Rabu, 02 November 2022

224. LUKAS 16:16

224. LUKAS 16:16

_________________________________________________________________________________

TERJEMAHAN YANG TIDAK TEPAT MEMBUAT PEMAHAMAN YANG SALAH.

Sangat disesalkan ada lumayan banyak terjemahan Alkitab kita yang tidak tepat sehingga memberikan pemahaman yang salah. Misalnya,

 Lukas 16:16 (terjemahan LAI)

Hukum Taurat dan kitab para nabi BERLAKU sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya berebut memasukinya.

 

Menyedihkan terjemahan ini. Bicara tentang apa ini?

Ini terjemahan yang menimbulkan pengertian yang salah. Berdasarkan satu ayat ini, maka orang Kristen berkata, berarti setelah zaman Yohanes (ini Yohanes Pembaptis), maka Hukum Taurat dan kitab para nabi ( = seluruh kitab Perjanjian Lama) tidak berlaku lagi.

Apakah begitu?

Kalau begitu mestinya Alkitab Kristen cukup hanya Kitab Perjanjian Baru. Untuk apa masih ada Kitab Perjanjian Lama kalau itu sudah tidak berlaku lagi?

Jadi, terjemahan di atas itu menyesatkan. Kalau kita hanya melihat satu ayat ini, dan tidak membandingkannya dengan ayat-ayat lain di Alkitab, kita bisa salah mengerti. Dan sesungguhnya sudah banyak orang Kristen yang menganggap Kitab Perjanjian Lama itu sudah kadaluwarsa dan tidak usah dipelajari. Itu karena ada beberapa ayat yang terjemahannya salah seperti ini, sehingga menimbulkan pengertian yang salah.

 

Kembali ke Lukas 16:16, mari kita lihat terjemahan KJV yang mengambil dari naskah Textus Receptus, yaitu copy naskah Alkitab yang paling mirip aslinya. Naskah yang asli memang sudah punah, tapi Textus Receptus adalah copy dari naskah yang asli.

 Luke 16:16 (KJV)

The law and the prophets were until John: since that time the kingdom of God is preached, and every man presseth into it.

Dan kita bisa melihat dari Strong’s Concordance kode-kode untuk tulisan Greekanya, berarti terjemahan KJV itu berdasarkan kata-kata Greeka yang asli.

TheG3588   lawG3551   andG2532   theG3588  prophetsG4396  were  untilG2193   John:G2491   sinceG575    that timeG5119   theG3588   kingdomG932  of GodG2316  is preached,G2097   andG2532   every manG3956 pressethG971   intoG1519   it.G846 

Tidak ada kata “berlaku” di ayat ini. Yang ada ialah kata “until” atau “hingga”, kode kata Greekanya ialah G2193.

Kata “were” itu ditambahkan, karena itu dicetak italics (miring) dan tidak ada kode kata Greekanya. “Were” itu bentuk masa lampau dari “to be” yang artinya “ialah”, jadi tidak ada kata yang bisa diterjemahkan “berlaku”.

Dengan ditambah kata “berlaku” malah menyesatkan arti ayat ini.

Jadi bagaimana seharusnya bunyi Lukas 16:16 ini?

Kitab Hukum dan kitab nabi-nabi itu hingga Yohanes; sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan, dan setiap orang merapat ke sana.

Pemahamannya beda, bukan? Bisa ditangkap dengan mudah, bukan?

Bicara tentang apa ini?

Istilah “The Law and the prophets” tidak mengacu kepada Hukum dan nabi-nabi per se, melainkan mengacu kepada kitab-kitab Hukum yang ditulis Musa dan kitab-kitab kesaksian yang ditulis para nabi. Dua bagian ini adalah bagian terbesar dari Kitab Suci Perjanjian Lama, dan mewakili seluruh Alkitab Perjanjian Lama. Jadi kita harus ingat, bila kita bertemu dengan istilah “the Law and the prophets” (Hukum dan nabi-nabi) atau “Musa dan nabi-nabi” itu tidak mengacu kepada manusianya, melainkan itu mengacu kepada tulisan-tulisan, berarti tulisan-tulisan Musa dan para nabi. 

1.     Semua tulisan Musa (6 kitab: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan, Ayub).

Ini disebut kitab Hukum atau “The Law”, karena isinya adalah tentang Hukum, Perintah, Ketetapan, Peraturan, Doktrin yang diberikan Allah kepada umatNya.

Jadi Musa memperkenalkan Hukum dan Doktrin Tuhan kepada umatNya lewat tulisan-tulisannya.

2.     Kemudian tulisan para nabi zaman Perjanjian Lama itu adalah kesaksian-kesaksian, berdasarkan semua Hukum dan Doktrin yang telah ditulis Musa.

Karena itu tulisan nabi-nabi ini juga disebut “The Testimonies” atau “Kesaksian-kesaksian”.

Nabi-nabi ini punya fungsi untuk mengingatkan umat Tuhan kepada ajaran Tuhan yang benar karena umat Tuhan sering menyimpang dan berkhianat kepada Tuhan.

Setelah kitab nabi Maleakhi, kitab terakhir di Perjanjian Lama, ada sekitar 400 tahun Tuhan diam, Tuhan tidak mengutus nabi satu pun. Ini disebut masa “inter-testamental” atau masa kosong antara masa Perjanjian Lama dengan masa Perjanjian Baru. Ada sekitar 400 tahun umat Tuhan tidak didampingi nabi Tuhan. Mereka yang tetap setia kepada Tuhan belajar sendiri dari “The Law and the prophets” yaitu semua tulisan Musa dan tulisan nabi-nabi yang sudah ada. Mereka yang mau menyimpang dari ajaran Tuhan, ya dibiarkan, karena sesungguhnya sudah cukup banyak ajaran dalam bentuk tulisan yang diberikan Tuhan kepada mereka. 

Barulah menjelang inkarnasi (kelahiran) Yesus, Tuhan mengangkat seorang nabi lagi, nabi transisi, yang akan menjembatani antara zaman Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru. Maka 6 bulan sebelum Yesus memulai ministriNya, muncul “Suara nyaring di padang belantara”, Yohanes Pembaptis, yang ibunya masih saudara sepupu Maria yang melahirkan Yesus. Munculnya Yohanes Pembaptis ini sudah diramalkan oleh nabi Yesaya (40:3) 700an tahun sebelum kelahiran Kristus. Yohanes ini diberi tugas untuk mempersiapkan orang Yahudi bagi kedatangan Yesus, Sang Mesias.

 

Jadi Lukas 16:16 bagian awal itu semata-mata memberikan batasan era Perjanjian Lama dengan era Perjanjian Baru.

Yohanes Pembaptis merupakan nabi di zaman transisi, yang menghubungkan zaman Perjanjian Lama dengan zaman Perjanjian Baru.

 

Nah, setelah itu, adalah zaman Perjanjian Baru. Mengapa?

Karena Yesus datang untuk membuat suatu Perjanjian yang Baru. Perjanjian yang lama yang menggunakan kurban hewan sebagai simbol dan bayangan dari kurban yang asli, sekarang berakhir, dan digantikan oleh Kurban Sejati, Anak Domba Allah yang mengangkat dosa-dosa dunia.

Jadi apa yang membedakan antara era Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru?

v   Allahnya sama.

v   Hukumnya sama.

v   Kurbannya yang beda.

ü   Kalau dulu kurbannya hewan.

Untuk penghapusan dosa kurban itu harus dilakukan berulang-ulang. Hewan-hewan ini hanya lambang, darahnya tidak benar-benar menghapuskan dosa. Karena itu penghapusan dosa di era Perjanjian Lama masih disebut “surat utang” (Kolose 2:14), yang nanti akan dilunasi oleh Kristus di salib.

ü   maka sejak Kristus, kurban hewan itu sudah tidak perlu.

Cukup Kristus mati satu kali untuk semua manusia dari segala zaman. Kristus adalah Kurban yang sempurna, yang darahNya betul-betul bisa menghapus dosa.

Dengan demikian, Perjanjian Baru merupakan penggenapan Perjanjian Lama.

 

 

Jadi,

Lukas 16:16 SAMA SEKALI TIDAK MENGATAKAN

BAHWA KITAB PERJANJIAN LAMA ITU HANYA BERLAKU

HINGGA ZAMAN YOHANES PEMBAPTIS

Tidak!

 

KITAB PERJANJIAN LAMA ITU BERLAKU TERUS HINGGA AKHIR ZAMAN

 

Yesus sendiri berkata,

Matius 5:17-19

Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan Hukum atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.

Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sampai lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari Hukum, sampai semuanya terjadi.

Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah Hukum sekali pun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan disebut yang paling rendah oleh Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah Hukum, ia akan disebut besar oleh Kerajaan Sorga.

Jelas di sini Yesus mengacu lagi kepada istilah “The Law and the prophets” atau “Kitab Hukum dan kitab nabi-nabi” atau seluruh Alkitab Perjanjian Lama. Dan di zaman Yesus Alkitab memang hanya ada Perjanjian Lama, karena kitab-kitab Perjanjian Baru belum ditulis.

Jelas di sini dikatakan Yesus sendiri, sampai lenyap langit dan bumi ini, berarti sampai kiamat, satu “yot” (tulisan terkecil dari huruf Ibrani) pun tidak akan lenyap dari Kitab Hukum. Jadi Hukum Tuhan itu kekal. Bahkan sampai kiamat dunia pun tidak ada satu pun tulisan di Hukum Tuhan yang akan lenyap.

Maka keseluruhan arti Lukas 16:16 ialah:

Kitab Hukum dan kitab nabi-nabi itu hingga Yohanes; sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan, dan setiap orang merapat ke sana.

 

1.    Zaman Perjanjian Lama itu hingga Yohanes Pembaptis.

Berarti setelah Yohanes Pembaptis itu era yang baru, Perjanjian yang Baru.

2.    Sejak waktu itu ( = sejak Yohanes Pembaptis) Kerajaan Allah diberitakan.

Siapa yang memberitakan? Jelas yang pertama adalah Yohanes, dialah “suara nyaring di padang belantara”, dan tentu saja setelah itu diikuti oleh murid-murid Yesus yang setelah Pentakosta mengkhotbahkan tentang Kerajaan Allah di mana-mana.

3.    Dan kalau di Perjanjian Lama, bangsa Yahudi mendapat prioritas sebagai umat pilihan Tuhan,

maka sekarang, di zaman Perjanjian Baru, dikatakan “setiap orang”, bentuk tunggal, sendiri-sendiri, individu, bukan berdasarkan bangsa, atau suku, atau kelompok, melainkan masing-masing pribadi lepas pribadi itu boleh merapat untuk masuk Kerajaan Allah.

Kitab-kitab Perjanjian Lama itu justru penuh dengan doktrin dasar Kekristenan. Di sana di antaranya ada:

ü   Doktrin Penciptaan

ü   Doktrin masuknya dosa ke dalam dunia

ü   Doktrin penyembahan

ü   Doktrin air bah

ü   Doktrin Hukum Allah

ü   Doktrin kejatuhan Lucifer

ü   Doktrin Bait Suci

ü   Doktrin makanan dan hidup sehat

ü   Doktrin messianik

ü   Doktrin pengangkatan orang-orang kudus yang tidak mengalami kematian

ü   Doktrin kebangkitan orang yang sudah mati

ü   Doktrin nubuatan-nubuatan Daniel

ü   Doktrin musuh umat Allah

ü   Doktrin nubuatan-nubuatan Zakharia

ü   Doktrin penghukuman terakhir

ü   dan masih banyak lagi yang lain.

 

Banyak dari doktrin-doktrin ini merupakan simbol/lambang/tipe dari apa yang akan terjadi di akhir zaman. Misalnya pengangkatan Henokh dan Elia ke Surga tanpa mengalami kematian itu merupakan tipe dari pengangkatan kelompok ke-144ribu kelak saat kedatangan Yesus yang kedua. Begitu juga kebangkitan Musa yang dibawa ke Surga, juga merupakan tipe dari kebangkitan mereka yang mati dalam Kristus saat kedatangan Yesus yang kedua.

 

Jadi kalau kita tidak mempelajari kitab-kitab Perjanjian Lama, kita tidak tahu apa-apa tentang doktrin-doktrin dasar iman kita. Akibatnya kita bisa tersesat. Banyak orang Kristen sekarang ini mempercayai teori Evolusi karena mereka tidak tahu tentang doktrin Penciptaan. Mereka lebih suka memilih jadi keturunan monyet daripada anak yang diciptakan Allah dalam keserupaanNya, yang hanya sedikit lebih rendah daripada malaikat.

 

Jadi, teman-teman, bila kita membaca ayat Alkitab, kita harus membandingkan satu ayat dengan ayat yang lain.

Alkitab itu ditulis di bawah tuntunan Roh Kudus, jadi tidak mungkin ada ayat-ayat yang bertentangan. Jika ada yang tidak klop, cari terjemahan yang lain. Kalau bisa KJV itu jadikan patokan, itu terjemahan yang paling aman. Memang bahasanya lebih susah karena gaya bahasa kuno dari abad 17, dan juga ada sedikit kesalahan satu-dua, tapi minim sekali dibandingkan versi-versi baru yang lain.

 

Semoga pembahasan ini bermanfaat.

 

 

 

02 11 22

  

 

 

 

  

Minggu, 23 Oktober 2022

223. MENGAPA SEMUA UNTUK KEMULIAAN ALLAH?

 

223. MENGAPA SEMUA UNTUK KEMULIAAN ALLAH?

________________________________________________________________________________________________________

 

Dulu kalau aku bertanya, mengapa Tuhan menciptakan manusia? Jawaban yang aku dapat ialah “untuk kemuliaan Tuhan”, dan itu bukan jawaban yang salah, karena sudah sesuai ayat Alkitab. 

 

Yesaya 43:6-7

Aku akan berkata kepada utara: Serahkanlah! dan kepada selatan: Janganlah tahan-tahan! Bawalah anak-anak-Ku laki-laki dari jauh, dan anak-anak-Ku perempuan dari ujung-ujung bumi, yaitu setiap orang yang disebutkan dengan nama-Ku: karena Aku telah menciptakan dia untuk kemuliaan-Ku, Aku telah membentuknya, iya, Aku yang telah menjadikannya.

 

I will say to the north, Give up; and to the south, Keep not back: bring My sons from far, and My daughters from the ends of the earth;

Even every one that is called by My name: for I have created him for My glory, I have formed him; yea, I have made him. (KJV)

Tapi aku tidak puas.

Kok Tuhan egois?  Maklum pikiran dan pengetahuan rohaniku masih cetek waktu itu, jadi tidak bisa menangkap dalamnya arti kata-kata “untuk kemuliaan Allah”.

 

Aku berpikir, oh, jadi Tuhan menciptakan manusia untuk kemuliaanNya, apakah itu juga alasan mengapa manusia punya anak? Jadi berdasarkan egoisme?

Apakah manusia alasannya juga untuk “kemuliaan si ayah-ibu”? Padahal repotnya banyak, tanggung jawabnya besar, dan belum tentu si anak menjadi kemuliaan orangtuanya, bisa-bisa malah menjadi aib orangtuanya. Menjadi pusing dan kerepotannya pasti, tapi menjadi kemuliaannya adalah taruhan.

Lihat saja Tuhan, pada akhirnya lebih banyak mana manusia yang menjadi kemuliaan Allah daripada yang menyusahkan Allah?

 

Jadi, kalau sudah melihat contoh yang dialami Tuhan, mengapa manusia nyaris semua yang menikah masih mau punya anak? Tidak yang kaya tidak yang miskin, tidak yang sehat tidak yang berpenyakit, tidak yang pintar tidak yang bodo, tidak yang berpendidikan tidak yang buta huruf, tidak orang kota tidak orang desa, semua mau punya anak dan berupaya apa saja untuk punya anak karena sepertinya ada konsep bahwa manusia itu tidak lengkap kalau kawin tidak punya anak.

 

Maka aku ingin tahu konsep apa ini “untuk kemuliaan Allah”?

 

1 Korintus 10:31

Oleh karena itu, jika engkau makan atau jika engkau minum, atau apa pun yang engkau lakukan, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”

 

Mengapa kok semua-semua “untuk kemuliaan Allah”? Dari makan-minum sampai apa pun yang engkau lakukan(berarti tidak ada perkecualiaannya!) itu harus untuk kemuliaan Allah! Ini ayat Alkitab loh yang berkata begini, berarti ini perintah dari Allah.    

Secara harafiah apakah ini tidak meletakkan Allah pada posisi yang tidak enak, seakan-akan Allah seorang raja lalim yang selalu menuntut dimuliakan? Tidakkah begitu kesannya? Mungkin karena kalimat-kalimat seperti ini, maka banyak orang yang memilih menjadi atheis.

Bayangkan jika orangtua kita berkata kepada kita, “Kamu dilahirkan untuk kemuliaan orangtuamu, jadi segala yang kamu lakukan harus untuk kemuliaan kami!” Apakah itu tidak melahirkan bermacam-macam jawaban dari kita yang bersifat memberontak? “Memang siapa yang minta dilahirkan? Aku tidak pernah ditanya apakah aku setuju dilahirkan untuk memuaskan kemuliaanmu. Daripada aku terbebani begini, mending tidak usah dilahirkan saja.” Apa kita tidak akan menjawab begitu?

 

Jadi aku berpikir, pasti ada yang salah dengan konsep ini, ada pengertian yang tidak tepat di sini. Bukankah Allah itu kasih? Bukankah Allah itu baik?

 

Mazmur 107:1

Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya kemurahanNya kekal untuk selama-lamanya.

 

Mazmur 145:9

TUHAN itu baik kepada semua, dan kemurahanNya yang lemah lembut bagi segala yang dijadikan-Nya.

 

Yakobus 1:17

Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; yang pada-Nya tidak ada perubahan maupun bayangan dari pertukaran.

 

1 Yohanes 4:8

Dia yang tidak mengasihi, tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.

 

 

Dan masih banyak ayat yang lain yang mengatakan betapa baiknya Allah itu, betapa mengasihinya Dia.

Jadi bagaimana kita harus memahami “segala untuk kemuliaan Allah” ini dalam konteks Allah itu baik, Allah itu kasih, Allah itu pemurah?

 

 

Lalu aku teringat, kapan aku merasa paling senang, paling bahagia bersama orangtuaku? Ternyata itu bukan saat aku melakukan semua kehendakku, saat aku nakal melawan mereka, saat aku melakukan semua keinginanku sendiri, saat aku menuntut ini-itu, saat aku bertingkah macam-macam. Tidak. Aku ingat, ternyata justru pada waktu aku sedang menurut, ketika aku sedang tidak nakal, ketika aku mematuhi semua kehendak orangtuaku, saat itulah aku merasa paling bahagia. Mengapa? Karena pada saat itu hubunganku dengan mereka paling dekat, pada saat itu aku merasa paling disayang. Tidak ada konflik dengan orangtua. Tidak ada masalah. Tidak ada kekecewaan mereka yang menjadi dinding yang memisahkan. Tidak ada rasa bersalah di pihakku yang menjadi pagar yang menghalangi.

Perlawanan selalu menimbulkan ketegangan. Perbedaan kemauan menimbulkan kesenjangan, ketidakharmonisan, rasa tidak serasi, dan akhirnya rasa takut. Pihak orangtua takut anaknya tetap akan melanggar, sedangkan pihak anak takut orangtuanya akan mengambil tindakan yang bersifat menghukum. Maka dari rasa takut akan muncul rasa tidak nyaman dan hubungan pun merenggang. Bahkan kalau parah bisa sampai putus.

Kalau aku ingat-ingat sekarang, itulah yang aku rasakan setiap kali aku melakukan sesuatu yang tidak untuk “kemuliaan” orangtuaku. Walaupun terkadang orangtuaku yang akhirnya mengalah dan membiarkan aku yang menang, tapi rasa kesenjangan itu terlanjur ada, dan hubungan merenggang untuk sementara waktu. Saat-saat itu memang aku sudah menang, kehendakku yang dituruti, tapi hatiku tidak senang. Aku merasa jauh lebih senang pada waktu aku yang menuruti orangtuaku, mereka yang menang, tapi aku yang merasa damai, disayang, dan terlindung dalam suatu hubungan yang dekat.

Sulit untuk menjelaskan anomali seperti ini, tapi itu kenyataannya.

Pada waktu itu tentu saja aku tidak mengerti ini, aku masih terlalu muda. Aku selalu mengira, yang menang, yang keinginannya dituruti, itu yang bahagia. Ternyata itulah penipuan Setan. 

 

WINNING IS NOT ALWAYS A VICTORY

LOSING IS NOT ALWAYS A DEFEAT

 Ini agak sulit diterjemahkan, karena setiap bahasa memiliki gayanya sendiri.

Memenangi tidak selamanya suatu kemenangan

Mengalah tidak selamanya suatu kekalahan.

Yang mudah, kita lihat saja Setan.

Kapan saat hidupnya lebih berbahagia?

ü    Ketika dia masih Lucifer, sang anak fajar,

masih hidup menurut kehendak Tuhan, ketika dia hidup untuk kemuliaan Tuhan, di Surga dengan segala kemuliaan dan keindahan yang diberikan Tuhan kepadanya, tidak mengenal kematian, di antara para malaikat, sebagai pemimpin biduan mereka, sebagai kerub tertinggi yang menudungi takhta Allah;

ü    atau sekarang setelah pemberontakannya,

setelah dia melawan Allah, akibatnya dia dicampakkan dari Surga, kehilangan posisinya, kehilangan kasih Allah, dan hari-harinya sudah terbatas, dia ditunggu penghukuman yang akan membinasakannya? 

Setan sekarang bisa tidak usah hidup untuk kemuliaan Allah, dia hidup untuk kemuliaannya sendiri. Tapi apakah dia bahagia? Pasti tidak. Mungkin karena dia tidak bahagia itulah dia menjadi semakin jahat, karena orang yang bahagia itu tidak akan punya niat jahat, dia sudah sibuk menikmati kebahagiaannya sendiri, tidak punya waktu untuk memikirkan yang jahat lagi.

Jadi kalau kita melihat Setan, jelas bahwa hidup menurut Tuhan, hidup untuk kemuliaan Tuhan itu lebih berbahagia daripada hidup menurut kehendaknya sendiri, untuk kemuliaannya sendiri.

Dengan melawan Tuhan, Setan merosot dari malaikat kerub yang statusnya tertinggi, yang kudus, yang tidak bercela, menjadi makhluk yang paling berdosa, mengerikan, yang berbohong dan membunuh, yang tidak tersisa sedikit pun kebaikan padanya. Karena apa? Karena dia menolak hidup untuk kemuliaan Allah. Dia sangka bahwa hidup untuk kemuliaannya sendiri lebih bahagia, tapi justru sebaliknya.

 

Karena itu ajaran Tuhan agar kita hidup untuk kemuliaanNya itu adalah demi kebahagiaan kita sendiri. Sama sekali bukan karena Allah itu diktator, lalim, mau menang sendiri. Justru karena Allah mau kita bahagia, maka Dia berkata, “hiduplah untuk kemuliaanKu” karena kamu akan bahagia.

 

Pertanyaan: Bagaimana caranya hidup untuk kemuliaan Allah?

 

Sebagai contoh kita lihat dulu bagaimana kita hidup untuk kemuliaan orangtua kita?

Sewaktu aku kecil, kalau ada tamu, atau aku diajak bertamu ke rumah orang, ayahku selalu berpesan “Jangan bikin malu orangtua! Jangan sampai orang bilang, ‘Ini anak siapa kok tidak tahu aturan!’”  Itu pesan yang tidak pernah dilupakan. Nah, “tidak bikin malu orangtua” artinya tidak boleh nakal, menyapa dengan hormat terutama orang-orang yang lebih tua, duduk manis dengan sopan, kedua kaki tidak boleh naik ke atas kursi, tangan tidak boleh pegang-pegang barang orang, mulut tidak boleh menciptakan bunyi-bunyi yang mengganggu, kalau disodori makanan dan minuman diterima dengan cara yang halus disertai ucapan terima kasih, tidak boleh bikin kotor, menjawab dengan sopan kalau ditanya, kalau tidak ditanya tidak boleh bicara, tidak boleh mengganggu orang dewasa yang sedang bicara, tidak boleh merengek minta pulang, tidak boleh lari-lari di rumah orang, dan masih banyak lagi larangannya. Ancamannya kalau sampai bikin malu orangtua, tidak akan diajak pergi lagi. Kalau didaftar sepertinya banyak sekali larangannya, tapi sebenarnya intinya hanya satu: patuh pada orangtua. Jadi “tidak bikin malu orangtua” sama dengan menuruti segala perintah orangtua.

Dan kalau aku “tidak bikin malu orangtua” itu sama dengan aku “memuliakan orangtua.” Orangtuaku senang, dan aku senang, karena aku tidak kena marah setiba di rumah. Jadi sama-sama senang. Malah sering pulangnya dibeliin eskrim atau apa.

 

 

Ternyata itu tidak beda banyak dengan memuliakan Bapa kita di Surga.

Kita memuliakan Tuhan, jika kita tidak nakal, tidak melawan kehendakNya, kita hidup menuruti peraturan-peraturanNya, Perintah-perintahNya, dan HukumNya. Kalau kita hidup sesuai dengan kehendakNya, kita tidak bikin malu Tuhan, kita memuliakan Tuhan. Tuhan senang, kita juga senang karena Tuhan senang, dan kita tidak bikin dosa.

 

Tuhan Yesus berkata,

Yohanes 14:15

Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala Perintah-Ku.

 

Jadi

v   dasar dari menurut segala Perintah Tuhan itu adalah kasih, karena kita mengasihi Tuhan.

v   Kalau kita mengasihi Tuhan, kita akan senang menurut segala PerintahNya.

Jadi menuruti segala Perintah Tuhan adalah bukti bahwa kita mengasihi Tuhan.

v   Kalau kita mengasihi Tuhan, kita membuat Tuhan senang.

v   Kalau kita membuat Tuhan senang itu sama dengan kita memuliakan Dia.

Jadi memuliakan Tuhan itu membuat Tuhan senang.

v   Dan kalau kita bisa menyenangkan hati Tuhan, pasti kita sendiri juga senang.

Kita akan punya hubungan yang dekat dengan Tuhan, tidak ada jurang yang memisahkan, tidak ada keretakan, semuanya baik-baik. 

 

Berarti Tuhan menyuruh kita memuliakan Dia itu semata-mata karena Tuhan mau kita senang, Tuhan mau kita merasa bahagia.

 

Yeremia 29:11

Sebab Aku mengetahui rancangan-rancangan yang Aku rancang untukmu, firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kejahatan, untuk memberikan kepadamu akhir yang engkau harapkan.

 

For I know the thoughts that I think toward you, saith the LORD, thoughts of peace, and not of evil, to give you an expected end. (KJV)

 

Tuhan hanya punya rancangan yang baik bagi kita. Tuhan itu kasih. Dia tahu kalau kita patuh padaNya, hidup kita akan bahagia.

 

Jadi kalau Tuhan menciptakan kita untuk kemuliaanNya, dan Tuhan menghendaki kita hidup dan melakukan segala sesuatu demi kemuliaanNya, itu semuanya adalah supaya kita bahagia, supaya kita tidak berakhir seperti Setan.

Percayalah, jika kita mengasihi seseorang, maka kalau kita bisa membuatnya senang, kita pasti ikut bahagia. Itu sudah rumusnya.

Maka, Tuhan mengasihi kita, karena itu jika Dia membuat kita senang, Tuhan juga senang.

Sebaliknya kita juga, kalau kita mengaku mengasihi Tuhan, maka kita pasti akan merasa senang bila kita bisa membuat Tuhan senang.

Dasar semuanya ialah kasih.

 

Tuhan menciptakan kita untuk kemuliaanNya karena kasih.

Kita hidup menurut kehendak Tuhan untuk kemuliaanNya juga karena kasih.

 

Dalam kasih tidak ada rasa takut.

Dalam kasih tidak ada hitungan untung-rugi.

Dalam kasih hanya ada melayani.

Tuhan mengasihi kita karena itu Tuhan melayani kita ~ hebat lho Tuhan kita yang melayani!

Kita mengasihi Tuhan, maka kita juga harus melayani Tuhan.

 

 

 

 

 

23 10 22