212. APAKAH YANG TIDAK BERSABAT
TIDAK
SELAMAT?
_____________________________________________________________________________________________________
Yesaya 56:6-7
6 Juga orang-orang asing,
yang menggabungkan diri kepada TUHAN untuk melayani Dia, dan untuk mengasihi nama TUHAN, untuk menjadi hamba-hamba-Nya ~ setiap orang yang menjaga
dari menajiskan hari Sabat, dan yang berpegang kepada perjanjian-Ku, 7 bahkan mereka
pun akan Kubawa ke gunung-Ku yang kudus dan Kubuat mereka bersukacita di rumah doa-Ku. Kurban-kurban
bakaran dan kurban-kurban sembelihan mereka yang dipersembahkan di atas
mezbah-Ku akan Kuterima, sebab rumah-Ku akan
disebut rumah doa bagi segala bangsa.
Pendapat manusia seringkali salah
bahwa memelihara kekudusan hari Sabat itu hanya berlaku bagi bangsa Israel.
Ayat ini jelas mengatakan tidak
demikian.
Kita tahu bahwa sejak penciptaan Adam dan Hawa, mereka sudah
diperkenalkan kepada hari Sabat.
Adam dan Hawa diciptakan paling akhir
pada hari Jumat, atau hari keenam setelah Tuhan selesai menciptakan semua
binatang darat. Kita tidak tahu berapa jam setelah itu lalu matahari terbenam,
yang pasti Adam dan Hawa belum
berumur satu hari ketika mereka menyaksikan matahari terbenam yang pertama
kalinya, dan Tuhan memberkati hari yang baru itu, hari ketujuh,
dan Tuhan mengatakan bahwa hari yang baru itu milikNya, karena itu hari
tersebut menjadi kudus karena kepunyaan Allah. Dan Adam dan Hawa menyaksikan
bagaimana Tuhan menguduskan hari Sabat yang pertama itu. Jadi hari Sabat itu dimulai dengan
perhentian/istirahat, karena Tuhan berhenti dari pekerjaanNya mencipta.
Kejadian 2:1-3
1 Demikianlah langit dan bumi dan segala
isinya sudah selesai. 2 Dan pada hari ketujuh Allah mengakhiri pekerjaanNya yang telah dibuatNya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh dari segala
pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. 3 Lalu Allah memberkati hari
ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala
pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.
Jangan lupa cara Allah menghitung
hari selalu dimulai dari saat
matahari terbenam (malam) dulu baru siang. Jadi pergantian hari
bukan di tengah malam pukul 00:00 melainkan sekitar pukul 18:00 waktu kita
sekarang.
Enam hari Tuhan telah mencipta langit
dan bumi dan semua isinya, dan sekarang saat matahari terbenam pada hari
keenam, pekerjaan itu sudah selesai, dan dengan dimulainya hari yang ketujuh,
Tuhan memasuki perhentianNya. Dan Adam dan Hawa menyaksikan bagaimana Tuhan
memasuki perhentian, karena minggu berikutnya mereka juga akan masuk
perhentian, kebiasaan mana yang akan terus mereka ulangi setiap hari ketujuh.
Minggu yang pertama adalah minggu
milik Tuhan. Tuhan yang mencipta. Tuhan yang masuk perhentian. Apakah Tuhan
tidur pada saat Sabat? Tuhan tidak tidur. Tentunya Tuhan menerangkan kepada
Adam dan Hawa apa makna Sabat itu, untuk apa Tuhan menciptakan Sabat bagi
mereka. Mungkin Adam dan Hawa diajak Tuhan menyaksikan matahari terbit mereka
yang pertama, dan Tuhan melewatkan Sabat yang pertama bersama mereka. Ketika
matahari mulai terbenam besoknya, Tuhan memberitahu bahwa hari Sabat akan
berakhir, dan bersama itu berakhir pula siklus satu minggu (7 hari) yang
ditentukan Tuhan, dan saat menghilangnya matahari, dan malam tiba, bumi pun
memasuki hari yang baru, hari yang pertama dari minggunya yang kedua.
Mulai minggu kedua, itu diberikan
kepada Adam dan Hawa oleh Tuhan, mereka yang bekerja, dan mereka yang berhenti
pada hari Sabat.
Alkitab tidak menceritakan bagaimana
Tuhan mengajarkan cara memelihara kekudusan hari Sabat kepada Adam dan Hawa.
Mungkin karena pada waktu itu masih di taman Eden di mana semuanya memang
kudus, memelihara kekudusan hari Sabat itu secara alami, beda dengan di dunia
ini sekarang di mana semuanya sudah terpolusi dosa.
v Makanan di
sana tidak usah dimasak, sehingga Tuhan tidak perlu mengatakan “pada hari Sabat
jangan memasak.”
v Di sana tidak
ada debu, sehingga Tuhan juga tidak perlu mengatakan “hari Sabat jangan
bersih-bersih rumah.”
v Juga di sana
tidak ada mal, tidak ada toko, sehingga Tuhan tidak usah mengatakan, “hari
Sabat tidak boleh berjual-beli.”
v Dan di sana
Adam dan Hawa tidak tergiur nonton televisi atau entertainment dunia lainnya, sehingga Tuhan tidak berkata, “Hari Sabat
jangan mencari kesenanganmu sendiri.”
Semua larangan ini muncul kemudian
setelah Adam dan Hawa dikeluarkan dari taman Eden karena mereka berbuat dosa.
Di taman Eden, dikelilingi oleh taman
yang indah, kehadiran binatang-binatang yang baik dan jinak, suara
burung-burung berkicau, dan kelembutan Sang Pencipta bercerita, Adam dan Hawa
sudah tidak tergoda pikiran-pikiran duniawi. Semuanya begitu indah, dan begitu
baru bagi mereka.
Pada minggu yang kedua, Adam dan Hawa
untuk pertama kalinya menikmati masuk ke perhentian Tuhan saat matahari
terbenam. Mungkin setiap Sabat pagi, Tuhan menjelaskan kepada mereka segala
yang belum mereka ketahui, siapa Tuhan, siapa mereka, apa hubungannya, dan
bagaimana kehidupan mereka di taman Eden. Sama seperti kita sekarang belajar
tentang Tuhan, tentang kehendakNya bagi kita, tentang HukumNya yang melindungi
kita, tentang kasihNya yang menyelamatkan kita, dll. Hanya saja Adam dan Hawa
bisa belajar dari Sang Guru Agung langsung, kita di sini cuma bisa belajar dari
Alkitab.
Jadi pemeliharaan
hari Sabat sudah diajarkan Tuhan kepada Adam dan Hawa ketika mereka berada di
Eden sebelum mereka berbuat dosa, di mana kehidupan itu indah, dan ringan. Memelihara Sabat di Eden itu mudah karena
kehidupan di sana mudah. Mereka tidak usah bekerja keras untuk mendapatkan
makanan, mereka tidak usah banting tulang. Tetapi setelah mereka berbuat dosa,
maka bumi pun dikutuk, mereka diusir dari taman Eden dan kehidupan yang tadinya
ringan, menyenangkan, dan bebas kesulitan berubah menjadi sulit. Maka hari
Sabat menjadi hari yang mereka nanti-nantikan, karena pada waktu itu mereka
bisa beristirahat dan datang mendekat kepada Tuhan.
Jadi Sabat Tuhan itu adalah hari
ketujuh, yang dimulai saat matahari terbenam hari keenam dan berakhir saat
matahari terbenam hari ketujuh.
Nehemia 13:19
Demikianlah di pintu-pintu gerbang Yerusalem, ketika mulai gelap menjelang hari Sabat,
kusuruh tutup pintu-pintu gerbang, dan
kuperintahkan supaya jangan dibuka sampai lewat hari Sabat. Lalu aku tempatkan beberapa orang anak buahku
di pintu-pintu gerbang, supaya tidak ada muatan yang dibawa masuk pada hari Sabat.
Jadi “ketika mulai gelap” artinya
ketika matahari terbenam. Bukan tengah malam. Sejak penciptaan, dari Kejadian
1:5 Tuhan sudah dengan jelas menyatakan perhitungan
hariNya ialah petang dulu baru pagi. Pergantian hari itu terjadi
saat matahari terbenam.
Tuhan sudah menentukan persis kapan
harinya, kapan waktunya. Manusia jelas tidak boleh mengubahnya sendiri sesuka
hati.
Alkitab tidak mencatat mulai kapan
manusia mulai mengabaikan pemeliharaan hari Sabat. Alkitab mengatakan di zaman
pra-air bah, manusia pikirannya hanya jahat melulu. Mungkin sebagian besar
mereka di zaman itu sudah melupakan pemeliharaan Sabat.
Kejadian 6:5
Ketika
dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala
kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,
Maka Tuhan menyapu bersih seluruh
dunia dan hanya meninggalkan 8 orang keluarga Nuh. Waktu itu belum ada bangsa
Israel.
Keturunan Nuh tidak semuanya setia
kepada Tuhan. Ada yang punya ide cemerlang, membuat menara Babel. Mereka tidak
percaya pada janji Tuhan bahwa Tuhan tidak akan membinasakan dunia dengan air
bah lagi. Mereka membangun menara yang tinggi supaya kalau ada air bah, mereka
selamat. Jadi bukan saja mereka tidak percaya pada janji Tuhan, tetapi mereka
juga melawan kehendak Tuhan. Tuhan mau mereka menyebar ke seluruh bumi,
memenuhi bumi, mengisi bumi yang sebagian besar masih kosong, mereka malah
mengumpul semua di menara Babel. Akhirnya Tuhan yang membatalkan rencana mereka
dan menyebarkan mereka ke seluruh bumi dengan bahasa yang berbeda-beda.
Abraham berasal dari keturunan Sem
anak Nuh, dan dia yang dipilih Tuhan untuk menjadi bapak bangsa Israel dari
mana nanti Sang Juruselamat akan lahir.
Jadi 430 tahun setelah Tuhan berjanji
kepada Abraham, bangsa Israel pun dituntun keluar dari Mesir untuk dikembalikan
ke Kana’an, tanah yang dijanjikan kepada Abraham. Dan pada saat itulah
perintah-perintah Tuhan yang selama ini selalu disampaikan secara oral,
sekarang dibuat dalam bentuk tulisan. Dan khusus
10 Perintah Allah itu Allah sendiri yang menulisnya! Tidak
main-main, Allah sendiri yang menulisnya. Musa pun tidak diizinkan menulisnya,
berarti Hukum itu lebih tinggi derajatnya daripada Musa. Yang layak menulis
Hukum Allah hanya Allah sendiri. Jadi kalau kita sengaja melanggar Hukum Allah
yang ditulis Allah sendiri, bagaimana? Apakah itu bukan sengaja berbuat makar?
Keluaran 31:18
Dan setelah TUHAN selesai berbicara dengan dia
(Musa) di gunung Sinai, Dia memberikan
kepada Musa dua loh Kesaksian, loh-loh batu,
yang ditulis
oleh jari Allah.
Sejak itu karena Hukum Allah sudah
tertulis, maka tidak ada alasan lagi bagi manusia untuk mengatakan tidak tahu
atau disalah mengerti, karena sudah ada hitam di atas putih, bukan hanya
disampaikan dari mulut ke mulut.
Inilah perintah tentang memelihara
Sabat itu, perintah keempat dari Kesepuluh Perintah Allah.
Keluaran
20:8-11
20:8
Ingatlah hari Sabat dan peliharalah kekudusannya.
20:9
enam hari lamanya engkau akan
bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,
20:10
tetapi hari
ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan,
engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki,
atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat
kediamanmu.
20:11
Sebab enam hari lamanya TUHAN
menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari
ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
Jadi sekarang buktinya sudah kuat.
Ada perintah untuk memelihara Sabat ini:
1.
Tertulis di
loh-loh batu yang berisikan 10 Perintah Tuhan yang disebut juga Hukum
Tuhan. Berarti perintah ini berasal dari Tuhan, ditulis sendiri oleh Tuhan, bukan perintah
buatan manusia.
2.
Yang disebut hari Sabat Tuhan adalah hari Ketujuh, bukan hari lain, bukan hari
Minggu (= hari pertama/Ahad).
3.
Dan hari Sabat ini dimulai dari saat terbenamnya matahari pada hari keenam
(Jumat kita) dan berlangsung terus hingga
terbenamnya matahari pada hari ketujuh (Sabtu malam kita).
Kita kembali ke Yesaya 56.
Jadi setelah ada perintah yang
tertulis dari Tuhan, siapa
sajakah yang harus memelihara hari Sabat Tuhan? Hanya orang
Israel? Ternyata tidak!
“Juga orang-orang asing,
yang menggabungkan diri kepada TUHAN” artinya bangsa-bangsa lain di luar
Israel. Sebagaimana Adam dan Hawa orangtua pertama bangsa manusia
dulu memelihara Sabat, demikian pula semua bangsa manusia keturunannya harus
memelihara Sabat.
Mengapa?
Karena keselamatan Tuhan itu bukan hanya bagi bangsa Israel, tetapi “bagi segala
bangsa”.
Paulus menulis
Galatia
3:29
Dan
jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu adalah benih Abraham dan menurut janji Allah, adalah
ahliwarisnya.
Lihat, jika kita mengaku pengikut Kristus, kita diperhitungkan sebagai
benih Abraham walaupun kita tidak berdarah Yahudi.
Dan hanya jika kita diperhitungkan sebagai benih Abraham kita bisa menjadi
ahliwarisnya. Karena janji Allah itu dibuat dengan Abraham. Jika kita tidak menjadi
benih Abraham secara simbolis, kita tidak berhak atas janji tersebut.
Jadi memelihara Sabat itu berlaku
bagi kita, orang Kristen Perjanjian Baru, atau disebut juga orang Israel rohani.
Nah, sekarang pertanyaan yang penting: APAKAH YANG TIDAK MEMELIHARA SABAT TIDAK SELAMAT?
Nanti di Surga kita
akan bertemu dengan banyak orang yang
tidak memelihara Sabat semasa hidupnya di dunia. Tetapi kita
harus ingat, bahwa mereka ini tidak
memelihara Sabat karena mereka tidak mengetahui tentang Perintah ini.
Di Zaman Kegelapan (Abad Pertengahan), itu Alkitab disita, dibakar, lenyap dari
peredaran. Orang awam tidak boleh membaca Alkitab, semua harus menerima saja
apa yang disampaikan imam-imam. Sedangkan banyak dari imam-imam itu sendiri pun
tidak pernah tahu isi Alkitab. Jadi pemeliharaan Sabat itu resmi dihapus dari
pengetahuan orang Krisiten sejak abad ke-4 Masehi. Tetapi Tuhan selalu masih
punya umat yang sisa yang memelihara semua HukumNya, namun mereka jumlahnya
kecil, dan mereka bersembunyi di tempat-tempat yang terpencil menghindari
persekusi.
Jadi, mereka yang hidup di zaman itu,
di mana pengetahuan tentang Allah disabot oleh gereja universal yang
mengajarkan banyak penyimpangan dari Alkitab, mereka itu dimaafkan Allah. Tulisan aslinya adalah
Allah mengedipkan mataNya. Allah bisa menerima mengapa mereka tidak tahu
tentang Sabat, bahkan bukan cuma itu yang tidak mereka ketahui, ada banyak
doktrin Allah yang lain mereka juga tidak tahu.
Kisah 17:30
Sesungguhnya, zaman kebodohan itu
dimaafkan Allah, tetapi sekarang
memerintahkan semua manusia di mana-mana untuk bertobat.
Tetapi baca seterusnya ayat ini, “tetapi sekarang” bagaimana?
Setelah berakhirnya Abad Kegelapan, kondisi berbalik. Alkitab muncul
kembali, bahkan dicetak banyak-banyak dan diterjemahkan ke dalam banyak bahasa.
Apakah Allah tetap mengedipkan mataNya? Sekarang ini mau baca Alkitab
bahasa apa pun ada, tidak usah membeli, bisa akses dari internet. Karena itu, sekarang ini sudah tidak berlaku
lagi Allah memaafkan kebodohan. Sekarang ini tidak boleh ada kebodohan lagi.
Sekarang ini Allah “memerintahkan semua manusia di mana-mana untuk
bertobat.” Bertobat artinya meninggalkan kesalahan, dan berbalik
melakukan yang benar menurut Allah.
Siapa yang harus bertobat? Hanya orang Yahudi/Israel? Tidak, melainkan “semua manusia di
mana-mana.”
Kita lahir dan hidup di zaman akhir, di mana semua rahasia nubuatan Allah sudah dibuka.
Allah menyediakan segala kemudahan bagi manusia untuk mencari kebenaranNya.
Alkitab segala bahasa ada. Tinggal kita saja mau memberikan waktu untuk
mempelajarinya atau tidak. Dalam kondisi seperti ini Allah sudah tidak
kedip-kedip mata lagi. Sekarang
masalahnya bukan tidak tahu, tapi tidak mau tahu. Dan tidak mau
tahu itu mengandung niat menolak.
Ada orang yang berkata, “Aku tidak mau mempelajarinya supaya bisa
mengatakan aku tidak tahu.”
Tapi Allah tidak bisa ditipu. Jika kita punya kesempatan untuk
mempelajarinya, tapi kita sengaja menolak kesempatan itu, itu sudah sama dengan
menolak kebenaran Allah. Dan itu ada konsekuensinya.
Ibrani
10:26-27
26 Sebab, jika kita sengaja
berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran,
maka tidak ada lagi kurban yang dapat menghapus dosa itu. 27 Tetapi yang ada ialah kepastian akan penghakiman yang
mengerikan, dan api kemurkaan Allah yang berkobar-kobar
yang akan menghanguskan
penentang-penentangNya.
“tidak ada lagi kurban yang dapat menghapus
dosa itu” bicara tentang
kurban siapa ini? Kurban Kristus di salib. Kristus mati untuk menebus kita dari
hukuman dosa. Tetapi jika setelah kita ditebus, kita masih tetap berlanjut
berbuat dosa (melanggar Sabat itu dosa karena itu melanggar Hukum Allah – 1
Yoh. 3:4), maka penebusanNya itu tidak berlaku bagi kita. Jelas ayat-ayat ini
mengatakan begitu. Apa gantinya? “yang ada ialah kepastian akan penghakiman yang mengerikan, dan api kemurkaan
Allah”. Mengerikan tidak? Yang ada itu dibakar api neraka, sakit
loh.
Kalau kita bisa dibawa Tuhan “ke gunung-Nya
yang kudus dan dibuat Tuhan mereka bersukacita
di rumah doa-Nya” kenapa memilih untuk dihanguskan “api kemurkaan
Allah yang berkobar-kobar”?
Pelajarilah Alkitab supaya kita tahu apa yang dikehendaki Allah dari kita.
Jangan menolak berdasarkan ketidaktahuan. Carilah kebenarannya, ayatnya mana,
apa kata Tuhan, supaya kita betul-betul mengerti sendiri.
Semoga kita semua dibawah Tuhan ke gunung kudusNya dan bersukacita di rumah
doaNya.
05 02 22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar