Sabtu, 25 Juli 2015

148. YUNUS

148.    YUNUS

_____________________________________________________

 

Yunus adalah salah seorang nabi di zaman Perjanjian Lama, dan kisahnya bisa dibaca di kitab Yunus yang hanya terdiri atas 4 pasal pendek.

 

Apa yang kita ingat dari cerita nabi ini adalah bahwa dia pernah ditelan ikan besar selama tiga hari, lalu dimuntahkan keluar masih hidup.

Banyak orang menganggap ikan besar itu ikan paus, tapi Alkitab tidak spesifik menulis itu ikan paus, hanya ikan yang besar. Apa pun ikannya, itu suatu cerita yang fantastis. Bayangkan berada di dalam perut seekor ikan, selama tiga hari Yunus tidak hancur layaknya makanan yang masuk ke perut, ikannya juga tidak mati, dan akhirnya dia dimuntahkan keluar hidup-hidup. Cerita yang sangat tidak masuk akal. Seperti cerita yang dialami Gipetto, ayah Pinokio dalam cerita anak-anak.

 

Tetapi di Alkitab memang ada banyak cerita yang tidak masuk akal, misalnya kisah Tuhan menciptakan dunia dalam 6 x 24 jam, misalnya tembok kota yang runtuh hanya dengan tiupan terompet dan seruan, misalnya ular dan keledai yang bisa berbicara, misalnya orang yang dilemparkan ke tungku api tapi tidak terbakar, dan orang yang dimasukkan gua singa tapi tidak dimakan singa, misalnya orang diangkat ke Surga hidup-hidup, misalnya orang mati sudah 4 hari bisa bangkit, misalnya perawan yang bisa hamil dan melahirkan, dan masih banyak lagi. Semua cerita yang aneh-aneh ini jauh di luar jangkauan pemahaman kita bagaimana teknis terjadinya.

 

Tetapi karena semua yang tidak masuk akal ini tertulis di Alkitab, dan karena aku percaya bahwa Alkitab ini Firman Tuhan, yang ditulis di bawah bimbingan Roh Kudus, jadi walaupun tidak masuk akal, aku percaya itu benar. Dan seharusnya orang Kristen yang mengimani bahwa Alkitab itu Firman Tuhan, juga percaya apa yang tertulis di dalamnya itu benar.

Apa yang tidak masuk akal bagi manusia, bagi Tuhan tidak masalah, karena tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Tuhan bisa menciptakan mujizat apa saja.

 

 

Singkatnya cerita nabi Yunus ini demikian:

Menurut 2 Raja-raja 14:25, Yunus ini anak Amitai, lahir di Gat-hefer, di Israel utara, tidak jauh dari kota Nazaret. Dia hidup di zaman raja Jeroboam II, sekitar 750 BC.

Dia diutus Tuhan untuk memberikan peringatan kepada Niniwe, ibu kota Asyur supaya mereka bertobat, dengan ancaman Niniwe akan dihancurkan 40 hari lagi.

Tetapi karena Asyur adalah musuh Israel, kafir, dan mereka adalah bangsa yang kejam, Yunus tidak mau. Dia lebih senang Niniwe dibinasakan Tuhan saja.

Jadi Yunus melarikan diri dari tugasnya, dan naik kapal ke Tarsis. Tetapi Tuhan mendatangkan badai, dan kapal itu hampir tenggelam. Akhirnya Yunus dilemparkan ke laut.

Dan Yunus ditelan ikan besar. Setelah 3 hari di dalam perut ikan, Yunus dimuntahkan keluar di daratan dalam keadaan hidup.

Maka Yunus dengan terpaksa pergi ke Niniwe dan berkata di sana “40 hari lagi kota ini akan dibinasakan Tuhan!” Yunus tidak berkata, “Bertobatlah! Kalau tidak, 40 hari lagi kota ini akan dibinasakan Tuhan!” Jadi sampai saat itu pun Yunus masih tidak ikhlas Niniwe boleh selamat. Jadi dia tidak mengatakan syarat bagaimana mereka bisa selamat.

Setelah dia menyampaikan ancaman Tuhan, dia pergi ke bagian timur kota itu, duduk di bawah sebuah pondok sambil menunggu, ingin menyaksikan bagaimana nanti Tuhan menghancurkan kota itu.

Ternyata reaksi Niniwe di luar dugaan Yunus. Dikatakan di Alkitab, mulai dari raja hingga hewan-hewannya semua berpuasa dan bertobat, dan Tuhan mengampuni mereka, sehingga ancaman Tuhan akan menghancurkan kota itu pun batal.

Yunus marah kepada Tuhan karena pembatalan tersebut. Egonya sangat besar. Dia merasa dilecehkan karena apa yang dikatakannya kepada penduduk Niniwe ternyata tidak terjadi.

Tetapi Tuhan berhasil meyakinkan dia bahwa keselamatan manusia itu lebih penting daripada menghancurkan kota itu.

Kisahnya berakhir sampai di sana.

 

Jadi kalau kita lihat, Yunus ini sejak awal sudah tidak menghendaki Niniwe selamat. Tidak ada cerita tentang sepak terjang Yunus yang lain sebelum dan sesudah episode Niniwe ini. Tetapi di 2 Raja-raja 14:25, dia disebut “nabi”, dan kita lihat dari kisahnya itu dia bisa bercakap-cakap dengan Tuhan, Tuhan tidak bercakap-cakap dengan sembarang orang,  berarti sejelek-jeleknya Yunus, dia masih jauh lebih baik daripada orang biasa lainnya, yang pasti jauh lebih baik daripada kita. Dan sekitar 750 tahun kemudian, di Matius pasal 12, Yesus menyebut nama Yunus. Dan Yesus tetap menyebutnya “nabi”. Berarti nabi Yunus ini tetap nabi sampai akhir hayatnya, dan karena Yesus menyebutnya, berarti namanya tercantum di dalam Kitab Kehidupan (kitab Alhayat). Kita lihat Matius 12:39-41

 

12:39       Tetapi Dia menjawab dan berkata kepada mereka, ‘Angkatan yang jahat dan tidak setia ini minta suatu tanda dan tidak akan ada tanda yang diberikan kepadanya selain tanda nabi Yunus.

12:40       Sebab sebagaimana Yunus tinggal tiga hari tiga malam di dalam perut ikan besar, demikian juga Anak Manusia akan tinggal tiga hari tiga malam di perut bumi.

12:41       Orang-orang Niniwe akan bangkit di penghakiman bersama angkatan ini, dan akan mengutuknya sebab mereka bertobat dengan khotbah Yunus; dan lihat, yang lebih besar daripada Yunus ada di sini.

 

Mengapa Tuhan meninggalkan kisah Yunus ini bagi generasi-generasi berikutnya? Karena kalau kita melihat secuplik kitab Yunus yang cuma 4 pasal itu, kesan pertama kita adalah, Yunus ini bukan nabi yang baik. Dia seorang pemberontak, egonya besar, dia menghakimi Niniwe mendahului Tuhan, dia membenci musuhnya, dia tidak patuh kepada Tuhan, disuruh ke Niniwe dia malah melarikan diri ke arah yang sebaliknya, sudah ditelan ikan besar pun dia belum mendusin, disuruh menobatkan kota itu dia tidak menyampaikan pekabaran supaya mereka bertobat tetapi hanya menyampaikan ancaman Tuhan bahwa 40 hari lagi Niniwe akan dibinasakan Tuhan, dan pada waktu Niniwe bertobat dan Tuhan membatalkan niatNya menghancurkan kota itu, bukannya dia gembira tetapi dia marah kepada Tuhan karena ancamannya terbukti tidak digenapi Tuhan. Jadi tidak ada yang positif yang bisa kita tiru dari sikap/tindakan nabi Yunus ini. Mengapa kisah yang tidak patut dicontoh ini disuruh Tuhan tulis di Alkitab?

 

Ternyata ada beberapa poin yang bisa dipelajari dari kisah ini, yang bermanfaat bagi generasi-generasi yang kemudian, termasuk kita.

 

Kisah itu menyadarkan kita bahwa:

ü    Kita tidak selalu tahu apa yang kita anggap kita tahu. Pengetahuan kita terbatas. 

Kita melihat Yunus sebagai nabi yang tidak baik, tapi Tuhan memakai dia karena Tuhan tahu isi hatinya.  Dan terbukti setelah lewat 750 tahun, Yesus Kristus justru menyebut namanya, dan kenabiannya.

ü    Kita tidak selalu tahu apa yang kita anggap kita tahu. Pengetahuan kita terbatas. 

Kita melihat Yunus sebagai nabi yang tidak baik, tapi Tuhan memakai dia karena Tuhan tahu isi hatinya.  Dan terbukti setelah lewat 750 tahun, Yesus Kristus justru menyebut namanya, dan kenabiannya.

ü    Kisah itu juga mengingatkan bahwa menghakimi hanya berdasarkan apa yang kita lihat, tidaklah tepat.

Yunus sudah menghakimi Niniwe sebagai sesuatu yang tidak bisa diselamatkan. Tetapi ternyata mereka bertobat, dan Tuhan menyelamatkan mereka.

ü    Bahwa Tuhan ternyata mengasihi orang kafir.

Ada banyak buktinya di Alkitab, dan ini salah satunya. Asyur adalah musuh Israel yang umat pilihan Tuhan, tetapi walaupun demikian, Tuhan mengasihi bangsa Asyur. Tuhan tidak menutup kesempatan selamat bagi Niniwe, walaupun mereka kafir. Berikutnya jika kita bertemu dengan orang yang tidak percaya Tuhan, jangan cepat-cepat menganggap mereka tidak punya harapan selamat. Tuhan tidak putus asa.

ü    Dan yang tidk kalah pentingnya, kisah pekabaran Yunus ini ditinggalkan Tuhan menjadi tipe/simbol dari pekabaran Yesus

supaya generasi di zaman Yesus menjadi awas.  Itulah sebabnya mengapa Yesus menyebutnya. Tetapi ternyata orang Yahudi di zaman Yesus tidak mengerti.

 

Mari kita bahas poin ke-4 ini dengan lebih mendetail.


Yesus menyebut bahwa episode Yunus ini sebagai “tanda nabi Yunus”. Suatu tanda itu tentunya menunjuk kepada sesuatu, bukan? Dalam hal ini “tanda nabi Yunus” menunjuk kepada apa?  Pekabaran Yunus kepada Niniwe merupakan tipe/simbol dari pekabaran Yesus kepada orang Yahudi.

  • Berapa lama Yunus berada di dalam kesengsaraan mendalam? 3 hari 3 malam.
  • Berapa lama Yesus berada di dalam kesengsaraan mendalam? 3 hari 3 malam.

Maka pengalaman nabi Yunus merupaka tipe/simbol pengalaman Yesus, terbenam dalam kesengsaraan dan pada hari ketiga bangkit kembali.

 

Note: Orang Yahudi menghitung 1 hari itu tidak harus 24 jam, sebagian dari hari itu sudah mewakili dan dihitung sebagai satu hari. Misalnya:

Kita tahu bahwa perhitungan hari yang baru di zaman Alkitab, adalah pada saat matahari terbenam. Jadi saat matahari terbenam, itu adalah hari yang baru, bukan pada pukul 00:00 seperti kita sekarang. Maka:

  • Yesus mati pukul 3 siang hari Jumatwalaupun sekitar 3 jam lagi sudah matahari terbenam (ganti hari), tetapi 3 jam itu tetap dihitung 1 hari.
  • Hari Sabtu/Sabat 24 jam penuh Yesus berada di dalam kubur ~ 1 hari.
  • Yesus bangkit sebelum fajar hari Minggukita tidak tahu tepatnya pukul berapa, tetapi yang pasti hari Minggu itu baru berakhir pada saat matahari terbenam, tetapi walaupun Yesus bangkit sebelum fajar, berarti hari itu baru berjalan beberapa jam, itu sudah dihitung 1 hari

Maka dikatakan Yesus bangkit 3 hari setelah kematianNya, artinya lewat 3 hari yang berbeda, bukan 3 x 24 jam.

 

Sering di zaman itu istilah “satu hari” disebut juga “satu hari satu malam”, tetapi itu tidak harus 24 jam.  

 

Ada contoh lain di Kisah 10, tentang Kornelius. Baca mulai ayat 1.

  • Jam 3 petang, dia mendapat penglihatan seorang malaikat Tuhan. (ay. 3) = hari pertama.
  • Keesokan harinya orang suruhan Kornelius tiba di tempat Petrus, Petrus mempersilakan mereka bermalam di rumahnya (ay. 23) = hari kedua.
  • Keesokan harinya mereka berangkat ke tempat Kornelius (ay. 23) = hari ketiga.
  • Hari berikutnya mereka baru tiba di tempat Kornelius (ay. 24) = hari keempat.

 

Di ayat 30, Kornelius berkata “Empat hari yang lalu” dia mendapat penglihatan itu.

Jadi 4 hari itu jelas bukan 4 x 24 jam, tapi 4 hari yang berbeda.

 

Tetapi pembaca yang jeli akan berkata, tunggu dulu, ayat itu mengatakan “3 hari 3 malam”.

  • Yesus mati hari Jumat siang pukul 3, itu 1 hari.
  • Yesus di dalam kubur itu dari malam Sabat hingga malam Minggu, itu  1 malam dan 1 hari.
  • Yesus masih ada di dalam kubur malam Minggu hingga Minggu pagi, itu 1 malam dan 1 hari.

Total seluruhnya Yesus mati dan berada dalam kubur cuma 3 hari dan 2 malam.

Kurang 1 malam. Mana yang 1 malam lagi?

 

Banyak orang salah mengartikan  Matius 12:40

Sebab sebagaimana Yunus tinggal tiga hari tiga malam di dalam perut ikan besar, demikian juga Anak Manusia akan tinggal tiga hari tiga malam di perut bumi.

 

Ungkapan “Anak Manusia akan tinggal di perut bumi” itu diartikan banyak orang sebagai Yesus berada di dalam kubur. Tapi itu tidak betul, karena jasad Yesus tidak dipendam di dalam tanah. Jasad Yesus hanya dibaringkan di dalam gua, di atas tanah. Maka tanda Yunus yang diberikan   “tiga hari tiga malam di perut bumi” ini tidak merujuk kepada lamanya Yesus di dalam kubur.

Ini merujuk kepada perasaan Yesus ketika Dia merasa berada di titik nadir, paling bawah, mencapai dasar yang paling dalam, terpendam oleh rasa duka dan putus asa tidak bisa merasakan kehadiran BapaNya. Itu seperti yang dirasakan Yunus ketika berada dalam perut ikan. Yunus merasa putus asa yang luar biasa ketika berada dalam perut ikan, dia merasa telah ditinggalkan oleh Tuhan tanpa harapan bisa keluar dari sana hidup-hidup. Begitu pula yang dialami Yesus namun dalam skala yang jauh lebih besar daripada apa yang dialami Yunus. Memikul dosa seluruh dunia itu membuat Yesus merasa terpisah dari Allah Bapa yang sebelumnya selalu menyertaiNya. Dia yang selamanya tidak pernah berbuat dosa, sekarang harus memikul dosa seluruh dunia, kita tidak bisa membayangkan betapa beratnya itu dan betapa sengsaranya penderitaan mental dan spiritual yang harus dialami Yesus bahkan sebelum Dia ditangkap, dihakimi, disiksa, dan disalibkan.

 

Pengalaman Yunus berada dalam perut ikan itu 3 hari 3 malam. Itu adalah saat kesengsaraan hebat yang dialaminya. Bacalah kitab Yunus dan kita akan melihat betapa sengsaranya Yunus ketika berada dalam perut ikan.

Kapan Yesus mulai mengalami kesengsaraanNya yang hebat? Bukan ketika Dia baru tergantung di atas salib, tetapi justru sudah sejak malam sebelumnya. Kesengsaraan Yesus itu dimulai sudah dari taman Getsemani, ketika Yesus berdoa kepada Allah Bapa, sekiranya Dia boleh tidak meminum cawan murka Allah itu. Tetapi Yesus toh meminumnya, dan pada saat itu dosa semua manusia mulai dari Adam hingga manusia yang terakhir dilahirkan, dibebankan ke atas bahuNya. Ingat bagaimana keringat Yesus sampai seperti tetesan darah yang jatuh ke tanah. Itulah saat Dia mulai menjalani kesengsaraanNya. Saat itu adalah malam Jumat, sebelum Dia disalibkan. Jadi itulah 1 malam yang sering lupa dihitung manusia karena kita salah menafsirkan “di perut bumi” sebagai “di dalam kubur”.

 

 

Sekarang, kita kembali ke pekabaran Yunus. Pekabaran Yunus merupakan tipe/simbol dari pekabaran Yesus kepada orang Yahudi.

Berapa lama waktu yang diberikan Tuhan kepada Niniwe? 40 hari. Jika tidak bertobat, maka Niniwe akan dibinasakan. Seluruh kota Niniwe menerima pekabaran nabi Yunus, mereka bertobat, maka tidak jadi dihancurkan.

Bagaimana dengan pekabaran Yesus kepada orang Yahudi?

Apakah orang Yahudi sebagai suatu bangsa menerima pekabaran Yesus? Apakah mereka bertobat? Tidak. Orang Yahudi tidak menerima pekabaran Yesus. Mereka malah menyalibkan Yesus. Maka sebagaimana amaran (warning) yang diberikan kepada Niniwe bahwa mereka akan dihancurkan, maka Yerusalem pun menerima amaran (warning) yang sama. Tetapi hukumannya bukan setelah 40 hari, karena 40 hari Niniwe merupakan tipe/simbol bagi Yerusalem. Dan sebagai simbol berlaku ketentuan 1 hari simbol = 1 tahun literal seperti yang ditentukan Tuhan di Bilangan 14:34

Sesuai dengan jumlah hari yang kamu mengintai negeri itu, yakni empat puluh hari, satu hari dihitung satu tahun…”

 

Maka hukuman bagi Yerusalem baru jatuh 40 tahun kemudian. Dan tepat 40 tahun setelah penyaliban Yesus, di tahun 70, datanglah tentara Roma menghancurkan seluruh Yerusalem, dan meratakan Bait Sucinya.

 

 

Ada banyak peristiwa di dalam Alkitab yang adalah tipe/simbol untuk kejadian yang serupa di zaman yang akan datang, misalnya:

  • Pengangkatan Elia merupakan tipe/simbol pengangkatan umat Tuhan pada saat kedatangan Yesus yang kedua. Mereka bakal diangkat seperti Elia, tanpa mengalami kematian lebih dahulu.
  • Sedangkan pengangkatan Musa merupakan tipe/simbol pengangkatan umat Tuhan yang sudah mati tetapi dibangkitkan pada saat kedatangan Yesus yang kedua.
  • penghancuran Yerusalem di tahun 70 merupakan tipe/simbol penghancuran dunia menjelang kedatangan Kristus yang kedua.
  • Kisah yang dialami Daniel di gua singa merupakan tipe/simbol apa yang akan terjadi pada akhir zaman ketika kekuasaan sipil bersatu dengan kekuasaan gereja membatalkan kebebasan beragama.
  • Kisah Nebukadnezzar mendirikan patung dan memaksa patung itu disembah oleh semua merupakan tipe/simbol yang akan terjadi pada akhir zaman ketika Binatang di Wahyu 13 mendirikan “patung” dan memaksa semua orang menyembah patung itu, memaksakan cara ibadah mereka.

Dan masih banyak lagi yang lain.

 

Jadi, dengan mempelajari kisah-kisah di Alkitab, kita bisa mendapatkan banyak pelajaran rohani. Terutama sehubungan dengan penghakiman Tuhan. Ada banyak tipe/simbol yang bisa kita peroleh yang bisa kita pakai sebagai pedoman ke depan.

Karena itu jangan menganggap remeh segala kisah yang tertulis di Alkitab, walaupun itu tidak masuk logika kita, tetapi itu diberikan Tuhan kepada umatNya untuk dipelajari dan dipakai sebagai pedoman.

 

Selamat menggali.

 

 

 

 

26 07 15




147. TUHAN BUKANN IKAN ~ KITA BUKAN IKAN

147.  TUHAN BUKAN IKAN

KITA BUKAN IKAN

_____________________________________________________


PERSEPULUHAN  VERSUS  TEORI  KEMAKMURAN

 

Sabat depan adalah Sabat persepuluhan, artinya waktunya umat Advent mengumpulkan persepuluhan pada sabat pertama setiap bulannya.

 

Akhir-akhir ini persepuluhan banyak dikaitkan dengan teori kemakmuran, sehingga menjadikan persepuluhan itu semacam umpan untuk mendapatkan kemakmuran. Teman-teman Kristen, TUHAN BUKAN IKAN! Jangan menjadikan Tuhan ikan yang perlu dipancing dengan umpan. Tuhan itu mahamurah, mengasihi semua manusia, baik yang mengenal Dia maupun yang tidak mengenal Dia, baik yang mengembalikan persepuluhan maupun yang tidak/belum mengembalikan persepuluhan. Ingat Matius 5:45:

Agar kamu boleh menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, karena Dia membuat matahariNya terbit bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.

 

Bapa yang di Surga itu membuat matahari terbit bagi orang yang jahat dan orang yang baik, dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan yang tidak benar. Di sini tidak hanya bicara tentang Tuhan memberikan penerangan dan air, tapi jangan lupa masyarakat di masa lampau itu kehidupannya sangat bergantung kepada matahari dan hujan, segala tanaman dan ternak mereka bisa hidup karena ada matahari dan hujan. Tanpa matahari dan hujan, mereka akan mengalami paceklik, kelaparan, manusianya tidak punya makanan, hewannya juga tidak punya makanan. Berarti dengan mengucapkan kata-kata di ayat itu, Yesus menegaskan bahwa TUHAN TETAP MEMBERIKAN PENGHIDUPAN KEPADA ORANG YANG JAHAT DAN ORANG YANG TIDAK BENAR, bukan hanya kepada orang yang baik dan benar, karena Tuhan Pemurah dan Pengasih.

Jadi, bagi mereka yang tidak setuju dengan praktek mengembalikan persepuluhan kepada Tuhan, jangan khawatir tidak bisa hidup di dunia ini. Tetap bisa. Tuhan tetap akan memberikan matahari dan hujan kepada kalian. Bahkan bagi mereka yang mengolok-olok Tuhan pun, matahari tetap bersinar bagi mereka, dan hujan juga tetap turun bagi mereka.

 

Lalu bagi mereka yang mengembalikan persepuluhan dengan motivasi untuk “memancing” berkat yang lebih melimpah dari Tuhan, itu sangat memalukan. Berarti kita menganggap Tuhan itu seperti ikan.  Teori para pemancing ikan adalah, kalau mau mendapatkan ikan yang besar, umpannya harus besar. Mengapa kita menjadikan Tuhan sama dengan ikan? Teori Kemakmuran adalah konsep yang salah.

 

 

Jadi, teman-teman, KITA MENGEMBALIKAN PERSEPULUHAN BUKAN KARENA MENGHARAPKAN  BERKAT YANG LIMPAH DARI TUHAN! Lebih tepat lagi kalimatnya   JANGAN KARENA MENGHARAPKAN BERKAT YANG LIMPAH DARI TUHAN!

Kita mengembalikan persepuluhan kepada Tuhan karena itu milik Tuhan, dan karena kita sudah mendapatkan segala macam berkat dari Tuhan.

 

Kita mengembalikan persepuluhan kepada Tuhan karena:

1.   itu milik Tuhan,

2.   kita tidak berhak memakainya,

3.   dan karena kita sudah mendapatkan segala macam berkat dari Tuhan.

 

Jika kita mengembalikan persepuluhan karena mengharapkan berkat yang limpah dari Tuhan, itu berarti kita sudah terseret TEORI KEMAKMURAN!  Itu berarti KITA PAMRIH! Kita mengharapkan balasan! Memberi pamrih itu lebih jelek daripada orang yang tidak memberi.

 

Hendaknya persepuluhan yang kita kembalikan itu, kita kembalikan dengan sukakcita,  KARENA  KITA  MENGETAHUI  BAHWA  ITU  ADALAH MILIK TUHAN, itu bukan milik kita, kita tidak berhak memakainya.

Karena itu, istilah yang tepat adalah MENGEMBALIKAN persepuluhan” bukan “membayar persepuluhan” (karena kita tidak membeli apa-apa dari Tuhan)  atau “memberikan persepuluhan”. (karena dari awal itu memang bukan milik kita, sehingga bukan kita yang “memberikan”kannya kepada Tuhan). Bahkan segala yang kita punya itu pemberian Tuhan kepada kita. Jadi kita hanya bisa “mengembalikan” apa yang memang adalah milik Tuhan.

 

 

Lalu bagaimana dengan Maleakhi 3:10 yang selalu dipertentangkan antara orang Kristen yang pro persepuluhan dan orang Kristen yang kontra persepuluhan?

Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan UJILAH AKU, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan suatu berkat kepadamu sedemikian besarnya hingga tak ada lagi tempat untuk menerimanya.

 

Kata kuncinya di sini adalah “UJILAH AKU”.

Teman-teman, PERLUKAH KITA MENGUJI TUHAN? Coba renungkan pertanyaan ini. Menguji itu artinya TIDAK YAKIN. Seorang guru merasa perlu menguji muridnya karena tidak yakin murid tersebut sudah menguasai pelajarannya. Seseorang merasa perlu menguji ketulusan kekasihnya karena tidak yakin dengan motivasinya. Tetapi jika dia sudah yakin bahwa kekasihnya sungguh-sungguh mengasihinya, apakah dia masih perlu mengujinya lagi?

 

Apa tidak kebangeten sampai Tuhan harus berkata “UJILAH AKU”? Dengan kata lain Tuhan berkata, “Kamu tidak percaya kepadaKu, sekarang buktikan, Aku akan memberimu berkat yang berlimpah-limpah!” Apa kita masih perlu membuktikan kemurahan Tuhan? Apa selama ini kita tidak merasa sudah menerima segala macam berkat dari Tuhan? 

      • Kita bisa bernafas tanpa kesulitan, itu saja sudah suatu berkat,   banyak orang yang untuk bernapas saja susah, harus dibantu alat pernapasan.    
      • Kita bisa berdiri dan berjalan dengan kedua kaki sendiri, apakah itu bukan berkat? Banyak orang yang mau berjalan saja susah sampai harus duduk di kursi roda.     
      • Kita setiap hari berada di jalanan bisa pulang dengan utuh dan selamat tanpa musibah, apa itu bukan berkat? Berapa orang yang mengalami kecelakaan di jalan?     
      • Kita bisa makan setiap hari, punya bantal untuk tidur, punya atap di atas kepala, apa itu bukan berkat? Yesus saja tidak punya atap, tidak punya bantal.

Kita sudah terus-menerus menerima berkat Tuhan walaupun setiap hari kita masih berbuat kesalahan, masih berbuat dosa yang menyedihkan hati Tuhan.

 

Teman-teman, kalau Tuhan sampai merasa perlu berkata kepadaku, “Ujilah Aku!”, aku akan sangat malu, aku akan sangat sedih. Mengapa aku masih perlu menguji Tuhan? Mengapa TUHAN MENGANGGAP AKU MASIH PERLU MENGUJI DIA? Berarti Tuhan menganggap aku tidak percaya kepadaNya!

Tuhan sampai berkata “UJILAH AKU” di Maleakhi 3:10 karena bangsa Israel saat itu sudah tidak kenal lagi siapa Tuhan mereka, mereka sudah murtad. Apakah aku juga sudah murtad, sehingga Tuhan harus menantang dan berkata kepadaku, “Ujilah Aku”?

 

Maleakhi 3:10 ini bukan merupakan barter (tukar-menukar) antara mengembalikan persepuluhan dengan kelimpahan berkat dari Tuhan, tapi itu merupakan suatu tamparan pedas, bahwa Tuhan sampai perlu menantang umatNya yang sudah melupakan Dia, untuk menguji Dia!

Teman-teman, mengembalikan persepuluhan itu adalah suatu perintah yang sudah dibuat oleh Tuhan sejak zaman purba. Abraham saja sudah tahu bahwa dia harus mengembalikan sepersepuluh dari hartanya kepada imam Tuhan dari Salem, Melkhizedek. (Kejadian 14:20) Siapa yang mengajari Abraham? Tuhan!

Kemudian di zaman Musa, Tuhan mengulangi lagi perintahNya ini karena Israel telah hidup di Mesir 200an tahun dan sudah banyak melupakan ajaran Tuhan. (Imamat 27:31, Ulangan 12:11, 26:12). Jadi ini bukan perintah baru. Tetapi ini juga bukan perintah lama yang dibatalkan Yesus! Ingat Yesus berkata apa di Matius 5:17-18

17Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan kitab hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. 18 Karena sesungguhnya Aku berkata kepadamu, ‘Sesungguhnya sampai lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sampai semuanya digenapi.’

 

Jadi tidak ada yang dibatalkan oleh Yesus! Jangan menciptakan sendiri ayat yang tidak ada di Alkitab. Ini ayatnya jelas dan tegas. “Satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari Hukum Taurat” sampai kapan? “Sampai lenyap langit dan bumi ini.” Apa langit dan bumi ini sudah lenyap? Berarti Hukum Taurat itu masih berlaku!

 

Dan ada orang Kristen yang bilang, “Yesus tidak mengembalikan persepuluhan! Kita mengikuti teladan Yesus.”

Persepuluhan itu dikenakan atas pertambahan/keuntungan/penghasilan yang kita peroleh, atau dari hasil kerja kita.

Alkitab tidak mencatat kegiatan Yesus sebelum Dia memulai pelayananNya sebagai “Yang Diurapi”. Ketika Yesus belum memulai penginjilan, dia bekerja sebagai tukang kayu melanjutkan pekerjaan Yusuf, Dia mendapat nafkah. Maka pasti pada waktu itu Dia mengembalikan persepuluhan, karena Alkitab berkata Yesus tidak pernah berbuat dosa. Jika Yesus mendapat nafkah tapi tidak mengembalikan persepuluhan, Dia sudah berbuat dosa. Tapi Alkitab berkata Yesus tidak pernah berbuat dosa. Berarti Yesus pasti mengembalikan persepuluhan.

 

2 Korintus 5:21

Karena Dia (Allah Bapa) telah menjadikan Dia (Yesus) yang tidak mengenal dosa menjadi dosa demi kita, supaya kita boleh dijadikan kebenaran Allah di dalam Dia.

 

Setelah Yesus memulai pelayananNya menyampaikan kabar selamat, Yesus tidak mencari nafkah. Selama 3½ tahun terakhir dari hidupNya yang dicatat oleh Alkitab, tidak ada catatan bahwa Yesus pernah bekerja mencari nafkah, karena itu tidak ada catatan Yesus mengembalikan persepuluhan. Tetapi dapat dipastikan bahwa sebelum Yesus meninggalkan rumahNya untuk menginjil, pada waktu Dia masih hidup di Nazaret dan Dia bekerja mencari nafkah untuk menghidupi keluargaNya, Dia mengembalikan persepuluhan.

 

Dosa itu apa? Lihat definisi Alkitab tentang dosa: 1 Yohanes 3:4

Siapa yang berbuat dosa, juga melanggar Hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran Hukum Allah.

 

Kalau Yesus tidak pernah berbuat dosa, berarti Yesus tidak pernah melanggar Hukum Allah! SEMUA HUKUM ALLAH! Termasuk mengembalikan persepuluhan. Jadi pada saat Yesus punya nafkah, Dia pasti mengembalikan persepuluhan.

 

 

Lalu ada yang mengatakan, persepuluhan itu hanya membuat kaya gereja, atau pendetanya. Pendetanya bisa punya mobil mewah, rumah mewah, menyekolahkan anak-anaknya keluar negeri, punya deposito bertumpuk-tumpuk di bank. Itu semua karena dia memakai uang persepuluhan! 

Oke, memang ada pendeta-pendeta yang makmur karena salah menggunakan uang persepuluhan. TAPI ITU URUSAN DIA DENGAN TUHAN!  Percayalah, dia nanti yang harus mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada Tuhan.

Tetapi kalau kita yang tidak mengembalikan persepuluhan, karena alasan apa pun, KITA JUGA HARUS MEMPERTANGGUNGJAWABKANNYA KEPADA TUHAN.

Maka jika kita melihat ada yang tidak beres dengan penggunaan uang persepuluhan, tidak sulit sebenarnya bagi kita. Berarti Tuhan sudah menunjukkan bahwa kita perlu mencari gembala yang lain, gereja yang lain, yang lebih benar, yang lebih mencerminkan ajaran Kristus, yang lebih alkitabiah. Itu tugas kita. Memilih pilihan yang benar itu tanggung jawab kita. 

 

 

Teman-teman, mengembalikan apa yang milik Tuhan itu BUKAN BERBUAT SUATU KEBAIKAN! Jangan salah! Itu adalah KEWAJIBAN!

Jika kita melakukannya, itu adalah keharusan, kita tidak layak mendapat hadiah/bonus ekstra karena melakukan apa yang memang seharusnya kita lakukan. Namanya itu memang bukan hak kita, itu hak Tuhan, jadi kita wajib mengembalikannya. Itulah sebabnya di Maleakhi dikatakan, karena orang Israel tidak mengembalikan persepuluhan, Tuhan menganggap mereka telah menipu, karena mereka memakai apa yang adalah hak Tuhan.

 

Jika kita tidak mengembalikan persepuluhan, apa akibatnya?  Kita berbuat dosa, karena kita telah melanggar Hukum Tuhan. Dan upah dosa itu apa? Upah dosa itu maut! (Roma 6:23). Maut artinya mati kekal.

Jangan sampai pada saat akhir zaman nanti, kita baru tahu kita tidak dibawa Tuhan menjadi tamu Surga karena kita telah terus bersikokoh tidak mau mengembalikan persepuluhan!

 

Jangan menganggap enteng pelanggaran terhadap Hukum Tuhan. Hukum Tuhan yang mana pun, tidak boleh dilanggar. Melanggar berarti dosa. Dosa berarti mati kekal. Jangan kita menganggap persepuluhan ini hal yang sepele. “Yang penting kasih”, itu yang sering dijadikan alasan dan bumper banyak orang Kristen. Asal ada KASIH, yang lain-lain tidak usah, kata orang Kristen. Tidak ada ayat Alkitab yang berkata demikian. Setiap Hukum Tuhan itu kudus, dan itu harus dipatuhi. Tuhan tidak membuat peraturan untuk dilanggar. Lihat saja Adam. Hukum Tuhan kepada Adam hanya “Jangan makan buah terlarang.” Sederhana. Adam melanggar. Akibatnya kehilangan hidup kekal, bahkan sampai ke semua anak-cucunya. Apakah masalahnya karena Tuhan kehilangan satu buah dari pohonNya? Tidak. Masa pohon itu tidak bisa menghasilkan lagi satu buah untuk menggantikan yang dimakan Adam? Bukan itu masalahnya.  Masalahnya adalah Adam tidak patuh kepada Hukum Tuhan. Dan itu namanya dosa. Dan dosa itulah yang menyebabkan Adam dan semua keturunannya kehilangan hidup kekal.

 

Mengembalikan persepuluhan pun demikian. Tuhan itu yang empunya seluruh alam semesta. Apa Dia kekurangan uang? Apa Tuhan perlu minta uang kita? Tidak! Kalau Tuhan mau dia bisa menciptakan gunung emas tanpa bantuan kita. Yang Tuhan minta dari kita adalah pengakuan kita atas autoritas Tuhan, bahwa kita mengakui Tuhan itu Allah kita.

Dengan cara apa kita mengakui Tuhan itu Allah kita? Dengan mengakui apa yang adalah milik Tuhan dan mengembalikannya.

 

Teman-teman, mengembalikan persepuluhan itu mirip dengan memelihara kekudusan hari yang ketujuh sebagai hari Sabat Tuhan Allah kita.

Sebetulnya SEMUA yang kita peroleh, itu kita peroleh dari Tuhan, Tuhan yang mengaruniakannya kepada kita. Jadi SEMUA PENGHASILAN KITA itu berasal dari Tuhan, dan SEMUA HARI DALAM HIDUP KITA itu juga berasal dari Tuhan!  Kalau Tuhan ambil kembali, habislah kita.

Supaya kita tidak lupa bahwa semua penghasilan dan semua hari-hari kita itu pemberian dari Tuhan, maka Tuhan minta kita mengembalikan sepersepuluh dari setiap penghasilan kita kepadaNya, dan setiap hari yang ketujuh dari satu minggu kepadaNya. Dengan mengembalikan:

Ø    sepersepuluh dari penghasilan kita,

Ø    dan hari ketujuh dari setiap minggu kepada Tuhan,

kita mengakui bahwa Tuhanlah Pemilik segalanya, Tuhanlah yang punya segalanya.

 

Dengan kita mematuhi semua HUKUM TUHAN, PERINTAH TUHAN, PERATURAN TUHAN itu menunjukkan sampai di mana kita mengasihi Tuhan, sampai di mana kita ikut Tuhan, sampai di mana komitmen kita pada janji setia kita kepada Tuhan.

Semua orang Kristen mengatakan mereka mengasihi Tuhan. Tapi omong doang tidak ada nilainya. Kita harus buktikan bahwa apa yang kita katakan itu benar. Dan apa buktinya kita benar-benar mengasihi Tuhan? Lihat nih definisi Alkitab, di Yohanes 14:15, ini terjemahan kata-kata Yesus sendiri, ad verbatim,

Jikalau kamu mengasihi Aku, turuti Perintah-perintah-Ku.

 

Bukan hanya pencuri, perampok dan pembunuh yang tidak mengasihi Tuhan.

      • Tapi, kalau kita tidak mengembalikan persepuluhan, kita tidak mengasihi Tuhan.   
      • Kalau kita makan daging yang diharamkan Tuhan, kita tidak mengasihi Tuhan.   
      • Kalau kita menajiskan tubuh kita dengan zinah atau mengisinya dengan racun, kita tidak mengasihi Tuhan.   
      • Kalau kita memakai hari yang ketujuh yang adalah Sabat Tuhan Allah kita untuk keperluan kita sendiri, kita tidak mengasihi Tuhan.


Tuhan begitu mengasihi kita. Mengapa kita tidak mau mengasihi Tuhan? Kita mau mengasihi Tuhan. Kita cuma mau “mengasihi” Tuhan dengan cara kita sendiri. Kita harus mengasihi Tuhan dengan cara Tuhan, bukan dengan cara kita sendiri. Dan mengasihi dengan cara Tuhan ya itu tadi, Yesus jelas mengatakan “Jikalau kamu mengasihi Aku, turuti Perintah-perintah-Ku.”

 

Suatu renungan.

 

 

 

 

25 07 15