Sabtu, 25 Juli 2015

147. TUHAN BUKANN IKAN ~ KITA BUKAN IKAN

147.  TUHAN BUKAN IKAN

KITA BUKAN IKAN

_____________________________________________________


PERSEPULUHAN  VERSUS  TEORI  KEMAKMURAN

 

Sabat depan adalah Sabat persepuluhan, artinya waktunya umat Advent mengumpulkan persepuluhan pada sabat pertama setiap bulannya.

 

Akhir-akhir ini persepuluhan banyak dikaitkan dengan teori kemakmuran, sehingga menjadikan persepuluhan itu semacam umpan untuk mendapatkan kemakmuran. Teman-teman Kristen, TUHAN BUKAN IKAN! Jangan menjadikan Tuhan ikan yang perlu dipancing dengan umpan. Tuhan itu mahamurah, mengasihi semua manusia, baik yang mengenal Dia maupun yang tidak mengenal Dia, baik yang mengembalikan persepuluhan maupun yang tidak/belum mengembalikan persepuluhan. Ingat Matius 5:45:

Agar kamu boleh menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, karena Dia membuat matahariNya terbit bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.

 

Bapa yang di Surga itu membuat matahari terbit bagi orang yang jahat dan orang yang baik, dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan yang tidak benar. Di sini tidak hanya bicara tentang Tuhan memberikan penerangan dan air, tapi jangan lupa masyarakat di masa lampau itu kehidupannya sangat bergantung kepada matahari dan hujan, segala tanaman dan ternak mereka bisa hidup karena ada matahari dan hujan. Tanpa matahari dan hujan, mereka akan mengalami paceklik, kelaparan, manusianya tidak punya makanan, hewannya juga tidak punya makanan. Berarti dengan mengucapkan kata-kata di ayat itu, Yesus menegaskan bahwa TUHAN TETAP MEMBERIKAN PENGHIDUPAN KEPADA ORANG YANG JAHAT DAN ORANG YANG TIDAK BENAR, bukan hanya kepada orang yang baik dan benar, karena Tuhan Pemurah dan Pengasih.

Jadi, bagi mereka yang tidak setuju dengan praktek mengembalikan persepuluhan kepada Tuhan, jangan khawatir tidak bisa hidup di dunia ini. Tetap bisa. Tuhan tetap akan memberikan matahari dan hujan kepada kalian. Bahkan bagi mereka yang mengolok-olok Tuhan pun, matahari tetap bersinar bagi mereka, dan hujan juga tetap turun bagi mereka.

 

Lalu bagi mereka yang mengembalikan persepuluhan dengan motivasi untuk “memancing” berkat yang lebih melimpah dari Tuhan, itu sangat memalukan. Berarti kita menganggap Tuhan itu seperti ikan.  Teori para pemancing ikan adalah, kalau mau mendapatkan ikan yang besar, umpannya harus besar. Mengapa kita menjadikan Tuhan sama dengan ikan? Teori Kemakmuran adalah konsep yang salah.

 

 

Jadi, teman-teman, KITA MENGEMBALIKAN PERSEPULUHAN BUKAN KARENA MENGHARAPKAN  BERKAT YANG LIMPAH DARI TUHAN! Lebih tepat lagi kalimatnya   JANGAN KARENA MENGHARAPKAN BERKAT YANG LIMPAH DARI TUHAN!

Kita mengembalikan persepuluhan kepada Tuhan karena itu milik Tuhan, dan karena kita sudah mendapatkan segala macam berkat dari Tuhan.

 

Kita mengembalikan persepuluhan kepada Tuhan karena:

1.   itu milik Tuhan,

2.   kita tidak berhak memakainya,

3.   dan karena kita sudah mendapatkan segala macam berkat dari Tuhan.

 

Jika kita mengembalikan persepuluhan karena mengharapkan berkat yang limpah dari Tuhan, itu berarti kita sudah terseret TEORI KEMAKMURAN!  Itu berarti KITA PAMRIH! Kita mengharapkan balasan! Memberi pamrih itu lebih jelek daripada orang yang tidak memberi.

 

Hendaknya persepuluhan yang kita kembalikan itu, kita kembalikan dengan sukakcita,  KARENA  KITA  MENGETAHUI  BAHWA  ITU  ADALAH MILIK TUHAN, itu bukan milik kita, kita tidak berhak memakainya.

Karena itu, istilah yang tepat adalah MENGEMBALIKAN persepuluhan” bukan “membayar persepuluhan” (karena kita tidak membeli apa-apa dari Tuhan)  atau “memberikan persepuluhan”. (karena dari awal itu memang bukan milik kita, sehingga bukan kita yang “memberikan”kannya kepada Tuhan). Bahkan segala yang kita punya itu pemberian Tuhan kepada kita. Jadi kita hanya bisa “mengembalikan” apa yang memang adalah milik Tuhan.

 

 

Lalu bagaimana dengan Maleakhi 3:10 yang selalu dipertentangkan antara orang Kristen yang pro persepuluhan dan orang Kristen yang kontra persepuluhan?

Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan UJILAH AKU, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan suatu berkat kepadamu sedemikian besarnya hingga tak ada lagi tempat untuk menerimanya.

 

Kata kuncinya di sini adalah “UJILAH AKU”.

Teman-teman, PERLUKAH KITA MENGUJI TUHAN? Coba renungkan pertanyaan ini. Menguji itu artinya TIDAK YAKIN. Seorang guru merasa perlu menguji muridnya karena tidak yakin murid tersebut sudah menguasai pelajarannya. Seseorang merasa perlu menguji ketulusan kekasihnya karena tidak yakin dengan motivasinya. Tetapi jika dia sudah yakin bahwa kekasihnya sungguh-sungguh mengasihinya, apakah dia masih perlu mengujinya lagi?

 

Apa tidak kebangeten sampai Tuhan harus berkata “UJILAH AKU”? Dengan kata lain Tuhan berkata, “Kamu tidak percaya kepadaKu, sekarang buktikan, Aku akan memberimu berkat yang berlimpah-limpah!” Apa kita masih perlu membuktikan kemurahan Tuhan? Apa selama ini kita tidak merasa sudah menerima segala macam berkat dari Tuhan? 

      • Kita bisa bernafas tanpa kesulitan, itu saja sudah suatu berkat,   banyak orang yang untuk bernapas saja susah, harus dibantu alat pernapasan.    
      • Kita bisa berdiri dan berjalan dengan kedua kaki sendiri, apakah itu bukan berkat? Banyak orang yang mau berjalan saja susah sampai harus duduk di kursi roda.     
      • Kita setiap hari berada di jalanan bisa pulang dengan utuh dan selamat tanpa musibah, apa itu bukan berkat? Berapa orang yang mengalami kecelakaan di jalan?     
      • Kita bisa makan setiap hari, punya bantal untuk tidur, punya atap di atas kepala, apa itu bukan berkat? Yesus saja tidak punya atap, tidak punya bantal.

Kita sudah terus-menerus menerima berkat Tuhan walaupun setiap hari kita masih berbuat kesalahan, masih berbuat dosa yang menyedihkan hati Tuhan.

 

Teman-teman, kalau Tuhan sampai merasa perlu berkata kepadaku, “Ujilah Aku!”, aku akan sangat malu, aku akan sangat sedih. Mengapa aku masih perlu menguji Tuhan? Mengapa TUHAN MENGANGGAP AKU MASIH PERLU MENGUJI DIA? Berarti Tuhan menganggap aku tidak percaya kepadaNya!

Tuhan sampai berkata “UJILAH AKU” di Maleakhi 3:10 karena bangsa Israel saat itu sudah tidak kenal lagi siapa Tuhan mereka, mereka sudah murtad. Apakah aku juga sudah murtad, sehingga Tuhan harus menantang dan berkata kepadaku, “Ujilah Aku”?

 

Maleakhi 3:10 ini bukan merupakan barter (tukar-menukar) antara mengembalikan persepuluhan dengan kelimpahan berkat dari Tuhan, tapi itu merupakan suatu tamparan pedas, bahwa Tuhan sampai perlu menantang umatNya yang sudah melupakan Dia, untuk menguji Dia!

Teman-teman, mengembalikan persepuluhan itu adalah suatu perintah yang sudah dibuat oleh Tuhan sejak zaman purba. Abraham saja sudah tahu bahwa dia harus mengembalikan sepersepuluh dari hartanya kepada imam Tuhan dari Salem, Melkhizedek. (Kejadian 14:20) Siapa yang mengajari Abraham? Tuhan!

Kemudian di zaman Musa, Tuhan mengulangi lagi perintahNya ini karena Israel telah hidup di Mesir 200an tahun dan sudah banyak melupakan ajaran Tuhan. (Imamat 27:31, Ulangan 12:11, 26:12). Jadi ini bukan perintah baru. Tetapi ini juga bukan perintah lama yang dibatalkan Yesus! Ingat Yesus berkata apa di Matius 5:17-18

17Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan kitab hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. 18 Karena sesungguhnya Aku berkata kepadamu, ‘Sesungguhnya sampai lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sampai semuanya digenapi.’

 

Jadi tidak ada yang dibatalkan oleh Yesus! Jangan menciptakan sendiri ayat yang tidak ada di Alkitab. Ini ayatnya jelas dan tegas. “Satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari Hukum Taurat” sampai kapan? “Sampai lenyap langit dan bumi ini.” Apa langit dan bumi ini sudah lenyap? Berarti Hukum Taurat itu masih berlaku!

 

Dan ada orang Kristen yang bilang, “Yesus tidak mengembalikan persepuluhan! Kita mengikuti teladan Yesus.”

Persepuluhan itu dikenakan atas pertambahan/keuntungan/penghasilan yang kita peroleh, atau dari hasil kerja kita.

Alkitab tidak mencatat kegiatan Yesus sebelum Dia memulai pelayananNya sebagai “Yang Diurapi”. Ketika Yesus belum memulai penginjilan, dia bekerja sebagai tukang kayu melanjutkan pekerjaan Yusuf, Dia mendapat nafkah. Maka pasti pada waktu itu Dia mengembalikan persepuluhan, karena Alkitab berkata Yesus tidak pernah berbuat dosa. Jika Yesus mendapat nafkah tapi tidak mengembalikan persepuluhan, Dia sudah berbuat dosa. Tapi Alkitab berkata Yesus tidak pernah berbuat dosa. Berarti Yesus pasti mengembalikan persepuluhan.

 

2 Korintus 5:21

Karena Dia (Allah Bapa) telah menjadikan Dia (Yesus) yang tidak mengenal dosa menjadi dosa demi kita, supaya kita boleh dijadikan kebenaran Allah di dalam Dia.

 

Setelah Yesus memulai pelayananNya menyampaikan kabar selamat, Yesus tidak mencari nafkah. Selama 3½ tahun terakhir dari hidupNya yang dicatat oleh Alkitab, tidak ada catatan bahwa Yesus pernah bekerja mencari nafkah, karena itu tidak ada catatan Yesus mengembalikan persepuluhan. Tetapi dapat dipastikan bahwa sebelum Yesus meninggalkan rumahNya untuk menginjil, pada waktu Dia masih hidup di Nazaret dan Dia bekerja mencari nafkah untuk menghidupi keluargaNya, Dia mengembalikan persepuluhan.

 

Dosa itu apa? Lihat definisi Alkitab tentang dosa: 1 Yohanes 3:4

Siapa yang berbuat dosa, juga melanggar Hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran Hukum Allah.

 

Kalau Yesus tidak pernah berbuat dosa, berarti Yesus tidak pernah melanggar Hukum Allah! SEMUA HUKUM ALLAH! Termasuk mengembalikan persepuluhan. Jadi pada saat Yesus punya nafkah, Dia pasti mengembalikan persepuluhan.

 

 

Lalu ada yang mengatakan, persepuluhan itu hanya membuat kaya gereja, atau pendetanya. Pendetanya bisa punya mobil mewah, rumah mewah, menyekolahkan anak-anaknya keluar negeri, punya deposito bertumpuk-tumpuk di bank. Itu semua karena dia memakai uang persepuluhan! 

Oke, memang ada pendeta-pendeta yang makmur karena salah menggunakan uang persepuluhan. TAPI ITU URUSAN DIA DENGAN TUHAN!  Percayalah, dia nanti yang harus mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada Tuhan.

Tetapi kalau kita yang tidak mengembalikan persepuluhan, karena alasan apa pun, KITA JUGA HARUS MEMPERTANGGUNGJAWABKANNYA KEPADA TUHAN.

Maka jika kita melihat ada yang tidak beres dengan penggunaan uang persepuluhan, tidak sulit sebenarnya bagi kita. Berarti Tuhan sudah menunjukkan bahwa kita perlu mencari gembala yang lain, gereja yang lain, yang lebih benar, yang lebih mencerminkan ajaran Kristus, yang lebih alkitabiah. Itu tugas kita. Memilih pilihan yang benar itu tanggung jawab kita. 

 

 

Teman-teman, mengembalikan apa yang milik Tuhan itu BUKAN BERBUAT SUATU KEBAIKAN! Jangan salah! Itu adalah KEWAJIBAN!

Jika kita melakukannya, itu adalah keharusan, kita tidak layak mendapat hadiah/bonus ekstra karena melakukan apa yang memang seharusnya kita lakukan. Namanya itu memang bukan hak kita, itu hak Tuhan, jadi kita wajib mengembalikannya. Itulah sebabnya di Maleakhi dikatakan, karena orang Israel tidak mengembalikan persepuluhan, Tuhan menganggap mereka telah menipu, karena mereka memakai apa yang adalah hak Tuhan.

 

Jika kita tidak mengembalikan persepuluhan, apa akibatnya?  Kita berbuat dosa, karena kita telah melanggar Hukum Tuhan. Dan upah dosa itu apa? Upah dosa itu maut! (Roma 6:23). Maut artinya mati kekal.

Jangan sampai pada saat akhir zaman nanti, kita baru tahu kita tidak dibawa Tuhan menjadi tamu Surga karena kita telah terus bersikokoh tidak mau mengembalikan persepuluhan!

 

Jangan menganggap enteng pelanggaran terhadap Hukum Tuhan. Hukum Tuhan yang mana pun, tidak boleh dilanggar. Melanggar berarti dosa. Dosa berarti mati kekal. Jangan kita menganggap persepuluhan ini hal yang sepele. “Yang penting kasih”, itu yang sering dijadikan alasan dan bumper banyak orang Kristen. Asal ada KASIH, yang lain-lain tidak usah, kata orang Kristen. Tidak ada ayat Alkitab yang berkata demikian. Setiap Hukum Tuhan itu kudus, dan itu harus dipatuhi. Tuhan tidak membuat peraturan untuk dilanggar. Lihat saja Adam. Hukum Tuhan kepada Adam hanya “Jangan makan buah terlarang.” Sederhana. Adam melanggar. Akibatnya kehilangan hidup kekal, bahkan sampai ke semua anak-cucunya. Apakah masalahnya karena Tuhan kehilangan satu buah dari pohonNya? Tidak. Masa pohon itu tidak bisa menghasilkan lagi satu buah untuk menggantikan yang dimakan Adam? Bukan itu masalahnya.  Masalahnya adalah Adam tidak patuh kepada Hukum Tuhan. Dan itu namanya dosa. Dan dosa itulah yang menyebabkan Adam dan semua keturunannya kehilangan hidup kekal.

 

Mengembalikan persepuluhan pun demikian. Tuhan itu yang empunya seluruh alam semesta. Apa Dia kekurangan uang? Apa Tuhan perlu minta uang kita? Tidak! Kalau Tuhan mau dia bisa menciptakan gunung emas tanpa bantuan kita. Yang Tuhan minta dari kita adalah pengakuan kita atas autoritas Tuhan, bahwa kita mengakui Tuhan itu Allah kita.

Dengan cara apa kita mengakui Tuhan itu Allah kita? Dengan mengakui apa yang adalah milik Tuhan dan mengembalikannya.

 

Teman-teman, mengembalikan persepuluhan itu mirip dengan memelihara kekudusan hari yang ketujuh sebagai hari Sabat Tuhan Allah kita.

Sebetulnya SEMUA yang kita peroleh, itu kita peroleh dari Tuhan, Tuhan yang mengaruniakannya kepada kita. Jadi SEMUA PENGHASILAN KITA itu berasal dari Tuhan, dan SEMUA HARI DALAM HIDUP KITA itu juga berasal dari Tuhan!  Kalau Tuhan ambil kembali, habislah kita.

Supaya kita tidak lupa bahwa semua penghasilan dan semua hari-hari kita itu pemberian dari Tuhan, maka Tuhan minta kita mengembalikan sepersepuluh dari setiap penghasilan kita kepadaNya, dan setiap hari yang ketujuh dari satu minggu kepadaNya. Dengan mengembalikan:

Ø    sepersepuluh dari penghasilan kita,

Ø    dan hari ketujuh dari setiap minggu kepada Tuhan,

kita mengakui bahwa Tuhanlah Pemilik segalanya, Tuhanlah yang punya segalanya.

 

Dengan kita mematuhi semua HUKUM TUHAN, PERINTAH TUHAN, PERATURAN TUHAN itu menunjukkan sampai di mana kita mengasihi Tuhan, sampai di mana kita ikut Tuhan, sampai di mana komitmen kita pada janji setia kita kepada Tuhan.

Semua orang Kristen mengatakan mereka mengasihi Tuhan. Tapi omong doang tidak ada nilainya. Kita harus buktikan bahwa apa yang kita katakan itu benar. Dan apa buktinya kita benar-benar mengasihi Tuhan? Lihat nih definisi Alkitab, di Yohanes 14:15, ini terjemahan kata-kata Yesus sendiri, ad verbatim,

Jikalau kamu mengasihi Aku, turuti Perintah-perintah-Ku.

 

Bukan hanya pencuri, perampok dan pembunuh yang tidak mengasihi Tuhan.

      • Tapi, kalau kita tidak mengembalikan persepuluhan, kita tidak mengasihi Tuhan.   
      • Kalau kita makan daging yang diharamkan Tuhan, kita tidak mengasihi Tuhan.   
      • Kalau kita menajiskan tubuh kita dengan zinah atau mengisinya dengan racun, kita tidak mengasihi Tuhan.   
      • Kalau kita memakai hari yang ketujuh yang adalah Sabat Tuhan Allah kita untuk keperluan kita sendiri, kita tidak mengasihi Tuhan.


Tuhan begitu mengasihi kita. Mengapa kita tidak mau mengasihi Tuhan? Kita mau mengasihi Tuhan. Kita cuma mau “mengasihi” Tuhan dengan cara kita sendiri. Kita harus mengasihi Tuhan dengan cara Tuhan, bukan dengan cara kita sendiri. Dan mengasihi dengan cara Tuhan ya itu tadi, Yesus jelas mengatakan “Jikalau kamu mengasihi Aku, turuti Perintah-perintah-Ku.”

 

Suatu renungan.

 

 

 

 

25 07 15





Tidak ada komentar:

Posting Komentar