Rabu, 10 Januari 2018

186. APA MAKSUD ROMA 9:18?


186. APA MAKSUD ROMA 9:18

__________________________________________________________________

  

Roma 9:18

Jadi Ia bermurah hati kepada siapa yang Ia mau bermurah hati, dan siapa yang Ia mau, Ia keraskan.

 

Supaya lebih jelas, marilah kita lihat terjemahan KJV:

Therefore hath he mercy on whom he will have mercy, and whom he will he hardeneth.

 

Di KJV kata σκληρύνω [sklērunō] diterjemahkan "hardeneth" atau “mengeraskan”. Jadi kalau LAI menerjemahkannya “menegarkan”, itu bisa disalahpahami.

 

Wah, jadi ayat ini bicara tentang apa? Allah mengeraskan hati siapa yang Dia mau keraskan?  Berarti, jika ada manusia yang keras hati, yang tidak mau dipimpin Allah, itu karena Allah yang mengeraskan hatinya sehingga itu bukan salah manusia itu sendiri?

 

Ini adalah salah satu dari ayat-ayat yang banyak disalahpahami orang. Orang-orang Kristen yang menganut paham “pre-destination”, memakai ayat ini dan beberapa ayat lain di Alkitab yang juga mereka salah pahami, untuk mengambil kesimpulan yang tidak benar. Mereka berkata, lihat, ayat ini berkata Allah yang memilih siapa yang diberiNya kemurahan atau pengampunan, dan siapa yang dikeraskan hatinya, berarti ada manusia yang memang ditakdirkan selamat oleh Allah, dan ada manusia yang memang ditakdirkan tidak selamat oleh Allah. Itu bukan pilihan manusianya sendiri, melainkan sudah ditentukan oleh Allah.

Begitukah Allah?

Andai Allah demikian, berarti Allah itu kejam, karena ada manusia-manusia yang memang diberi takdir tidak akan selamat karena hatinya sudah dikeraskan Allah.

Jelas ini adalah pemahaman yang salah tentang karakter Allah yang maha pengasih.

Allah tidak pernah memilih ada manusia yang tidak diberi kesempatan untuk selamat.

 

Marilah kita lihat hal ini dulu, karena keselamatan adalah hal yang sangat penting, bukan?

Mari kita buktikan bahwa Allah tidak pernah menghendaki manusia binasa, apalagi menakdirkan sebelumnya manusia mana yang harus binasa. Bahkan sejak sebelum Adam dan Hawa diciptakan pun, Allah sudah memilih untuk menyelamatkan SEMUA manusia.

Mari kita simak tulisan Paulus kepada jemaat Efesus:

 

Efesus 1:4-7

1:4           Sebagaimana Allah telah memilih kita di dalam Kristus sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tanpa cela di hadapanNya dalam kasih.

1:5           Setelah sebelumnya menentukan kita diadopsi menjadi anak-anakNya Sendiri melalui Yesus Kristus, menurut kebaikan kehendak-Nya,

1:6           untuk kepujian kemuliaan kasih karunia-Nya, melalui mana Dia telah membuat kita diterima di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.

1:7           Dalam siapa  kita beroleh penebusan oleh darah-Nya, pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya,

 

Lihat? Jadi bahkan sebelum dunia dijadikan, Allah yang Mahatahu sudah memilih untuk menyediakan solusi untuk menyelamatkan manusia bila manusia jatuh dalam dosa. Allah tidak memilih untuk membinasakan manusia bila manusia jatuh dalam dosa. Tapi bahkan sebelum manusia diciptakan, Allah yang Mahapengasih sudah memilih untuk menyelamatkan manusia bila manusia tertipu oleh bujuk rayu Setan dan jatuh dalam dosa. Dengan cara apa? Dengan mendapatkan pengampunan melalui darah dan kematian Yesus Kristus yang menebus manusia yang berdosa dari hukuman dosa.

 

Kesempatan untuk bisa diselamatkan ini, diberikan Allah kepada SEMUA manusia, tanpa kecuali. Kita baca pernyataannya di:

Yohanes 3:16

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal itu supaya setiap orang yang percaya dalam Dia, tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

 

Apakah Allah mengatakan ada manusia yang sudah ditakdirkanNya untuk binasa?  Tidak. Siapa yang boleh tidak binasa dan beroleh hidup kekal? setiap orang yang percaya dalam Dia tanpa kecuali.

Syaratnya apa? “percaya dalam Dia” ~   “Dia” ini ialah Yesus Kristus.

Jadi kita selamat, atau kita binasa, itu pilihan siapa? Itu pilihan kita sendiri, bukan pilihan Allah! Allah sudah memilih untuk menyelamatkan kita. Tetapi jika kita memilih untuk tidak mau percaya dalam Kristus, maka kita sendiri yang telah menolak keselamatan yang ditawarkan Allah kepada kita.

Jika pada akhirnya ada manusia-manusia yang dibinasakan Allah, itu bukan karena Allah yang menakdirkan mereka untuk binasa, melainkan karena mereka sendiri yang telah menolak keselamatan yang diberikan Allah.

 

 

Nah, setelah kita yakin bahwa Allah selalu menghendaki semua manusia selamat, dan Allah memberikan kesempatan kepada semua manusia untuk selamat, kita simak Roma pasal 9 bagian pertama ini sebenarnya bicara tentang apa.

Mari kita lihat perikopnya, Paulus berbicara tentang apa di sini.

Roma 9

9:1           Aku mengatakan yang benar dalam Kristus, aku tidak berdusta. Hati nuraniku turut bersaksi bahwa aku dalam Roh Kudus,

9:2           bahwa hatiku sangat berat dan senantiasa berduka.

9:3           Karena aku berharap diriku terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani.

9:4           yang adalah orang Israel, mereka yang berhak menerima pengangkatan menjadi anak, dan menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan pembeian Hukum, dan pelayanan Allah, dan janji-janji.

9:5           Yang adalah bapa-bapa bangsa, dan yang darinya secara daging Kristus datang, yang ada di atas segala sesuatu. Terpujilah Allah selama-lamanya. Amin!

 

Rupanya bagian pertama Roma pasal 9 ini ditulis Paulus karena di jemaat Roma juga terjadi kesalahpahaman. Apa yang mereka permasalahkan? Roma adalah kota besar di mana banyak bangsa berlalulalang, berniaga, dan hidup di sana, ada orang Roma, orang Yahudi, orang Greeka, dan banyak bangsa yang lain. Maka jemaat di Roma juga terdiri atas bermacam-macam bangsa, dan muncullah rasa iri hati antara mereka yang berbeda bangsa ini.

·       Bangsa Israel yang punya sejarah sebagai bangsa pilihan Allah,

merasa kurang ikhlas kok bangsa-bangsa lain begitu mudahnya juga diterima Allah menjadi anak-anakNya, sehingga mereka mau memaksakan agar bangsa-bangsa lain ini harus disunat seperti mereka jika mau menjadi Kristen.

·       Sebaliknya bangsa-bangsa non-Yahudi

mempertanyakan mengapa bangsa Yahudi atau bangsa Israel itu yang diistimewakan Allah? Mengapa Allah mengangkat hanya mereka sebagai umatNya? Bahkan mungkin ada yang iri hati dan berkata, karena Allah mengangkat hanya  Israel, maka bukan salah bangsa-bangsa lain jika bangsa-bangsa non-Yahudi tidak menyembah Allah karena memang Allah yang sudah mengeraskan hati mereka.

 

Paulus tahu apa yang mengganjal di hati mereka. Simak ayat 19:

 

9:19        Jadi kamu akan berkata kepadaku, ‘Mengapa Dia masih mencari kesalahan? Memang siapa yang telah melawan kehendak-Nya?’

 

Jika semua itu sudah ditentukan Allah, jika Allah sendiri yang sudah menakdirkan hanya Israel yang akan mengikut Allah dan bangsa-bangsa lain tidak, Allah mau menyalahkan siapa jika bangsa-bangsa lain hatinya keras? Karena bukankah Allah sendiri yang mengeraskan hati mereka? Karena Allah yang sudah mengeraskan hatinya, jadi bukan mereka yang melawan kehendak Allah? Paulus berkata kepada jemaat di Roma, ini kan yang ada dalam pikiran kalian? Begitu tulis Paulus.

 

Paulus tahu sebenarnya jemaat Roma ini menuduh Allah tidak adil. Lihat tulisan Paulus:

 

9:14        Jika demikian, apa yang hendak kita katakan? Apakah ada ketidakadilan pada Allah? Mustahil!

 

Nah, Paulus langsung menegaskan, mustahil Allah tidak adil! Mustahil Allah pilih kasih, Allah itu Allah yang mahaadil, tidak mungkin Dia berbuat seperti yang dicurigai oleh sebagian jemaat di Roma ini. Allah tidak membedakan manusia.

Petrus berkata di Kisah 10

34        Lalu mulailah Petrus berbicara, dan berkata, ‘Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang.’

 

Maka Paulus menjelaskan di Roma pasal 9 ini.

 

Di ayat 4, Paulus menjelaskan alasannya mengapa bangsa Israel telah diadopsi, diangkat menjadi anak oleh Allah, dan kepada mereka telah diberi kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan Hukum Allah, dan cara melayani Allah, dan janji-janji dari Allah.

Mengapa Allah memilih satu bangsa di atas bangsa-bangsa lainnya?

Jawabannya ada di ayat 5. Karena Allah harus memilih satu bangsa dari mana Mesias atau Kristus akan dilahirkan.

Karena Allah sudah berjanji akan menurunkan Mesias, maka Allah harus mempersiapkan tempat atau wadah dari mana nanti Mesias itu akan lahir.

Mesias ini harus bisa hidup di dalam koridor Hukum Allah, tanpa cacat cela, tanpa berbuat dosa, supaya nanti Dia bisa mempersembahkan DiriNya sebagai kurban untuk dosa yang tidak bercacat-cela dan sempurna bagi seluruh dunia. Sudah pasti Mesias tidak bisa lahir dari suatu bangsa yang tidak mengenal Allah atau suatu bangsa penyembah berhala.

Jadi jauh sebelum saatnya Mesias ini lahir, Allah harus mempersiapkan suatu bangsa. Bangsa ini harus dipisahkan dari bangsa-bangsa lainnya. Bangsa ini harus menjadi bangsa yang istimewa, yang tahu Hukum Allah, yang yakin siapa Allah ini, yang pernah melihat pekerjaan-pekerjaan besar yang dilakukan Allah bagi mereka, yang punya hubungan akrab dengan Allah, yang mematuhi semua Perintah Allah, yang melayani Allah dalam upacara-upacara ibadah, suatu bangsa yang kudus, kerajaan imam. Simak, inilah kata-kata Allah kepada Musa, untuk disampaikan kepada bangsa Israel:

 

Keluaran 19:5-6

Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mau mematuhi suara-Ku dan memelihara Perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku di atas segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Dan kamu akan menjadi  bagi-Ku sebuah kerajaan imam dan sebuah bangsa yang kudus.’  Inilah firman yang harus kausampaikan kepada orang Israel.’

 

Israel dipisahkan Allah dari bangsa-bangsa lain bukan karena bangsa Israel tadinya jauh lebih baik daripada bangsa-bangsa lain sehingga mereka yang dipilih. Mereka sama buruknya dengan bangsa-bangsa yang lain. Tetapi Allah harus menetapkan satu bangsa dari mana Sang Mesias nanti akan lahir, dan Allah tidak memilih bangsa Melayu, atau bangsa Cina, atau bangsa India, atau bangsa Greeka, atau bangsa Roma, tapi Allah memilih bangsa Israel untuk diberi kemurahanNya. Mengapa?

 

Nah, untuk menjawab pertanyaan yang ada dalam hati sebagian jemaat Roma itulah Paulus menulis perikop ini. Karena Allah tidak pernah menjelaskan mengapa dari sekian banyak bangsa di dunia ini Dia memilih bangsa Israel untuk menjadi bangsa dari mana Sang Mesias akan lahir, maka Paulus berkata, kita tidak usah bertanya. Itu hak dan kewenangan Allah. Allah yang Mahatahu. Allah yang Pencipta dan Pemilik alam semesta. Allah mau berbuat apa, Allah mau memilih siapa, itu hak dan kewenangan Allah. Lihat tulisan Paulus:

9:20         Jangan, o, manusia, siapakah kamu yang  menjawab melawan Allah? Apakah makhluk yang diciptakan akan berkata kepada dia yang menciptakannya, Mengapakah engkau menciptakan aku seperti ini?

9:21         Tidakkah tukang periuk berkuasa atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpalan yang sama sebuah benda yang mulia, dan benda lain yang tidak mulia?

Paulus mengibaratkan Allah sebagai tukang periuk dan kita ini sebagai gumpalan tanah liat yang dibentukNya. Tukang periuk mau membuat pot air, atau piring, atau mangkuk dari tanah liatnya, itu semata-mata hak dan kewenangannya. Tanah liatnya tidak punya hak bertanya mengapa aku dibuat menjadi pot air, tapi gumpalan yang lain dibuat menjadi piring. Ya suka-suka tukang periuknya mau bikin apa.

 

Paulus menjelaskan semua yang dipilih ini bukan karena mereka lebih baik daripada orang-orang lain, melainkan karena kemurahan Allah. Bukan karena kebaikan mereka. Mereka itu sama buruknya, sama punya kelemahan, sama berdosanya seperti manusia-manusia yang lain yang tidak dipilih. (Abraham juga berdusta, juga pernah mendahului kehendak Allah, Daud pernah berzinah dan membunuh, Yakub menipu bapaknya dan saudaranya, Yehuda ikut membuang saudaranya ke dalam sumur dan berbohong kepada bapaknya, Paulus membunuh orang-orang Kristen). Jadi, jika mereka ini tidak punya keistimewaan apa-apa, mengapa mereka ini yang kena pilih Allah?

Simak kata Paulus:

 

9:16         Jadi itu bukan dari dia yang berkeinginan, maupun dari dia yang berusaha, tetapi dari Allah yang menunjukkan kemurahan.

 

Jadi, poin pertama, Paulus berkata, “Jangan iri hati pada orang Israel karena mereka yang dipilih Allah. Itu bukan karena usaha mereka, tetapi itu karena kemurahan hati Allah pada mereka.”

 

Allah perlu suatu bangsa yang menjadi milikNya sendiri untuk menjadi wadah dari mana Mesias akan lahir. Jadi Allah harus memilih salah satu. Dan yang dipilih Allah ialah bangsa Israel. Jika kita lihat sejarahnya, bangsa Israel ini bukan sudah ada sebelumnya lalu Allah memilihnya dari antara bangsa-bangsa yang ada, tetapi bangsa Israel dibentuk Allah sendiri. Pertama Allah memanggil Abraham keluar dari tanah Ur-Kasdim, dari suatu bangsa penyembah berhala. Jadi Allah mengambil satu manusia dari bangsa penyembah berhala, lalu Allah memisahkannya. Abraham disuruh meninggalkan kampung halamannya, meninggalkan sanak kerabatnya dan latar belakangnya, untuk pergi ke tempat yang tidak diberitahukan kepadanya sebelumnya.  Lalu Allah membentuk bangsa Israel ini dari keturunan Abraham. Abraham mempunyai anak Ishak, Ishak mempunyai anak Yakub yang namanya kemudian diganti menjad Israel. Dan Yakub punya 12 anak laki-laki yang merupakan ke-12 bani Israel. Jadi bangsa Israel ini tadinya belum ada. Tuhan sendiri yang membentuknya.

Karena Yesus nanti akan lahir dari bangsa ini, maka kepada Israel diberikan Hukum Allah dan ditekankan harus menurut kepada Hukum Allah - supaya manusia Yesus nanti lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang patuh pada Hukum Allah, supaya sejak lahir Yesus menjadi pelaku Hukum Allah.

 

Untuk apa Sang Mesias turun ke dunia?  Itulah program rencana keselamatan Allah. Allah memang membuat rencana Sang Mesias ini akan lahir dari keturunan Abraham, dari bangsa Israel, tetapi rencana keselamatan Allah tidak berhenti hanya untuk menyelamatkan orang-orang Israel. Rencana keselamatan Allah itu disediakan bagi semua manusia. Ingat janji Allah kepada Abraham?

 

Kejadian 12:3

Dan Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau; dan dalammu semua kaum di muka bumi akan diberkati.’

 

Inilah janji Allah kepada Abraham, bahwa melalui Abraham “semua kaum di muka bumi akan diberkati.”

 

Bagaimana caranya? Melalui Yesus Kristus yang akan lahir dari keturunan Abraham, maka keselamatan ditawarkan kepada semua orang di bumi, dan semua orang di bumi beroleh berkat.

 

Jadi bangsa Israel sebenarnya mendapat tugas dari Allah untuk memperkenalkan keselamatan dari Allah kepada semua manusia non-Israel, karena Mesias lahir dari mereka.

Tetapi ternyata orang-orang Israel jasmani ini (orang-orang yang berdarah Yahudi) mayoritas bukan Israel rohani, mereka bukan saja tidak menjalankan tugas mereka memperkenalkan Mesias kepada bangsa-bangsa lain, malah mereka sendiri yang membunuh Mesias, sehingga pada tahun 34 AD mereka kehilangan status sebagai umat pilihan Allah.  Mereka dipecat Allah sebagai bangsa pilihan. Sejak itu para rasul dan murid-murid awal Kristus menyebar ke seluruh dunia untuk menyampaikan Injil langsung kepada bangsa-bangsa lain. Tidak perlu lagi lewat bangsa Israel, tapi semua orang dari segala bangsa, akan diangkat anak oleh Allah sebagai Israel rohani, dan dianggap sebagai keturunan Abraham secara rohani.

Simak tulisan Paulus:

 

9:23         Dan supaya Dia boleh menyatakan kekayaan kemuliaan-Nya pada bejana-bejana kemurahanNya, yang telah dipersiapkan-Nya sebelumnya untuk kemuliaan, 

9:24         yaitu kita, yang telah dipanggil-Nya, bukan hanya dari orang Yahudi, tetapi juga dari antara bangsa-bangsa lain, 

 

Lihat, ternyata kita inilah  bejana-bejana kemurahanNya, yang telah dipersiapkan-Nya sebelumnya untuk kemuliaan”,  baik yang berdarah Yahudi, maupun yang tidak berdarah Yahudi. Jadi kita yang tidak berdarah Yahudi ini juga sudah termasuk dalam rancangan keselamatan Allah sejak semula, sudah dipersiapkan sebelumnya untuk menjadi bejana-bejana kemurahan Allah.

 

Apa sih artinya bejana-bejana kemurahan” Allah? Bejana itu wadah, tempat, artinya “tempat untuk menerima curahan kemurahan Allah.” Jadi kita ini dapat bagian juga menerima curahan kemurahan Allah.

Untuk apa? Untuk mendapatkan kemuliaan.

Kapan kita dimuliakan? Saat kedatangan Kristus kembali dan kita yang sudah mati dibangkitkan dari kematian, atau yang masih hidup diubahkan, saat kita mendapat tubuh baru yang mulia yang tidak lagi fana, tetapi yang kekal, dan bersama-sama kita akan dibawa ke Surga.

 

 

 

1 Korintus 15:42-43

Demikianlah pula halnya kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan.

 

2 Korintus 3:18

Tetapi kita semua, dengan wajah yang tidak terhalang penutup memandang kemuliaan Tuhan seperti di cermin, dan kita sedang diubahkan menjadi gambar yang serupa, dari kemuliaan ke kemuliaan,  sama seperti oleh Roh Tuhan.

 

 

Nah, jika kita ini, baik yang berdarah Yahudi maupun yang tidak berdarah Yahudi (berasal dari bangsa-bangsa lain), sudah dipersiapkan sebelumnya menjadi bejana/tempat menerima kemurahan Allah (menurut ayat 23-24), apakah masih ada manusia yang tersisa yang tidak dipersiapkan menjadi bejana/tempat menerima kemurahan Allah?

Tidak ada. Semua sudah termasuk dipersiapkan menjadi bejana penerima kemurahan Allah, kan?

 

Kalau begitu bagaimana dengan ayat 18 di atas yang menyinggung bahwa  siapa yang Ia mau, Ia keraskan” hatinya.

Hati siapa yang dikeraskan? Tidak ada. Ayat 24 sudah dengan jelas mengatakan, baik yang Yahudi maupun yang non-Yahudi, sama-sama sudah dipersiapkan sebagai bejana untuk menerima kemurahan Allah. Jadi siapa yang tersisa? Semua manusia sudah termasuk salah satu dari kedua kelompok ini:

ü  Yahudi,

ü  atau non-Yahudi.

Dan kedua kelompok ini adalah bejana-bejana penerima kemurahan Allah [menurut ayat 23-24], berarti apakah masih ada kelompok yang ketiga di luar kedua kelompok ini?

 

Sudah tidak ada kelompok ketiga yang lain. Semua manusia termasuk salah satu dari kedua kelompok di atas.

 

Jadi Paulus berniat menekankan poin yang mau disampaikannya, bahwa memilih satu orang di atas orang yang lain, memilih satu bangsa di atas bangsa yang lain, itu sepenuhnya hak Allah. Siapa yang dipilih Allah untuk menerima kemurahanNya, itu sepenuhnya hak Allah, apakah Allah mau memberi kemurahanNya atau mengeraskan hatinya (tapi tidak ada yang dikeraskan hatinya oleh Allah), itu semata-mata wewenang Allah.

 

Di Alkitab kadang memang muncul istilah “Allah mengeraskan hati” orang, misalnya dalam hal Firaun yang tidak mau membiarkan orang Israel pergi mengikuti Musa. Jika kita mempelajari Alkitab kita mengerti bahwa Roh Allah/Roh Kudus selalu membujuk/merayu atau “bergumul” dengan manusia untuk membawa manusia kepada pertobatan dan berpaling kepada Allah agar manusia itu boleh selamat.

Tetapi bila setiap kali Roh Allah berusaha membujuknya agar mau bertobat dan kembali ke jalan yang benar, lalu manusia ini menolak, maka setiap penolakannya membuat hatinya sendiri sedikit lebih keras lagi daripada sebelumnya. Setiap penolakannya membuat dia semakin jauh dari Allah. Maka dikatakan seolah-olah “Allah yang mengeraskan hati” orang itu karena bujukan Roh Allah itulah yang membuat orang tersebut semakin mengeraskan hatinya.

 

 

Pertanyaan yang penting sekarang: Jadi Roma pasal 9 bagian pertama itu berbicara tentang Allah memilih orang untuk apa? Di atas kita sudah tahu bahwa Allah tidak pernah memilih orang supaya tidak selamat, maka pasal 9 Roma ini bicara tentang Allah memilih manusia untuk apa?

Jika kita simak baik-baik contoh-contoh yang diberikan Paulus di ayat 7-13, kita melihat bahwa ternyata Allah memilih manusia untuk melaksanakan suatu tugas khusus untukNya,

 

Kita juga bisa melihat beberapa ayat lain di samping contoh-contoh yang diberikan Paulus:

ü   Allah memilih Abraham dari semua manusia di dunia pada saat itu, untuk menjadi berkat bagi semua manusia karena melalui Abraham-lah Yesus Kristus bakal lahir. (Kejadian 12:1-3)

ü   Allah memilih Ishak dan bukan Ismael untuk menjadi anak perjanjian (Rom 9:7-9).

ü   Allah memilih Yakub dan bukan Esau untuk menjadi bapak ke-12 bani Israel (Rom 9:10-13).

ü   Allah memilih Yehuda dari 12 bersaudara untuk menjadi bani yang menurunkan Yesus Kristus. (Ibrani 7:14)

ü   Allah memilih Rahab yang pelacur dari semua perempuan baik-baik lainnya untuk menjadi nenek moyang Yesus Kristus. (Matius 1:5)

ü  Allah memilih Rut, orang Moab untuk menjadi nenek Daud. (Matius 1:5)

ü   Allah memilih Daud dari semua saudara-saudaranya untuk menjadi raja dan nenek moyang Yesus Kristus. (1 Samuel 16:1, 13)

ü   Allah memilih Matias untuk menggantikan tempat Yudas. (Kisah 1:24-26)

ü   Allah memilih Paulus dari sekian banyak orang Farisi untuk menjadi rasul. (Roma 1:1, Galatia 1:1)

 

Jadi bagian pertama Roma pasal 9 tidak berbicara tentang keselamatan manusia, bagian pertama Roma pasal 9 ini berbicara tentang Allah memilih orang-orang tertentu untuk melaksanakan atau mengemban tugas khusus bagiNya.

 

 

Nah, bagian akhir dari Roma pasal 9, merupakan penjelasan Paulus tentang mengapa bangsa Israel ternyata gagal menjalankan misi yang telah dipercayakan Allah kepada mereka. Walaupun mereka sudah diistimewakan, sudah dipilih, sudah dipisahkan, sudah diberi Hukum, sudah dikirimi nabi-nabi yang menyampaikan pesan-pesan dan nubuatan-nubuatan dari Allah, tapi ternyata mereka gagal mencapai kebenaran, dan gagal dibenarkan.

Mengapa?

 

30            Jika demikian, apakah yang akan kita katakan? Bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengikuti kebenaran, telah mendapatkan kebenaran, yaitu kebenaran karena iman.

31            Tetapi Israel, yang mengikuti Hukum kebenaran, tidaklah sampai kepada Hukum kebenaran itu.

32            Mengapa? Karena mereka tidak mencarinya dengan  iman, tetapi sebagaimana yang mereka lakukan,  oleh perbuatan Hukum. Karena mereka tersandung pada batu sandungan.

33            seperti ada tertulis, ‘Lihatlah, Aku meletakkan di Sion sebuah batu sandungan, dan batu yang menimbulkan amarah, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan.’

 

Ironis sekali, malah bangsa-bangsa lain yang tadinya tidak dipilih menjadi umat Allah, yang tidak diistimewakan, yang tidak dipisahkan, yang tidak tahu tentang nubuatan-nubuatan Allah, justru mereka yang mendapatkan pembenaran yang diperoleh dari iman.

Sedangkan Israel gagal karena menganggap bisa mendapatkan pembenaran dengan melakukan Hukum.

Mengapa?

Karena tidak ada perbuatan apa pun, termasuk melakukan Hukum Allah yang bisa membenarkan manusia. Pembenaran hanya bisa diperoleh dari iman. Ingat tulisan Paulus ke jemaat Efesus?

 

Efesus 2:8-10

Karena oleh kasih karunia kamu diselamatkan melalui iman, dan itu bukan karena usaha kamu, itu adalah pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan sampai ada orang yang memegahkan dirinya. Karena kita ini karya Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan perbuatan baik, yang telah dipersiapkan Allah  sebelumnya, agar kita harus hidup di dalamnya.”

 

Israel tersandung batu. Apa batu sandungannya? Menerima Mesias sebagai Juruselamat yang membenarkan mereka. Israel menolak Mesias, menolak kasih karunia Allah, dan merasa sanggup bisa menyelamatkan diri mereka sendiri dengan melakukan Hukum Allah.

Sampai sekarang pun banyak orang yang seperti ini, yang menganggap mereka bisa mencapai Surga dengan melakukan kebaikan, amal, ibadah, dengan melakukan Hukum, mereka tidak butuh Mesias.

 

Alkitab dengan sangat jelas memaparkan, melakukan Hukum itu tidak pernah merupakan sarana untuk mendapatkan pembenaran atau keselamatan. Yang memberikan pengampunan dosa, pembenaran dan keselamatan hanya Allah, karena kasih karuniaNya, yang bisa kita peroleh hanya dengan iman. Melakukan Hukum semata-mata merupakan buah dari pembenaran kita, sekali-kali bukan syarat untuk mendapatkan pembenaran itu, tetapi bukti bahwa kita sudah bertobat dari dosa-dosa kita dan menjadi pengikut Kristus.

Melakukan Hukum itu penting, tapi posisinya bukan sebagai syarat/sarana untuk mendapatkan keselamatan, melainkan itu adalah bukti bahwa kita sudah menerima keselamatan dari Allah dan selanjutnya kita hidup sesuai dengan kehendak Allah, dengan melakukan Hukum Allah. Jangan terbalik. Jika kita beranggapan kita diselamatkan karena melakukan Hukum Allah, maka sesungguhnya kita belum menerima keselamatan dari Allah, kita hanya menerima “perasaan sudah selamat” dari diri kita sendiri berdasarkan konsep kita yang salah.

Semoga kita boleh lebih paham bahwa Tuhan telah memilih untuk menyelamatkan kita semua. Tergantung kita sendiri mau menerima keselamatan dari Tuhan atau tidak.  

 

 

 

10 1 18