya, siap dijadikan orang upahan saja, asalkan dibolehkan berada di sana.

 

Ini yang namanya PULANG KE RUMAH BAPA.

Menyadari kesalahannya - menyesal – bertobat – minta ampun.

 

 

Dan bagaimana respon ayahnya?

 

15:20       … Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan, dan berlari, dan merangkulnya  dan mencium dia.

15:21       Dan  kata anak itu kepadanya, ‘Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan di pemandanganmu, dan tidak layak lagi disebut anak bapa.’

15:22       Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya, ‘Bawa kemari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya, dan kenakanlah cincin pada jarinya, dan sepatu pada kakinya.

15:23       Dan bawalah kemari anak lembu tambun itu, dan sembelihlah dia, dan marilah kita makan dan bersukacita.

15:24       Sebab ini, anakku telah mati dan hidup kembali, ia telah hilang dan ditemukan kembali.’ Dan mereka mulai bersukaria.

 

Sangat berbeda dengan respons kita, bila ada orang yang mengakui kesalahannya dan minta maaf kepada kita.

Biasanya kita langsung berkata sambil menggoyang-goyangkan telunjuk, “Makanya, dikasitahu tidak percaya!” Lalu diikuti serentetan khotbah panjang yang mematahkan semangat yang mendengarnya. Masih bagus kalau akhirnya dimaafkan dan diterima lagi, tidak seperti begini:  “Wah, tiada maaf bagimu! Sudah menyakiti hatiku kok enak sekarang cuma bilang minta maaf! Tidak sudi!”

 

Ternyata Tuhan yang Khalik alam semesta, Raja segala raja, yang Empunya seluruh jagad raya itu jauh lebih murah hati kepada manusia daripada kita, makhluk ciptaan yang sama-sama orang berdosanya.

Yesus menggambarkan respons si ayah itu dengan begitu menyentuh.

Ketika si anak bungsu itu masih jauh, ayahnya sudah melihatnya. Berarti si ayah ini memang setiap hari menunggu kepulangan anak bungsunya ini. Setiap hari si ayah memandang ke kejauhan, berharap semoga hari ini anaknya pulang. Itulah Bapa kita yang di Surga. Setiap menit, setiap jam, setiap hari mengharapkan anakNya yang hilang, pulang.

Dan begitu melihatnya, apa yang dilakukan si ayah? Ya sudah, nanti disambut kalau dia sudah sampai di depan pintu saja, toh dia sedang berjalan kemari, begitu? Tidak! Si ayah ini berlari untuk mendapatkan anaknya, dan merangkulnya, dan menciumnya.

Kita mungkin mengira, oh, ini menyatakan bahwa si ayah itu tidak sabar bertemu kembali dengan anaknya. Betul, si ayah memang sudah tidak sabar bertemu dengan anaknya lagi, tetapi ada alasan yang lebih mengerikan daripada itu.

 

Mari kita baca di Ulangan 21:18-21

21:18       Apabila seseorang mempunyai anak laki-laki yang keras kepala dan membangkang, yang tidak mau mematuhi perkataan ayahnya, dan perkataan ibunya, dan bahwa walaupun mereka telah menghajar dia, tidak mau  mendengarkan mereka,

21:19       maka haruslah ayahnya dan ibunya mencekalnya dan membawa dia keluar kepada para tua-tua kotanya dan ke pintu gerbang tempat kediamannya,

21:20       dan mereka harus berkata kepada para tua-tua kotanya: Anak kami ini keras kepala dan membangkang, ia tidak mau mematuhi perkataan kami, ia seorang yang rakus dan pemabuk.

21:21       Dan semua orang dari kotanya harus melempari dia dengan batu, sehingga ia mati. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu; dan seluruh orang Israel akan mendengar dan menjadi takut.

 

Jadi, menurut hukum Taurat, anak yang keras kepala, membangkang, tidak menurut orangtuanya, itu hukumannya dilempari batu sampai mati!

Anak-anak zaman sekarang ini sangat beruntung. Berani melawan orangtua tidak diapa-apakan, memaki, memukul, malah ada yang sampai membunuh orangtuanya. Sedangkan orangtua terkadang mereka yang takut kepada anak mereka, tidak berani membuka mulut walaupun tidak diperhatikan oleh anak-anak mereka.

Tapi untuk umat Tuhan, bangsa pilihan Tuhan, Tuhan menerapkan peraturan yang keras! Karena anak yang melawan orangtua, itu melanggar Hukum Tuhan, Perintah yang ke-5, jadi anak itu bukan saja melawan orangtuanya, tetapi berarti dia juga melawan Tuhan! Dan melawan Tuhan, bagi bangsa pilihan Tuhan, hukumannya adalah mati.

Kalau sekarang itu pasti diprotes gerakan HAM.

 

Mengapa Tuhan membuat peraturan yang sedemikian kerasnya?

Karena bangsa pilihan Tuhan itu harus istimewa! Harus berbeda dari bangsa-bangsa yang lain, yang tidak mengenal Tuhan. Mereka harus menjadi teladan bagi bangsa-bangsa yang lain. Mereka adalah umat Allah sendiri, kalau mereka bobrok kan memalukan Tuhan. Jadi, anak yang melawan orangtua, itu hukumannya dilempari batu sampai mati!

 

Apa anak yang bungsu ini masuk kategori anak keras kepala yang membangkang dan tidak menurut orangtuanya? Iya! Bukan saja dia melawan orangtua, dia berani melanggar perintah Tuhan juga! Berarti anak ini patut dilempari batu sampai mati.

Itulah sebabnya ketika melihatnya masih jauh ayahnya sudah berlari keluar untuk memeluknya. Supaya jika ada yang melemparinya dengan batu, ayahnya yang melindunginya. Ayahnya yang pasang badan untuknya. Batu-batu yang akan dilemparkan akan mengenai ayahnya dulu. Dengan demikian ayahnya berharap si anak bungsu bisa diselamatkan dari kematian.

Dengan demikian, Yesus menyampaikan betapa besarnya kasih Allah kepada kita. Walaupun kita sudah berdosa, sudah menyakiti hati Allah, sudah meninggalkan Allah, tapi bila kita pulang, Allah akan menerima kita dan melindungi kita dengan kasih karuniaNya.

 

Ayahnya tidak memarahi anak bungsu itu. Tidak berkata, “Ngapain kamu pulang? Sudah habis jadi kere baru inget pulang heh?”

Tidak. Begitu anaknya mengakui dosanya, ayahnya sudah tidak menyinggung soal dosa anak itu lagi.

Lihat apa yang ditulis nabi Mikha.

 

Mikha 7:18-19

Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang tidak mengingat pelanggaran dari umat-Nya yang sisa? Dia tidak selamanya mempertahankan  murka-Nya karena Dia menyukai belas kasihan. Dia akan berbalik, Dia akan kembali menyayangi kita, Dia akan melampaui kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut.

 

Sekali lagi Yesus memberikan jaminan kepada anak-anak yang “pulang”, bahwa Allah Bapa yang telah mengampuni dosa-dosa mereka, tidak akan mengungkit-ungkitnya lagi, dan semua dosa kita itu dibuang ke tubir-tubir laut.

Itulah mengapa begitu si anak bungsu itu mengakui bahwa dia telah berdosa terhadap Surga dan terhadap ayahnya, ayahnya cepat-cepat menyuruh hamba-hambanya untuk membawakan jubah, cincin, sepatu, dan menyembelih lembu untuk merayakan kembalinya anaknya yang hilang. Ayahnya segera memulihkan status anak yang hilang ini, kembali menjadi anaknya, dengan kata lain, ayahnya memulihkan kemuliaan dan kehormatan anaknya itu.

Itulah Allah Bapa kita.  Kita yang telah hilang tenggelam dalam dosa, jika kita menyesal dan kita pulang, dan mengakui dosa-dosa kita, maka Bapa kita yang di Surga akan mengampuni dan memulihkan kemuliaan dan kehormatan kita.

Kita tidak lagi telanjang bugil, tanpa kemuliaan, tanpa kehormatan, tetapi oleh kasih karunia Allah, kita dipulihkan.

Dosa-dosa kita diampuni. Kita mendapat jubah Kristus, kita dibenarkan oleh kebenaran Kristus.

 

Mazmur 103 adalah mazmur yang sangat indah.

103:8       TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia.

103:9       Dia tidak akan selalu menuduh, dan tidak  selamanya Dia akan mendendam.

103:10     Dia tidak memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita,

103:11     karena setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya bagi orang-orang yang takut akan Dia;

103:12     sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya pelanggaran-pelanggaran kita dari kita.

103:13     Seperti seorang bapa yang sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.

103:14     Sebab Dia sendiri tahu kita terbuat dari apa, Dia ingat, bahwa kita ini debu.

103:15     Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga;

103:16     apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengingatnya lagi.

103:17     Tetapi kasih setia TUHAN dari selama-lamanya sampai selama-lamanya ada bersama orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilan-Nya bagi anak cucu mereka,

103:18     dan bagi orang-orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan yang ingat untuk melakukan perintah-perintah-Nya.

 

 

Bukankah sekarang sudah waktunya kita “pulang”?  Meninggalkan dosa-dosa dan pelanggaran-pelanggaran kita, mengangkat kaki kita dan berjalan pulang ke Bapa kita yang mahamurah?

 

Dosa itu tidak harus membunuh orang, tidak harus menipu uang orang, tidak harus berzinah, tidak harus mabuk-mabukan atau menggunakan narkoba, tidak harus menjalani kehidupan gay/lesbian, tidak harus mengabaikan hari Sabat, tidak harus lalai mengembalikan persepuluhan, menelantarkan orangtua, tidak akur dengan saudara.  Dosa itu bisa dalam bentuk-bentuk yang tidak terlalu tampak seperti misalnya, makan daging yang diharamkan Tuhan, merokok, berbohong, dan urusan sehari-hari yang sepertinya sepele. Tetapi semua pelanggaran hukum Tuhan itu namanya dosa. Bagi Tuhan tidak ada dosa yang kecil atau dosa yang besar. Asal melanggar peraturan dan hukum Tuhan, itu namanya dosa.

 

Lihat di 1 Yohanes 3:4:

Siapa yang berbuat dosa, juga melanggar hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah.

 

Di mata Tuhan:

Membunuh orang tidak lebih berdosa daripada berbohong.

Berzinah tidak lebih berdosa daripada makan daging haram.

 

Dan hukuman dosa itu cuma satu.

Roma 6:23

Upah dosa ialah maut...

 

Maut. Mati kekal. Mati kekal itu cuma satu, tidak ada mati kekal full, atau mati kekal ½ atau mati kekal ¼. Jadi hukuman dosa itu sama.

Mengapa kita mau dihukum?

Tidakkah lebih baik kita pulang ke Bapa kita yang maha pengampun?

 

Bapa kita yang di Surga menantikan kepulangan kita, supaya Dia boleh mengampuni dosa-dosa kita dan tidak mengingatnya lagi, supaya Dia boleh mengembalikan kemuliaan dan kehormatan kita sebagai anakNya. Supaya kita tidak tetap dalam ketelanjangan kita, supaya kita tidak tinggal terus dalam perasaan malu kita.

Suatu renungan bagi kita semua.

 

 

 

 

15 08 15