Senin, 03 Juni 2013

111. MENGAPA TUHAN DIAM SAJA KETIKA 10 HUKUMNYA DIUBAH MANUSIA?

111. MENGAPA TUHAN DIAM SAJA

KETIKA 10 HUKUMNYA DIUBAH MANUSIA?

__________________________________

 

Semua orang Kristen tahu bahwa Tuhan Sendiri-lah yang menulis 10 HukumNya dengan jariNya Sendiri pada dua loh batu. Tuhan tidak pernah menulis Hukum yang lain kecuali 10 HukumNya ini. Semua Hukum dan peraturanNya yang lain, ditulis oleh nabi-nabi dan rasul-rasulNya. Tetapi 10 HukumNya ini yang begitu sakral dan abadi, tidak dipercayakan kepada nabi atau rasul untuk menulisnya, melainkan ditulis oleh jari Allah Sendiri. Dari sini saja kita tahu bahwa 10 Hukum ini statusnya istimewa.

Keluaran 31:18

18 Dan setelah TUHAN selesai berbicara dengan dia (Musa) di gunung Sinai, Dia memberikan kepada Musa dua loh Kesaksian, loh-loh batu, yang ditulis oleh jari  אֶצְבַּע ['etsba‛] Allah.

 

Siapakah jari Allah ini? Mari kita lihat dari ayat-ayat yang lain.

Lukas 11:20

Tetapi jika Aku mengeluarkan setan dengan jari δάκτυλος [daktulos] Allah, tidak diragukan lagi Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.

Ini terjemahan yang benar dari tulisan aslinya. Di ayat ini jelas kata yang dipakai adalah δάκτυλος [daktulos] yang artinya "jari". Terjemahan LAI memakai kata “kuasa Allah” menggantikan “jari” tapi itu tidak tepat dan mengaburkan maknanya. Yang benar tulisan aslinya ialah δάκτυλος [daktulos] dan itu artinya “jari”. Jadi di sini Yesus berkata bahwa Dia mengeluarkan setan dari orang-orang yang kerasukan itu dengan "jari δάκτυλος [daktulos] Allah”.

Lho kenapa kok kata itu beda dengan yang di Keluaran 31:18? Karena yang di Keluaran 31:18 itu dalam bahasa Ibrani, dan “jari” dalam bahasa Ibrani ialah אֶצְבַּע ['etsba‛]. Sedangkan yang di Lukas 11:20 itu dalam bahasa Greeka, dan “jari” dalam bahasa Greeka ialah δάκτυλος [daktulos], tapi keduanya sama-sama bicara tentang “jari Allah”.  

 

Sekarang mari kita lihat ayat yang sama yang ditulis oleh Matius. Sedikit berbeda dengan bahasa yang dipakai Lukas. Inilah mengapa Roh Kudus sampai mengilhami tiga rasul yang berbeda untuk menulis Injil Matius-Markus-Lukas, yang dikenal dengan sebutan Injil Sinoptik. Karena dengan kata-kata yang berbeda, dengan cara menulis yang berbeda, ketiga Injil ini saling melengkapi gambaran yang diberikan di dalam setiap kitab Injil itu.

Matius 12:28

Tetapi jika Aku mengeluarkan setan oleh Roh Allah, maka Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.

Di sini Matius tidak memakai kata “jari Allah” melainkan “Roh πνεῦμα [pneuma] Allah”, kata yang dipakai untuk “Roh Kudus” juga.

 

Maka jika kita menggabungkan Lukas 11:20 dengan Matius 12:28, kita mendapatkan jawabannya bahwa “jari Allah” itu artinya “Roh Allah”, atau “Roh Kudus”. Lihat, Alkitab selalu memberikan jawabannya sendiri, jika kita telaten mencari, jika kita bertanya kepada Tuhan, Tuhan akan menunjukkan di mana kita bisa menemukan jawaban itu di dalam Alkitab sendiri.

Jadi jelas ya, “jari Allah” adalah “Roh Kudus”.

Dengan demikian Keluaran 31:18 itu mengatakan bahwa di gunung Sinai, Dia (Tuhan Yesus) memberikan kepada Musa dua loh Kesaksian, loh-loh batu, yang ditulis oleh jari  אֶצְבַּע ['etsba‛] Allah”, yaitu Roh Kudus.

Nah, ingat saja, Roh Kudus selalu Pribadi Ilahi yang terlibat dalam hal pesan tertulis kepada manusia. Seluruh Alkitab itu ditulis para nabi dan rasul di bawah inspirasi dan tuntunan Roh Kudus.

 

 

Sekarang, Allah yang berbicara kepada Musa di G. Sinai, yang menyerahkan kepada Musa kedua loh  batu yang bertuliskan ke-10 Perintah Allah itu adalah Allah Anak, Pribadi Ilahi yang kedua, yang ketika berinkarnasi kita mengenalNya dengan sebutan Yesus Kristus.

Banyak orang Kristen yang menyangka yang berbicara dari atas G. Sinai itu Allah Bapa. Orang Kristen beranggapan bahwa Allah Bapa itu keras, suka menghukum, tidak berbelas kasihan, sedangkan Yesus itu mempraktekkan kasih, karena itu 10 Hukum yang diberikan Allah Bapa sudah dibatalkan oleh Yesus, dan orang Kristen tidak usah mematuhi Hukum itu lagi. Tapi pemikiran ini salah, karena yang berbicara kepada Musa dari atas G. Sinai, yang menyerahkan kepada Musa dua loh batu kesaksian yang berisikan ke10 Hukum adalah Yesus juga, Allah Anak. Di atas G. Sinai itu dua Pribadi Keallahan langsung terlibat, Roh Kudus yang menulis HukumNya, dan Allah Anak (Yesus) yang mengucapkannya dan berbicara dengan Musa.  

 

Mari kita cari dari ayat-ayat di Alkitab buktinya siapa “Tuhan” yang memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, siapa Tiang Awan dan Tiang Apinya, siapa yang bicara dengan Musa dari atas G. Sinai, apakah itu Allah Bapa seperti perkiraan banyak orang Kristen, atau itu Allah Anak.

Keluaran 13:21

21 Dan TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam.

Ayat ini mengatakan “TUHAN” yang berjalan bersama bangsa Israel dalam bentuk Tiang Awan dan Tiang Api. Tuhan Pribadi yang mana? Itu terjawab di ayat di bawah ini.

 

Keluaran 14:19-20

19 Dan  Malaikat Allah, yang tadinya berjalan di depan perkemahan Israel, pindah, dan pergi ke belakang mereka, dan tiang awan itu pergi dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka. 20 Demikianlah tiang itu berdiri di antara perkemahan orang Mesir dan perkemahan orang Israel. Dengan demikian,  itu adalah awan dan kegelapan bagi yang satu, dan dia memberikan terang pada malam itu kepada yang lain sehingga yang satu tidak dapat mendekati yang lain, semalam-malaman itu.

Ayat ini mengatakan “Malaikat Allah” yang berjalan bersama bangsa Israel dalam bentuk tiang awan.

 

Maka kesimpulannya “Malaikat Allah” di Keluaran 14:19-20 adalah “Tuhan” di Keluaran 13:21.

Berarti Malaikat Tuhan” atau “Malaikat Allah” selalu adalah Allah Anak (Yesus), tidak pernah Allah Bapa. Kata “malaikat” artinya “utusan”, dan yang selalu menjadi utusan Bapa ialah Allah Anak, Bapa jelas tidak mengutus DiriNya sendiri.

Maka kalau kita lihat di Alkitab, “Malaikat Allah” yang berbicara kepada Hagar (Kejadian 16:9-11), yang bicara kepada Abraham minta dia mengurbankan Ishak anaknya (Kejadian 22:15), yang berbicara kepada Musa di semak yang menyala (Keluaran 3:2), itu semuanya adalah Allah Anak, Pribadi Ilahi kedua, atau yang kita kenal dengan nama manusiaNya, Yesus Kristus. Begitu pula di G. Sinai, itu adalah Allah Anak, Yesus Kristus.

 

Sekarang kita periksa dari Perjanjian Baru apakah benar yang memberikan 10 Hukum kepada Musa adalah Allah Anak dan bukan Allah Bapa.

Kisah 7:38

Inilah dia (Musa) yang di gereja di padang gurun bersama  Malaikat yang berfirman kepadanya di gunung Sinai, dan bersama nenek moyang kita; yang menerima wahyu-wahyu yang hidup untuk disampaikan kepada kita.

Ayat ini adalah bagian dari khotbah panjang dan terakhir Stefanus kepada bangsa Yahudi sebelum dia mati dirajam.  Dan di sini Stefanus berkata bahwa yang bersama Musa di G. Sinai itu “Malaikat Tuhan”. Nah kita sudah tahu dari ayat-ayat sebelumnya bahwa “Malaikat Tuhan” adalah “Allah Anak”. Berarti  jelas Allah Anak yang memberikan Kesepuluh Hukum atau 10 Perintah Allah kepada Musa di G. Sinai. Jadi bukan Allah Bapa.

 

Jadi sudah jelas ya bahwa Kesepuluh Hukum atau 10 Perintah Allah itu diberikan oleh Tuhan Yesus kepada manusia. Jadi jangan dilanggar. Itu datang dari Juruselamat dan Penebus kita. Kalau kita sengaja melanggarnya, menganggapnya tidak berlaku lagi, tidak mengikat lagi, kita menghina Juruselamat dan Penebus kita. Jika kita menghina Juruselamat dan Penebus kita, apa kita masih layak diselamatkan?

 

 

Kebanyakan orang Kristen sebetulnya tidak semena-mena melanggar seluruh 10 Hukum. Rata-rata mereka berusaha memelihara 8 dari 10  Perintah Allah itu. Mereka tidak mencuri, tidak berzinah, tidak membunuh, tidak berdusta, paling tidak menurut standar ukuran mereka. Tapi ada sebagian yang melanggar Perintah kedua, yaitu larangan membuat patung atau keserupaan dengan apa pun untuk tujuan disembah, dan nyaris semua melanggar Perintah keempat, yaitu perintah untuk memelihara Sabat hari ketujuh.

Celakanya Alkitab berkata, kalau kita melanggar satu, itu sama dengan kita melanggar semuanya.

Yakobus 2:10-11

10 Sebab barangsiapa yang menuruti seluruh Hukum itu, tetapi melanggar dalam satu hal darinya, ia bersalah terhadap seluruhnya.11 Sebab Ia yang mengatakan, ‘Jangan berzinah’, mengatakan juga ‘Jangan membunuh’. Jadi jika kamu tidak berzinah tetapi membunuh, maka kamu menjadi pelanggar Hukum.

Niatnya hanya melanggar satu, tapi dengan melanggar satu itu sama dengan melanggar semuanya.  Mengapa begitu? Karena yang membuat Hukum itu Allah yang sama. Yang membuat hukum “Jangan berzinah” adalah Allah yang membuat hukum “Jangan membunuh”. Jadi perintah mana pun yang kita langgar, kita melanggar Allah yang sama, autoritas yang sama, yaitu Allah yang memberikan 10 Hukum kepada manusia. Bisa dipahami?

 

 

Sekarang kita kembali ke topik mengapa ada yang mengubah Hukum Allah. Mengapa? Ya dengan mengubah Hukum itu, yang mengubah berharap manusia tersesat, manusia tidak tahu HukumNya sudah diubah, sehingga manusia tidak merasa melanggar Hukum Tuhan. Ngeri, bukan? Berarti tujuan pihak yang mengubah Hukum Allah itu jahat, karena tujuannya adalah menjerumuskan manusia ke dalam dosa.

 

Hukum mana yang telah diubah manusia? Ada dua dari 10 Hukum Tuhan:

1.   Hukum kedua, Keluaran 20:4-6

4 Jangan engkau membuat bagimu patung pahatan apa pun, atau keserupaan  dari apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. 5 Jangan engkau sujud menyembah kepada mereka, atau melayani mereka; sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang  cemburu, yang membalaskan dosa bapak-bapak ke atas anak-anak, hingga ke keturunan yang ketiga dan keempat dari mereka yang membenci Aku, 6 Dan menunjukkan rahmat kepada beribu-ribu dari mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada Perintah-perintah-Ku.

Hukum ini dilenyapkan dari ajaran tertentu, sehingga umatnya terbiasa berdoa kepada patung atau gambar, mencium kaki patung, membakar lilin untuk patung/gambar, dan sejenisnya. Patung-patung yang dianggap suci itu juga kadang diarak pada perayaan-perayaan tertentu. Lebih parah lagi, patung-patung atau gambar-gambar itu adalah keserupaan dari orang-orang yang sudah mati, yang dianggap kudus. Ini sama saja dengan menyembah berhala. Maka mereka yang melanggar Perintah kedua ini, automatis juga melanggar Perintah pertama (menyembah yang lain di luar Allah).

 

2.   Hukum keempat, Keluaran 20:8-11

8 Ingatlah hari Sabat, peliharalah kekudusannya, 9 enam hari lamanya engkau harus bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,  10 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka pada hari itu jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. 11 Sebab dalam enam hari TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya,  dan telah berhenti bekerja pada hari ketujuh. Itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.

Ini tidak dihapus tapi diganti. Sabat hari ketujuh diganti menjadi Sabat hari pertama. Hari pertama adalah hari Minggu. Dan nyaris seluruh dunia Kristen memelihara hari Minggu, bukan hari ketujuh.

 

Mari kita pelajari sedikit tentang perubahan ini.

Manusia pertama yang mengeluarkan undang-undang mengubah Hukum di atas ini adalah Kaisar Constantine dari Roma pada 7 Maret 312AD, sekitar 300 tahun atau 3 abad setelah zaman Kristus dan para rasul. Bunyi undang-undang itu (dikutip sebagian):

“On the venerable day of the Sun, let the magistrates and people residing in cities rest, and let all workshops be closed.”[Codex Justinianus lib. 3, tit. 12, 3 – History of the Christian Church vol. 3 Philip Schaff]

Terjemahannya: “Pada hari Matahari yang dihormati, hendaknya semua pejabat dan rakyat yang tinggal di kota-kota, berhenti bekerja dan semua tempat kerja ditutup.”

 

Perhatikan bagaimana Constantine menyebut hari Minggu itu “the venerable day of the Sun”= hari Matahari yang dihormati. Ini saja sudah jelas bagi kita bahwa hari Minggu itu ASLINYA dipakai untuk MENYEMBAH MATAHARI, karena itu hingga zaman ini dalam banyak bahasa, hari Minggu itu namanya SUN-day, ZON-dag, SON-tag, untuk mengingatnya sebagai hari yang didedikasikan kepada matahari. Tidak heran, karena Constantine tadinya adalah seorang penyembah matahari (penyembah berhala).

 

Jadi, hari perhentian yang dipilih oleh Tuhan, yang telah disucikan oleh Tuhan dan diberkati khusus oleh Tuhan yang adalah HARI KETUJUH, diganti oleh manusia Constantine menjadi HARI PERTAMA atau HARI MATAHARI.

Perhatikan Constantine sama sekali tidak menyebut bahwa dia memilih hari pertama (hari Minggu) itu karena Yesus bangkit pada hari Minggu!! Dia dengan jelas menyebutnya itu adalah “hari Matahari yang dihormati”. Berarti, walaupun Constantine mengaku sudah masuk Kristen, tetapi sesungguhnya dia masih menyembah matahari, dan dia membuat undang-undang agar semua orang Kristen yang berada di negara jajahan Roma, ikut menyembah “Tuhan” pada hari yang telah didedidkasikan untuk menyembah matahari!!! Apakah ini bukan pekerjaan Setan untuk menjerumuskan manusia?

 

Mengapa Tuhan mengizinkan hal ini terjadi? Apakah Tuhan setuju dengan perbuatan Constantine ini?

TIDAK!

Kita lanjutkan dulu apa yang terjadi setelah gebrakan Constantine ini.

 

Tuhan memberi waktu 24 tahun kepada gereja (yang waktu itu gereja satu-satunya adalah gereja Universal = Katolik) untuk menolak undang-undang Constantine ini dan kembali kepada Hukum TUHAN yang asli. Tetapi apa yang terjadi? Ternyata gereja Katolik tidak menolak undang-undang tersebut, dan malah Konsili Laodekia Kepausan mengesahkan pemindahan hari ibadah kepada Tuhan dari hari yang ketujuh ke hari yang pertama. Tahun 336AD gereja Katolik mengeluarkan 59 Canon Laws dan no. XXIX bunyinya (dikutip sebagian):

“Christians must not judaize by resting on the Sabbath, but mut work on that day, rather honouring the Lord’s Day, and if they can, resting then as Christians. ...” [Percival]

Terjemahan: “Orang Kristen tidak boleh mempraktekkan yudaisme dengan berhenti bekerja pada hari Sabat, tetapi harus bekerja pada hari itu, dan sebaliknya menghormati Hari Tuhan (maksudnya Hari Minggu), dan jika bisa, berhenti bekerja pada hari itu sebagai orang-orang Kristen.....”

 

Di sini hari Minggu tidak lagi disebut “hari matahari yang dihormati”, tetapi sudah disulap dengan sebutan “Hari Tuhan”. Padahal, di seluruh Alkitab tidak pernah hari yang pertama (Minggu/Ahad) itu disebut “hari Tuhan”, karena hari yang dipilih Sendiri oleh Tuhan adalah HARI YANG KETUJUH, bukan hari yang pertama.

 

Bahkan Yesus atau murid-muridNya pun tidak ada yang menyebut hari pertama itu “hari Tuhan”, tetapi tetap menyebutnya “hari yang pertama”. Periksalah sendiri di Alkitab.

“Hari Tuhan” dari saat penciptaan dunia hingga selamanya adalah HARI YANG KETUJUH.

Markus 2:27-28

27 Dan Yesus berkata kepada mereka,  ‘Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, 28 jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.’

 

Kalau Yesus adalah Tuhan (Lord) Hari Sabat, berarti hari Sabat itu kepunyaanNya, bukan? Jadi hari Sabat itu yang tepat disebut “Hari Tuhan”, karena Tuhan yang memiliki hari itu.

Yesus tidak pernah berkata bahwa

Dia adalah Tuhan atas hari Minggu!

 

Dan tuduhan gereja Katolik bahwa orang-orang yang berhenti bekerja pada hari Sabat itu mempraktekkan yudaisme (= agama orang Yahudi) adalah tidak benar, karena Sabat HARI KETUJUH itu sudah diciptakan Tuhan sejak penciptaan dunia, ketika belum ada orang Yahudi, dan yang ada hanya nenek-moyang manusia, yaitu Adam dan Hawa di taman Eden.

Kejadian 2:2-3

2 Dan pada hari ketujuh Allah telah mengakhiri pekerjaanNya yang telah dibuatNya, dan  Ia berhenti pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. 3 Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena di hari itu Ia telah berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.

 

 

Tahukah Tuhan bahwa pada suatu hari HukumNya akan diubah oleh manusia? SANGAT TAHU! Tuhan itu Mahatahu!

Dan untuk menyatakan kemahatahuanNya itu, Dia sudah menyuruh nabinya menuliskan tentang perubahan ini sekitar 900 tahun sebelum itu terjadi! Nabi yang menulis nubuatanNya itu adalah Daniel.

Kita baca di Daniel 7:23-25

7:23         Demikianlah katanya, Binatang yang keempat ialah kerajaan yang keempat yang akan ada di bumi, yang akan berbeda dari semua kerajaan, dan akan melahap habis seluruh bumi, dan akan menginjak-injaknya dan meremukkannya berkeping-keping.

7:24         Dan kesepuluh tanduk yang muncul dari kerajaan ini ialah sepuluh raja yang akan bangkit. Dan sesudah mereka akan muncul raja yang lain; dan dia akan berbeda dari yang pertama, dan dia akan menaklukkan tiga raja. 

7:25         Dan ia akan mengucapkan kata-kata besar (sombong) menentang Yang Mahatinggi, dan akan mempersekusi orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi, dan akan berniat (berpikir) untuk mengubah waktu-waktu dan hukum-hukum, dan mereka (orang-orang kudus) akan diserahkan ke dalam tangannya selama satu masa,  masa-masa (= dua masa), dan setengah masa.

 

Karena kita hanya membahas soal Hukum TUHAN yang diubah ini, kita tidak membahas hal-hal lain yang tertulis dalam nubuatan Daniel ini. Ada pembahasannya sendiri mengenai semua Nubuatan Daniel di blog ini juga. Carilah yang berjudul Nubuatan Daniel, ada beberapa pasal.



Sekarang, MENGAPA ALLAH  MENGIZINKAN HUKUMNYA DIUBAH OLEH MANUSIA?

Jawabannya sama mengapa Tuhan tidak segera membinasakan Iblis/Setan pada waktu Lucifer memberontak di Surga. Mengapa Tuhan masih mengizinkan Setan berkiprah selama ribuan tahun di dunia ini menyesatkan manusia?

Setan sudah pasti akan dibinasakan, tetapi jika Tuhan segera menumpas Lucifer begitu dia memberontak, maka Dia akan menimbulkan ketakutan di antara malaikat-malaikat yang lain, sehingga malaikat-malaikat itu tidak lagi menyembah Tuhan karena rasa cinta tetapi mereka hanya menyembah Tuhan karena rasa takut kepada Tuhan yang dianggap kejam. Karena itulah Tuhan memberikan waktu kepada Setan untuk membuktikan kejahatannya. Jika suatu tanaman baru muncul lembaganya, tidak ada yang tahu apakah itu tanaman yang baik atau buruk. Tetapi jika lembaga itu dibiarkan tumbuh menjadi besar, maka kita bisa melihat onak dan duri yang keluar darinya. Demikian pulalah suatu hari jika dosa-dosa Setan telah mentok mencapai jatahnya, Allah akan membinasakannya.

Wahyu 18:5

Sebab dosa-dosanya telah mencapai ke langit, dan Allah telah mengingat segala kejahatannya.

 

Mengapa Tuhan memberikan kesempatan kepada Setan untuk menyesatkan manusia dengan mengubah Hukum ALLAH?

Karena sebenarnya, HANYA MANUSIA YANG MAU DISESATKAN, YANG BISA DISESATKAN OLEH SETAN. Jika kita memilih untuk tidak mau disesatkan oleh Setan, jika kita memilih untuk berpihak kepada Tuhan, jika kita selalu mohon perlindungan Tuhan, maka Setan tidak bisa menyesatkan kita. Kalaupun untuk suatu waktu kita sempat tersesat karena ketidaktahuan kita, karena kelemahan daging kita, jika kita memilih untuk KEMBALI KEPADA TUHAN, Tuhan akan memampukan kita menemukan jalan kembali itu.

 

Tuhan mau manusia benar-benar mencariNya karena mencintaiNya. Tuhan mau cinta itu adalah pilihan kita sendiri, bukan sesuatu yang automatis kita jalani karena sudah tersedia jalan itu di hadapan kita. MEMILIH UNTUK PATUH KEPADA TUHAN DAN SEMUA HUKUMNYA ADALAH BUKTI CINTA KITA KEPADANYA.

Tuhan mau kita MEMILIH UNTUK PATUH PADANYA, bukan terpaksa karena tidak ada pilihan. Itu harus pilihan kita. Kalau tidak ada pilihan, dan semua itu hanya keharusan, maka kepatuhan kita tidak ada artinya. Sebagaimana Dia memberikan kebebasan kepada Adam dan Hawa untuk memilih patuh padaNya atau tidak, demikian pula kita hari ini diberi kesempatan untuk membuat pilihan kita sendiri.

 

Tuhan memang memberi Setan kesempatan untuk menyesatkan manusia, tapi Tuhan juga berulang-ulang memberi bantuan peringatan kepada kita supaya kita sadar mana yang benar dan mana yang salah. Terserah pilihan kita sendiri, mau percaya tipuan Setan, atau mau percaya Firman Tuhan.

Jika kita memilih percaya kebohongan Setan, dijamin Setan akan mengadakan segala macam mujizat untuk mendukung pilihan kita itu. Jangan menyangka Setan tidak bisa mengadakan mujizat! Yesus sendiri telah mengingatkan:

Matius 24:24

Sebab mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar untuk menyesatkan sekiranya mungkin, bahkan orang-orang pilihan.

 

Siapa kira-kira yang ada di balik para mesias palsu dan nabi palsu? Ya jelas Lucifer! Dialah penipu dan pendusta ulung.

 

Karena itu, HANYA ALKITAB-LAH PERISAI KITA. Firman Tuhan itulah yang akan menunjukkan kepada kita mana yang benar dan mana yang salah. Itulah sebabnya sangat penting mempelajari Alkitab. Baca dan pelajarilah sendiri, jangan percaya omongan orang-orang. Minta Tuhan memberi hikmat dan pengertian.

 

Tidak ada satu pun manusia yang berhak mengubah Hukum ALLAH. Jika kita patuh pada hukum manusia yang bertentangan dengan Hukum ALLAH, apakah ALLAH AKAN BERKENAN? Apakah ibadah kita itu diterima Allah? Lebih baik kita kembali kepada Hukum Allah yang asli, yang memang diberikan oleh Allah sendiri, sebelum itu diubah-ubah oleh manusia supaya jangan kita mendapat hukuman yang serupa dengan Lucifer karena telah memberontak terhadap Allah.

Ingatlah kisah Kain dan Habel, bagaimana kurban Kain ditolak oleh Tuhan karena Kain tidak melakukannya sesuai ketentuan Tuhan melainkan sesuai kehendak/pemikirannya sendiri.

 

 

 

 

 

3 Juni 13

 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar