Sabtu, 05 Februari 2022

212. APAKAH YANG TIDAK BERSABAT TIDAK SELAMAT?

 

212.  APAKAH YANG TIDAK BERSABAT

TIDAK SELAMAT?

_____________________________________________________________________________________________________

 

Yesaya 56:6-7

6 Juga orang-orang asing, yang menggabungkan diri kepada TUHAN untuk melayani Dia, dan untuk mengasihi nama TUHAN, untuk menjadi hamba-hamba-Nya ~ setiap orang yang menjaga dari menajiskan hari Sabat, dan yang berpegang kepada perjanjian-Ku, 7  bahkan mereka pun akan Kubawa ke gunung-Ku yang kudus dan Kubuat mereka bersukacita di rumah doa-Ku. Kurban-kurban bakaran dan kurban-kurban sembelihan mereka yang dipersembahkan di atas mezbah-Ku akan Kuterima, sebab rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa.

 

Pendapat manusia seringkali salah bahwa memelihara kekudusan hari Sabat itu hanya berlaku bagi bangsa Israel.

Ayat ini jelas mengatakan tidak demikian.

 

Kita tahu bahwa sejak penciptaan Adam dan Hawa, mereka sudah diperkenalkan kepada hari Sabat.

Adam dan Hawa diciptakan paling akhir pada hari Jumat, atau hari keenam setelah Tuhan selesai menciptakan semua binatang darat. Kita tidak tahu berapa jam setelah itu lalu matahari terbenam, yang pasti Adam dan Hawa belum berumur satu hari ketika mereka menyaksikan matahari terbenam yang pertama kalinya, dan Tuhan memberkati hari yang baru itu, hari ketujuh, dan Tuhan mengatakan bahwa hari yang baru itu milikNya, karena itu hari tersebut menjadi kudus karena kepunyaan Allah. Dan Adam dan Hawa menyaksikan bagaimana Tuhan menguduskan hari Sabat yang pertama itu. Jadi hari Sabat itu dimulai dengan perhentian/istirahat, karena Tuhan berhenti dari pekerjaanNya mencipta.

 

Kejadian 2:1-3

1 Demikianlah langit dan bumi dan segala isinya sudah selesai. 2 Dan pada hari ketujuh Allah mengakhiri pekerjaanNya yang telah dibuatNya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. 3 Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.

 

 

Jangan lupa cara Allah menghitung hari selalu dimulai dari saat matahari terbenam (malam) dulu baru siang. Jadi pergantian hari bukan di tengah malam pukul 00:00 melainkan sekitar pukul 18:00 waktu kita sekarang.

Enam hari Tuhan telah mencipta langit dan bumi dan semua isinya, dan sekarang saat matahari terbenam pada hari keenam, pekerjaan itu sudah selesai, dan dengan dimulainya hari yang ketujuh, Tuhan memasuki perhentianNya. Dan Adam dan Hawa menyaksikan bagaimana Tuhan memasuki perhentian, karena minggu berikutnya mereka juga akan masuk perhentian, kebiasaan mana yang akan terus mereka ulangi setiap hari ketujuh.

 

Minggu yang pertama adalah minggu milik Tuhan. Tuhan yang mencipta. Tuhan yang masuk perhentian. Apakah Tuhan tidur pada saat Sabat? Tuhan tidak tidur. Tentunya Tuhan menerangkan kepada Adam dan Hawa apa makna Sabat itu, untuk apa Tuhan menciptakan Sabat bagi mereka. Mungkin Adam dan Hawa diajak Tuhan menyaksikan matahari terbit mereka yang pertama, dan Tuhan melewatkan Sabat yang pertama bersama mereka. Ketika matahari mulai terbenam besoknya, Tuhan memberitahu bahwa hari Sabat akan berakhir, dan bersama itu berakhir pula siklus satu minggu (7 hari) yang ditentukan Tuhan, dan saat menghilangnya matahari, dan malam tiba, bumi pun memasuki hari yang baru, hari yang pertama dari minggunya yang kedua.

 

Mulai minggu kedua, itu diberikan kepada Adam dan Hawa oleh Tuhan, mereka yang bekerja, dan mereka yang berhenti pada hari Sabat.

 

Alkitab tidak menceritakan bagaimana Tuhan mengajarkan cara memelihara kekudusan hari Sabat kepada Adam dan Hawa. Mungkin karena pada waktu itu masih di taman Eden di mana semuanya memang kudus, memelihara kekudusan hari Sabat itu secara alami, beda dengan di dunia ini sekarang di mana semuanya sudah terpolusi dosa.

v   Makanan di sana tidak usah dimasak, sehingga Tuhan tidak perlu mengatakan “pada hari Sabat jangan memasak.”

v   Di sana tidak ada debu, sehingga Tuhan juga tidak perlu mengatakan “hari Sabat jangan bersih-bersih rumah.”

v   Juga di sana tidak ada mal, tidak ada toko, sehingga Tuhan tidak usah mengatakan, “hari Sabat tidak boleh berjual-beli.”

v   Dan di sana Adam dan Hawa tidak tergiur nonton televisi atau entertainment dunia lainnya, sehingga Tuhan tidak berkata, “Hari Sabat jangan mencari kesenanganmu sendiri.”

Semua larangan ini muncul kemudian setelah Adam dan Hawa dikeluarkan dari taman Eden karena mereka berbuat dosa.

Di taman Eden, dikelilingi oleh taman yang indah, kehadiran binatang-binatang yang baik dan jinak, suara burung-burung berkicau, dan kelembutan Sang Pencipta bercerita, Adam dan Hawa sudah tidak tergoda pikiran-pikiran duniawi. Semuanya begitu indah, dan begitu baru bagi mereka.

Pada minggu yang kedua, Adam dan Hawa untuk pertama kalinya menikmati masuk ke perhentian Tuhan saat matahari terbenam. Mungkin setiap Sabat pagi, Tuhan menjelaskan kepada mereka segala yang belum mereka ketahui, siapa Tuhan, siapa mereka, apa hubungannya, dan bagaimana kehidupan mereka di taman Eden. Sama seperti kita sekarang belajar tentang Tuhan, tentang kehendakNya bagi kita, tentang HukumNya yang melindungi kita, tentang kasihNya yang menyelamatkan kita, dll. Hanya saja Adam dan Hawa bisa belajar dari Sang Guru Agung langsung, kita di sini cuma bisa belajar dari Alkitab.

 

Jadi pemeliharaan hari Sabat sudah diajarkan Tuhan kepada Adam dan Hawa ketika mereka berada di Eden sebelum mereka berbuat dosa, di mana kehidupan itu indah, dan ringan.  Memelihara Sabat di Eden itu mudah karena kehidupan di sana mudah. Mereka tidak usah bekerja keras untuk mendapatkan makanan, mereka tidak usah banting tulang. Tetapi setelah mereka berbuat dosa, maka bumi pun dikutuk, mereka diusir dari taman Eden dan kehidupan yang tadinya ringan, menyenangkan, dan bebas kesulitan berubah menjadi sulit. Maka hari Sabat menjadi hari yang mereka nanti-nantikan, karena pada waktu itu mereka bisa beristirahat dan datang mendekat kepada Tuhan.

 

Jadi Sabat Tuhan itu adalah hari ketujuh, yang dimulai saat matahari terbenam hari keenam dan berakhir saat matahari terbenam hari ketujuh.

 

Nehemia 13:19

Demikianlah di pintu-pintu gerbang Yerusalem, ketika mulai gelap  menjelang hari Sabat, kusuruh tutup pintu-pintu gerbang, dan kuperintahkan supaya jangan dibuka sampai lewat hari Sabat. Lalu aku tempatkan beberapa orang anak buahku di pintu-pintu gerbang, supaya tidak ada muatan yang dibawa masuk pada hari Sabat.

 

Jadi “ketika mulai gelap” artinya ketika matahari terbenam. Bukan tengah malam. Sejak penciptaan, dari Kejadian 1:5 Tuhan sudah dengan jelas menyatakan perhitungan hariNya ialah petang dulu baru pagi. Pergantian hari itu terjadi saat matahari terbenam.

Tuhan sudah menentukan persis kapan harinya, kapan waktunya. Manusia jelas tidak boleh mengubahnya sendiri sesuka hati.

 

 

Alkitab tidak mencatat mulai kapan manusia mulai mengabaikan pemeliharaan hari Sabat. Alkitab mengatakan di zaman pra-air bah, manusia pikirannya hanya jahat melulu. Mungkin sebagian besar mereka di zaman itu sudah melupakan pemeliharaan Sabat.

 

Kejadian 6:5

Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,

 

Maka Tuhan menyapu bersih seluruh dunia dan hanya meninggalkan 8 orang keluarga Nuh. Waktu itu belum ada bangsa Israel.

Keturunan Nuh tidak semuanya setia kepada Tuhan. Ada yang punya ide cemerlang, membuat menara Babel. Mereka tidak percaya pada janji Tuhan bahwa Tuhan tidak akan membinasakan dunia dengan air bah lagi. Mereka membangun menara yang tinggi supaya kalau ada air bah, mereka selamat. Jadi bukan saja mereka tidak percaya pada janji Tuhan, tetapi mereka juga melawan kehendak Tuhan. Tuhan mau mereka menyebar ke seluruh bumi, memenuhi bumi, mengisi bumi yang sebagian besar masih kosong, mereka malah mengumpul semua di menara Babel. Akhirnya Tuhan yang membatalkan rencana mereka dan menyebarkan mereka ke seluruh bumi dengan bahasa yang berbeda-beda.

 

 

Abraham berasal dari keturunan Sem anak Nuh, dan dia yang dipilih Tuhan untuk menjadi bapak bangsa Israel dari mana nanti Sang Juruselamat akan lahir.

Jadi 430 tahun setelah Tuhan berjanji kepada Abraham, bangsa Israel pun dituntun keluar dari Mesir untuk dikembalikan ke Kana’an, tanah yang dijanjikan kepada Abraham. Dan pada saat itulah perintah-perintah Tuhan yang selama ini selalu disampaikan secara oral, sekarang dibuat dalam bentuk tulisan. Dan khusus 10 Perintah Allah itu Allah sendiri yang menulisnya! Tidak main-main, Allah sendiri yang menulisnya. Musa pun tidak diizinkan menulisnya, berarti Hukum itu lebih tinggi derajatnya daripada Musa. Yang layak menulis Hukum Allah hanya Allah sendiri. Jadi kalau kita sengaja melanggar Hukum Allah yang ditulis Allah sendiri, bagaimana? Apakah itu bukan sengaja berbuat makar?

 

Keluaran 31:18

Dan setelah TUHAN selesai berbicara dengan dia (Musa) di gunung Sinai, Dia memberikan kepada Musa dua loh Kesaksian, loh-loh batu, yang ditulis oleh jari Allah.

Sejak itu karena Hukum Allah sudah tertulis, maka tidak ada alasan lagi bagi manusia untuk mengatakan tidak tahu atau disalah mengerti, karena sudah ada hitam di atas putih, bukan hanya disampaikan dari mulut ke mulut.

Inilah perintah tentang memelihara Sabat itu, perintah keempat dari Kesepuluh Perintah Allah.

 

Keluaran 20:8-11

20:8         Ingatlah hari Sabat dan peliharalah kekudusannya.

20:9         enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,

20:10       tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.

20:11       Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.

 

 

Jadi sekarang buktinya sudah kuat. Ada perintah untuk memelihara Sabat ini:

1.   Tertulis di loh-loh batu yang berisikan 10 Perintah Tuhan yang disebut juga Hukum Tuhan. Berarti perintah ini berasal dari Tuhan, ditulis sendiri oleh Tuhan, bukan perintah buatan manusia.

2.   Yang disebut hari Sabat Tuhan adalah hari Ketujuh, bukan hari lain, bukan hari Minggu (= hari pertama/Ahad).

3.   Dan hari Sabat ini dimulai dari saat terbenamnya matahari pada hari keenam (Jumat kita) dan berlangsung terus hingga terbenamnya matahari pada hari ketujuh (Sabtu malam kita).

 

 

Kita kembali ke Yesaya 56.

Jadi setelah ada perintah yang tertulis dari Tuhan, siapa sajakah yang harus memelihara hari Sabat Tuhan? Hanya orang Israel? Ternyata tidak!

 

“Juga orang-orang asing, yang menggabungkan diri kepada TUHAN” artinya bangsa-bangsa lain di luar Israel. Sebagaimana Adam dan Hawa orangtua pertama bangsa manusia dulu memelihara Sabat, demikian pula semua bangsa manusia keturunannya harus memelihara Sabat.

Mengapa?

Karena keselamatan Tuhan itu bukan hanya bagi bangsa Israel, tetapi “bagi segala bangsa”.

 

Paulus menulis

Galatia 3:29

Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu adalah benih Abraham dan menurut  janji Allah, adalah ahliwarisnya.

 

Lihat, jika kita mengaku pengikut Kristus, kita diperhitungkan sebagai benih Abraham walaupun kita tidak berdarah Yahudi.

Dan hanya jika kita diperhitungkan sebagai benih Abraham kita bisa menjadi ahliwarisnya. Karena janji Allah itu dibuat dengan Abraham. Jika kita tidak menjadi benih Abraham secara simbolis, kita tidak berhak atas janji tersebut.

Jadi memelihara Sabat itu berlaku bagi kita, orang Kristen Perjanjian Baru, atau disebut juga orang Israel rohani.

 

 

Nah, sekarang pertanyaan yang penting: APAKAH YANG TIDAK MEMELIHARA SABAT TIDAK SELAMAT?

Nanti di Surga kita akan bertemu dengan banyak orang yang tidak memelihara Sabat semasa hidupnya di dunia. Tetapi kita harus ingat, bahwa mereka ini tidak memelihara Sabat karena mereka tidak mengetahui tentang Perintah ini. Di Zaman Kegelapan (Abad Pertengahan), itu Alkitab disita, dibakar, lenyap dari peredaran. Orang awam tidak boleh membaca Alkitab, semua harus menerima saja apa yang disampaikan imam-imam. Sedangkan banyak dari imam-imam itu sendiri pun tidak pernah tahu isi Alkitab. Jadi pemeliharaan Sabat itu resmi dihapus dari pengetahuan orang Krisiten sejak abad ke-4 Masehi. Tetapi Tuhan selalu masih punya umat yang sisa yang memelihara semua HukumNya, namun mereka jumlahnya kecil, dan mereka bersembunyi di tempat-tempat yang terpencil menghindari persekusi.

Jadi, mereka yang hidup di zaman itu, di mana pengetahuan tentang Allah disabot oleh gereja universal yang mengajarkan banyak penyimpangan dari Alkitab, mereka itu dimaafkan Allah. Tulisan aslinya adalah Allah mengedipkan mataNya. Allah bisa menerima mengapa mereka tidak tahu tentang Sabat, bahkan bukan cuma itu yang tidak mereka ketahui, ada banyak doktrin Allah yang lain mereka juga tidak tahu.

 

Kisah 17:30

Sesungguhnya, zaman kebodohan itu dimaafkan Allah, tetapi sekarang memerintahkan semua manusia di mana-mana untuk bertobat.

 

Tetapi baca seterusnya ayat ini, tetapi sekarangbagaimana?

Setelah berakhirnya Abad Kegelapan, kondisi berbalik. Alkitab muncul kembali, bahkan dicetak banyak-banyak dan diterjemahkan ke dalam banyak bahasa.

Apakah Allah tetap mengedipkan mataNya? Sekarang ini mau baca Alkitab bahasa apa pun ada, tidak usah membeli, bisa akses dari internet. Karena itu, sekarang ini sudah tidak berlaku lagi Allah memaafkan kebodohan. Sekarang ini tidak boleh ada kebodohan lagi. Sekarang ini Allah “memerintahkan semua manusia di mana-mana untuk bertobat.” Bertobat artinya meninggalkan kesalahan, dan berbalik melakukan yang benar menurut Allah.

Siapa yang harus bertobat? Hanya orang Yahudi/Israel? Tidak, melainkan “semua manusia di mana-mana.”

 

Kita lahir dan hidup di zaman akhir, di mana semua rahasia nubuatan Allah sudah dibuka. Allah menyediakan segala kemudahan bagi manusia untuk mencari kebenaranNya. Alkitab segala bahasa ada. Tinggal kita saja mau memberikan waktu untuk mempelajarinya atau tidak. Dalam kondisi seperti ini Allah sudah tidak kedip-kedip mata lagi. Sekarang masalahnya bukan tidak tahu, tapi tidak mau tahu. Dan tidak mau tahu itu mengandung niat menolak.

Ada orang yang berkata, “Aku tidak mau mempelajarinya supaya bisa mengatakan aku tidak tahu.”

Tapi Allah tidak bisa ditipu. Jika kita punya kesempatan untuk mempelajarinya, tapi kita sengaja menolak kesempatan itu, itu sudah sama dengan menolak kebenaran Allah. Dan itu ada konsekuensinya.

 

Ibrani 10:26-27

26 Sebab, jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi kurban yang dapat menghapus dosa itu.  27 Tetapi yang ada ialah kepastian akan penghakiman yang mengerikan,  dan api kemurkaan Allah yang berkobar-kobar yang akan menghanguskan penentang-penentangNya.

 

“tidak ada lagi kurban yang dapat menghapus dosa itu” bicara tentang kurban siapa ini? Kurban Kristus di salib. Kristus mati untuk menebus kita dari hukuman dosa. Tetapi jika setelah kita ditebus, kita masih tetap berlanjut berbuat dosa (melanggar Sabat itu dosa karena itu melanggar Hukum Allah – 1 Yoh. 3:4), maka penebusanNya itu tidak berlaku bagi kita. Jelas ayat-ayat ini mengatakan begitu. Apa gantinya?  “yang ada ialah kepastian akan penghakiman yang mengerikan,  dan api kemurkaan Allah”. Mengerikan tidak? Yang ada itu dibakar api neraka, sakit loh.

 

Kalau kita bisa dibawa Tuhan ke gunung-Nya yang kudus dan dibuat Tuhan mereka bersukacita di rumah doa-Nya” kenapa memilih untuk dihanguskan api kemurkaan Allah yang berkobar-kobar”?

Pelajarilah Alkitab supaya kita tahu apa yang dikehendaki Allah dari kita. Jangan menolak berdasarkan ketidaktahuan. Carilah kebenarannya, ayatnya mana, apa kata Tuhan, supaya kita betul-betul mengerti sendiri.

Semoga kita semua dibawah Tuhan ke gunung kudusNya dan bersukacita di rumah doaNya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

05 02 22