Kamis, 28 April 2016

164. MENGHUJAT ROH KUDUS

164.  MENGHUJAT ROH KUDUS

______________________________________________________________

 Ayo bicara tentang pengampunan Tuhan dan dosa yang tidak akan diampuni.

 

Siapa yang tidak tahu bahwa Allah itu mahapengampun dan mahapengasih? Rasanya semua orang tahu ya? Bahwa ALLAH ADALAH KASIH, semua orang Kristen tahu. Alkitab sendiri berkata begitu:

 

1 Yohanes 4:16

Dan kita telah mengenal dan mempercayai kasih yang dimiliki Allah untuk kita. Allah adalah kasih, dan dia yang tinggal dalam kasih, tinggal dalam Allah dan Allah  dalam dia.

 

Jadi, karena Allah adalah kasih, Allah itu mahapengampun, Allah selalu mengampuni dosa-dosa kita, karena Allah mengasihi kita dan Allah tidak mau kita binasa. Kalau bisa, Allah ingin semua manusia itu selamat, semua manusia bisa dibawaNya pulang ke Surga, dan semua manusia boleh mewarisi dunia baru.

Karena itulah, Allah mau mengampuni dosa-dosa kita. Kristus mati supaya darahNya boleh menghapuskan dosa-dosa manusia. 

 

1 Yohanes 1:9

Jika kita mengakui dosa kita,  Ia setia dan adil untuk mengampuni kita dari segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan

 

Inilah janji Allah kepada kita.

 

Tetapi, walaupun Allah itu kasih dan Dia berjanji akan mengampuni segala dosa kita, tetapi Yesus berkata ADA DOSA YANG TIDAK DIAMPUNI oleh Allah.

Kok bertolak belakang? Coba kita baca dulu ayatnya:

 

Markus 3:28-29

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dari anak-anak manusia akan diampuni, dan hujat apa pun yang mereka ucapkan; tetapi dia yang  menghujat menentang Roh Kudus, ia tidak pernah mendapat ampun, melainkan terkena penghukuman kekal.

 

Lukas 12:10

Dan siapa pun yang mengucapkan sepatah kata menentang Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi kepada siapa yang menghujat menentang Roh Kudus, itu tidak akan diampuni.

 

Dulu, ketika aku pertama membaca Lukas 12:10 ini, aku salah paham dan menarik kesimpulan yang salah. Aku berpikir, wah, kalau begitu Roh Kudus itu pangkatnya lebih tinggi daripada Anak Manusia, karena mengucapkan kata yang menentang Anak Manusia, diampuni, tetapi menghujat Roh Kudus itu tidak diampuni!

Ternyata itu adalah pemahaman yang salah, sebagian juga karena terjemahan LAI yang kurang tepat. Coba kita bandingkan terjemahan LAI dengan terjemahan NKJV di atas. Sekilas sepertinya sama, tetapi ternyata tidak, dan tanpa kita sadarai, kata-kata itu menanamkan kesan yang mendalam dalam otak kita.

 

Ternyata kalimat yang benar di Lukas 12:10 dan Markus 3:29 itu adalah  “menghujat menentang Roh Kudus” bukan cuma “menghujat Roh Kudus”.  Terjemahan bahasa Inggrisnya adalah “blaspheme against”, dalam tulisan Greekanya, ada kata εἰς [eis] dan itu yang diterjemahkan “against” dalam bahasa Inggrisnya. Dalam bahasa Indonesianya, itu artinya “menentang”.

Lho apa bedanya?

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, kata menghujat artinya “mencaci, mencela, memfitnah.” Dalam kamus Bahasa Inggris, “blaspheme” atau menghujat artinya “mengucapkan kata-kata kotor, mengumpat, berbicara secara tidak hormat”.

Berarti kalau hanya “menghujat Roh Kudus”  [tanpa kata “menentang”], berarti orang itu mencaci/mengumpat, mencela, memfitnah, mengucapkan kata-kata kotor, berbicara secara tidak hormat pada Roh Kudus.

Nah, menurut aku sih, nyaris tidak adalah orang yang kurang kerjaan memaki-maki Roh Kudus, atau mengucapkan kata-kata kotor dan tidak hormat kepada Roh Kudus. Kebanyakan orang non-Kristen bahkan tidak tahu tentang sosok Roh Kudus ini, dan di antara orang Kristen masih ada yang menganggap Roh Kudus itu hanya suatu kekuatan, suatu kuasa, bukan satu Pribadi.

Maka menurut aku, jelas di antara orang Kristen “menghujat Roh Kudus” itu tidak akan terjadi, dan di luar orang Kristen pun aku yakin tidak ada orang yang memaki-maki Roh Kudus, paling-paling dia tidak percaya ada Roh Kudus, gitu aja.

Berarti, tidak adalah dosa yang tidak diampuni Allah, karena tidak ada orang yang berbuat dosa menghujat Roh Kudus.

 

Tetapi ternyata pemahamanku itu salah besar.

 

Setelah mengecek apa kalimat yang sebenarnya, aku baru sadar bahwa kata itu adalah βλασφημήσῃ εἰς [blasphēmēsē eis] atau “blaspheme against” yang jika diterjemahkan bahasa Indonesianya adalah “menghujat menentang” Roh Kudus.

Apa maksudnya “menghujat menentang Roh Kudus”? Artinya, “menghujatnya itu menentang Roh Kudus.” Jadi bukan sekadar berbicara kotor, atau mencela, atau mengumpat Roh Kudus, tetapi, MENENTANG Roh Kudus, dan MENENTANG ROH KUDUS ITULAH MENGHUJAT YANG DIMAKSUDKAN YESUS di Markus 3:28-29, dan Lukas 12:10.

 

Berarti, kita tidak perlu mengucapkan kata-kata yang kotor, kita tidak perlu berbicara secara tidak hormat, kita tidak perlu mengumpat, kita tidak perlu maki-maki Roh Kudus untuk masuk kategori  “menghujat Roh Kudus”.

 

Kita boleh bersikap sangat sopan terhadap Roh Kudus,

namun bila kita MENENTANG-NYA,

kita masuk kategori menghujat Roh Kudus.

 

Maka pertanyaan berikutnya adalah: APA ITU MENENTANG ROH KUDUS?

 

Sebelumnya marilah kita lihat siapa Roh Kudus ini dan apa peranNya.

Yohanes 14:16-17, 26

14:16       Dan Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu Penghibur yang lain, supaya Ia [= Penghibur itu] boleh tinggal bersamamu selama-lamanya.

14:17       Yaitu Roh Kebenaran, yang tidak dapat diterima oleh dunia, sebab dunia tidak melihat Dia maupun mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, karena Dia tinggal bersamamu dan akan ada di dalammu.

14:26        tetapi Penghibur itu, yaitu Roh Kudus, yang akan dikirim oleh Bapa dalam nama-Ku,  Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu, dan akan mengingatkan kamu akan semuanya, apa pun yang telah Kukatakan kepadamu

 

Kata yang diterjemahkan “Penghibur” dalam bahasa aslinya disebut  παράκλητος [paraklētos], yang berarti: “perantara, advokat, penghibur”. Di KJV kata itu diterjemahkan “Comforter” atau “Penghibur”, tidak tahu mengapa di NKJV kata itu diterjemahkan “Helper” atau “Penolong”, mungkin karena peranan Roh Kudus lebih banyak bersifat menolong manusia untuk lebih mengenal Allah dengan mengajarkan segala sesuatu dan mengingatkan kita akan semua ajaran Kristus.

 

Nah, di ayat 17 di atas dikatakan, Roh Kudus ini adalah Roh Kebenaran, berarti Dia penuh kebenaran, dan karena Dia bertugas ”mengajarkan segala sesuatu” kepada manusia, berarti “segala sesuatu” yang diajarkanNya adalah tentang apa? Tentang Kebenaran.

 

Pertanyaan: Apa gunanya manusia tahu tentang kebenaran?

 

Yohanes 8:31-32

Lalu kata Yesus kepada orang-orang Yahudi yang percaya pada-Nya, ‘Jikalau kamu tetap dalam Firman-Ku, maka kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.’


Jadi KEBENARAN ITU AKAN MEMERDEKAKAN kita.

 

Pertanyaannya: Memerdekakan dari apa?

Dari DOSA.

Perhatikan, BUKAN DARI HUKUM TAURAT, BUKAN DARI SEGALA PERINTAH ALLAH, TETAPI MEMERDEKAKAN DARI DOSA.

Dan ini adalah kata-kata Yesus sendiri masih di perikop yang sama, penjelasan yang diberikan Yesus menjawab pertanyaan orang-orang Yahudi yang apa? Yang percaya padaNya! Jadi kali ini Yesus tidak berbicara kepada para ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang memusuhiNya, tetapi Dia sedang berbicara kepada orang-orang Yahudi yang percaya padaNya.

 

Yohanes 8:34, 36

Jawab Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu sungguh-sungguh, siapa yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.

Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu maka kamu baru benar-benar merdeka.’

 

Jadi, Yesus berkata   siapa yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.”

Apakah ada manusia yang bukan hamba dosa? Tidak ada.

Di Roma 3:23 jelas ditulis

Karena SEMUA orang telah berbuat dosa dan gagal mencapai  kemuliaan Allah.

 

Jadi semua orang telah berbuat dosa, berarti semua orang adalah hamba dosa. Oleh karena itu semua orang perlu dimerdekakan dari dosa.

 

Apa yang dilakukan Roh Kudus untuk kita?

Ø     Roh Kudus mengajarkan segala sesuatu tentang kebenaran yang akan memerdekakan kita dari dosa, dan

Ø     Roh Kudus mengajarkan dan mengingatkan kita akan semua yang dikatakan Kristus (apa yang dikatakan Kristus itu semua ajaranNya,  bisa kita lihat di dalam Alkitab/Firman Tuhan.)

 

Tujuannya apa?

1.    Membawa kita kepada pertobatan, dengan demikian kita boleh diselamatkan, dan

2.     Membuat kita selalu mengingat segala yang diajarkan Kristus, supaya kita tetap berjalan di jalan kebenaran, melakukan semua kehendak Allah, dan tetap selamat hingga kedatangan Kristus yang kedua.

 

Maka bila orang “menghujat menentang Roh Kudus”, artinya dia berbuat apa? DIA TIDAK MAU MENERIMA APA YANG DILAKUKAN ROH KUDUS UNTUKNYA.

Iya kan? Menentang artinya menolak, tidak menerima, bahkan berbuat yang bertolakbelakang, bukan?

 

Berarti apa itu DOSA YANG TIDAK DIAMPUNI?

Kata Yesus, dosa yang tidak diampuni adalah MENGHUJAT  MENENTANG ROH KUDUS

Jadi bila manusia:

1.   MENOLAK UNTUK BERTOBAT,

2.   MENOLAK KEBENARAN YANG DISAMPAIKAN ROH KUDUS,

3.   MENOLAK MENURUT SEMUA AJARAN KRISTUS YANG DIINGATKAN ROH KUDUS

Itulah dosa yang tidak akan diampuni.

 

Teman-teman, kita semua adalah manusia yang lemah. Kedagingan kita dari waktu ke waktu masih menguasai kita, ego kita masih sering membuat kita jatuh. Terkadang kita tersinggung, terkadang kita membuat orang lain tersinggung, terkadang kita marah, terkadang kita membuat orang lain marah, gesekan dalam kehidupan sehari-hari dari waktu ke waktu masih muncul dan sesekali kita jatuh lagi dalam dosa.

Tetapi dosa-dosa ini adalah dosa-dosa kelemahan kita, dosa-dosa yang spontan karena rem kita ngeblong, dosa-dosa yang tidak kita rencanakan, dosa-dosa karena kelemahan kita. Walaupun semua dosa itu hukumannya mati kekal, tetapi dosa-dosa ini akan diampuni oleh Tuhan jika kita sesali, kita akui, kita tinggalkan, dan kita mohonkan ampun.

1 Yohanes 1:9

Jika kita mengakui dosa kita,  Ia setia dan adil untuk mengampuni kita dari segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.

 

Lalu dosa-dosa yang tidak diampuni itu misalnya dosa-dosa yang bagaimana? Dosa-dosa yang dikatakan menghujat menentang Roh Kudus?

Paulus memberikan penjelasan yang lebih spesifik:

Ibrani 10:26-27

Sebab, jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk [menghapus] dosa itu. Tetapi yang ada ialah penantian yang mengerikan akan datangnya penghakiman,  dan api kemurkaan yang akan memakan habis mereka yang melawan.

 

Siapa yang memberikan “pengetahuan tentang kebenaran”? Roh Kudus, Roh Kebenaran, Penghibur yang dikirim oleh Allah Bapa kepada manusia.

 

Apakah “sengaja berbuat dosa setelah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran” itu menghujat menentang Roh Kudus? Iya, karena itu berarti kita menolak, menentang, bahkan melawan ajaran yang diberikan Roh Kudus yang memang bertugas mengajarkan kebenaran kepada kita.

Dan Paulus menulis dengan sangat jelas, bagi yang sengaja berbuat dosa setelah tahu apa yang benar, sudah tidak ada lagi korban untuk penghapusan dosa, maksudnya pengorbanan Yesus di salib untuk menghapuskan dosa manusia sudah tidak berlaku lagi bagi orang yang sengaja berbuat dosa setelah dia memperoleh pengetahuan tetang kebenaran. Sebaliknya apa yang tersisa baginya? penantian yang mengerikan akan datangnya penghakiman,  dan api kemurkaan yang akan memakan habis…” siapa?  “…mereka yang melawan.”  Melawan siapa? Melawan Roh Kudus!

 

Melawan Roh Kudus itulah DOSA YANG TIDAK AKAN DIAMPUNI.

Jadi, dosa-dosa yang tidak diampuni itu menyangkut MENENTANG/MELAWAN KEBENARAN ALLAH DENGAN SENGAJA.

Misalnya, kita sudah tahu tentang 10 Perintah Allah yang ditulis jari Allah sendiri pada dua  loh batu. Seharusnya semua orang Kristen hafal luar kepala 10 Perintah Allah ini,  tidak ada yang bisa beralasan tidak tahu, bukan? Ini adalah kebenaran Allah, bahkan ini adalah Hukum Allah dan setiap anak Allah wajib tahu. Maka, SENGAJA MELANGGAR SALAH SATU DARI 10 PERINTAH ALLAH INI MASUK KATEGORI MENGHUJAT MENENTANG ROH KUDUS yang telah memberikan kebenaran itu kepada kita.

 

Kita ambil beberapa contoh, misalnya Perintah ke-2:  

Keluaran 20:4-6

Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-ananya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.

Tetapi jika dengan segala alasan yang tidak alkitabiah, kita tetap sujud dan menyembah sesuatu yang dibuat oleh tangan manusia, entah itu gambar, entah itu patung, entah itu lambang, entah itu jimat, entah itu dianggap barang sakral, apakah itu sengaja berbuat dosa, sengaja menghujat menentang Roh Kudus? Iya.

 

Misalnya Perintah ke-4:

Keluaran 20:8-1

8 Ingatlah hari Sabat, peliharalah kekudusannya, 9 enam hari lamanya engkau harus bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,  10       tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka pada hari itu jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. 11 Sebab dalam enam hari TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya,  dan telah berhenti bekerja pada hari ketujuh. Itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.

 

Tetapi jika dengan segala alasan yang tidak alkitabiah, kita sengaja tidak memelihara kekudusan Sabat hari ketujuh, maka kita memutuskan untuk mengabaikan perintah ini, perintah yang dibuat oleh TUHAN sendiri, dan melanjutkan hidup kita sesuai kehendak kita seolah-olah kita tidak berbuat dosa apa pun. Ini adalah dosa menghujat menentang Roh Kudus.

 

Misalnya Perintah ke-5:  ”Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.” [Keluaran 20:12]

Tetapi karena alasan macam-macam: istri kita tidak cocok dengan orangtua kitalah, atau dulu orangtua pilih kasih lebih mencintai kakak atau adik kitalah, atau orangtua kita jahatlah, dll. kita memilih dengan sengaja tidak mau tahu tentang orangtua kita, padahal kita sudah tahu bahwa bagaimana pun orangtua kita, baik atau buruk, TUHAN memerintahkan kita untuk menghormati orangtua kita. Kata “menghormati” artinya meletakkan yang dihormati itu di atas yang menghormati, dengan kata lain artinya mendahulukan kepentingan yang dihormati di atas kepentingan yang menghormati.

Maka jika kita dengan sengaja memilih untuk tidak menghormati, tidak mendahulukan kepentingan orangtua kita, membiarkan mereka terlantar baik secara fisik, materi, maupun mental, itu kita sengaja melawan kebenaran yang sudah kita ketahui, itu sama dengan menghujat menentang Roh Kudus.

 

Jadi semua dosa menghujat menentang Roh Kudus itu mengandung unsur KESENGAJAAN, DILAKUKAN DENGAN NIAT, DENGAN RENCANA melawan kebenaran Allah yang disampaikan dan diingatkan Roh Kudus kepada kita.

 

Di dalam kehidupan sekuler, kita mengenal istilah “pembunuhan tingkat pertama” ini adalah pembunuhan yang memang disengaja, punya niat jahat untuk membunuh dan sudah direncanakan sebelumnya.

Sedangkan “pembunuhan tingkat dua” adalah tindakan dengan niatan untuk membunuh pada saat itu, tetapi tidak direncanakan sebelumnya. Ini adalah pembunuhan yang spontan, niat untuk membunuh muncul pada saat itu, karena kondisi.

“Pembunuhan tingkat tiga” adalah tindakan yang menyebabkan kematian orang lain, tetapi tanpa direncanakan dan tanpa ada niat untuk membunuh. Ini adalah tindakan kelalaian yang menyebabkan kematian orang lain, misalnya mengendarai mobil selagi mengantuk sehingga menabrak orang dan menyebabkan kematiannya.

Nah, DOSA MENGHUJAT MENENTANG ROH KUDUS yang tidak mendapat pengampunan itu ibaratnya adalah kelas “pembunuhan tingkat pertama”, DOSA YANG DIBUAT DENGAN SENGAJA, DAN DENGAN DIRENCANAKAN, dosa yang dibuat TANPA RASA TAKUT PADA TUHAN. Semata-mata tindakan memberontak terhadap kemahakuasaan TUHAN tanpa memikirkan konsekuensinya. Inilah dosa Lucifer ketika dia memberontak terhadap TUHAN. Itulah sebabnya sampai akhir pun dosa Lucifer itu tidak diampuni oleh TUHAN.

 

Maka, jika kita ingin selamat, jika kita ingin menjadi tamu Allah di Surga, jika kita ingin mewarisi dunia baru, janganlah kita SENGAJA, DAN DENGAN NIAT JAHAT SERTA RENCANA, MENENTANG ROH KUDUS, karena dosa yang demikian ini tidak akan mendapatkan pengampunan.

Mengapa?

Karena sengaja tetap melakukan walaupun sudah tahu tentang kebenaran. Berarti kita sudah mengeraskan hati dan menulikan telinga terhadap suara hati nurani, dan dengan  berani sengaja menentang Roh Kudus, sengaja menentang Allah.

 

Jika belum tahu tentang kebenarannya, itu bukan dosa yang tidak bisa diampuni. Itu dosa yang bisa diampuni, karena setelah mengetahui kebenarannya, kita bisa menyesali dosa kita dan kita memohon ampun kepada Tuhan, dan kita bertekad untuk tidak melakukannya lagi dengan sengaja, maka darah Kristus akan menghapuskan dosa kita.

 

Jadi, teman-teman, NIAT KITA itu punya peranan penting dalam menentukan selamat-tidaknya kita.

Ternyata kita sendiri yang menentukan apakah dosa kita bisa mendapatkan pengampunan atau tidak.

Ternyata kita sendiri yang menentukan apakah kita beroleh selamat atau tidak.

Ternyata kita sendiri yang menentukan apakah kita ini anak Allah atau anak Iblis.

Pilihan ada di tangan kita masing-masing.

Semoga kita mendengarkan ajaran Roh Kudus yang akan membimbing kita membuat pilihan yang benar.

 

 

 

29 04 16

 





Kamis, 21 April 2016

163. KHOTBAH DI ATAS BUKIT

163.  KHOTBAH  DI  ATAS BUKIT

______________________________________________________________

 

Pelajaran Sekolah Sabat minggu lalu adalah mengenai Khotbah di atas Bukit, atau dalam bahasa Inggrisnya dikenal dengan nama “Beatitude”. Kata ini berasal dari bahasa Perancis yang berarti suatu kondisi yang sangat berbahagia.

Khotbah di atas bukit ini tertulis di Matius pasal 5, 6, dan 7, jadi cukup panjang. Tentunya tidak bisa dibahas dalam sekali pembahasan. Jadi kita hanya membahas secukupnya saja kali ini.

 

Bagian pertama, Yesus langsung membukanya dengan menyebutkan beberapa kondisi hidup yang tidak menyenangkan, misalnya yang miskin, berdukacita, lapar dan haus, dicela, diftnah, tetapi Yesus mengatakan justru mereka itu yang menerima berkat. Yesus langsung menyorot orang-orang yang menderita ini karena pada masa itu ada pendapat bahwa orang-orang yang menderita hidupnya adalah orang-orang yang kena kutuk Allah, orang-orang yang tidak mendapatkan berkat dari Allah, karena itu hidupnya menderita. Jadi Yesus langsung membuka khotbahNya dengan menyebutkan bahwa orang-orang yang menderita tersebut justru adalah mereka yang akan menerima berkat.

 

Tetapi kita harus cermat membaca khotbah ini, karena semua penderitaan yang disebutkan Yesus di bagian awal ini berkaitan dengan kerohanian, bukan bicara tentang kondisi jasmani.

 

Mari kita lihat Matius 5:3-20. 

Kita akan melihat bahwa Yesus memulai kalimat-kalimatNya dengan kata μακάριος [makarios] yang diterjemahkan “Berbahagialah” dalam Alkitab LAI. Sebenarnya kata  μακάριος [makarios] berarti “Diberkati”. Jika “diberkati” berarti ada yang memberkati. Siapa? TUHAN. Jadi kalau “Diberkati” itu jelas menggambarkan suatu kondisi di mana subjek itu menerima berkat dari TUHAN. Kalau sekadar “Berbahagialah” itu tidak jelas siapa yang memberi kebahagiaan itu. Kalau “diberkati” pasti “bahagia” tetapi kalau “bahagia” belum tentu karena “diberkati”. Karena itu, baiklah kita memakai kata “Diberkatilah” seperti KJV, menggantikan kata “Berbahagialah”. Seperti biasa, semua ayat yang dipakai di blog ini adalah ayat-ayat yang diterjemahkan dari KJV, bukan dari Alkitab LAI.

 

5:3             Diberkatilah orang yang merasa sangat tidak layak di hadapan Allah karena merekalah yang empunya kerajaan surga

 

Jadi di ayat 3, KJV menerjemahkannya “the poor in spirit” jadi yang dimaksud bukanlah orang yang tidak punya uang, seperti yang diterjemahkan LAI “miskin di hadapan Allah”. Apa artinya “miskin di hadapan Allah”? Orang yang kerohaniannya rendah? Tapi bukan itu yang dimaksud Yesus dengan kata-kataNya di sini. Tulisan aslinya adalah  πτωχοὶ [ptōchoiτῷ  [πνεύματι  [pneumati].

Kata πτωχοὶ [ptōchoi] ini dipakai untuk menggambarkan seorang pengemis yang menyadari kehinaan dirinya, meringkuk di sudut di bawah sekecil-kecilnya supaya tidak terlihat oleh orang, karena dia merasa tidak layak berjajar dengan orang lain. Jadi seharusnya ayat itu diterjemahkan “Diberkatilah orang yang merasa sangat tidak layak di hadapan Allah karena merekalah yang empunya kerajaan surga”.

 

Pertanyaan: Mengapa orang itu merasa sangat tidak layak di hadapan Allah? Karena menyadari dirinya hina, tidak layak dikasihi Allah,  menyadari dirinya kecil, bukan apa-apa, tidak memiliki kebaikan apa pun di dalam dirinya. Tetapi justru kata Yesus dia itulah yang empunya kerajaan Surga.

Mengapa?

Karena hanya orang yang merasa dirinya hina, dirinya bukan apa-apa, dirinya tidak layak, dirinya tidak memiliki kebaikan apa-apa, merekalah yang merasa membutuhkan Juruselamat. Hanya orang yang merasa dia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri yang merasa memerlukan Juruselamat. Orang yang merasa dirinya sudah hebat, sudah baik, sudah mampu mencapai surga dengan kemampuan dan pahalanya sendiri, tidak merasa memerlukan Juruselamat.

Karena konsep penyelamatan yang diajarkan Alkitab adalah hanya berdasarkan kasih karunia Allah, dan bukan berdasarkan perbuatan manusia sendiri, maka Yesus di sini menegaskan bahwa hanya mereka yang sadar bahwa mereka membutuhkan Juruselamat yang akan selamat.

 

 

5:4           Diberkatilah orang yang berduka [karena dosa] karena mereka akan dihibur.

 

Ini orang berdukacita karena apa? Bukan karena dompetnya hilang, atau pacarnya meninggalkan dia, atau dipecat dari pekerjaannya, atau tidak lulus ujian, tetapi ini adalah mereka yang berdukacita karena dosa. Dosa siapa? Dosanya sendiri, dosa keluarganya, bahkan dosa masyarakat.

Mengapa mereka berduka? Karena mereka menyadari bahwa dosa itu memisahkan mereka dari Allah. Mereka tidak bisa menikmati hubungan yang akrab dengan Allah selama ada dosa yang menghalangi di antara mereka dengan Allah.

Tetapi Yesus mengatakan mereka akan dihiburkan. Kata aslinya adalah παρακαλέω [parakaleō] yang artinya sebenarnya “memanggil supaya mendekat.” Jadi ada kabar baik. Dosa yang tadinya memisahkan manusia dari Allah, sekarang Allah memanggil manusia supaya mendekat, dengan kata lain Allah tidak lagi melihat dosa-dosa yang menghalangi hubunganNya dengan manusia karena Yesus Kristus yang akan mendamaikan manusia kepada Allah.

Namun jelas ya, bahwa mereka yang berduka karena dosalah yang dipanggil mendekat oleh Allah. Mereka yang berduka bukan karena dosa, ya tidak menyadari bahwa sesungguhnya mereka sudah jauh dari Allah dan tidak akan mendengar dipanggil.

 

 

5:5           Diberkatilah orang-orang yang ikhlas menerima apa pun, karena mereka akan mewarisi bumi.

 

Kata aslinya adalah  πραΰ́ς [praus] yang diterjemahkan KJV sebagai “meek”. “Meek” bukan lemah lembut seperti yang diterjemahkan LAI. Arti yang tepat dari “meek” adalah “ikhlas menerima apa yang ada”, orang yang tidak memberontak, tidak protes, tidak mendebat, tidak menuntut, tidak bertanya mengapa, tapi ikhlas menerima apa pun yang terjadi dalam hidupnya.

Ini adalah sifat manusia yang tidak sombong, yang mengalah walaupun dia dirugikan orang lain, orang yang tidak mau berebut, yang “nerimo”.

Yesus berkata, mereka yang ikhlas, mereka yang pasrah, mereka yang menerima apa yang ada, inilah yang akan mewarisi bumi.

Mengapa?

Karena mereka memiliki sifat Kristus. Sifat Kristus yang walaupun Dia Allah, Dia mengosongkan diriNya, mengambil rupa seorang hamba, menjadi pelayan manusia, yang taat menjalankan misiNya, bahkan sampai mati di salib. (Filipi 2:6-7)

Jadi Yesus berkata, mereka yang memiliki sifat seperti DiriNya-lah yang bakal mewarisi bumi. Bumi yang mana? Jelas bukan bumi kita yang sekarang ini, tetapi bumi yang akan diciptakan baru oleh TUHAN, Dunia Baru yang kekal.

 

 

5:6           Diberkatilah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.

 

Kebenaran siapa yang dimaksud Yesus di sini? Kebenaran dunia? Kebenaran ilmu? Kebenaran siapa? Kebenaran Allah. Di pasal 6 Yesus mengulangi keterangan ini lagi. “…carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6:33)

Mengapa mereka yang lapar dan haus akan kebenaran Allah yang akan dipuaskan? Karena mereka yang mencari kebenaran Allah tidak pernah dibiarkan tetap lapar dan haus. Yesus juga mengulangi janjiNya ini di pasal 7, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” (Matius 7:7).

Untuk mendapatkan kebenaran Allah, tidak perlu harus menjadi sarjana theologi dulu, tidak harus punya IQ 180, tetapi Yesus berkata,

Matius 11:25-26

Pada waktu itu Yesus menjawab dan berkata, ‘Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena Engkau telah menyembunyikan hal-hal ini dari  yang bijak dan yang pandai, dan telah menyatakan mereka kepada bayi-bayi. Jadilah demikian, Bapa, karena begitulah yang baik di pemandanganMu.” 

 

Jika kita mencari kebenaran Tuhan, Tuhan pasti akan menolong kita, karena Tuhan paling senang kalau anak-anakNya mau belajar tentang kebenaranNya.

 

 

5:7           Diberkatilah orang yang berbelas kasihan, karena mereka akan beroleh kasih karunia Allah

 

Kata yang di KJV diterjemahkan “merciful”, di LAI diterjemahkan “murah hati”.  Kata aslinya ἐλεήμων [eleēmōn] sesungguhnya berarti “berbelas kasihan” atau “berhati iba”. Maka yang dimaksud Yesus adalah orang-orang yang tidak sampai hati menindas orang lain, yang tidak mau memojokkan orang lain, tidak akan mengancam orang lain, yang mudah memaafkan kesalahan orang, kata yang terkenal adalah tidak memblackmail orang. Inilah orang-orang yang berbelas kasihan kepada orang lain, orang-orang yang punya empati, yang bisa merasakan kesusahan orang lain, bisa menempatkan dirinya di posisi orang lain, yang tidak tega terhadap orang lain.

Maka orang-orang yang berbelas kasihan ini, mereka juga akan mendapatkan ἐλεέω [eleeō] dari kata yang sama, dan artinya adalah “divine grace” atau “kasih karunia Allah”, mendapatkan rahmat Allah.

 

 

5:8           Diberkatilah orang yang murni hatinya, karena mereka akan melihat Allah.

 

Kata aslinya adalah καθαρός  [katharos] dan artinya adalah “bersih”, “murni”. Orang yang bersih atau murni hatinya adalah orang yang tidak punya niatan jahat, tidak berdusta, tidak menipu, tidak menjerumuskan orang lain. Di Wahyu 14:5 dikatakan tentang ke-144’000 orang saleh yang diangkat ke Surga hidup-hidup, Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; karena mereka tidak bercela di hadapan takhta Allah Jadi hati yang bersih, yang murni, yang tidak punya niatan jahat, yang tidak mau merugikan orang, merupakan persyaratan untuk melihat Allah.

Mengapa?

Karena orang yang hatinya bersih tidak punya niatan untuk berbuat dosa. Orang-orang yang punya dosa tidak akan melihat Allah.

 

 

5:9           Diberkatilah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.

 

Orang yang membawa damai adalah orang yang mendamaikan orang lain, orang yang menyejukkan hati, bukan orang yang suka mengompori, bukan orang yang malah mempertajam konflik. Dan sudah pasti orang yang membawa damai, dirinya sendiri bukan orang yang menimbulkan masalah, bukan troublemaker.

Mengapa orang yang membawa damai ini disebut anak-anak Allah? Karena mereka memiliki sifat Allah, Dan semuanya berasal dari Allah, yang telah mendamaikan kita kepada Diri-Nya Sendiri oleh Yesus Kristus, dan telah memberikan pelayanan pendamaian itu kepada kami. (2 Korintus 5:18).

Karena itu jika kita mau disebut anak-anak Allah, kita harus menjadi pembawa damai, karena pelayanan pendamaian itu sudah dipercayakan kepada kita.

 

 

5:10         Diberkatilah orang yang dianiaya karena kebenaran, karena milik merekalah Kerajaan Sorga.

5:11         Diberkatilah kamu, bila orang mencacimu, dan menganiayamu dan mengatakan segala macam kejahatan tentang kamu yang tidak benar, demi Aku.

5:12         Bersukacitalah dan sangatlah bergembira, karena besarlah upahmu di sorga, sebab demikian juga  mereka telah menganiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."

 

Ayat-ayat ini memberitahukan apa kepada kita? Bahwa sebagai pengikut Kristus, kita bisa menghadapi penganiayaan, dicacimaki, difitnah karena kita mengikuti Kristus.  

Mengapa? Karena penguasa kegelapan adalah musuh kebenaran, musuh Kristus, karena itulah semua yang berkaitan dengan kebenaran, dengan kristus, menjadi incaran penguasa kegelapan. Ke depan penganiayaan akan menjadi sangat berat, seperti yang sudah diamarkan oleh Yesus, Sebab setelah itu akan terjadi masa kesukaran yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan pernah terjadi lagi(Matius 24:21). Tetapi jika kita mengalami penganiayaan, sebagaimana nabi-nabi di zaman dulu, justru kita adalah orang-orang yang diberkati, karena Yesus berkata, Kerajaan Surga itu menjadi bagian kita.

 

 

5:13         Kamu adalah garam dunia. Tetapi jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia akan diasinkan? Sejak saat itu, dia tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak oleh orang.

 

Garam selain dipakai untuk menyedapkan masakan, juga dipakai untuk mengawetkan makanan dan mensterilkan sesuatu. Bila kita diibaratkan sebagai garam dunia, maka yang dimaksud Yesus kita bertugas memberi “rasa” atau makna kepada kehidupan orang lain dengan memperkenalkan kebenaran Allah kepada mereka. Tetapi bila garam bertemu dengan borok, akan menimbulkan rasa sakit. Orang-orang yang mendengar kabar keselamatan dari kita belum tentu mau menerimanya. Mereka justru mungkin merasa tersakiti pada waktu kita tunjukkan kesalahan mereka. Maka menjadi garam itu bisa menimbulkan rasa sakit pada mereka yang punya borok. Tetapi Yesus berkata, jangan sampai garam itu menjadi tawar, kehilangan asinnya. Kalau garam kehilangan asinnya, dengan apa dia bisa diasinkan lagi? Mustahil. Garam yang tidak asin, bukan garam, dan tidak berguna lagi. Jadi walaupun kita menimbulkan rasa sakit pada borok-borok rohani, hendaknya kita tetap melakukannya, jangan berkompromi, karena itulah memang tugas kita, menunjukkan kebenaran kepada orang lain. Jika tidak, kita tidak berguna lagi

 

 

5:14         Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas bukit tidak mungkin tersembunyi.

5:15           Demikian pula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian dan itu memberi terang kepada semua orang di dalam rumah itu.

5:16           Hendaknya terangmu bercahaya sedemikian di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.

 

Kristus mengatakan bahwa pengikut-pengikutNya itulah terang dunia. Sebagai terang, kita tidak boleh bersembunyi, terang itu harus muncul untuk menerangi tempat yang gelap. Terang justru lebih dibutuhkan di tempat gelap.

Kebanyakan kita tidak suka berada di tempat yang gelap. Kita lebih suka berada di tempat yang terang, lebih serasi, lebih aman, lebih menyenangkan. Tetapi justru tempat yang gelaplah yang membutuhkan terang. Kita punya misi yang harus kita lakukan sebisa kita.

 

Apa yang dilambangkan Kristus sebagai terang ini? “Perbuatan yang baik”. 

Jangan lupa sebagai pengikut Kristus kita menyandang nama Allah, sehingga jika kita berbuat baik, nama Allah-lah yang dimuliakan. Sebaliknya jika kita berbuat tidak baik, nama Allah-lah yang dipermalukan.

 

 

5:17         Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan Hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.

 

Di sini Yesus dengan sangat jelas menandaskan bahwa Dia tidak meniadakan Hukum Taurat atau kitab para nabi. Apa kitab para nabi? Semua tulisan nabi-nabi, seluruh kitab Perjanjian Lama (karena di zaman itu kitab-kitab Perjanjian Baru belum ditulis). Jadi sangat jelas, bukan? Yesus sendiri menegaskan, bahwa Dia TIDAK meniadakan Hukum Taurat atau kitab para nabi (Alkitab Perjanjian Lama). Tetapi mengapa banyak orang Kristen menganggap Hukum Taurat dan Alkitab Perjanjian Lama sudah dibatalkan oleh salib?

Yesus sendiri berkata bahwa Dia datang untuk menggenapi Hukum Taurat. Bagian Hukum Taurat yang mana yang digenapi? Bagian upacara kurban Bait Suci. Karena Yesus adalah Domba Allah. Maka pada saat Domba Allah dikurbankan di salib, berakhirlah semua upacara kurban bayangan yang merupakan lambang pengurbanan Kristus di salib.

 

Hukum Taurat itu terbagi dalam 4 bagian:

ü    Yang pertama adalah Hukum Moral, 10 Perintah Allah yang menjadi dasar moral kekristenan.

Khusus Hukum ini dikumandangkan suara Allah sendiri dari atas G. Sinai dan ditulis jari Allah pada dua loh batu. Maka sebagaimana Allah itu kekal, Hukum Allah juga kekal. Dan Allah mendemonstrasikan kekekalan HukumNya dengan mengumandangkanNya sendiri dan menulisNya sendiri. Hanya Hukum ini yang diberikan Allah kepada manusia (melalui Musa) dalam bentuk sudah jadi. Bukan Musa yang menulisnya, tetapi Allah sendiri.

 

ü    Lalu ada hukum-hukum upacara,

segala peraturan yang berkaitan dengan semua upacara Bait Suci Yahudi yang melambangkan pekerjaan penebusan Kristus. Ini yang sudah digenapi oleh Yesus. Ini yang berakhir di salib.

 

ü    Hukum sipil yang mengatur soal perdagangan, ekonomi, kewajiban sosial, dll.

Hukum ini yang mengatur seluruh perekonomian bangsa Israel, berlaku pada masyarakat Yahudi pada zaman theokrasi Yahudi. Karena theokrasi Yahudi sudah berakhir sejak Israel menjadi jajahan negara-negara besar di zamannya, maka umat Allah sekarang tunduk kepada Hukum sipil negara masing-masing di mana dia hidup.

 

ü    Hukum kesehatan bagi umat Allah,

ini tetap berlaku karena tidak terkait pekerjaan penebusan Kristus yang sudah digenapi, dan tidak terkait theokrasi Yahudi yang telah berakhir. Hukum kesehatan ini diberikan Tuhan kepada umatNya untuk menjaga agar tubuh jasmani umat Allah tidak dinajiskan oleh segala yang najis.

 

 

5:18         Karena sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sampai lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari Taurat, sampai semuanya digenapi.

Kata yang diterjemahkan LAI “selama belum lenyap”, begitu pula “sebelum semuanya terjadi” adalah kata ἕως  [heōs] yang sama, yang artinya “hingga” atau “sampai”, maka terjemahan ayat 18 yang lebih tepat adalah seperti yang tercantum di atas.

Berarti  walaupun langit dan bumi lenyap, satu titik pun tidak akan hilang dari Hukum Taurat. Apalagi langit dan bumi sampai sekarang masih ada, mengapa banyak orang Kristen mengatakan Hukum Taurat sudah lenyap?

 

 

5:19         Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah Hukum Taurat sekali pun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan disebut yang paling rendah oleh Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan disebut besar oleh Kerajaan Sorga.

 

Terjemahan LAI untuk ayat ini sangat menyesatkan. Bandingkan sendiri:

Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.

 

Terjemahan LAI ini membuat banyak orang Kristen berkata, “Ah, tidak apa-apa tidak mematuhi Hukum Taurat karena toh tetap masuk Surga walaupun mendapat tempat yang rendah, tidak apalah. Asal masuk Surga sudah cukuplah.”

Tapi Yesus sama sekali tidak berkata demikian.


Marilah kita melihat terjemahan KJV, karena KJV adalah Alkitab lengkap pertama dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan pada abad ke-17, dan banyak terjemahan yang lain, sedikit-banyak mendasarkan terjemahan mereka pada terjemahan KJV. Sehingga bila terjemahan KJV tidak tepat, maka yang lain-lain ikut salah.

Terjemahan KJV membuat kesalahan memilih makna kata depan  ἐν [en] sebagai “in” (= “di”), sehingga terjemahannya demikian:

“Whosoever therefore shall break one of these least commandments, and shall teach men so, he shall be called the least  in the kingdom of heaven: but whosoever shall do and teach them, the same shall be called great   in  the kingdom of heaven.”

 

Tetapi kata depan (preposisi)  ἐν [en]  ini artinya bisa bermacam-macam, bisa:

ü  in (di),

ü  by (oleh),

ü  about (mengenai),

ü  after (setelah),

ü  against (bertentangan dengan),

ü  dan masih banyak lagi.

KJV memilih “in” sehingga kalimatnya menjadi  “he shall be called the least  in the kingdom of heaven”  dan “the same shall be called great in  the kingdom of heaven.”

Seharusnya KJV memilih “BY” bukan “IN”, sehingga kedua kalimat ini seharusnya berbunyi: “he shall be called the least   by the kingdom of heaven”  dan “shall be called great   by   the kingdom of heaven.”

 

Terjemahan LAI membuat kesalahan yang lebih parah lagi dan bahkan menyesatkan, dengan mengganti kata “shall be CALLED the least” (= akan disebut yang paling rendah)  menjadi   akan MENDUDUKI TEMPAT yang paling rendah” dan “shall be called great” (= akan disebut besar) menjadi ”akan MENDUDUKI TEMPAT yang tinggi”.  

Kata “menduduki tempat” itu sama sekali tidak ada dalam teks aslinya. Ini adalah asumsi para penerjemah LAI sendiri.

Jadi ayat 19 ini seharusnya diterjemahkan demikian:

5:19         Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah Hukum Taurat sekali pun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan disebut yang paling rendah oleh Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah Hukum Taurat, ia akan disebut besar oleh Kerajaan Sorga.

 

Nah, dengan terjemahan yang benar ini, kita tidak bingung lagi. Yesus berkata “siapa yang meniadakan salah satu perintah dari Hukum Taurat dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, dia disebut yang paling rendah oleh kerajaan Surga.” Apa artinya? Dia akan direndahkan, dianggap hina, dianggap tidak berharga oleh kerajaan Surga. Jadi orang itu tidak bakal berada di Surga!  Bukan menduduki tempat yang paling rendah di Surga! Sangat beda! Orang yang meniadakan salah satu perintah dari Hukum Taurat dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, SAMA SEKALI TIDAK AKAN BERADA DI SURGA!

 

Maka orang-orang yang mengatakan Hukum Taurat itu sudah dihapus, sudah tidak berlaku lagi, dan yang mengajar orang lain demikian, apakah nasib mereka tidak menyedihkan?

Tetapi mayoritas gereja Kristen justru mengajarkan demikian. Hukum Taurat sudah berlalu, sekarang zaman kasih karunia. Itu kata mereka. Dan mereka tidak sadar bahwa mereka ini justru disebut hina, disebut rendah oleh kerajaan Surga. Termasuk para orangtua yang mengajarkan kepada anak-anak mereka untuk jangan ikut gereja yang beribadah pada hari Sabat, atau hari ketujuh. Padahal mereka yang beribadah pada Sabat Hari Ketujuh itu yang menuruti Hukum Allah.

 

Sebaliknya Yesus berkata, siapa “yang (1) MELAKUKAN dan (2) MENGAJARKAN segala perintah Hukum Taurat, dia akan disebut besar oleh Kerajaan Surga.” Berarti dia ada di Surga tidak? ADA! Bahkan disebut “BESAR” oleh Kerajaan Surga.

 

Jadi apakah Yesus mengajarkan bahwa Hukum Taurat itu sudah dipakukan di salib? TIDAK.

Justru di Matius 5:19 ini sangat jelas, Yesus berkata, siapa yang:

(1)  melakukan, dan

(2)  mengajarkan

segala perintah Hukum Taurat, dia disebut BESAR OLEH KERAJAAN SURGA.

 

Menjadi pengikut Kristus bukan saja HARUS MELAKUKAN SEGALA PERINTAH HUKUM TAURAT itu sendiri, tetapi juga HARUS MENGAJAR orang lain melakukan segala perintah Hukum Taurat. Untuk tujuan inilah pembahasan-pembahasan ini dibuat.

 

 

5:20         Maka Aku berkata kepadamu: Jika kebenaranmu tidak melebihi kebenaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga

 

Di sini terjemahannya juga kurang tepat. Kata yang diterjemahkan “hidup keagamaanmu” berasal dari kata  δικαιοσύνη  [dikaiosunē] dan itu lebih tepat diterjemahkan “kebenaranmu”.

Maka yang dimaksud Yesus adalah,   Jika kebenaranmu tidak melebihi kebenaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”

 

Kebenaran orang Farisi dan ahli Taurat itu bagaimana? Mereka melakukan Hukum Taurat dengan ketat, dan mereka menganggap perbuatan mereka itu membawa mereka ke Surga. Mereka tidak membutuhkan Mesias, mereka tidak butuh diselamatkan karena mereka menganggap mereka bisa menyelamatkan diri mereka sendiri dengan kepatuhan mereka kepada Hukum Taurat.

Yesus berkata, itu salah.

 

Keselamatan itu dari mana? Dari TUHAN! Itu pemberian TUHAN, karena kasih karunia TUHAN.

Bagaimana cara mendapatkan pemberian TUHAN ini?  Melalui iman, diterima dengan iman.

Jadi yang menyelamatkan kita itu apa? KASIH KARUNIA TUHAN, yang kita terima melalui iman.

Di dalam Perjanjian Lama, disebutkan “THE LORD OUR RIGHTEOUSNESS. Ini ada di Yeremia 23:6, 33:16, yang sayangnya dalam terjemahan LAI ditulis “TUHAN keadilan kita”. Itu terjemahan yang tidak tepat, karena yang dimaksud di sini adalah “TUHAN PEMBENARAN KITAJadi kita tidak bisa membenarkan diri kita sendiri. Hanya TUHAN yang membenarkan kita.

Berarti, supaya kita bisa dibenarkan, kita butuh TUHAN. Kristus memberikan jubah kebenaranNya kepada kita, dan segala ketidakbenaran kita tertutup oleh jubah Kristus itu, dengan demikian KITA DIBENARKAN OLEH KEBENARAN KRISTUS maka Kristuslah Pembenaran kita.

Konsep ini yang tidak dipahami dan tidak diterima oleh para ahli Taurat dan orang Farisi di zaman Kristus.

Karena itu Yesus berkata, Jika kebenaranmu tidak melebihi kebenaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”

Keselamatan tidak bisa dicapai dengan upaya sendiri seperti yang banyak diajarkan agama-agama lain di luar Kekristenan. Kita tidak bisa menyalahkan mereka, karena demikianlah yang tertulis di kitab suci mereka. Tetapi bagi orang-orang Kristen, itu tidak boleh terjadi, karena di kitab suci orang Kristen tertulis dengan jelas bahwa manusia membutuhkan Juruselamat untuk bisa diselamatkan.

 

Melakukan Hukum Taurat itu tidak bisa membenarkan kita. Hanya Kristus yang bisa membenarkan kita.

Maka, melakukan Hukum Taurat bukanlah syarat supaya kita dibenarkan. Melakukan Hukum Taurat adalah BUAH atau HASIL DARI PEMBENARAN KITA.

Konsep ini harus kita pahami benar-benar.

Jadi jangan seperti orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang melakukan Hukum Taurat supaya dibenarkan. Hanya Kristus yang bisa membenarkan kita. Tetapi lakukanlah Hukum Taurat karena kita sudah dibenarkan. Karena kita sudah dibenarkan, maka kita tidak mau berkubang lagi dalam dosa, bukan? Kita mau memelihara pembenaran yang sudah kita terima.

Selain itu, para ahli Taurat dan orang Farisi melakukan hukum Taurat hanya secara lahiriah, bukan dari hatinya.  Bukan itu yang diinginkan Kristus. Ini nanti lebih diperjelas lagi oleh Yesus di ayat-ayat berikutnya.

 

Wah, sudah sangat panjang ini.

Sementara sampai di sini dulu pembahasan Matius pasal 5. Kita baca sendiri perlahan-lahan Matius pasal 5, 6, 7, sambil minta bantuan Roh Kudus untuk menerangi hati kita. Kalau ada waktu kapan-kapan kita lanjutkan ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

22 04 16