Sabtu, 29 Juni 2013

107. ADAM, HAWA, KAIN, HABEL DAN KITA

107. PELAJARAN DARI NENEK MOYANG KITA:

ADAM DAN HAWA, KAIN DAN HABEL

_______________________________

 

Teman-temanku yang Kristen, ada satu pemahaman dasar keKristenan yang sering tidak benar-benar dimengerti oleh orang Kristen, dan itu adalah hubungan antara IMAN dan PERBUATAN, antara KASIH KARUNIA dan HUKUM TUHAN.

 

Bahwa kita diselamatkan oleh Kasih Karunia lewat Iman, Efesus 2:8-9, itu sudah pasti dihafal sampai ngelontok oleh setiap orang Kristen. 

8 Karena oleh kasih karunia kamu diselamatkan melalui iman, dan itu bukan karena usaha kamu, itu adalah pemberian Allah, 9 itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan sampai ada orang yang memegahkan dirinya


Inilah yang disebut doktrin “PEMBENARAN OLEH IMAN” atau “JUSTIFICATION BY FAITH”.

 

Tetapi, apakah kita benar-benar mengerti ayat ini?

Paulus berkata, bahwa keselamatan kita itu adalah pemberian Allah, 9 itu bukan hasil pekerjaanmu”.

 

Yang mana yang dimaksudkan dengan “pemberian Allah”?

KEMATIAN KRISTUS DI ATAS KAYU SALIB, YANG TELAH MENEBUS SEMUA MANUSA!

 

Ya, KRISTUS DENGAN SUKARELA MENJALANI HUKUMAN ORANG BERDOSA, MENANGGUNG HUKUMAN MANUSIA, agar manusia tidak usah menjalaninya. INILAH PEMBERIAN ALLAH. INILAH KASIH KARUNIA ALLAH.

 

KEMATIAN KRISTUS INILAH YANG SAMA SEKALI BUKAN HASIL PEKERJAAN KITA,

mengapa?

 

 

PELAJARAN DARI ADAM DAN HAWA

 

Pertama:

Karena begitu Adam dan Hawa berdosa, Tuhan sudah segera menjanjikan keselamatan untuk manusia. Nah, ketahuilah, Tuhan sudah menyediakan rencana untuk menyelamatkan manusia bahkan sebelum dunia ini diciptakan, artinya sebelum Tuhan menciptakan Adam dan Hawa, Tuhan lebih dulu sudah menyediakan rencana untuk menyelamatkan manusia bila manusia jatuh dalam dosa. Jadi Tuhan sudah mengantisipasi sebelumnya bahwa Adam dan Hawa bakal jatuh dalam dosa? Iya, karena Dia Tuhan, Dia mahatahu, Dia tahu segala yang akan terjadi. Maka di sini kita melihat Allah yang sangat besar kasihnya. Walaupun Dia tahu manusia yang akan diciptakanNya ini nanti akan berbuat dosa, tapi Dia tetap menciptakan manusia, Dia rela memikul tanggung jawab untuk menebus manusia dari hukuman dosa, walaupun dengan harga yang mahal sekali, yaitu dengan darahNya sendiri, untuk memberi kesempatan mereka yang diselamatkan agar bisa hidup kekal bersamaNya. Jadi Tuhan sangat mengasihi kita, kita tidak dilepas begitu saja, tetapi Dia telah menyediakan semacam “jaring pengaman” bagi kita bahkan sebelum kita diciptakan.

Nah, kita lihat kisahnya di Alkitab, apa kata Tuhan kepada ular (Setan) begitu dosa pasutri yang pertama itu terungkap:

Kejadian 3:15

Dan Aku (Tuhan) akan menempatkan permusuhan antara engkau  (ular = Setan) dan perempuan (Hawa), dan antara benihmu (keturunan Setan = semua pengikutnya, baik yang malaikat maupun yang manusia sesat) dan Benihnya (keturunan Hawa = Yesus). Benihnya (Yesus) akan meremukkan kepalamu (kepala Setan), dan engkau (Setan) akan mememarkan tumitNya (tumit Yesus).

 

Perhatikan, terjemahan LAI mengatakan “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini,”, tapi kata Ibraninya ialah שִׁית [shı̂yth] dan ini artinya "menempatkan” atau “meletakkan”. Nah, permusuhan yang ditempatkan Tuhan antara Setan dan perempuan, dan antara anak buah Setan dan Benih perempuan adalah Roh Kudus. Manusia tidak akan dapat menghadapi Setan dengan kekuatannya sendiri, karena itu Tuhan menempatkan Roh Kudus yang akan menolong manusia menghadapi Setan.

 

Inilah janji penyelamatan [rescue] yang pertama. Tuhan tidak menunggu lama-lama. Langsung pada saat manusia mengakui dosanya, Tuhan SEGERA MEMBERIKAN JANJI PENYELAMATAN yang telah disediakan Tuhan malah sebelum dunia diciptakan. Apa kata Tuhan?

v   Sejak itu, selalu ada permusuhan antara manusia dengan Setan,

dan antara pengikut-pengikut Setan dengan pengikut-pengikut Tuhan. Roh Kudus selalu siap menjadi perisai manusia, menyadarkan dan membawa manusia kepada pertobatan.

v   Yesus akan menghancurkan Setan (meremukkan kepala = membinasakan)

yaitu ketika Dia menyelesaikan misiNya mati di kayu salib untuk membebaskan manusia dari hukuman dosa. Pada saat itu kebinasaan Setan dipastikan.

v   Tumit Yesus akan hancur dalam pertempuran melawan Setan itu.

Kita tahu bahwa saat disalibkan, paku besar telah menghancurkan tumit Yesus. Yesus kembali ke Surga dengan tubuh manusiaNya. Jadi bekas-bekas paku dan tusukan pada tubuhNya dulu, akan tetap menjadi saksi bisu dari kasihNya yang luar biasa untuk manusia.

 

Jadi Tuhan SEGERA menyodorkan janji penyelamatan manusia ATAS INISIATIFNYA SENDIRI, KARENA KASIH KARUNIANYA KEPADA MANUSIA. Rancangan keselamatan itu sudah disiapkan Tuhan bahkan sebelum dunia diciptakan.

Jadi bukan karena Adam dan Hawa memintanya, bukan karena Adam dan Hawa berjanji berbuat sesuatu agar Tuhan mau menolong mereka. TIDAK. Tapi Tuhan Sendiri yang menyodorkan kasih karuniaNya tanpa lebih dulu ada yang minta. Karena itu Paulus menulis, Tuhan mencurahkan kasih karuniaNya itu bukan karena usaha kamu…. bukan hasil pekerjaanmu”.  Manusia [Adam dan Hawa]  tidak punya andil/kontribusi apa-apa. Kasih karunia Tuhan itu semata-mata datang dari Tuhan Sendiri atas inisiatif dan kemurahanNya Sendiri.

 

 

Kedua:

Dengan apa janji penyelamatan Tuhan itu dilambangkan?

DENGAN MENGURBANKAN DOMBA-DOMBA YANG PERTAMA!  Masa???  Benar! Domba kurban itulah yang melambangkan Yesus Kristus, yang pada waktu yang tepat akan menggenapi janji tersebut. Domba-domba yang dikorbankan itulah kematian yang pertama yang terjadi di Taman Eden, kematian pertama yang disaksikan Adam dan Hawa. Mereka harus melihat dengan mata mereka sendiri, bagaimana dosa mereka, menyebabkan hewan-hewan yang tidak berdosa, harus mati bagi mereka. Tuhan sudah memperingatkan, pada hari engkau memakannya, engkau pasti akan mati.(Kejadian 2:17) Mereka tetap memakan buah terlarang itu. Tapi Tuhan mengasihi mereka, walaupun mereka seharusnya langsung mati hari itu, Tuhan sudah menyiapkan jalan keluar bagi mereka. Hari itu dua ekor domba yang tidak berdosa telah mati menggantikan mereka. Domba-domba yang melambangkan Sang Penebus yang akan mati bagi semua manusia di dunia.

Alkitab mencatatnya.

Kejadian 3:21

Bagi Adam dan istrinya, TUHAN Allah membuatkan pakaian dari kulit binatang dan mengenakannya kepada mereka.

 

Di mana ditulis bahwa ada domba-domba yang mati menggantikan mereka? Lha untuk mengambil kulit domba itu kan dombanya harus mati dulu? Jadi walaupun tidak tertulis, ini sudah jelas.

Apalagi kemudian kita melihat bahwa Habel juga mempersembahkan kurban, maka sistem persembahan kurban ini tentu diajarkan orangtuanya.

 

Mengapa harus mengurbankan domba?

 

Ibrani 9:22

Dan hampir segala sesuatu menurut Hukum dikuduskan dengan darah; dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.

 

Jadi pengampunan dosa hanya bisa diperoleh lewat tercurahnya darah, berarti suatu kematian harus terjadi karena dibutuhkan pencurahan darah, bukan cukup cuma beberapa tetes. Karena itu melibatkan kematian, maka Kristus yang mewakili manusia mati. Jika setiap manusia harus mati sendiri untuk pengampunan dosanya, ya habislah manusia. Karena itulah Kristus yang bersedia mati satu kali untuk menggantikan semua manusia yang pernah hidup, sehingga kita beroleh penebusan.

Hewan yang dikurbankan melambangkan kematian Kristus nanti sebagai Penebus manusia, kulitnya yang diambil merupakan lambang kesucian Yesus yang dikenakan kepada Adam dan Hawa untuk menutupi ketelanjangan mereka.

 

Pada waktu Adam dan Hawa berdosa, mereka kehilangan kemuliaannya sebagai makhluk yang suci. Oleh karena itu mereka menyadari bahwa mereka telanjang, karena sinar kemuliaan yang tadinya menyelimuti mereka telah lenyap. Mereka lalu berusaha membuat penutup dari daun-daun pohon ara.

Kejadian 3:7

Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun-daun pohon ara dan membuat penutup bagi diri mereka sendiri

 

Tetapi menurut Tuhan daun-daun ara itu bukanlah penutup yang memadai. Satu lagi bukti bahwa manusia tidak bisa melenyapkan kondisi berdosanya sendiri. Manusia tidak bisa menghapus dosanya sendiri. Kemuliaan- [kesucian] yang hilang dari Adam dan Hawa tidak bisa digantikan oleh daun-daun ara yang mereka semat sendiri. Hanya Tuhan yang bisa menggantikan kemuliaan/kesucian mereka yang hilang. Dan kulit hewan yang dikurbankan itu lalu menjadi pakaian yang menutupi ketelanjangan mereka, sehingga dengan mengenakan kulit hewan itu, ketelanjangan/kenajisan mereka tidak tampak lagi, karena yang tampak adalah kulit hewan itu yang menutupi mereka. Maknanya adalah, Allah tidak melihat lagi kenajisan manusia yang telah mengenakan kesucian Kristus sebagai jubah mereka.

 

Sebagaimana Adam dan Hawa harus mengenakan kulit domba yang dikurbankan itu yang melambangkan kebenaran Kristus, demikian kita pun harus mengenakan kesucian Kristus untuk memeteraikan keselamatan kita. Kita lihat beberapa ayat dari Wahyu agar kita mengerti, bahwa tanpa mengenakan kesucian Kristus, kita tidak akan sampai di Surga.

 

Wahyu 3:5

Dia yang menang, ia akan dikenakan pakaian putih; dan Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengakui namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.

 

Wahyu 7:13-14

13 Dan seorang dari antara tua-tua itu menjawab dan berkata kepadaku, ‘Siapakah mereka yang memakai jubah putih itu dan dari manakah mereka datang?’ 14 Dan aku berkata kepadanya: ‘Tuanku, tuan yang mengetahuinya.’ Lalu ia berkata kepadaku, ‘Mereka ini adalah orang-orang yang telah keluar dari kesukaran yang besar; dan telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Sang Domba.’

 

Jadi, memotong domba kurban bukanlah sesuatu yang baru diajarkan kepada orang Israel pada zaman Musa. Tidak. Mengurbankan domba itu sudah dikenal sejak di taman Eden. Justru itulah kurban pertama yang terjadi di Eden setelah Adam berdosa. Sejak Adam dan Hawa belum diusir keluar dari Eden, Tuhan sudah menunjukkan kepada mereka, bagaimana suatu hari seorang Mesias yang akan lahir sebagai manusia, akan datang untuk menggenapi perjanjian penyelamatan yang disodorkan Tuhan kepada mereka. Dan supaya manusia tidak lupa betapa kejamnya dosa, yang harus makan korban, maka setiap kali manusia berbuat dosa, dia harus mempersembahkan domba kurban untuk menggantikan kematiannya sendiri.

Jadi Adam mengajarkan kepada anak-anaknya turun-temurun tentang konsep penyelamatan itu dalam lambang domba yang dikurbankan.

 

 

PELAJARAN DARI KAIN DAN HABEL

 

Alkitab mencatat tentang kisah Kain dan Habel dalam menjalankan konsep penyelamatan yang diajarkan Tuhan. 

Kejadian 4:3-5 

3 Dengan berjalannya waktu, terjadilah Kain membawa suatu persembahan dari hasil tanah kepada TUHAN. 4 Dan Habel, dia juga membawa anak-anak sulung dari kawanannya  dan dari lemak-lemaknya. Dan TUHAN mengindahkan Habel dan kurban persembahannya. 5 tetapi kepada Kain dan persembahannya TUHAN tidak menghargainya. Dan Kain sangat marah, dan mukanya muram. 


 

Mengapa Tuhan tidak berkenan dengan persembahan Kain? Karena mempersembahkan hewan kurban itu adalah lambang KONSEP PENYELAMATAN KRISTUS, dan itu harus dilakukan umat Tuhan hingga Domba Allah yang sejati datang dan dipersembakan sebagai kurban. Biasanya Kain melakukan seperti yang disuruh Tuhan, tetapi ayat di atas berkata 3 Dengan berjalannya waktu”, Kain bosan mengikuti ketentuan Tuhan, dia mengikuti pendapatnya sendiri. Karena dia seorang petani (Kejadian 4:2), maka dia menganggap mempersembahkan hasil tanamannya yang paling bagus itu tidak kalah nilainya daripada mempersembahkan seekor domba. Kain tidak mau melihat makna domba itu melampaui kehewanannya. Mempersembahkan hewan kurban itu bukan sembarang persembahan, itu melambangkan Domba Allah yang akan datang untuk mati nanti. Kita juga sering seperti itu. Kita menganggap peraturan dan ketentuan Tuhan itu terlalu menyulitkan, jadi bisa diganti-ganti sesuka hati kita. Sebaiknya kita ingat Kain dan apa akibatnya menyepelekan peraturan Tuhan

Sebaliknya Habel terus patuh pada ketentuan Tuhan. Kepatuhan itu tidak ada gunanya kalau hanya selama suatu waktu sepeti Kain. Kepatuhan itu harus sampai akhir seperti Habel. Selain membawa hasil tanah dia juga mempersembahkan anak-anak sulung dombanya. Habel menghargai perintah Allah. Di Ibrani 11:4 dikatakan Habel berbuat itu karena iman. Jadi barangkali Habel belum paham benar mengapa dia harus mempersembahkan anak-anak sulung kawanannya, tetapi dia patuh melakukannya karena iman. Jadi, seringkali kalaupun kita belum mengerti mengapa Tuhan memerintahkan begini atau begitu, tetap patuhi saja demi iman. Kita tidak perlu mengerti, kita perlu patuh.

Ibrani 11:4

Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah kurban yang lebih baik daripada kurban Kain,  dengan mana ia memperoleh kesaksian bahwa ia benar, Allah bersaksi atas persembahan-persembahannya;  dan melalui itu, walaupun ia mati, namun ia masih bicara.

Jadi Habel melakukan itu berdasarkan iman. Karena Tuhan sudah memerintahkan begitu, ya itu yang dilakukannya, persis seperti yang diminta Tuhan. Maka Tuhan memberi bukti (kesaksian) bahwa Habel benar, “Dan TUHAN mengindahkan Habel dan kurban persembahannya.” Kisah Habel disuruh Tuhan supaya ditulis oleh Musa, sehingga setelah Habel sudah  mati lebih dari seribu tahun pun kepatuhannya masih dibicarakan, perbuatannya masih menjadi saksi kepatuhannya.

Jadi iman itu penting sekali. Roma 1:17 berkata  Orang benar akan hidup oleh iman bukan oleh pemahaman. Kita boleh mengerti semua doktrin yang benar tetapi jika tidak punya iman, itu tidak ada gunanya. Karena Ibrani 11:6 mengatakan tanpa iman tidak mungkin berkenan kepada Allah.

 

Kain mungkin juga tidak mengerti seperti Habel, tapi dia tidak punya iman sehingga dia menyepelekan ketentuan Tuhan, dia berbuat apa yang baik menurut pikirannya sendiri, dia tidak mau lagi patuh pada perintah Tuhan. Kain yang seorang petani menganggap boleh saja dia mempersembahkan hasil ladangnya sendiri, kenapa tidak? Ya, memang dia boleh mempersembahkan hasil ladangnya sendiri, tetapi itu tidak boleh menggantikan apa yang disuruh Tuhan harus dipersembahkannya. Seharusnya Kain selain mempersembahkan hasil ladangnya juga mempersembahkan domba kurban, seperti Habel. Karena Habel selain mempersembahkan domba kurban, juga mempersembahkan hasil ladangnya. Kejadian 4:4 mengatakan Habel juga membawa dari anak sulung kambing dombanya”, kata “juga” menandakan bahwa selain anak sulung kambing dombanya, masih ada persembahan lain yang dibawa Habel, yaitu yang sama dengan yang disebutkan di ayat 3 dibawa oleh Kain, persembahan dari hasil tanah.”

Maka pelajaran apa yang bisa kita petik dari sini? Jangan mengandalkan pendapat dan pikiran kita sendiri, karena kemampuan berpikir kita jauh di bawah Tuhan. Jangan menggantinya. Kita melakukan yang lebih, memberikan yang lebih kepada Tuhan di atas yang diminta Tuhan, itu baik, tetapi pemberian kita tidak boleh menggantikan apa yang sudah diperintahkan oleh Tuhan. Patuhi saja apa perintah Tuhan walaupun kita belum mengerti. Nah, untuk mau mematuhi yang belum kita pahami, itu butuh iman.

Amsal 3:5,7

5 Percayailah TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. 7 Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan tinggalkan kejahatan.

 

Amsal 14:12

12 Ada jalan yang disangka benar oleh manusia, tetapi akhir darinya adalah jalan-jalan kebinasaan.

 

Musa disuruh Tuhan mencatat perbuatan Kain itu sebagai petunjuk dan peringatan bagi generasi-generasi selanjutnya (termasuk kita), bahwa NIAT BAIK saja tidak cukup. DALAM BERIBADAH KEPADA TUHAN, KITA HARUS BERIBADAH MENURUT KETENTUAN YANG DIBUAT OLEH TUHAN, BUKAN ASAL SESUKA HATI KITA. Kain bukan tidak mau beribadah kepada Tuhan. Dia mau. Kain bukan tidak mau memberikan persembahan kepada Tuhan. Dia mau. Tapi masalahnya Kain tidak mau tunduk kepada peraturan dan ketetapan Tuhan. Kain tidak punya iman pada Tuhan. Kain menganggap pendapatnya sendiri benar. Dengan demikian Kain menyejajarkan dirinya selevel dengan Tuhan. Aku tidak perlu mengikuti ketentuan Tuhan, aku bisa berpikir sendiri. Menurut aku…  Alasan “menurut aku” itu sering menjerumuskan kita. Jangan suka berkata “menurut aku”, biasakan berpikir “menurut Tuhan” itu bagaimana. Mungkin kita belum mengerti mengapa, tapi tidak apa, kerjakan saja menurut Tuhan, kita tidak akan salah. Kalau kita mengerjakannya “menurut aku” bisa lebih sering salahnya daripada benernya, apalagi jika yang “menurut aku” itu berbeda dari yang “menurut Tuhan”.

 

 

 

Pelajaran apa lagi yang kita peroleh dari kisah Kain dan Habel ini?

 

BAHWA IMAN DAN PERBUATAN ITU BERKAITAN!

 

A.   IMAN  membuat kita menerima KESELAMATAN yang diberikan Tuhan secara gratis kepada setiap manusia yang mau menerimanya.

Nah, KESELAMATAN ini bukanlah hasil perbuatan kita, bukan karena jasa kita sendiri. Karena konsepnya sejak awal di taman Eden adalah tidak ada satu pun manusia yang bisa menyelamatkan dirinya sendiri dari hukuman dosa. Apa pun yang kita perbuat:

Ø    apakah kita mau bertapa dan berdoa 24 jam setiap hari seumur hidup kita,

Ø    atau kita mau menyerahkan semua harta kita kepada orang lain lalu kita hidup sebagai pengemis,

Ø    atau kita mau beramal banyak-banyak setiap hari,

Ø    atau kita mau menyiksa diri sendiri (bermatiraga) sampai tubuh kita babak belur,

Ø    atau kita mau mengorbankan anak-anak kita menjadi tumbal seperti yang dilakukan orang-orang pagan,

 

SEMUA USAHA KITA SENDIRI TIDAK ADA YANG BISA MENYELAMATKAN KITA DARI HUKUMAN DOSA!

 

Hanya kasih karunia/anugrah Tuhan-lah yang menyelamatkan kita. Ini harus dipahami benar-benar, supaya jangan ada manusia yang sombong dan menganggap dia bisa menyelamatkan dirinya sendiri.

 

 

B.    PERBUATAN adalah bukti apakah KITA MASIH SELAMAT.

Nah, ini juga harus dipahami dengan benar. Untuk mendapatkan keselamatan  kita tidak usah berbuat apa-apa, cukup kita mau menerimanya. Namun untuk tetap tinggal dalam status selamat, ada syaratnya, dan itu harus dibuktikan oleh PERBUATAN kita.

 

 

Kembali lagi kepada kisah Kain dan Habel.

Kain dan Habel sebagaimana orangtua mereka Adam dan Hawa, SUDAH MENERIMA  KESELAMATAN  pemberian Tuhan, karena mereka sudah menjalankan praktek kurban. Bagi orang-orang Perjanjian Lama sebelum kematian Kristus di salib, mempersembahkan kurban itu merupakan pertanda bahwa mereka sudah menerima konsep penyelamatan dan mereka sudah diselamatkan.

Jadi, pada awal-awalnya, Kain mempersembahkan kurban sesuai ketentuan Tuhan. Tetapi kemudian Kain punya ide “cemerlang”.  Alkitab menulis,

Kejadian 4:3

Dengan berjalannya waktu, terjadilah Kain membawa suatu persembahan dari hasil tanah kepada TUHAN,

 

Dengan berjalannya waktu” Kain berpikir, mengapa dia tidak mempersembahkan hasil ladangnya saja? Padahal hasil ladangnya tentu bagus-bagus, kondisi tanah waktu itu masih bagus sekali. Hasil ladang kan hasil keringatku sendiri, mestinya Tuhan lebih menghargai itu daripada seekor domba yang bukan hasil ternakku. Dan Kain mulai berani “minteri” Tuhan, atau melanggar ketentuan yang dibuat Tuhan. Menurut Kain tidak apa-apa mempersembahkan hasil ladangnya, kan asal dia sudah mempersembahkan sesuatu.

 

Teman, sering kita juga bersikap seperti Kain. Ketentuan yang dibuat Tuhan kita anggap tidak mengikat. Misalnya saja dalam hal ibadah pada hari ketujuh. Tuhan sudah jelas menulis dalam 10 HukumNya, hari yang ketujuh adalah Sabat Tuhan Allah, tulisan itu masih ada sampai sekarang di Keluaran 20:10 tapi kita mengatakan, seluruh dunia liburnya hari Minggu, jadi tidak apa-apa kita beribadah pada hari Minggu, asalkan kita sudah beribadah seminggu sekali. Hati-hati kita berakhir seperti Kain.

Misalnya lagi, Tuhan sudah menentukan daging hewan apa yang tidak boleh kita makan, tapi kita bilang nenek moyangku turun-temurun makan daging itu juga tidak apa-apa, jadi ya aku makan saja, wong enak kok. Buktinya sampai sekarang aku makan itu daging juga tidak diapa-apakan Tuhan, tidak ada petir kilat yang mengejar aku. Berarti Tuhan oke-oke saja kok. Ya, belum, teman-teman, Tuhan belum bertindak, Tuhan panjang sabar menunggu kita bertobat, tapi jelas jika kita tidak meninggalkan dosa itu, suatu hari Tuhan akan bertindak karena Tuhan tidak menoleransi dosa.

 

 

Kembali kepada topik yang kita bahas:

Sekarang, setelah SUDAH SELAMAT, langkah berikutnya adalah TETAP TINGGAL DI DALAM KESELAMATAN ITU.

 

Adam, Hawa, dan Habel, berhasil tetap tinggal di dalam keselamatan yang telah mereka peroleh secara gratis dari Tuhan.

Tetapi Kain, tidak. Perbuatannya mengakibatkan dia terpental keluar dari jaring keselamatan yang sudah dimilikinya. Perbuatan yang mana? Jelas perbuatannya yang melanggar peraturan/hukum/ketetapan Tuhan, mari kita lihat Hukum Tuhan yang mana saja yang dilanggarnya:

1.   Melanggar Perintah pertama.

Ketika Kain memutuskan untuk melakukan yang berbeda dengan ketentuan Allah, dia telah melawan autoritas Tuhan sebagai Allah Khalik Pencipta. Jangan lupa, DOSA APA PUN YANG DILAKUKAN MANUSIA, YANG PERTAMA SELALU, SELALU, SELALU DIA TELAH MELANGGAR PERINTAH PERTAMA. Manusia telah berani menempatkan hal lain, kepentingan lain, sosok lain, termasuk dirinya sendiri di atas Tuhan Allah Sang Khalik.

 

2.   Perintah ke-5.

Kain sudah tidak menghormati orangtuanya dengan membunuh adiknya.

 

3.   Perintah ke-6.

Kain telah membunuh adiknya.

 

4.   Perintah ke-8.

Kain telah mencuri, mengambil nyawa adiknya yg bukan haknya.

 

5.   Perintah ke-9.

Kain berdusta ketika Tuhan bertanya kepadanya di mana adiknya, dan Kain menjawab, memangnya aku penjaga adikku? Dia tidak mengakui dia telah membunuh adiknya.

 

6.   Perintah ke-10.

Kain iri hati karena persembahan kurban Habel diterima Tuhan tetapi persembahannya ditolak Tuhan.

 

7.   Dan dosa pamungkasnya ialah Kain tidak pernah bertobat.

Kain pergi meninggalkan Tuhan (Kejadian 4:16). Hatinya keras sampai akhir. Dia tahu dia salah, tapi dia tidak mau minta ampun. Dia lebih baik memilih menerima dihukum daripada minta ampun. Pembicaraannya yang terakhir dengan Tuhan jelas menunjukkan Kain tidak pernah minta ampun. Dia menerima hukumannya. (Kejadian 4:13-16)

Sering kita juga begini. Seperti Kain, seperti Yudas, seperti Firaun Tutmoses III, kita tahu kita salah, kita tahu kita telah berdosa, tapi kita tidak mau minta ampun. Mengapa? Padahal jika kita minta ampun dengan tulus, Tuhan mengampuni. Tapi kita justru menandatangani surat kematian kita sendiri dengan mengeraskan hati. Kita bersikeras tidak mau minta ampun, tidak mau bertobat, tapi terus melanjutkan hidup dalam dosa tersebut. Demi gengsi? Demi apa?

 

Jadi kalau kita simak, sumber masalah ini ada di mana? Menyepelekan peraturan Tuhan. Adam menyepelekan Tuhan, masa sih makan buah saja betul-betul dihukum mati? Kain tidak belajar dari kesalahan ayahnya. Bukan makan buahnya yang masalah, tapi makan buah larangan itu merupakan demonstrasi keberanian melawan peraturan Tuhan, melawan autoritas Allah.

Sama seperti kita. Kita juga sering menyepelekan Tuhan, tidak takut melawan autoritas Allah. Sampai ada pejabat yang terang-terangan berkata dengan ringannya di TV: Lebih mudah minta ampun daripada minta izin. Itulah pola pikir manusia. Dilanggar saja, kalau disalahkan ya nanti minta ampun, toh Tuhan itu pengampun, kan?

Kita berani melanggar PerintahNya dan HukumNya. Kita bahkan tidak merasa telah berbuat dosa telah melakukan yang berbeda dengan yang diperintahkan Allah. Nanti minta ampun, beres. No way. Tuhan tidak bisa dipermainkan.

Pada suatu hari kita akan seperti Kain, terusir dari tanah yang disediakan Tuhan. Selamanya hilang. Nyesel terlambat.

 

Kalau kita mau selamat, mengakui autoritas Tuhan sebagai Allah Khalik Pencipta itu suatu  keharusan. Jangan melawanNya. Jangan menyepelekanNya. Allah memang maha pengasih, tapi Dia juga maha benar dan maha adil. Dosa tidak bisa eksis di hadapanNya.

Jangan jadi Kain.

 

Apa akibatnya? Inilah kata Tuhan kepada Kain:

Kejadian 4:11-12

11Maka sekarang, terkutuklah engkau dari bumi, yang telah mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu dari tanganmu. 12Apabila engkau mengerjakan tanah, maka mulai sekarang tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya lagi kepadamu; engkau akan menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi. 

 

Apakah hanya itu akibatnya? Hanya terkutuk, diusir dari kampung halamannya, menjadi pelarian dan pengembara, dan tanah yang digarapnya tidak akan memberikan hasil sepenuhnya? Tidak, semua ini memang sudah hukuman yang cukup berat. Tetapi akibat yang TERBERAT adalah:

Kejadian 4:16

Dan Kain pergi dari hadirat TUHAN dan menetap di tanah Nod, di sebelah timur Eden. 

 

Kain meninggalkan Tuhan. Kain memutuskan hubungan dengan Tuhan. Dan itulah kesalahannya yang terbesar. Hatinya sudah begitu keras sehingga tidak ada keinginannya untuk bersujud dan minta pengampunan kepada Tuhan untuk semua kesalahannya. Dia memilih untuk meninggalkan Tuhan dan menjadi tuannya sendiri. Tragis, bukan? Alkitab tidak mencatat Kain pernah kembali, karena dia tidak pernah kembali. Kain hilang untuk selamanya. Nanti pada hari kebangkitan, dia akan menyesal dia tidak pernah minta ampun kepada Tuhan. Padahal seandainya dia bertobat, Tuhan akan mengampuninya. Paulus yang telah membunuh banyak orang Kristen di abad pertama saja, ketika bertobat, diampuni Tuhan dan bahkan dijadikan rasulNya. Jadi jika hari ini kita punya dosa-dosa yang menjauhkan kita dari Tuhan, jangan menunggu, ayo kita bertobat dan minta ampun, Tuhan yang telah mati bagi kita akan mengampuni kita dengan segala rahmat.

 

Jadi Kain kehilangan keselamatannya karena apa? Karena perbuatannya!

Jadi, apakah perbuatan kita bisa menyebabkan kita kehilangan keselamatan yang sudah kita peroleh secara gratis? Iya! Buktinya Kain ini.

 

 

APLIKASI PEMBAHASAN INI BAGI KITA:

 

1.   Bahwa kita adalah orang berdosa,

dan KITA TIDAK BISA MENGHAPUS DOSA KITA SENDIRI DENGAN UPAYA APA PUN.

 

2.   Bahwa kita tidak bisa menghapus dosa-dosa kita,

yang kita lakukan sebelumnya dengan mematuhi semua Hukum Tuhan pun. Jadi HUKUM TUHAN ITU TIDAK BISA MENYELAMATKAN KITA DARI HUKUMAN DOSA YANG SUDAH KITA BUAT.

 

3.   Bahwa DOSA HANYA BISA DIAMPUNI OLEH DARAH DOMBA KURBAN (KRISTUS).

 

4.   Bahwa TUHAN MEMBEBASKAN KITA DARI HUKUMAN DOSA.

Hukuman mana telah ditanggung oleh Kristus dengan kematianNya di salib, yang pada zaman Perjanjian Lama dilambangkan oleh hewan yang dipersembahkan sebagai kurban. KRISTUS SUDAH MEMBAYAR HUKUMAN DOSA KITA.

 

5.   Bahwa KESELAMATAN ITU SUDAH DISEDIAKAN TUHAN

bahkan sebelum kita sadar bahwa kita membutuhkannya.

 

6.   KESELAMATAN YANG DIBERIKAN TUHAN ITU DIBERIKAN GRATIS oleh Tuhan.

Manusia tidak usah membayar apa-apa untuk memperolehnya.

 

7.   Bahwa Tuhan memberikan keselamatan itu BUKAN KARENA KEBAIKAN KITA.

Keselamatan itu tidak diberikan Tuhan sebagai ganjaran/pahala/upah atas perbuatan baik kita.

 

8.   Bahwa Tuhan memberikan keselamatan itu kepada kita

SEMATA-MATA KARENA TUHAN MENCINTAI KITA DAN TIDAK INGIN KITA BINASA.

 

9.   Bahwa kita bisa mendapatkan keselamatan itu HANYA DENGAN BERIMAN KEPADA YESUS.

Tidak ada cara atau jalan yang lain. Manusia berkata ada banyak jalan ke Roma, tapi hanya satu jalan ke Surga.

Yohanes 14:6

Kata Yesus kepadanya, Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak  seorang pun yang sampai kepada Bapa, selain melalui Aku.

 

10. Bahwa KELANGSUNGAN KESELAMATAN YANG DIBERIKAN TUHAN ITU TERGANGUNG PERBUATAN KITA,

seberapa besar penyerahan kita kepada Tuhan, seberapa  besar kasih kita kepada Tuhan sehingga kita gemar mematuhi Hukum Tuhan.

 

11. Bahwa KESELAMATAN YANG SUDAH KITA TERIMA ITU  B I S A   H I L A N G !!!!

Jika kita sengaja terus-menerus melakukan perbuatan yang melanggar peraturan/hukum/ketetapan Tuhan.

 

Jadi, teman-teman yang terkasih, janganlah kita berkeras hati seperti Kain. Apa yang kita lakukan itu mempengaruhi apakah keselamatan yang sudah kita peroleh bisa kita pertahankan. Tidak cukup kita menerima keselamatan saja, kita harus mempertahankan keselamatan itu sampai akhir hayat kita.

Dengan iman kita mendapatkan keselamatan, tetapi dengan perbuatan kita harus mempertahankan keselamatan itu. Artinya perbuatan kita harus sesuai dengan Hukum Allah, kita harus berhenti berbuat dosa, berhenti melanggar Hukum-hukum Tuhan.

 

 

Marilah kita membaca dari Yakobus pasal 2:

2:14         Apakah gunanya, Saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman tetapi ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman yang begitu itu menyelamatkan dia?

2:17         Demikian juga halnya iman sendirian, jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu mati.

2:20         Hai manusia yang bebal, maukah engkau tahu sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan itu mati?

2:21         Bukankah Abraham, bapak kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya  ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?

2:22         Apakah kamu lihat, bahwa imannya bekerjasama dengan perbuatan-perbuatannya? dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.

2:24         Jadi kamu lihat, bagaimana oleh perbuatan-perbuatannya seorang manusia dibenarkan, dan bukan hanya oleh iman.

2:26         Sebab seperti tubuh tanpa roh itu mati, demikianlah iman tanpa perbuatan-perbuatan juga mati.

 

Pada hari ini, jika kita menyadari bahwa kita masih melakukan perbuatan yang melanggar Hukum-hukum Allah, mari kita tunduk kepala, melipat lutut, dan bersujudlah kepada Tuhan yang Maha Pengasih dan Pengampun, dan mengakui dosa itu itu lalu memohon pengampunan.

1 Yohanes 1:9 

Jika kita mengaku dosa kita, Ia setia dan adil untuk mengampuni dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.


Tetapi,  kemurahan Tuhan ini pun tidak boleh disalahgunakan.  Permohonan pengampunan dosa HARUS DISERTAI DENGAN PERTOBATAN. Pertobatan artinya berhenti berbuat dosa yang sama itu lagi. Jika sekarang bilang bertobat, tapi minggu depan, bulan depan diulangi lagi, itu namanya bukan pertobatan sejati.

Karena permohonan pengampunan yang tidak disertai oleh pertobatan, berarti kita tidak sungguh-sungguh menyadari bahwa apa yang kita lakukan itu dosa yang keji, sehingga kita tidak merasa jijik terus melakukannya lagi dan lagi.

 

Apa kata Alkitab mengenai dosa yang berulang-ulang dilakukan lagi dengan sengaja ini?

Ibrani 10:26-27

26Sebab jika kita berbuat dosa dengan sengaja, sesudah kita menerima pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi kurban untuk dosa. 27 melainkan suatu penantian yang menakutkan akan datangnya penghakiman dan murka yang menyala-nyala yang akan melahap habis  para penentang.

 

 

Semoga renungan ini boleh membantu kita mempertahankan kelanggengan keselamatan yang sudah kita terima dari Juruselamat kita.

Amin.

 

 

 

 

2013-06-29




Tidak ada komentar:

Posting Komentar