Minggu, 24 Oktober 2021

211. PEMAHAMAN GALATIA 3:19

 211PEMAHAMAN GALATIA 3:19 

________________________________________________________________________________________________________


Galatia 3:19

Kalau demikian, untuk apa hukum itu? Itu ditambahkan oleh karena pelanggaran-pelanggaran, sampai datang Benih kepada siapa janji itu dibuat;  dan itu disampaikan oleh malaikat-malaikat di tangan seorang pengantara.

 

Wherefore then serveth the law? It was added because of transgressions, till the Seed should come to whom the promise was made; and it was ordained by angels in the hand of a mediator. (KJV)

 

 

Banyak orang Kristen memakai ayat Galatia 3:19 ini sebagai alasan untuk tidak tunduk pada Hukum Allah karena mereka berkata, hukum itu ditambahkansampai datang Benih kepada siapa janji itu dibuat…” berarti ketika Benih itu (Kristus) datang, hukum itu tidak berlaku lagi. Kan begitu kata ayat ini?

Betul.

Masalahnya, hukum yang mana yang dimaksud di sini?

 

 

 “Hukum” itu ada dua kelompok besar:

1.   Hukum Allah yang kekal, yang sudah ada dari awal.

Hukum ini adalah landasan takhta Allah,

Mazmur 89:14 

Keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Mu, kasih dan kesetiaan berjalan di depan-Mu.

 

2.   Hukum Allah yang ditambahkan setelah Adam berdosa.

Ini yang disebut di ayat Galatia 3:19 di atas. Hukum ini baru ada setelah manusia (Adam) berbuat dosa. Dan hukum ini hanya  “sampai datang Benih kepada siapa janji itu dibuat”, berarti setelah salib, Hukum ini sudah selesai, sudah digenapi.

 

Jadi jangan membuang semua Hukum! Kita lihat dengan lebih teliti di sini.

 

 

 

1. HUKUM ALLAH YANG KEKAL

Hukum Allah yang kekal itu TIDAK BERKAITAN DENGAN PEKERJAAN PENEBUSAN KRISTUS. Itu sudah diberikan Allah kepada Adam sebelum Adam berdosa.

Hukum Allah yang kekal itu sebenarnya garis besarnya hanya ada dua (Matius.22:37-38, Markus 12:33, Lukas 10:27):

1.   Mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi/pengertian dan kekuatan kita.

2.   Mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri.

Itu Hukum yang diberikan Allah kepada Adam dan Hawa.

 

2000 tahun kemudian kepada Musa, Allah memberikan perinciannya yang tertulis, bagaimana manusia harus mengasihi Allah dan bagaimana manusia harus mengasihi sesama manusia sesuai Hukum Allah.

Mengapa? Supaya ada keseragaman pengertian, jangan sampai setiap manusia berbuat menurut kehendaknya sendiri menurut pemahamannya sendiri. Karena Hukum itu datangnya dari Allah, maka cara mengikutinya pun harus sesuai kehendak Allah.

 

Apakah berarti Hukum Allah ini baru diciptakan di zaman Musa? Tidak!

 

Hukum Allah ini sudah diberikan kepada Adam dan Hawa, tetapi tidak dalam bentuk tertulis. Adam yang diciptakan menurut rupa Allah itu punya ingatan yang luar biasa. Dia tidak usah melihat catatan.

Buktinya apa bahwa Adam sudah mengenal Hukum Allah?

Kain, anak sulung Adam, tahu bahwa  perbuatannya membunuh Habel itu dosa.

Bahkan Allah sudah mengingatkan Kain sebelum dia membunuh adiknya, “Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu…” (Kejadian 4:7). Andai Kain tidak mengerti apa itu “dosa”, tentunya dia tidak paham Allah bicara apa.

Jadi Hukum Allah sudah diketahui oleh Adam dan keturunannya. Hanya saja waktu itu tidak tertulis, dan tidak ada namanya yang khusus.

 

Tetapi setelah lewat sekitar 2000 tahun, dan keturunan-keturunan Adam sudah merosot kondisinya, baik fisik maupun rohaninya, termasuk ingatannya, apalagi setelah mereka menjadi budak di Mesir beberapa generasi yang membuat mereka sudah lupa tentang Hukum Allah, maka Allah menganggapnya perlu untuk menuliskan HukumNya. Karena itu, di gunung Sinai Allah memberi Musa kedua loh batu yang sudah ditulisNya Sendiri. Dan Musa disuruh menyimpannya di dalam Tabut Perjanjian. Dan cerita itu tentu saja kita sudah tahu.  

Hukum itu disebut Hukum Moral, yang kemudian dalam bentuk tertulisnya kita kenal sebagai  10 Perintah Allah, the Ten Commandments.

Karena pentingnya, Hukum itu sungguh ditulis jari Allah sendiri loh! Jadi satu-satunya dokumen yang ditulis Allah sendiri adalah Kesepuluh Perintah Allah, the Ten Commandments. Bayangkan sakralnya! Itu sama dengan Allah menyatakan bahwa dokumen itu orisinal, tidak palsu, benar-benar sah, karena Dia sendiri, Allah Pencipta semesta alam  yang menulisnya.

 

 

Keluaran 31:18

Dan TUHAN memberikan kepada Musa, setelah Ia selesai berbicara dengan dia di gunung Sinai, kedua loh hukum Allah [loh kesaksian], loh batu, yang ditulisi oleh jari Allah.

 And He gave unto Moses, when He had made an end of communing with him upon mount Sinai, two tables of testimony, tables of stone, written with the finger of God. (KJV)

 

 

Hukum Allah ini dasarnya adalah KASIH: Kasih kepada Allah dengan segenap-segenap milik kita, dan kasih kepada sesama seperti kepada diri sendiri.

 

Apa yang terjadi ketika Hawa makan buah terlarang di taman Eden?

Hawa sudah tidak mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, pengertian, dan kekuatannya. (Matius.22:37-38, Markus 12:33, Lukas 10:27).

Berdasarkan apa kita mengatakan Hawa tidak mengasihi Allah?

Karena pengertian “mengasihi Allah” itu ialah “menuruti semua PerintahNya.”

 

Yohanes 14:15

Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.

 

1 Yohanes 2:3-5

3 Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya. 4 Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. 5 Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia.

 

Allah memberi Adam dan Hawa larangan makan buah pohon Pengetahuan, tapi Hawa melanggarnya. Itu adalah bukti bahwa Hawa tidak mengasihi Allah karena Hawa melanggar perintah Allah.

Begitu juga ketika Adam bersedia mengikuti Hawa berbuat dosa walaupun jelas-jelas dia tahu Hawa sudah berdosa, maka Adam telah melanggar Hukum Allah, Adam sudah tidak mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, pengertian, dan kekuatannya. Adam lebih mengasihi Hawa daripada mengasihi Allah.

Ternyata kasih kepada Allah harus yang nomor satu.

 

Matius 10:37

Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.

 

Lihat? Mengasihi Allah itu harus prioritas pertama. Kurang dari itu namanya “tidak layak bagi-Ku” artinya tidak masuk hitungan Allah, percuma.

 

 

Nah, pelanggaran Hukum Allah namanya apa?

 

1 Yohanes 3:4       

Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab DOSA ialah pelanggaran hukum Allah.

 

 

DOSA = MELANGGAR HUKUM ALLAH.

MELANGGAR HUKUM ALLAH = TIDAK MENGASIHI ALLAH

TIDAK MENGASIHI ALLAH = DOSA

Upah dosa ialah maut (Roma 6:23)

 

Maka Hukum Allah ini adalah alat pengukurnya, barometernya, untuk mengukur apakah manusia yang mengaku umat Allah itu benar-benar umat Allah, benar-benar mengasihi Allah dengan segenap-segenapnya, atau cuma mengaku-ngaku saja.

Jadi Hukum Allah yang kekal ini selamanya ada, karena kalau itu dihapus, lalu bagaimana Allah menghakimi perbuatan kita? Bagaimana Allah mengukur kasih kita kepadaNya? Atas dasar apa?

 

 

 

2. HUKUM YANG DITAMBAHKAN

Nah ini adalah semua Hukum Seremonial, upacara kurban, segala jenis persembahan, dan perayaan-perayaan hari-hari keagamaan yang adalah lambang, atau simbol, atau disebut juga tipe atau bayangan dari pekerjaan penebusan Kristus.

Hukum ini tadinya tidak ada. Sebelum dosa, hukum ini tidak ada.

Setelah Adam berdosa, maka hukum ini ditambahkan.

Mengapa?

Karena setelah Adam berdosa, Allah berjanji akan menyelamatkan manusia.

 

Kejadian 3:15       

Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara benihmu dan Benihnya; Benihnya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitNnya.  

 

Ini adalah kata-kata Allah kepada ular (yang dipakai Setan sebagai mediumnya) begitu terjadi dosa. Allah berjanji bahwa Keturunan Hawa akan meremukkan kepala ular, dan ular itu akan meremukkan tumitNya. Kalau tumit yang remuk, orangnya masih hidup, dan bisa sembuh. Tapi kalau kepala yang diremukkan, itu tamat riwayat.

 

Nah, supaya Adam dan keturunannya semua ingat akan janji Allah ini, bahwa suatu saat Setan akan dikalahkan, kepalanya akan diremukkan oleh Benih dari Hawa (artinya seorang manusia keturunan Hawa), bahwa kuasa dosa akan berakhir, maka diberikanlah Hukum Seremonial ini, agar sejak itu manusia mempunyai harapan dalam penebusan Kristus yang akan datang. Manusia diajar untuk membuat mezbah, mempersembahkan kurban, merayakan hari-hari raya keagamaan yang semuanya melambangkan atau tipe dari pekerjaan penebusan Sang Juruselamat yang suatu hari akan datang membuat perdamaian antara Allah dengan manusia.

 

Dan Hukum Seremonial ini tidak ditulis oleh jari Allah sendiri, melainkan cukup ditulis oleh Musa.

Hukum Seremonial ini yang berakhir di salib.

Mengapa?

Karena semua Hukum Seremonial ini adalah bayangan atau tipe dari kurban Domba Allah yang sejati di salib. Ketika Kristus di atas salib berkata “Sudah selesai!” dan tirai Bait Suci cabik dari atas ke bawah, itu Antitipenya, itulah yang asli, maka pada saat yang asli menggenapi, selesailah semua Hukum Seremonial yang hanya tipe atau bayangan.

 

 

Kita kembali ke Galatia 3:19 dan kita baca dengan seksama:

Kalau demikian, untuk apa hukum itu? Itu ditambahkan oleh karena pelanggaran-pelanggaran, sampai datang Benih kepada siapa janji itu dibuat; dan itu disampaikan oleh malaikat-malaikat dalam tangan seorang Pengantara.

 

Jadi perkataan “hukum” di sini bicara tentang hukum yang mana? Jelas tentang Hukum Seremonial yang ditambahkan setelah ada pelanggaran.

 

Tetapi kalau kita membaca dengan seksama, kita akan melihat bahwa ayat ini sesungguhnya bicara tentang dua Hukum. Supaya mudah kita beri kode: Hukum A dan Hukum B.

Dua Hukum mana? Bukannya cuma satu yang ditambahkan itu?

Ya, itu satu Hukum, yang ditambahkan setelah pelanggaran. Supaya mudah kita kasi kode Hukum yang ditambahkan ini kodenya B.

Tetapi untuk terjadi pelanggaran, sebelum Hukum B ditambahkan, kan harus ada Hukum lain yang dilanggar? Kalau tidak ada Hukum yang lain, dari mana ada pelanggaran?

 

Roma 4:15

Karena hukum membangkitkan murka, karena di mana tidak ada Hukum, di situ tidak ada pelanggaran.

 

Because the Law worketh wrath: for where no Law is, there is no transgression. (KJV)

           

Logis, kan?

Kalau sejak awal tidak ada Hukum, kita sebut itu Hukum A, tidak akan ada pelanggaran. Kalau tidak ada pelanggaran tidak perlu ditambahkan Hukum B.

Karena telah terjadi pelanggaran, berarti sebelum itu sudah ada Hukum lebih dulu yang dilanggar.

Berarti ada Hukum A, ini dilanggar, lalu ditambahkan Hukum B.

Kalau ada tanda “dilarang masuk” lalu kita masuk, nah itu namanya kita melanggar. Tapi kalau tidak ada tanda apa-apa, ya kita masuk juga oke-oke, kan? Tidak melanggar.

 

Jadi Galatia 3:19 berkata bahwa karena ada pelanggaran-pelanggaran, berarti ada Hukum yang sudah dilanggar! Ini Hukum tentunya berbeda dari Hukum yang ditambahkan SETELAH pelanggaran, yang tadi kita kasi kode B.

Ini Hukum tentunya lebih dulu ada SEBELUMNYA. Kita kasi kode A. Maka karena telah terjadi pelanggaran pada Hukum A, baru ditambahkan Hukum B. Logis, kan?

Berarti Hukum A itu sudah ada dulu. Hukum B baru ditambahkan setelah Hukum A dilanggar.

1.   Hukum A atau Hukum yang pertama ialah Hukum moral Allah, Ke-10 Perintah Allah.

2.   Hukum B atau Hukum yang ditambahkan setelah pelanggaran ialah Hukum Seremonial.

Jadi ada dua Hukum.

Yang pertama itu kekal, itu tumpuan takhta Allah, itu tidak akan lenyap.

Yang kedua itu temporal hanya hingga salib.

 

Nah Hukum B kita sudah tahu bahwa itu adalah Hukum Seremonial yang ditambahkan, yang jelas hanya  “sampai datang Benih” menurut Galatia 3:19.

Kalau begitu Hukum A yang dilanggar itu Hukum yang mana? Hukum yang kekal yang sedari awal sudah ada! Hukum Moral, yang dalam bentuk tertulisnya kita kenal sebagai Kesepuluh Perintah Allah.

Siapa yang melanggar?

Yang pertama melanggar adalah Adam dan Hawa.

 

Jadi setelah Adam dan Hawa melanggar Hukum Moral Allah (yang setelah ditulis kita kenal sebagai Kesepuluh Perintah Allah), maka Allah memberikan Hukum Seremonial yang berakhir di salib.

Untuk apa ada Hukum Seremonial yang ditambahkan?

Hukum Seremonial ini untuk mengingatkan manusia bahwa manusia bisa diampuni, bahwa manusia berdosa bisa diselamatkan bila dia mau ditebus oleh Kristus yang menggantikannya mati untuk dosa-dosanya.

 

Sesuatu yang sifatnya untuk mengingatkan, sudah tidak diperlukan lagi bila yang diingatkan sudah terjadi, bukan?

Kalau kita menulis di agenda untuk mengingatkan kita nanti hari Senin ke dokter gigi pukul 10 pagi, misalnya. Maka setelah peristiwa itu terjadi, setelah kita ke dokter gigi hari Seninnya, catatan tersebut sudah tidak valid lagi, kan? Sudah tidak ada gunanya, karena yang diingatkan sudah terjadi. Nah, seperti itulah fungsi Hukum Seremonial. Sebelum Kristus mati di salib, semua upacara kurban, persembahan, perayaan hari-hari keagamaan, itu untuk mengingatkan manusia  pada langkah-langkah pekerjaan penebusan Kristus. Tapi setelah Kristus disalibkan, semua itu sudah digenapi, jadi sudah tidak diperlukan lagi, tidak ada gunanya lagi. 

 

 

Apakah Hukum Moral, Kesepuluh Perintah Allah, berakhir juga di salib?

TIDAK! Karena itu tidak ada kaitannya dengan pekerjaan penebusan Kristus. Itu sudah ada sebelum dosa. Apa yang sudah ada sebelum dosa, tidak termasuk yang digenapi di salib Kristus, karena salib Kristus itu ada karena ada dosa.  

Jadi jangan menganggap kalau ada kata “Hukum” itu berarti semua hukum. Tidak. Karena Hukum itu terbagi dalam dua golongan:

a.   Hukum yang kekal sebelum adanya dosa, dan

b.   Hukum yang ditambahkan setelah terjadi dosa.

 

Kalau hukum yang kekal, ya kekal. Ingat bahwa itu tumpuan takhta Allah. Tidak bisa dibuang.

 

 

Jadi, Kesepuluh Perintah Allah itu tetap mengikat semua manusia sampai sekarang, tidak ada yang lenyap.

1.   Memprioritaskan yang lain di atas Allah, tetap dosa.

2.   Menyembah patung atau gambar atau keserupaan apa pun, tetap dosa.

3.   Memakai nama Allah sembarangan, untuk menipu, untuk bergurau, untuk maki-maki, dll. tetap dosa.

4.   Tidak memelihara hari ketujuh sebagai Sabat Tuhan Allah, tetap dosa.

5.   Tidak menghormati orangtua, tetap dosa.

6.   Membunuh literal maupun dalam hati, tetap dosa.

7.   Berzinah literal maupun dalam hati, tetap dosa.

8.   Mencuri besar atau kecil, dari yang kaya maupun miskin, tetap dosa.

9.   Berdusta dan fitnah, tetap dosa.

10. Iri hati dan mengingini milik orang lain, tetap dosa.

 

Jadi kalau selama ini kita menganggap Kesepuluh Perintah Allah sudah hangus di salib, cepat-cepat koreksi. Tuhan Yesus berkata "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti SEGALA perintah-Ku.” (Yoh. 14:15). Jangan tawar-menawar sama Tuhan.

 

Dan jangan memilih.

 

 

Yakobus 2:10        

Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian darinya, ia bersalah terhadap seluruhnya.

 

Kesepuluh Perintah Allah itu satu paket. Mematuhi semuanya, atau tidak mematuhi semuanya. Tidak bisa dipilih beberapa yang mau diikuti, beberapa yang tidak.  Ikut 9 mengabaikan 1 saja, sudah sama dengan melanggar semuanya.

Kenapa begitu?

Ingat SIAPA yang menulis Kesepuluh Perintah itu pada dua loh batu? Allah Sendiri!

Jadi di sini kita berurusan dengan autoritas siapa? Allah Sendiri!

Dari Kesepuluh Perintah yang ditulis Allah itu, semuanya punya autoritas yang sama, semuanya punya bobot yang sama, karena ditulis oleh jari Allah yang sama. Maka, melanggar satu yang mana pun, berarti tidak mengakui autoritas Allah yang menulisnya.

Dan melanggar autoritas Allah sama dengan makar. Sungguh.

 

Jadi, belajarlah mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh, dengan segenap-segenap kita, dengan tulus, karena hanya dengan itulah kita akan rela bahkan gemar menuruti segala Perintah Allah. Bukankah kita ingin menyenangkan hati orang yang kita kasihi? Bukankah kita siap berkorban apa pun bagi orang yang kita kasihi? Maka yang penting adalah belajar mengasihi Allah dulu, maka kita akan gemar dan bersukacita melakukan kehendakNya.

Jika kita tidak mengasihi Allah, maka kita tidak pernah akan bisa rela dan gemar dan penuh sukacita mengikuti Allah dan melakukan segala PerintahNya dari hati. Kita akan bersungut-sungut dalam hati dan merasa segalanya menjadi beban sebab kita melakukannya karena terpaksa. Percuma kalau begitu. Allah tidak semiskin itu sampai Dia harus mengemis penurutan kita.

Tetapi kalau kita bisa merasakan besarnya kasih Allah kepada kita, kita bisa belajar mengasihiNya, dan kalau ada kasih di hati kita, maka pasti ada komitmen di hati kita, kita akan ingin sekali hidup sesuai kehendakNya, dan menuruti semua perintahNya, dan Allah akan membantu kita langkah demi langkah, hari demi hari, untuk menjadi anak-anakNya yang sempurna.

 

 

 

 

 

 

24 10 21