Minggu, 17 April 2016

162. DOSA ~ MENURUT YOHANES DAN YAKOBUS

162.  DOSA MENURUT

YOHANES DAN YAKOBUS

______________________________________________________________

Siapakah Yohanes penulis injil Yohanes?

·       Yohanes anak Zebedeus, adalah murid Yesus, salah satu dari ke-12 rasul yang dipilih oleh Yesus.

·       Yohanes mendapat julukan “murid yang dikasihi”.  Enam ayat di Injil Yohanes menyatakan bahwa dia dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus (Yohanes 13:23; 19:26; 20:2, 8; 21:7, 20). Sudah pasti Yesus mengasihi semua muridNya, tetapi karena Yohanes disebutkan beberapa kali sebagai murid yang dikasihi Yesus, tentunya dia lebih dikasihi daripada yang lain.

·       Yohanes yang digambarkan menyandarkan kepalanya di dada Yesus pada Perjamuan Terakhir sebelum Yesus ditangkap. (Yohanes 13:23)

·       Yohanes adalah murid yang ada di kaki salib bersama Maria ibu Yesus, ketika Yesus disalibkan. (Yohanes 19:25)

·       Salah satu pesan-pesan terakhir dari atas salib, Yesus menitipkan ibunya kepada Yohanes. (Yohanes 19:26)

·       Yohanes adalah murid yang paling panjang umurnya, dia berhasil keluar dengan selamat dari tungku minyak mendidih (menurut sejarahwan Tertullian), dan dibuang di P. Patmos untuk menulis kitab Wahyu. Menurut tradisi juga dikatakan Yohanes akhirnya dilepaskan dari P. Patmos dan pergi tinggal tidak jauh dari Efesus, dari mana dia menulis Injil dan surat-suratnya, dan meninggal di sana pada usia yang sangat tua.

·       Yohanes yang diberi tugas terakhir untuk menulis kitab Wahyu, kitab pamungkas yang berisikan segala petunjuk tentang pertentangan besar antara Tuhan dengan Setan hingga Dunia Baru, kitab yang menjadi pedoman penting, terutama bagi umat Tuhan akhir zaman dalam menghadapi rencana dan kejahatan Antikristus, supaya mereka bisa lolos dari penipuannya, dan selamat hingga saat kedatangan Kristus yang kedua. (Wahyu 1:1)

 

 

Siapakah Yakobus penulis kitab Yakobus?

·       Ada beberapa Yakobus di Alkitab, tetapi Yakobus yang ini diyakini adalah saudara tiri Yesus, bukan saudara Yohanes, anak Zebedeus, dan bukan yang disebut Yakobus Muda anak Alfeus, yang keduanya merupakan murid-murid inti Yesus yang 12 orang. (Galatia 1:19)

·       Jika benar Yakobus ini saudara tiri Yesus, maka dia tidak termasuk dalam ke-12 murid inti Yesus yang mula-mula dipanggil. Dia baru bergabung kemudian.

·       Setelah Yesus kembali ke Surga, Yakobus ini menjadi kepala dewan atau konsili Kristen yang pertama di Yerusalem.

·       Yakobus juga dijuluki “James the just”, atau Yakobus yang adil.

·       Menurut sejarahwan Josephus (Antiquities of the Jews), Yakobus mati dirajam sebagai martir sekitar tahun 62 AD. 

Apa kata kedua penulis Alkitab ini tentang dosa? 

1 Yohanes 3:4

Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga Hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran Hukum Allah. 

Yakobus 4:17

Jadi, bagi dia yang tahu bagaimana berbuat baik, dan tidak melakukannya, baginya itu dosa. 

 

Jadi sekarang kita melihat Hukum Allah, kehendak Allah, perintah Allah dari kedua sisinya melalui tulisan dua orang tokoh Perjanjian Baru ini. Mereka sama-sama berbicara tentang dosa, apa itu dosa menurut definisi Alkitab.

 

Yohanes menulis di bawah bimbingan Roh Kudus, bahwa MELANGGAR HUKUM ALLAH ITU DOSA, artinya, MELANGGAR APA YANG DIPERINTAHKAN ALLAH ITU DOSA.

 

Yakobus menulis di bawah bimbingan Roh Kudus, bahwa TIDAK BERBUAT YANG KITA TAHU BAIK, ITU DOSA. Kita tentunya setuju bahwa segala yang baik itu berasal dari kehendak, Hukum, atau perintah Allah, bukan? Maka artinya TIDAK MELAKUKAN APA YANG DIPERINTAHKAN ALLAH ITU DOSA.

 

Jadi ini adalah dua sisi mata uang koin yang sama:

 

Berarti, apa yang diibaratkan “mata uang”nya yang punya dua sisi? 

Mata uangnya adalah KEHENDAK ALLAH / HUKUM ALLAH / PERINTAH ALLAH

1.    Di satu sisi  “MELANGGAR” ~ BERARTI SUATU PERBUATAN YANG AKTIF. Kita berbuat yang buruk.

2.    Di sisi yang lain “TIDAK MELAKUKAN” ~ BERARTI DIAM ATAU PASIF. Kita tidak berbuat yang baik.

Vonisnya: SAMA DOSANYA.

 

Jadi yang pasif tidak berbuat apa-apa sesuai kehendak/Hukum/Perintah Allah ternyata sama berdosanya dengan yang aktif berbuat yang bertentangan dengan kehendak/Hukum/Perintah Allah.  

 

Karena itu jangan mengira, ah, saya tidak berbuat apa-apa yang melanggar kehendak/Hukum/Perintah Allah, saya tidak melanggar semua perintah yang dimulai dengan “jangan” ~ misalnya jangan mencuri, jangan berzinah, jangan berdusta, berarti saya tidak berdosa.

Tapi ternyata, tidak berbuat yang yang sesuai dengan kehendak/Hukum/Perintah Allah ~ tidak mengasihi sesama, tidak membantu yang memerlukan bantuan, tidak menyampaikan kebenaran Allah, tidak memelihara Sabat hari ketujuh sebagai hari yang telah dikuduskan Allah, ya sama berdosanya.  Jadi, diam saja tidak melakukan yang diinginkan Allah, itu juga berdosa.

 

Mari kita melihat ke kisah orang Samaria yang baik di Lukas 10:30-35.

Semua orang Kristen pasti sudah tahu perumpamaan Yesus ini.

 

10:30       Dan Yesus menjawab, berkata, ‘Seseorang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang merampok semua pakaiannya, dan melukainya, dan pergi, meninggalkannya setengah mati.

10:31       Dan kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; dan ketika ia melihat orang itu, ia lewat mengambil jalan yang di seberangnya.

10:32       Dan demikian juga seorang Lewi, ketika ia ada di tempat itu, datang dan menengok orang itu, dan ia jalan terus mengambil jalan yang di seberangnya.

10:33       Tetapi seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, tiba di mana ia berada; dan ketika ia melihat orang itu, ia berbelas kasihan padanya.

10:34       Dan pergi kepadanya, dan membalut luka-lukanya, menyiraminya dengan minyak dan anggur, dan menaikkan orang itu ke atas hewan tunggangannya sendiri, dan membawanya ke tempat sebuah penginapan, dan merawatnya.

10:35       Dan  keesokan harinya ketika ia berangkat, ia mengeluarkan dua dinar, dan memberikannya kepada tuan rumah penginapan itu, dan berkata kepadanya, ‘Rawatlah dia, dan apa pun yang kaubelanjakan lebih dari ini, waktu aku kembali, aku akan menggantinya.’

 

Perumpaan-perumpamaan Yesus selalu punya aplikasi ganda. Maka perumpamaan ini selain mengajarkan kita untuk berbuat sesuatu bagi kebaikan manusia sebagai perwujudan kasih kita kepada sesama, dia juga melambangkan kisah penyelamatan yang dilakukan Yesus atas umat manusia.  

 

Jadi kita menyimpang sedikit dari tema pembicaraan kita tentang dosa, dan kita lihat dulu pelajaran yang diberikan Yesus tentang kisah penyelamatan manusia ini. Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa perumpamaan orang Samaria yang baik ini menggambarkan penyelamatan manusia oleh Yesus Kristus.

 

·       Meninggalkan tempat Allah yang aman ke tempat yang berbahaya.

Kota Yerusalem melambangkan tempat yang suci, tempat di mana Allah ada, atau Eden, tempat manusia pertama hidup. Yerikho melambangkan tempat hiruk pikuknya dunia. Jadi orang ini meninggalkan tempat yang aman, tempat perlindungan Allah, justru pergi ke keduniawian.  Dan karena dia keluar dari Yerusalem, keluar dari tempat di mana ada perlindungan Allah, maka perampok-perampok itu bisa menyerangnya. Perampok-perampok itu jelas melambangkan Setan dan bala tentaranya.

 

·       Orang yang di dunia di luar perlindungan Tuhan, jadi mangsa Setan.

Orang yang meninggalkan Yerusalem dan pergi ke Yeriko itu mewakili umat manusia yang meninggalkan keamanan perlindungan Tuhan justru pergi mendekati dosa, mendekati dunia yang dikuasai Setan.  

Dia dirampok habis-habisan, dipukuli sampai hampir mati. Jika tidak ada yang menolongnya, dia dipastikan akan mati karena luka-lukanya. Manusia tanpa perlindungan Allah, pasti dicelakakan Setan. Jika dalam perumpamaan ini korban hanya dicelakakan secara jasmani, tetapi kalau Setan akan mencelakakan manusia secara jasmani dan rohani.  Korban itu dalam keadaan sekarat, tidak punya harapan apa-apa, yang menunggunya di depan hanyalah kematian. Demikian pula manusia yang menjadi mangsa Setan, terbelenggu dosa, dalam keadaan sekarat rohani, tidak punya apa-apa yang bisa menyelamatkan dirinya, prospeknya ke depan hanya kematian kekal.

 

·       Imam dan orang Lewi itu melambangkan Hukum Taurat, segala perbuatan manusia untuk menyelamatkan dirinya sendiri.

Imam dan orang Lewi itu melihat orang yang sekarat itu, mencatat dalam pikiran mereka bahwa ini ada orang yang sekarat, tetapi tidak bisa menolongnya. Demikian pula Hukum Taurat tidak bisa menolong manusia berdosa yang prospeknya hanya kematian kekal. Hukum Taurat hanya mencatat dosa-dosa manusia, tapi tidak bisa menghapuskan dosa-dosa itu.

 

·       Orang Samaria itu melambangkan Yesus.

Orang Samaria sangat tidak dipandang sebelah mata oleh orang Yahudi karena mereka adalah ras campuran antara bangsa Yahudi (yang dianggap kudus) dengan orang-orang Asyur yang dulu menaklukkan mereka (yang dianggap kafir). Yesus juga ras campuran, antara Yang Ilahi (kudus) dengan manusia (yang duniawi). Yesus juga tidak dipandang sebelah mata oleh orang Yahudi karena Dia hanya rakyat jelata, anak tukang kayu yang miskin, bukan orang terkenal, tidak punya kedudukan. Tetapi sebagaimana hanya orang Samaria itu yang menolong si korban, demikian pulalah hanya Yesus yang menolong manusia berdosa yang prospeknya cuma  mati kekal.

 

·       Orang Samaria itu  tergerak hatinya dan  “berbelas kasihan”

Jadi yang menyelamatkan korban itu adalah belas kasihan (kasih karunia) orang Samaria ini. Andaikan orang Samaria ini tidak tergerak hatinya oleh belas kasihan, dia tidak akan menolong orang itu. Demikian pulalah manusia diselamatkan oleh belas kasihan Yesus, karena Yesus tergerak hatiNya oleh belas kasihan, sehingga Putra Allah yang enak-enak hidup di Surga, turun ke dunia untuk menjalani kehidupanan yang berat dan kematian yang mengerikan, hanya untuk menyelamatkan manusia berdosa. Karena itu jangan lupa, kita selamat karena TUHAN berbelas kasihan kepada kita. Kita diselamatkan karena KASIH KARUNIA TUHAN, bukan karena melakukan Hukum Taurat.

 

·       Apa tindakan pertama yang dilakukan orang Samaria itu?

Dia membalut luka-luka korban ~ Mazmur 147:3 ”Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka.” Yesus memberikan penghiburan, semangat, dan harapan kepada mereka yang terluka oleh dosa. Setelah itu Dia menyiraminya dengan minyak dan anggur ~ minyak melambangkan Roh Kudus, anggur melambangkan ajaran/doktrin yang benar ~ maka Yesus dalam menyelamatkan manusia, meninggalkan Roh Kudus untuk membimbing mereka, dan memberikan kepada mereka ajaran/doktrinNya. Sebagaimana minyak dan anggur itu membantu korban itu supaya lebih cepat sembuh, demikian pula Roh Kudus dan Firman Tuhan itu membantu manusia yang telah diselamatkan lebih cepat sembuh dari luka-luka dosanya.

 

·       Dibawa ke penginapan.

Lalu orang Samaria itu membawa korban ke penginapan karena dia sendiri harus melanjutkan perjalanan, ini melambangkan Kristus harus kembali ke Surga. Penginapan ini melambangkan gereja Kristus. Sebagaimana orang yang terluka itu tidak mampu merawat dirinya sendiri dalam kondisinya yang terluka parah, begitu pula kita yang babak belur oleh dosa tidak mampu merawat diri sendiri untuk sembuh. Kita membutuhkan bantuan orang-orang seiman yang lebih senior, yang lebih kenal Tuhan, untuk membantu proses penyembuhan dan pertumbuhan kerohanian kita. Karena itu kita perlu berada di tengah-tengah jemaat Tuhan, kita aman berada dalam gereja Tuhan. Dan bila kita sendiri nanti sudah sembuh dan lebih kuat, giliran kitalah untuk membantu pendatang baru lainnya.

 

·       Dua keeping uang dinar.

Lalu orang Samaria itu menyerahkan dua keping uang dinar kepada tuan penginapan itu untuk dipakai merawat korban. Tuan penginapan melambangkan gembala gereja Tuhan. Dua keping uang dinar punya makna yang ganda.

Pertama itu melambangkan Alkitab dan Roh Nubuat. Yesus menyerahkan Alkitab dan Roh Nubuat kepada gerejaNya untuk dipakai merawat kerohanian orang-orang yang sudah diselamatkan. Bukan hanya satu uang dinar, tetapi dua. Karena itu gereja harus menggunakan kedua-duanya untuk merawat kerohanian orang-orang yang sudah diselamatkan.

Makna yang kedua, uang dua dinar di masa itu merupakan upah dua hari kerja. Jika 1 hari kosmis itu sama dengan 1000 tahun literal, maka upah dua hari melambangkan masa 2000 tahun literal kita. Yesus memberi waktu gereja waktu 2000 tahun untuk memulihkan orang-orang kepada keselamatan. Yesus kembali ke Surga hingga kini sudah 1985 tahun, berarti mestinya tidak terlalu lama lagi Dia akan kembali. Walaupun kita tidak tahu persisnya kapan tanggal-bulan-tahun Dia akan kembali, tetapi ancar-ancar 2000 tahun itu tentunya bermakna, dan tidak akan melenceng terlalu jauh.

 

·       Dan orang Samaria itu berjanji untuk kembali.

Orang Samaria itu akan kembali membuat perhitungan dengan pemilik penginapan, dan jika ada yang kurang, dia berjanji akan membayar kekurangannya. Tuhan Yesus akan membuat perhitungan dengan gerejaNya, seberapa keraskah gerejaNya sudah bekerja dalam penyelamatan jiwa. Dan Dia berjanji untuk kembali dan menutup semua kekurangannya pada saat kedatanganNya yang kedua. Kita akan dibawa ke Surga bukan sebagai orang-orang yang berdosa, tetapi sebagai orang-orang yang telah dibenarkan. Semua kekurangan kita telah ditutup oleh darah Kristus.

 

Jadi jelas ya, bagaimana perumpamaan orang Samaria yang baik ini merupakan lambang kisah penyelamatan manusia oleh Tuhan Yesus Kristus. 

Sekarang kita kembali ke pembahasan dua sisi mata uang tadi.

Marilah kita membahas perumpamaan orang Samaria yang baik ini dalam konteks dua sisi mata uang.

 

Yang mau kita perhatikan di sini adalah tindakan si imam dan orang Lewi dalam kisah itu.

Imam dan orang Lewi itu apakah mereka melakukan suatu kejahatan? Menurut ukuran dunia mereka tidak berbuat kejahatan. Bukan mereka yang merampok, bukan mereka yang memukuli korban, bahkan mereka sama sekali tidak menyentuh korban. Tetapi justru dengan tidak berbuat apa-apa itulah mereka menurut Tuhan (Yakobus 4:17), mereka telah melakukan dosa.

 

Maka lewat perumpamaan ini, Yesus menyampaikan kepada kita, bahwa:

 

Kita tidak perlu melakukan kejahatan

untuk berbuat dosa.

Jika kita tahu bagaimana harus melakukan yang baik,

tetapi kita mengabaikannya,

kita sudah berbuat dosa.

 

Masing-masing kita perlu berinterospeksi. Sudah berapa kesempatankah yang telah kita lewatkan di mana kita bisa melakukan yang baik, tetapi tidak kita lakukan?

 

Bila kita berdoa kepada Tuhan dan kita minta ampun

untuk semua dosa yang telah kita lakukan,

jangan lupa juga minta ampun untuk segala kebaikan

yang sudah tidak kita lakukan.

 

 

Tetapi sebelum pembahasan ini kita akhiri, kita perlu sadar, bahwa STANDAR KEBAIKAN YANG KITA PAKAI HARUSLAH STANDAR KEBAIKAN TUHAN, bukan standar kebaikan manusia.

Manusia sering menciptakan standar sendiri yang berlawanan dengan standar Tuhan, misalnya manusia mengatakan bohong “putih” itu baik, demi kebaikan. Tuhan mengatakan tidak ada bohong yang baik. Bohong itu dosa.

Jadi dalam hal ini kita selalu harus memakai standar Tuhan.

Karena itu kita harus mengaitkan ukuran kebaikan itu dengan keselamatan manusia. Jika itu membuat manusia tetap selamat, itu baik. Tetapi jika itu mengkompromikan keselamatannya, itu tidak baik walaupun tampaknya seolah-olah baik.

Misalnya, jika ada yang mengatakan:

Ø  LGBT itu tidak apa-apa,

Ø  tidak bersabat pada hari ke-7 itu tidak apa-apa,

Ø  tidak mengembalikan persepuluhan itu tidak apa-apa,

Ø  makan daging haram itu tidak apa-apa,

lalu kita mengiyakan untuk menyenangkan orang tersebut (kita beranggapan menyenangkan orang itu berbuat baik, pleasing everyone, bukan?) itu adalah perbuatan baik yang salah, itu kita mengikuti standar kebaikan manusia, bukan standar Tuhan. Jika kita mengiyakan, dan orang itu tidak bertobat, justru kita telah menjerumuskan dia. Dan kita akan disalahkan Tuhan.

Tidak percaya?

 

Silakan baca dari kitab Yehezkiel 3:18-21 ini:

3:18         Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! --dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya darimu.

3:19         Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang jahat itu dan ia tidak berbalik dari kejahatannya dan dari hidupnya yang jahat, ia akan mati dalam kesalahannya, tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu.

3:20         Jikalau seorang yang benar berbalik dari kebenarannya dan ia berbuat curang, dan Aku meletakkan batu sandungan di hadapannya, ia akan mati. Oleh karena engkau tidak memperingatkan dia, ia akan mati dalam dosanya dan perbuatan-perbuatan kebenaran yang dikerjakannya tidak akan diingat-ingat, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya darimu.

3:21         Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang yang benar itu supaya ia jangan berbuat dosa dan memang tidak berbuat dosa, ia akan tetap hidup, sebab ia mau menerima peringatan, dan engkau telah menyelamatkan nyawamu."

 

Jadi dalam segala hal, kita harus memakai standar Tuhan. APA YANG BAIK TAPI HARUS MENURUT STANDAR TUHAN, bukan standar manusia, bukan standar dunia.  Dan bagi Tuhan, yang paling penting adalah manusia itu selamat, supaya mereka tidak usah binasa, tetapi beroleh hidup kekal.

 

Maka, kita harus ingat, PERBUATAN BAIK YANG PALING BAGUS YANG BISA KITA LAKUKAN BAGI ORANG LAIN ADALAH MEMBANTU SUPAYA DIA SELAMAT SAMPAI AKHIR, dan kelak bersama-sama kita mendapat hadiah hidup kekal dari Tuhan. Ini adalah perbuatan baik yang tertinggi, melebihi segala bantuan materi dan jasa yang bisa kita berikan orang lain kapan saja, karena perbuatan baik itu nanti tidak berakhir di kubur, melainkan akan terus dinikmati orang itu sampai kekekalan.

 

 

Amin.

 

 

 

 

 

 

17 04 16

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar