219. APA ITU IMAN? URGEN!
________________________________________________________________________________________________________
Ayat tentang iman yang paling terkenal bagi dunia Kristen
ialah:
Efesus 2:8
Karena oleh kasih karunia kamu
diselamatkan melalui iman, dan itu bukan karena usaha kamu, itu adalah pemberian Allah,
Jadi Paulus menulis di ayat ini bahwa kita diselamatkan
oleh kasih karunia pemberian Allah, bukan hasil pekerjaan kita. Ya, ini sudah
dipahami semua orang Kristen.
Nah, sekarang bagian imannya: tawaran ini hanya
bisa kita peroleh melalui iman! Artinya, walaupun Allah memberikan
kasih karuniaNya untuk menyelamatkan kita, jika kita tidak punya iman, kita
tidak bisa menerimanya. Jadi bisa-tidaknya kita menerima
keselamatan dari Allah itu tergantung pada apakah kita punya iman!
Jadi iman itu faktor yang penting dalam keselamatan kita.
Mengapa kita hanya bisa menerima tawaran keselamatan dari
Allah dengan iman?
Kalau dikatakan kita diberi jeruk, kita bisa membuktikan
apakah kita sudah menerimanya atau tidak, kita bisa pegang jeruk itu, ada bukti
konkretnya. Tetapi karena keselamatan itu sesuatu yang abstrak, tidak ada wujudnya, tidak bisa dipegang, tidak
bisa dilihat, kita tidak punya bukti apakah kita sudah menerimanya atau belum.
Karena itu kita hanya bisa menerimanya dengan iman. Kita mengimani bahwa kita betul sudah
menerimanya.
Nah, kita perlu tahu apa arti kata “iman” ini, terutama
apa definisinya menurut Alkitab. Alkitab
mendefinisikan iman sebagai berikut:
Ibrani 11:1
Now faith is the substance of things hoped
for, the evidence of things not seen. (KJV)
Nah, iman adalah substansi
(wujud) dari hal-hal yang diharapkan, alasan
untuk mempercayai hal-hal yang tidak dilihat. (KJV
yang diindonesiakan)
Alkitab terjemahan LAI menerjemahkan paro yang kedua: “bukti
dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”.
Ini tidak tepat. Bagaimana bisa disebut “bukti” jika
tidak terlihat?
Ada perbedaan
antara kata “proof” dan “evidence”.
KJV menggunakan kata “evidence”
dan bukan “proof” di ayat ini.
Kalau kita cek di
Google, maka dikatakan,
“Proof is a fact that demonstrates
something to be real or true. Evidence is information
that might lead one to believe something to be real or
true. Proof is final and conclusive.”
Jadi,
Proof = bukti
bahwa sesuatu memang demikian. Sudah konklusif dan pasti, suatu fakta yang diterima. Tidak terbantahkan.
Evidence = informasi yang membuat orang bisa meyakini sesuatu itu
demikian. Belum konklusif, masih suatu kemungkinan.
Karena di KJV dipakai kata “evidence”
maka ayat Ibrani 11:1, paro keduanya seharusnya diterjemahkan: “alasan (BUKAN BUKTI) untuk mempercayai hal-hal
yang tidak dilihat” seperti terjemahan di atas. Dan memang inilah yang
dimaksud Paulus yang menulis kitab Ibrani.
Apakah “alasan”
itu dasar yang cukup kuat bagi kita untuk mempercayai hal-hal yang tidak
dilihat? Tergantung seberapa banyak alasan yang kita miliki dan seberapa kuat
alasan-alasan yang kita miliki. Semakin banyak dan semakin kuat alasan yang
kita miliki, maka semakin besar percaya kita pada hal-hal yang tidak terlihat.
Mengapa bukan kata
“bukti”?
Karena kalau sudah menjadi “bukti”, itu sudah
konklusif, sudah nyata, sehingga tidak
diperlukan “iman” lagi untuk mempercayai kebenarannya, bukan? Di mana ada
bukti, tidak dibutukan iman.
Apa yang
membutuhkan iman?
Menerima sesuatu yang belum menjadi fakta, yang belum terbukti secara konkret, itu baru butuh iman.
Sekarang kita sudah
tahu iman itu apa.
Jadi dibutuhkan
IMAN untuk menerima:
ü sesuatu yang belum ada wujudnya,
ü sesuatu yang masih dalam angan-angan,
ü sesuatu yang diharapkan,
ü sesuatu yang diyakini ada berdasarkan janji,
ü sesuatu yang diyakini akan terjadi berdasarkan pengalaman yang lalu.
Kita ke Ibrani 11:6, dan ayat-ayat yang dicantumkan di
sini adalah terjemahan dari KJV bukan dari LAI. Di sini Paulus menjelaskan
lebih lanjut tentang fungsi iman ini.
Ibrani 11:6
Tetapi tanpa iman tidak mungkin berkenan
kepada Allah. Sebab dia yang datang kepada
Allah, harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah adalah pemberi hadiah kepada mereka
yang rajin mencari Dia.
Kita simak ayat ini.
“harus percaya bahwa Allah ada”
Kita belum pernah melihat Allah. Kita belum pernah
memegang Allah dan membuktikan, ini loh Dia. Paling yang kita tahu hanya
gambarNya, itu pun belum tentu betul gambar Allah seperti itu karena
gambar-gambar itu dibuat belasan abad setelah kehadiran Yesus di dunia,
satu-satunya Pribadi Allah yang pernah menampakkan DiriNya kepada manusia. Berarti
di sini kita modal percaya saja bahwa Allah itu ada. Inilah
“substansi/wujud” dari yang kita harapkan. Untuk meyakini ini, dibutuhkan iman.
“Allah adalah
pemberi hadiah kepada mereka yang rajin mencari Dia”
Apa hadiah terbesar yang
bisa diperoleh manusia dari Allah? Dipulihkan dari status orang berdosa yang menunggu
eksekusi hukuman mati, menjadi anak Allah yang dikaruniai hidup kekal. Jadi kita percaya bahwa Allah akan memberi hadiah
kepada mereka yang rajin mencari Dia, berdasarkan janji-janji yang
ada di Alkitab, kisah tentang pengangkatan Henokh dan Elia, dan
kebangkitan Musa, menjadi alasan kita untuk percaya
bahwa kalau kita juga rajin mencari Allah, kita akan mendapat hadiah hidup
kekal ini. Mempercayai janji ini perlu iman.
Berarti apa?
Untuk percaya bahwa Allah
itu ada, bahwa janji-janji Allah itu akan digenapi, itu
membutukan IMAN.
Tanpa iman kita tidak akan mempercayai apa pun yang
tertulis di Alkitab.
Mengapa Alkitab berkata “tanpa iman tidak mungkin berkenan kepada
Allah”? Karena segala sesuatu yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah itu
membutuhkan iman. Tanpa iman manusia tidak bisa menerima kehadiran
Allah dalam hidupnya, bahkan tanpa iman manusia tidak bisa menerima kehadiran
Allah sama sekali. Nah, kalau manusia tidak percaya ada Allah, mana mungkin ada
hubungan yang baik dengan Allah? Ya jelas Allah tidak berkenan.
Jadi iman ini produk rohani, produk spiritual, ini bukan
produk duniawi, karena dunia mengajarkan segala sesuatu
harus ada buktinya baru dianggap benar. Tanpa bukti, tidak punya
kekuatan apa-apa, cuma omong kosong, semua harus hitam di atas putih, ada bukti
konkret baru dianggap benar. Itulah
sebabnya orang duniawi tidak bisa punya iman, karena iman itu
menerima apa yang dikatakan Allah, tapi yang belum terbukti sebagai kenyataan, jadi
bertolak belakang dengan rumus dunia yang mengatakan semua yang tidak bisa
dibuktikan itu fiktif, itu dongeng, itu tidak bisa dipercaya. Karena itu dunia
mempercayai sains, menolak Firman Allah. Dunia mengatakan sains sudah terbukti,
jadi bisa dipercaya.
Sayangnya dunia tidak tahu bahwa sains yang hanya
berdasarkan pengetahuan manusia itu banyak salahnya, karena pengetahuan manusia
itu tidak sempurna, terbatas, dan terpolusi, karena itu apa yang
dianggap manusia sebagai benar sekarang, belum tentu masih bisa dianggap
sebagai benar di masa depan. Jadi apa yang dianggap kebenaran oleh dunia, itu
bukan kebenaran yang mutlak, itu hanya kebenaran sejauh yang mereka ketahui
sampai saat itu. Sebaliknya sains yang dimengerti berdasarkan Firman Allah,
itulah yang sungguh-sungguh benar,
karena Allah itu selalu benar, mutlak benar. Kebenaran Allah itu
kebenaran yang mutlak. Tapi untuk meyakini bahwa Allah itu
pasti benar dan kebenaranNya itu mutlak, itu membutuhkan iman. Dan
mereka yang tidak punya iman sampai kapan pun tetap menganggap Allah itu cuma dongeng.
Yeremia 17:5
Beginilah firman TUHAN, ‘Terkutuklah orang
yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatan manusia, dan yang hatinya menjauh dari TUHAN.’
Tentu saja untuk mempercayai ayat di Yeremia ini juga dibutuhkan iman.
Jadi mengapa manusia perlu punya iman?
ü Iman membuat kita menerima bahwa:
Allah itu ada dan berkuasa atas semesta
alam, bahwa manusia bukan makhluk yang tertinggi, ada Sosok yang
jauh lebih tinggi di atasnya yang mengatur hidupnya, yang kepadaNya manusia
harus memberikan pertanggungjawaban.
ü Iman membuat kita menerima bahwa:
alam semesta ini diciptakan oleh Allah yang Mahakuasa, dengan tujuan, dengan niat, dengan sengaja,
bukan produk kebetulan benda-benda langit yang berbenturan yang terjadi secara
kebetulan tanpa rencana, tanpa tujuan.
ü Iman membuat kita menerima bahwa:
Alkitab bukan
karangan manusia.
Alkitab adalah produk buatan Allah dan ditulis oleh bermacam-macam manusia dalam rentang waktu ribuan tahun,
yang semua penulisannya di bawah tuntunan ilham Allah.
ü Iman membuat kita menerima bahwa:
semua yang
tertulis di Alkitab
itu benar, karena semua berasal dari satu sumber, yaitu dari Allah
yang selalu benar.
ü Iman membuat kita menerima bahwa:
Allah itulah
yang mahakuasa, mahabisa, mahatahu, maha segala. Allah ada di atas segalanya, memerintah
segalanya, menguasai segalanya. Semua yang lain diciptakan olehNya,
karena itu tunduk kepadaNya.
ü Iman membuat kita menerima bahwa:
manusia pada mulanya diciptakan Allah dalam
keserupaanNya. Manusia itu produk yang luhur, sedikit lebih rendah daripada
malaikat, semua organ dan sistem tubuhnya dirancang dan dibuat berfungsi dengan
presisi dan sempurna. Manusia bukan produk trial and error evolusi yang
kebetulan jadi. Setelah masuknya dosa, baru manusia merosot baik dalam fisik,
mental, maupun moralnya, karena terpisah dari Penciptanya.
ü Iman membuat kita menerima bahwa:
dunia dan isinya diciptakan Allah dalam
waktu 6 hari melalui sabdaNya.
6 malam dan
6 siang, 6 x 24 jam, semuanya diciptakan dalam urutan yang sempurna,
sarana-sarananya lebih dulu, baru kehidupan dan makhluk-makhluk hidupnya. Bukan akibat big bang yang berlangsung
jutaan tahun yang tidak direncanakan dan terjadi random.
ü Iman membuat kita menerima bahwa:
Allah mengetahui segala yang terjadi dan
mengendalikan semuanya di seluruh alam
semesta.
Semua yang terjadi hanya bisa terjadi jika diperkenankan
Allah, berarti Allah yang pegang kendali.
ü Iman membuat kita menerima bahwa:
untuk
menyelamatkan manusia, Pribadi kedua Allah datang ke dunia, dilahirkan
sebagai manusia untuk hidup di antara manusia, menjadi teladan bagi manusia
dan untuk
mati menggantikan hukuman kita sebagai pendamaian manusia.
ü Iman membuat kita menerima bahwa:
Yesus Kristus sebagai manusia dilahirkan
tanpa ayah, dan sebagai Allah Dia ada tanpa ibu. Di Alkitab sama sekali tidak ada istilah “ibu Allah” atau “bunda Allah”
atau “ratu Surga” seperti yang dipakai oleh orang-orang yang tidak mengerti.
ü Iman membuat kita menerima bahwa:
keselamatan hanya ada dalam penebusan Yesus
Kristus, tidak ada jalan yang lain. Keselamatan adalah pemberian Allah, kasih karunia Allah,
bukan hasil usaha manusia sendiri.
ü Iman membuat kita menerima bahwa:
semua dosa kita bisa diampuni Allah, seberapa pun besarnya. Jika kita menyesal, mengakui, dan bertobat, semua dosa
kita diampuni. Dan hukuman dosa kita sudah dibayarkan oleh Yesus di salib.
ü Iman membuat kita menerima bahwa:
Yesus Kristus sekarang menjadi Imam Besar
di Surga. Dia bertugas
mempersembahkan doa-doa kita, dan menghakimi umatNya yang namanya tercantum
dalam Kitab Kehidupan.
ü Iman membuat kita menerima
semua janji Allah yang tertulis di Alkitab tanpa ragu-ragu. Bahwa janji-janji itu pasti akan
digenapi karena Allah tidak pernah ingkar janji.
ü Iman membuat kita bisa menerima:
segala yang buruk yang terjadi dalam hidup kita, dengan sabar dan berserah, bergantung
seluruhnya pada Allah, percaya bahwa Allah hanya mengizinkan yang terbaik
terjadi dalam hidup kita, demi menyelamatkan kita.
ü Iman membuat kita menerima:
apa yang tidak kita mengerti sekarang dengan legowo, tidak bersungut-sungut, tidak komplain
kepada Allah.
ü Iman membuat kita
gemar mematuhi Allah dan semua HukumNya. Semua PerintahNya, semua ketetapanNya gemar kita patuhi
tanpa protes. Karena Alkitab mengatakan Allah hanya punya rancangan damai
sejahtera bagi kita, maka kita mengimani semua HukumNya itu diberikan demi
kebaikan dan keselamatan kita.
ü Iman membuat kita punya:
pengharapan akan kehidupan yang lebih indah di dunia yang baru yang kekal nanti. Hidup tidak berakhir begitu saja di dunia ini. Allah akan
memperbarui dunia ini menjadikannya tempat yang kekal untuk kediaman umatNya.
Jadi ini bersifat sebagai checklist kita, apakah kita sudah punya iman yang
demikian?
Kalau kita masih
bertanya kepada Tuhan:
ü “Mengapa Tuhan mengizinkan ini terjadi padaku?”
ü “Ke mana Tuhan waktu aku kesusahan, kok tidak Tuhan
tolong?”
ü “Mengapa aku yang giat dalam pelayanan Tuhan hidup merana
sementara orang lain yang yang tidak bertuhan hidup makmur?”
ü “Mengapa cita-citaku gagal, mengapa tidak Tuhan
kabulkan?”
ü “Mengapa orang yang kukasihi kena penyakit yang parah?”
ü Dan banyak pertanyaan lain yang bersifat meragukan itikad
baik Allah,
berarti
sesungguhnya kita belum punya iman walaupun
kita merasa kita punya iman.
Manusia sering tertipu oleh perasaan dan hatinya sendiri, karena Alkitab
pun berkata bahwa hati manusia itu menyesatkan.
Yeremia 17:9
Hati itu
licik di atas segala sesuatu, dan sangat jahat. Siapakah yang bisa mengenalnya?
Ini adalah seruan untuk menyadarkan kita. Kita semua
pasti pernah mengalaminya. Aku juga pernah mengalaminya. Ketika masalah
datang, ketika duka mampir dalam hidup kita, ketika kegagalan
menjegal kaki kita, ketika penyakit menyerang, ketika kekecewaan terjadi,
ketika musibah menghantam, kita bertanya, “Tuhan, Engkau ke mana? Mengapa
Engkau membiarkan itu terjadi?”
Oh, itu manusiawi, kata para psikiater. Itu sehat. Itu
lumrah. Malah ada yang berkata, silakan marah kepada Tuhan.
Iya betul itu manusiawi, karena
manusia pada umumnya memang tidak punya iman
walaupun mengaku beragama. Tapi kalau sampai kita protes atau bertanya atau
sampai marah pada Tuhan, maka sesungguhnya itu berarti kita
tidak punya iman. Jadi kita perlu merenungkan ini.
Bagaimana sikap orang yang punya iman?
Contoh orang yang punya iman justru diberikan oleh tiga
pemuda remaja. Tentunya sudah banyak yang mengenal kisah ini, tetapi baiklah
aku kisahkan kembali supaya lengkap pembahasan ini. Silakan baca kitab Daniel.
Hananya, Misael, dan Azarya adalah anak-anak bangsawan
Ibrani yang patuh kepada Allah, tetapi kemudian negeri mereka diserbu Babilon
dan mereka ditangkap dan dibawa sebagai tawanan ke Babilon. Allah tidak
meloloskan mereka dari penangkapan. Allah mengizinkan mereka dibawa ke Babilon,
dari remaja-remaja bangsawan yang merdeka, sekarang menjadi orang-orang tawanan
di Babilon. Bahkan nama mereka pun diganti untuk menghapus identitas mereka
sebagai orang Ibrani dan dari keterkaitan mereka dengan Allah orang Ibrani;
mereka disebut Sadrakh, Mesakh, dan Abednego yang berbau penyembahan kepada
dewa Babilon. Dan suatu hari raja Babilon membuat sebuah patung dan setiap kali
musik dibunyikan semua orang diharuskan sujud pada patung itu, kalau tidak,
mereka akan dihukum mati dengan dilemparkan ke dalam tungku api. Kita lihat apa
kata ketiga pemuda Ibrani itu.
Daniel
3
3:16 Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab
raja itu, ‘O, Nebukadnezar, kami tidak perlu memberi jawab kepada tuanku dalam
hal ini.
3:17 Kalaupun demikian, Allah kami yang kami sembah sanggup menyelamatkan
kami dari tungku perapian yang menyala, dan Ia akan menyelamatkan
kami dari tanganmu, ya raja;
3:18 tetapi
seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan menyembah dewa tuanku, dan tidak akan menyembah
patung emas yang tuanku dirikan itu."
Luar biasa sekali bukan sikap mereka? Ini yang namanya penyerahan total. Beriman penuh. Mereka
sudah ditangkap, dijadikan tawanan, tapi iman mereka kepada Allah mereka tidak
kendor. Mereka tidak marah pada Allah, mereka tidak berkata, “Karena Engkau
tidak menolong kami, kita putus hubungan, kami tidak mau lagi menyembahMu!”
Tidak.
Dalam kesengsaraan mereka, mereka tetap setia kepada
Allah mereka seperti sebelumnya.
Sekarang muncul masalah baru. Mereka disuruh menyembah
patung Babilon atau mati dibakar. Kembali iman mereka diuji. Mereka sama sekali
tidak meragukan bahwa Allah mereka cukup mahakuasa untuk meluputkan mereka dari
kematian dalam tungku api itu jika Allah mau, tetapi mereka tidak menjadikan itu syarat kesetiaan
mereka. Mereka tidak menodong Allah, mereka tidak berkata, “Tuhan,
kalau Engkau tidak membebaskan kami, Engkau bukan Allah kami lagi.” Mereka
bahkan tidak berseru, “Tuhan, tolong, kami ini umatMu! Orang-orang Babilon ini
kafir. Mereka yang seharusnya mati, bukan kami! Lepaskan kami!”
Tidak.
Mereka juga tidak punya pikiran jelek tentang Allah.
Mereka tidak berkata, “Ternyata Allah yang kami sembah itu kejam dan tidak mau
menolong kami. Percuma kami menyembahNya.”
Tidak.
Hari itu Hananya, Misael, dan Azarya membuat bangga Allah
mereka di hadapan bangsa kafir, dan di hadapan raja kafir yang bengis. Mereka
membuktikan bahwa ibadah dan penyembahan mereka
kepada Allah mereka tidak berdasarkan kebaikan
yang diberikan Allah kepada mereka. Diberi yang baik, mereka
syukuri. Diberi yang tidak baik pun, mereka syukuri dan mereka tetap setia, karena mereka punya iman bahwa semua rancangan Allah itu
senantiasa baik demi keselamatan mereka. Mereka tidak mempertanyakan motivasi Allah membiarkan mereka disiksa,
mereka tidak berusaha memaksa Allah menyelamatkan mereka. Mereka siap menerima
apa pun yang diizinkan Allah terjadi dalam kehidupan mereka.
Kalaupun Allah membiarkan mereka harus binasa dibakar dalam tungku perapian
Babilon, ya jadilah demikian, tetapi mereka tetap mengakui Tuhan
sebagai Allah mereka, mereka tidak akan menyembah patung
Nebukadnezar.
INI
BARU NAMANYA IMAN!
Aku malu setiap kali teringat kisah ini. Mereka itu
anak-anak remaja, usia masih belasan. Mereka sudah mengalami penghinaan,
penderitaan, kesusahan, yang jauh lebih berat daripada yang pernah aku alami
seumur hidupku. Mereka dihadapkan pada pilihan antara hidup dan mati, tapi iman
mereka tidak goyah, mereka memilih lebih baik mati
daripada mengkhianati Allah mereka. Sama seperti kita bila musibah
datang, mereka juga tidak tahu alasan
Allah mengizinkan semua itu terjadi. Tapi mereka punya iman pada integritas Allah.
Mereka beriman bahwa Allah tidak punya niatan jahat senang sekadar iseng
menyiksa manusia. Mereka tidak mengerti tapi mereka tidak merasa perlu untuk bertanya.
Dan justru karena mereka tidak mengerti tapi mereka menerimanya itulah,
itulah buktinya mereka punya IMAN.
Kisah mereka membuat aku menyadari bahwa ternyata aku
belum punya iman, bahwa apa yang aku sangka iman dalam diriku itu ternyata
bukan iman, karena kalau ada masalah aku masih sering mengeluh, aku masih
bertanya “mengapa” kepada Tuhan. Aku masih ingin tahu mengapa Tuhan mengizinkan
itu terjadi. Dan Tuhan tidak pernah langsung memberi tahu. Nanti kapan-kapan kalau sudah lewat, Tuhan memberi tahu mengapanya. Tetapi
ketika sedang terjadi Tuhan tidak memberitahu, karena Tuhan ingin melatih anakNya
untuk memiliki iman yang tanpa reserve, iman yang tanpa bertanya, iman tanpa
protes. Andai aku tahu alasannya, aku tidak butuh iman untuk
menerimanya. Aku bersyukur bahwa Tuhan sedang melatih imanku untuk siap
menghadapi hari-hari yang pasti lebih buruk di depan.
Kalau kita mempelajari kitab Wahyu, kita tahu bahwa tidak
lama lagi, Antikristus akan bekerjasama dengan Pemerintah untuk mengeluarkan
undang-undang yang memaksa umat Allah menuruti kehendak mereka dengan melanggar
Hukum Allah.
Jika pada saat itu kita tidak memiliki iman seperti
Hananya, Misael, dan Azarya, kita akan jatuh. Kita akan tunduk pada ancaman Antikristus
itu, kita akan menerima tanda Binatang (Wahyu 13) dan kita akan hilang
selamanya.
Dan yang mengerikan ialah, banyak dari kita ternyata akan
terbukti tidak memiliki iman. Dari mana kita tahu?
Alkitab mencatat perkataan Yesus sebelum Dia disalibkan.
Lukas 18:8
…Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang,
adakah Ia mendapati iman di bumi?
Ini bicara tentang kedatangan Yesus yang kedua. Dan kalimat ini memberikan kesan sepertinya tidak bakal banyak yang punya
iman ketika Yesus datang untuk kedua kalinya. Seandainya akan ada banyak yang punya iman saat itu, tentunya Yesus akan
memakai kalimat berita, bukan kalimat bertanya. Yesus akan berkata, “jika
Anak Manusia itu datang, Ia akan mendapati iman di bumi.” Tetapi dengan
mengajukan pertanyaan, itu memberikan kesan yang sebaliknya.
Mengejutkan, bukan?
Padahal menurut sensus tahun 2015 orang Kristen tercatat
sebagai jumlah terbesar (31.2%) dari total penduduk dunia. Sekarang sudah 2022,
tentunya jumlah penduduk dunia sudah bertambah, entah pemeluk agama Kristennya.
Tetapi jumlah 2.3 billion yang tercatat di 2015 pun sudah cukup banyak. Ke mana
mereka semuanya nanti?
Bukan hanya ini.
Ingat Yesus berkata bahwa injil akan disebarkan ke
seluruh dunia dulu, baru kesudahan akan datang. Berarti sebelum Yesus
datang, Injil akan selesai dikabarkan ke seluruh dunia, berarti tidak
ada satu orang pun di dunia yang akan tidak mengetahui tentang Injil. Semua akan tahu, walaupun tidak semua akan menerima dan percaya.
Matius 24:14
Dan
Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi
semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.
Lihat, jadi semua orang yang hidup pada
waktu itu akan tahu tentang Injil. Tapi meskipun begitu Yesus
berkata “jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” Miris kan? Dengan
begitu banyak orang yang mengenal Injil, ternyata tidak banyak yang akan
didapati punya iman.
Ini berarti banyak dari antara yang mengaku Kristen, yang
menganggap dirinya Kristen pun, yang tercatat sebagai Kristen di kartu
pengenalnya, yang adalah anggota gereja aktif, bahkan mungkin yang giat dalam
pelayanan, jangan-jangan mereka sebenarnya bukan Kristen di mata Allah, karena
mereka tidak punya iman, karena mereka tidak berserah 100%
kepada Allah. Mereka akan berusaha sendiri mencari solusi untuk
menyelamatkan diri, mereka akan berkompromi dengan Antikristus agar terbebas
dari ancaman tidak bisa berjual-beli dan segala kesulitan hidup yang lain, yang
akhirnya bahkan sampai ke ancaman dibunuh, mereka akan bersedia menyembah
patung Babilon, dan mereka menerima tanda Binatang dan kehilangan meterai Allah.
Ke depan kondisi akan menjadi lebih susah bagi umat Allah
untuk tetap setia kepada Allah, untuk mempertahankan iman. Jika sekarang di
masa yang belum terlalu susah saja kita tidak punya iman, apalagi nanti.
Jadi kita perlu minta bantuan Roh Kudus sekarang ini untuk mendapatkan iman
yang teguh, jika kita menunggu sampai saat patung itu berdiri, sudah terlambat.
Jadi yang dimaksud “iman” itu bukan sekadar percaya
bahwa Yesus itu Tuhan dan Juruselamat.
Tidak.
Kalau iman yang begitu sih berjibun manusia punya.
Yang dimaksud “beriman” itu berserah pernuh.
Apa pun yang terjadi, kita tetap tidak meragukan Tuhan,
kita tidak protes kepada Tuhan, kita tidak berbalik dari Tuhan, kita selalu
patuh pada kehendak Tuhan, pada Hukum Tuhan, pada semua ketetapan Tuhan, walaupun
langit runtuh.
Bahwa kita yang hidup sekarang ini adalah
generasi-generasi terakhir tentunya kita sadari. Wabah penyakit, pandemi,
perang, ancaman perang, kekacauan, pertikaian, kemiskinan, kelaparan, bencana
alam, musibah, semua hal negatif yang disebutkan di Matius pasal 24 yang
mendahului kedatangan kedua Kristus sedang terjadi. Kondisi dunia sudah sangat
kacau, seperti tanda-tanda akhir zaman yang diberikan Kristus. Usia bumi sudah
mendekati akhir 6000 tahunnya. Kita inilah generasi-generasi
yang terakhir, yang di Alkitab disebut sebagai jemaat Laodekia,
jemaat yang dihakimi. Dan Alkitab sudah mengatakan bahwa jemaat
Laodekia ini suam-suam, panas tidak, dingin pun
tidak. Artinya jemaat Laodekia ini tidak sepenuhnya duniawi, tapi
tidak sepenuhnya rohani. Dan dengan kondisi seperti ini mana mungkin punya iman yang dimaksud Tuhan?
Jadi mengapa “tanpa iman tidak mungkin berkenan kepada
Allah” (Ibrani 11:6)?
Habakuk 2:4
Lihatlah,
orang
yang membusungkan dada, tidak benar hatinya,
tetapi orang yang benar akan hidup oleh iman.
Habakuk yang hidup sekitar 600an tahun sebelum kelahiran
Yesus, dengan sangat jelas menulis di bawah ilham Roh Kudus bahwa “orang
yang benar akan hidup oleh iman.”
Jadi ini bukan
konsep yang ringan, ini bicara tentang hidup dan
mati: “orang yang benar akan HIDUP oleh iman.”
Konsep yang sama
ini diulangi Paulus ketika dia menulis suratnya kepada orang-orang Kristen di
kota Roma di abad pertama Masehi, hampir lima abad setelah Habakuk.
Paulus menulis:
Roma 1:17
Sebab di dalamnya kebenaran Allah dinyatakan dari iman ke iman, seperti ada tertulis ‘Orang benar akan hidup oleh iman.’
Jadi kalau “Orang benar akan hidup oleh iman” berarti tanpa iman, orang benar tidak
akan hidup, atau itu sama dengan
tanpa iman, orang benar
mati semua. Ini jelas bukan bicara tentang hidup kita yang sekarang
di dunia ini, tetapi ini bicara tentang hidup kekal,
hidup kekal yang dikaruniakan Allah bagi umatNya kelak. Maka, dengan ini jelas
bagi kita bahwa mereka yang akan
diberi hidup kekal hanyalah mereka yang punya iman. Dan ini bukan bicara
tentang sembarang iman seperti yang dimaksud oleh banyak orang ketika menerima
Yesus sebagai Juruselamat. Ini bicara tentang iman yang melibatkan penyerahan
total, iman yang 100% mempercayai Allah, yang sudah kita bicarakan di bagian
awal pembahasan ini.
Apa yang dimaksud dengan “orang benar”? “Orang benar” di Alkitab selalu berarti umat Allah yang setia,
walaupun Paulus juga
menulis bahwa tidak ada satu pun manusia yang benar
(Rom 3:10).
Roma 3:10
seperti ada tertulis:
‘Tidak ada yang benar, seorang pun tidak.’
Jadi bagaimana
ini? Kalau tidak ada orang yang benar, mengapa dua pasal sebelumnya Paulus
berkata “orang benar akan hidup oleh iman”?
Maka harus kita pahami, bahwa kebenaran manusia
itu tidak masuk perhitungan Allah. Kebenaran kita seperti kain
kotor. Jadi jangan sombong, menganggap kita sudah bagus, sudah benar.
Sebagus-bagusnya kita, ternyata kita cuma kain kotor bagi Allah.
Yesaya 64:6
Demikianlah kami sekalian seperti barang yang najis dan segala kebenaran
kami seperti kain kotor. Kami sekalian menjadi layu seperti daun dan semua kejahatan kami telah menyingkirkan kami
seperti angin
Jadi Habakuk 2:4 dan Roma 1:17 itu bicara tentang
kebenaran Kristus yang diperhitungkan pada kita.
Yeremia 33:16
Di hari-hari itu Yehuda akan diselamatkan, dan Yerusalem akan hidup dengan tenteram. Dan dengan
nama inilah dia akan dipanggil: TUHAN kebenaran kita!
Jadi bukan kebenaran kita sendiri, tapi kebenaran Kristus
yang diberikan kepada kita.
Nah, kita kembali ke:
Roma 1:17
Sebab di dalamnya kebenaran
Allah dinyatakan dari iman ke iman, seperti ada tertulis ‘Orang benar akan
hidup oleh iman.’
Apa maksudnya “kebenaran Allah dinyatakan
dari iman ke iman”?
Jadi “orang benar” yang disebutkan
di ayat ini tidak memiliki kebenaran sendiri, karena tidak ada orang yang benar
menurut Roma 3:10, Yesaya 64:6, melainkan itu adalah kebenaran Tuhan Yesus
yang diperhitungkan sebagai milik kita. Dan pemberian itu
bukan hanya satu kali, melainkan terus bertumbuh “dari iman ke iman” setiap hari iman kita seharusnya lebih baik
daripada hari sebelumnya.
Jadi bagaimana
kita bisa memiliki iman yang diinginkan oleh Allah, iman yang membuat kita bisa
menerima hidup yang kekal?
Kita perlu minta kepada Allah agar diberi iman Yesus. Sebagaimana untuk
kebenaran, kita mendapatkan kebenaran Kristus, maka untuk iman pun kita perlu
mendapatkan iman Kristus. Segala yang berasal dari diri kita sendiri tidak
memenuhi syarat. Hanya apa yang berasal dari Kristus yang diterima oleh Bapa.
Kalau kita membuka
kitab Wahyu di pasal 14, mulai ayat 6 ada Pekabaran Tiga Malaikat.
Wahyu
14:6-12
14:6 Dan aku melihat seorang malaikat lain
terbang di tengah-tengah langit dan padanya ada Injil yang kekal untuk
diberitakannya kepada mereka yang diam di atas bumi, kepada semua bangsa dan
suku dan bahasa dan kaum,
14:7
dan ia berseru dengan suara
nyaring: ‘Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba saat
penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan
laut dan semua mata air.’"
14:8 Dan
seorang malaikat lain, mengikuti dan berkata: ‘Sudah roboh, sudah roboh Babel,
kota besar itu, karena dia telah membuat segala
bangsa minum dari anggur murka
hawa nafsu cabulnya.’
14:9 Dan
seorang malaikat lain, malaikat ketiga, mengikuti
mereka, dan berkata dengan suara nyaring: ‘Jikalau seorang menyembah Binatang
dan patungnya itu, dan menerima tanda pada dahinya atau pada tangannya,
14:10 maka
ia sendiri akan minum dari anggur murka
Allah, yang dicurahkan dengan seluruh
kekuatannya ke dalam cawan murka-Nya; dan ia akan disiksa dengan api dan
belerang di depan mata malaikat-malaikat kudus dan di depan mata Anak Domba.
14:11 Maka
asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang
malam mereka tidak memperoleh istirahat,
yaitu mereka yang menyembah Binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang
telah menerima tanda namanya.
14:12 Di
sinilah keuletan orang-orang kudus, inilah mereka yang memelihara perintah-perintah Allah
dan iman Yesus.
Ini Pekabaran Tiga Malaikat, peringatan terakhir kepada penduduk
dunia sebelum kiamat.
Yang dimaksud
“malaikat” di sini adalah para utusan Allah yang keluar untuk menyampaikan
pekabaran ini kepada semua orang, jadi mereka adalah manusia, bukan malaikat
yang di Surga. Pekerjaan mereka dibantu oleh malaikat-malaikat surgawi, namun
ini adalah tugas yang dibebankan Allah kepada umatNya. Sebetulnya pembahasan
ini sangat luas, tapi di sini hanya diambil poin-poin intinya.
1.
Malaikat/kelompok utusan yang pertama itu menyampaikan
kepada dunia:
ü “Takutlah
akan Allah”
artinya hormatilah Allah. Dialah Sang Khalik dan Pemilik
Alam Semesta. Dialah autoritas tertinggi. Dia yang berhak menentukan segala
sesuatu. Maka kita harus menjauhi dosa, dan patuh pada HukumNya dan semua
PerintahNya dan ketetapanNya. Itulah caranya kita “takut akan Allah”.
ü
“Muliakan Dia”
di 1 Korintus 10:31 dikatakan, “Oleh karena
itu, jika engkau makan atau jika engkau minum, atau apa pun yang engkau lakukan, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan
Allah.” Artinya jangan sampai perbuatan dan perkataan kita membuat
malu Allah. Kalau kita tebar dosa di sana sini, itu tidak memuliakan Allah. Hendaknya
apa pun yang kita lakukan itu untuk kemuliaan Allah.
ü “sembahlah
Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air.”
Ini jelas mengajak
manusia untuk menyembah Allah sebagai Khalik semesta alam. Jangan percaya teori
evolusi, jangan percaya teori Big Bang.
Allah-lah yang menciptakan segala sesuatu. Dan tanda bahwa manusia menyembah
Allah sebagai Khalik semesta alam ialah memelihara Sabat Hari Ketujuh, karena
di Perintah itu jelas disebutkan demikian. Keluaran 20:8,11, “8 Ingatlah hari Sabat, peliharalah kekudusannya …11 Sebab
enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti bekerja
pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan
menguduskannya.”
2.
Malaikat/kelompok utusan yang kedua, menyusul
pekabaran yang disampaikan kelompok yang pertama.
ü “Sudah
roboh, sudah roboh Babel, kota besar itu”
Babel (Babilon)
kota besar ini terdiri atas tiga kelompok. Kita tidak akan mempelajari itu di
sini, karena itu pelajaran yang cukup panjang. Sementara diterima saja bahwa
ini adalah mereka yang menolak Pekabaran Malaikat Pertama, di dalamnya ada
kelompok Kristen, non-Kristen, dan sekuler.
3.
Malaikat/kelompok utusan ketiga menyampaikan apa
akibatnya bagi mereka yang tetap berafiliasi dengan Babel kota besar itu.
ü “Jikalau
seorang menyembah Binatang dan patungnya itu, dan menerima tanda pada dahinya
atau pada tangannya… Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai
selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak memperoleh
istirahat, yaitu mereka yang menyembah Binatang serta patungnya itu, dan
barangsiapa yang telah menerima tanda namanya.”
Inilah yang akan kita
bahas sedikit lebih mendetail.
Jadi, menjelang kedatangan Kristus yang
kedua, Babel (Babilon = Antikristus) Kota Besar akan membuat gebrakan untuk
memaksa manusia di dunia membuat pilihan:
ü berpihak kepada
mereka, dengan menyembah patung mereka, dan menerima tanda Binatang;
ü atau setia kepada
Allah, menolak tunduk kepada mereka, menolak menyembah patung mereka dan
menolak menerima tanda Binatang.
Jelas kelompok
yang menolak Babel Kota Besar ini akan mereka musuhi, akan mereka buat susah,
mereka kejar-kejar, mereka pojokkan sampai tidak bisa berjual-beli, akan mereka
tangkap dengan tuduhan melawan Pemerintah, dan akhirnya akan diancam mati. DISINILAH DIBUTUHKAN IMAN YESUS.
Kita simak ayat 12
14:12 Di
sinilah keuletan orang-orang kudus, inilah mereka yang memelihara perintah-perintah Allah
dan IMAN YESUS.
Jadi sangat jelas, ayat ini mengatakan, di masa itu,
orang-orang kudus harus ulet, maksudnya harus
tahan uji, harus tawakal, tidak boleh putus asa, karena kehidupan
mereka bakal sangat-sangat-sangat susah. Tetapi Alkitab sudah menunjukkan di
pasal yang sama ayat 1-5 bahwa mereka akan menang, karena mereka berada bersama
Anak Domba, berdiri di bukit Sion di Surga. Jadi umat Allah yang memilih untuk
menolak tanda Binatang, menolak menyembah patung Babilon, itu akan menang.
Maka ayat 12 ini memberikan identifikasi siapa
orang-orang kudus yang menang ini, mereka itu “memelihara perintah-perintah
Allah dan IMAN YESUS.”
Jadi karena mereka ini memiliki IMAN
YESUS, mereka berhasil menang.
Jadi bagaimana IMAN
YESUS itu?
ü iman yang 100% bergantung pada Allah.
Yesus tidak melakukan kehendakNya sendiri, Dia 100%
melakukan hanya yang diperintahkan Allah Bapa.
ü iman yang berdasarkan kasih.
Yesus patuh pada semua kehendak Bapa bukan karena
terpaksa, tetapi karena Dia mengasihi Bapa, dan Bapa mengasihiNya.
ü iman yang berbuat (menghasilkan perbuatan).
Iman Yesus bukan iman yang pasif berpangku tangan, tapi
iman yang menghasilkan perbuatan. Perbuatan adalah bukti iman. Sampai mati di
salib pun dijalaniNya.
Yohanes 5:30
Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari DiriKu
sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakimanKu
adil sebab Aku tidak
menurut kehendakKu sendiri, melainkan kehendak Bapa yang mengutus Aku.
Yohanes 12:49-50
49
Sebab Aku tidak berkata-kata dari diri-Ku
sendiri; tetapi Bapa yang mengutus Aku, Dialah memberi
Aku perintah, apa yang harus Aku katakan dan apa
yang harus Aku bicarakan. 50
Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itulah hidup yang kekal. Karena itu apa pun yang Aku katakan,
sebagaimana
yang difirmankan Bapa kepada-Ku, demikianlah Aku
berkata-kata.
Yohanes
14:31
Tetapi
supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa; dan sebagaimana Bapa memberi Aku perintah, demikianlah Aku lakukan. Bangunlah,
marilah kita pergi dari sini.
Yohanes
15:10
Jikalau
kamu menuruti Perintah-perintah-Ku, kamu
akan tinggal di dalam kasih-Ku seperti Aku menuruti Perintah-perintah Bapa-Ku dan
tinggal di dalam kasih-Nya.”
Kita perlu memiliki iman Yesus jika
kita mau hidup kekal. Baik Habakuk dari zaman Perjanjian Lama, maupun Paulus
dari zaman kita, Perjanjian yang Baru, mengatakan bahwa
‘Orang benar akan hidup oleh iman.’ Iman Kristus-lah yang akan membawa kita selamat sampai ke
bukit Sion di Surga, iman yang berserah total kepada kehendak Allah. Kita tidak perlu
mengertinya sekarang, kita tidak perlu tahu apa alasan Allah, kita tidak perlu bertanya
mengapa Allah tidak begini tidak begitu, kita hanya perlu menerimanya
dengan iman, titik. Allah yang akan membereskan semuanya nanti.
19 08 22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar