Jumat, 19 Agustus 2022

219. APA ITU IMAN? URGEN!

 

219. APA ITU IMAN? URGEN!

________________________________________________________________________________________________________

 

Ayat tentang iman yang paling terkenal bagi dunia Kristen ialah:

 

Efesus 2:8

Karena oleh kasih karunia kamu diselamatkan melalui iman, dan itu bukan karena usaha kamu, itu adalah pemberian Allah,

 

Jadi Paulus menulis di ayat ini bahwa kita diselamatkan oleh kasih karunia pemberian Allah, bukan hasil pekerjaan kita. Ya, ini sudah dipahami semua orang Kristen.

Nah, sekarang bagian imannya: tawaran ini hanya bisa kita peroleh melalui iman! Artinya, walaupun Allah memberikan kasih karuniaNya untuk menyelamatkan kita, jika kita tidak punya iman, kita tidak bisa menerimanya. Jadi bisa-tidaknya kita menerima keselamatan dari Allah itu tergantung pada apakah kita punya iman! Jadi iman itu faktor yang penting dalam keselamatan kita.

 

Mengapa kita hanya bisa menerima tawaran keselamatan dari Allah dengan iman?

Kalau dikatakan kita diberi jeruk, kita bisa membuktikan apakah kita sudah menerimanya atau tidak, kita bisa pegang jeruk itu, ada bukti konkretnya. Tetapi karena keselamatan itu sesuatu yang abstrak, tidak ada wujudnya, tidak bisa dipegang, tidak bisa dilihat, kita tidak punya bukti apakah kita sudah menerimanya atau belum. Karena itu kita hanya bisa menerimanya dengan iman. Kita mengimani bahwa kita betul sudah menerimanya.

 

 

Nah, kita perlu tahu apa arti kata “iman” ini, terutama apa definisinya menurut Alkitab.   Alkitab mendefinisikan iman sebagai berikut:

 

Ibrani 11:1

Now faith is the substance of things hoped for, the evidence of things not seen.  (KJV)

 

Nah, iman adalah substansi (wujud) dari hal-hal yang diharapkan, alasan untuk mempercayai hal-hal yang tidak dilihat. (KJV yang diindonesiakan)

 

Alkitab terjemahan LAI menerjemahkan paro yang kedua: “bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”.

Ini tidak tepat. Bagaimana bisa disebut “bukti” jika tidak terlihat?

 

Ada perbedaan antara kata “proof” dan “evidence”.

KJV menggunakan kata “evidence” dan bukan “proof” di ayat ini.

Kalau kita cek di Google, maka dikatakan,

“Proof is a fact that demonstrates something to be real or true. Evidence is information that might lead one to believe something to be real or true. Proof is final and conclusive.”

Jadi,

Proof =         bukti bahwa sesuatu memang demikian. Sudah konklusif dan pasti, suatu fakta yang diterima. Tidak terbantahkan.

Evidence =    informasi yang membuat orang bisa meyakini sesuatu itu demikian. Belum konklusif, masih suatu kemungkinan.

 

Karena di KJV dipakai kata “evidence” maka ayat Ibrani 11:1, paro keduanya seharusnya diterjemahkan: alasan (BUKAN BUKTI)  untuk mempercayai hal-hal yang tidak dilihat seperti terjemahan di atas. Dan memang inilah yang dimaksud Paulus yang menulis kitab Ibrani.

Apakah “alasan” itu dasar yang cukup kuat bagi kita untuk mempercayai hal-hal yang tidak dilihat? Tergantung seberapa banyak alasan yang kita miliki dan seberapa kuat alasan-alasan yang kita miliki. Semakin banyak dan semakin kuat alasan yang kita miliki, maka semakin besar percaya kita pada hal-hal yang tidak terlihat.

 

Mengapa bukan kata “bukti”?

Karena kalau sudah menjadi “bukti”, itu sudah konklusif, sudah nyata, sehingga tidak diperlukan “iman” lagi untuk mempercayai kebenarannya, bukan? Di mana ada bukti, tidak dibutukan iman.

Apa yang membutuhkan iman?

Menerima sesuatu yang belum menjadi fakta, yang belum terbukti secara konkret, itu baru butuh iman.

 

 

Sekarang kita sudah tahu iman itu apa.

Jadi dibutuhkan IMAN untuk menerima:

ü  sesuatu yang belum ada wujudnya,

ü  sesuatu yang masih dalam angan-angan,

ü  sesuatu yang diharapkan,

ü  sesuatu yang diyakini ada berdasarkan janji,

ü  sesuatu yang diyakini akan terjadi berdasarkan pengalaman yang lalu.

 

Kita ke Ibrani 11:6, dan ayat-ayat yang dicantumkan di sini adalah terjemahan dari KJV bukan dari LAI. Di sini Paulus menjelaskan lebih lanjut tentang fungsi iman ini.

 

Ibrani 11:6

Tetapi tanpa iman tidak mungkin berkenan kepada Allah. Sebab dia yang datang kepada Allah, harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah adalah pemberi hadiah kepada mereka yang rajin mencari Dia.

 

Kita simak ayat ini.

“harus percaya bahwa Allah ada”

Kita belum pernah melihat Allah. Kita belum pernah memegang Allah dan membuktikan, ini loh Dia. Paling yang kita tahu hanya gambarNya, itu pun belum tentu betul gambar Allah seperti itu karena gambar-gambar itu dibuat belasan abad setelah kehadiran Yesus di dunia, satu-satunya Pribadi Allah yang pernah menampakkan DiriNya kepada manusia. Berarti di sini kita modal percaya saja bahwa Allah itu ada. Inilah “substansi/wujud” dari yang kita harapkan. Untuk meyakini ini, dibutuhkan iman.

“Allah adalah pemberi hadiah kepada mereka yang rajin mencari Dia”

Apa hadiah terbesar yang bisa diperoleh manusia dari Allah? Dipulihkan dari status orang berdosa yang menunggu eksekusi hukuman mati, menjadi anak Allah yang dikaruniai hidup kekal. Jadi kita percaya bahwa Allah akan memberi hadiah kepada mereka yang rajin mencari Dia, berdasarkan janji-janji yang ada di Alkitab, kisah tentang pengangkatan Henokh dan Yesaya, dan kebangkitan Musa, menjadi alasan kita untuk percaya bahwa kalau kita juga rajin mencari Allah, kita akan mendapat hadiah hidup kekal ini. Mempercayai janji ini perlu iman.

Berarti apa?

Untuk percaya bahwa Allah itu ada, bahwa janji-janji Allah itu akan digenapi, itu membutukan IMAN.

Tanpa iman kita tidak akan mempercayai apa pun yang tertulis di Alkitab.

 

 

Mengapa Alkitab berkata “tanpa iman tidak mungkin berkenan kepada Allah”?  Karena segala sesuatu yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah itu membutuhkan iman. Tanpa iman manusia tidak bisa menerima kehadiran Allah dalam hidupnya, bahkan tanpa iman manusia tidak bisa menerima kehadiran Allah sama sekali. Nah, kalau manusia tidak percaya ada Allah, mana mungkin ada hubungan yang baik dengan Allah? Ya jelas Allah tidak berkenan.

 

Jadi iman ini produk rohani, produk spiritual, ini bukan produk duniawi, karena dunia mengajarkan segala sesuatu harus ada buktinya baru dianggap benar. Tanpa bukti, tidak punya kekuatan apa-apa, cuma omong kosong, semua harus hitam di atas putih, ada bukti konkret baru dianggap benar. Itulah sebabnya orang duniawi tidak bisa punya iman, karena iman itu menerima apa yang dikatakan Allah, tapi yang belum terbukti sebagai kenyataan, jadi bertolak belakang dengan rumus dunia yang mengatakan semua yang tidak bisa dibuktikan itu fiktif, itu dongeng, itu tidak bisa dipercaya. Karena itu dunia mempercayai sains, menolak Firman Allah. Dunia mengatakan sains sudah terbukti, jadi bisa dipercaya.

Sayangnya dunia tidak tahu bahwa sains yang hanya berdasarkan pengetahuan manusia itu banyak salahnya, karena pengetahuan manusia itu tidak sempurna, terbatas, dan terpolusi, karena itu apa yang dianggap manusia sebagai benar sekarang, belum tentu masih bisa dianggap sebagai benar di masa depan. Jadi apa yang dianggap kebenaran oleh dunia, itu bukan kebenaran yang mutlak, itu hanya kebenaran sejauh yang mereka ketahui sampai saat itu. Sebaliknya sains yang dimengerti berdasarkan Firman Allah, itulah yang  sungguh-sungguh benar, karena Allah itu selalu benar, mutlak benar. Kebenaran Allah itu kebenaran yang mutlak. Tapi untuk meyakini bahwa Allah itu pasti benar dan kebenaranNya itu mutlak, itu membutuhkan iman. Dan mereka yang tidak punya iman sampai kapan pun tetap  menganggap Allah itu cuma dongeng.

 

Yeremia 17:5

Beginilah firman TUHAN, ‘Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatan manusia, dan yang hatinya menjauh dari TUHAN.’

 

Tentu saja untuk mempercayai ayat di Yeremia ini juga dibutuhkan iman.

 

Jadi mengapa manusia perlu punya iman?

ü   Iman membuat kita menerima bahwa:

Allah itu ada dan berkuasa atas semesta alam, bahwa manusia bukan makhluk yang tertinggi, ada Sosok yang jauh lebih tinggi di atasnya yang mengatur hidupnya, yang kepadaNya manusia harus memberikan pertanggungjawaban.

ü   Iman membuat kita menerima bahwa:

alam semesta ini diciptakan oleh Allah yang Mahakuasa, dengan tujuan, dengan niat, dengan sengaja, bukan produk kebetulan benda-benda langit yang berbenturan yang terjadi secara kebetulan tanpa rencana, tanpa tujuan.

 

ü   Iman membuat kita menerima bahwa:

Alkitab bukan karangan manusia. Alkitab adalah produk buatan Allah dan ditulis oleh bermacam-macam manusia dalam rentang waktu ribuan tahun, yang semua penulisannya di bawah tuntunan ilham Allah.

 

ü   Iman membuat kita menerima bahwa:

semua yang tertulis di Alkitab itu benar, karena semua berasal dari satu sumber, yaitu dari Allah yang selalu benar.

 

ü   Iman membuat kita menerima bahwa:

Allah itulah yang mahakuasa, mahabisa, mahatahu, maha segala. Allah ada di atas segalanya, memerintah segalanya, menguasai segalanya. Semua yang lain diciptakan olehNya, karena itu tunduk kepadaNya.

 

ü   Iman membuat kita menerima bahwa:

manusia pada mulanya diciptakan Allah dalam keserupaanNya. Manusia itu produk yang luhur, sedikit lebih rendah daripada malaikat, semua organ dan sistem tubuhnya dirancang dan dibuat berfungsi dengan presisi dan sempurna. Manusia bukan produk trial and error evolusi yang kebetulan jadi. Setelah masuknya dosa, baru manusia merosot baik dalam fisik, mental, maupun moralnya, karena terpisah dari Penciptanya.

 

ü   Iman membuat kita menerima bahwa:

dunia dan isinya diciptakan Allah dalam waktu 6 hari melalui sabdaNya.

6 malam dan 6 siang, 6 x 24 jam, semuanya diciptakan dalam urutan yang sempurna, sarana-sarananya lebih dulu, baru kehidupan dan makhluk-makhluk hidupnya. Bukan akibat big bang yang berlangsung jutaan tahun yang tidak direncanakan dan terjadi random.

 

ü   Iman membuat kita menerima bahwa:

Allah mengetahui segala yang terjadi dan mengendalikan semuanya di seluruh alam semesta. Semua yang terjadi hanya bisa terjadi jika diperkenankan Allah, berarti Allah yang pegang kendali.

 

ü   Iman membuat kita menerima bahwa:

untuk menyelamatkan manusia, Pribadi kedua Allah datang ke dunia, dilahirkan sebagai manusia untuk hidup di antara manusia, menjadi teladan bagi manusia dan untuk mati menggantikan hukuman kita sebagai pendamaian manusia.

 

ü   Iman membuat kita menerima bahwa:

Yesus Kristus sebagai manusia dilahirkan tanpa ayah, dan sebagai Allah Dia ada tanpa ibu. Di Alkitab sama sekali tidak ada istilah “ibu Allah” atau “bunda Allah” atau “ratu Surga” seperti yang dipakai oleh orang-orang yang tidak mengerti.

 

ü   Iman membuat kita menerima bahwa:

keselamatan hanya ada dalam penebusan Yesus Kristus, tidak ada jalan yang lain. Keselamatan adalah pemberian Allah, kasih karunia Allah, bukan hasil usaha manusia sendiri.

 

ü   Iman membuat kita menerima bahwa:

semua dosa kita bisa diampuni Allah, seberapa pun besarnya. Jika kita menyesal, mengakui, dan bertobat, semua dosa kita diampuni. Dan hukuman dosa kita sudah dibayarkan oleh Yesus di salib.

 

ü   Iman membuat kita menerima bahwa:

Yesus Kristus sekarang menjadi Imam Besar di Surga. Dia bertugas mempersembahkan doa-doa kita, dan menghakimi umatNya yang namanya tercantum dalam Kitab Kehidupan.

 

ü   Iman membuat kita menerima

semua janji Allah yang tertulis di Alkitab tanpa ragu-ragu. Bahwa janji-janji itu pasti akan digenapi karena Allah tidak pernah ingkar janji.

 

ü   Iman membuat kita bisa menerima:

segala yang buruk yang terjadi dalam hidup kita, dengan sabar dan berserah, bergantung seluruhnya pada Allah, percaya bahwa Allah hanya mengizinkan yang terbaik terjadi dalam hidup kita, demi menyelamatkan kita.

 

ü   Iman membuat kita menerima:

apa yang tidak kita mengerti sekarang dengan legowo, tidak bersungut-sungut, tidak komplain kepada Allah.

 

ü   Iman membuat kita

gemar mematuhi Allah dan semua HukumNya. Semua PerintahNya, semua ketetapanNya gemar kita patuhi tanpa protes. Karena Alkitab mengatakan Allah hanya punya rancangan damai sejahtera bagi kita, maka kita mengimani semua HukumNya itu diberikan demi kebaikan dan keselamatan kita.

 

ü   Iman membuat kita punya:

pengharapan akan kehidupan yang lebih indah di dunia yang baru yang kekal nanti. Hidup tidak berakhir begitu saja di dunia ini. Allah akan memperbarui dunia ini menjadikannya tempat yang kekal untuk kediaman umatNya.

 

Jadi ini bersifat sebagai checklist kita, apakah kita sudah punya iman yang demikian?

Kalau kita masih bertanya kepada Tuhan:

ü   “Mengapa Tuhan mengizinkan ini terjadi padaku?”

ü   “Ke mana Tuhan waktu aku kesusahan, kok tidak Tuhan tolong?”

ü   “Mengapa aku yang giat dalam pelayanan Tuhan hidup merana sementara orang lain yang yang tidak bertuhan hidup makmur?”

ü   “Mengapa cita-citaku gagal, mengapa tidak Tuhan kabulkan?”

ü   “Mengapa orang yang kukasihi kena penyakit yang parah?”

ü    Dan banyak pertanyaan lain yang bersifat meragukan itikad baik Allah,

 

berarti sesungguhnya kita belum punya iman walaupun kita merasa kita punya iman.

Manusia sering tertipu oleh perasaan dan hatinya sendiri, karena Alkitab pun berkata bahwa hati manusia itu menyesatkan.

 

Yeremia 17:9

Hati itu licik di atas segala sesuatu, dan sangat jahat. Siapakah yang bisa mengenalnya?

 

Ini adalah seruan untuk menyadarkan kita. Kita semua pasti pernah mengalaminya. Aku juga pernah mengalaminya. Ketika masalah datang, ketika duka mampir dalam hidup kita, ketika kegagalan menjegal kaki kita, ketika penyakit menyerang, ketika kekecewaan terjadi, ketika musibah menghantam, kita bertanya, “Tuhan, Engkau ke mana? Mengapa Engkau membiarkan itu terjadi?”

Oh, itu manusiawi, kata para psikiater. Itu sehat. Itu lumrah. Malah ada yang berkata, silakan marah kepada Tuhan.

Iya betul itu manusiawi, karena manusia pada umumnya memang tidak punya iman walaupun mengaku beragama. Tapi kalau sampai kita protes atau bertanya atau sampai marah pada Tuhan, maka sesungguhnya itu berarti kita tidak punya iman. Jadi kita perlu merenungkan ini.

 

 

Bagaimana sikap orang yang punya iman?

Contoh orang yang punya iman justru diberikan oleh tiga pemuda remaja. Tentunya sudah banyak yang mengenal kisah ini, tetapi baiklah aku kisahkan kembali supaya lengkap pembahasan ini. Silakan baca kitab Daniel.

Hananya, Misael, dan Azarya adalah anak-anak bangsawan Ibrani yang patuh kepada Allah, tetapi kemudian negeri mereka diserbu Babilon dan mereka ditangkap dan dibawa sebagai tawanan ke Babilon. Allah tidak meloloskan mereka dari penangkapan. Allah mengizinkan mereka dibawa ke Babilon, dari remaja-remaja bangsawan yang merdeka, sekarang menjadi orang-orang tawanan di Babilon. Bahkan nama mereka pun diganti untuk menghapus identitas mereka sebagai orang Ibrani dan dari keterkaitan mereka dengan Allah orang Ibrani; mereka disebut Sadrakh, Mesakh, dan Abednego yang berbau penyembahan kepada dewa Babilon. Dan suatu hari raja Babilon membuat sebuah patung dan setiap kali musik dibunyikan semua orang diharuskan sujud pada patung itu, kalau tidak, mereka akan dihukum mati dengan dilemparkan ke dalam tungku api. Kita lihat apa kata ketiga pemuda Ibrani itu.

 

Daniel 3

3:16         Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja itu, ‘O, Nebukadnezar, kami tidak perlu memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini.

3:17         Kalaupun demikian, Allah kami yang kami sembah sanggup menyelamatkan kami dari tungku perapian yang menyala, dan Ia akan menyelamatkan kami dari tanganmu, ya raja;

3:18         tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan menyembah dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."

 

Luar biasa sekali bukan sikap mereka? Ini yang namanya penyerahan total. Beriman penuh. Mereka sudah ditangkap, dijadikan tawanan, tapi iman mereka kepada Allah mereka tidak kendor. Mereka tidak marah pada Allah, mereka tidak berkata, “Karena Engkau tidak menolong kami, kita putus hubungan, kami tidak mau lagi menyembahMu!”

Tidak.

Dalam kesengsaraan mereka, mereka tetap setia kepada Allah mereka seperti sebelumnya.

Sekarang muncul masalah baru. Mereka disuruh menyembah patung Babilon atau mati dibakar. Kembali iman mereka diuji. Mereka sama sekali tidak meragukan bahwa Allah mereka cukup mahakuasa untuk meluputkan mereka dari kematian dalam tungku api itu jika Allah mau, tetapi mereka tidak menjadikan itu syarat kesetiaan mereka. Mereka tidak menodong Allah, mereka tidak berkata, “Tuhan, kalau Engkau tidak membebaskan kami, Engkau bukan Allah kami lagi.” Mereka bahkan tidak berseru, “Tuhan, tolong, kami ini umatMu! Orang-orang Babilon ini kafir. Mereka yang seharusnya mati, bukan kami! Lepaskan kami!”

Tidak.

Mereka juga tidak punya pikiran jelek tentang Allah. Mereka tidak berkata, “Ternyata Allah yang kami sembah itu kejam dan tidak mau menolong kami. Percuma kami menyembahNya.”

Tidak.

Hari itu Hananya, Misael, dan Azarya membuat bangga Allah mereka di hadapan bangsa kafir, dan di hadapan raja kafir yang bengis. Mereka membuktikan bahwa ibadah dan penyembahan mereka kepada Allah mereka tidak berdasarkan kebaikan yang diberikan Allah kepada mereka. Diberi yang baik, mereka syukuri. Diberi yang tidak baik pun, mereka syukuri dan mereka tetap setia, karena mereka punya iman bahwa semua rancangan Allah itu senantiasa baik demi keselamatan mereka. Mereka tidak mempertanyakan motivasi Allah membiarkan mereka disiksa, mereka tidak berusaha memaksa Allah menyelamatkan mereka. Mereka siap menerima apa pun yang diizinkan Allah terjadi dalam kehidupan mereka. Kalaupun Allah membiarkan mereka harus binasa dibakar dalam tungku perapian Babilon, ya jadilah demikian, tetapi mereka tetap mengakui Tuhan sebagai Allah mereka, mereka tidak akan menyembah patung Nebukadnezar.

INI BARU NAMANYA IMAN!

 

 

Aku malu setiap kali teringat kisah ini. Mereka itu anak-anak remaja, usia masih belasan. Mereka sudah mengalami penghinaan, penderitaan, kesusahan, yang jauh lebih berat daripada yang pernah aku alami seumur hidupku. Mereka dihadapkan pada pilihan antara hidup dan mati, tapi iman mereka tidak goyah, mereka memilih lebih baik mati daripada mengkhianati Allah mereka. Sama seperti kita bila musibah datang, mereka juga tidak tahu alasan Allah mengizinkan semua itu terjadi. Tapi mereka punya iman pada integritas Allah. Mereka beriman bahwa Allah tidak punya niatan jahat senang sekadar iseng menyiksa manusia. Mereka tidak mengerti tapi mereka tidak merasa perlu untuk bertanya. Dan justru karena mereka tidak mengerti tapi mereka menerimanya itulah, itulah buktinya mereka punya IMAN. 

 

Kisah mereka membuat aku menyadari bahwa ternyata aku belum punya iman, bahwa apa yang aku sangka iman dalam diriku itu ternyata bukan iman, karena kalau ada masalah aku masih sering mengeluh, aku masih bertanya “mengapa” kepada Tuhan. Aku masih ingin tahu mengapa Tuhan mengizinkan itu terjadi. Dan Tuhan tidak pernah langsung memberi tahu. Nanti kapan-kapan kalau sudah lewat, Tuhan memberi tahu mengapanya. Tetapi ketika sedang terjadi Tuhan tidak memberitahu, karena Tuhan ingin melatih anakNya untuk memiliki iman yang tanpa reserve, iman yang tanpa bertanya, iman tanpa protes. Andai aku tahu alasannya, aku tidak butuh iman untuk menerimanya. Aku bersyukur bahwa Tuhan sedang melatih imanku untuk siap menghadapi hari-hari yang pasti lebih buruk di depan.

Kalau kita mempelajari kitab Wahyu, kita tahu bahwa tidak lama lagi, Antikristus akan bekerjasama dengan Pemerintah untuk mengeluarkan undang-undang yang memaksa umat Allah menuruti kehendak mereka dengan melanggar Hukum Allah.

Jika pada saat itu kita tidak memiliki iman seperti Hananya, Misael, dan Azarya, kita akan jatuh. Kita akan tunduk pada ancaman Antikristus itu, kita akan menerima tanda Binatang (Wahyu 13) dan kita akan hilang selamanya.

Dan yang mengerikan ialah, banyak dari kita ternyata akan terbukti tidak memiliki iman. Dari mana kita tahu?

Alkitab mencatat perkataan Yesus sebelum Dia disalibkan.

Lukas 18:8

…Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?

 

Ini bicara tentang kedatangan Yesus yang kedua. Dan kalimat ini memberikan kesan sepertinya tidak bakal banyak yang punya iman ketika Yesus datang untuk kedua kalinya. Seandainya akan ada banyak yang punya iman saat itu, tentunya Yesus akan memakai kalimat berita, bukan kalimat bertanya. Yesus akan berkata, jika Anak Manusia itu datang, Ia akan mendapati iman di bumi.” Tetapi dengan mengajukan pertanyaan, itu memberikan kesan yang sebaliknya.

Mengejutkan, bukan?

Padahal menurut sensus tahun 2015 orang Kristen tercatat sebagai jumlah terbesar (31.2%) dari total penduduk dunia. Sekarang sudah 2022, tentunya jumlah penduduk dunia sudah bertambah, entah pemeluk agama Kristennya. Tetapi jumlah 2.3 billion yang tercatat di 2015 pun sudah cukup banyak. Ke mana mereka semuanya nanti?



 

Bukan hanya ini.

Ingat Yesus berkata bahwa injil akan disebarkan ke seluruh dunia dulu, baru kesudahan akan datang. Berarti sebelum Yesus datang, Injil akan selesai dikabarkan ke seluruh dunia, berarti tidak ada satu orang pun di dunia yang akan tidak mengetahui tentang Injil. Semua akan tahu, walaupun tidak semua akan menerima dan percaya.

 

Matius 24:14

Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.

 

Lihat, jadi semua orang yang hidup pada waktu itu akan tahu tentang Injil. Tapi meskipun begitu Yesus berkata “jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” Miris kan? Dengan begitu banyak orang yang mengenal Injil, ternyata tidak banyak yang akan didapati punya iman.

 

Ini berarti banyak dari antara yang mengaku Kristen, yang menganggap dirinya Kristen pun, yang tercatat sebagai Kristen di kartu pengenalnya, yang adalah anggota gereja aktif, bahkan mungkin yang giat dalam pelayanan, jangan-jangan mereka sebenarnya bukan Kristen di mata Allah, karena mereka tidak punya iman, karena mereka tidak berserah 100% kepada Allah. Mereka akan berusaha sendiri mencari solusi untuk menyelamatkan diri, mereka akan berkompromi dengan Antikristus agar terbebas dari ancaman tidak bisa berjual-beli dan segala kesulitan hidup yang lain, yang akhirnya bahkan sampai ke ancaman dibunuh, mereka akan bersedia menyembah patung Babilon, dan mereka menerima tanda Binatang dan kehilangan meterai Allah.

 

Ke depan kondisi akan menjadi lebih susah bagi umat Allah untuk tetap setia kepada Allah, untuk mempertahankan iman. Jika sekarang di masa yang belum terlalu susah saja kita tidak punya iman, apalagi nanti. Jadi kita perlu minta bantuan Roh Kudus sekarang ini untuk mendapatkan iman yang teguh, jika kita menunggu sampai saat patung itu berdiri, sudah terlambat.

Jadi yang dimaksud “iman” itu bukan sekadar percaya bahwa Yesus itu Tuhan dan Juruselamat.

Tidak.

Kalau iman yang begitu sih berjibun manusia punya.

Yang dimaksud “beriman” itu berserah pernuh. Apa pun yang terjadi, kita tetap tidak meragukan Tuhan, kita tidak protes kepada Tuhan, kita tidak berbalik dari Tuhan, kita selalu patuh pada kehendak Tuhan, pada Hukum Tuhan, pada semua ketetapan Tuhan, walaupun langit runtuh.

 

 

Bahwa kita yang hidup sekarang ini adalah generasi-generasi terakhir tentunya kita sadari. Wabah penyakit, pandemi, perang, ancaman perang, kekacauan, pertikaian, kemiskinan, kelaparan, bencana alam, musibah, semua hal negatif yang disebutkan di Matius pasal 24 yang mendahului kedatangan kedua Kristus sedang terjadi. Kondisi dunia sudah sangat kacau, seperti tanda-tanda akhir zaman yang diberikan Kristus. Usia bumi sudah mendekati akhir 6000 tahunnya. Kita inilah generasi-generasi yang terakhir, yang di Alkitab disebut sebagai jemaat Laodekia, jemaat yang dihakimi. Dan Alkitab sudah mengatakan bahwa jemaat Laodekia ini suam-suam, panas tidak, dingin pun tidak. Artinya jemaat Laodekia ini tidak sepenuhnya duniawi, tapi tidak sepenuhnya rohani.  Dan dengan kondisi seperti ini mana mungkin punya iman yang dimaksud Tuhan?

 

 

Jadi mengapa “tanpa iman tidak mungkin berkenan kepada Allah” (Ibrani 11:6)?

 

Habakuk 2:4

Lihatlah, orang yang membusungkan dada, tidak benar hatinya, tetapi orang yang benar akan hidup oleh iman.

 

Habakuk yang hidup sekitar 600an tahun sebelum kelahiran Yesus, dengan sangat jelas menulis di bawah ilham Roh Kudus bahwa “orang yang benar akan hidup oleh iman.”

Jadi ini bukan konsep yang ringan, ini bicara tentang hidup dan mati: “orang yang benar akan HIDUP oleh iman.”

Konsep yang sama ini diulangi Paulus ketika dia menulis suratnya kepada orang-orang Kristen di kota Roma di abad pertama Masehi, hampir lima abad setelah Habakuk.

Paulus menulis:

 

Roma 1:17

Sebab di dalamnya kebenaran Allah dinyatakan dari iman ke iman, seperti ada tertulis ‘Orang benar akan hidup oleh iman.’

 

Jadi kalau “Orang benar akan hidup oleh iman” berarti tanpa iman, orang benar tidak akan hidup, atau itu sama dengan tanpa iman, orang benar mati semua. Ini jelas bukan bicara tentang hidup kita yang sekarang di dunia ini, tetapi ini bicara tentang hidup kekal, hidup kekal yang dikaruniakan Allah bagi umatNya kelak. Maka, dengan ini jelas bagi kita bahwa mereka yang akan diberi hidup kekal hanyalah mereka yang punya iman. Dan ini bukan bicara tentang sembarang iman seperti yang dimaksud oleh banyak orang ketika menerima Yesus sebagai Juruselamat. Ini bicara tentang iman yang melibatkan penyerahan total, iman yang 100% mempercayai Allah, yang sudah kita bicarakan di bagian awal pembahasan ini.

 

Apa yang dimaksud dengan “orang benar”? “Orang benar” di Alkitab selalu berarti umat Allah yang setia, walaupun Paulus juga menulis bahwa tidak ada satu pun manusia yang benar (Rom 3:10).

 

Roma 3:10

seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorang pun tidak.’

Jadi bagaimana ini? Kalau tidak ada orang yang benar, mengapa dua pasal sebelumnya Paulus berkata “orang benar akan hidup oleh iman”?

Maka harus kita pahami, bahwa kebenaran manusia itu tidak masuk perhitungan Allah. Kebenaran kita seperti kain kotor. Jadi jangan sombong, menganggap kita sudah bagus, sudah benar. Sebagus-bagusnya kita, ternyata kita cuma kain kotor bagi Allah.

 

Yesaya 64:6

Demikianlah kami sekalian seperti barang yang najis dan segala kebenaran kami seperti kain kotor. Kami sekalian menjadi layu seperti daun dan semua kejahatan kami telah menyingkirkan kami seperti angin

 

 

Jadi Habakuk 2:4 dan Roma 1:17 itu bicara tentang kebenaran Kristus yang diperhitungkan pada kita.

Yeremia 33:16

Di hari-hari itu Yehuda akan diselamatkan, dan Yerusalem akan hidup dengan tenteram. Dan dengan nama inilah dia akan dipanggil: TUHAN kebenaran kita!

 

Jadi bukan kebenaran kita sendiri, tapi kebenaran Kristus yang diberikan kepada kita.

 

Nah, kita kembali ke:

Roma 1:17

Sebab di dalamnya kebenaran Allah dinyatakan dari iman ke iman, seperti ada tertulis ‘Orang benar akan hidup oleh iman.’

 

Apa maksudnya “kebenaran Allah dinyatakan dari iman ke iman”?

Jadi “orang benar” yang disebutkan di ayat ini tidak memiliki kebenaran sendiri, karena tidak ada orang yang benar menurut Roma 3:10, Yesaya 64:6, melainkan itu adalah kebenaran Tuhan Yesus yang diperhitungkan sebagai milik kita. Dan pemberian itu bukan hanya satu kali, melainkan terus bertumbuh “dari iman ke iman” setiap hari iman kita seharusnya lebih baik daripada hari sebelumnya.

 

 

Jadi bagaimana kita bisa memiliki iman yang diinginkan oleh Allah, iman yang membuat kita bisa menerima hidup yang kekal?

Kita perlu minta kepada Allah agar diberi iman Yesus. Sebagaimana untuk kebenaran, kita mendapatkan kebenaran Kristus, maka untuk iman pun kita perlu mendapatkan iman Kristus. Segala yang berasal dari diri kita sendiri tidak memenuhi syarat. Hanya apa yang berasal dari Kristus yang diterima oleh Bapa.

 

 

Kalau kita membuka kitab Wahyu di pasal 14, mulai ayat 6 ada Pekabaran Tiga Malaikat.

Wahyu 14:6-12

14:6         Dan aku melihat seorang malaikat lain terbang di tengah-tengah langit dan padanya ada Injil yang kekal untuk diberitakannya kepada mereka yang diam di atas bumi, kepada semua bangsa dan suku dan bahasa dan kaum,

14:7         dan ia berseru dengan suara nyaring: ‘Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba saat penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air.’"

14:8         Dan seorang malaikat lain, mengikuti  dan berkata: ‘Sudah roboh, sudah roboh Babel, kota besar itu, karena dia telah membuat segala bangsa minum dari  anggur murka hawa nafsu cabulnya.’

14:9         Dan seorang malaikat lain, malaikat ketiga, mengikuti mereka, dan berkata dengan suara nyaring: ‘Jikalau seorang menyembah Binatang dan patungnya itu, dan menerima tanda pada dahinya atau pada tangannya,

14:10       maka ia sendiri akan minum dari anggur murka Allah, yang dicurahkan dengan seluruh kekuatannya ke dalam cawan murka-Nya; dan ia akan disiksa dengan api dan belerang di depan mata malaikat-malaikat kudus dan di depan mata Anak Domba.

14:11       Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak memperoleh istirahat, yaitu mereka yang menyembah Binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya.

14:12       Di sinilah keuletan orang-orang kudus, inilah mereka yang memelihara perintah-perintah Allah dan iman Yesus.

 

 

Ini Pekabaran Tiga Malaikat, peringatan terakhir kepada penduduk dunia sebelum kiamat.

Yang dimaksud “malaikat” di sini adalah para utusan Allah yang keluar untuk menyampaikan pekabaran ini kepada semua orang, jadi mereka adalah manusia, bukan malaikat yang di Surga. Pekerjaan mereka dibantu oleh malaikat-malaikat surgawi, namun ini adalah tugas yang dibebankan Allah kepada umatNya. Sebetulnya pembahasan ini sangat luas, tapi di sini hanya diambil poin-poin intinya.

1.   Malaikat/kelompok utusan yang pertama itu menyampaikan kepada dunia:

ü  “Takutlah akan Allah”

artinya hormatilah Allah. Dialah Sang Khalik dan Pemilik Alam Semesta. Dialah autoritas tertinggi. Dia yang berhak menentukan segala sesuatu. Maka kita harus menjauhi dosa, dan patuh pada HukumNya dan semua PerintahNya dan ketetapanNya. Itulah caranya kita “takut akan Allah”.

 

ü  “Muliakan Dia”

di 1 Korintus 10:31 dikatakan, Oleh karena itu, jika engkau makan atau jika engkau minum, atau apa pun yang engkau lakukan, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.” Artinya jangan sampai perbuatan dan perkataan kita membuat malu Allah. Kalau kita tebar dosa di sana sini, itu tidak memuliakan Allah. Hendaknya apa pun yang kita lakukan itu untuk kemuliaan Allah.

 

ü  “sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air.”

Ini jelas mengajak manusia untuk menyembah Allah sebagai Khalik semesta alam. Jangan percaya teori evolusi, jangan percaya teori Big Bang. Allah-lah yang menciptakan segala sesuatu. Dan tanda bahwa manusia menyembah Allah sebagai Khalik semesta alam ialah memelihara Sabat Hari Ketujuh, karena di Perintah itu jelas disebutkan demikian. Keluaran 20:8,11, 8 Ingatlah hari Sabat, peliharalah kekudusannya11 Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti bekerja pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.”

 

2.   Malaikat/kelompok utusan yang kedua, menyusul pekabaran yang disampaikan kelompok yang pertama.

ü  “Sudah roboh, sudah roboh Babel, kota besar itu”

Babel (Babilon) kota besar ini terdiri atas tiga kelompok. Kita tidak akan mempelajari itu di sini, karena itu pelajaran yang cukup panjang. Sementara diterima saja bahwa ini adalah mereka yang menolak Pekabaran Malaikat Pertama, di dalamnya ada kelompok Kristen, non-Kristen, dan sekuler.

 

3.   Malaikat/kelompok utusan ketiga menyampaikan apa akibatnya bagi mereka yang tetap berafiliasi dengan Babel kota besar itu.

ü  “Jikalau seorang menyembah Binatang dan patungnya itu, dan menerima tanda pada dahinya atau pada tangannya… Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak memperoleh istirahat, yaitu mereka yang menyembah Binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya.”

Inilah yang akan kita bahas sedikit lebih mendetail.

 

Jadi, menjelang kedatangan Kristus yang kedua, Babel (Babilon = Antikristus) Kota Besar akan membuat gebrakan untuk memaksa manusia di dunia membuat pilihan:

ü  berpihak kepada mereka, dengan menyembah patung mereka, dan menerima tanda Binatang;

ü  atau setia kepada Allah, menolak tunduk kepada mereka, menolak menyembah patung mereka dan menolak menerima tanda Binatang.

Jelas kelompok yang menolak Babel Kota Besar ini akan mereka musuhi, akan mereka buat susah, mereka kejar-kejar, mereka pojokkan sampai tidak bisa berjual-beli, akan mereka tangkap dengan tuduhan melawan Pemerintah, dan akhirnya akan diancam mati. DISINILAH DIBUTUHKAN IMAN YESUS.

 

Kita simak ayat 12

14:12       Di sinilah keuletan orang-orang kudus, inilah mereka yang memelihara perintah-perintah Allah dan IMAN YESUS.

 

Jadi sangat jelas, ayat ini mengatakan, di masa itu, orang-orang kudus harus ulet, maksudnya harus tahan uji, harus tawakal, tidak boleh putus asa, karena kehidupan mereka bakal sangat-sangat-sangat susah. Tetapi Alkitab sudah menunjukkan di pasal yang sama ayat 1-5 bahwa mereka akan menang, karena mereka berada bersama Anak Domba, berdiri di bukit Sion di Surga. Jadi umat Allah yang memilih untuk menolak tanda Binatang, menolak menyembah patung Babilon, itu akan menang.

Maka ayat 12 ini memberikan identifikasi siapa orang-orang kudus yang menang ini, mereka itu memelihara perintah-perintah Allah dan IMAN YESUS.”

Jadi karena mereka ini memiliki IMAN YESUS, mereka berhasil menang.

 

 

Jadi bagaimana IMAN YESUS itu?

ü    iman yang 100% bergantung pada Allah.

Yesus tidak melakukan kehendakNya sendiri, Dia 100% melakukan hanya yang diperintahkan Allah Bapa.

ü    iman yang berdasarkan kasih.

Yesus patuh pada semua kehendak Bapa bukan karena terpaksa, tetapi karena Dia mengasihi Bapa, dan Bapa mengasihiNya.

ü    iman yang berbuat (menghasilkan perbuatan).

Iman Yesus bukan iman yang pasif berpangku tangan, tapi iman yang menghasilkan perbuatan. Perbuatan adalah bukti iman. Sampai mati di salib pun dijalaniNya.

 

Yohanes 5:30

Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari DiriKu sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakimanKu adil sebab Aku tidak menurut kehendakKu sendiri, melainkan kehendak Bapa yang mengutus Aku.

 

Yohanes 12:49-50

49 Sebab Aku tidak berkata-kata dari diri-Ku sendiri; tetapi Bapa yang mengutus Aku, Dialah memberi Aku perintah, apa yang harus Aku katakan dan apa yang harus Aku bicarakan. 50 Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itulah hidup yang kekal. Karena itu apa pun yang Aku katakan, sebagaimana yang difirmankan Bapa kepada-Ku, demikianlah Aku berkata-kata.

 

Yohanes 14:31

Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa; dan sebagaimana Bapa memberi Aku perintah, demikianlah Aku lakukan. Bangunlah, marilah kita pergi dari sini.

 

Yohanes 15:10

Jikalau kamu menuruti Perintah-perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku seperti Aku menuruti Perintah-perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.”

 

Kita perlu memiliki iman Yesus jika kita mau hidup kekal. Baik Habakuk dari zaman Perjanjian Lama, maupun Paulus dari zaman kita, Perjanjian yang Baru, mengatakan bahwa

‘Orang benar akan hidup oleh iman.’ Iman Kristus-lah yang akan membawa kita selamat sampai ke bukit Sion di Surga, iman yang berserah total kepada kehendak Allah. Kita tidak perlu mengertinya sekarang, kita tidak perlu tahu apa alasan Allah, kita tidak perlu bertanya mengapa Allah tidak begini tidak begitu, kita hanya perlu menerimanya dengan iman, titik. Allah yang akan membereskan semuanya nanti.

 

 

 

 

 

19 08 22