Kamis, 08 September 2016

114. MATA GANTI MATA

114. MATA GANTI MATA

APAKAH TUHAN MENGAJARKAN BALAS DENDAM?

_______________________________________________

   

Beberapa waktu yang lalu muncul posting mengenai Hukum mata ganti mata, disertai  komentar M. Gandhi bahwa jika Hukum itu dijalankan, maka seluruh dunia akan buta. Yang menyedihkan adalah posting itu dibuat oleh seorang “Katolik”, yang mengesankan bahwa dia sependapat dengan komentar Mahatma Gandhi.

Bisa dimaklumi jika Mahatma Gandhi membuat komentar tersebut, karena M. Gandhi bukan orang Kristen jadi bolehlah dia tidak menghormati Tuhan Alkitab dan menganggap dirinya lebih baik atau lebih bijaksana daripada Yang Mahakuasa yang membuat perintah tersebut. Tetapi bagi seorang Katolik/Nasrani untuk berbagi pendapat yang sama itu, menandakan bahwa dia juga tidak respek kepada Tuhannya.

 

Nah, supaya teman-teman yang Kristen tidak mengadop paham yang sama, marilah kita bahas sedikit tentang ayat ini.

 

Ada beberapa ayat mengenai topik “mata ganti mata” dan sejenisnya ini, yaitu di:

Keluaran  21:24

mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki,

 

Imamat  24:20

kerusakan ganti kerusakan, mata ganti mata, gigi ganti gigi; seperti cacat yang diakibatkannya pada orang lain, begitulah harus dibuat kepadanya lagi.

 

Ulangan  19:21

Dan janganlah matamu iba, tetapi  nyawa harus ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki

 

 

Ayat-ayat ini sering membuat banyak orang Kristen yang kurang rajin mempelajari Alkitab, menganggap DI ZAMAN PERJANJIAN LAMA, TUHAN ITU KEJAM, DAN MENGAJARKAN BALAS DENDAM.  Kalau ada yang nyolok mata kita, kita boleh nyolok mata orang itu sebagai balasan.

Sebaliknya, di zaman Perjanjian Baru, Yesus mengajarkan pengampunan dan kasih sayang, seperti di:

Matius  5:39

Tetapi Aku berkata kepadamu, janganlah melawan orang yang jahat. Tetapi siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga yang lainnya kepadanya

 

Matius 18:21-22.

21 Kemudian datanglah Petrus kepadaNya, dan berkata, ‘Tuhan, seberapa seringkah saudaraku yang berbuat dosa terhadap aku, dan aku mengampuni dia? Sampai tujuh kalikah?’ 22  Yesus berkata kepadanya, ‘Aku tidak berkata kepadamu sampai tujuh kali.  Sampai tujuh puluh kali tujuh.

 

Padahal Tuhannya sama, yang memberi peraturan mata ganti mata dan yang mengatakan berilah pipi kirimu juga itu Tuhan yang sama.

 

Pertanyaan:

Ø    Apakah Tuhan berubah?

Di Perjanjian Lama Tuhan itu kejam dan di Perjanjian Baru Tuhan berubah menjadi kasih sayang? Mengapa Tuhan berubah? Apakah Tuhan itu bisa berubah-ubah karakternya? Jika Tuhan itu sempurna dari kekal hingga kekal, mana bisa berubah?

Ø    Apakah Tuhan Perjanjian Lama dan Tuhan Perjanjian Baru itu Sosok yang beda?

Siapakah Tuhan yang mengajarkan mata ganti mata, nyawa ganti nyawa di Perjanjian Lama?

Ø    Apakah Tuhan menyadari Hukum-hukum yang diberikanNya di Perjanjian Lama itu salah, sehingga Yesus datang untuk merevisi Hukum-hukum itu?

Berarti Tuhan sendiri tidak sempurna sehingga produk yang dihasilkanNya (hukum) itu juga tidak sempurna dan harus diperbaiki?

Ø    Atau manusianya yang salah paham?

 

 

Pertama-tama harus dimengerti bahwa ketika Tuhan menurunkan Hukum itu kepada Musa untuk disampaikan kepada bangsa Israel, Israel ada di bawah pemerintahan theokratis, artinya langsung di bawah pimpinan Tuhan. Musa dan Harun yang menjadi juru bicara Tuhan. Bila ada masalah antara sesama bangsa Israel, maka Musa dan Harun yang memutuskan. Jadi siapa yang menentukan apakah orang yang bersalah itu harus mengganti kerugian seberapa? Musa dan Harun.  Berdasarkan apa? Berdasarkan pedoman yang diberikan Tuhan ini. Setelah Harun dan Musa meninggal, kepemimpinannya diteruskan oleh Yoshua dan secara suksesif oleh hakim-hakim yang lain. Itulah sebabnya zaman itu disebut zaman Hakim-Hakim, karena hakim-hakim lah yang memerintah, belum ada raja.

 

Jadi peraturan “mata ganti mata, gigi ganti gigi” dan sejenisnya ini diberikan kepada siapa? Kepada hakim-hakim yang harus memutuskan perkara. Supaya hakim-hakim ini tidak seenaknya menentukan retribusi, supaya hakim-hakim ini selalu adil. Kalau kerusakannya hanya “gigi” janganlah hakim-hakim itu menyuruh tergugat mengganti dengan “mata”.

Jadi itu BUKAN peraturan yang diberikan kepada bangsa ISRAEL AWAM untuk menjadi hakim sendiri! Tidak boleh. Perkara apa pun, harus mereka bawa kepada Hakim yang berkuasa di zaman itu untuk diputuskan oleh Hakimnya.

Istilah “mata ganti mata dan gigi ganti gigi” itu istilah saja, tidak berbicara tentang mata sungguh dan gigi sungguh. Itu adalah suatu perbandingan, bahwa kerusakan/kerugian senilai “mata” ya harus diganti dengan retribusi senilai “mata” bukan retribusi senilai “gigi”, dan sebaliknya. Jelas tidak berbicara tentang mata literal dan gigi literal, tetapi yang dijadikan patokan adalah NILAI KERUSAKAN/KERUGIAN ITU.

 

Jadi Tuhan menghendaki keadilan yang benar-benar adil, baik bagi yang dirugikan, maupun bagi yang harus membayar retribusinya. Pada zaman Musa dan Harun, semua bangsa Israel mengerti tentang konsep retribusi yang adil ini. Tidak ada yang mempermasalahkan. Di kitab-kitab Perjanjian Lama tidak ada kasus di mana peraturan mata ganti mata ini diterapkan secara literal oleh warga. Yang ada ialah, bila bangsa Israel berbuat yang merugikan sesamanya, Hakim yang sedang berkuasa yang menentukan hukumannya.

Tetapi bertambah tua dunia ini, manusia lebih cenderung kepada hal-hal yang negatif.

Karena kecenderungan inilah, pada waktu manusia menemukan perintah Tuhan “mata ganti mata” ini dan sejenisnya, yang muncul di benak manusia (termasuk M. Gandhi dan teman Katolik yang memposting tulisan tersebut) adalah pemahaman yang negatif: Oh, berarti Tuhan sudah memberi izin kita balas dendam! Kalau ada yang menyolok mata kita, kita berhak menyolok mata orang itu kembali sebagai balasannya. Jadi manusia sudah salah paham. Itu adalah pedoman yang diberikan Tuhan kepada Hakim-hakim yang harus memutuskan perkara rakyat dan menakar retribusi yang sesuai.

 

 

 

“Mata ganti mata (dan sejenisnya)”

ini sebenarnya adalah pedoman retribusinya.

 

Hukumnya sendiri adalah

“Jangan melukai mata (atau apa pun) milik orang lain,

sebab kamu harus membayar yang setimpal.”

 

 

 

TUHAN MEMBERIKAN HUKUM ITU SEBAGAI RAMBU-RAMBU supaya manusia tahu apa resikonya jika dia melanggar.

 

Marilah kita perhatikan peraturan sejenis yang diberikan Tuhan:

Keluaran 21:28-29

28 Apabila seekor sapi jantan menanduk seorang laki-laki atau perempuan, sehingga mati, maka sapi jantan itu harus dilempari batu sampai mati, dan dagingnya tidak boleh dimakan, tetapi pemilik lembu itu bebas dari hukuman. 29 Tetapi jika sapi jantan itu sudah biasa menyeruduk dengan tanduknya di masa lampau, dan pemiliknya telah diperingatkan, dan dia tidak mengandangnya di dalam, melainkan sapi jantan itu membunuh seorang laki-laki atau perempuan, maka sapi jantan itu harus dilempari batu, dan pemiliknya juga harus dihukum mati.

 

Di sini lebih jelas, bahwa peraturan yang diberikan Tuhan ini adalah untuk mencegah manusia bersikap tidak acuh. Kalau sudah tahu sapinya suka menyeruduk, tapi dia tidak berbuat apa-apa untuk mengamankan sapi itu, maka dia dihukum mati karena sapinya telah menyebabkan kematian orang lain.

Tetapi simak, apakah keluarga korban boleh membalas dendam sendiri dengan menyuruh sapi mereka ganti menyeruduk pemilik sapi yang telah mengakibatkan kematian kerabatnya? Tidak! Padahal kalau mengikuti peraturan “mata ganti mata” secara literal, seharusnya keluarga korban boleh menyuruh sapinya untuk menanduk mati si pemilik sapi yang telah menanduk kerabatnya.

Jadi walaupun ada peraturan “mata ganti mata”  tapi ini tidak memberi izin bagi keluarga korban yang mati ditanduk sapi jantan untuk melakukan yang sama kepada pemilik sapi jantan itu.

Peraturan “mata ganti mata” itu hanya menempatkan seorang pemilik sapi sebagai penanggung jawab perbuatan sapi-sapinya, karena itu dia harus menjaga bagaimana supaya sapi-sapinya tidak mencelakai orang lain.

Jadi hukum itu tidak diberikan Tuhan sebagai  pembenaran/justifikasi untuk balas dendam pribadi, melainkan sebagai  peringatan dari Tuhan supaya kita tidak mencelakakan orang lain, karena jika kita berbuat begitu, sanksinya kita harus membayar yang sama. Inti pesanNya adalah:

 

JANGAN MENCEDERAI

(mata/tangan/kaki/gigi/nyawa) orang lain

karena kalau kamu mencelakakan orang lain,

kamu harus mengganti dengan nilai yang sama.

 

 

Jadi sebetulnya Hukum ini sama dengan yang ditulis di:

Matius  7:12

Oleh sebab itu, apa pun yang kamu mau orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka; karena Inilah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.

Ini adalah kata-kata Yesus sendiri. Simak, Yesus mengacu kepada seluruh kitab Hukum (yaitu kelima kitab tulisan Musa: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan), dan kitab-kitab tulisan nabi-nabi ~ berarti semua kitab Perjanjian Lama.

 

Kalau dulu, Hakim-hakim yang memutuskan perkara retribusi atau ganti rugi ini, tetapi di zaman Yesus, Yesus meletakkan TANGGUNG JAWAB ITU DI ATAS BAHU MASING-MASING PENGIKUTNYA. Yesus menyuruh kita menjadi hakim atas diri kita sendiri ~ ini BUKAN MENGHAKIMI ORANG LAIN, tetapi KITA MENGHAKIMI DIRI KITA SENDIRI, kita harus introspeksi apakah perbuatan kita itu sudah benar, tidak merugikan orang lain, tidak mencelakakan orang lain, apakah perbuatan kita itu sudah sama seperti yang kita inginkan orang lain berbuat kepada kita. Jika kita sampai merugikan orang lain, atas kesadaran kita sendiri kita harus menggantinya.

 

Mengapa ada pergeseran tanggung jawab? Karena di zaman Yesus umat Allah (orang Yahudi) sudah tidak di bawah pemerintahan theokratis lagi. Sudah tidak ada lagi Hakim-hakim yang menjadi juru bicara Allah. Israel sudah menjadi jajahan Roma. Yang memutuskan perkara bukan lagi hakim-hakim Israel, melainkan pejabat-pejabat Roma berdasarkan Hukum-hukum Roma, yang tentu saja tidak semuanya selaras dengan Hukum Tuhan.

Karena itu setiap pengikut Kristus hingga akhir zaman mempunyai tanggung jawab sendiri untuk menilai perbuatannya sendiri, berpedoman pada perintah Yesus agar kita berbuat yang sama kepada orang lain sebagaimana kita ingin orang lain berbuat yang sama kepada kita.

Apakah ini masih konsep “mata ganti mata dan gigi ganti gigi”?  Masih sama. Cuma sekarang bukan lagi Hakim-hakim yang menentukan retribusinya, tetapi kita sendiri.

 

Jadi  Hukum yang diajarkan Yesus:  “apa pun yang kamu mau orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka” bukan Hukum yang baru! Yesus sendiri berkata bahwa itu adalah Hukum Taurat tulisan Musa dan tulisan nabi-nabi yang lain, hanya manusia saja yang salah mengerti.

 

Jadi  pada dasarnya Hukum  “mata ganti mata” ini dan sejenisnya, DIBERIKAN SEBAGAI RAMBU-RAMBU supaya jangan dilanggar, BUKAN SEBAGAI IZIN UNTUK BOLEH BALAS DENDAM.  Jika kita tahu, bahwa kalau kita merugikan orang lain, kita harus menanggung kerugian yang sama, maka itu akan membuat kita berpikir berulang-ulang sebelum kita merugikan orang lain. Jadi Tuhan memberikan perintahNya dalam bentuk sanksi. SANKSI ITU DIBERIKAN UNTUK MENCEGAH MANUSIA MERUGIKAN ORANG LAIN.

 

 

Dan inilah alasannya mengapa tidak ada perubahan Hukum Tuhan. Yesus tidak datang untuk mengubah Hukum:

1.    “Karena Allah itu satu” (1 Timotius 2:5).

Jadi tidak ada Dua jenis Allah, tidak ada Allah yang jahat yang mengajar manusia untuk balas dendam (kalau matamu dicolok kamu boleh mencolok mata orang itu), dan Allah yang baik yang mengajarkan kalau kamu ditampar pipi kanan, berikan pipi kirimu). Allah itu satu. Allah yang memberikan Hukum “mata ganti mata” adalah Allah yang sama yang berkata “berikan juga pipi kirimu.” Allah yang sama tidak akan memberikan dua Hukum yang bertolak belakang. Maka dengan begitu Hukum “mata ganti mata” tujuannya harus sama dengan Hukum “berikan pipi kirimu”, yaitu intinya Engkau harus mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (Matius 22:39). Jika kita menganggap ada Hukum Allah yang bertolak belakang, maka pemahaman kita yang salah.

 

2.    Tuhan tidak plin-plan, hari ini berkata orang boleh balas dendam, besok berkata orang harus mengampuni.

SEMUA HUKUM YANG DICIPTAKAN TUHAN TIDAK BERUBAH.

1 Petrus 1:25

tetapi Firman Tuhan tetap untuk selamanya. Dan Inilah Firman yang disampaikan kepada kamu melalui Injil.

 

 Pengkhotbah 3:14-15

14 Aku tahu bahwa apa pun yang dilakukan Allah itu akan tetap untuk selamanya; tidak ada yang bisa ditambahkan padanya, maupun ada yang diambil darinya; dan Allah berbuat itu supaya manusia takut akan Dia. 15 Yang sekarang ada sudah pernah ada, dan yang akan ada sudah ada; dan Allah memanggil dari yang lampau.

 

Mazmur 148:6

Dia juga telah menetapkan mereka (benda-benda langit) untuk selama-nya; Dia telah membuat sebuah perintah yang tidak akan berlalu.

 

Karena Tuhan sendiri tidak pernah berubah!

 

Ibrani 13:8

Yesus Kristus tetap sama, kemarin dan hari ini, dan selama-lamanya.

 

Yakobus 1:17

Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; yang pada-Nya tidak ada perubahan maupun bayangan dari  pertukaran.

 

 

Yang membuat Hukum “mata ganti mata” itu Tuhan sendiri, dan dalam hal ini adalah Yesus.

Kolose 1:16 

Karena oleh Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di Sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, apakah itu singgasana atau daerah kekuasaan, atau pemerintah, atau kekuasaan; segala sesuatu diciptakan melalui Dia dan untuk Dia.

  

Yang membuat Hukum “mata ganti mata” itu Tuhan sendiri, dan dalam hal ini adalah Yesus.

Masa Yesus mengkontradiksi dirinya sendiri setelah 2000 tahun?

Kalau manusia bikin peraturan, bisa-bisa dua tahun kemudian dia berubah pikiran dan mengganti peraturan itu. Tetapi Tuhan tidak! Kenapa?

 

v   Karena semua yang diciptakan oleh Tuhan itu sudah sempurna!

Hukum YANG DIBUAT OLEH TUHAN SUDAH PASTI BENAR, karena Tuhan adalah kebenaran itu sendiri.

Roma 7:12

Jadi Hukum (Taurat) itu kudus, dan Perintah itu juga kudus, benar dan baik.

 

TIDAK ADA HUKUM DAN PERINTAH YANG SALAH! Semuanya  “kudus, benar dan baik”.

Berarti, kalau ada Hukum yang kita anggap tidak baik (menyuruh orang balas dendam mata ganti mata itu kan tidak baik toh?) itu bukan Hukumnya yang salah, tapi pemahaman kita yang salah!

Jika kita beranggapan bahwa Yesus datang untuk mengubah Hukum balas dendam yang lama (hukum yang tidak baik) dengan Hukum kasih sayang (hukum yang baik), itu pendapat kita yang salah.

 

Yesus sendiri berkata demikian:

Matius 5:17-18

17 Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan kitab Hukum atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. 18 Karena sesungguhnya Aku berkata kepadamu: ‘Sampai lenyap langit dan bumi  satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari Taurat, sampai semuanya digenapi.

 

Apakah ayat ini kurang jelas? “Sampai lenyap langit dan bumi” ~ kapan langit dan bumi ini akan lenyap? Baru nanti pada saat kiamat! Jadi sampai semuanya digenapi” (= sampai langit dan bumi ini lenyap) satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari Taurat” Jadi, Yesus tidak mengubah Hukum mana pun. Dia hanya datang “untuk menggenapinya”.

 

Apa maksud Yesus dengan  kata “menggenapi” di Matius 5:17 di atas?

Ingat janji Tuhan kepada Adam dan Hawa di Kejadian 3:15 akan datangnya seorang Mesias/Juruselamat yang menebus manusia dari hukuman dosa mereka? Sejak itu semua nabi menulis tentang janji tersebut. Dan sekarang, Yesus sudah hadir di antara manusia, mengemban tugas untuk menggenapi janji Tuhan tersebut dengan mati di salib sebagai ganti manusia berdosa.

Jadi, yang digenapi oleh Yesus adalah janji penebusan yang juga tercantum di dalam kitab Taurat.

Yesus tidak menghapus/merevisi Hukum, karena dari awal Hukum itu juga Dia sendiri yang membuat, jadi tidak mungkin Yesus mengkontradiksi diriNya sendiri.

 

v   Tuhan Perjanjian Lama adalah Tuhan Perjanjian Baru juga, Tuhan yang satu dan sama! 

1 Yohanes 2:7

Saudara-saudara, aku tidak menulis perintah baru kepada kamu, melainkan perintah lama yang telah ada padamu dari permulaan. Perintah lama itu ialah Firman yang telah kamu dengar dari awal.

 

Di sini kan jelas dikatakan bahwa semua yang kita anggap perintah baru, sebenarnya adalah perintah lama yang telah ada dari mula, cuma sekarang diberi pemahaman yang baru. Tuhan tidak menghendaki penurutan yang hanya lahiriah (mengikuti ritual-ritual, upacara-upacara, dll.) tetapi Tuhan menghendaki penurutan yang tulus dari hati.

 

Karena itu jika kita menganggap Perjanjian Lama itu sudah kuno, sudah tidak berlaku, sudah digantikan Perjanjian Baru, itu adalah pemahaman yang salah. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah dua saksi Allah yang bekerja bersama-sama.

Yang memimpin dan mengilhami para nabi menulis Perjanjian Lama adalah Roh Kudus.

Yang memimpin dan mengilhami para rasul menulis Perjanjian Baru adalah Roh Kudus juga, jadi sumbernya sama.

Jangan lupa, pada zaman Yesus dan para rasul, Alkitab yang mereka baca adalah Perjanjian Lama, karena Perjanjian Baru belum ada, dan baru tersusun sekitar 300 tahun kemudian. Jadi kalau Yesus dan murid-muridNya saja mempelajari Perjanjian Lama, apalagi kita!

 

 

2 Timotius  3:16

Segala tulisan Kitab Suci itu diberikan oleh ilham dari Allah, dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran

 

Di sini Paulus berkata “Segala tulisan Kitab Suci itu diberikan oleh ilham dari Allah”, dia TIDAK berkata: “Segala tulisan Kitab Suci itu diberikan oleh ilham dari Allah pada zaman Yesus dan rasul-rasulNya”. Jadi “segala” di sini ya meliputi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

 

Hukum mana yang ada di Perjanjian Lama yang berakhir di salib dan tidak lagi dilakukan oleh orang Kristen Perjanjian Baru?

Hanya semua Hukum yang berhubungan dengan upacara kurban yang merupakan bayangan/simbol dari penebusan Kristus. Itu yang berakhir karena Domba Allah yang sejati, sudah mengorbankan DiriNya di salib untuk menebus manusia. Pada waktu Yesus mati, tirai Bait Allah robek menjadi dua, menandakan berakhir sudahlah peranan Bait Allah sebagai tempat mempersembahkan kurban bagi dosa manusia. Setelah itu, sudah tidak perlu lagi manusia menyembelih domba kalau dia berbuat dosa, karena Domba Allah yang asli sudah menggenapinya dengan mati di salib satu kali untuk seluruh umat manusia.

Semoga pembahasan ini bisa membuat kita punya perspektif yang lebih jelas mengenai Hukum-hukum Tuhan di Perjanjian Lama.

Jangan sekali-sekali kita sok menghakimi Tuhan, menilai Tuhan di Perjanjian Lama itu kejam atau apa. Sebagai orang Kristen kita harus tahu bahwa Tuhan tidak pernah salah, baik di Perjanjian Lama maupun di Perjanjian Baru. Hukum Tuhan juga tidak ada yang salah sehingga harus direvisi. Jika kita menghakimi Tuhan, berarti kita menempatkan diri kita di atas Tuhan, dan itu sama dengan menghujat Tuhan. Jangan. Kita ini cuma debu. Tuhan adalah Khalik Semesta Alam.

 

Tuhan memberkati.

Amin.

 

 

 

 

 

 

2013-03-28