210. YANG KUDUS VS YANG BIASA
________________________________________________________________________________________________________
RUMUS:
1.
Hanya Allah yang berhak menetapkan mana yang kudus.
Kekudusan itu atribut Allah. Allah itu kudus. Karena itu Allah
tahu apa yang kudus dan apa yang tidak. Jadi hanya Allah yang berhak menentukan
apa yang kudus dan apa yang tidak.
2.
Manusia tidak berhak menentukan mana yang kudus.
Karena
manusia sendiri tidak ada yang kudus, maka manusia tidak bisa tahu spesifikasi dan
standar kudus itu apa. Alkitab berkata,
Roma 3:10, 23
10 seperti
ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorang pun tidak.
23 karena semua orang telah berbuat dosa dan gagal mencapai
kemuliaan Allah.
Jadi manusia tidak layak menetapkan mana yang kudus.
Tetapi manusia harus mengikuti ketetapan Allah tentang mana yang kudus, mana
yang tidak.
3.
Apa yang sudah dikuduskan oleh Allah, tidak boleh
dianggap biasa oleh manusia.
Sebaliknya apa yang biasa menurut Allah, tidak boleh dianggap kudus oleh
manusia.
Jadi dengan rumus dasar ini kita
harus mengatur perilaku kita, memelihara kekudusan segala yang ditetapkan Allah
sebagai kudus, dan tidak menguduskan hal-hal yang dikuduskan
oleh manusia.
Untuk membandingkannya mari kita
lihat dua kisah.
Imamat 10:1-2
10:1 Dan anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil pedupaannya, dan memasukkan api ke
dalamnya, serta menaruh ukupan di atas api itu, dan
mempersembahkan api biasa ke hadapan TUHAN,
yang tidak diperintahkan-Nya kepada mereka.
10:2 Maka
keluarlah api dari TUHAN dan membakar habis mereka
dan mereka mati di hadapan TUHAN.
Kita tahu siapa Harun, dialah kakak Musa yang
diangkat sebagai imam besar Israel yang pertama. Harun memilii 4 orang anak laki-laki
yang semuanya juga ditahbiskan menjadi imam, termasuk Nadab dan Abihu.
Menjadi imam itu posisi yang sakral, karena pada masa itu Allah
menyatakan kehadiranNya di atas Kemah Suci. Maka imam itu terlebih harus bisa
membedakan mana yang sudah ditetapkan Allah sebagai kudus dan mana yang tidak
kudus.
Jadi apa kesalahan Nadab dan Abihu?
Mereka memakai api biasa untuk
dipersembahkan kepada Allah.
Sesuatu yang biasa, yang tidak kudus
dipersembahkan kepada Allah yang sudah menentukan harus memakai api yang kudus.
Kalau kita baca ayat 9 dan 10 kita
tahu mengapa Nadab dan Abihu melakukan dosa itu.
10:9 Janganlah
minum anggur atau minuman yang memabukkan, engkau serta anak-anak laki-lakimu, bila engkau masuk ke dalam Kemah Pertemuan, atau engkau
mati. Itulah menjadi suatu ketetapan untuk
selamanya bagi keturunanmu.
10:10 supaya engkau bisa membedakan
antara yang kudus dengan yang tidak kudus, dan antara
yang najis dengan yang tidak najis,
Mereka ternyata mabuk, sehingga tidak bisa berpikir dengan
jelas. Mereka telah mengambil sembarang api, api yang biasa, bukan api kudus
yang berasal dari Allah. Dan mereka memakai api biasa itu untuk pedupaannya, dan
mempersembahkannya kepada Allah.
Bukankah api sama apinya?
Ternyata di pemandangan Allah, itu
beda. Api
yang kudus yang berasal dari DiriNya, tidak bisa disejajarkan dengan api biasa
yang dibuat manusia.
Dan akibat tidak membuat perbedaan
itu, akibat tidak menghormati perbedaan yang sudah ditetapkan
Allah, Nadab dan Abihu mati dibakar habis.
Nah, hari ini Allah tidak segera
menjatuhkan hukuman bila kita melanggar ketetapanNya, tetapi tidak berarti kita
tidak usah membedakan antara yang kudus dengan yang biasa. Allah itu tetap
sama, kemarin, besok, dan hari ini. Yang dosa 4000 tahun yang lalu, tetap dosa
sampai sekarang. Hanya penghukumannya baru
diberikan nanti setelah turunnya Yerusalem Baru.
Maka hari ini jika kita
mempersembahkan sesuatu yang biasa, yang tidak kudus kepada Allah, kita sama
dengan Nadab dan Abihu. Apa misalnya?
IBADAH.
Allah tetalh menentukan hari yang ketujuh adalah Sabat Tuhan Allah. Bukan Sabat
orang Yahudi, tetapi Sabat Tuhan Allah! Jangan salah. Dan hari ketujuh adalah dari saat matahari terbenam pada hari Jumat hingga matahari terbenam
hari Sabtu.
Allah telah menentukan hari yang ketujuh ini HARI
YANG KUDUS. Satu-satunya hari dari tujuh hari
seminggu yang ditetapkan Allah sebagai hari yang kudus. Tidak ada hari yang lain. Baik itu hari kelahiran Yesus, atau hari
kematianNya, atau hari kebangkitanNya, atau hari kenaikanNya ke Surga, atau
hari apa pun, hari lain mana pun dalam sejarah yang pernah ditetapkan Allah
sebagai hari yang kudus selain HARI YANG KETUJUH setiap minggu.
Sejak Penciptaan dunia ini, Allah menetapkan hari ketujuh sebagai hari yang
kudus, hari milikNya sendiri, karena jelas
dikatakan . “tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat
TUHAN, Allahmu…” (Keluaran
20:10)
Kejadian 2:2-3
2:2 Dan pada hari
ketujuh
Allah mengakhiri pekerjaanNya yang telah
dibuatNya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh dari segala
pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu.
2:3 Lalu ALLAH memberkati hari
ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari
segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.
Berarti, hari-hari yang
lain itu BUKAN HARI KUDUS di pemandangan Allah.
Nah, orang Kristen telah
mempersembahkan ibadah kepada Allah pada hari yang tidak dikuduskan Allah.
Orang Kristen yang tahu isi 10 Perintah Allah, yang tahu bahwa itulah “Hukum Allah, tumpuan takhta Allah,” (Mazmur 89:14) dengan sengaja memakai hari yang biasa dan
mempersembahkannya kepada Allah seolah-olah itu hari yang kudus. Ini
sama dengan apa yang dilakukan Nadab dan Abihu.
Mengapa kisah memalukan Nadab dan
Abihu, iman-imam yang sudah ditahbiskan, anak-anak dari Imam Besar Israel yang
pertama, dicantumkan di Alkitab? Andaikan itu anak-anak pejabat tinggi dunia,
pastilah perbuatan mereka yang memalukan itu akan ditutup-tutupi. Tapi Musa,
yang adalah paman mereka, justru menulis tentang perbuatan mereka yang
memalukan ini. Mengapa? Karena Tuhan yang menyuruh peristiwa itu ditulis,
supaya jangan ditiru oleh manusia-manusia yang lain. Namun orang-orang Kristen
yang tidak mengenal isi Alkitabnya sendiri, tidak mengambil manfaat dari kisah
tragis ini, malah mengikuti jejak yang salah. Jika Tuhan tidak menyayangkan dua
orang imam anak-anak Imam Besar Israel yang pertama, apakah Tuhan akan
menyayangkan orang-orang yang mengaku umatNya yang membuat pelanggaran yang
sama?
Apa alasan yang dikemukakan orang
Kristen?
v Orang Kristen
mengatakan saya
tidak tahu hari ketujuh itu kudus.
Bukan alasan. Kenapa tidak
belajar Firman Allah? Sekarang Firman Allah bisa diakses online-offline, dalam bentuk buku, dalam bentuk aplikasi, dalam
segala bahasa. Kenapa tidak dipelajari? Karena tertulis jelas di sana bahwa
hari ketujuh adalah Sabat Tuhan Allahmu. Jika kita terlalu sibuk untuk
mempelajari Firman Allah, jangan berharap kita bisa mendapat bagian dalam
kerajaanNya. Kita tidak punya waktu untuk Allah, Allah juga tidak punya waktu
untuk kita.
v Orang Kristen
mengatakan semua
hari itu sama.
Mungkin Nadab dan Abihu juga mengatakan semua api itu
sama. Tapi ternyata bagi Allah tidak sama!
Pendapat siapa yang menang? Pendapat manusia atau pendapat Alllah?
v Orang Kristen
mengatakan hari Minggu
itu hari libur jadi cocok untuk ibadah. Hari lain saya bekerja.
Nadab dan Abihu mungkin juga mengatakan ini ada api dekat
di sini kenapa harus repot-repot memakai api dari Allah? Tapi Allah minta
peraturanNya yang spesifik yang dituruti.
Apakah Allah tidak akan memelihara kita jika kita memelihara HukumNya? Ikut
Kristus harus siap menyangkal diri, mengangkat salib, baru bisa ikut. Kalau
cuma mau enak, tidak layak jadi pengikut Kristus. (Lukas 9:23- baca itu). Menyangkal diri itu artinya meletakkan kepentingan kita sendiri di
belakang, dan mendahulukan kehendak Allah. Mengangkat salib itu artinya
bersedia susah demi kepentingan Allah. Kalau kita tidak siap
melakukan kedua hal ini, kita tidak bisa menjadi pengikut Kristus.
v Orang Kristen
mengatakan Yesus
bangkit pada hari Minggu, jadi kita ibadah pada hari Minggu.
Tapi Allah tidak menentukan hariNya yang kudus berdasarkan kapan Yesus
bangkit. Allah sudah menetapkan hari ketujuh sebagai Hari Sabat
Tuhan Allah saat Penciptaan, 4000 tahun sebelum Yesus bangkit. Kalau orang
Kristen mau memperingati hari kebangkitan Yesus, itu cuma 1 x dalam setahun,
silakan. Mengapa itu diperingati setiap hari Minggu? Apa dasarnya? Di seluruh Alkitab
tidak ada ayat yang menjadi dasar ini.
v Orang Kristen
mengatakan gereja
saya ibadahnya hari Minggu.
Ya carilah gereja lain
yang beribadah pada hari Sabat yang telah ditetapkan Allah. Untuk apa ikut
gereja yang nyata-nyata melanggar Hukum Allah? Bahaya sekali. Yang
punya Surga itu Allah, bukan gereja. Gereja tidak bisa menjamin kita selamat. Keselamatan
hanya datang dari Allah. Yang memimpin gereja, ketua organisasinya,
gembala sidangnya, para tua-tua gereja, tidak ada yang bisa menjamin dirinya
sendiri selamat, apalagi menjamin orang lain. Tapi Allah bisa menjamin. Apa
tidak konyol demi menuruti gereja, kita melanggar ketetapan Allah?
v Orang Kristen
mengatakan mayoritas orang Kristen seluruh dunia ibadah pada hari Minggu. Tidak mungkin
Allah akan menghukum semuanya.
Kan habis umat Allah.
Ingat air bah di zaman Nuh menenggelamkan seluruh dunia
dan hanya menyisakan 8 orang? Kalau Allah tidak menyayangkan dunia pra-air bah, apa
Allah akan menyayangkan dunia zaman ini?
Silakan baca Wahyu 20:8, mereka yang tidak selamat banyaknya ibarat
pasir di laut. Pasir segenggam saja tidak bisa kita hitung, apalagi pasir di
laut! Jadi yang bakal tidak selamat itu banyak sekali, jangan sampai kita masuk
kelompok itu.
MAKA BILA KITA
BERIBADAH PADA HARI LAIN YANG BUKAN HARI
KETUJUH YANG SUDAH DIKUDUSKAN ALLAH, KITA SAMA DENGAN NADAB DAN ABIHU, KITA
SUDAH MEMPERSEMBAHKAN SESUATU YANG BIASA KEPADA ALLAH, PADAHAL YANG DIMINTA
ALLAH ADALAH SESUATU YANG KUDUS.
Sekarang marilah kita lihat kisah yang satu lagi.
Daniel
5
5:1 Raja
Belsyazar mengadakan perjamuan yang besar untuk seribu orang pembesarnya, dan minum
anggur di hadapan keseribu orang itu.
5:2 Sementara dia merasakan anggur itu,
Belsyazar menitahkan untuk membawa bejana-bejana dari emas dan perak yang telah
diambil oleh Nebukadnezar, ayahnya, dari dalam Bait Suci yang ada di
Yerusalem, supaya raja dan para pembesarnya, istri-isterinya dan gundik-gundiknya boleh
minum dari bejana-bejana itu.
5:3 Kemudian
mereka membawa bejana-bejana dari emas yang
diambil dari dalam Bait Suci, Rumah Allah yang
ada di Yerusalem, lalu raja dan para pembesarnya, istri-isterinya dan gundik-gundiknya minum dari bejana-bejana itu.
5:30
Pada
malam itu juga terbunuhlah Belsyazar, raja orang Kasdim itu.
Jadi apa yang dilakukan Belsyazar?
Dia memakai peralatan bejana-bejana
kudus Bait Suci yang berasal dari
Yerusalem, yang dulu diambil Nebukadnezar, untuk dipakai minum-minum oleh
dirinya, para istri dan gundiknya dan para pembesarnya. Semua peralatan Bait
Suci itu kudus karena dipakai untuk mempersembahkan persembahan kepada Allah.
Tapi lagi-lagi karena mabuk, Belsyazar tidak bisa membedakan lagi
mana yang kudus dan mana yang biasa. Bejana-bejana yang kudus dipakainya
sebagai cawan biasa padahal pasti dia punya banyak bejana, cawan,
dan gelas yang lain. Belsyazar sengaja berani menentang Allah. Dia tahu
bejana-bejana itu peralatan Bait Suci Yerusalem, semua peralatan itu sudah
diurapi sebelum dipakai, jadi peralatan tersebut sudah dikuduskan bagi Allah,
tapi Belsyazar mau menyombong, dia memakai peralatan-peralatan yang kudus itu
untuk dirinya sendiri dan undangannya sebagai bukti bahwa dia tidak menganggap
peralatan itu kudus. Dia memakai bejana-bejana itu seperti bejana-bejana biasa.
Maka hari ini, apa yang kita lakukan
yang sama seperti perbuatan Belsyazar?
Bila kita memakai hari
ketujuh, SABAT TUHAN ALLAH yang kudus yang seharusnya untuk ibadah, tetapi kita
pakai sebagai hari biasa. Hari Ketujuh yang telah dikuduskan oleh
Allah, dan seharusnya khusus dipakai untuk segala yang berkaitan dengan ibadah
dan kemuliaan Allah, kita pakai untuk menyelesaikan semua urusan
kita sendiri. Maka kita sama dengan Belsyazar.
Sabat Hari Ketujuh adalah hari milik Allah, karena itu
dia kudus, sama dengan Allah, maka hari itu tidak boleh
dipakai untuk segala urusan duniawi kita sehari-hari. Kita sudah
diberi Allah 6 hari yang lain, dari hari Minggu hingga hari Jumat untuk
menyelesaikan semua urusan kita sendiri. Seperti Belsyazar sudah diberi
kekayaan Allah untuk bisa beli segala macam bejana, cawan dan gelas yang model
apa saja. Tapi kok ya dia masih ingin memakai yang punya Allah? Allah menuntut
dari kita, supaya pada hari yang ketujuh itu kita memelihara kekudusan hari
tersebut dengan mempersembahkan seluruh hari itu (24 jam lamanya, dari matahari
terbenam hingga matahari terbenam) kepada Allah dan kemuliaanNya.
Jika kita langgar, jangan mengira nasib kita nanti tidak akan
seperti Belsyazar.
BILA KITA MEMAKAI HARI KETUJUH UNTUK SEGALA URUSAN KITA
SENDIRI, KITA TELAH MENAJISKAN HARI MILIK ALLAH YANG KUDUS. HARI KETUJUH
HANYA BOLEH DIPAKAI UNTUK KEMULIAAN ALLAH KARENA ITU HARI MILIK ALLAH, BUKAN
MILIK KITA. JIKA KITA LANGGAR, KITA SAMA DENGAN BELSYAZAR
Jadi kesimpulannya,
v Jangan kita meremehkan hari ketujuh.
Jangan kita memperlakukan itu sebagai sembarang hari.
Jangan kita pakai hari ketujuh ini untuk segala keperluan kita sendiri. Itu
adalah hari yang kudus. Kalau kita abaikan, kelak kita akan bernasib seperti Belsyazar.
v Juga jangan memakai
hari lain yang tidak kudus untuk menggantikan fungsi hari ketujuh.
Allah tidak
menerima itu karena hari biasa itu milik manusia. Tidak sederajat dengan hari
ketujuh yang telah dikuduskan Allah. Kalau kita tetap memaksakan
kehendak kita, maka kita akan seperti Nadab dan Abihu.
Allah bahkan telah memberikan
perintah yang istimewa sehubungan dengan hari ketujuh ini.
Keluaran 20
8 Ingatlah
hari Sabat, peliharalah kekudusannya.
11Sebab
dalam enam hari TUHAN menjadikan langit dan
bumi, laut dan segala isinya, dan telah berhenti
bekerja pada hari ketujuh. Itulah sebabnya
TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
Jadi ini satu-satunya Perintah dari
seluruh 10 Perintah Allah yang dimulai dengan kata “INGAT”. Jadi Allah sudah
menyuruh kita untuk INGAT, JANGAN LUPA, PELIHARALAH
HARI SABAT (HARI KETUJUH) AGAR TETAP KUDUS! Tapi mayoritas Kristen
melupakannya dan tidak memelihara kekudusannya.
Jadi apakah memelihara kekudusan hari
ketujuh ini penting bagi Allah? Sangat penting. Karena ini adalah hari yang
sudah dikuduskan Allah.
Ujian yang terakhir bagi manusia adalah ujian ini,
memelihara kekudusan Sabat Hari Ketujuh atau tidak.
Perintah untuk memelihara kekudusan Sabat Hari Ketujuh itu berasal dari
Allah. Jika kita mematuhinya, berarti kita menghormati autoritas Allah sebagai Pencipta
dan Penebus kita.
Sedangkan perintah memakai
hari Minggu sebagai ganti Sabat Hari Ketujuh itu berasal dari manusia, bukan
dari Allah, tidak ada dalam Firman Allah. Jadi sesungguhnya perintah
ini tidak sah karena tidak berasal dari Allah.
Jika kita memang sungguh-sungguh mau
menjadi pengikut Kristus, kita harus membuat pilihan yang tepat. Kalau kita
salah pilih, kita akan berakhir jadi Nadab dan Abihu, atau Belsyazar.
Kisah-kisah ini ditulis demi
kepentingan kita. Allah mau kita tahu apa akibatnya bagi mereka yang salah
pilih.
Semoga kita semua merenungkan dan
memikirnya dengan sungguh-sungguh. Sudah siapkah kita mempertaruhkan
keselamatan kita, masa depan kita, kepada pilihan yang salah?
17 10 21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar