Senin, 25 Juli 2016

170. APA ITU BAHASA ROH MENURUT ALKITAB

170.  APA ITU BAHASA ROH

MENURUT ALKITAB

__________________________________________________________

Kita semua pernah mendengar istilah “bahasa roh”, yang dalam Alkitab berbahasa Inggris disebut “speak with tongues” atau terkadang hanya “tongues” saja,  tetapi mungkin pemahaman kita tentang istilah itu tidak tepat.

 

Ada beberapa ayat di dalam Alkitab yang menyebut tentang “bahasa Roh” ini atau “speak with tongues”.

Sebelumnya mari kita lihat tulisan aslinya:

λαλούντων   [ lalountōn] = speaking -  berbicara

γλώσσαις  [glōssais] = (with) tonguesmenurut kamus Strong, kata ini terdaftar sebagai #G1100, dan memiliki arti demikian: the tongue; by implication a language (specifically one naturally unacquired): - tongue.”

Kalau diterjemahkan artinya “organ lidah, implikasi dari suatu bahasa (khususnya yang diperoleh secara alami = bahasa ibu): - lidah.”

 

Jadi sama sekali tidak ada kata “roh” dalam tulisan aslinya, begitu juga dalam terjemahan bahasa Inggrisnya.

Dalam terjemahan LAI, karena menambahkan kata “roh”, bisa memberikan kesan yang meragukan. Roh siapa?

 

Jadi “speak with tongues” itu terjemahannya sederhana yaitu, “berbicara/berkata-kata  dalam bahasa-bahasa”. Jadi ini adalah kemampuan berbicara dalam beberapa bahasa.

 

 

Kisah

10:44         Sementara Petrus sedang mengucapkan kata-kata itu, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan Firman itu.

10:45         Dan semua orang bersunat yang percaya, tercengang-cengang, seberapa banyak yang datang  bersama  Petrus, karena kepada bangsa-bangsa lain juga dicurahkan karunia Roh Kudus.

10:46         sebab mereka [= orang-orang bersunat itu] mendengar orang-orang itu [=bangsa-bangsa lain] berkata-kata dalam bahasa-bahasa [bahasa-bahasa asing] dan memuliakan Allah. Lalu Petrus menjawab,

 

Mari kita simak bacaan di atas.

Pertama sebagai informasi, Petrus pada saat itu ada di mana? Ayat 25 mengatakan dia ada di Kaisarea, Petrus dan rombongannya pergi ke rumah Cornelius, seorang panglima tentara Romawi. Itu latar belakangnya. Di sana, Petrus berkhotbah. Lalu,

Ø    Roh Kudus turun ke atas siapa?

Ke atas orang-orang yang sedang mendengarkan khotbah Petrus, benar?

 

Ø    Siapa orang-orang yang mendengarkan Petrus ini?

Ada dua kelompok, yang pertama yaitu (1) bangsa-bangsa lain, dalam bahasa Inggris mereka disebut “the Gentiles”, artinya segala bangsa lain di luar bangsa Yahudi; dan (2) kelompok yang kedua adalah orang-orang Yahudi, yang diidentifikasi sebagai orang-orang bersunat, mereka ini datang bersama Petrus. Jadi Roh Kudus turun ke atas semua yang ada di situ, baik ke atas orang-orang Yahudi maupun ke orang-orang non-Yahudi.

 

Ø    Mengapa Roh Kudus turun ke atas orang-orang non-Yahudi juga?

Apakah mereka sudah menyatakan percaya kepada Yesus, sudah menerima Yesus sebagai Juruselamat? Belum. Ini Petrus masih sedang berkhotbah. Jadi mengapa Roh Kudus turun ke atas mereka jika mereka belum menerima Yesus? Justru Roh Kudus mau membawa mereka kepada pertobatan.

 

Ø    Petrus itu orang mana? Orang Galilea. Nelayan.

Apa Petrus pernah belajar bahasa asing bangsa-bangsa yang lain? Belum tentu Petrus pernah bersekolah, atau sekolah pun hanya minimal sekali karena Petrus hanya nelayan. Lalu, di sini Petrus berkhotbah dalam bahasa apa? Bisakah Petrus berkhotbah dalam bahasa bangsa-bangsa lain? Sangat diragukan. Maka jika Petrus berkhotbah dalam bahasa Galilea, bagaimana bangsa-bangsa lain itu bisa mengerti? Nah, untuk itulah ROH KUDUS BEKERJA, MEMBERIKAN KARUNIA KEPADA BANGSA-BANGSA ASING ITU UNTUK MEMAHAMI KHOTBAH PETRUS! Karunia inilah namanya karunia bahasa. Walaupun Petrus berbicara dalam bahasanya sendiri (bahasa Galilea), orang-orang non-Yahudi itu tetap bisa menangkap dalam bahasa mereka masing-masing. Supaya mereka bisa mengerti. Supaya mereka bisa bertobat.

 

Ø    Sebaliknya, coba lihat orang-orang Yahudi yang datang bersama Petrus ke Kaisarea,

mereka ini orang-orang Yahudi tapi ternyata bisa mengerti ketika bangsa-bangsa non-Yahudi itu berbicara dan memuliakan Allah. Artinya, bangsa-bangsa non-Yahudi itu berbicara dan memuliakan Allah dalam bahasa mereka sendiri, tetapi orang-orang Yahudi bisa mengerti karena mereka mendengarnya dalam bahasa mereka sendiri, karena Roh Kudus juga menurunkan karunia bahasa kepada mereka.

 

Jadi itulah yang namanya karunia bahasa. Roh Kudus yang mengaruniakan kemampuan mengerti dan berbicara bahasa-bahasa lain demi memudahkan dan mempercepat penyebaran Injil. Jika harus menunggu Petrus dan murid-murid lain yang rata-rata adalah rakyat jelata untuk sekolah bahasa asing dulu, Injil tidak bisa disampaikan dengan cepat ke bangsa-bangsa lain. Jadi, yang dimaksud di sini adalah karunia bahasa (yang salah disebutkan dengan istilah “bahasa roh” oleh banyak orang Kristen), ini adalah bahasa-bahasa manusia yang memang ada. Bukan ngomong wala-wala-wala yang tidak bisa dimengerti siapa pun.

 

Apa ini karanganku sendiri? Bukan, teman-teman, ini adalah apa yang tertulis di Alkitab. Mari kita lihat di Kisah pasal 2, yang menceritakan tentang apa yang terjadi di Yerusalem setelah rasul-rasul mendapat curahan Roh Kudus pada hari Pentakosta.

 

Kisah

2:5           Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi, orang-orang saleh, dari segala bangsa di bawah kolong langit.

2:6           Ketika berita ini tersiar keluar Yerusalem, berkerumunlah orang banyak dan menjadi bingung, karena setiap orang mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasanya sendiri.

2:7           Dan mereka semua tercengang-cengang dan heran,  berkata satu sama lain,Lihat, bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea?’

2:8           Dan mana mungkin kita mendengar setiap orang dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa kelahiran kita?

2:9           Orang Partia, dan Media, dan Elam, dan penduduk Mesopotamia, dan di Yudea, dan Kapadokia di Pontus, dan Asia,

2:10         Frigia dan Pamfilia, di Mesir dan di daerah-daerah Libia dekat dengan Kirene, dan pendatang-pendatang dari Roma, orang-orang Yahudi, dan bangsa lain yang menjadi penganut agama Yahudi,

2:11         Kreta dan orang-orang Arab, kita betul-betul mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita, tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah

 

Itulah yang dimaksud dengan karunia bahasa. Roh Kudus memampukan orang-orang yang tidak mengerti bahasa yang mereka dengar, menjadi mengerti.

Kalau sekarang ada alat translator langsung dalam rapat-rapat multi bangsa, sehingga delegasi-delegasi negara apa pun bisa mendengar apa yang dikatakan dalam bahasa mereka sendiri. Dulu belum ada alat translator ini, maka Roh Kudus yang memberi kemampuan itu kepada manusia karena Roh Kudus-lah yang bertugas membawa manusia kepada pertobatan.

Seandainya tidak begitu, bagaimana murid-murid Tuhan bisa menyebarkan Injil ke seluruh bumi? Andai mereka harus belajar bahasa-bahasa asing dulu, maka kapan majunya pekabaran Injilnya?

 

Jadi, karunia bahasa ini membuat manusia bisa mengerti atau tidak bisa mengerti? Ya jelas tujuannya membuat manusia yang sebetulnya tidak mengerti, menjadi bisa mengerti dengan bantuan Roh Kudus supaya manusia bisa bertobat dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Jadi, karunia bahasa ini bukan berbicara dalam bahasa yang aneh-aneh, yang bukan bahasa manusia yang tidak bisa dimengerti manusia dari negara mana pun. Alkitab sendiri yang berkata demikian!

 

Kisah

19:5         Ketika mereka mendengar itu, mereka dibaptiskan dalam nama Tuhan Yesus.

19:6         Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mereka berkata-kata dalam bahasa-bahasa dan bernubuat.

 

Kasus di atas ini terjadi di mana? Di Efesus. Jauh sekali dari Yerusalem. Efesus dulu terkenal sebagai gerbang masuk ke Asia, dan di zaman itu merupakan kota perdagangan yang ramai, yang dikunjungi segala macam bangsa. Jadi perlu karunia bahasa, bukan? Perlu, supaya ketika mereka bernubuat, mereka bisa saling mengerti satu sama lain.

 

1 Korintus

12:28       Dan Allah telah menetapkan di antaranya dalam Jemaat: pertama rasul-rasul, kedua nabi-nabi, ketiga pengajar-pengajar. Setelah itu mujizat-mujizat, lalu karunia menyembuhkan, melayani, mengatur, berbagai macam bahasa.

12:29       Apakah semua rasul? Apakah semua nabi, apakah semua pengajar? Apakah semua pembuat mujizat?

12:30       Apakah semua memiliki karunia menyembuhkan? Apakah semua berbicara dalam bahasa? Apakah semua menerjemahkan?

 

Ini adalah jabatan-jabatan yang ditetapkan Tuhan agar ada di dalam jemaat, semuanya  bekerjasama untuk kebaikan jemaat dan pekabaran Injil supaya nama Allah yang dimuliakan.

Karunia bahasa merupakan salah satu karunia yang perlu ada di dalam jemaat Korintus saat itu, karena Korintus juga salah satu kota pelabuhan di daerah Yunani yang sangat ramai, sekitar 50 mil dari Athena, suatu kota yang banyak memiliki pemujaan dewa-dewa. Pelaut dan pedagang dari pelbagai bangsa turun di sana dan mereka merupakan jiwa-jiwa yang ditarget oleh pekabaran Paulus.  Orang-orang ini tentunya tidak tinggal lama di sana, karena itu mereka perlu secepat mungkin mengerti tentang Injil, supaya bila mereka kembali ke negara masing-masing, mereka juga membawa pekabaran Injil yang telah mereka terima kepada saudara-saudara mereka di negara mereka sendiri.

 

1 Korintus 13:8

Kasih tidak pernah kadaluwarsa; tetapi nubuatan-nubuatan, mereka akan kadaluwarsa;  bahasa-bahasa akan kadaluwarsa; pengetahuan akan lenyap.

 

Apa maksud ayat ini? Banyak orang Kristen memakai ayat ini sebagai alasan untuk tidak mempelajari nubuatan, karena di ayat ini ditulis, “nubuatan-nubuatan akan berakhir” (terjm. LAI).

Kata yang diterjemahkan “berakhir” oleh LAI, aslinya adalah καταργέω [katargeō]   yang artinya “tidak bisa dipakai”, “tidak berguna lagi”, “dihapus”, “kadaluwarsa”.  Maka dalam konteks ini “kadaluwarsa” adalah terjemahan yang lebih tepat.

Apa artinya nubuatan sudah kadaluwarsa, atau tidak bisa dipakai lagi? Kapan nubuatan itu kadaluwarsa? Bila sudah digenapi, bukan? Nubuatan itu diberikan supaya kita tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Tetapi bila nubuatan itu sudah digenapi, apa masih ada gunanya lagi? Tentu tidak, karena sudah lewat. Sudah kadaluwarsa.

Sekarang masih ada nubuatan-nubuatan yang tetap perlu  kita ketahui dan pelajari  karena masih ada nubuatan yang belum digenapi, dan nubuatan-nubuatan yang sudah digenapi itu banyak yang menjadi simbol/tipe dari nubuatan-nubuatan yang masih belum digenapi. Tetapi nanti, bila nubuatan yang terakhir sudah digenapi, bila Kristus sudah datang kembali menjemput umatNya, maka semua nubuatan di Alkitab sudah kadaluwarsa.

 

Begitu juga karunia bahasa. Di tempat-tempat yang sudah tidak memerlukan lagi, akankah Tuhan masih memberikan karunia bahasa? TIDAK. Sekarang ini Alkitab sudah diterjemahkan dalam nyaris semua bahasa dan dialek di dunia, juga orang bisa mencari terjemahan dari internet dan pelbagai aplikasi. Hanya mereka yang masih tinggal di tempat-tempat pedalaman yang terpencil yang masih membutuhkan karunia bahasa ini. Dan di sana karunia itu masih tetap diberikan Tuhan bila diperlukann. Para pengabar Injil yang masuk ke tempat-tempat yang tidak mereka kenal bahasanya, ternyata bisa memberikan khotbah dan pelajaran-pelajaran kepada penduduk di sana yang menangkap semuanya itu melalui karunia bahasa.

 

1 Korintus

14:21       Dalam Hukum Taurat ada tertulis: ‘Melalui orang-orang yang mempunyai bahasa lain dan melalui mulut orang-orang asing Aku akan berbicara kepada bangsa ini, namun demikian itu pun mereka tidak akan mendengarkan Aku,’ firman Tuhan.

14:22       Karena itu karunia bahasa-bahasa adalah untuk tanda, bukan bagi orang yang beriman, tetapi bagi orang yang tidak beriman; sedangkan  karunia nubuat bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman.

14:23       Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan semua berkata-kata dalam bahasa-bahasa, lalu masuklah orang-orang yang tidak pernah belajar, atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila?

14:24       Tetapi kalau semua bernubuat, lalu masuk seorang yang tidak beriman atau orang yang belum pernah mendapatkan pelajaran, ia akan diyakinkan oleh semua dan dihakimi oleh semua;

14:25       dengan demikian, segala rahasia yang terkandung di dalam hatinya akan dinyatakan, sehingga ia akan sujud menyembah Allah dan mengatakan bahwa sungguh Allah ada di dalam kamu.

14:39       Karena itu, saudara-saudaraku, dambakanlah nubuat dan janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa-bahasa.

14:40       Biarlah segala sesuatu dilakukan dengan sopan dan teratur.

 

 

Perhatikan ayat 22. Ini ayat yang penting.

Kita lihat bagian pertamanya dulu “…karunia bahasa-bahasa adalah untuk tanda, bukan bagi orang yang beriman, tetapi bagi orang yang tidak beriman…”

Apa maksudnya? Maksudnya, karunia bisa berbahasa lain itu diberikan sebagai suatu tanda mujizat. Siapa yang bisa membuat orang mengerti bahasa bangsa lain dalam bahasanya sendiri tanpa lebih dulu pernah mempelajarinya? Hanya Tuhan, bukan? Jadi karunia bahasa-bahasa itu adalah suatu tanda mujizat.

Lanjut,  “…bukan bagi orang yang beriman, tetapi bagi orang yang tidak beriman…” apa maksudnya? Dari apa yang sudah kita pelajari di atas tentunya kita sudah paham ini. Mujizat karunia bahasa-bahasa itu diberikan kepada orang-orang yang belum beriman supaya mereka bisa mendengar pekabaran Allah, supaya mereka mengerti pekabaran Allah dan mereka mau menjadi orang-orang beriman. Mereka perlu memahami Injil secepatnya karena mereka tidak lama berada di Korintus, karena itu kepada mereka diberikan karunia berbahasa lain-lain, selain sebagai tanda mujizat dari Allah juga supaya mereka bisa mengerti apa yang dikatakan para rasul, mereka bisa percaya dan menjadi orang beriman, dan mereka bisa membawa pekabaran yang sama pulang ke tempat asal mereka dan menyampaikannya kepada saudara-saudara mereka di rumah.

 

Bagian keduanya, lebih menarik lagi:  “… karunia nubuat bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman” Apa maksudnya?

Yang dimaksud dengan “orang beriman” di sini adalah orang yang sudah percaya dalam Yesus. Maka mereka tidak lagi membutuhkan karunia bahasa sebagai tanda mujizat, karena mereka sudah percaya. Tanda mujizat tadinya diberikan supaya orang percaya. Nah, sekarang bagi orang yang sudah percaya, dia butuh sesuatu yang lain, apa dibutuhkannya? Karunia nubuat. Supaya dia bisa memahami nubuat dan supaya dia juga bisa bernubuat, supaya dia tahu apa yang ada di masa depan yang berkaitan dengan pekabaran Injil dan rencana Tuhan atas dunia ini.

Jadi apakah kita yang sudah percaya ini perlu memahami nubuat? Perlu. Ellen G. White telah dipakai oleh Tuhan untuk menyampaikan banyak sekali kebenaran masa kini kepada umat Tuhan. Semua itu harus kita pelajari dan kita pahami, sehingga kita tahu apa yang ada di depan kita, bahaya-bahaya yang mengancam keselamatan kita, jerat-jerat yang ditebarkan Setan untuk menyesatkan kita, dan cara-cara yang diberikan Tuhan supaya kita jangan sampai tertipu jebakan Setan, supaya kita boleh selamat hingga Maranatha.

 

Teman-teman, kita perlu paham tentang nubuat, karena seperti yang dikatakan di ayat 24-25, orang-orang yang belum percaya, bila dia mendengar penjelasan tentang nubuat yang kita sampaikan, dia akan kagum, dan dia akan sujud kepada Allah dan mengakui bahwa memang Allah ada dalam kita, karena hanya Allah saja yang bisa memberikan penjelasan nubuat itu.

 

Ayat 39 kita disuruh mendambakan nubuat. Jangan anggap sepele nubuat yang sudah diberikan kepada kita. Itu sangat berharga. Denominasi yang lain tidak memilikinya. Kita memilikinya, jadi harus kita nikmati, harus kita pelajari, harus kita ketahui, supaya bisa kita pakai untuk membawa orang lain kepada pertobatan.

 

Sekarang,  mari kita lihat 1 Korintus 14:1-19, ini pembahasan yang panjang:

1 Korintus

14:1         Kejarlah kasih itu dan dambakan karunia-karunia Roh, namun lebih baik jika kamu boleh bernubuat.

Jadi mulai ayat 1, sudah dikatakan bahwa karunia Roh yang paling baik adalah karunia nubuat.

Sekarang disebutkan alasannya mengapa:

 

 

14:2         Karena siapa yang berkata-kata dalam bahasa yang tidak dikenal, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah, karena tidak ada seorang pun yang mengerti dia; tetapi dalam roh ia berbicara yang rahasia.

Nah, di ayat ini kita mendapat informasi yang jelas, bahwa yang dibicarakan di perikop ini adalah tentang bahasa yang tidak dikenal.” Sama tidak dengan ayat-ayat yang kita bahas sebelumnya? TIDAK SAMA!

Di ayat-ayat sebelumnya yang dibicarakan apa? Berbicara dalam bahasanya sendiri tetapi bisa dipahami bangsa lain dalam bahasa mereka masing-masing. Berarti itu bahasa yang dikenal, bahasa yang memang ada di dunia ini, kan?

Sedangkan di perikop ini, dijelaskan di ayat 2 dan 4, bahwa ini adalah bahasa yang TIDAK DIKENAL, artinya bahasa yang tidak ada di dunia ini.

Jadi walaupun sama-sama berbicara tentang bahasa, tetapi bukan bahasa yang sama. Yang pertama tadi adalah bahasa yang bisa dimengerti manusia, bahasa bangsa-bangsa lain, bahasa yang dikenal di dunia ini.

Yang sekarang berbicara tentang bahasa yang tidak dikenal di dunia ini, yang tidak dimengerti manusia.

 

 

14:3         Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, untuk meningkatkan kerohanian, memberikan dorongan dan penghiburan.

Nah, ditekankan lagi tentang pentingnya nubuat untuk meningkatkan kerohanian, memberikan dorongan dan penghiburan kepada jemaat.

 

 

14:4         Siapa yang berkata-kata dalam bahasa yang tidak dikenal, ia meningkatkan kerohanian dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia meningkatkan kerohaian Jemaat.

Ditekankan lagi bahasa yang tidak dikenal manusia, itu tidak bermanfaat bagi jemaat.

 

 

14:5         Adalah baik kamu semua berkata-kata dengan bahasa, tetapi lebih baik lagi kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga daripada orang yang berkata-kata dengan bahasa, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat ditingkatkan kerohaniannya.

Bukankah ini sangat jelas? Jika kita berbicara dalam bahasa yang tidak dikenal, itu tidak ada manfaatnya buat jemaat, karena tidak ada yang mengerti.  Kecuali itu diterjemahkan.

 

 

14:6         Nah, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa (yang tidak dikenal), manfaat apa yang aku berikan padamu, terkecuali jika aku berbicara kepadamu tentang penyataan Allah, atau pengetahuan, atau nubuat atau doktrin?

Paulus berkata, jika dia berbicara dengan bahasa yang tidak dikenal, apa manfaatnya itu bagi jemaat? Baru bermanfaat jika dia berbicara tentang pernyataan Allah, pengetahuan, nubuat atau doktrin dengan bahasa yang bisa dimengerti jemaat, bukan?

Lalu dia memberikan ilustrasi: 

 

 

14:7         Sama halnya dengan benda-benda mati yang berbunyi, apakah itu seruling atau kecapi, terkecuali jika mereka mengeluarkan bunyi yang bisa dibedakan, bagaimanakah orang dapat mengetahui apakah yang dimainkan itu seruling atau kecapi?

14:8         Karena jika nafiri mengeluarkan bunyi yang tidak jelas, siapakah yang akan menyiapkan diri untuk berperang?

14:9         Demikianlah juga kamu, terkecuali jika kamu mengucapkan kata-kata dengan bahasa yang mudah dimengerti, bagaimanakah orang dapat mengerti apa yang dikatakan? Karena kamu berbicara kepada angin.

Sampai di sini, apakah sepertinya Paulus mendukung praktek berbicara dalam bahasa yang tidak dikenal manusia? Tidak. Perhatikan kata-kata Paulus, dia mengatakan bahwa berbicara dalam bahasa yang tidak dikenal itu:

Ø  Hanya meningkatkan kerohanian diri sendiri (egois)

Ø  Tidak meningkatkan kerohanian jemaat

Ø  Tidak bermanfaat bagi jemaat

Ø  Seperti berbicara kepada angin (sia-sia)

 

 

14:10       Ada entah begitu banyak macam bunyi di dunia, dan tak satu pun di antaranya yang  tanpa arti.

14:11       Oleh karena itu, jika aku tidak mengetahui arti bunyi itu, aku menjadi orang asing bagi dia yang berbicara, dan dia yang berbicara juga menjadi orang asing bagiku.

14:12       Demikian pula dengan kamu, karena kamu antusias dengan karunia roh, berusahalah agar kamu unggul dalam hal meningkatkan kerohanian Jemaat.

14:13       Karena itu hendaknya siapa yang berkata-kata dalam bahasa yang tidak dikenal, berdoa, supaya dia boleh menafsirkannya.

14:14       Sebab jika aku berdoa dalam bahasa yang tidak dikenal, rohku yang berdoa, tetapi akal budiku kosong.

14:15.      Jadi bagaimana? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dengan rohku, dan aku akan menyanyi juga dengan akal budiku.

14:16       Supaya jangan saat engkau memberkati dengan roh, bagaimanakah orang yang ada di ruang mereka yang belum mengerti dapat mengatakan "amin" atas pengucapan syukurmu, karena ia tidak tahu apa yang engkau katakan?

14:17       Sebab sekali pun pengucapan syukurmu itu baik, tetapi orang lain tidak ditingkatkan kerohaniannya.

14:18       Aku mengucap syukur kepada Allah, aku berkata-kata dengan bahasa lebih daripada kamu semua.

14:19       Tetapi dalam Jemaat aku lebih baik mengucapkan lima kata dengan akal budiku, agar suaraku dapat mengajar orang lain juga, daripada sepuluh ribu kata dalam bahasa yang tidak dikenal.

 

Jadi apakah Paulus mendorong kita untuk berbicara dalam bahasa yang tidak dikenal manusia? Tidak. Bahkan Paulus berkata, jika sampai itu terjadi, hendaknya yang berbicara dalam bahasa yang tidak dikenal manusia itu berdoa, supaya dia boleh menafsirkannya. Karena jika tidak ada yang mengerti, itu sama sekali tidak ada manfaatnya buat jemaat, tidak meningkatkan kerohanian jemaat.

 

Apa yang dilakukan Paulus?

Kalaupun sampai dia berdoa atau menyanyi dalam bahasa yang tidak dikenal manusia, itu adalah komunikasi pribadinya kepada Allah, karena hanya Allah yang mengerti, itu sifatnya rahasia. Jadi bukan saat bersama jemaat atau orang lain.

Bahkan Paulus berkata, lebih baik dia mengucapkan lima kata yang bisa dimengerti jemaat daripada sepuluh ribu kata dalam bahasa yang tidak dikenal.

 

Jadi, teman-teman MAHK, kita tidak perlu bingung karena tidak ada di gereja kita yang tiba-tiba mengoceh dalam bahasa yang tidak dikenal manusia. Mengapa tidak ada? Karena  itu tidak bisa meningkatkan kerohanian jemaat, jadi untuk apa Tuhan memberikan sesuatu yang sia-sia?

Sebaliknya kita bersyukur memiliki Roh Nubuat, itu yang harus kita pentingkan, jangan kita sia-siakan, itu yang harus kita hargai, harus kita pelajari karena itulah pernyataan-pernyataan dan nasihat-nasihat dari Tuhan kepada jemaat akhir zaman ini. Lihat di ayat-ayat yang kita pelajari hari ini, berulang-ulang penekanan diberikan pada karunia nubuat, bukan pada praktek bicara dalam bahasa yang tidak dikenal manusia yang tidak ada manfaatnya.

Inilah ajaran Firman Tuhan.

 

 

 

 

26 07 16

 

 




Rabu, 06 Juli 2016

169. HARUSKAH KITA HIDUP SALEH?

169.  HARUSKAH KITA

HIDUP SALEH?

__________________________________________________________

Haruskah?

Memangnya ada orang yang saleh? Di zaman ini? Yaaaa, kalau bicara nabi-nabi dan rasul-rasul okelah, tapi kita? Apa mungkin kita bisa saleh? Apa itu tidak ge-er? Kalau ada yang bilang dia orang saleh, sudah pasti itu menipu. Tidak mungkin ada manusia yang bisa saleh sekarang. Alkitab itu ditulis ribuan tahun yang lalu, kitab Wahyu yang terakhir saja ditulis sekitar tahun 100 Masehi, berarti hampir 2000 tahun yang lalu. Kondisi dunia sudah berubah.

Kondisi dunia sudah berubah tapi sebenarnya tidak sebanyak yang kita sangka.

Inilah yang selalu dikatakan orang Kristen mayoritas.

 

Coba, apa bedanya manusia purba dengan kita sekarang? Mereka bodoh dan kita canggih? Sama sekali tidak. Manusia-manusia purba itu canggih-canggih, tidak kalah dengan teknologi modern kita.

·       Nuh dengan tiga orang anaknya tanpa peralatan berat, tanpa peralatan modern, bisa membangun bahtera

yang ukurannya tidak bisa kita bayangkan besarnya, karena bisa muat semua binatang yang ada pada masa itu, yang halal 7 pasang, yang haram 1 pasang. Belum lagi binatang purba itu besar-besar ukurannya. Itu belum semuanya lho, lha makanan yang harus dibawa Nuh untuk semua binatang itu dan keluarganya? Mereka terkurung dalam bahtera itu selama 1 tahun + 10 hari (lihat Kejadian 7:11, 8:14), masa disuruh puasa tidak makan semua? Lha air minum? Kan tidak bisa minum air laut? Mau nadah air hujan dari langit? Hujannya hanya 40 hari. Lha setelah itu? Apalagi jendelanya hanya satu di atas, kalau itu dibuka, air hujan masuk semua ke dalam bahtera, malah celaka. Jadi semua makanan dan air minum, air untuk masak harus sudah tersedia di dalam bahtera.

·       Lalu jangan lupa menara Babel.

Mereka bisa membangun menara Babel yang direncanakan mencapai ke langit! Tanpa mesin derek lo.

·       Kita mengenal piramida-piramida Mesir, patung Sphinx yang besar-besar, candi Borobudur,

bagaimana caranya manusia memindahkan batu-batu besar itu dan menaikkannya ke tingkat-tingkat yang di atas? Bayangkan hebatnya teknologi zaman purba!  Bayangkan pintarnya otak mereka. Ahli matematika tidak usah pakai komputer ngitungnya, dan bangunannya tidak ambruk selama berabad-abad. Kita aja bikin jembatan baru diresmikan sudah ambrol.

 

Okelah, tapi manusia sekarang kan jahat-jahat, beda dengan orang-orang dulu. Tambah lama tambah tinggi angka kejahatan, kan? Jadi tuntutan Tuhan manusia harus saleh sekarang itu sudah tidak sesuai dengan kondisi zaman.  

Oh iya ta?

Siapa bilang manusia purba tidak jahat-jahat? Kain itu membunuh adiknya hanya gara-gara persembahan kurbannya ditolak Tuhan sedangkan persembahan adiknya diterima. Begitu jahatnya manusia (Kejadian 6:5) sampai di zaman Nuh Tuhan harus membinasakan seluruh dunia! Tuhan yang Mahatahu sudah tahu bahwa mereka tidak bakal bertobat, tidak mau diselamatkan. Maka seluruh dunia sekaligus disapu habis, hanya Nuh sekeluarga yang selamat. Sejahat-jahatnya manusia sekarang, sampai detik ini masih belum dibinasakan Tuhan sekaligus.

 

Jadi, kita tidak punya alasan untuk mengatakan bahwa tuntutan Tuhan agar umatNya hidup saleh itu tidak lagi relevan di zaman ini karena manusia sudah bertambah jahat atau karena kondisi sekarang beda dengan kondisi dulu. Tuhan tidak pernah berubah. Apa yang diminta Tuhan dari umatNya di zaman purba, di zaman nabi-nabi, di zaman apostolik, di zaman kita, sama, yaitu umat Tuhan harus meninggalkan dosa.

 

Maka muncul pertanyaan yang sering menjadi pertentangan banyak orang Kristen, dan ini dibahas juga dalam kelas Pendalaman Alkitab kami hari Sabat yang lalu:

·       Bukankah kita diselamatkan oleh kasih karunia?

Kan sudah cukup hanya dengan percaya saja bahwa Yesus adalah Juruselamat dan Tuhan? Mengapa ada tuntutan harus hidup saleh lagi?

·       atau kita diselamatkan oleh kasih karunia + UPAYA kita (menjadi saleh itu tadi) sehingga kita diharuskan hidup saleh?

 

Satu-satunya agama di dunia yang menyodorkan konsep keselamatan HANYA melalui iman kepada JURUSELAMAT adalah agama Kristen. Agama-agama yang lain semuanya mengajarkan konsep selamat melalui perbuatan/upaya manusia itu sendiri, amal ibadahnya sendiri, kebajikannya sendiri yang mendatangkan pahala, yang bisa membawa manusia ke Surga.

 

Karena itu bagi orang Kristen seharusnya TIDAK PERLU MUNCUL PERTANYAAN keselamatan itu diperoleh dari mana. Sudah benar konsepnya bahwa KESELAMATAN ITU KITA PEROLEH 100%  DARI TUHAN, KARENA KASIH KARUNIANYA. Titik.

Kristus sudah mati bagi kita sebelum kita mengenal Dia. Tidak ada usaha apa pun (baik amal maupun ibadah) dari kita yang bisa mewujudkan keselamatan kita.

Keselamatan itu SUDAH DISEDIAKAN TUHAN bagi semua manusia bahkan sebelum Adam berdosa.

Efesus 1:4

Oleh karena Dia (Allah Bapa) telah memilih kita dalam Dia (Yesus) sebelum dunia dijadikan, supaya kita harus kudus dan tanpa salah di hadapan-Nya dalam kasih.

Tuhan sudah membuat rancangan untuk menyelamatkan kita sebelum dunia dijadikan. Tuhan mahatahu, dan Tuhan tahu manusia akan butuh penyelamatan. Karena itu sebelum dunia ini dijadikan, Allah Bapa sudah pro kita, sudah memilih untuk menyelamatkan kita dalam Kristus Yesus.

 

Kurang yakin? Alkitab berkata bahwa Domba Allah itu sudah disembelih sebelum dunia dijadikan.

1 Petrus 1:18-20

18 Sebab sebagaimana kamu tahu, bahwa kamu tidak ditebus dengan benda-benda yang fana seperti perak atau emas, dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari tradisi nenek moyangmu, 19 melainkan dengan darah Kristus yang mahal,  sebagai seekor domba yang tanpa cela dan tanpa cacat. 20 yang sungguh-sungguh sudah ditentukan sebelum dunia dijadikan, namun dinyatakan pada akhir masa ini untuk kamu.

Jadi kapan Kristus disembelih sebagai domba kurban? Perjanjiannya sudah ditandatangani sebelum dunia dijadikan. Realisasinya di tahun 31AD.

 

Karena itu begitu Adam dan Hawa berbuat dosa, Tuhan langsung memberitahu tentang adanya perjanjian tersebut. Perjanjian itu sudah dibuat sebelum dunia dijadikan, jadi bukan setelah Adam berdosa baru Tuhan cepat-cepat membuat plan B.

Janji keselamatan yang pertama disampaikan Allah kepada Adam dan Hawa lewat kata-kataNya kepada ular, itu tercantum di Kejadian 3:15

Dan Aku akan menempatkan permusuhan antara engkau dan perempuan, dan antara benihmu dan Benihnya. Benihnya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan melukai tumitNya.

 

Ini adalah perjanjian antara Allah Bapa dengan Allah Anak.  Ini bukan perjanjian Tuhan dengan ular atau dengan manusia. Tetapi ini Allah Bapa berjanji akan melepaskan Allah Anak untuk menjadi penebus manusia, dan Allah Anak berjanji akan menanggung hukuman dosa manusia yang percaya padaNya.

Tuhan yang berjanji untuk menyelamatkan manusia, dan membasmi Setan.

Manusia dan Setan tidak bisa membatalkan janji ini karena mereka bukan pihak yang berjanji. Mereka hanya yang menerima akibat dari perjanjian tersebut. Manusia menerima manfaatnya (Efesus 1:4 mengatakan “Allah sudah memilih kita”, Tuhan memilih untuk membela kita, menyelamatkan kita), dan Setan yang menerima hukumannya.

 

 

APA ISI PERJANJIAN TUHAN ITU?

1.   Tuhan berjanji bahwa Dia akan menempatkan permusuhan antara manusia dengan Setan. Berarti sudah jelas Tuhan menyatakan Setan sebagai musuhNya. Status Setan tidak akan berubah.

Terjemahan LAI menulis “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan”, kata yang diterjemahkan “mengadakan” oleh LAI adalah kata שִׁית [shı̂yth] yang berarti “meletakkan”, “menempatkan”, “menyusun”, KJV menerjemahkannya I will put enmity between thee and the woman”, sehingga ayat ini lebih tepat diterjemahkan “Aku akan menempatkan permusuhan antara engkau dan perempuan...” Berarti “permusuhan” itu “sesuatu” yang ditempatkan Tuhan antara manusia dengan Setan, semacam pelindung atau perisai agar manusia tidak membaur bebas dengan Setan.  Dengan demikian Tuhan sudah menyediakan sarana untuk membantu manusia menangkal Setan. Apa bantuan yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk melindungi manusia dari jangkauan Setan? Roh Kudus!

 

2.   Tuhan berjanji akan ada Benih dari manusia yang akan meremukkan kepala Setan.

Terjemahan LAI menyebutnya “keturunan”. Jelas “Benih” ini seorang manusia karena berasal dari si perempuan (Hawa). Kalau Dia akan meremukkan kepala Setan, masih ada kemungkinan setelah itu Setan masih hidup atau tidak? Jelas tidak. Berarti “Benih” ini akan mengeliminasi Setan. Setan bakal tamat riwayatnya.

 

3.   dan dalam proses itu, Setan sempat melukai tumit Benih itu.

Berarti Benih ini juga harus menderita. Permusuhan tersebut tidak dapat diselesaikan tanpa Benih itu menderita dilukai tumitNya oleh Setan. Tetapi kalau hanya tumit saja yang luka, fatal tidak? Masih ada kemungkinan hidup tidak? Jelas tidak fatal. Menderita iya, tapi tidak mematikan.

    

Hanya membaca ayat ini tidak jelas siapa “Benih” itu. Tetapi jika kita membaca seluruh Alkitab, jelas sekali yang dimaksud dengan “Benih” di sini adalah Yesus Kristus. Dan ini sudah diketahui semua orang Kristen, tidak perlu dibahas lagi di sini.

 

Ketika Tuhan membuat janji itu, apakah karena Adam lebih dulu berkata kepada Tuhan, “Tuhan, maafkan aku, mulai sekarang aku akan menuruti semua perintahMu, tolong selamatkan aku, aku tidak mau mati.” Lalu Tuhan berkata, “Baik, kalau begitu Aku akan mengirim Benih untuk mengeliminasi Setan.”? TIDAK. Tidak ada dialog demikian.

Apakah Tuhan berunding dulu dengan Adam? Apakah Tuhan bertanya, “Adam, apa kamu mau berbuat ini-ini-ini, maka Aku akan mengirim Benih untuk mengeliminasi Setan.”? TIDAK. Tuhan tidak minta apa-apa dari Adam.

TUHAN YANG MENENTUKAN SEMUA, bahkan sebelum Adam diciptakan, sebelum Adam berbuat dosa.

Jadi, siapa yang punya inisiatif untuk menyelamatkan manusia berdosa dan mengeliminasi Setan? TUHAN.

Apa peranan manusia dalam hal ini? NOL. Tidak ada. Adam dan Hawa sedang gemetaran, ketakutan. Tidak kontribusi apa-apa. Tidak punya andil apa-apa.

 

 

Jadi, KESELAMATAN ITU DATANG DARI MANA? 100% DARI TUHAN.

Karena apa? Karena KASIH KARUNIA TUHAN.

Yohanes 3:16 mencatat:

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,

sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal itu

supaya setiap orang yang percaya  dalam Dia tidak binasa,

melainkan beroleh hidup yang kekal.

Sampai di sini tentu semua orang Kristen setuju.

 

 

NAH, SEKARANG KITA DATANG KE TEMA KONTROVERSI KITA.

Jika kita diselamatkan oleh kasih karunia Tuhan, lalu mengapa di Alkitab ada banyak ayat yang mengatakan kita harus begini, harus begitu, tidak boleh begini, tidak boleh begitu? Banyak peraturan Tuhan yang harus kita patuhi.

Jika kita sudah diselamatkan bukan karena perbuatan kita, mengapa setelah itu kita masih punya kewajiban berbuat macam-macam? Kita kan sudah diselamatkan! Berarti apa pun perbuatan kita, itu tidak mempengaruhi keselamatan kita, bukan? Kita toh tidak diselamatkan karena perbuatan kita? Di sinilah telah terjadi salah pengertian.

 

Orang paling benci dengan kewajiban. Kalau bicara hak, semua orang memperjuangkan untuk mendapatkan haknya, jangan sampai haknya tidak diperoleh. Tapi kalau bicara kewajiban, banyak orang alergi. Kalau bisa itu tidak usah disinggung saja.

Dan sifat tidak menyukai kewajiban inilah yang membuat banyak orang Kristen memilih konsep “SEKALI SELAMAT SELAMANYA SELAMAT”, maksudnya memilih konsep bahwa perbuatan kita tidak mempengaruhi keselamatan kita. Penebusan Tuhan Yesus telah membebaskan kita dari segalanya. Perbuatan kita tidak akan menghapus keselamatan kita karena keselamatan itu tadinya tidak diberikan berdasarkan perbuatan kita. Ini konsep favorit orang Kristen. Dan bagi sebagian besar masyarakat Kristen, ini harga mati. Gereja-gereja yang mengajarkan konsep “sekali selamat selamanya selamat” itu sangat populer dan memiliki jumlah jemaat yang besar. “Bersukacitalah, karena sudah diselamatkan, Surga itu kepastian. Semua orang yang sudah mengakui Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan, sudah pasti selamat, otomatis masuk Surga.” Itu motto mereka.

INILAH PENIPUAN TERBESAR SETAN UNTUK MENYESATKAN ORANG KRISTEN.

Tidak ada konsep “sekali selamat selamanya selamat” itu di Alkitab.

Bagi orang-orang Kristen ini ayat-ayat tentang penghakiman tiba-tiba lenyap dari Alkitab mereka atau dari ingatan mereka.

 

Mari kita lihat beberapa ayat di Alkitab, apakah orang Kristen itu perbuatannya akan dihakimi atau tidak oleh Tuhan:

 

1 Petrus 4:17-18

17 Karena telah tiba saatnya penghakiman harus dimulai, di rumah Allah; dan jika penghakiman itu dimulai dari kita, bagaimanakah akhirnya mereka yang tidak mematuhi Injil Allah? 18 Dan jika orang benar nyaris tidak terselamatkan, di manakah orang fasik dan orang berdosa akan muncul?

 

Sangat jelas ayat ini berkata apa?  PENGHAKIMAN ITU DIMULAI DARI KITA”.  Siapa  “KITA”  di sini?

Siapa yang menulis ayat ini? Petrus. Siapa Petrus? Orang atheis? Penyembah berhala? Bukan. Petrus adalah murid Yesus, orang Kristen, seorang rasul, murid Yesus angkatan pertama. Jadi bila Petrus berkata “KITA” siapa yang dimaksud olehnya? Orang atheis? Orang-orang beragama lain? Bukan! “KITA”  adalah orang-orang Kristen yang sama dengan Petrus, orang-orang yang mengaku Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat! 

Jadi apakah orang-orang Kristen MASIH PERLU DIHAKIMI? Jelas ayat ini berkata, justru penghakiman itu dimulai dari orang-orang Kristen

 

 

Wahyu 20:12-13

12 Dan aku melihat orang-orang mati, kecil dan besar, berdiri di hadapan Allah, dan kitab-kitab dibuka. Dan sebuah kitab lain dibuka juga, yaitu Kitab Kehidupan. Dan orang-orang mati  dihakimi dari hal-hal yang tertulis  di dalam kitab-kitab itu, menurut perbuatan-perbuatan mereka. 13 Dan laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kubur menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalam mereka, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatan-perbuatan mereka.

Sekarang, bagaimana kita dihakimi? Apa kita yang dihakimi?

Apakah hanya posisi kita sudah atau belum menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan kita, begitu?

Ayat ini jelas sekali mengatakan,  mereka dihakimi masing-masing menurut PERBUATANNYA. Perbuatan kita yang dihakimi.

Jadi apakah perbuatan kita bisa menyebabkan kita gagal dibawa ke Surga?

B I S A    S E K A L I !!! Walaupun kita sudah Kristen, sudah dibaptis, sudah terdaftar sebagai anggota gereja, sudah rajin ke gereja, sudah aktif pelayanan. Tapi tetapi Tuhan akan menghakimi perbuatan kita, dan motif-motif semua perbuatan kita.

Perbuatan kita yang menentukan apakah kita lulus penghakiman dan akan dibawa ke Surga atau apakah kita akan ditinggalkan mati di dunia.

 

Jadi, bila ada yang mengatakan “sekali selamat selamanya selamat”, sadarilah, itu bukan ajaran Tuhan, itu ajaran musuh Tuhan yang sengaja menjebak manusia supaya mereka nantinya gagal selamat semua. Banyak orang Kristen menganggap karena mereka sudah Kristen berarti pasti selamat, ternyata tidak begitu ketentuan Tuhan, mereka telah tertipu. Selama ini mereka sudah tidak hidup sesuai  perintah Tuhan karena menganggap mereka sudah diselamatkan dan mereka tidak dihakimi, pada akhir zaman banyak orang Kristen baru sadar mereka sudah tertipu,  bahwa mereka gagal dibawa ke Surga bukan karena mereka membunuh atau berzinah, tetapi karena mereka sudah salah makan, salah minum, salah beribadah, mereka sudah melanggar Hukum Tuhan dengan ketidakpedulian mereka terhadap semua ketentuan yang ada di Firman Tuhan. Mereka menganggap mereka boleh hidup sesuka hati mereka asalkan mereka tidak berbuat kejahatan, mereka tidak usah menaati Hukum Tuhan, tidak usah menuruti Firman Tuhan. Pada saat itu sudah terlambat untuk mau mematuhi perintah Tuhan. Pintu rahmat Allah sudah ditutup.  

 

 

Tuhan sudah terus-menerus mengingatkan, bahwa kepatuhan kepada perintah-perintah Tuhan itu adalah suatu keharusan bagi umat Tuhan. Alkitab banyak sekali berisikan perintah Tuhan. Ketahuilah, justru orang yang sudah diselamatkan itu yang punya kewajiban tunduk kepada Tuhan.  Sebelumnya coba renungkan dulu ilustrasi ini:

Ø     Umpama kita ini domba-domba ya.

Orang Kristen kan sering dilambangkan sebagai domba. Kita ini tadinya domba-domba liar, hidup liar, tersebar di mana-mana, pemilik domba-domba itu (yaitu Setan) memberi kebebasan semua dombanya untuk hidup sesuka hati. Setan tidak punya hukum, tidak punya peraturan, ikut Setan tidak ada larangan apa pun. Bebas semaunya boleh. Mau makan apa saja boleh. Mau hidup liar terus juga boleh. Enak, kan?

Ø     Domba-domba yang dibiarkan liar sesukanya ini tentu saja tidak tahu bahwa sebenarnya mereka sedang digiring ke jurang kebinasaan.   

Ø     Seorang Gembala yang baik melihat domba-domba yang bakal binasa itu,

lalu mau menyelamatkan mereka. Dia beli semua domba itu dari pemiliknya. Dia bayar dengan harga yang sangat mahal. Dan semua domba itu pun menjadi milikNya.

Ø     Domba-domba itu tersebar di mana-mana.

Maka Gembala ini memanggil domba-domba itu untuk datang kepadaNya, supaya masuk ke kandangNya.

Ø     Tapi tidak semua domba mau datang kepada Gembala yang telah membeli mereka.

Banyak yang memilih tetap hidup bebas dan liar karena sudah terbiasa hidup demikian.

Ø     Gembala ini tidak memaksa supaya semua domba yang sudah dibelinya harus mau mengikutinya.

Hanya domba-domba yang datang kepadaNya yang dihampiriNya, yang diterimaNya.

Ø     Kepada domba-domba yang datang kepadanya, Gembala itu membungkuk mengulurkan tanganNya.

Jika domba itu diam, tidak lari, atau bahkan mendekat, maka berikutnya Gembala itu mengangkat domba ini, dipeluknya, dan dibawanya pulang. Jadi domba itu modalnya hanya mau saja diangkat Sang Gembala. Tidak punya modal lain, kan?  

Ø     Lalu sepanjang perjalanan, domba itu dibawa pulang Sang Gembala.

Domba itu tidak berbuat apa-apa, dia enak saja dalam gendongan Sang Gembala. Yang menempuh perjalanan pulang ya Gembalanya, dombanya tidak usah berjalan, dia enak dalam gendongan si Gembala, tidak ada kontribusi apa-apa.

Ø     Hingga tiba di tempat Gembala.

Jadi domba itu bisa tiba di tempat Gembala 100% adalah jasa Sang Gembala. Domba itu tidak berbuat apa-apa sama sekali

Ø     Sekarang, setiba di tempat, Gembala memasukkan domba ini ke dalam kandang.

Ø     Nah, sekarang! Setelah masuk ke dalam kandang,

domba ini tidak digendong lagi, kan? Domba itu harus mulai menjalani hidup yang baru sebagai domba yang dipelihara oleh Gembala itu. Dan sekarang domba itu haru menjalani hidup yang baru, hidup di bawah pemeliharaan Sang Gembala. Dia harus makan makanan yang ditentukan Sang Gembala, tidak boleh lagi keluyuran liar sesuka hatinya, dia hanya berkumpul dengan domba-domba lain di dalam kandang yang sama, dia harus tunduk pada semua peraturan Sang Gembala yang membawanya ke padang yang hijau dan ke air yang jernih. Hidupnya diatur oleh Gembalanya.

 

Pertanyaan: Sama tidak pola hidup si domba yang  di dalam kandang ini sekarang dengan pola hidupnya sewaktu bebas liar ada di mana-mana?

Ya jelas tidak sama. Kalau tadinya dia bisa berbuat apa saja sesukanya, tidak ada yang melarang, tapi sekarang di dalam kandang, dia harus hidup menurut peraturan Gembala. Gembala yang menyediakan makanan dan minumannya, Gembala yang merawat dia, Gembala yang melindungi dia dari serangan binatang buas, Gembala yang bertanggung jawab penuh atas hidupnya; tapi sebaliknya domba itu harus patuh kepada perintah Sang Gembala, kan? Domba itu harus tetap tinggal di dalam batasan pagar kandangnya. Kalau dulu dia bebas makan apa saja sesukanya, sekarang dia hanya bisa makan apa yang disediakan Gembala baginya. Kalau dulu dia bisa lepas sesukanya, sekarang dia hanya lepas bila Sang Gembala yang mengajaknya keluar kandang. Berarti, setelah ikut Sang Gembala, domba ini punya kewajiban tidak? Justru setelah menjadi milik Sang Gembala, domba itu punya kewajiban patuh kepada Sang Gembala! Domba itu tidak bebas lagi semaunya. Dia hidup terlindung, dipagari kandang; dia makan terjamin, apa yang disajikan Sang Gembala; dia tergantung 100% kepada Sang Gembala.

Jadi kapan domba ini memiliki kewajiban patuh kepada Gembalanya? Ketika dia SUDAH dibawa masuk ke kandang milik Gembala. Sebelum itu dia tidak punya kewajiban untuk patuh, karena Gembala itu bukan tuannya. Tapi sekarang, Gembala itu menjadi tuannya, maka domba itu harus patuh kepada tuannya.

Bisa ditangkap ilustrasi ini? Domba ini menggambarkan kita.

Jadi sebelum kita diselamatkan, tidak ada kewajiban kita patuh kepada semua perintah Tuhan. Tapi justru SETELAH KITA DISELAMATKAN, kita baru punya kewajiban patuh kepada semua perintah Tuhan. Mengapa? Karena kita sudah ditebus dengan darah Kristus, kita sudah menjadi milik Kristus, maka layak kita harus patuh kepadaNya.

Hukum-hukum Tuhan menjadi pagar kandang kita. Sebagaimana domba itu hidup di dalam kandang, begitu pula kita harus hidup di dalam pagar-pagar Hukum Tuhan.

 

Sekarang, susah tidak buat domba yang tadinya liar, yang biasa hidup sesukanya untuk berubah dan hidup menurut perintah Gembalanya? Susah, pada awalnya. Semua perubahan itu susah. Begitu juga kita. Yang tadinya hidup sesuka hati, makan sesuka hati, berbuat sesuka hati, sekarang harus belajar tunduk pada perintah Tuhan. Susah.

Tetapi, sebagaimana Gembala itu mengajar dan melatih dombaNya untuk tinggal di dalam kandang, begitu pula Tuhan memampukan kita untuk mengubah pola hidup kita. Yang penting kita mau. Pepatah berkata, “Where there is a will, there is a way”, di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Jadi modalnya adalah KEMAUAN dari pihak kita. Selanjutnya Tuhan yang berkarya di dalam kita. Bahkan, ini rahasia sebetulnya, kemauan kita itu pun aslinya berasal dari Tuhan! Jika kita membuka hati kita mengizinkan Tuhan untuk memberikan kita kemauan yang sinkron dengan kehendakNya, perubahan kita akan lebih mudah.

Seperti domba liar itu sudah mau dibawa pulang, kita juga sudah mau diselamatkan, maka langkah selanjutnya, kita perlu mau dididik dan dilatih oleh Gembala kita untuk mematuhi perintah-perintahNya. Supaya apa? Supaya kita diidentifikasi sebagai milikNya.

 

Jadi, semoga kita sekarang sudah paham, bahwa JUSTRU SETELAH KITA DISELAMATKAN, KITA WAJIB HIDUP SESUAI KEHENDAK SANG GEMBALA, KEHENDAK TUHAN.

 

 

Banyak orang Kristen yang tidak berpikir tentang pertumbuhan kerohaniannya. Bertahun-tahun menjadi orang Kristen, tapi tidak maju-maju. Tetap saja jalan di tempat. Untung-untung tidak mundur ke belakang.

Tetapi ternyata menurut Tuhan, anak-anak Tuhan itu harus bertumbuh dan berbuah, dan bukan cuma  bertumbuh asal-asalan, tetapi bahkan harus menjadi sempurna. Bukan aku yang ngomong lho, Tuhan Yesus sendiri yang ngomong. Mari kita lihat beberapa ayat.

 

Matius 5:48

Jadilah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga itu sempurna.

“sempurna” lho, bukan asal-asalan, tapi “sempurna”. Artinya, jika SEHARUSNYA kita bisa, tetapi kita TIDAK melakukannya, maka itu TIDAK SEMPURNA namanya. Kita tidak bisa menipu Tuhan.

Dulu sewaktu aku masih bekerja di kantor, ada seorang teman yang kalau ditanya bos, “Kamu bisa ngerjakan ini?” “Kamu bisa ngerjakan itu?” Selalu dijawab tidak bisa. Dia bilang kalau bilang bisa, nanti disuruh ngerjain. Biar bos nyuruh orang lain saja. Tapi kita tidak bisa menipu Tuhan yang tahu segalanya. Maksudnya kita tidak bisa pura-pura mengaku tidak bisa ini, tidak bisa itu. Tuhan tahu sampai di mana kemampuan kita. Jangan khawatir, Tuhan itu baik dan adil. Jadi, Tuhan tahu apakah kita memang belum bisa atau sebenarnya kita sudah bisa hanya tidak mau melakukannya. Kalau sebenarnya kita bisa tapi kita tidak mau melakukannya, maka kita masuk kategori “tidak sempurna” di mata Tuhan.

 

Matius 13:23

Tetapi dia yang menerima benih ke tanah yang baik, ialah orang yang mendengar firman, dan mengertinya, yang juga  berbuah, dan menghasilkan ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.

Banyak orang Kristen menganggap “berbuah” ini hanya terbatas pada mengajak orang lain masuk gereja. Itu juga, tapi itu bukan satu-satunya buah yang dikehendaki Tuhan. Lebih daripada mengajak orang lain, diri kita sendiri harus mimiliki buah Roh. Apa itu?

Galatia 5:22-23

Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, panjang sabar, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Terhadap semua ini tidak Hukumnya.

Jadi memang benar kita diberi tugas istimewa untuk menyampaikan kebenaran kepada orang lain, tetapi jangan lupa diri kita sendiri juga harus bertumbuh. Harus ada buah Roh, yang disebutkan di atas. Nah, supaya tahu, buah Roh itu sesungguhnya adalah hasil karya Roh Kudus, bukan karya kita. Tapi Roh Kudus hanya bisa berkarya di dalam kita jika kita bekerjasama dengan Dia. Kalau kita menuruti petunjukNya, kalau kita tidak melawanNya. Bagaimana kita bisa mendengar Roh Kudus? Baca Firman Tuhan yang rajin. Firman Tuhan itu ditulis di bawah inspirasi Roh Kudus, itu produk Roh Kudus.

 

1 Yohanes 2:6

Dia yang mengatakan bahwa ia tinggal di dalam Dia, ia sendiri wajib hidup sedemikian rupa, yang sama seperti Kristus telah hidup.

Ini adalah suatu syarat, ini bukan suatu opsi yang boleh diterima atau ditolak. Ini jelas adalah suatu syarat. Lihat, ada kata  WAJIB” berarti ini syarat yang tidak bisa ditawar. Wajib! Sesuatu yang wajib itu namanya persyaratan.

 

Lalu intinya, BAGAIMANA KRISTUS HIDUP ketika berada di dunia? KRISTUS HIDUP TANPA BERBUAT DOSA! Sedikit pun! Sekali pun! Dari mana kita tahu?

2 Korintus 5:21

Karena Dia (Allah Bapa) telah menjadikan Dia (Yesus) yang tidak mengenal dosa menjadi dosa demi kita, supaya kita boleh dijadikan kebenaran Allah di dalam Dia.

 

 

Jadi, Kristus itu tidak mengenal dosa, Dia tidak pernah berbuat dosa. Selama Dia hidup di dunia ini, Kristus tidak pernah berbuat dosa. Berarti, kita yang WAJIB hidup sama seperti Kristus telah hidup” juga jangan lagi “mengenal dosa”  setelah kita diselamatkan oleh Kristus. Itulah makna ayat-ayat ini.

 

Berarti sebagai orang Kristen yang telah diselamatkan, kita WAJIB apa? WAJIB hidup seperti Kristus, dengan kata lain, juga tidak boleh berbuat dosa lagi.  Dosa-dosa kita yang lama sudah diampuni ketika kita menerima Kristus sebagai Juruselamat. Setelah itu seperti domba yang dibawa pulang ke kandang Sang Gembala, kita harus belajar hidup sesuai perintah Sang Gembala, kita bukan lagi domba liar yang lepas di mana-mana yang hidup suka-suka sendiri, kita sudah menjadi domba peliharaan milik Sang Gembala. Sejak saat kita menjadi domba milik Sang Gembala, kita WAJIB HIDUP SESUAI STANDAR YANG DITENTUKAN SANG GEMBALA.

 

 

Jadi jangan beranggapan, menjadi orang Kristen itu tidak perlu berbuah. Coba apa kata Yesus tentang pohon yang tidak berbuah?

Matius 3:10

Dan sekarang juga kapak sudah diletakkan di akar pohon-pohon. Oleh karena itu, setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, harus ditebang dan dibuang ke dalam api.

Jadi urusan “berbuah” ini urusan serius, bukan hal sepele. Jika pada kita tidak ditemukan ada “buah yang baik”, artinya kita tidak mengizinkan Roh Kudus berkarya dalam diri kita,  kita ditebang dan dibuang ke dalam api! Tamatlah riwayat kita.

 

 

Sekarang pertanyaan: Mengapa pada banyak orang Kristen tidak ditemukan buah Roh?

Matius 13:22

Juga dia yang menerima benih di antara semak duri ialah dia yang mendengar firman itu, dan kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan mencekik firman itu dan dia menjadi tidak berbuah.

Yesus menjelaskan bahwa kekuatiran dunia, maksudnya kekuatiran hidup sehari-hari, dan tipu daya kekayaan telah mencekik benih-benih Firman Tuhan, sehingga benih-benih itu mati dan tidak bisa bertumbuh apalagi menghasilkan buah. Benar tidak?

Sangat benar! Kita selalu lebih mendahulukan segala kepentingan duniawi, kepentingan hari ini di atas kewajiban kita terhadap Tuhan. Tuhan itu kebagian nomor yang terakhir, kita selesaikan semua kepentingan duniawi dan kepentingan sehari-hari kita dulu. Jika masih tersisa waktu baru kita datang pada Tuhan.

Begitu juga dengan tipu daya kekayaan. Demi uang, kita sering mengorbankan prinsip-prinsip yang diajarkan Tuhan kepada kita. Demi uang, kita bahkan sering meninggalkan Tuhan sendiri.

Itulah sebabnya kita tidak menghasilkan buah. Bagaimana mau punya buah, jika bertumbuh saja kita belum? Pohon itu bisa berbuah bila dia sudah tumbuh cukup besar. Jika pohon itu tetap kecil saja, sakit-sakitan, mana bisa menghasilkan buah?

 

 

Sekarang, kita tiba pada hal yang sangat penting supaya setiap kita yang Kristen ini bisa menghasilkan buah. Ini adalah SATU-SATUNYA cara supaya kita bisa memiliki buah Roh. Tidak ada jalan lain. Tidak mungkin dengan cara lain.

 

Yohanes 15:4-6

15:4         Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat menghasilkan buah dari dirinya sendiri, kecuali ia tinggal pada pokok anggur, kamu pun tidak bisa kecuali kamu tinggal di dalam Aku.

15:5         Akulah pokok anggur dan kamulah cabang-cabangnya. Dia yang tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia menghasilkan banyak buah, sebab tanpa Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa…

15:6         Jika orang tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, dan orang-orang mengumpulkan mereka dan mencampakkan mereka ke dalam api, dan mereka dibakar.

 

Jadi, bagaimana supaya kita bisa menghasilkan buah yang baik? Kita harus tinggal di dalam Yesus, maka Yesus akan tinggal di dalam kita. Tidak ada jalan lain.

Apa artinya “tinggal di dalam Yesus”? Artinya:

Ø    Meninggalkan ego sendiri = mengosongkan diri bagi Roh Kudus

Ø    Mengizinkan Roh Kudus (yang mewakili Yesus) untuk berkarya dalam hidup kita

Ø    100% berserah kepada Tuhan.

 

Harus sadar bahwa kita “tidak dapat menghasilkan buah dari dirinya sendiri” kita hanya bisa berbuah bila kita melekat pada Yesus dan membiarkan Yesus dan Roh Kudus yang bekerja dalam diri kita.

 

Sekarang, bertumbuh itu ada tahapnya. Dan Petrus sudah mencatatkan urut-urutannya bagi kita.

2 Petrus 1:3-11

1:3           Sesuai dengan kuasa ilahi-Nya, telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berkenaan dengan hidup dan  kesalehan, melalui pengetahuan kita akan Dia, yang telah memanggil kita ke kemuliaan dan kesalehan.

Dalam satu ayat ini kita mendapatkan banyak informasi:

v   Kita telah dianugerahi apa?  

“segala sesuatu yang berkenaan dengan hidup dan  kesalehan”. Maka kita tidak punya alasan untuk berkata kita tidak bisa hidup saleh, karena kita sudah dianugerahi segala sesuatu yang berkenaan dengan hidup dan kesalehan.

v   Siapa yang mengaruniakan itu kepada kita?

Tuhan! Dikatakan di ayat itu, “kuasa Ilahi” yang mengaruniakan kepada kita.

v   Anugerah itu diberikan lewat apa?

melalui pengenalan kita akan Dia”, yaitu Kristus. Semakin akrab kita mengenal Kristus, semakin banyak informasi dan pelajaran tentang hidup dan kesalehan yang akan kita peroleh. Berarti, rajin-rajinlah mempelajari Alkitab, karena Alkitab itu berbicara tentang Kristus. Bila kita mengenal Kristus dengan baik, semakin banyak yang kita tahu tentang kehidupan Kristen yang dikehendaki Tuhan dan tentang kesalehan umat Tuhan.

v   Siapa Kristus itu?

Dia, yang telah memanggil kita ke kemuliaan dan kesalehan:.

 

1:4           Untuk inilah telah dianugerahkan kepada kita janji-janji yang yang sangat besar dan berharga, supaya melalui janji-janji itu kamu boleh mengambil bagian dari kodrat ilahi, setelah meloloskan diri dari kerusakan yang ada di dunia, oleh karena hawa nafsu.

v   “Untuk inilah” maksudnya untuk apa?

Untuk mengaruniakan segala sesuatu yang berkenaan dengan hidup dan kesalehan, iya kan? Jadi, untuk itu, apa yang dilakukan Kristus?telah dianugerahkan kepada kita janji-janji.”

v   Janji-janji apa itu?

Bahwa “kamu boleh mengambil bagian dari kodrat ilahi”, maksudnya supaya karakter kita bisa sama dengan kodrat Ilahi.

v   Kapan itu terjadinya?

“setelah meloloskan diri dari kerusakan yang ada di dunia, oleh karena hawa nafsu”. Berarti, kita harus meloloskan diri dulu dari kerusakan dunia, meninggalkan segala yang rusak di dunia. Ingat kan ayat yang mengatakan persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Karena itu barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, adalah musuh Allah.” (Yakobus 4:4)

 

1:5           Dan di samping ini, dengan segala ketekunan, tambahkanlah kepada imanmu kebajikan; dan kepada kebajikan, pengetahuan,

1:6           dan kepada pengetahuan, penguasaan diri; dan kepada penguasaan diri, kesabaran; dan kepada kesabaran, kesalehan,

Sekarang diberikan caranya, atau tahapannya bagaimana kita “boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi” (ayat 4 di atas), inilah step by step-nya:

v   Iman ~ ini merupakan langkah awal kita,

karena bisanya kita diselamatkan oleh kasih karunia Tuhan itu harus melalui iman kita, seperti kata Efesus 2:8. Jadi iman ini adalah yang pertama harus kita miliki. Tapi jangan hanya berhenti di situ. Sudah benar kita punya iman dan itu yang membuat kita menerima keselamatan yang diberikan Tuhan, tetapi setelah selamat, kita harus melanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu menambahkan:

v   Kebajikan ~ apa itu kebajikan?

Kebajikan itu sifat-sifat yang baik, sifat-sifat yang luhur, yang mulia. Jadi setelah menerima keselamatan melalui iman, sifat-sifat kita perlu berubah dari sifat-sifat yang tidak baik, yang egois, menjadi sifat-sifat yang baik, yang luhur, yang mulia. Tahap berikutnya perlu menambahkan:

v   Pengetahuan ~ pengetahuan tentang apa ini?

Tentu saja pengetahuan tentang Firman Tuhan, tentang hal-hal yang rohani, tentang kerajaan Allah, tentang semua ajaran/doktrin Tuhan, karena dengan memiliki pengetahuan kita tidak akan disesatkan oleh ajaran-ajaran yang salah, kita tahu mana yang benar, kita tahu apa kehendak Tuhan, dan kita tahu tanda-tanda akhir zaman, kita tahu urut-urutan apa yang akan terjadi menjelang kedatangan Kristus yang kedua, kita tahu bagaimana caranya kita bisa setia sampai Kristus datang. Jadi pengetahuan ini penting sekali. Jika kita tidak tahu apa-apa, kita bisa kena tipu segala nabi dan guru palsu yang akan menjamur semakin dekat kedatangan Kristus.  Berikutnya yang perlu ditambahkan adalah:

v   Penguasaan diri ~ self control, temperance ~ artinya harus punya rem dalam segala hal.

Rem itu harus disetting supaya sejalan dengan ajaran Tuhan. Patuhi Firman Tuhan. Kalau Tuhan bilang jangan, ya berhenti, jangan diteruskan. Sebaliknya kalau Tuhan bilang maju, ya jangan mogok. Memiliki rem saja tidak berguna jika kita tidak tahu kapan harus menginjak rem itu. Itulah sebabnya kita perlu pengetahuan tentang Firman Tuhan supaya kita tahu kapan harus ngerem pada waktunya. Setelah itu tambahkan:

v   Kesabaran ~ itu artinya tahan uji, kuat menanggung, sabar dalam penderitaan, kuat tidak jatuh begitu angin bertiup, kuat menanggung penderitaan.

Sebagai murid-murid Kristus sudah pasti kita ini sasaran Setan, dan semakin menjelang kedatangan Kristus yang kedua, Setan bekerja semakin keras untuk menjerat kita. Kehidupan murid-murid Kristus lebih banyak susahnya ketimbang enaknya. Setan akan berusaha menjauhkan kita dari Kristus dengan segala cara. Karena itu kita harus sabar. Dalam segala kesukaran kita harus ingat bahwa tempat kita memang bukan di dunia yang sekarang ini. Tempat kita di dunia yang baru. Kehilangan segalanya di dunia ini tidak terlalu berarti. Yang penting jangan sampai kita kehilangan hidup kekal di dunia yang baru. Dan jika kita sudah memiliki semua yang di atas, berikutnya target yang perlu kita raih adalah:

v   Kesalehan ~ apa itu kesalehan?

Artinya tidak berbuat dosa, tidak melanggar perintah Allah. Lho, jadi orang Kristen harus saleh, tidak? Ternyata ditulis di sini kalau itu termasuk salah satu tahap yang harus dicapai, supaya kita bisa tiba di pencapaian terakhir.

 

 

1:7           dan kepada kesalehan, keperdulian kepada saudara; dan kepada keperdulian kepada saudara, kasih.

Ternyata kesalehan itu masih belum tahap yang terakhir, karena masih ada dua tahap lagi, yaitu:

v   Keperdulian kepada saudara ~

kata aslinya φιλαδελφία [Philadelphia]  biasanya kata ini dipakai untuk kepedulian terhadap saudara seiman, sesama golongan. Dan bila ini sudah tercapai, maka tibalah kita pada tingkat yang tertinggi, yaitu:

v   Kasih ~ kata aslinya ἀγάπη [agapē].

Ini sudah bentuk kasih yang tertinggi, kasih tanpa pamrih, unconditional love bagi Tuhan dan bagi sesama manusia. Inilah buah Roh yang tertinggi.

 

 

1:8           Sebab apabila hal-hal ini ada padamu, dan berlimpah, mereka itu akan menjadikan kamu tidak mandul maupun tidak berbuah dalam pengetahuanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita.

1:9           Tetapi dia yang kurang dalam hal-hal ini, ia rabun, dan tidak bisa melihat jauh, dan telah lupa bahwa dia telah dibersihkan dari dosa-dosanya yang lama.

Nah, dikatakan di sini bahwa jika kita sudah memiliki semua itu dalam jumlah yang berlimpah, berarti kita sudah berbuah. Sebaliknya jika kita tidak memiliki hal-hal itu, kita ini rabun dan kita sudah lupa bahwa dosa-dosa kita yang lama sudah diampuni. Apa artinya? Artinya kita tidak sadar bahwa kita sudah diselamatkan. Dosa-dosa sudah diampuni kan berarti sudah selamat? Nah, jika kita lupa bahwa dosa-dosa kita sudah diampuni, itu sama artinya dengan kita lupa bahwa kita sudah diselamatkan. Mengapa? Karena orang yang sadar dia sudah diselamatkan, sadar bahwa dia harus berbuah, dan tidak lagi hidup seperti hidupnya yang lama, melainkan hidup sebagai ciptaan baru,  bukan diam-diam saja tidak perlu bertumbuh dan berbuah.

 

 

1:10         Karena itu, adalah lebih baik, Saudara-saudara, bertekun menjadikan panggilanmu dan terpilihnya kamu suatu kepastian; Karena jikalau kamu melakukan hal-hal ini, kamu tidak akan pernah jatuh.

1:11         Karena dengan demikianlah, jalan masuk ke Kerajaan kekal milik Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, akan disediakan bagimu dengan limpah.

v   Sekarang Petrus memberikan alasannya, “karena itu” ~ karena apa?

Karena kita sudah diselamatkan itu, karena dosa-dosa kita yang lama sudah diampuni itu, maka kita harus  “bertekun menjadikan panggilanmu dan terpilihnya kamu suatu kepastian.  Lihat, di sini kita HARUS BERBUAT sesuatu atau tidak?  HARUS!  Ada dua kata penekanan di sini: “bertekun”  dan “kepastian”. Jadi kita harus bertekun untuk memastikan panggilan kita dan terpilihnya kita.  Berarti kita ikut berkontribusi atau tidak pada kesuksesan panggilan dan terpilihnya kita? Iya! Kita sendiri ikut menentukan! Kita disuruh “bertekun”  dan “memastikan”.

Maka jelaslah dari ayat-ayat ini bahwa

ü   sebelum kita diselamatkan, itu seluruhnya karya Tuhan,

Tuhan yang bekerja, Tuhan yang berbuat, Tuhan yang menyelamatkan, kita hanya menerimanya dengan iman.

ü   Tetapi setelah kita diselamatkan,

maka kita harus “bertekun” dan “memastikan”  keselamatan kita. Kita harus bekerjasama dengan Tuhan.

 

v   Dan apa yang akan disediakan Tuhan bagi kita jika kita melakukan apa yang harus kita lakukan? 

“jalan masuk ke Kerajaan kekal milik Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.”  Bukankah itu hebat sekali?

 

Maka bila kita belum melakukan apa yang seharusnya kita lakukan, sudah waktunya kita memberikan perhatian dan pemikiran kepada kewajiban kita yang selama ini telah kita lalaikan.

 

Jadi sekali lagi, sebelum domba itu dibawa pulang ke kandang Gembala, dia tidak usah berbuat apa-apa, cukup asal dia mau saja, dia sudah digendong Sang Gembala dibawa pulang. Semuanya dilakukan oleh Sang Gembala.

Begitu juga kita. Sebelum kita diselamatkan, kita tidak usah berbuat apa-apa. Semuanya sudah dilakukan oleh Tuhan bagi kita. Kita tinggal mau menerimanya saja.

Tetapi setelah domba itu dibawa ke kandang Sang Gembala, maka domba itu harus berbuat sesuatu untuk kelangsungan hidupnya di sana. Domba itu harus menurut Gembalanya.

Begitu juga kita. Setelah kita masuk ke kandang Yesus Kristus, kita harus  “bertekun”  dan “memastikan” kita tetap ada di sana, kita harus  “bertekun”  dan “memastikan” bahwa panggilan kita dan terpilihnya kita itu tidak berakhir cuma-cuma, melainkan akan bertahan terus hingga kita tiba di  “Kerajaan kekal milik Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.”

 

Marilah kita bersama-sama “bertekun”  dan “memastikan” kita akan tiba di  “Kerajaan kekal milik Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.”

 

Amin.

 

 

06 07 16