Sabtu, 29 Juni 2013

HAGGAI DAN KITA

Pelajaran hari sabat ini, yang diberikan oleh Pdt. Kristyono Sarjono

MENDAHULUKAN TUHAN ITU MEMBAWA BERKAT BAGI KITA ~ PELAJARAN ISRAEL BAGI KITA

Latar belakang true story ini diambil dari pengalaman orang Israel. Orang Israel tadinya adalah bangsa pilihan Tuhan. Tetapi karena mereka sering tidak setia kepada Tuhan dan berpaling kepada penyembahan berhala, akhirnya Tuhan menghukum mereka dan membiarkan mereka ditaklukkan Babilon, negara yang paling kuat pada zaman itu.

Tiga kali Raja Nebukadnezar menyerang Yerusalem.
Pertama di tahun 606/605BC, pada waktu itu Raja Yehuda Jehoiakim menyatakan takluk dan diizinkan terus memerintah di Yerusalem sebagai bawahan Nebukadnezar yang membayar upeti.

Sekitar 597BC, setelah Jehoiakim digantikan oleh Jehoiakin [Jaconiah] anaknya, Yerusalem memberontak, dan ditaklukkan lagi oleh Nebukadnezar. Kali ini bangsa Israel dari kalangan bangsawan diangkut sebagai tawanan ke Babilon, termasuk semua peralatan upacara kurban yang terbuat dari emas dari dalam Bait Suci.

Pemberontakan ketiga terjadi pada zaman pemerintahan Zedekiah sekitar 586BC dan kali ini Yerusalem dihancurkan total oleh Babilon, termasuk Bait Suci yang super megah yang didirikan oleh Raja Sulaiman [Salomo] dibakar dan dihancurkan. Pada waktu ini terjadi lagi deportasi bangsa Israel ke Babilon.

Deportasi bangsa Israel ke Babilon yang ketiga terjadi sekitar 582-581BC ketika Nebukadnezar membutuhkan tambahan tentara akibat peperangannya selama 13 tahun dengan Tyre [Tirus].

Sekarang 70 tahun telah lewat sejak Israel pertama ditaklukkan. Dan seperti yang dijanjikan Tuhan bahwa Israel hanya dihukum 70 tahun, maka mereka pun saatnya dipulangkan ke Yerusalem.
“Sebab beginilah firman TUHAN: Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini. [Yeremia 29:10]

Maka diaturlah oleh Tuhan pemulangan orang Israel ke Yerusalem.

Pertama lewat titah Raja Cyrus [Koresh] dari Persia yang telah menaklukkan Babilon pada tahun 537BC. Titah ini membebaskan orang-orang Israel dan mengizinkan mereka pulang ke Yerusalem untuk membangun kembali negeri mereka dan Bait Suci mereka. Bukan itu saja, Raja Cyrus memberikan mereka segala kemudahan untuk membangun Yerusalem kembali. Tetapi hanya kurang dari 50ribu orang yang mau pulang. Sebagian besar mereka sudah betah hidup di tanah Babilon. Mereka yang mau kembali bersama Zerubabel [gubernur] dan Yoshua [imam besar], ternyata akhirnya tidak mendahulukan restorasi Bait Suci, melainkan sibuk menata hidup pribadi mereka sendiri, membangun rumah-rumah mereka sendiri. Pembangunan Bait Suci diabaikan. Jadi orang-orang Israel ini tidak belajar dari kesalahan mereka yang lalu. Sudah dihukum 70 tahun di pengasingan, sekarang masih mengulangi lagi keberanian mereka mengabaikan perintah Tuhan!

17 tahun kemudian, Tuhan mengatur agar Raja Darius Hyystapes [pengganti Cyrus urutan ke 3] mengeluarkan titah yang kedua di tahun 520BC dan pulanglah gelombang yang kedua ke Israel.
Bagaimanakah kondisi orang-orang Israel di Yerusalem pada waktu itu? Tragis. Alkitab mencatat:
“Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang!” [Hagai 1:6]

Mengapa? Karena Tuhan tidak memberkati usaha mereka. Mengapa?

“Kamu mengharapkan banyak, tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu membawanya ke rumah, Aku menghembuskannya. Oleh karena apa? demikianlah firman TUHAN semesta alam. Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang KAMU MASING-MASING SIBUK DENGAN URUSAN RUMAHNYA SENDIRI.
Itulah sebabnya langit menahan embunnya dan bumi menahan hasilnya, dan Aku memanggil kekeringan datang ke atas negeri, ke atas gunung-gunung, ke atas gandum, ke atas anggur, ke atas minyak, ke atas segala yang dihasilkan tanah, ke atas manusia dan hewan dan ke atas segala hasil usaha." [Hagai 1:9-11]

Lewat nabiNya Hagai, Tuhan berpesan:
“Jadi naiklah ke gunung, bawalah kayu dan bangunlah Rumah [=Bait Suci] itu; maka Aku akan berkenan kepadanya dan akan menyatakan kemuliaan-Ku di situ, firman TUHAN.” [Hagai 1:8]

Dan ketika orang-orang Israel akhirnya melakukan apa yang diperintahkan Tuhan, maka Tuhan berkata:
“Perhatikanlah mulai dari hari ini dan selanjutnya--mulai dari hari yang kedua puluh empat bulan ke sembilan. Mulai dari hari diletakkannya dasar bait TUHAN perhatikanlah apakah benih masih tinggal tersimpan dalam lumbung, dan apakah pohon anggur dan pohon ara, pohon delima dan pohon zaitun belum berbuah? MULAI DARI HARI INI AKU AKAN MEMBERI BERKAT!" [Hagai 2:19-20]

Inilah pelajaran untuk kita hari ini, karena Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” [2 Tim 3:16]

Jika kita merasa mengapa kurang ada berkat di dalam hidup kita, di dalam usaha kita, hendaknya kita ingat tentang pengalaman orang Israel ini.
Yesus Sendiri juga berkata:
“TETAPI CARILAH DAHULU KERAJAAN ALLAH DAN KEBENARANNYA, MAKA SEMUANYA ITU AKAN DITAMBAHKAN KEPADAMU.” [MATIUS 6:33]

Orang Israel telah salah meletakkan prioritas mereka, tidak mendahulukan Tuhan di dalam hidup mereka. Kebanyakan kita juga begitu. Karena Tuhan tidak pernah komplain, tidak seperti bos yang galak, kita sering melupakanNya. Semua kepentingan kita sepertinya lebih mendesak, lebih penting, sehingga TUHAN MENDAPAT URUTAN NOMOR PALING AKHIR. Suami/istri kita, anak-anak kita, pekerjaan kita, hobi kita, bahkan mungkin acara kopdar teman-teman kita masih lebih penting daripada melakukan kehendak Tuhan dan menuruti perintahNya. Herankah kita jika kita mengalami seperti yang dialami orang-orang Israel ini?

Semoga ini bisa membuka mata kita sehingga kita tidak salah menempatkan prioritas lagi.
Tuhan memberkati.


2013-06-08

116. CERDIK SEPERTI ULAR, POLOS SEPERTI MERPATI


116. CERDIK SEPERTI ULAR, POLOS SEPERTI MERPATI

_____________________________________________

 Matius 10:16

Lihat, Aku mengutus kamu pergi sebagai domba di tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular, dan polos seperti merpati.

 

Ada beberapa teman yang salah menangkap arti ayat ini. Mereka berkata, “Mengapa orang Kristen kok disuruh menjadi seperti ular? Bukankah ular itu lambang Setan? Apakah orang Kristen disuruh meniru Setan?”

 

Seringkali kita tidak teliti dengan apa yang kita baca. Seringkali kita terlalu tergesa-gesa menarik kesimpulan dari apa yang kita baca atau apa yang kita dengar.

Sebenarnya tidak sulit memahami ayat-ayat Alkitab dengan benar, asalkan setiap kali sebelum kita mulai, kita berdoa dulu, minta tuntunan Tuhan agar hati kita dibersihkan dari segala prejudice [syak wasangka] dan kita boleh mengerti apa yang dikatakan Tuhan.

 

Coba kita baca ayat Matius 10:16 itu lagi.

 

Apa yang tertulis? “hendaklah kamu cerdik seperti ular” .

 

Apakah kita disuruh menjadi seperti ular? TIDAK!

Kita disuruh MENJADI CERDIK seperti ular. Jadi ada batasannya. BUKAN SEMUA SIFAT ULAR ITU YANG KITA TIRU! Ular melambangkan sifat pengkhianat, jahat, pemberontak, penipu, sombong = semua sifat yang dimiliki Setan. Tetapi ular memiliki satu kemampuan yang sangat menonjol, yaitu dia CERDIK. Dan kecerdikan ular adalah yang paling top dari kecerdikan segala binatang yang lain.

 

Kejadian 3:1

Adapun ular itu lebih cerdik daripada binatang apa pun di hutan yang telah dijadikan oleh TUHAN Allah…

 

Kata yang diterjemahkan “CERDIK” di sini, kata aslinya ialah עָרוּם   [‛ârûm] yang artinya “lihai” bukan saja pintar, tetapi banyak akalnya, serta halus dan canggih cara penipuannya.

Nah “cerdik” itu baik atau tidak? Tentu saja CERDIK ITU SENDIRI ADALAH KEMAMPUAN YANG BAIK. Tetapi kalau kecerdikan itu disertai sifat licik, disertai kecanggihan menipu, maka dia menjadi tidak baik.

 

Oleh karena itu, perintah Yesus tidak berhenti sampai di “cerdik” saja, tetapi ada kelanjutannya, yaitu: “dan polos seperti merpati.”

Kata yang diterjemahkan “POLOS” di sini, tulisan aslinya adalah ἀκέραιος [akeraios ak-er’-ah-yos] yang artinya adalah “tidak berbahaya, sederhana, polos.”

Jadi arti intinya adalah TIDAK BERBAHAYA =  tidak mencelakakan orang/tidak punya niat jahat terhadap orang lain. Merpati adalah hewan yang paling tidak berbahaya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencelakakan orang. Dia kecil, lemah, tidak buas, tidak berbisa, tidak punya senjata apa-apa yang bisa dipakainya untuk mencelakakan orang, tidak punya niat dan akal untuk menipu orang.

 

Apakah kita disuruh menjadi seperti merpati? TIDAK!

Kita disuruh MENJADI TIDAK BERBAHAYA ATAU POLOS seperti merpati. Lagi-lagi, Yesus memberikan batasannya. bukan semua sifat merpati harus kita tiru!  Merpati itu burung yang tidak berani melawan, kalau diusir, dia terbang. Dia juga jenis burung yang jinak dan lemah. Kita tidak disuruh menjadi seperti itu. Hanya KETIDAK-BERBAHAYAANNYA, KEPOLOSANNYA yang perlu kita ambil.

 

 

Karena itu, KECERDIKAN dan KETIDAK-BERBAHAYAAN/KEPOLOSAN harus berjalan bersama-sama.

CERDik saja bisa membuat kita menjadi licik seperti ular, karena ular itu cerdik tapi berbahaya. Karena itu KECERDIKAN ini harus disertai sifat TIDAK BERBAHAYA/POLOS, dengan demikian KECERDIKAN diimbangi oleh sifat TIDAK BERBAHAYA/POLOS.

 

 

Untuk apa Tuhan menyuruh kita CERDIK dan TIDAK BERBAHAYA?

 

Karena Aku mengutus kamu pergi sebagai domba di tengah-tengah serigala,” kata Yesus.

Kita diutus masuk ke daerah rawan, ke daerah yang dikuasai Setan, ke tempat yang berbahaya, untuk apa? Untuk menyampaikan kabar selamat kepada orang lain. Kita akan menemui pertentangan, perlawanan, tuduhan, perlakuan yang tidak menyenangkan, bahkan sampai penganiayaan. Untuk itu, supaya kita tidak langsung KO (atau keok) saat baru mengambil langkah pertama, kita perlu memiliki KECERDIKAN. Tanpa itu kita tidak bisa menyampaikan Kabar Selamat kepada orang lain seperti yang ditugaskan Tuhan kepada kita. Kita perlu KECERDIKAN untuk bertahan di daerah musuh,

ü   untuk terus melakukan tugas kita di sana,

ü   untuk berbicara dengan kata-kata yang tepat,

ü   untuk menghadapi tantangan,

ü   untuk tahu kapan maju kapan mundur,

ü   untuk mengenali situasi, untuk bisa survive.

ü   CERDIK artinya kita sendiri tidak mudah ditipu,

supaya jangan sampai kita yang malah terseret ajaran yang sesat.

ü   CERDIK artinya kita bisa menyusun program yang berhasil, bisa mengantisipasi apa yang akan terjadi.

ü   CERDIK juga membuat kita waspada,

tahu kapan momen yang tepat, tahu kapan bahaya mengancam.

 

Tetapi dengan modal KECERDIKAN saja kita bisa gagal. Pada waktu kita berhadapan dengan perlawanan dan pertentangan, kita bisa berubah menjadi jahat, menjadi kejam, menjadi licik. Kita bisa membalas perlakukan tidak baik dari orang lain terhadap kita. Karena itu Yesus berpesan, kita harus memiliki sifat TIDAK BERBAHAYA seperti merpati untuk mengimbangi kecerdikan kita. KEPOLOSAN/KETIDAK-BERBAHAYAAN ini yang harus mendasari segala sepak terjang kita,

ü   yang menjadi rem kita,

ü   yang selalu mengingatkan kita

bahwa misi kita adalah untuk menolong orang lain mengenal kebenaran, bukan untuk memenangkan perdebatan.

ü   Kita tidak boleh mencelakakan orang lain

dalam menjalankan misi kita, apa pun respons orang lain terhadap kita.

ü   Kita tetap harus memantulkan karakter Kristus yang tidak berbahaya,

karena jika kita memantulkan karakter Setan, ya tidak bakal ada orang yang mau menerima pekabaran yang kita bawa.

 

Jadi, pesan Yesus yang ditulis di Matius 10:16 itu adalah pesan yang baik. Yesus memberi kita dua senjata: KECERDIKAN ULAR dan KETIDAK-BERBAHAYAAN MERPATI. Dengan dua senjata itulah kita melangkah masuk ke daerah dominasi Setan.  Panglima yang baik, pasti memberi pasukannya senjata yang memadai, yang bisa membuat pasukannya menang dalam pertempuran. Dan inilah senjata yang diberikan Tuhan kepada kita supaya kita menang.

 

Semoga kita punya gambaran yang lebih jelas sekarang tentang ayat ini. Percayalah, Yesus tidak pernah memberikan pesan yang jelek atau salah kepada manusia. Hendaknya dalam membaca Alkitab, kita berpegang kepada keyakinan ini, maka segala syak wasangka terhadap Tuhan dengan sendirinya tidak akan pernah timbul.

 

 

2013-06-21

 

 

 


110. SEBERAPA YAKINKAH KITA MASUK SURGA?

110. SEBERAPA YAKINKAH KITA MASUK SURGA?

_____________________________________

Nyaris semua orang Kristen beranggapan dia pasti selamat dan pasti masuk Surga. Semua yakin dosa-dosanya sudah diampuni dan dihapus oleh Kristus, dan Surga adalah rumah masa depan mereka yang akan menyambut mereka dengan tangan terbuka.

BENARKAH PENDAPAT INI?

 

Kita tentunya semua setuju, kita beribadah kepada Tuhan, kita beragama, kita percaya kepada Kristus, tujuannya adalah satu: KITA TIDAK INGIN BINASA, KITA INGIN HIDUP KEKAL BERSAMA TUHAN.

Tetapi mengapa kehidupan kita sehari-hari, perbuatan dan perkataan kita sehari-hari, keputusan-keputusan yang kita ambil sehari-hari, bertolak belakang dengan keinginan kita ini?

 

Kita semua diselamatkan oleh kasih karunia. Banyak orang Kristen yang kurang paham dengan prinsip ini. Artinya: semua dosa kita YANG LALU sebelum kita kenal Kristus, semua dosa YANG KITA TOBATI PADA WAKTU KITA MENERIMA KRISTUS SEBAGAI TUHAN DAN JURUSELAMAT KITA, itu diampuni oleh Kristus dan kita dianggap bersih tidak punya dosa.

TETAPI ITU TIDAK BERARTI, SETELAH ITU, KITA BERBUAT APA SAJA BUKAN DOSA! ATAU SEGALA DOSA KITA SETELAH ITU OTOMATIS DIHAPUSKAN!

NO! NO! NO!

 

Jika kita bolak-balik berbuat dosa lagi setelah itu, catatan dosa kita bisa menempatkan kita di posisi yang rentan kehilangan keselamatan kita.

Mengapa?

Karena Tuhan itu kudus, dan karena kudusNya itu, tidak ada dosa sekecil apa pun yang bisa hadir di hadiratNya. Karena itu jika kita berdosa lagi dan berdosa lagi,  dosa-dosa kita ini membuat kita terbakar di hadapan Tuhan.

Karena itu jika kita telah berbuat dosa, kita harus cepat mengakuinya, bertobat dan minta pengampunan Tuhan.  Bertobat itu artinya tidak melakukannya lagi. Kalau kita ulangi lagi, namanya pertobatan kita bukan pertobatan sejati. Apalagi jika kita sengaja berbuat dosa itu setelah sudah tahu bahwa itu dosa, maka dosa itu tidak akan diampuni.

 

Ibrani 10:26-27

26 Sebab jika kita berbuat dosa dengan sengaja, sesudah kita menerima pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi kurban untuk dosa. 27 melainkan suatu penantian yang menakutkan akan datangnya penghakiman dan murka yang menyala-nyala yang akan melahap habis  para penentang.

 

Tuhan sudah sangat jelas mengingatkan, dosa yang sengaja kita lakukan, setelah tahu itu dosa, itu tidak ada ampunnya, yang ada adalah penghakiman dan api yang membakar sampai habis. Tuhan tidak mau kita kadalin. Kalau kita sudah tahu itu dosa, kita tidak punya alasan untuk melanggarnya selain kita memang berniat melawan Tuhan. Dengan kata lain, kalau kita tetap melakukan hal yang kita tahu itu dosa menurut kamus Tuhan, maka sesungguhnya kita sedang makar pada autoritas Tuhan. Kita perlu benar-benar bertobat untuk mendapatkan pengampunan dari perbuatan makar kita, pertobatan yang disertai penyesalan yang sungguh-sungguh, hati yang benar-benar hancur menyadari betapa jahatnya kita. Tanpa itu kita tidak benar-benar bertobat dan kita tidak akan mendapatkan pengampunan.

 

Jadi janganlah kita enak-enakan menyangka kita pasti bakal masuk Surga selama kita masih terus-menerus melanggar Hukum Tuhan dan berbuat dosa.

 

LALU BAGAIMANA SUPAYA KITA BISA SELALU DALAM STATUS SELAMAT DAN AKHIRNYA MASUK SURGA?

Ya, JANGAN BERBUAT DOSA! PALING SEDIKIT, JANGAN SENGAJA BERBUAT DOSA YANG SAMA BERULANG-ULANG!

 

Siapa yang empunya Surga? Semua orang tahu: TUHAN KHALIK SEMESTA ALAM.

Apakah di Surga ada peraturannya atau semuanya bebas merdeka sesuka hati?

Apa para malaikat yang ada di sana berbuat sesuka hati mereka?

Pasti di SURGA ADA PERATURANNYA. Karena itu ketika Lucifer (malaikat yang menudungi takhta Allah, yang pangkatnya paling tinggi) memberontak dan sengaja melanggar peraturan Allah, dia (dan semua malaikat yang mengikutinya) diperangi, dikalahkan, dan dicampakkan keluar dari Surga.         

 

Siapa yang membuat peraturan di Surga? Pasti yang empunya: TUHAN ALLAH.

 

Apakah untuk bisa masuk ke Surga ada peraturannya? Jelas harus sesuai peraturan Allah.

Jika manusia tidak patuh kepada peraturan Allah, apakah manusia bisa masuk Surga? Tentunya kita semua bisa menjawab ini.

 

Pertanyaannya sekarang: Kalau begitu, MENGAPA ORANG KRISTEN SEENAKNYA TIDAK MEMATUHI PERATURAN TUHAN, TAPI YAKIN DIA LAYAK DIBAWA KE SURGA?

 

Tuhan sudah memberikan 10 HukumNya kepada manusia, yang ditulis dengan jariNya Sendiri. Tapi kita menganggapnya enteng dan selalu melanggarnya tanpa perasaan bersalah.

 

 

Marilah baca Keluaran 20:1-17.

 

Hukum No.1 Tuhan bilang, hanya Dia yang boleh disembah. Tetapi kita menyembah segala sesuatu di samping Tuhan.

ü    Kita menyembah diri kita sendiri, mengutamakan kepentingan diri kita sendiri;

ü    kita menyembah uang, menjual integritas kita demi uang;

ü    kita menyembah manusia lainnya yang kita bela-belain di atas Tuhan;

ü    kita menyembah perut kita sendiri yang rakus dan makan apa saja yang diharamkan Tuhan;

ü    kita mengisi tubuh kita dengan segala makanan dan minuman yang merusak tubuh,

padahal Tuhan sudah berkata, tubuh kita itu kediaman Roh Kudus. Tapi kita tidak perduli. Yang penting kita doyan ya kita makan.

Kita mengatakan kita menyembah Tuhan, tetapi semua perbuatan kita justru membuktikan kita menyembah apa saja selain Tuhan!

 

 

Hukum No.2  Tuhan bilang jangan menyembah segala jenis patung/gambar/apa pun yang dibuat oleh tangan manusia, termasuk patung/gambar Yesus. Sebagian besar kita masih melakukan ini dan berkilah itu bukan menyembah patungnya, tetapi patung itu hanya alat bantu supaya bisa lebih fokus saja. Padahal itu jelas-jelas dilarang Tuhan, segala tindakan seperti:

ü    berdoa di depan patung/gambar,

ü    membakar lilin di depan patung/gambar,

ü    minta diberkati dan dibantu oleh orang yang sudah mati, yang gambarnya disembah,

ü    sujud di depan patung-patung itu, bahkan sampai mencium-cium kaki patung.

Padahal ini adalah kebencian Tuhan karena ini termasuk menyembah berhala, karena semua itu dibuat oleh tangan manusia. Tidak ada satu manusia pun yang layak menerima sujud kita selain Tuhan Khalik Semesta Alam. Inilah Perintah Tuhan yang disertai ancaman.

Keluaran 20:4-5

4 Jangan engkau membuat bagimu patung pahatan apa pun, atau keserupaan  dari apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. 5 Jangan engkau sujud menyembah kepada mereka, atau melayani mereka; sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang  cemburu, yang membalaskan dosa bapak-bapak ke atas anak-anak, hingga ke keturunan yang ketiga dan keempat dari mereka yang membenci Aku

 

 

Hukum No.3 Tuhan bilang jangan sembarangan menyebut namaNya. Kita menyebut nama Tuhan tanpa rasa hormat di mana saja dan kapan saja, tanpa merasa bersalah malah banyak orang-orang menganggapnya “cool” sedikit-sedikit menyebut nama Tuhan, baik dalam makian, baik dalam ejekan, baik sebagai ungkapan terkejut, dll.

ü    Kita enak saja mengucapkan dan menulis “OMG”.

ü    Belum lagi nama Tuhan dijadikan kata makian, terutama pada orang Barat.

ü    Dan Tuhan dijadikan segala lelucon dan satire.

Zaman aku sekolah dulu, kalau nama ayah kandung kita yang bukan orang kudus  dipanggil-panggil saja oleh teman-teman sekolah, kita bisa marah. Tapi kita sendiri berani sembarangan menyebut nama Tuhan Khalik semesta yang mahakudus tanpa hormat.

 

 

Hukum No.4 Tuhan bilang, hari yang ketujuh itu punyaNya, hari yang sudah khusus disucikan olehNya, dan diberkatiNya. Hari itu manusia harus berhenti mencari nafkah dan berhenti dari semua kesibukannya sehari-hari, dan datang sebagai makhluk ciptaan untuk memberi hormat dan puji kepada Khalik yang menciptakan mereka. Kita bilang, “prek, suka-suka gua mau ngapain hari ketujuh. Seluruh dunia meliburkan hari Minggu kok, ngapain nyusahin diri sendiri? Gua Sabtu kan tidak libur!”

Bermacam-macam alasan yang diberikan manusia:

ü    Yah, salah Tuhan-lah kenapa kalendernya tidak diganti supaya hari Sabtu yang libur?

Jika Tuhan memang menghendaki manusia memelihara hari ketujuh, kenapa Tuhan tidak menyediakan sarananya supaya semua manusia bisa libur pada hari Sabtu?

ü    Itu dulu perintah untuk orang Yahudi.

Sekarang ini bagi orang Kristen hari Minggu, itu hari kebangkitan Tuhan Yesus.

ü    Walaupun hari Minggu (SUN-day) itu aslinya hari menyembah matahari,

tidak jadi masalah kan sekarang aku tidak menyembah matahari?

ü    Semua hari itu kan sama? Sama 24 jamnya, sama diciptakan Tuhan kok.

ü    Asal seminggu sekali kita menyembah Tuhan, sudah benarlah.

Kita merasa lebih berkuasa daripada Tuhan. Perintah Tuhan bisa kita batalkan dan kita berbuat sesuka hati kita.

 

 

Hukum No. 5 Tuhan bilang, hormati orangtuamu, artinya utamakan kepentingan mereka di atas kepentinganmu sendiri, itu namanya menghormati. Adalah tanggung jawab kita untuk memelihara orangtua kita di masa tuanya, menyayangi mereka, mencukupi kebutuhan mereka, jangan menelantarkan mereka. Hukum yang pertama Tuhan berikan setelah 4 kewajiban kita kepada Tuhan adalah kewajiban kita kepada orangtua kita. Kita bilang, orangtua itu bawel, menjengkelkan, malas dekat-dekat mereka. Banyak dari kita yang memperlakukan orangtua kita seperti perabotan, tidak diajak bicara, tidak diorangkan, Bahkan tidak kurang orang Kristen yang aktif melayani di gereja tidak memberikan perhatian kepada orangtuanya.

ü    Yah, terpaksa menampung orang tua di rumah,

tapi tidak diorangkan, tidak diajak bicara, tidak diperlakukan dengan baik, dianggap perabotan.

ü    Bahkan ada yang tidak mau memelihara orangtua mereka. Ditelantarkan begitu saja.

ü    Bisa keluar negeri berkali-kali dengan anak-istri setiap tahun,

tapi menghindari mendokterkan dan membelikan obat orangtua.

ü    Orang tua ditinggal di panti jompo saja.

ü    Mungkin ada yang berharap-harap, kok panjang umur amat ya orangtuaku ini, kapan mereka berangkat supaya ga ngrepotin?

Padahal inilah Perintah Tuhan yang pertama yang disertai janji.

Keluaran 20:12

Hormatilah ayahmu dan ibumu supaya lanjut umurmu di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.

 

 

Hukum No. 6 Tuhan bilang jangan membunuh. Mungkin kebanyakan kita tidak membunuh orang secara literal sih, tapi kita membenci orang lain, dan menurut Tuhan membenci sama dengan membunuh di dalam hati. Dan ini termasuk juga jangan bunuh diri! Kita membunuh diri setiap hari dengan pola hidup dan pola makan yang salah.

ü    merokok,

ü    narkoba,

ü    minum miras,

ü    seks bebas, seks abnormal, dan akibatnya kita kena segala macam penyakit.

ü    Pola hidup dan pola makan yang salah, sehingga mengkompromi kesehatan fisik kita.

ü    Membenci orang, mendendam, selain itu termasuk membunuh secara mental,

itu juga merusak diri kita sendiri dan menimbulkan banyak penyakit mental dan fisik.

Sesungguhnya melakukan segala perbuatan yang dibenci oleh Tuhan itu sama dengan membunuh diri, karena itu mendatangkan hukuman Tuhan kepada kita.

 

 

Hukum No. 7 Tuhan bilang jangan berzinah. Perkawinan itu antara 1 Adam dan 1 Hawa; bukan 1 Adam dan 10 Hawa; atau 2 Adam; atau 2 Hawa. Kita tidak perduli. Kita berselingkuh tanpa rasa takut. Sudah ngetrend kok, nih zaman modern. Biasa itu. Kita menjalin segala macam hubungan seksual yang diharamkan oleh Tuhan,

ü    baik dengan orang-orang yang bukan pasangan resmi kita,

ü    atau dengan kelamin yang sejenis,

ü    atau hubungan incest,

ü    termasuk semua orang lain yang memberi dukungan, yang memfasilitasi, atau yang membenarkan segala perbuatan zinah ini.

 

 

Hukum No. 8 Tuhan bilang jangan mencuri. Apa saja. Tapi kita justru mencuri apa saja,

ü    baik itu waktu yang dimiliki oleh Tuhan (hari yang ketujuh = Sabtu = Sabat),

ü    atau itu kemuliaan milik Tuhan (yang kita kalahkan oleh ego kita),

ü    atau itu persepuluhan yang adalah hak Tuhan,

ü    kita mencuri waktu milik orang lain,

misalnya datang terlambat, atau mengerjakan urusan pribadi kita di jam kerja,

ü    kita mencuri uang orang dengan mengambil untung yang tidak layak,

ü    atau mencuri hasil karya orang lain yang kita akui milik kita,

Semua yang bukan hak kita, tapi kita pakai dan kita ambil tanpa izin, itu adalah mencuri. Kita tentunya tahu sendiri.

 

 

Hukum No. 9 Tuhan bilang jangan bersaksi dusta. Kita berbohong tanpa mengedipkan mata. Dari bohong yang mungkin tidak merugikan orang lain (tapi itu tetap bohong lho!) hingga bohong yang merugikan orang lain.

ü    Memberi pujian kosong,

ü    membual, omong besar,

ü    memberikan keterangan palsu,

ü    membenarkan apalagi membela yang salah,

ü    menutupi kesalahan, menjerumuskan orang lain,

ü    tidak mengakui yang sebenarnya, dll.

Bohong sudah menjadi lifestyle kita sehari-hari. Dan kita sudah tidak merasa berdosa lagi melakukannya.

 

 

Hukum No. 10 Tuhan bilang jangan mengingini milik orang lain. Kita tetap ingin saja, kita memupuk semua sifat persaingan, keserakahan, iri hati,

ü    pada semua kelebihan yang dimiliki orang lain,

mulai harta, nama, kedudukan, keluarga, ilmu, dll.

ü    dunia mengajar kita untuk selalu menjadi yang paling unggul, itulah cita-cita kita yang bertentangan dengan ajaran Tuhan.

ü    dan sering kita menghalalkan segala cara untuk memuaskan iri hati kita.

Iri hati melahirkan banyak perbuatan dosa yang lain.

 

 

Nah, kalau kita kalkulasi, berapa ya dari Hukum Tuhan ini yang tidak kita langgar? Dan celakanya, kita biasanya melanggarnya DENGAN SENGAJA. SUDAH TAHU ITU SALAH, tapi karena Tuhan diam saja, ya kita anggap aja itu tidak apa-apa, dan besok kita ulangi lagi, minggu depan kita ulangi lagi, sampai ajal tiba.

 

Roma 2:5-8

5 Tetapi menuruti hatimu yang keras dan tidak mau bertobat, engkau menimbun murka bagi dirimu sendiri pada hari murka dan dinyatakannya penghakiman Allah yang adil. 6 Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, 7 yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun terus-menerus berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, 8 tetapi kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman; murka dan geram,

 

Setan menyediakan banyak sekali atraksi, alasan  dan jebakan yang mengalihkan perhatian kita dari Tuhan dan kebenaranNya dan membuat kita berbuat dosa tanpa merasa bersalah. Kita harus waspada agar kita tidak terlena bujukannya. Karena kelak kita sendiri yang rugi. Kita harus membayar semua dosa kita yang tidak diampuni Tuhan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2013-06-07