211. PEMAHAMAN GALATIA 3:19
________________________________________________________________________________________________________
Galatia 3:19
Kalau demikian, untuk apa hukum itu? Itu ditambahkan
oleh karena pelanggaran-pelanggaran, sampai datang Benih kepada siapa janji itu dibuat; dan
itu disampaikan oleh malaikat-malaikat di tangan seorang pengantara.
Wherefore then serveth the law? It was
added because of transgressions, till the Seed should come to whom the promise
was made; and it was ordained by angels in the hand of a mediator. (KJV)
Banyak orang Kristen memakai ayat Galatia 3:19 ini
sebagai alasan untuk tidak tunduk pada Hukum Allah karena mereka berkata, “hukum
itu ditambahkan … sampai
datang Benih kepada
siapa janji itu dibuat…” berarti ketika
Benih itu (Kristus) datang, hukum itu tidak berlaku lagi. Kan begitu kata ayat
ini?
Betul.
Masalahnya, hukum yang mana yang dimaksud di sini?
“Hukum” itu ada dua kelompok besar:
1.
Hukum Allah yang kekal, yang sudah ada dari
awal.
Hukum ini adalah landasan takhta Allah,
Mazmur 89:14
Keadilan dan hukum
adalah tumpuan takhta-Mu, kasih dan kesetiaan berjalan di depan-Mu.
2.
Hukum Allah yang ditambahkan setelah Adam
berdosa.
Ini yang
disebut di ayat Galatia 3:19 di atas. Hukum ini baru ada setelah manusia (Adam) berbuat dosa. Dan hukum ini hanya “sampai datang Benih
kepada siapa janji itu dibuat”, berarti setelah salib, Hukum ini sudah selesai, sudah digenapi.
Jadi jangan membuang semua Hukum! Kita lihat dengan lebih
teliti di sini.
1. HUKUM ALLAH YANG KEKAL
Hukum Allah yang kekal itu TIDAK BERKAITAN
DENGAN PEKERJAAN PENEBUSAN KRISTUS. Itu sudah diberikan Allah kepada Adam sebelum Adam
berdosa.
Hukum Allah
yang kekal itu sebenarnya garis besarnya hanya ada dua (Matius.22:37-38, Markus
12:33, Lukas 10:27):
1.
Mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi/pengertian dan
kekuatan kita.
2.
Mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri.
Itu Hukum yang diberikan Allah kepada Adam dan Hawa.
2000 tahun kemudian kepada Musa, Allah memberikan
perinciannya yang tertulis, bagaimana manusia harus mengasihi Allah
dan bagaimana manusia harus mengasihi sesama manusia sesuai Hukum Allah.
Mengapa? Supaya ada keseragaman
pengertian, jangan sampai setiap manusia berbuat menurut kehendaknya
sendiri menurut pemahamannya sendiri. Karena Hukum itu datangnya dari Allah,
maka cara mengikutinya pun harus sesuai kehendak Allah.
Apakah berarti Hukum Allah ini baru diciptakan di zaman
Musa? Tidak!
Hukum Allah ini sudah diberikan kepada Adam dan
Hawa, tetapi tidak dalam bentuk tertulis. Adam yang diciptakan menurut rupa
Allah itu punya ingatan yang luar biasa. Dia tidak usah melihat catatan.
Buktinya apa bahwa Adam sudah mengenal Hukum Allah?
Kain, anak sulung Adam, tahu bahwa perbuatannya membunuh Habel itu dosa.
Bahkan Allah sudah mengingatkan Kain sebelum dia membunuh
adiknya, “Tetapi
jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu…” (Kejadian 4:7). Andai Kain tidak mengerti apa itu
“dosa”, tentunya dia tidak paham Allah bicara apa.
Jadi Hukum Allah sudah diketahui oleh
Adam dan keturunannya. Hanya saja waktu itu tidak tertulis, dan
tidak ada namanya yang khusus.
Tetapi setelah lewat sekitar 2000 tahun,
dan keturunan-keturunan Adam sudah merosot kondisinya, baik fisik maupun
rohaninya, termasuk ingatannya, apalagi setelah mereka menjadi budak di Mesir
beberapa generasi yang membuat mereka sudah lupa tentang Hukum Allah, maka
Allah menganggapnya perlu untuk menuliskan HukumNya. Karena itu, di gunung
Sinai Allah memberi Musa kedua loh batu yang sudah ditulisNya
Sendiri. Dan Musa disuruh menyimpannya di dalam Tabut
Perjanjian. Dan cerita itu tentu saja kita sudah tahu.
Hukum itu disebut Hukum Moral, yang
kemudian dalam bentuk tertulisnya kita kenal sebagai 10 Perintah Allah, the
Ten Commandments.
Karena pentingnya, Hukum itu sungguh ditulis jari Allah sendiri
loh! Jadi satu-satunya dokumen yang ditulis Allah sendiri adalah
Kesepuluh Perintah Allah, the Ten Commandments. Bayangkan sakralnya!
Itu sama dengan Allah menyatakan bahwa dokumen itu orisinal, tidak palsu,
benar-benar sah, karena Dia sendiri, Allah Pencipta semesta alam yang menulisnya.
Keluaran 31:18
Dan
TUHAN memberikan kepada Musa, setelah Ia selesai berbicara dengan dia di gunung
Sinai, kedua loh hukum Allah [loh kesaksian],
loh batu, yang ditulisi oleh jari Allah.
And He gave unto Moses, when He had made an end of communing with him upon mount Sinai, two tables of testimony, tables of stone, written with the finger of God. (KJV)
Hukum Allah ini dasarnya adalah KASIH: Kasih kepada Allah dengan
segenap-segenap milik kita, dan kasih kepada sesama seperti kepada diri
sendiri.
Apa yang
terjadi ketika Hawa makan buah terlarang di taman Eden?
Hawa sudah
tidak mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, pengertian, dan kekuatannya. (Matius.22:37-38,
Markus 12:33, Lukas 10:27).
Berdasarkan
apa kita mengatakan Hawa tidak mengasihi Allah?
Karena
pengertian “mengasihi Allah” itu ialah “menuruti semua PerintahNya.”
Yohanes 14:15
Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.
1
Yohanes 2:3-5
3 Dan
inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah,
yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya. 4
Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya,
ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. 5 Tetapi
barangsiapa menuruti firman-Nya, di
dalam
orang itu sungguh sudah
sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita
ada di dalam Dia.
Allah memberi
Adam dan Hawa larangan makan buah pohon Pengetahuan, tapi Hawa melanggarnya.
Itu adalah bukti bahwa Hawa tidak mengasihi Allah
karena Hawa melanggar perintah Allah.
Begitu juga ketika
Adam bersedia mengikuti Hawa berbuat dosa walaupun jelas-jelas dia tahu Hawa
sudah berdosa, maka Adam telah melanggar Hukum Allah,
Adam sudah tidak mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa,
pengertian, dan kekuatannya. Adam lebih mengasihi Hawa daripada mengasihi
Allah.
Ternyata
kasih kepada Allah harus yang nomor satu.
Matius
10:37
Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya
lebih dari pada-Ku, ia tidak layak
bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari
pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.
Lihat?
Mengasihi Allah itu harus prioritas pertama. Kurang dari itu namanya “tidak
layak bagi-Ku” artinya tidak masuk hitungan Allah, percuma.
Nah, pelanggaran Hukum Allah namanya apa?
1 Yohanes 3:4
Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab DOSA ialah pelanggaran hukum Allah.
DOSA
= MELANGGAR HUKUM ALLAH.
MELANGGAR
HUKUM ALLAH = TIDAK MENGASIHI ALLAH
TIDAK
MENGASIHI ALLAH = DOSA
Upah dosa ialah maut (Roma 6:23)
Maka Hukum Allah ini adalah alat pengukurnya, barometernya, untuk
mengukur apakah manusia yang mengaku umat Allah itu benar-benar umat Allah, benar-benar
mengasihi Allah dengan segenap-segenapnya, atau cuma mengaku-ngaku saja.
Jadi Hukum
Allah yang kekal ini selamanya ada, karena kalau itu dihapus, lalu bagaimana Allah menghakimi perbuatan kita? Bagaimana Allah
mengukur kasih kita kepadaNya? Atas dasar apa?
2. HUKUM YANG DITAMBAHKAN
Nah ini
adalah semua Hukum Seremonial, upacara kurban, segala
jenis persembahan, dan perayaan-perayaan hari-hari keagamaan yang adalah lambang, atau simbol, atau disebut juga tipe atau bayangan dari
pekerjaan penebusan Kristus.
Hukum ini tadinya
tidak ada. Sebelum
dosa, hukum ini tidak ada.
Setelah Adam berdosa,
maka hukum ini ditambahkan.
Mengapa?
Karena
setelah Adam berdosa, Allah berjanji akan menyelamatkan manusia.
Kejadian 3:15
Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara benihmu dan Benihnya; Benihnya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitNnya.
Ini adalah
kata-kata Allah kepada ular (yang dipakai Setan sebagai mediumnya) begitu
terjadi dosa. Allah berjanji bahwa Keturunan Hawa akan meremukkan kepala ular,
dan ular itu akan meremukkan tumitNya. Kalau tumit yang remuk, orangnya masih
hidup, dan bisa sembuh. Tapi kalau kepala yang diremukkan, itu tamat riwayat.
Nah, supaya Adam dan keturunannya semua ingat akan janji Allah ini,
bahwa suatu saat Setan akan dikalahkan, kepalanya akan diremukkan oleh Benih
dari Hawa (artinya seorang manusia keturunan Hawa), bahwa kuasa dosa akan
berakhir, maka diberikanlah Hukum Seremonial ini, agar
sejak itu manusia mempunyai harapan dalam penebusan Kristus yang akan datang.
Manusia diajar untuk membuat mezbah, mempersembahkan kurban, merayakan
hari-hari raya keagamaan yang semuanya melambangkan atau tipe dari
pekerjaan penebusan Sang Juruselamat yang suatu hari akan datang membuat
perdamaian antara Allah dengan manusia.
Dan Hukum
Seremonial ini tidak ditulis oleh jari Allah sendiri, melainkan cukup ditulis oleh Musa.
Hukum Seremonial ini yang berakhir di salib.
Mengapa?
Karena semua
Hukum Seremonial ini adalah bayangan atau tipe dari kurban Domba Allah yang
sejati di salib. Ketika Kristus di atas salib berkata “Sudah selesai!” dan
tirai Bait Suci cabik dari atas ke bawah, itu Antitipenya, itulah yang asli,
maka pada
saat yang asli menggenapi, selesailah semua Hukum Seremonial yang hanya tipe
atau bayangan.
Kita kembali
ke Galatia 3:19
dan kita baca dengan seksama:
Kalau demikian, untuk apa hukum itu? Itu ditambahkan
oleh karena pelanggaran-pelanggaran, sampai datang Benih kepada siapa janji itu dibuat; dan itu
disampaikan oleh malaikat-malaikat dalam
tangan seorang Pengantara.
Jadi
perkataan “hukum” di sini bicara tentang hukum yang
mana? Jelas tentang Hukum Seremonial yang
ditambahkan setelah ada pelanggaran.
Tetapi kalau
kita membaca dengan seksama, kita akan melihat bahwa ayat ini
sesungguhnya bicara tentang dua Hukum.
Supaya mudah kita beri
kode: Hukum A dan Hukum B.
Dua Hukum
mana? Bukannya cuma satu yang ditambahkan itu?
Ya, itu satu
Hukum, yang ditambahkan setelah pelanggaran. Supaya
mudah kita kasi kode Hukum yang ditambahkan ini kodenya B.
Tetapi untuk terjadi
pelanggaran, sebelum Hukum B ditambahkan, kan harus
ada Hukum lain yang dilanggar? Kalau tidak ada Hukum yang lain,
dari mana ada pelanggaran?
Roma 4:15
Karena
hukum membangkitkan murka, karena di mana
tidak ada Hukum, di situ tidak ada pelanggaran.
Because the Law worketh wrath: for where no Law is, there is no transgression. (KJV)
Logis, kan?
Kalau sejak
awal tidak ada Hukum, kita sebut itu Hukum A, tidak akan ada pelanggaran. Kalau
tidak ada pelanggaran tidak perlu ditambahkan Hukum B.
Karena telah
terjadi pelanggaran, berarti sebelum itu sudah ada Hukum lebih dulu yang
dilanggar.
Berarti ada
Hukum A, ini dilanggar, lalu ditambahkan Hukum B.
Kalau ada
tanda “dilarang masuk” lalu kita masuk, nah itu namanya kita melanggar. Tapi
kalau tidak ada tanda apa-apa, ya kita masuk juga oke-oke, kan? Tidak
melanggar.
Jadi Galatia
3:19 berkata bahwa karena ada
pelanggaran-pelanggaran, berarti ada Hukum yang sudah dilanggar! Ini
Hukum tentunya berbeda dari Hukum yang ditambahkan SETELAH pelanggaran, yang
tadi kita kasi kode B.
Ini Hukum tentunya
lebih dulu ada SEBELUMNYA. Kita kasi kode A. Maka karena
telah terjadi pelanggaran pada Hukum A, baru ditambahkan Hukum B. Logis, kan?
Berarti Hukum A itu sudah ada dulu.
Hukum B baru ditambahkan setelah Hukum A dilanggar.
1.
Hukum A atau Hukum yang pertama ialah Hukum moral Allah, Ke-10
Perintah Allah.
2.
Hukum B atau Hukum yang ditambahkan setelah pelanggaran ialah Hukum
Seremonial.
Jadi ada dua
Hukum.
Yang pertama
itu kekal, itu tumpuan takhta Allah, itu tidak akan lenyap.
Yang kedua
itu temporal hanya hingga salib.
Nah Hukum B kita sudah tahu bahwa itu adalah Hukum Seremonial yang ditambahkan, yang jelas hanya “sampai datang Benih”
menurut
Galatia 3:19.
Kalau begitu Hukum A yang dilanggar itu Hukum yang mana? Hukum yang kekal yang sedari awal sudah ada! Hukum Moral, yang dalam
bentuk tertulisnya kita kenal sebagai Kesepuluh Perintah Allah.
Siapa yang
melanggar?
Yang pertama
melanggar adalah Adam dan Hawa.
Jadi setelah
Adam dan Hawa melanggar Hukum Moral Allah (yang setelah ditulis kita kenal
sebagai Kesepuluh Perintah Allah), maka Allah memberikan Hukum Seremonial yang
berakhir di salib.
Untuk apa ada
Hukum Seremonial yang ditambahkan?
Hukum Seremonial ini untuk mengingatkan manusia bahwa manusia bisa diampuni, bahwa
manusia berdosa bisa diselamatkan bila dia mau ditebus oleh Kristus yang
menggantikannya mati untuk dosa-dosanya.
Sesuatu yang
sifatnya untuk mengingatkan, sudah tidak diperlukan lagi bila yang diingatkan
sudah terjadi, bukan?
Kalau kita
menulis di agenda untuk mengingatkan kita nanti hari Senin ke dokter gigi pukul
10 pagi, misalnya. Maka setelah peristiwa itu terjadi, setelah kita ke dokter
gigi hari Seninnya, catatan tersebut sudah tidak valid lagi, kan? Sudah tidak
ada gunanya, karena yang diingatkan sudah terjadi. Nah, seperti itulah fungsi
Hukum Seremonial. Sebelum Kristus mati di salib, semua upacara kurban,
persembahan, perayaan hari-hari keagamaan, itu untuk mengingatkan manusia pada langkah-langkah pekerjaan penebusan Kristus.
Tapi setelah Kristus disalibkan, semua itu sudah digenapi, jadi sudah tidak
diperlukan lagi, tidak ada gunanya lagi.
Apakah Hukum Moral, Kesepuluh Perintah Allah, berakhir juga di
salib?
TIDAK! Karena
itu tidak ada kaitannya dengan pekerjaan penebusan Kristus.
Itu sudah ada sebelum dosa. Apa yang sudah ada sebelum dosa, tidak termasuk yang
digenapi di salib Kristus, karena salib Kristus itu ada karena ada dosa.
Jadi jangan menganggap kalau ada kata
“Hukum” itu berarti semua hukum. Tidak. Karena Hukum itu terbagi dalam dua
golongan:
a.
Hukum yang kekal sebelum adanya dosa, dan
b.
Hukum yang ditambahkan setelah terjadi dosa.
Kalau hukum
yang kekal, ya kekal. Ingat bahwa itu tumpuan takhta Allah. Tidak bisa dibuang.
Jadi, Kesepuluh Perintah Allah itu
tetap mengikat semua manusia sampai sekarang, tidak ada yang lenyap.
1.
Memprioritaskan yang lain di atas Allah, tetap dosa.
2.
Menyembah patung atau gambar atau keserupaan apa pun,
tetap dosa.
3.
Memakai nama Allah sembarangan, untuk menipu, untuk
bergurau, untuk maki-maki, dll. tetap dosa.
4.
Tidak memelihara hari ketujuh sebagai Sabat Tuhan Allah,
tetap dosa.
5.
Tidak menghormati orangtua, tetap dosa.
6.
Membunuh literal maupun dalam hati, tetap dosa.
7.
Berzinah literal maupun dalam hati, tetap dosa.
8.
Mencuri besar atau kecil, dari yang kaya maupun miskin,
tetap dosa.
9.
Berdusta dan fitnah, tetap dosa.
10. Iri hati dan
mengingini milik orang lain, tetap dosa.
Jadi kalau
selama ini kita menganggap Kesepuluh Perintah Allah sudah hangus di salib,
cepat-cepat koreksi. Tuhan Yesus berkata "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan
menuruti SEGALA perintah-Ku.” (Yoh. 14:15). Jangan tawar-menawar sama Tuhan.
Dan jangan
memilih.
Yakobus 2:10
Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian darinya, ia bersalah terhadap seluruhnya.
Kesepuluh Perintah
Allah itu satu paket. Mematuhi semuanya, atau tidak mematuhi semuanya. Tidak
bisa dipilih beberapa yang mau diikuti, beberapa yang tidak. Ikut 9 mengabaikan 1 saja, sudah sama dengan
melanggar semuanya.
Kenapa begitu?
Ingat SIAPA yang
menulis Kesepuluh Perintah itu pada dua loh batu? Allah Sendiri!
Jadi di sini kita berurusan dengan autoritas
siapa? Allah Sendiri!
Dari Kesepuluh Perintah
yang ditulis Allah itu, semuanya punya autoritas yang sama, semuanya punya
bobot yang sama, karena ditulis oleh jari Allah yang sama. Maka, melanggar satu
yang mana pun, berarti tidak mengakui autoritas Allah yang menulisnya.
Dan melanggar autoritas Allah sama
dengan makar. Sungguh.
Jadi, belajarlah
mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh, dengan segenap-segenap kita, dengan
tulus, karena hanya dengan itulah kita akan rela bahkan gemar menuruti segala Perintah
Allah. Bukankah kita ingin menyenangkan hati orang yang kita kasihi? Bukankah
kita siap berkorban apa pun bagi orang yang kita kasihi? Maka yang penting
adalah belajar mengasihi Allah dulu, maka kita akan gemar dan bersukacita
melakukan kehendakNya.
Jika kita tidak
mengasihi Allah, maka kita tidak pernah akan bisa rela dan gemar dan penuh
sukacita mengikuti Allah dan melakukan segala PerintahNya dari hati. Kita akan
bersungut-sungut dalam hati dan merasa segalanya menjadi beban sebab kita
melakukannya karena terpaksa. Percuma kalau begitu. Allah tidak semiskin itu
sampai Dia harus mengemis penurutan kita.
Tetapi kalau kita
bisa merasakan besarnya kasih Allah kepada kita, kita bisa belajar
mengasihiNya, dan kalau ada kasih di hati kita, maka pasti ada komitmen di hati
kita, kita akan ingin sekali hidup sesuai kehendakNya, dan menuruti semua
perintahNya, dan Allah akan membantu kita langkah demi langkah, hari demi hari,
untuk menjadi anak-anakNya yang sempurna.
24 10 21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar