Senin, 25 Juli 2016

170. APA ITU BAHASA ROH MENURUT ALKITAB

170.  APA ITU BAHASA ROH

MENURUT ALKITAB

__________________________________________________________

Kita semua pernah mendengar istilah “bahasa roh”, yang dalam Alkitab berbahasa Inggris disebut “speak with tongues” atau terkadang hanya “tongues” saja,  tetapi mungkin pemahaman kita tentang istilah itu tidak tepat.

 

Ada beberapa ayat di dalam Alkitab yang menyebut tentang “bahasa Roh” ini atau “speak with tongues”.

Sebelumnya mari kita lihat tulisan aslinya:

λαλούντων   [ lalountōn] = speaking -  berbicara

γλώσσαις  [glōssais] = (with) tonguesmenurut kamus Strong, kata ini terdaftar sebagai #G1100, dan memiliki arti demikian: the tongue; by implication a language (specifically one naturally unacquired): - tongue.”

Kalau diterjemahkan artinya “organ lidah, implikasi dari suatu bahasa (khususnya yang diperoleh secara alami = bahasa ibu): - lidah.”

 

Jadi sama sekali tidak ada kata “roh” dalam tulisan aslinya, begitu juga dalam terjemahan bahasa Inggrisnya.

Dalam terjemahan LAI, karena menambahkan kata “roh”, bisa memberikan kesan yang meragukan. Roh siapa?

 

Jadi “speak with tongues” itu terjemahannya sederhana yaitu, “berbicara/berkata-kata  dalam bahasa-bahasa”. Jadi ini adalah kemampuan berbicara dalam beberapa bahasa.

 

 

Kisah

10:44         Sementara Petrus sedang mengucapkan kata-kata itu, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan Firman itu.

10:45         Dan semua orang bersunat yang percaya, tercengang-cengang, seberapa banyak yang datang  bersama  Petrus, karena kepada bangsa-bangsa lain juga dicurahkan karunia Roh Kudus.

10:46         sebab mereka [= orang-orang bersunat itu] mendengar orang-orang itu [=bangsa-bangsa lain] berkata-kata dalam bahasa-bahasa [bahasa-bahasa asing] dan memuliakan Allah. Lalu Petrus menjawab,

 

Mari kita simak bacaan di atas.

Pertama sebagai informasi, Petrus pada saat itu ada di mana? Ayat 25 mengatakan dia ada di Kaisarea, Petrus dan rombongannya pergi ke rumah Cornelius, seorang panglima tentara Romawi. Itu latar belakangnya. Di sana, Petrus berkhotbah. Lalu,

Ø    Roh Kudus turun ke atas siapa?

Ke atas orang-orang yang sedang mendengarkan khotbah Petrus, benar?

 

Ø    Siapa orang-orang yang mendengarkan Petrus ini?

Ada dua kelompok, yang pertama yaitu (1) bangsa-bangsa lain, dalam bahasa Inggris mereka disebut “the Gentiles”, artinya segala bangsa lain di luar bangsa Yahudi; dan (2) kelompok yang kedua adalah orang-orang Yahudi, yang diidentifikasi sebagai orang-orang bersunat, mereka ini datang bersama Petrus. Jadi Roh Kudus turun ke atas semua yang ada di situ, baik ke atas orang-orang Yahudi maupun ke orang-orang non-Yahudi.

 

Ø    Mengapa Roh Kudus turun ke atas orang-orang non-Yahudi juga?

Apakah mereka sudah menyatakan percaya kepada Yesus, sudah menerima Yesus sebagai Juruselamat? Belum. Ini Petrus masih sedang berkhotbah. Jadi mengapa Roh Kudus turun ke atas mereka jika mereka belum menerima Yesus? Justru Roh Kudus mau membawa mereka kepada pertobatan.

 

Ø    Petrus itu orang mana? Orang Galilea. Nelayan.

Apa Petrus pernah belajar bahasa asing bangsa-bangsa yang lain? Belum tentu Petrus pernah bersekolah, atau sekolah pun hanya minimal sekali karena Petrus hanya nelayan. Lalu, di sini Petrus berkhotbah dalam bahasa apa? Bisakah Petrus berkhotbah dalam bahasa bangsa-bangsa lain? Sangat diragukan. Maka jika Petrus berkhotbah dalam bahasa Galilea, bagaimana bangsa-bangsa lain itu bisa mengerti? Nah, untuk itulah ROH KUDUS BEKERJA, MEMBERIKAN KARUNIA KEPADA BANGSA-BANGSA ASING ITU UNTUK MEMAHAMI KHOTBAH PETRUS! Karunia inilah namanya karunia bahasa. Walaupun Petrus berbicara dalam bahasanya sendiri (bahasa Galilea), orang-orang non-Yahudi itu tetap bisa menangkap dalam bahasa mereka masing-masing. Supaya mereka bisa mengerti. Supaya mereka bisa bertobat.

 

Ø    Sebaliknya, coba lihat orang-orang Yahudi yang datang bersama Petrus ke Kaisarea,

mereka ini orang-orang Yahudi tapi ternyata bisa mengerti ketika bangsa-bangsa non-Yahudi itu berbicara dan memuliakan Allah. Artinya, bangsa-bangsa non-Yahudi itu berbicara dan memuliakan Allah dalam bahasa mereka sendiri, tetapi orang-orang Yahudi bisa mengerti karena mereka mendengarnya dalam bahasa mereka sendiri, karena Roh Kudus juga menurunkan karunia bahasa kepada mereka.

 

Jadi itulah yang namanya karunia bahasa. Roh Kudus yang mengaruniakan kemampuan mengerti dan berbicara bahasa-bahasa lain demi memudahkan dan mempercepat penyebaran Injil. Jika harus menunggu Petrus dan murid-murid lain yang rata-rata adalah rakyat jelata untuk sekolah bahasa asing dulu, Injil tidak bisa disampaikan dengan cepat ke bangsa-bangsa lain. Jadi, yang dimaksud di sini adalah karunia bahasa (yang salah disebutkan dengan istilah “bahasa roh” oleh banyak orang Kristen), ini adalah bahasa-bahasa manusia yang memang ada. Bukan ngomong wala-wala-wala yang tidak bisa dimengerti siapa pun.

 

Apa ini karanganku sendiri? Bukan, teman-teman, ini adalah apa yang tertulis di Alkitab. Mari kita lihat di Kisah pasal 2, yang menceritakan tentang apa yang terjadi di Yerusalem setelah rasul-rasul mendapat curahan Roh Kudus pada hari Pentakosta.

 

Kisah

2:5           Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi, orang-orang saleh, dari segala bangsa di bawah kolong langit.

2:6           Ketika berita ini tersiar keluar Yerusalem, berkerumunlah orang banyak dan menjadi bingung, karena setiap orang mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasanya sendiri.

2:7           Dan mereka semua tercengang-cengang dan heran,  berkata satu sama lain,Lihat, bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea?’

2:8           Dan mana mungkin kita mendengar setiap orang dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa kelahiran kita?

2:9           Orang Partia, dan Media, dan Elam, dan penduduk Mesopotamia, dan di Yudea, dan Kapadokia di Pontus, dan Asia,

2:10         Frigia dan Pamfilia, di Mesir dan di daerah-daerah Libia dekat dengan Kirene, dan pendatang-pendatang dari Roma, orang-orang Yahudi, dan bangsa lain yang menjadi penganut agama Yahudi,

2:11         Kreta dan orang-orang Arab, kita betul-betul mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita, tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah

 

Itulah yang dimaksud dengan karunia bahasa. Roh Kudus memampukan orang-orang yang tidak mengerti bahasa yang mereka dengar, menjadi mengerti.

Kalau sekarang ada alat translator langsung dalam rapat-rapat multi bangsa, sehingga delegasi-delegasi negara apa pun bisa mendengar apa yang dikatakan dalam bahasa mereka sendiri. Dulu belum ada alat translator ini, maka Roh Kudus yang memberi kemampuan itu kepada manusia karena Roh Kudus-lah yang bertugas membawa manusia kepada pertobatan.

Seandainya tidak begitu, bagaimana murid-murid Tuhan bisa menyebarkan Injil ke seluruh bumi? Andai mereka harus belajar bahasa-bahasa asing dulu, maka kapan majunya pekabaran Injilnya?

 

Jadi, karunia bahasa ini membuat manusia bisa mengerti atau tidak bisa mengerti? Ya jelas tujuannya membuat manusia yang sebetulnya tidak mengerti, menjadi bisa mengerti dengan bantuan Roh Kudus supaya manusia bisa bertobat dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Jadi, karunia bahasa ini bukan berbicara dalam bahasa yang aneh-aneh, yang bukan bahasa manusia yang tidak bisa dimengerti manusia dari negara mana pun. Alkitab sendiri yang berkata demikian!

 

Kisah

19:5         Ketika mereka mendengar itu, mereka dibaptiskan dalam nama Tuhan Yesus.

19:6         Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mereka berkata-kata dalam bahasa-bahasa dan bernubuat.

 

Kasus di atas ini terjadi di mana? Di Efesus. Jauh sekali dari Yerusalem. Efesus dulu terkenal sebagai gerbang masuk ke Asia, dan di zaman itu merupakan kota perdagangan yang ramai, yang dikunjungi segala macam bangsa. Jadi perlu karunia bahasa, bukan? Perlu, supaya ketika mereka bernubuat, mereka bisa saling mengerti satu sama lain.

 

1 Korintus

12:28       Dan Allah telah menetapkan di antaranya dalam Jemaat: pertama rasul-rasul, kedua nabi-nabi, ketiga pengajar-pengajar. Setelah itu mujizat-mujizat, lalu karunia menyembuhkan, melayani, mengatur, berbagai macam bahasa.

12:29       Apakah semua rasul? Apakah semua nabi, apakah semua pengajar? Apakah semua pembuat mujizat?

12:30       Apakah semua memiliki karunia menyembuhkan? Apakah semua berbicara dalam bahasa? Apakah semua menerjemahkan?

 

Ini adalah jabatan-jabatan yang ditetapkan Tuhan agar ada di dalam jemaat, semuanya  bekerjasama untuk kebaikan jemaat dan pekabaran Injil supaya nama Allah yang dimuliakan.

Karunia bahasa merupakan salah satu karunia yang perlu ada di dalam jemaat Korintus saat itu, karena Korintus juga salah satu kota pelabuhan di daerah Yunani yang sangat ramai, sekitar 50 mil dari Athena, suatu kota yang banyak memiliki pemujaan dewa-dewa. Pelaut dan pedagang dari pelbagai bangsa turun di sana dan mereka merupakan jiwa-jiwa yang ditarget oleh pekabaran Paulus.  Orang-orang ini tentunya tidak tinggal lama di sana, karena itu mereka perlu secepat mungkin mengerti tentang Injil, supaya bila mereka kembali ke negara masing-masing, mereka juga membawa pekabaran Injil yang telah mereka terima kepada saudara-saudara mereka di negara mereka sendiri.

 

1 Korintus 13:8

Kasih tidak pernah kadaluwarsa; tetapi nubuatan-nubuatan, mereka akan kadaluwarsa;  bahasa-bahasa akan kadaluwarsa; pengetahuan akan lenyap.

 

Apa maksud ayat ini? Banyak orang Kristen memakai ayat ini sebagai alasan untuk tidak mempelajari nubuatan, karena di ayat ini ditulis, “nubuatan-nubuatan akan berakhir” (terjm. LAI).

Kata yang diterjemahkan “berakhir” oleh LAI, aslinya adalah καταργέω [katargeō]   yang artinya “tidak bisa dipakai”, “tidak berguna lagi”, “dihapus”, “kadaluwarsa”.  Maka dalam konteks ini “kadaluwarsa” adalah terjemahan yang lebih tepat.

Apa artinya nubuatan sudah kadaluwarsa, atau tidak bisa dipakai lagi? Kapan nubuatan itu kadaluwarsa? Bila sudah digenapi, bukan? Nubuatan itu diberikan supaya kita tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Tetapi bila nubuatan itu sudah digenapi, apa masih ada gunanya lagi? Tentu tidak, karena sudah lewat. Sudah kadaluwarsa.

Sekarang masih ada nubuatan-nubuatan yang tetap perlu  kita ketahui dan pelajari  karena masih ada nubuatan yang belum digenapi, dan nubuatan-nubuatan yang sudah digenapi itu banyak yang menjadi simbol/tipe dari nubuatan-nubuatan yang masih belum digenapi. Tetapi nanti, bila nubuatan yang terakhir sudah digenapi, bila Kristus sudah datang kembali menjemput umatNya, maka semua nubuatan di Alkitab sudah kadaluwarsa.

 

Begitu juga karunia bahasa. Di tempat-tempat yang sudah tidak memerlukan lagi, akankah Tuhan masih memberikan karunia bahasa? TIDAK. Sekarang ini Alkitab sudah diterjemahkan dalam nyaris semua bahasa dan dialek di dunia, juga orang bisa mencari terjemahan dari internet dan pelbagai aplikasi. Hanya mereka yang masih tinggal di tempat-tempat pedalaman yang terpencil yang masih membutuhkan karunia bahasa ini. Dan di sana karunia itu masih tetap diberikan Tuhan bila diperlukann. Para pengabar Injil yang masuk ke tempat-tempat yang tidak mereka kenal bahasanya, ternyata bisa memberikan khotbah dan pelajaran-pelajaran kepada penduduk di sana yang menangkap semuanya itu melalui karunia bahasa.

 

1 Korintus

14:21       Dalam Hukum Taurat ada tertulis: ‘Melalui orang-orang yang mempunyai bahasa lain dan melalui mulut orang-orang asing Aku akan berbicara kepada bangsa ini, namun demikian itu pun mereka tidak akan mendengarkan Aku,’ firman Tuhan.

14:22       Karena itu karunia bahasa-bahasa adalah untuk tanda, bukan bagi orang yang beriman, tetapi bagi orang yang tidak beriman; sedangkan  karunia nubuat bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman.

14:23       Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan semua berkata-kata dalam bahasa-bahasa, lalu masuklah orang-orang yang tidak pernah belajar, atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila?

14:24       Tetapi kalau semua bernubuat, lalu masuk seorang yang tidak beriman atau orang yang belum pernah mendapatkan pelajaran, ia akan diyakinkan oleh semua dan dihakimi oleh semua;

14:25       dengan demikian, segala rahasia yang terkandung di dalam hatinya akan dinyatakan, sehingga ia akan sujud menyembah Allah dan mengatakan bahwa sungguh Allah ada di dalam kamu.

14:39       Karena itu, saudara-saudaraku, dambakanlah nubuat dan janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa-bahasa.

14:40       Biarlah segala sesuatu dilakukan dengan sopan dan teratur.

 

 

Perhatikan ayat 22. Ini ayat yang penting.

Kita lihat bagian pertamanya dulu “…karunia bahasa-bahasa adalah untuk tanda, bukan bagi orang yang beriman, tetapi bagi orang yang tidak beriman…”

Apa maksudnya? Maksudnya, karunia bisa berbahasa lain itu diberikan sebagai suatu tanda mujizat. Siapa yang bisa membuat orang mengerti bahasa bangsa lain dalam bahasanya sendiri tanpa lebih dulu pernah mempelajarinya? Hanya Tuhan, bukan? Jadi karunia bahasa-bahasa itu adalah suatu tanda mujizat.

Lanjut,  “…bukan bagi orang yang beriman, tetapi bagi orang yang tidak beriman…” apa maksudnya? Dari apa yang sudah kita pelajari di atas tentunya kita sudah paham ini. Mujizat karunia bahasa-bahasa itu diberikan kepada orang-orang yang belum beriman supaya mereka bisa mendengar pekabaran Allah, supaya mereka mengerti pekabaran Allah dan mereka mau menjadi orang-orang beriman. Mereka perlu memahami Injil secepatnya karena mereka tidak lama berada di Korintus, karena itu kepada mereka diberikan karunia berbahasa lain-lain, selain sebagai tanda mujizat dari Allah juga supaya mereka bisa mengerti apa yang dikatakan para rasul, mereka bisa percaya dan menjadi orang beriman, dan mereka bisa membawa pekabaran yang sama pulang ke tempat asal mereka dan menyampaikannya kepada saudara-saudara mereka di rumah.

 

Bagian keduanya, lebih menarik lagi:  “… karunia nubuat bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman” Apa maksudnya?

Yang dimaksud dengan “orang beriman” di sini adalah orang yang sudah percaya dalam Yesus. Maka mereka tidak lagi membutuhkan karunia bahasa sebagai tanda mujizat, karena mereka sudah percaya. Tanda mujizat tadinya diberikan supaya orang percaya. Nah, sekarang bagi orang yang sudah percaya, dia butuh sesuatu yang lain, apa dibutuhkannya? Karunia nubuat. Supaya dia bisa memahami nubuat dan supaya dia juga bisa bernubuat, supaya dia tahu apa yang ada di masa depan yang berkaitan dengan pekabaran Injil dan rencana Tuhan atas dunia ini.

Jadi apakah kita yang sudah percaya ini perlu memahami nubuat? Perlu. Ellen G. White telah dipakai oleh Tuhan untuk menyampaikan banyak sekali kebenaran masa kini kepada umat Tuhan. Semua itu harus kita pelajari dan kita pahami, sehingga kita tahu apa yang ada di depan kita, bahaya-bahaya yang mengancam keselamatan kita, jerat-jerat yang ditebarkan Setan untuk menyesatkan kita, dan cara-cara yang diberikan Tuhan supaya kita jangan sampai tertipu jebakan Setan, supaya kita boleh selamat hingga Maranatha.

 

Teman-teman, kita perlu paham tentang nubuat, karena seperti yang dikatakan di ayat 24-25, orang-orang yang belum percaya, bila dia mendengar penjelasan tentang nubuat yang kita sampaikan, dia akan kagum, dan dia akan sujud kepada Allah dan mengakui bahwa memang Allah ada dalam kita, karena hanya Allah saja yang bisa memberikan penjelasan nubuat itu.

 

Ayat 39 kita disuruh mendambakan nubuat. Jangan anggap sepele nubuat yang sudah diberikan kepada kita. Itu sangat berharga. Denominasi yang lain tidak memilikinya. Kita memilikinya, jadi harus kita nikmati, harus kita pelajari, harus kita ketahui, supaya bisa kita pakai untuk membawa orang lain kepada pertobatan.

 

Sekarang,  mari kita lihat 1 Korintus 14:1-19, ini pembahasan yang panjang:

1 Korintus

14:1         Kejarlah kasih itu dan dambakan karunia-karunia Roh, namun lebih baik jika kamu boleh bernubuat.

Jadi mulai ayat 1, sudah dikatakan bahwa karunia Roh yang paling baik adalah karunia nubuat.

Sekarang disebutkan alasannya mengapa:

 

 

14:2         Karena siapa yang berkata-kata dalam bahasa yang tidak dikenal, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah, karena tidak ada seorang pun yang mengerti dia; tetapi dalam roh ia berbicara yang rahasia.

Nah, di ayat ini kita mendapat informasi yang jelas, bahwa yang dibicarakan di perikop ini adalah tentang bahasa yang tidak dikenal.” Sama tidak dengan ayat-ayat yang kita bahas sebelumnya? TIDAK SAMA!

Di ayat-ayat sebelumnya yang dibicarakan apa? Berbicara dalam bahasanya sendiri tetapi bisa dipahami bangsa lain dalam bahasa mereka masing-masing. Berarti itu bahasa yang dikenal, bahasa yang memang ada di dunia ini, kan?

Sedangkan di perikop ini, dijelaskan di ayat 2 dan 4, bahwa ini adalah bahasa yang TIDAK DIKENAL, artinya bahasa yang tidak ada di dunia ini.

Jadi walaupun sama-sama berbicara tentang bahasa, tetapi bukan bahasa yang sama. Yang pertama tadi adalah bahasa yang bisa dimengerti manusia, bahasa bangsa-bangsa lain, bahasa yang dikenal di dunia ini.

Yang sekarang berbicara tentang bahasa yang tidak dikenal di dunia ini, yang tidak dimengerti manusia.

 

 

14:3         Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, untuk meningkatkan kerohanian, memberikan dorongan dan penghiburan.

Nah, ditekankan lagi tentang pentingnya nubuat untuk meningkatkan kerohanian, memberikan dorongan dan penghiburan kepada jemaat.

 

 

14:4         Siapa yang berkata-kata dalam bahasa yang tidak dikenal, ia meningkatkan kerohanian dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia meningkatkan kerohaian Jemaat.

Ditekankan lagi bahasa yang tidak dikenal manusia, itu tidak bermanfaat bagi jemaat.

 

 

14:5         Adalah baik kamu semua berkata-kata dengan bahasa, tetapi lebih baik lagi kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga daripada orang yang berkata-kata dengan bahasa, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat ditingkatkan kerohaniannya.

Bukankah ini sangat jelas? Jika kita berbicara dalam bahasa yang tidak dikenal, itu tidak ada manfaatnya buat jemaat, karena tidak ada yang mengerti.  Kecuali itu diterjemahkan.

 

 

14:6         Nah, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa (yang tidak dikenal), manfaat apa yang aku berikan padamu, terkecuali jika aku berbicara kepadamu tentang penyataan Allah, atau pengetahuan, atau nubuat atau doktrin?

Paulus berkata, jika dia berbicara dengan bahasa yang tidak dikenal, apa manfaatnya itu bagi jemaat? Baru bermanfaat jika dia berbicara tentang pernyataan Allah, pengetahuan, nubuat atau doktrin dengan bahasa yang bisa dimengerti jemaat, bukan?

Lalu dia memberikan ilustrasi: 

 

 

14:7         Sama halnya dengan benda-benda mati yang berbunyi, apakah itu seruling atau kecapi, terkecuali jika mereka mengeluarkan bunyi yang bisa dibedakan, bagaimanakah orang dapat mengetahui apakah yang dimainkan itu seruling atau kecapi?

14:8         Karena jika nafiri mengeluarkan bunyi yang tidak jelas, siapakah yang akan menyiapkan diri untuk berperang?

14:9         Demikianlah juga kamu, terkecuali jika kamu mengucapkan kata-kata dengan bahasa yang mudah dimengerti, bagaimanakah orang dapat mengerti apa yang dikatakan? Karena kamu berbicara kepada angin.

Sampai di sini, apakah sepertinya Paulus mendukung praktek berbicara dalam bahasa yang tidak dikenal manusia? Tidak. Perhatikan kata-kata Paulus, dia mengatakan bahwa berbicara dalam bahasa yang tidak dikenal itu:

Ø  Hanya meningkatkan kerohanian diri sendiri (egois)

Ø  Tidak meningkatkan kerohanian jemaat

Ø  Tidak bermanfaat bagi jemaat

Ø  Seperti berbicara kepada angin (sia-sia)

 

 

14:10       Ada entah begitu banyak macam bunyi di dunia, dan tak satu pun di antaranya yang  tanpa arti.

14:11       Oleh karena itu, jika aku tidak mengetahui arti bunyi itu, aku menjadi orang asing bagi dia yang berbicara, dan dia yang berbicara juga menjadi orang asing bagiku.

14:12       Demikian pula dengan kamu, karena kamu antusias dengan karunia roh, berusahalah agar kamu unggul dalam hal meningkatkan kerohanian Jemaat.

14:13       Karena itu hendaknya siapa yang berkata-kata dalam bahasa yang tidak dikenal, berdoa, supaya dia boleh menafsirkannya.

14:14       Sebab jika aku berdoa dalam bahasa yang tidak dikenal, rohku yang berdoa, tetapi akal budiku kosong.

14:15.      Jadi bagaimana? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dengan rohku, dan aku akan menyanyi juga dengan akal budiku.

14:16       Supaya jangan saat engkau memberkati dengan roh, bagaimanakah orang yang ada di ruang mereka yang belum mengerti dapat mengatakan "amin" atas pengucapan syukurmu, karena ia tidak tahu apa yang engkau katakan?

14:17       Sebab sekali pun pengucapan syukurmu itu baik, tetapi orang lain tidak ditingkatkan kerohaniannya.

14:18       Aku mengucap syukur kepada Allah, aku berkata-kata dengan bahasa lebih daripada kamu semua.

14:19       Tetapi dalam Jemaat aku lebih baik mengucapkan lima kata dengan akal budiku, agar suaraku dapat mengajar orang lain juga, daripada sepuluh ribu kata dalam bahasa yang tidak dikenal.

 

Jadi apakah Paulus mendorong kita untuk berbicara dalam bahasa yang tidak dikenal manusia? Tidak. Bahkan Paulus berkata, jika sampai itu terjadi, hendaknya yang berbicara dalam bahasa yang tidak dikenal manusia itu berdoa, supaya dia boleh menafsirkannya. Karena jika tidak ada yang mengerti, itu sama sekali tidak ada manfaatnya buat jemaat, tidak meningkatkan kerohanian jemaat.

 

Apa yang dilakukan Paulus?

Kalaupun sampai dia berdoa atau menyanyi dalam bahasa yang tidak dikenal manusia, itu adalah komunikasi pribadinya kepada Allah, karena hanya Allah yang mengerti, itu sifatnya rahasia. Jadi bukan saat bersama jemaat atau orang lain.

Bahkan Paulus berkata, lebih baik dia mengucapkan lima kata yang bisa dimengerti jemaat daripada sepuluh ribu kata dalam bahasa yang tidak dikenal.

 

Jadi, teman-teman MAHK, kita tidak perlu bingung karena tidak ada di gereja kita yang tiba-tiba mengoceh dalam bahasa yang tidak dikenal manusia. Mengapa tidak ada? Karena  itu tidak bisa meningkatkan kerohanian jemaat, jadi untuk apa Tuhan memberikan sesuatu yang sia-sia?

Sebaliknya kita bersyukur memiliki Roh Nubuat, itu yang harus kita pentingkan, jangan kita sia-siakan, itu yang harus kita hargai, harus kita pelajari karena itulah pernyataan-pernyataan dan nasihat-nasihat dari Tuhan kepada jemaat akhir zaman ini. Lihat di ayat-ayat yang kita pelajari hari ini, berulang-ulang penekanan diberikan pada karunia nubuat, bukan pada praktek bicara dalam bahasa yang tidak dikenal manusia yang tidak ada manfaatnya.

Inilah ajaran Firman Tuhan.

 

 

 

 

26 07 16

 

 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar